Bayi X MRS, usia 1 bulan sejak lahir tampak kebiruan, dengan berat badan 2450
gram, panjang badan 43 cm. Saat bayi menyusui dan menangis tampak lebih
kebiruan pada tubuh, membrane mukosa, bibir dan lidah, konjungtiva sera sesak.
Tanda-tanda vital pernapasan 72 x/menit, nadi 120 x/menit, suhu 36,5 oC.
Sianosis
PJB Sianosis
1. TOF
2. TGA
Pertanyaan-Pertanyaan Penting
1. Pengertian Sianosis
Sianosis adalah suatu keadaan dimana kulit dan membran mukosa berwarna
kebiruan akibat penumpukan deoksihemoglobin ( hemoglobin yang
mengandung oksigen) pada pembuluh darah kecil di area tersebut.
Sianosis merupakan warna kebiruan pada kulit dan membran mukosa sebagai
akibat dari peningkatan jumlah Hb yang tereduksi (lebih dari 50 g/L atau 5
g/dL) atau derivat Hb pada pembuluh darah kecil di daerah tertentu. Sianosis
terutama terlihat jelas di bibir, dasar kuku, daun telinga, dan tonjolan tulang
pipi. Derajat sianosis dipengaruhi pigmen kulit dan ketebalan kulit, serta
warna dan keberadaan kapiler kulit.
Sianosis terjadi jika kadar deoksihemoglobin sekitar 5 g/dL. Dan dapat
terlihat dengan mudah pada daerah ujung jari dan bibir.
Sianosis dapat muncul dalam berbagai kondisi medis di mana konsentrasi
oksigen darah rendah, misalnya pada penyakit paru-paru, kelainan jantung
dan di daerah geografis yang tinggi. Sianosis pada bagian dalam bibir (yang
tidak terkena dingin), pipi, lidah dan konjungtiva mata, dapat menjadi bukti
saturasi oksigen darah rendah sekunder karena penyakit paru atau jantung.
Sianosis yang muncul di bagian luar, seperti ujung jari, ujung hidung atau
bagian luar dari bibir dapat disebabkan oleh penurunan aliran darah ke kulit
karena paparan suhu rendah
a. Tetralogi Fallot
Merupakan penyebab paling sering dari “bayi biru” dimana sebahagian
besar darah gagal mengalir melalui paru-paru dan daerah itu, darah
terutama masih vena yang tidak teroksigenasi. Terjadi malformasi
yang terdiri dari stenosis katup pulmonal (umumnya
stenosissubfundibular), defek septum ventrikel, deviasi katup aorta ke
kanan bermuara ke aorta (overriding aorta), dan hipertrofi ventrikel
kanan.
Pada bayi kondisi ini membiru (spell) terjadi bila kebutuhan oksigen
otak melebihi suplaynya. Episode ini biasanya terjadi apabila bayi
menangis lama, setelah makan dan mengejan. Bayi-bayi ini lebih
menyukai posisi knee chest daripada posisi tegak.
a. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua
rongga ventrikel.
b. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang
keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga
menebal dan menimbulkan penyempitan
c. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel
kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar
dari bilik kanan
d. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena
peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal.
I. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaa tidak diketahui
secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –
faktor tersebut antara lain :
Faktor endogen
Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen
Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter,
(thalidmide,dextroamphetamine.aminopterin,amethopterin, jamu)
Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
Pajanan terhadap sinar -X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut
jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih
dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan
terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan ,
oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin
sudah selesai.
c. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
d. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke
paru-paru
e. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek
septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah
Proses keperawatan
f. Pengkajian keperawatan
1. Pemeriksaan fisik
1. Usia 1 bulan sejak lahir tampak kebiruan
2. BB : 2450 gram
PB : 43 cm
3. Saat bayi menyusui dan menangis tampak lebih kebiruan pada tubuh,
membrane mukosa, bibir, lidah, konjungtiva serta sesak
4. Tanda-tanda vital
RR : 72 x/menit
HR : 120 x/menit
S : 36,5 C
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus
patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
Lakukan selanjutnya
1. Penurunan kardiac output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya
malformasi jantung
Tujuan
Anak dapat mempertahankan kardiak output yang adekuat.
