Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum Hari/tanggal : Selasa/ 16 Oktober 2018

Pengawasan Mutu Gol / Kel : P2 / 5


Dosen :Niken Ayu Permatasari S.TP, M.Si.
Asisten : 1. Bagus Refaldi (F34140004)
2. Hikam Waskito (F34140006)

UJI CEMARAN LOGAM, UJI MIKROBA (TPC), DAN UJI ORGANOLEPTIK

Oleh:
1. Aulya Syafli N (F34160038)
2. Kurniawan Pangarso P (F34160050)
3. Ni Nyoman Indah Adi P (F34160052)
4. Vicky Siahaan (F34160053)
5. Nadya Rizky Zahrani (F34150056)

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang
didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada
tingkat energi dasar (ground state). Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya
elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat
labil, elektron akan kembali ke tingkat energi dasar sambil mengeluarkan energi yang
berbentuk radiasi. Dalam AAS, atom bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk
energi seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik.
Interaksi ini menimbulkan proses-proses dalam atom bebas yang menghasilkan
absorpsi dan emisi (pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang dipancarkan bersifat
khas karena mempunyai panjang gelombang yang karakteristik untuk setiap atom
bebas.
Uji organoleptik disebut juga dengan pengukuran inderawi merupakan ilmu
pengetahuan yang menggunakan indera manusia untuk mengukur tekstur,
penampakan, aroma dan flavor produk pangan. Penerimaan konsumen terhadap suatu
produk diawali dengan penilaiannya terhadap penampakan, flavor dan tekstur.
Objek yang diukur atau dinilai sebenarnya adalah reaksi psikologis (reaksi mental)
berupa kesadaran seseorang setelah diberi rangsangan, maka disebut juga penilaian
sensorik. Rangsangan yang dapat diindra dapat bersifat mekanis (tekanan, tusukan),
bersifat fisis (dingin, panas, sinar, warna), sifat kimia (bau, aroma, rasa). Pada waktu
alat indra menerima rangsangan, sebelum terjadi kesadaran prosesnya adalah
fisiologis, yaitu dimulai di reseptor dan diteruskan pada susunan syaraf sensori atau
syaraf penerimaan. Kriteria-kriteria tersebut sudah dapat dikaitkan untuk mewakili
kualitas suatu bahan pangan, baik minuman maupun makanan. Selain itu, sistem
ini sudah banyak dibakukan dan dijadikan sebagai alat bantu dalam laboratorium dan
bidang lainnya. Namun, hasil yang didapat tidak 100 % menjamin kebenaran, karena
didalamnya hanya diperlihatkan perlakuan yang terbaik atau yang paling
disenangi oleh para panelis. Atau kekurangannya adalah penilaian dapat bersifat
subjektif. Karena itu uji organoleptik ini biasa disebut dengan uji hedonik.
Uji ini tidak akan memperlihatkan suatu produk yang disenangi oleh panelis karena
dalam pengujiannya telah diacak. Oleh karenanya dibutuhkan suatu analisis data
untuk menggabungkan berbagai penilaian yang telah didapat.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk menentukan jumlah bakteri yang
terdapat pada bahan pemeriksaan. Cara yang paling sering digunakan adalah cara
perhitungan koloni pada lempeng biakan (plate count). Disamping itu dapat juga
diadakan perhitungan langsung secara mikroskopis. Pertumbuhan mikroorganisme
yang membentuk koloni dapat dianggap bahwa setiap koloni yang tumbuh berasal
dari satu sel maka dengan menghitung jumlah koloni dapat diketahui penyebaran
bakteri yang ada pada bahan. Jumlah mikroba pada suatu bahan dapat dihitung
dengan berbagai macam cara tergantung pada bahan dan jenis mikrobanya. Ada 2
macam cara perhitungan jumlah mikroba/bakteri yaitu perhitungan secara langsung
dan tidak langsung.
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan uji organoleptik (rasa, aroma
dan warna), untuk melakukan analisa kuantitatif dengan metode TPC dan.mengetahui
cara menghitung koloni bakteri yang terbentuk dari sampel, menentukan konsentrasi
cemaran logam dalam sampel dengan menggunakan metode AAS pada produk
yoghurt.

