Anda di halaman 1dari 14

KELAINAN TIROID PADA DEWASA

HIPERTIROIDISME
Pengertian
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan keadaan kelebihan hormon tiroid yang
berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang dijadi bila suatu jaringan
memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroid adalah keadaan abnormal kelenjar tiroid akibat meningkatnya produksi hormon
tiroid sehingga kadarnya meningkat dalam darah yang ditandai dengan penurunan berat
badan, gelisah, tremor, berkeringat dan kelemahan otot
Epidemiologi
Sampai saat ini belum didapatkan angka yang pasti insiden dan prevalensi hipertiroid pada
anak di Indonesia.Beberapa pustaka di luar negeri menyebutkan insidennya pada masa anak
secara keseluruhan diperkirakan 1/100.000 anak per tahun (Birrel, 2004). Mulai 0,1/100.000
anak per tahun untuk anak 0-4 tahun, meningkat sampai dengan 3/100.000 anak pertahun
pada usia remaja (Levard, 1994). Secara keseluruhan insiden hipertiroid pada anak jumlahnya
kecil sekali atau diperkirakan hanya 5-6% dari keseluruhan jumlah penderita penyakit Graves
segala umur (Dallas, 1996).

Etiologi
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit Graves, suatu penyakit tiroid
autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormon yang berlebihan
Penyebab hipertiroid lainnya yang jarang selain penyakit Graves adalah:
Hipertiroidisme:
-Penyakit Graves
-Nodul tiroid toksik (Plummer disease) Adenoma toksik
TSH-induced hyperthyroidism:
-Tumor hipofisis diproduksi oleh TSH Resistensi hormon tiroid hipofisis
Tirotoksikosis tanpa hipertiroidisme:
-Tiroiditis limfositik kronik (tiroiditis Hashimoto) Tiroiditis subakut (bakteri)
-Hormon tiroid berlebihan (thyrotoxicosis factitia)
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Inspeksi dilakukan kepada penderita dengan posisi duduk dan kepala sedikit
diekstensi.Pemeriksa berada didepan penderita dan memperhatikan perubahan warna kulit,
ulkus, fistel, sekret, dan tentukan lokasi. Seterusnya, pemeriksa akan menentukan lokasi,
jumlah dan bentuk pada benjolan. Bila benjolan berada di tengah leher, penderita disuruh
meneguk air dan perhatikan benjolan bergerak keatas.
Palpasi
Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk,kepala dalam posisi
sedikit ekstensi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan
kedua tangan, bagian volar distal digiti 2,3 dan 4 pada tengkuk penderita. Bila terdapat
benjolan dibagian tengah leher, dibawah kartilago tiroidea perhatikan lokasi, jumlah,
konsistensi, permukaan, batas, pergerakan, nyeri dan ukuran (mm)
HIPOTIROID
Hipotiroidisme merupakan suatu kelainan pada kelenjar tiroid yang mengakibatkan kelenjar
tersebut tidak dapat menghasilkan hormon dalam jumlah yang cukup. Kelenjar tiroid
merupakan kelenjar yang terletak di bagian depan tenggorokan. Hormon yang dikeluarkan
oleh kelenjar tiroid mengatur berbagai proses metabolisme tubuh termasuk suhu tubuh,
kecepatan pembakaran kalori tubuh, serta detak jantung. Jika seseorang menderita
hipotiroidisme, proses metabolisme tubuh akan melambat sehingga energi yang diproduksi
oleh tubuh akan berkurang.

Hipotirioidisme dibagi menjadi dua, yaitu hipotiroidisme primer dan sekunder.


-Hipotiroidisme primer terjadi karena kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon tiroid yang
cukup akibat kelainan kelenjar tiroid
-Hipotiroidisme sekunder terjadi pada saat kelenjar tiroid dalam keadaan normal, namun tidak
menerima hormon pemicu tiroid (TSH) yang cukup dari kelenjar hipofisis (pituitari).
Gejala Hipotiroidisme
Tanda-tanda dan gejala hipotiroidisme berbeda-beda pada setiap orang, tergantung tingkat
keparahan hipotiroidisme yang diderita. Beberapa gejala hipotiroidisme yang umum
ditemukan antara lain adalah:

-Tenggorokan kering.
-Wajah membengkak.
-Berat badan meningkat tanpa penyebab yang jelas.
-Lelah dan letih.
-Lebih sensitif terhadap cuaca dingin.
-Detak jantung melambat.
-Nyeri, kaku, dan pembengkakan pada sendi.
-Penglihatan kabur.
-Pendengaran berkurang.
Penyebab Hipotiroidisme
Penyebab terjadinya hipotiroidisme pada seseorang sangat bervariasi, termasuk di antaranya
adalah akibat efek samping terapi, radioterapi, pembedahan, dan penyakit autoimun.
Beberapa penyebab hipotiroidisme yang sering terjadi adalah:
-Efek samping pengobatan hipertiroidisme. Hipertiroidisme merupakan penyakit yang
menyebabkan seseorang memproduksi hormon tiroid berlebihan dari kadar normal.
Pengobatan hipertiroidisme seringkali menggunakan iodin radioaktif dan obat-obatan
antitiroid. Akan tetapi, terkadang muncul efek samping dari pengobatan tersebut yang justru
menyebabkan seseorang terkena hipotiroidisme.
-Pembedahan tiroid. Pembedahan kelenjar tiroid dapat menyebabkan seseorang kehilangan
sebagian kelenjar tiroid. Hal itu mengakibatkan produksi hormon tiroid menjadi terhambat
sehingga terkena hipotiroidisme, serta perlu mendapatkan hormon tiroid seumur hidupnya.
-Penyakit autoimun. Penyakit autoimun, terutama penyakit tiroiditis Hashimoto, merupakan
penyebab hipotiroidisme paling umum. Penyakit autoimun Hashimoto akan menyebabkan
sistem imun menyerang tubuh sendiri, khususnya kelenjar tiroid. Hal tersebut menyebabkan
produksi hormon tiroid terganggu sehingga memicu hipotiroidisme. Belum dapat dijelaskan
penyebab utama penyakit autoimun tersebut.
Diagnosis Hipotiroidisme
Beberapa metode yang dapat digunakan dan dikombinasikan untuk mendiagnosis
hipotiroidisme. Di antaranya adalah:

-Tes darah untuk mengukur kadar T4 dan TSH dalam darah. Kadar T4 yang sangat rendah
dalam darah dapat menunjukkan adanya kondisi hipotiroidisme pada diri seseorang. Pada
beberapa kasus, kadar T4 dalam darah seseorang masih dalam angka normal, akan tetapi
terjadi peningkatan TSH. Kondisi tersebut dinamakan hipotiroidisme ringan atau
hipotiroidisme subklinikal. Angka normal TSH adalah 0,4-4,2 mIU/L. Sedangkan pada penderita
hipotiroidisme subklinikal, angka TSH dalam darah biasanya berkisar antara 4,5-10,0 mIU/L.
-Pemeriksaan tiroid rutin (skrining). Pemeriksaan tiroid sangat dianjurkan bagi orang yang
memiliki risiko terkena hipotiroidisme. Pemeriksaan tiroid pada bayi yang baru lahir berguna
agar hipotiroidisme diketahui sejak awal dan mencegah keterlambatan pertumbuhan bayi.
Pengobatan Hipotiroidisme
Hipotiroidisme utamanya diobati menggunakan levotiroksin, yang merupakan hormon T4
sintetis, dan diberikan dalam bentuk oral. Fungsi dari levotiroksin adalah untuk
mengembalikan kadar hormon tiroid ke kondisi normal sehingga dapat meredakan gejala-
gejala hipotiroidisme.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama pengobatan menggunakan levotiroksin adalah:
-Dosis levotiroksin harus tepat. Kelebihan dosis levotiroksin dapat menyebabkan pasien
mengalami efek samping berupa peningkatan nafsu makan, insomnia, denyut jantung
bertambah cepat, dan kegoyahan badan.
-Penderita penyakit jantung koroner dan hipotiroidisme berat harus memberitahukan kondisi
.Dosis levotiroksin akan ditingkatkan secara perlahan sehingga jantung dapat menyesuaikan
kerjanya dengan peningkatan laju metabolisme akibat obat ini.
-Jangan berhenti untuk mengonsumsi levotiroksin meskipun gejala-gejala hipotiroidisme
sudah mereda dan membaik. Gejala hipotiroidisme dapat muncul kembali jika pasien berhenti
mengonsumsi obat ini.
-Penyerapan levotiroksin oleh tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, terutama makanan
yang dikonsumsi.
Komplikasi Hipotiroidisme
Miksedema. Miksedema merupakan komplikasi dari hipotiroidisme jangka panjang yang tidak
terdiagnosis dan dapat membahayakan jiwa penderita. Gejala miksedema antara lain adalah
tidak tahan suhu dingin, pusing berat, kelelahan berat, kehilangan kesadaran, atau bahkan
koma (myxedema coma). Koma akibat miksedema dapat disebabkan oleh obat sedatif, infeksi,
dan cekaman pada tubuh. Miksedema harus segera diobati agar nyawa penderita bisa
diselamatkan.
Kemandulan. Hipotiroidisme dapat mengganggu proses ovulasi pada wanita yang
menyebabkan kemandulan.
Gangguan pada jantung. Hipotiroidisme dapat menyebabkan penyakit jantung dikarenakan
penumpukan lemak jahat atau LDL (low density lipoprotein) pada darah penderita
hipotiroidisme. LDL akan menyebabkan peningkatan kolesterol dalam darah dan mengganggu
kemampuan jantung memompa darah. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya pembesaran
jantung, bahkan gagal jantung. Kasus hipotiroidisme ringan juga dapat menyebabkan
peningkatan konsentrasi kolesterol dalam darah.
Gangguan saraf tepi. Hipotiroidisme jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan saraf tepi
yang berfungsi untuk membawa impuls saraf dari saraf pusat ke berbagai organ tubuh.
Kerusakan saraf tepi dapat ditandai dengan nyeri, kaku, dan kesemutan pada tangan atau kaki.
Selain itu, hipotiroidisime juga dapat menyebabkan otot menjadi lemah dan tidak terkontrol.

Anda mungkin juga menyukai