Kriteria hasil
Pasien komposmentis
Akral hangat
Intervensi
Anak menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi,
irama dalam batas normal) tidak adanya angina.
Kriteria hasil :
Tanda vital normal sesuai umur
Anak mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dijadwalkan
Anak mencapai peningkatan toleransi aktivitas sesuai umur
Fatiq dan kelemahan berkurang
Anak dapat tidur dengan lelap
Intervensi
1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan
aktivitas.
2. Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
3. Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
4. Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
5. Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi batas
6. Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung kearah kemandirian anak sesui
dengan indikasi
7. Jadwalkan aktivitas sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan peningkatan
kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
Tujuan : anak dapat makan secara adekuat dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan
berat badan normal dan pertumbuhan normal.
Kriteria hasil :
Intervensi :
1. Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang sama, pada waktu
yang sama dan dokumentasikan.
2. Catat intake dan output secara akurat
3. Berikan makan sedikit tapi sering untuk mengurangi kelemahan disesuaikan dengan
aktivitas selama makan ( menggunakan terapi bermain)
4. Berikan perawatan mulut untuk meningktakan nafsu makan anak
5. Berikan posisi jongkok bila terjadi sianosis pada saat makan
6. gunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat di sela makan dan
sendawakan
7. gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress pernafasan yang dapat disebabkan
karena tersedak
8. berikan formula yang mangandung kalori tinggi yang sesuaikan dengan kebutuhan
9. Batasi pemberian sodium jika memungkinkan
10. Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi pemeriksaan laboratorium
Tetralogi of fallot adalah merupakan kumpulan empat kelainan yang terdiri atas ventricular
septum defect (VSD), stenosis pulmoner, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
A. ETIOLOGI
B. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang umum pada tetralogy of fallot adalah:
1. Murmur
Merupakan suara tambahan yang dapat didengar pada denyut jantung bayi. Pada banyak kasus,
suara murmur baru akan terdengar setelah bayi berumur beberapa hari.
1. Cyanosis
Merupakan suatu keadaan kekurangan darah pada sirkulasi bayi yang telah mengalami
oksigenasi sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang pucat. Cyanosis biasanya
timbul antara hari pertama sampai usia minggu kedua.
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Radiologis
3. Elektrokardiogram
4. Ekokardiografi
5 Kateterisasi
6. Pulse oximetry
D. KOMPLIKASI
2. Trombosis pulmonal
3. Abses otak
5. Endokardial bacterial
Kriteria Hasil :
Setelah diberi asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan tanda – tanda vital klien ada pada
kondisi normal, dengan outcame :
- HR : 90 – 140 x/menit
- RR : 25 – 32 x/menit
- BP : 95/65 mmHg
- T : 35,5 – 39OC
Intervensi :
Rasional : Dari data tanda – tanda vital yang di padat dari pasien melalui observasi dapat
sebagai acuan untuk menentukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien.
Rasional : Manifestasi distress pernafasan tergantung pada drajat keterlibatan paru dan
kesehatan umum.
1. Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis
periferatau sianosis sentral.
Rasional : Untuk menentukan tindakan lebih lanjut jika sianosis berkurang atau malah
bertambah parah.
1. Kolaborasi pemberian terapi oksigen dengan benar. Missal, dengan masal, masker
atau masker venture.
Rasional : Kebutuhan oksigen klien terpenuhi dan mengurangi kekurangan oksigen pada
klien. Oksigen diberikan dengan metode yang sesuai dengan keadaan klien.