METODOLOGI

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah timbangan, pemanas air, labu ukur, alat ASS,
pipet, ruang asam, cawan, inkiubator, alat TPC, gelas plastic, sendok kecil, kertas
formulir organoleptic, pulpen. Bahan yang digunakan adalah yogurt, asam nitrat,
akuades, larutan sulfat, media, sampel susu, sampel sirup, sampel larutan gula,
sampel larutam garam.
Metode
1. Uji Cemaran Logam

Asam Nitrat

Akuades

2. Uji Cemaran Mikroorganisme


Larutan sulfat

Media
3. Uji Organoleptik Pembeda Segitiga

4. Uji Organoleptik Pembeda Duo Trio


5. Uji Organoleptik Ambang Rangsangan

Pembahasan

Uji cemaran logam dilakukan untuk mengetahui kandungan logam berat pada
suatu bahan. Hasil uji akan dibandingkan dengan SNI 2981:2009 tentang yogurt. Hal
ini penting karena kontaminasi logam berat dengan jumlah yang melebihi batas aman
dapat berdampak buruk bagi konsumen, seperti masalah pencernaan terutama pada
anak-anak. Selain itu, logam berat tersebut bersifat akumulatif sehingga dapat
berdampak lebih buruk lagi (Dewi 2011). Pada uji ini, dilakukan hanya untuk
mengetahui logam Fe, Mn, Pb, dan Zn. Namun untuk pengujian Fe tidak dilakukan
karena terjadi error pada alat uji. Hasil yang didapatkan adalah konsentrasi Mn 0
ppm, konsentrasi Pb –2.615 ppm, dan konsentrasi Zn 8.4 ppm. Berdasarkan SNI
2981:2009, kandungan Pb yang didapatkan masih dibawah batas, yaitu 0.3 ppm.
Yoghurt merupakan salah satu produk fermentasi susu dengan bantuan bakteri
asam laktat (BAL). Menurut Astawan (2008) yoghurt mempunyai banyak manfaat
bagi tubuh antara lain mengatur saluran pencernaan, antidiare, antikanker,
meningkatkan pertumbuhan, membantu penderita lactose intolerance dan mengatur
kadar kolesterol dalam darah. Karakteristik yoghurt seperti rasa yang asam dan
tekstur yang kental menjadikan beberapa orang tidak menyukainya. Kemampuan
mikroorganismeuntuk tumbuh dan tetap hidup merupakan suatu hal yang penting
untuk diketahui. Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroba sangat penting di dalam mengendalikan mikroba.Yoghurt merupakan produk
olahan susu dari hasil fermentasi Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus
bulgaricus yang menghasilkan asam laktat. Bakteri asam laktat memiliki kemampuan
antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen.
Peningkatan produksi asam laktat akan menurunkan pH sehingga dapat menghambat
proses pertumbuhan mikroba patogen. Prinsip uji mikrobiologi atau TPC untuk
mengetahui berapa jumlah bakteri yang ada pada produk yoghurt. Uji mikrobiologi
atau TPC yang didapatkan dengan rata-ratan jumlah mikrobiologi dengan rentaan 30-
300 dan ada juga bakteri yang tidak tumbuh di beberapa cawan. Hasil dari uji
mikrobiologi atau TPC sudah sesuai dengan beberapa SNI yang ada dan bagi mikroba
yang tidak tumbuh ada beberapa faktor yang mempengaruhi mikroba tidak tumbuh.

Uji segitiga dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen. Uji


pembedaan segitiga dilakukan oleh panelis agak terlatih dan panelis terlatih
(Soemaryoto 2016). Prinsip uji pembedaan segitiga yaitu uji untuk mengidentifikasi
adanya perbedaan aroma, warna, dan rasa pada 3 sampel yang disajikan dalam 3
contoh berkode, dua contoh sama dan satu contoh lainnya berbeda (Soemaryoto
2016). Panelis menunjukkan contoh yang berbeda dengan menuliskan angka 1,
apabila contoh sama ditulis dengan angka 0.

