SKRIPSI
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
KEKHUSUSAN HUKUM TENTANG KEGIATAN EKONOMI
DEPOK
JULI 2012
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
KEKHUSUSAN HUKUM TENTANG KEGIATAN EKONOMI
DEPOK
JULI 2012
iv
vi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna.
Skripsi ini merupakan karya pertama Penulis di bidang analisis ekonomi atas
hukum, yang sejujurnya tidak mudah bagi Penulis untuk menyusunnya. Masih
sangat banyak yang harus Penulis pelajari lagi, seperti teori-teori ekonomi
maupun psikologi. Oleh karena itu Penulis sangat terbuka terhadap saran dan
kritik yang disampaikan oleh Pembaca. Penulis juga menyimpan mimpi suatu hari
dapat memperdalam pengetahuan dan riset analisis ekonomi atas hukum ini pada
jenjang yang lebih tinggi.
Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memperkaya
khazanah pengetahuan pembaca untuk pengembangan dunia hukum yang lebih
baik.
vii
Amsal 1 : 7
Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh
menghina hikmat dan didikan.
viii
Kata Kunci : Analisis ekonomi atas hukum, asuransi, Bankers Blanket Bond,
ketidakjujuran, preferensi risiko, bias psikologi, libertarian
paternalism.
This thesis discusses about PT Bank ABC, Tbk. attitude towards fraud as the
reason to take out Bankers Blanket Bond. Bankers Blanket Bond itself is a voluntary
mechanism for transferring banking risks, beside such obligations as setting aside
reserve, internal audit, and anti-fraud strategy required by Bank Indonesia. The
insurance policy and claim procedures are elaborated as well. Despite its significance,
this insurance has not attracted Indonesian banks due to some possible psychological
biases. To correct error in judgment and decision-making, a libertarian paternalistic
policy recommendation is offered. Banks are ’nudged’ to obtain the insurance
through changing the default rule.
xi
1. PENDAHULUAN ......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................1
1.2 Pokok Permasalahan .............................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................................5
1.4 Kerangka Teori .....................................................................................................5
1.5 Kerangka Konsepsional ........................................................................................7
1.6 Metode Penelitian .................................................................................................8
1.7 Sistematika Penulisan .........................................................................................11
xii
Universitas Indonesia
xiii
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
xiv
Universitas Indonesia
Gambar 3.1 Ilustrasi Periode Polis PT Bank ABC, Tbk. dan PT Asuransi DEF..... 94
xv
Universitas Indonesia
xvi
Universitas Indonesia
1
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti,
2000), hal. 67
2
Neni Sri Imaniyati, “Pencucian Uang (Money Laundering) dalam Perspektif Hukum
Perbankan dan Hukum Islam,” Mimbar UNISBA Bandung 21 (Januari-Maret 2005), hal. 104.
3
Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung : Refika Aditama,
2010), hal. 17
4
Indonesia (a), Undang-undang tentang Perbankan, UU No. 10 Tahun 1998, LN No. 31
Tahun 1992, TLN No. 3472, ps. 29 angka 4.
1
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
2
Tujuannya adalah bank selalu dalam keadaan sehat dan dalam bekerja
selalu mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang
berlaku di dunia masyarakat. Pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam
dunia perbankan ini di antaranya adalah5 : bank wajib memelihara tingkat
kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset,
kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, serta aspek lain
yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan
usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.6
Akan tetapi risiko kerugian yang terjadi pada perbankan masih mungkin
terjadi. Dalam praktek niaga, godaan-godaan kecurangan yang timbul berhubungan
dengan adanya uang dalam jumlah yang besar merupakan konsekuensi aktivitas
usaha. Walaupun telah ada sistem pengendalian internal yang dapat mencegah
pegawai dari godaan tersebut, akan tetapi faktanya kerugian yang diderita oleh
berbagai perusahaan di Amerika Serikat sebagai akibat dari tindakan penggelapan
uang oleh pegawai diperkirakan mencapai US $500.000.000,00.7 Tidak ada cara
yang mujarab untuk memastikan bahwa seseorang yang dipercaya oleh pimpinan
perusahaan tidak akan menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Ada akuntan mengatakan, “Belief is good, but control is better.” 8 Ungkapan ini
beralasan, karena sebuah studi menunjukkan ada saja pegawai yang mencuri dari
majikannya tiga hari sesudah ia mulai dipekerjakan. Secara rata-rata, seorang
pegawai yang tidak jujur biasanya telah bekerja 6,5 tahun sebelum ia mulai
melakukan penggelapan.9 Peristiwa penggelapan uang oleh karyawan bukannya tidak
mungkin akan dapat membuat kerugian sangat besar, bahkan kebangkrutan pada
perusahaan.