Kriteria Hasil :
Setelah diberi asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran gas dalam
tubuh klien, dapat diatasi dengan outcome :
Intervensi :
Rasional : Dari data tanda – tanda vital yang di padat dari pasien melalui observasi dapat
sebagai acuan untuk menentukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien.
1. Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan dampingi anak pada saat
melakukan aktivitas.
Rasional : Agar klien tidak terlalu kecapekan saat melakukan sesuatu, dan agar dapat
memantau sejauh mana klien dapat beraktivitas sebelum klien merasa lelah.
1. Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG danfoto thorax serta kolaborasi dalam
tindakan pembedahan.
Rasional : Untuk mengetahui, keadaan dan kondisi kelainan yang terdapat pada jantung, juga
untuk mengatasi masalah menurunnya cardiac output karena adanya defeks ventrikel.
Kriteria Hasil :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan penurunan cardiac
output pada klien dapat diatasi, dengan outcome :
Intervensi :
Rasional : Dari data tanda – tanda vital yang di padat dari pasien melalui observasi dapat
sebagai acuan untuk menentukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien.
Rasional : Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang yang menyebabkan depresi,
agitasi dan mempengaruhi fungsi kognitif /pengambilan kmeputusan. perbaikan status
nutrisi dapat meningkatkan keputusan. Perbaikan status nutrisi, meningkatkan
kemampuan berpikir dan kerja psikologis.
1. Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang sama,
pada waktu yang sama dan dokumentasikan.
Rasional : Mambari cacatan lanjut penurunan dan atau peningkatan berat berat badan
yang akurat. Juga untuk menurunkan obsesi tentang peningkatan dan atau penurunan.
Rasional : Hal itu untuk memantau masukan dan keluaran, sehingga berat badan klien
juga dapat terpantau lewat itu.
Rasional : Walaupun klien mengalami fatiq saat makan, aktivitas makan klien harus
tetap ditingkatkan untuk mengurangi kelemahan disesuaikan dengan aktivitas selama
makan
Rasional : Makan yang mengandung banyak protein dan kalori adalah makan yang untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
1. Kolaborasi dengan merujuk pasien ke ahli gizi.
Rasional : Perlu bantuan diet dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.
Kriteria hasil :
Intervensi
1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah
melakukan aktivitas.
1. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak
berat.
Rasional : Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu
memaksa kerja jantung.
1. Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja napas, dan frekuensi napas
serta keluhan subjektif.
Rasional : Untuk mencegah retensi cairan dan edema akibat penurunan kontraktilitas
jantung.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
1. Ukur tekanan darah. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring,
duduk, atau berdiri bila memungkinkan.
1. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis secara teratur.
Rasional : Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi saluran cerna serta dampak
penurunan elektrolit.
Rasional : Sebagai dampak gagal jantung kananberat akan ditemukan adanya tanda
kongesti pada hepar.
Rasional : Makanan besar dapat meningkatkan kerja jantung. Kafein dapat merangsang
langsung ke jantung sehingga meningkatkan frekuensi jantung.
Kriteria Hasil :
Perkembangan status penuaan fisik normal yang dibuktikan dengan indicator sebagai
berikut :
- Anak akan mencapai norma pertumbuhan yaitu persentil ke-97 atau di bawah
persentil ke-3 untuk usianya.
- Anak akan mencapai tahapan penting perubahan fisik, kognitif, dan kemajuan
psikososial sesuai rentang yang diharapkan.
Intervensi :
1. Ajarkan orang tua untuk memfasilitasi motorik kasar, motorik halus, kognitif,
social, dan pertumbuhan emosi yang optimal pada anak.
Rasional : Pemberian makanan dan cairan untuk mendukung proses metabolic pasien
yang malnutrisi atau berisiko tinggi terhadap malnutrisi.
Rasional : Mendukung pasien untuk menerima tanggung jawab yang lebih atas perilaku
dirinya.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Rasional : Dari data tanda vital yang di padat dari pasien melalui observasi dapat
sebagai acuan untuk menentukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien.