Praktikum ini digunakan sirup sebagai media uji pembedaan segitiga. Panelis
diberikan 3 contoh sirup, dua contoh diantaranya merupakan sirup yang samaa, dan
satu contoh lainnya adalah sirup yang berbeda. Parameter yang diamati adalah warna,
aroma, dan rasa dari sirup. Uji dilakukan oleh 15 panelis dan didapat data hasil
praktikum pada parameter warna terdapat 7 panelis memberi keputusan warna sirup
dengan kode 345 berbeda dengan contoh lainnya, dan 6 panelis memberi keputusan
warna sirup dengan kode 012 berbeda dengan contoh lainnya, dan 1 panelis memberi
keputusan warna sirup dengan kode 789 berbeda dengan contoh lainnya. Parameter
aroma didapat data 5 panelis memberi keputusan aroma sirup dengan kode 345
berbeda dengan contoh lainnya, 7 panelis memberi keputusan aroma sirup dengan
kode 012 berbeda dengan contoh lainnya, dan 3 panelis memberi keputusan aroma
sirup dengan kode 789 berbeda dengan contoh lainnya. Parameter rasa didapat data 5
panelis memberi keputusan rasa sirup dengan kode 345 berbeda dengan contoh
lainnya, 7 panelis memberi keputusan rasa sirup dengan kode 012 berbeda dengan
contoh lainnya, dan 3 panelis memberi keputusan rasa sirup dengan kode 789 berbeda
dengan contoh lainnya.

Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil sebagai berikut; untuk uji


pembedaan rasa sirup terdapat 5 panelis dari 15 panelis memberi keputusan benar
bahwa rasa sirup dengan kode 345 berbeda dengan dua sampel yang lain yang
disajikan. Berdasarkan tabel jumlah terkecil untuk menyatakan beda nyata pada uji
segitiga, dapat disimpulkan bahwa sirup dengan kode 345 berbeda dari dua sampel
yang lain untuk kriteria rasa, rasa tidak dapat menyatakan adanya perbedaan yang
nyata karena jumlah panelis yang menjawab dengan tepat contoh yang berbeda belum
memenuhi jumlah yang ditetapkan. Uji pembedaan aroma sirup terdapat 5 panelis
dari 15 panelis memberi keputusn benar bahwa aroma sirup dengan kode 345 berbeda
dengan dua sampel lain yang disajikan, untuk kriteria aroma, aroma tidak dapat
menyatakan adanya perbedaan yang nyata karena jumlah panelis yang menjawab
dengan tepat contoh yang berbeda belum memenuhi jumlah yang ditetapkan. Uji
pembedaan warna sirup terdapat 7 panelis dari 15 panelis memberi keputusn benar
bahwa warna sirup dengan kode 345 berbeda dengan dua sampel lain yang disajikan,
untuk kriteria warna, warna tidak dapat menyatakan adanya perbedaan yang nyata
karena jumlah panelis yang menjawab dengan tepat contoh yang berbeda belum
memenuhi jumlah yang ditetapkan.
Uji duo trio adalah uji yang di gunakan untuk mendeteksi adanya perbedaa
yang kecil antra dua contoh. Uji ini relative mudah karena adanya contoh baku dalam
pengujian. Biasanya uji duo-trio digunakan untuk melihat keperluan baru terhadap
mutu produk ataupun menilai keseragaman mutu bahan serta digunakan utuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan antara 2 sampel atau mendeteksi perbedaan sifat
yang tingkat perbedaan yang sangat sedikit , misalnya untuk mendeteksi perbedaan
sifat-sifat hasil yang di proleh dari 2 kondisi yang sedikit berbeda dalam uji ini
disediakan 3 sampel dengan rrincian 2 sampel sama dan 1 sampel beda, salah satu
sampel yang sama di beri tanda s sebagai standart, karena contoh yang dinilai ada 2
maka peluang secara acak adalah ½ atau 50% . Uji duo trio merupakan salah satu uji
pembeda , uji pembeda ini biasanya digunakan untuk mengetahui adanya tidaknya
perbedaan antara dua sampel yang disajikan , pada duo trio ini digunakan sampel
yang disajikan , pada duo trio ini digunakan sampel pembanding.
Uji duo trio bertujuan untuk mencari perbedaan yang kecil. Setiap panelis
disajikan 3 contoh sampel produk berbeda . Uji duotrio hampir sama dengan uji
segitiga, tetapi dalam uji ini dari awal telah di tentukan pembanding yang
dibandingkan dengan kedua sampel lainnya , dalam penyajian contoh ketiganya
disajikan bersamaan. Panelis diminta untuk memilih di antara 2 contoh yang berbeda
dengan pembanding (Hastuti 1987).

