Anda di halaman 1dari 11

LEMBAR TUGAS MANDIRI QBD-5 FISIKA

Syifa Puspa Anggraeni (Kelompok B1)


8881190030

REFRAKSI DAN MEDIA REFRAKSI PADA MATA MANUSIA

a. Refraksi

Refraksi adalah fenomena fisik yang terjadi setiap saat


gelombang, seperti cahaya atau suara, bergerak dari satu
medium (substansi) ke medium yang lain di mana kecepatan
penyebarannya berbeda. Efek yang terlihat adalah perubahan
arah gelombang propagasi dari medium pertama ke medium
kedua. Jika sinar datang menyentuh antarmuka (batas) antara
dua media membentuk sudut 90◦, maka tidak ada yang terjadi
dan sinar melanjutkan perambatannya ke arah yang sama
normal ke antarmuka. Jika sinar datang tidak mencapai normal antarmuka antara dua media,
maka perubahan ke arah terjadi perambatan gelombang yang menyebabkan aneh efek seperti
pembengkokan yang jelas dari objek yang sebagian terendam air atau fatam organa diamati di
gurun pasir yang panas.1

b. Media Refraksi

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh


media penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor
(cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan
panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan
pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata
sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah
melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula
lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan
benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat
jauh.2
1) Kornea

Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya. Kornea
merupakan lapisan jaringan yang menutupi bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis,
yaitu :

1. Epitel

 Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling 
 tumpang

tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. 


 Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi
lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat
berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui
desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan

glukosa yang merupakan barrier. 


 Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila 
 terjadi

gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. 


 Epitel berasal dari ektoderm permukaan.


2. Membran Bowman

 Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen 
 yang

tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. 


 Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi 


3. Stroma
 Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya,
pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan dibagian perifer serat kolagen
ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-
kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan
dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement

 Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma 
 kornea


dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya 


 Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 μm.

5. Endotel
 Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40 μm. Endotel

melekat pada membran descement melalui hemi desmosom dan zonula okluden.2

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah
depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri
pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.2

2) Aqueous Humor (Cairan Mata)

Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak
memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan mengganggu
lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh
jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior.
Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika aqueous
humor tidak dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya (sebagai contoh, karena
sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan
menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (“di dalam mata”). Keadaan ini dikenal sebagai
glaukoma. Kelebihan aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreous
humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini
menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika tidak
diatasi.3

3) Lensa

Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang.
Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa.
Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya
serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa
merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul
lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar
nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks
yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan
dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding
korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang
menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar.2

Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:

 Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk

menjadi cembung 


 Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan, 


 Terletak ditempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous 
 body dan

berada di sumbu mata.2


4) Badan Vitreous (Badan Kaca)

Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini merupakan gel
transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul asam
hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang
menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar
dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah
dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhanbadan vitreous akan memudahkan
melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi.2 Vitreous humor penting untuk
mempertahankan bentuk bola mata yang sferis.3

5) Panjang Bola Mata

Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang bola mata
seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena kornea
(mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang atau lebih pendek)
bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada mekula. Keadaan ini disebut sebagai
ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma.2

c. Kelainan Refraksi

Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar oleh media penglihatan yang terdiri
dari kornea, cairan mata, lensa, badan kaca atau panjang bola mata sehingga bayangan benda
dibiaskan tidak tepat di daerah makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Keadaan ini disebut
ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma.2