Sebagai lembaga yang mengelola dana masyarakat dalam jumlah yang besar
hingga triliunan rupiah, bank memang rentan menjadi sarana tindak kejahatan (crime
5
Indonesia (a), op.cit., Ps. 29 angka 2.
6
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2009), hal. 147.
7
Amin Wijaya Tunggal, Fraud Auditing, cet. 1 (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), hal. 16.
8
Ibid.
9
Ibid., hal. 17.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
3
through the bank) maupun sasaran kejahatan keuangan (crime against the bank).10
Berdasarkan catatan Bank Indonesia, seperti yang diungkapkan oleh Sondang M.
Samosir, senior associate Direktorat Investigasi Bank Indonesia, pada periode 2007-
2009 sebanyak 15.097 kasus kejahatan keuangan telah menimpa industri perbankan.
Pada triwulan pertama 2011, terdapat empat kasus yang tengah ditangani dan
diperkirakan menelan kerugian hingga Rp 42 miliar.11 Jumlah ini sebenarnya lebih
besar lagi, karena tidak semua bank yang menjadi korban bersedia mengungkapkan
secara detail jumlah kerugian yang dideritanya.
Menjaga keamanan perbankan ternyata tidak cukup hanya dengan
mengetatkan pengawasan dan memperkuat sistem teknologi informasi.12 Tidak
adanya kepastian di masa mendatang akan terjadinya kerugian akibat kejahatan
keuangan menyebabkan industri perbankan juga harus meningkatkan perlindungan
dengan cara lain, seperti mengalihkan risiko ketidakjujuran pegawai (fraud) yang
mungkin muncul melalui asuransi. Program ini mulai ditawarkan di Indonesia baru-
baru ini, dan dikenal dengan nama asuransi Bankers Blanket Bond (BBB), yang mana
masuk dalam kategori asuransi kejahatan keuangan (fidelity bond).
Definisi dari asuransi Bankers Blanket Bond menurut kamus bisnis online All
Business adalah “...fidelity bond purchased from an insurance broker that protects a
bank against losses from a variety of criminal acts: employee fraud, robbery,
burglary, and forgery…”13
Asuransi Bankers Blanket Bond melindungi Tertanggung dari berbagai
macam risiko kerugian, dengan ciri khas utama yaitu kerugian yang disebabkan oleh
ketidakjujuran pegawai bank yang bersangkutan (employee dishonest).14 Kerugian
10
Pengertian diberikan oleh Dr. Yunus Husein, S.H., LL.M dalam perkuliahan Hukum
Perbankan, semester 4.
11
”BI : Penipuan Bank Capai 15.097 Kasus,” <http://www.zonaberita.com/ekonomi-bisnis/bi-
penipuan-melalui-bank-capai15097-kasus.html/>, diakses pada 20 Juli 2011.
12
“Bankers Blanket Bond : Asuransi Kejahatan Keuangan,”
<http://www.infobanknews.com/2011/04/bankers-blanket-bond-asuransi-kejahatan-keuangan/.>,
diakses pada 20 Juli 2011.
13
“Bankers Blanket Bond,” <http://www.allbusiness.com/glossaries/bankers-blanket-bond/
4952244-1.html.>, diakses pada 20 Juli 2011.