Menurut Barasbanyu (2011) manfaat yang dapat diperoleh setelah melakukan


uji duotrio yaitu :
a. Dapat mengetahui perbedaan dari suatu bahan pangan baik dalam hal pengolahan
bahan baku yang digunakan dan lain-lain.
b. Dapat mengetahui perbedaan antara aroma, warna dan rasa dalam beberapa bahan
pangan
c. Dapat melatih sensitifitas alat indra dalam uji sensori atau pun organoleptik
d. Dapat mengetahui perbedaan karateristikyang dimiliki suatu bahan pangan.
Hasil penilaian panelis di tabulasikan dalam table dan dibandingkan dengan
table duo trio dengan taraf 5%, 1%, 0.1%. Dari 15 panelis, panelis yang menyatakan
berbeda atau yang menyatakan susu dengan kode 123 ada 7 dan kode 456 ada 9
panelis .pada tabel duo trio berbeda dengan sampel R yaitu sebanyak 21 oirang ,
parameter yang diamati yaitu warna sirup. Pada table duo trio jumlah minimum
panelis yang menyatakan beda (benar) dengan jumlah panelis 15 pada taraf 5% yaitu ,
12 orang. Sehingga data dikatakan bahwa tidak ada perbedaan warna pada susu.
Jumlah panelis yang menyatakan berbeda yaitu 15 orang jadi, aroma dari susu yang
memiliki kode 456 tidak berbeda dengan sampel baku. Pengujian rasa pada sampel
diproleh sebanyak 7 orang panelis yang menyatakan berbeda pada sampel berkode
456 berbeda dengan sampel baku “D”.
Praktikum ini menggunakan uji Threshold untuk mengetahui ambang mutlak,
ambang pengenalan, ambang pembedaan dan ambang batas rasa. Ambang mutlak
(Absolute threshold) merupakan jumlah benda rangsang terkecil yang sudah mulai
menimbulkan kesan. Penentuan threshold digunakan untuk menentukan tingkat
konsentrasi terendah suatu substansi yang masih dapat dideteksi (absolute treshold)
atau perubahan konsentrasi terkecil suatu substansi yang masih dapat dideteksi
perubahannya (difference threshold). Metode ini juga dapat digunakan untuk
mengenal macam stimulus (recognition threshold), seperti asin, manis atau asam.
Pengujian dilakukan dengan cara panelis diminta mencicipi sampel secara berurutan
dari konsentrasi rendah sampai konsentrasi tinggi (Soekarto dan Soewarno 1985).
Ambang mutlak yaitu suatu konsentrasi yang dapat memberi kesan bahwa larutan
tersebut berbeda dengan air,ambang pengenalan yaitu suatu konsentrasi yang
menunjukkan bahwa panelis dapat mengenali jenis rasa larutan tersebut (asin, manis,
asam, atau pahit). Ambang pembeda yaitu suatu konsentrasi dimana konsentrasi yang
satu dengan yang lainnya ada perbedaan rasa, Sedangkan ambang batas adalah suatu
konsentrasi yang terendah yang memberikan kesan maksimum atau suatu kesan yang
sudah jenuh (Ramadhani et.al 2012).
Kesan yang ditulis oleh panelis pada formulir yaitu : x jika jenis rasa belum
bisa dikenali, + jika rasa sudah dikenali dengan 1 = lemah, 2=sedang, 3=kuat,
4=sangat kuat, 5= amat sangat kuat. Hasil dari rekapan para panelis ditabulasikan.
Pada praktikum ini, menggunakan 2 jenis sampel yaitu larutan gula, dan larutan
garam pada konsentrasi berbeda-beda. Jenis sampel larutan gula dibagi menjadi 5
sampel dengan konsentrasi masing-masing 0,2 ; 0,3; 0,4; 0,5; dan 0,6. Hasil uji
menunjukkan bahwa rerata masing-masing dari konsentrasi terendah adalah 0,46 ; 1;
1,35; 2,04 ; 2,27. Sedangkan daya deteksi masing-masing dari konsentrasi terendah
adalah 61,5; 76,9; 100; 100; 100%.