PROSES YANG TERJADI DI TELINGA LUAR DAN TENGAH KETIKA SUARA


MENCAPAI TELINGA

Telinga terdiri atas tiga bagian dasar, yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah
dan telinga bagian dalam. Setiap bagian telinga bekerja dengan tugas khusus untuk mendeteksi
dan menginterpretasikan bunyi.
a. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari pinna (telinga), meatus akustikus ekterna dan membran timpani
(eardrum).Pinna adalah struktur menonjol yang merupakan kartilago terbalut kulit. Fungsi
utamanya adalah mengumpulkan dan menghubungkan suara menuju meatus akustikus
eksterna.
Meatus akustikus eksterna. selain sebagai tempat penyimpanan serumen, juga berfungsi
untuk meningkatkan sensitifitas telinga dalam 3000 Hz – 4000 Hz. Saluran ini memiliki
panjang sekitar 2,5 cm. Gendang telinga atau membran timpani, memiliki ketebalan sekitar 0,1
cm dan luas sekitar 65mm2 . Gendang ini menyalurkan getaran di udara ke tulang-tulang kecil
telinga tengah.4
Membran timpani berada pada perbatasan telinga luar dan tengah. Area tekanan tinggi
dan rendah pada gelombang suara akan menyebabkan membran timpani bergetar ke dalam dan
keluar. Supaya membran tersebut dapat secara bebas bergerak kedua arah, tekanan udara
istirahat pada kedua sisi membran timpani harus sama. Membran sebelah luar terekspos pada
tekanan atmosfer yang melewati meatus akustikus ekterna sedangkan bagian dalam
menghadapi tekanan atmosfer dari tuba eustachius yang menghubungkan telinga tengah ke
faring. Secara normal, tuba ini tertutup tetapi dapat dibuka dengan gerakan menguap,
mengunyah dan menelan.4
b. Telinga Tengah
Telinga tengah terdiri dari 3 buah tulang (ossicle) yaitu malleus, incus dan stapes.
Malleus menempel pada membran timpani sedangkan stapes menempel pada oval window
yang merupakan gerbang menuju koklea yang berisi cairan. Suara yang masuk 99,9%
mengalami refleksi dan hanya 0,1% saja yang di transmisi/diteruskan. Pada frekuensi kurang
dari 400 Hz membran timpani bersifat “per” sedangkan pada frekuensi 4.000 Hz membran
timpani akan menegang.5
Saat membran timpani bergetar, tulang-tulang tersebut bergerak dengan frekuensi yang
sama, mentransmisikan frekuensi tersebut menuju oval window. Tiap-tiap getaran
menghasilkan pergerakan seperti gelombang pada cairan di telinga dalam dengan frekuensi
yang sama dengan gelombang suara aslinya.
Sistem ossicle mengamplifikasikan tekanan dari gelombang suara pada udara dengan
dua mekanisme untuk menghasilkan getaran cairan pada koklea. Pertama adalah karena
permukaan area dari membran timpani lebih besar dari oval window, tekanan di tingkatkan
ketika gaya yang mempengaruhi membran timpani disampaikan oleh ossicle ke oval window
(tekanan = gaya/area). Kedua adalah kerja dari ossicle memberikan keuntungan mekanis
lainnya. Kedua hal tersebut meningkatkan gaya pada oval window sampai 20 kali. Tambahan
tekanan tersebut penting untuk menghasilkan pergerakan cairan pada koklea.4
c. Tuba Eustachius
Tuba Eustachius menghubungkan telinga tengah ke bagian belakang mulut kita. Saluran ini
berfungsi sebagai jalur drainase untuk cairan yang dihasilkan di telinga tengah. Sewaktu
terbuka sesaat, saluran ini memungkinkan tekanan di telinga tengah menjadi sama dengan
tekanan atmosfer. Saluran ini hampir selalu dalam keadaan tertutup. Apabila saluran tersebut
menutup atau membuka terus-menerus selama beberapa jam, akan dapat timbul masalah-
masalah fisiologis. Penyamaan tekanan dapat terjadi secara spontan tanpa gerakan rahang
apabila tekanan udara sekitar berkurang. Udara di telinga tengah biasanya secara perlahan
diserap ke dalam jaringan sehingga tekanan di bagian dalam gendang telinga berkurang.
Apabila karena suatu hal tuba Eustachius tidak membuka, perbedaan tekanan akan
menyebabkan gendang telinga cekung ke dalam dan mengurangi kepekaan telinga. Perbedaan
tekanan sekitar 8 kPa atau 1/12 atmosfer di gendang telinga menyebabkan nyeri. Penyebab
umum gagalnya sistem untuk menyamakan tekanan ini adalah tersumbatnya tuba Estachius
oleh cairan kental akibat flu dan pembengkakan jaringan di sekitar pintu masuk tuba.6