Rasional : Dengan pemberian teknik – teknik yang baik dalam meningkatkan koping
keluarga, dapat lebih menenangkan klien sehingga tidak panic dalam menghadapi
penyakit klien.
1. Pemberian HE pada klien terhadap penangan yang dapat dikalukan oleh kluarga
pada klien.
Rasional : Dengan pemberian HE pada klien, klien lebih mengerti tentang penyakit
yang dialami oleh anak mereka sehingga mampu member penangan yang tepat pada anak
klien.
Rasional : Agar keluarga klien dapat mencari informasi dan berkonsultasi dengan tim
medis lain yang dapat member pengetahuan yang lebih akurat tentang penyakit yang
diderita oleh anak mereka
Penyimpangan KDM TOF
A. Pengkajian
a. Usia. Perlu diketahui pada usia berapa gejala mulai muncul. Pada kasus, usia anak
MRS 1 bulan dengan gejala tampak kebiruan sejak lahir.
b. Pertumbuhan dan perkembangan . Terjadi gangguan perkembangan fisik anak,
terutama berat badan. Pada kasus, berat anak 2450 gram dan panjang badan 43 cm
mengalami gangguan karena kurang dari normal.
c. Pola aktifitas. Tidak mampu melakukan banyak aktifitas karena akan menyebabkan
sianosis. Pada kasus, saat bayi menyusui dan menangis tampak lebih kebiruan pada tubuh,
membran mukosa, bibir dan lidah, konjungtiva.
d. Tanda – tanda vital. Suhu relative normal bila tidak terjadi infeksi. Pada bayi akan
menetek sering terhenti karena kesulitan bernafas. Pada kasus, bayi terasa sesak. TTV ; P:
72 x/menit, S:36,5C, N: 120 x/menit.
e. Pemeriksaan penunjang, berupa :
1. Ultra Sono Grafi ( USG ) untuk menentukan besar jantung, bentuk vaskularisasi paru,
sera untuk mengetahui keadaan thymus, trachea, dan esophagus.
2. Electro Cardiografi ( ECG ), untuk menetahui adanya aritmia atau hipertropi.
3. Echo Cardiografi, untuk mengetahui hemodinamik dan anatomi jantung.
4. Kateterisasi dan Angigrafi, untuk mengetahui gangguan anatomi jantung yang
dilakukan dengan tindakan pembedahan.
5. Pemeriksaan laboratorium, berupa pemeriksaan darah untuk serum elektrolit, Hb,
packet cell volume ( PCV ) dan kadar gula. ( Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, hal. 120
)
6. Photo thorax untuk melihat atau evaluasi adanya cardiomegali dan infiltrate paru. (
Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, hal. 120 )
B. Diagnose
b. Tidak efektifitas pola nafas berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskular paru
Tujuan : tidak terjadi ketidakefektitan pola nafas.
Intervensi :
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman.
2.Observasi penyimpangan dada, selidiki penurunan ekspansi paru atau ketidaksimetrisan
gerakan dada.
3. Kaji ulang laporan foto dada dan pemeriksaan laboratorium GDA, hb sesuai indikasi.
4. Minimalkan menangis atau aktifitas pada anak.
1. Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu (cemas, bingung,letargi, pinsan).
2.Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, catat kekuatannadi perifer.
3. Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritema, edema.
4. Dorong latihan kaki aktif/pasif.
5. Pantau pernafasan.
6. Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, mual/muntah, distensiabdomen,
konstipasi.
7. Pantau masukan dan perubahan keluaran urine.
Tujuan : Anak mengikuti kurva pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.
Intervensi :
1. Beri makanan yang cukup gizi.
Makanan cukup gizi membantu pertumbuhan anak.
2. Beri makanan yang mengandung sumber Fe.
Makanan sumber Fe untuk membant umeningkatkan kadar oksigen dalam darah.
3. Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang.
Untuk mencapai pertumbuhan yang ade kuat.
4. Pantau tinggi dan berat badan, gambarkan pada grafik pertumbuhan.
Untuk menentukan kecendrungan pertumbuhan.
5. Lakukan aktifitas bermain bersama anak.
Untuk merangsang perkembangan anak.
6. Anjurkan orangtua untuk bermain bersama
Mengoptimalkan perkembangan dan pertumbuhan anak, serta mengurangi dampak
traumatic care.
f. Perubahan proses keluarga b/d mempunyai anak dengan penyakit jantung.
Tujuan : Anak dan keluarga mengalami penurunan rasa takut dan cemas.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan orangtua dan anak tentang ketakutan mereka dan masalah defek
jantung serta gejala fisik pada anak.
Mengurangi ansietas keluarga dan klien.
2. Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan selama anak dihospitalisasi.
Memudahkan kopping yang lebih baik dirumah.
3. Dorong keluarga untuk memasukkan orang lain dalam perawatan anak.
Mencegah kelelahan klien.
4. Bantu keluarga untuk menentukan aktifitas fisik dan metode disiplin yang tepat
untuk anak.
Memberi dukungan kelurga untuk mengambil keputusan pada kegiatan anak.
V. Evaluasi
CO menurun
Pertumbuhan terhambat
ATP
Tubuh lemah
10. Penangan kegawatdaruratan pada bayi dengan kondisi Sianosis pada baru lahir
Sebelum kita melakukan penanganan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir kita
harus mengkaji dulu Apakah bayi baru lahir memerlukan resusitasi? Kira-kira 10 % bayi
baru lahir memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan saat lahir,dan sekitar 1 %saja
yang memerlukan resusitasi lengkap mulai dari pembersihan jalan nafas hingga pemberian
obat – obatan darurat. Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak,
jantung dan organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan
jantung dan menjamin ventilasi yang adekuat (Rilantono, 1999). Tindakan ini merupakan
tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama pada sistem
pernafasan dan sistem kardiovaskuler. kegawatdaruratan pada kedua sistem tubuh ini dapat
menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 – 6 menit).
Tindakan resusitasi diberikan untuk mencegah kematian akibat asphiksia. Dan bila
pada bayi asphiksia berat yang tidak dilakukan tindakan resusitasi secara benar akan
meninggal atau mengalami gangguan system saraf pusat,misalnya “cerebral palsy”, kelainan
jantung misalnya tidak menutupnya “ductus arteriosus”.
1. Pernafasan
Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1 menit.
Nafas tersengal – sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan misalnya apneu. Jika
pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 – 50 x / menit dan menangis,
kita melangkah ke penilaian selanjutnya.
2. Frekuensi Jantung
Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat
adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria
mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus
menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 = Frekuensi denjut jantung selama 1
menit)
Hasil penilaian :
- Apabila frekeunsi. > 100 x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai
warna kulit.
- Apabila frekuensi < 100 x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk
dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif).
3. Warna Kulit :
Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan.
Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis perifer,
oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban,
antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.
1. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus dalam batas normal (36.5-
370C) dan meletakkan bayi dalam inkubator.
2. Pemberian oksigen dilakukan dengan hati-hati karena terpengaruh kompleks terhadap
bayi prematur, pemberian oksigen terlalu banyak menimbulkan komplikasi fibrosis paru,
kerusakan retina dan lain-lain.
3. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan hemeostasis dan
menghindarkan dehidrasi. Permulaan diberikan glukosa 5-10 % dengan jumlah 60-125
ML/ Kg BB/ hari.
4. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Penisilin dengan dosis 50.000-
10.000 untuk / kg BB / hari / ampisilin 100 mg / kg BB/ hari dengan atau tanpa
gentasimin 3-5 mg / kg BB / hari.
5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan ekstrogen
( surfaktan dari luar).