Ambang mutlak ditentukan oleh besarnya konsentrasi dengan daya deteksi


pada grafik regresi. Ambang mutlak ditentukan oleh 50% panelis, dan ambang
pengenalan ditentukan oleh 75% panelis, ambang batas ditentukan oleh 100%
panelis. Berdasarkan data terhadap rasa manis, pada konsentrasi gula 0,2 daya
deketksinya 61,50% dapat dikatakan berada pada ambang mutlak, artinya panelis
sudah mulai memberi kesan terhadap rasa larutan tersebut.Pada konsentrasi 0,3 , daya
deteksi sebesar 76,90% termasuk dalam ambang pengenalan. Pada saat itu, panelis
sudah mampu mengidentifikasi bahwa larutan itu berasa manis. Pada konsentrasi gula
0,4; 0,5; dan 0,6 , daya deteksinya adalah 100%, sehingga termasuk dalam ambang
pembeda dimana panelis sudah dapat membedakan tingkat kemanisan dari sampel.
Grafik yang dihasilkan anatar konsentrasi gula dan kesan yang diperoleh tidak linier,
hal tersebut dikarenakan adanya faktor-faktor yang dapat mencampuri fungsi indera
terutama perasa dan pembauan pada panelis sebelum melakukan pengujian, sehingga
berpengaruh terhadap kesan yang diperoleh dan daya deteksi panelis. Seharusnya,
kedua grafik menunjukkan garis linier, sebab semakin tinggi konsentrasi, maka kesan
yang diperoleh dan daya deteksi seharusnya semakin besar juga (Ramadhani et.al
2012).

Berdasarkan data terhadap rasa asin, pada konsentrasi garam 0,25 didapat
rata-rata 0,046 dan daya deteksi 69,20% sehingga masuk dalam ambang mutlak yaitu
panelis sudah dapat membedakan sampel asin dengan air. Pada konsentrasi 0,5
didapat rata-rata 1,15 dengan daya deteksi 100% yaitu termasuk ambang batas. Pada
konsentrasi garam 1,0 didapat rata-rata 1,73 dengan daya deteksi 100% yaitu
termasuk ambang pembeda. Pada konsentrasi 1,5 didapat rata-rata 2,54 dengan daya
deteksi 100% yaitu ambang pembeda. Pada konsentrasi 2,0 didapat rata-rata 3,15
dengan daya deteksi 100% yaitu ambang pembeda, yaitu panelis dapat membedakan
tingkat keasinan masing-masing sampel. Grafik yang dihasilkan pada besaran kesan
terhadap konsentrasi menghasilkan grafik yang hampir menyerupai garis linier,
karena semakin tinggi konsentrasi garam, maka kesan terhadap rasa asin seharunsya
juga semakin besar.Grafik hubungan antara daya deteksi dengan konsentrasi tidak
linier. Hal tersebut dapat disebabkan suhu, medium rasa yang dipakai, dan adapatasi.
Suhu optimum untuk rasa asin adalah 18° - 35°C. Kenaikan temperatur akan
menurunkan rangsangan rasa asin dan sebaliknya. Intensitas rasa akan besar dalam
media air daripada dalam media yang lain. Diantara panelis berbeda tingkat
sensitivitasnya, sehingga rangsangan rasa belum tentu dapat diukur secara seragam
oleh panelis. Apabila semakin banyak sampel yang diuji oleh panelis, maka lama
kelamaan panelis akan dapat memberikan respons terhadap rangsangan yang diterima
panelis secara konstan (Kartika et.al 1988).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan uji ambang rangsangan antara


