Anda di halaman 1dari 2

MODUL 6

TRANSFUSI DARAH

Ada Apa dengan Semi?

Semi, anak laki-laki, usia 8 tahun, hari ini akan menjalani transfusi darah. Ia dibawa oleh
orangtuanya karena lemah dan pucat. Ia rutin melakukan transfusi darah setiap 3-4 minggu. Hasil
pemeriksaan fisik, ditemukan facies cooley, konjungtiva palpebra inferior pucat, hepar teraba
membesar 4 jari bawah arcus costae, limpa teraba di titik 3 schuffner. Hasil pemeriksaan
laboratorium, diperoleh Hb 8.6 g/dL, MCV 61.1 fL, MCH 19.5 pg, MCHC 29.0 gr/d, golongan
darah B Rh- dan dari hasil pemeriksaan Hb elektroforesis didapatkan kesimpulan thalassemia β
mayor. Dokter selanjutnya merencanakan transfusi darah.
Sebelum tranfusidarah, dilakukan pemeriksaan golongan darah dan cross match. Selanjutnya
Semi mendapatkan transfuse darah. Menit ke-20 transfusi darah, Semi terlihat dyspnoe dan
seluruh akral dingin. Dokter langsung menghentikan transfusi dan segera memberikan
tatalaksana.
Dokter kemudian mencari tahu penyebab kejadian tersebut (dugaan incompatibility).
Bagaimana Anda menjelaskan kasus yang dialami Semi?Apakah terdapat kesalahan prosedur
pada kasus ini?

Jump 1:

1. Facies Cooley: ciri khas thalasemia mayor, yakni batang hidung masuk ke dalam dan tulang pipi
menonjol akibat dari perubahan tulang yang disebabkan oleh hipersensitivisas dari sumsum
tulang yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.

2. Hb Elektroforesis: tes darah yang dilakukan untuk memeriksa tipe-


tipe hemoglobin dalam darah

3. Thalasemia β mayor:

Jump 2 dan 3
1. Interpretasi dari hasil px fisik semi? Facies cooley (terjadi perubahan tulang wajah kibat dari
hipersensitivitas dari sumsung tulang), konjungtiva palpebra inferior pucat (karna kurangnya
oksigen, hb yang rendah-anemia-pucat), limpa teraba di titik 3 schuffner ( Kerusakan sel
darah merah akibat thalasemia dapat menyebabkan limpa harus bekerja lebih keras
untuk menghancurkan sel darah yang rusak. Hal ini mengkibatkan organ limpa semakin
membesar. Jika limpa membesar, bukan hanya sel darah rusak yang akan dihancurkan,
melainkan juga darah yang sehat dari pendonor).
2. Interpretasi hasil lab? Hb 8.6 g/dL (Anemia), MCV 61.1 fL (rendah karna volume sel darah
merah di bawah normal , Kegagalan untuk mensintesis globin menyebabkan produksi sel darah
merah berukuran kecil, menyebabkan MCV rendah, nilai normal Anak usia 6-10 tahun 69 – 93
fL).
3. Mengapa sebelum ransfusi darah dilakukan pemeriksaan gol darah dan cross match?

4. Mengapa di Menit ke-20 transfusi darah, Semi terlihat dyspnoe dan seluruh akral dingin? Karna
terjadi reaksi pada transfusi darah, yaitu reaksi akut. Reaksi akut adalah reaksi yang terjadi
selama transfusi atau dalam 24 jam setelah transfusi. Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga
kategori yaitu ringan, sedang-berat dan reaksi yang membahayakan nyawa. Reaksi ringan
ditandai dengan timbulnya pruritus, urtikaria dan rash. Reaksi ringan ini disebabkan oleh
hipersensitivitas ringan. Reaksi sedang-berat ditandai dengan adanya gejala gelisah, lemah,
pruritus, palpitasi, dispnea ringan dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan
adanya warna kemerahan di kulit, urtikaria, demam, takikardia, kaku otot. Reaksi sedang-berat
biasanya disebabkan oleh hipersensitivitas sedangberat, demam akibat reaksi transfusi non-
hemolitik (antibodi terhadap leukosit, protein, trombosit), kontaminasi pirogen dan/atau bakteri.
Pada reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan gejala gelisah, nyeri dada, nyeri di sekitar
tempat masuknya infus, napas pendek, nyeri punggung, nyeri kepala, dan dispnea. Reaksi ini
disebabkan oleh hemolisis intravaskular akut ( reaksi yang disebabkan inkompatibilitas sel
darah merah. Antibodi dalam plasma pasien akan melisiskan sel darah merah yang
inkompatibel. Meskipun volume darah inkompatibel hanya sedikit (10-50 ml) namun sudah
dapat menyebabkan reaksi berat. Semakin banyak volume darah yang inkompatibel maka
akan semakin meningkatkan risiko.Penyebab terbanyak adalah inkompatibilitas ABO. Hal ini
biasanya terjadi akibat kesalahan dalam permintaan darah, pengambilan), kontaminasi bakteri,
syok septik, kelebihan cairan, anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfusi.
5. Apa tatalaksana yg dilakukan dokter ketika semi mengalami dyspnoe dan seluruh akral dingin? Pada
seluruh kasus, hentikan komponen pemberian komponen darah dari pasien dan mempertahankan akses
vena dan pemberian saline fisiologis intravena. Jika pasien sesak napas berat, pastikan jalan napas lancar
dan berikan oksigen aliran tinggi melalui masker reservoir. Jika terdapat wheezing tanpa obstruksi saluran
napas bagian atas, pertimbangkan pemberian nebulizer beta-2 agonist kerja pendek seperti Salbutamol.
Posisikan pasien hipotensi dengan elevasi kaki, atau dengan posisi recovery jika pasien tidak sadar atau
muntah.
6. Mengapa dokter menduga kejadian tersebut dengan dugaan incompatibility?

7. Apa saja yg menyebabkan kesalahan pada prosedur transfusi darah?

8. Bagaimana prosedur transfusi darah yang benar?

Anda mungkin juga menyukai