HUKUM BOYLE DAN APLIKASINYA PADA KEGIATAN MENGHIRUP DAN


MENGHEMBUSKAN NAPAS
Robert Boyle (1627-1691) merupakan salah satu ilmuwan yang mengembangkan
penyelidikan mengenai hubungan tekanan (p) dan volume (V) dari gas ideal dengan
menggunakan sebuah gelas tabung yang salah satu ujungnya tertutup dan ujung yang lainnya
terbuka (pipa U). Dari percobaannya ini Boyle mengembangkan sebuah persamaan yang
menggambarkan hubungan volume (V) dan
tekanan (p) yang berbunyi :7
“Tekanan dan Volume dari suatu gas adalah
berbanding terbalik pada masa gas dan suhu yang
konstan”
 Pengaplikasian Hukum Boyle pada
kegiatan respirasi
Pernapasan Dada
Menarik nafas karena muskulus interkostalis eksternus berkontraksi,hingga iga terangkat
serentak dengan menurunnya diafragma sehingga volume intrathorakal membesar yang
menurut hukum Boyle akan menyebabkan tekanan intrathorakal menurun mengakibatkan
udara masuk dari luar kedalam paru ,sebaliknya mengembuskan nafas karena muskulus
interkostalis relaks,iga menurun,disertai diafragma menaik lalu volume intrathorakalis
mengecil lalu tekanan naik dan mengakibatkan udara keluar.7
Penjelasan lainnya, saat udara mulai masuk diafragma akan berkontraksi dan volume paru-
paru mulai membesar, pada tahap ini tekanan paru-paru < tekanan luar dan menyebabkan udara
dari luar masuk. Sedangkan saat udara keluar diafragma akan berelaksasi dan volume paru-
paru mulai mengecil, pada tahap ini tekanan paru-paru > tekanan luar dan menyebabkan udara
dalam paru-paru keluar.7

HUKUM POISEUILLE DAN APLIKASINYA PADA DARAH


Jean Poiseuille mempelajari tentang aliran zat alir dengan viskositas konstan dalam
pipa dan tabung yang alirannya laminer. Dari
studinya, Poiseuille berhasil menjabarkan
persamaan untuk Kelajuan Aliran yang dikenal
dengan hukum Poiseuille, yaitu menyatakan
bahwa cairan yang mengalir melalui saluran
pipa akan berbanding langsung dengan
penurunan tekanan sepanjang pipa dan pangkat empat jari-jari pipa. Jadi rumus diatas dapat
dinyatakan : volume/detik = tekanan/tahanan.

 Pengaplikasian Hukum
Poiseuille pada darah
Laju aliran darah melalui tubuh secara umum berbentuk laminar dari pada turbulen.
Oleh karena itu kita dapat memperlakukan aliran darah di dalam arteri identik ketika suatu
cairan bergerak secara laminar dalam suatu pipa kecil. Karena gaya molekular yang atraktif
antara darah dengan dinding dalam dari arteri maka tidak ada aliran darah yang berkontak
langsung dengan dinding arteri. (hal ini juga untuk aliran fluid di dalam pipa).8

Gambar Cairan viskous yang mengalir Gambar variasi kecepatan melewati diameter
melalui pipa halus memiliki distribusi dari arteri disertai dengan variasi yang menekan
kecepatan parabolik sel darah ke darah tengah arteri

Akibatnya kecepatan aliran darah adalah nol pada dinding arteri dan aliran lebih cepat
di tengah dari arteri. Adalah memungkinkan untuk mendapatkan bentuk kecepatan aliran fluida
(menggunakan metode kalkulus) sebagai fungsi dari jarak r dari tengah pipa. Seperti yang
ditunjukkan dari gambar cairan viskous, kita berasumsi bahwa radius dalam a dan panjang l
dimana perbedaan kecepatan P1-P2. Jika viskositas dalam fluida adalah η maka kecepatan
adalah :