lain tingkat kenaikan rasa, kesan, konsentrasi, atau rangsangan telah terpikirkan dan
atau dengan penalaran panelis sehingga tingkat nilai hasil pengujian terlihat sangat
bagus, panelis melakukan uji ambang rasa dengan teknik yang benar misalnya untuk
rasa manis menggunakan ujung lidah, rasa asin pada tengah dan pinggir lidah, rasa
asam pada pinggir lidah, dan rasa pahit pada bagian belakang lidah. Selain itu juga
karena panelis memiliki kepekaan rasa yang baik. Sedangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kegagalan uji ambang rangsangan yaitu panelis yang melakukan uji
sedang tidak dalam kondisi prima, panelis belum makan sesuatu apapun untuk
sarapan, panelis tidak melakukan respon yang spontan terhadap kesan yang didapat
sehingga perlu berulang kali mencoba, bisa juga karena panelis belum terbiasa atau
berpengalaman sehingga kurang dapat membedakan kesan dari alat indera terhadap
reaksi atau rangsangan yang diterima (Soekarto 1985).

PENUTUP

Simpulan

Uji organoleptik terdiri dari tiga macam yaitu uji duo trio, uji segitiga dan uji
ambang rangsangan. Kehandalan dari uji organoleptik tergantung dari pengenalan
sifat masing-masing mutu yang diinginkan, tingkat latihan dan kepekaan masing-
masing panelis. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan uji ambang
rangsangan antara lain tingkat kenaikan rasa, kesan, konsentrasi, atau rangsangan
telah terpikirkan dan atau dengan penalaran panelis sehingga tingkat nilai hasil
pengujian terlihat bagus.
Uji pembeda segitiga untuk kriteria warna, aroma, dan rasa tidak menyatakan adanya
perbedaan yang nyata pada tingkat 5%, 1%, dan 0,1% karena jumlah panelis yang
menjawab dengan tepat contoh yang berbeda belum memenuhi jumlah yang
ditetapkan (9, 10, 12). Uji mikrobiologi didapatkan data TBUD yaitu jumlah koloni
bakteri lebih dari 300. Uji mikrobiologi atau TPC dari yogurt didapatkan dengan rata-
ratan jumlah mikrobiologi dengan rentang 30-300 dan ada juga bakteri yang tidak
tumbuh di beberapa cawan. Hasil dari uji mikrobiologi atau TPC sudah sesuai dengan
SNI yogurt.

Saran

Pemberian arahan kepada panelis sangat penting karena pada uji pembedaan
panelis harus mengerti metode dan prosedur pengujian karena dapat mempengaruhi
hasil uji. Uji cemaran mikroba perlu dilakukan dalam suasana aseptis supaya tidak
ada kontaminan yang masuk ke dalam hasil uji sehingga data dapat benar dan teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. 2008. Susu Fermentasi untuk Kebugaran dan Pengobatan. Penerbit
Universitas Atmajaya, Yogyakarta.
Barasbanyu. 2011. Uji pembedaan, triangle dan duo – trio. Bandung (ID): Kencana.

Dewi. 2009. Analisis cemaran logam timbal (Pb), tembaga (Cu), dan cadmium (Cd)
dalam tepung gandum secara spektrofotometri serapan atom. [skripsi]. Depok
(ID) : Universitas Indonesia

Hastuti P. 1987. Pedoman uji indrawi bahan pangan. Yogyakarta (ID): PAU. Pangan
dan Gizi.

Kartika B, Hastuti P, Supartono W. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan.


Yogyakarta (ID) : Universitas Gadjah Mada.

Ramadhani S, Theo FR, Nombiga TE. 2012. Uji Ambang Rangsang. Bogor(ID) :
Institut Pertanian Bogor.

Soekarto, Soewarno T.1985. Penilaian Orgaoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian . Jakarta (ID) :Bharatakarya Aksara.

Soemaryoto. 2016. Pengaruh penggunaan asam tinggi terhadap tingkat preferensi


konsumen dan umur simpan produk permen. Jurnal Agroindustri Halal. 2(1):
38-43.

Anda mungkin juga menyukai