Anda di halaman 1dari 2

Proses ekstraksi oleoresin dengan suhu yang tinggi dapat menghasilkan oleoresin dengan

bobot jenis yang tinggi. Pada suhu yang tinggi, fraksi ringan (zat volatil) dari oleoresin akan
teruapkan dan hilang, sehingga yang tertinggal hanya fraksi berat. Menurut Ketaren (1980)
minyak atsiri dapat menguap pada suhu kamar dan penguapan akan semakin besar dengan
kenaikan suhu ekstraksi. Jika suhu ekstraksi tinggi maka akan mudah terbentuk resin yang
lebih banyak dan resin ini merupakan senyawa yang tidak menguap.

Berdasarkan hasil penelitian xxx dalam jurnal , optimasi kondisi ekstraksi untuk prodk
oleoresin pala diperoleh suhu optimum ekstraksi sebesar 51,98oC dan waktu optimum
ekstraksi adalah selama 273,82 menit. Muhammad Assagaf1, Pudji Hastuti2, Chusnul
Hidayat2, Supriyadi. OPTIMASI EKSTRAKSI OLEORESIN PALA (Myristica fragrans
Houtt) ASAL MALUKU UTARA MENGGUNAKAN RESPONSE SURFACE
METHODOLOGY(RSM). GRITECH, Vol. 32, No. 4, NOVEMBER 2012. 383-391

Pelarut yang baik digunakan untuk mengekstrak oleoresin adalah pelarut yang tidak
berbahaya dan tidak bersifat racun. Pembuatan oleoresin pala menggunalan pelarut etanol
dengan hasil akhir fasa cair pada bioresin akbirat pelarut yang belum terpisahkan. Sisa
pelarut etanol yang berlebihan dalam oleoresin pala akan mengganggu flavor dan aroma.
Salah satu cara untuk mengatasi sisa pelarut yang masih banyak adalah dengan
penambahan waktu penguapan dan peningkatan suhu. Namun perlu dipertim-bangkan
bahwa penguapan dengan suhu yang terlalu tinggi dan waktu yang lama dapat merusak
komponen minyak atsiri yang ada di dalam oleoresin. Normalina Arpi*, Satriana, Kiki
Rezekiah . Ekstraksi Oleoresin dari Limbah Penyulingan Pala Menggunakan Ultrasonik .
Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9, No. 4, Hlm. 180 - 187, Desember 2013

KONTEN 2

Ekstraksi kumis kucing menggunakan pelarut kloroform. Dibandingkan dengan pelarut


etanol dan hexan, hasil ekstraksi dengna kloroform menunjukan warna larutan ekstrak yang
paling pekat, sehingga esktraksi kelompok paktikum p1 mengggunakan kloroform.
Kloroform merupakan pelarut semipolr yang memeiliki tingkat kepolaran yanglebih rendah
dibandingkan pelarut polar. Kandungan kimia kumis kucing mengandung alkaloid,
saponin, flavonoid, dan polifenol. Menurut Wulandari 2011. Dalam simplisia daun
kumis kucing dapat dijadikan ekstrak dengan menggunakan cairan pelarut berupa
etanol. Intan Wulandari. Teknologi Ekstraksi Dengan Metode Maserasi Dalam Etanol
70 % Pada Daun Kumis Kucing (Orthosiphon Stamineus Benth)Di Balai Besar
Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Obat Dan Obat Tradisional (B2p2to-Ot)
Tawamangmangu. Universitas Sebelas Maretsurakarta2011.

Pelarut ideal yang sering digunakan adalah alkohol atau campurannya dengan air karena
merupakan pelarut pengekstraksi yang terbaik untuk hampir semua senyawa dengan berat
molekul rendah. seperti saponin dan flavonoid (Wijesekera, 1991). Jenis pelarut
pengekstraksi juga mempengaruhi jumlah senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak,
sesuai konseplike dissolve like, dimana senyawa yang bersifat polar akan larut dalam
pelarut polar dan senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut non polar.
Lusiana Arifianti*, Rice Disi Oktarina, Idha Kusumawati. Pengaruh Jenis Pelarut Pengektraksi
Terhadap Kadar Sinensetin Dalam Ekstrak Daun Orthosiphon stamineus Benth. -Journal
Planta Husada Vol.2,No.1 April 2014. elarut ideal yang sering digunakan adalah alkohol
atau campurannya dengan air yang merupakan pelarut pengekstraksi yang
mempunyai extractive poweryang terbaik untuk hampir semua senyawa yang
mempunyai berat molekul rendah seperti alkohol, saponin dan flavonoid.

ekstraksi kumis kucing dengan pelarut kloroform menggunakan 4 metode esktraksi dengan
waktu elusi 5,10, dan 15 menit menghasilkan rendemen yang berbeda. Rendemen tertinggi
dihasilkan dengan metode perkolasi waktu elusi 10 menit sebesar 19%, metode perkolasi
yang merupakan ekstraksi dingin dengan pembaharuan terus-menerus bahan pelarut
berlangsung sesuai suatu maserasi banyak tingkat Sehingga penarikan zat berkhasiat dari
tumbuhan lebih sempurna. Rendemen tertinggi kedua yaitu dengan metode soxhletasi
waktu elusi 5 menit. Meode soxletasi dapat mengekstraksi sample secra sempurna karena
kontak dengan pelarut murni secara berulang-ulang (Anugrah 2015). Ekstraksi dengan
metode maserasi menghasilkan rendemen 2 % untuk waktu elusi 5 menit dan 3% untuk
waktu elusi 10 menit dan 15 menit. Ekstraksi maserasi merupakan penyarian secara
sederhana karena dilakukan dengn cara merendam serbuk dalam cairan penyari, sehingga
dalam waktu 5-15 menit belum dapat mengekstraksi kumis kucing secara optimal. Esktraski
dengan metoe ultrasonikasi dengan waktu elusi 5 menit meghasilkan rendemen 6%.
Menurut Nasir dan Kamila (2009), lama waktu ekstraski mempengaruhi ekstrak yang
diperoleh, semain lama waktu...... dilaporan.

Anda mungkin juga menyukai