Gambar ini menunjukkan bagaimana kecepatan bervariasi terhadap diameter pipa


Karena aliran kecepatan berubah dengan jarak radial tabung dari arteri maka dari
persamaan Poiseuille menunjukkan bahwa harus terdapat perubahan tekanan dalam tabung.
Kecepatan yang rendah dekat dengan dinding menunjukkan adanya tekanan yang lebih tinggi.
Pada tengah tabung dimana kecepatan lebih besar, tekanan relative lebih kecil. Maka tekanan
meningkat ketika jarak radial meningkat. Berbagai objek kecil seperti sel darah merah mengalir
melalui tabung selanjutnya akan mengalami perbedaan tekanan
radial. Perbedaan tekanan menghasilkan gaya yang cenderung untuk
menekan sel darah kearah tengah pada tabung. Seperti yang
ditunjukan pada rumus diatas. Kita mengetahui dari bukti lain bahwa
sel darah terkonsentrasi di tengah tabung arteri.
Kita dapat menggunakan persamaan di atas untuk kecepatan
(dengan metode kalkulus) untuk menghitung laju aliran darah fluida
melalui pipa. Laju aliran (flow rate) Q (F) diukur dalam m3/s
diberikan :
Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan Poiseuille’s, setelah Fisiologis francis
Jean Marie Poiseuille (1799-1869) yang pertama kali merumuskannya. Perhatikan bahwa Q
(F) bergantung pada radius a; ketika a meningkat dua kali lipat Q meningkat dengan pangkat
16. Demikian juga ketika a dibuat lebih kecil, kecepatan aliran menurun secara drastis. Jika
dalam beberapa kondisi sebagai akibat dari adanya penebalan dinding arteri (yang memberi
efek menjadi semakin lebih kecil), menurunnya kecepatan aliran darah dapat menyebabkan
angina pectoris, ditandai dengan rasa sakit dada ketika aktivitas fisik. Penyebab tersering
terjadinya angina pectoris adalah arteriosclerosis, adanya penebalan dari arteri. Menghilangkan
rasa sakit dapat digunakan beberapa obat seperti nitroglycerine yang dapat melemaskan otot
dinding arteri dan jari-jari a menjadi lebih besar, sehingga terjadi laju aliran darah dan
menurunkan beban jantung.9

PRINSIP TERMODINAMIKA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEIMBANGAN


ENERGI DAN SUHU TUBUH MANUSIA

Termodinamika adalah ilmu yang mempelajari hukum-hukum yang mengatur


perubahan energi dari suatu bentuk ke bentuk lain, aliran dan kemampuan energi melakukan
usaha. Hukum termodinamika :10
1. Hukum pertama, yaitu prinsip kekekalan energi yang memasukkan kalor sebagai mode
perpindahan energi.10
2. Hukum kedua, yaitu bahwa aliran kalor memiliki arah, dengan kata lain, tidak semua
proses di alam adalah reversibel (dapat dibalikkan arahnya).10
 Hubungan prinsip termodinamika dengan keseimbangan energi dan suhu tubuh
manusia
Energi berasal dari makanan hasil metabolisme dan oksigen yang kita hirup dan
tersimpan di dalam tubuh. Sebagian dikeluarkan akibat aktivitas ataupun energi yang hilang
akibat temperatur tubuh yang lebih tinggi dibandingkan lingkungan. Untuk menjaga suhu
tubuh, kalor perlu dikonduksikan melalui kulit. Agar terjadi konduksi maka harus terjadi
perubahan temperatur. Mekanisme perpindahan kalor melalui sistem aliran darah. Kalor masuk
ke dalam sel interior dengan mekanisme konduksi. Sistem aliran darah akan membawa kalor
menuju kulit. Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hypothalamus (di bawah otak) yang
berfungsi untuk mengatur upaya penyimpanan panas.10
Untungnya tubuh memiliki metode lain untuk mentransfer panas. Sebagian besar
panas diangkut dari dalam tubuh dengan darah dalam sistem peredaran darah. Panas memasuki
darah dari sel interior dengan konduksi. Dalam hal ini, perpindahan panas dengan konduksi
relatif cepat karena jarak antara kapiler dan sel penghasil panas kecil. Sistem peredaran darah
membawa darah yang dipanaskan ke dekat permukaan kulit. Panas kemudian ditransfer ke
permukaan luar dengan konduksi. Selain mengangkut panas dari bagian dalam tubuh, sistem
peredaran darah mengontrol ketebalan isolasi tubuh. Ketika aliran panas keluar dari tubuh
berlebihan, kapiler di dekat permukaan menjadi
menyempit dan aliran darah ke permukaan
sangat berkurang. Karena jaringan tanpa darah
adalah penghantar panas yang buruk, prosedur
ini menyediakan lapisan isolasi panas di sekitar
inti tubuh bagian dalam.10