11. Penyakit jantung bawaan merupakan penyebab utama terjadinya kematian tersering dari
seluruh jenis kelainan jantung bawaan. Menurut dr. Sukman Tulus Putra, SpA, Ketua
Divisi Kardiologi Anak RSCM, kebanyakan meninggal karena gagal jantung dalam usia
kurang dari satu tahun. Hal ini memberi kontribusi terhadap estimasi 15 juta kematian
anak tiap tahun di dunia. Angka kejadian PJB di Indonesia cukup tinggi, dari 220 juta
penduduk Indonesia, bayi yang lahir mencapai 6.600.000 dan 48.000 diantaranya adalah
penyandang PJB ( www.inaheart.org)
Merokok berbahaya bagi kehamilan, karena berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi dalam
kandungan sehingga berakibat bayi lahir prematur atau meninggal
Informasi Tambahan
Klarifikasi Informasi
Ketika Cardiac Output menurun aliran darah keotak akan menurun dan perfusi jaringan
serebral akan menurun juga. Hal ini berakibat mengganggu keseimbangan tekanan
Intrakranial , jika hal ini tidak ditindaki , maka akan terjadi kematian jaringan atau
hipoksia.
2. Penderita PJB dapat disembuhkan jika ditangani dengan cepat dan terdeteksi dini.
Penderita PJB bisa disembukan dengan cara pemasangan Kateter Jantung dan Khusus
untuk Penderita PJB sianotik dapat disembuhkan dengan jalan bedah .
Pada Skenario yang ada data-data dan kondisi klien lebih cenderung kepada Penyakit TOF. Dari
Manifestasi klinik yang ada, klien lebih banyak menunjukan manifestasi klinik TOF. Untuk Itu
kelompok akan memberikan tentang penyembuhan klien dengan TOF .
Laporan Diskusi
Sianosis adalah suatu keadaan dimana kulit dan membran mukosa berwarna kebiruan akibat
penumpukan deoksihemoglobin ( hemoglobin yang mengandung oksigen) pada pembuluh
darah kecil di area tersebut.
Penyakit jantung bawaan (PJB) terbagi atas 2 macam, yaitu PJB sianotik dan PJB asianotik.
PJB sianotik ditandai dengan vaskularisasi paru yang kurang, sedangkan PJB asianotik
ditandai vaskularisasi paru bertambah. PJB sianotik terdiri atas Tetralogy Fallot (TOF) dan
Tranportasi of a Great Artery (TGA), sedangkan pada PJB asianotik terdiri dari Defek Septum
Atrium (DSA), Defek Septum Ventrikuler (DSV), Ductus Arterious Paten (DAP).
Dari hasil diskusi yang ada, pada skenario dan kondisi klien lebih cenderung kepada penyakit
TOF. Dari manifestasi klinik yang ada :
Sesak saat beraktivitas
Berat badan bayi tidak bertambah
Pertumbuhan berlangsung lambat
Jari tangan clubbing (seperti tabuh genderang)
Kebiruan
· Bayi mengalami kesulitan untuk menyusu
· Berat badan bayi tidak bertambah
· Pertumbuhan anak berlangsung lambat
· Perkembangan anak yang buruk
· Sianosis
· Jari tangan clubbing (seperti tabuh genderang karena kulit atau tulang di
sekitar kuku
· Jari tangan membesar)
· Sesak nafas jika melakukan aktivitas
· Setelah melakukan aktivitas, anak selalu jongkok.
1. Sianosis
2. Sesak
3. BB rendah, panjang tubuh kurang dari normal.
4. Takipneu
5. Suhu tubuh normal (36,50C)
6. Bayi akan tampak lebih kebiruan pada bagian mukosa, bibir, lidah, dan konjungtiva saat
menyusu dan menangis.
Adapun data tambahan yang bisa menunjang diagnosa tersebut adalah Clubbing finger’s