MENGAPA MENGANGKAT BEBAN BERAT DARI POSISI BUNGKUK DAPAT


MEMBUAT SAKIT PUNGGUNG? JELASKAN VEKTOR GAYA YANG TERJADI
PADA TULANG BELAKANG AKIBAT AKTIVITAS TERSEBUT
Pada sistem kerangka manusia terdapat beberapa titik rawan, yaitu ruas tulang belakang dan
pada pangkal paha. Titik ruas tulang belakang merupakan titik yang paling rawan terhadap
kecelakaan kerja karena pada titik tersebut terdapat selaput yang berisi cairan (disk) yang
berfungsi untuk meredam pergerakan antar ruas lumbar ke-5 dan sacrum ke-1. Jika tekanan
yang diakibatkan pengangkatan beban melebihi batas maksimum, maka akan mengakibatkan
pecahnya disk yang dapat mengalami kelumpuhan.11 Saat mengangkat beban dalam posisi
duduk, titik tumpu beban berada di punggung. Punggung menahan badan kita melalui tulakang
belakang atau rusuk. Sementara tulang rusuk yang terlalu sering mengangkat beban
menyebabkan tulang belakang membungkuk ke depan, sehingga cairan pada bantalan sendi
akan terdorong ke belakang. Jika tekanan ini cukup besar, cincin fibrosa menjadi robek dan
pecah kemudian timbulah nyeri. Vektor gaya yang dapat terjadi dapat di gambarkan dengan Y
= f.r sin sudut. Y merupakan gaya yang diterima akibat mengangkat bebaan, f diartikan sebagai
panjangnya pundak seseorang, dan sin sudut adalah sudut yang terbentuk akibat dari
mengangkat beban.11
DAFTAR PUSTAKA

1. Zuccher, S. Refraction of Light; 2013. p. 1


2. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata edisi 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta; 2014. p. 64-83
3. Sherwood, L. Human Physiology 9th edition, From Cells to Systems; 2016.
4. Sherwood, L. Human Physiology 6th edition, From Cells to Systems. USA : The
Thomson Corporation; 2007.
5. Gabriel J. F. Fisika Kedokteran. Jakarta. EGC, Cetakan VII. 1996.
6. Cameron JR et al,. Fisika Tubuh Manusia. Ed.2, Jakarta : Penerbit EGC. 2006.
7. Giancoli. Fisika. Prinsip & Apliksi jilid I edisi 7; 2014.
8. Franco G. Applications of Poiseuille’s Law to Vascular Accesses. Controversies &
Updates in Vascular Surgery; 2009. p. 30-31
9. Klanbunde RE. Hemodynamics (Pressure, Flow, and Resistance), Viscosity of Blood.
Cardiovascular Physiology Concepts. Lippincott Wiliams & Wilkins; 2005.
10. Davidovits P. Physics in Biology and Medicine Third Edition. Elsevier; 2008.
11. Fouiz, Infaz. Fluid Mechanics edisi 6; 2015.

Anda mungkin juga menyukai