14
Bart L. Greenwald dan Peter M. Cummins, ”A Bank’s Bond Claim : Proving “Manifest
Intent” Can be Matter of Fact,” Kentucky Banker Magazine Louiseville 921 (Oktober 2003), hal. 9.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
4
yang dapat ditutup oleh adalah penipuan yang dilakukan oleh pegawai bank dengan
niat atau kesengajaan untuk mendapatkan keuntungan finansial bagi dirinya sendiri
ataupun orang lain atau sekelompok orang tertentu, serta kerugian yang disebabkan
oleh pegawai bank yang menerima keuntungan finansial supaya nasabah bisa
mendapatkan pinjaman (meskipun pihak bersangkutan tidak layak menerima
pinjaman tersebut).15 Selain itu kerusakan dan kerugian pada lingkungan bank
(premises), kerugian dan kerusakan pada saat pengiriman (transit), cek palsu (forged
cheques), surat berharga palsu (forged securities), uang palsu (counterfeit currency)
dan kerusakan terhadap peralatan kantor (office contents) juga menjadi cakupan
perlindungan asuransi ini.16
Meskipun asuransi Bankers Blanket Bond ini cukup penting untuk dimiliki
oleh bank, namun pada kenyataannya saat ini tidak banyak bank umum di Indonesia
yang memiliki asuransi ini. Padahal tidak hanya akhir-akhir ini saja marak terjadi
berbagai kasus fraud yang menimbulkan kerugian dalam jumlah yang besar bagi
bank, seperti kasus pegawai Citibank Melinda Dee17 dan kasus pegawai Bank
Mandiri Poppy Rachmania18. Setiap hari juga pasti ada risiko kerugian akibat fraud
dalam jumlah yang lebih kecil. Di sini isu moral hazard pada pegawai bank
mengawali pemikiran Penulis untuk mendalami lebih lanjut mengenai
penyelenggaraan asuransi ini dari perspektif Law and Economics serta Behavioral
Analysis of Law.
15
Michael Keeley dan Christopher A. Nelson, “Critical Issues in Determining Employee
Dishonesty Coverage,” Tort Trial & Insurance Practice Law Journal Chicago 44 (Spring 2009), hal.
933
16
“Asuransi Bankers Blanket Bond Bantu Kendalikan Risiko Perbankan,”
<http://www.asuransi.adira.co.id/NewsTips/PressRelease/tabid/137/ newsid536/ 567/language/id-
ID/default.aspx.>, diakses pada 20 Juli 2011.
17
“Pembobolan Bank Kian Marak,” <http://fokus.vivanews.com/news/read/212460-
pembobol-bank-libatkan-orang-dalam.>, diakses pada 4 Mei 2012.
18
“Pembobol Bank Mandiri Ternyata Karyawannya Sendiri,”
<http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol7744/pembobol-bank-mandiri-ternyata-karyawannya-
sendiri-.>, diakses pada 4 Mei 2012.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
5
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
6
mana yang dapat diberlakukan dalam suatu negara. 19 Pendekatan analisis ekonomi
atas hukum disusun berdasarkan asumsi dasar bahwa manusia adalah makhluk yang
rasional dan senantiasa berusaha memaksimalkan manfaat (atau utilitas) mereka,
dengan mempertimbangkan kelangkaan sumber daya yang mereka miliki, 20 serta
mengambil keputusan untuk kepentingan pribadinya (self-interest), atau seringkali
disebut dengan istilah homo economicus (rational men atau makhluk rasional).
Dengan demikian setiap manusia diasumsikan akan memperhitungkan unsur untung
dan rugi dalam setiap tindakannya, baik secara sadar maupun tidak. 21
Analisis ekonomi atas hukum bermula dari pemikiran utilitarian Jeremy
Bentham (1789) yang menguji secara sistemik bagaimana orang bertindak dan
berhadapan dengan insentif-insentif hukum dan mengevaluasi hasil-hasilnya menurut
ukuran-ukuran kesejahteraan sosial. Pemikiran Bentham tersebut kemudian
dikembangkan oleh Ronald Coase yang terkenal dengan teorema Coase melalui
artikelnya “The Problem of Social Cost” (1960), Guido Calabresi (1970), Gary
Becker (1968), dan tentu saja Richard Posner yang dipandang sebagai bapak dari
aliran analisis ekonomi atas hukum dengan bukunya Economic Analysis of Law
(1972).
Secara umum kajian analisis ekonomi atas hukum terbagi atas dua sub-
bidang, yaitu analisis positif (positive analysis) dan analisis normatif (normative
analysis).22 Positive analysis menggunakan bantuan ilmu ekonomi untuk menjelaskan
efek dari berbagai aturan hukum, sedangkan normative analysis selangkah lebih maju
dengan berusaha merumuskan rekomendasi atas berbagai aturan hukum berdasarkan
konsekuensi ekonomi yang muncul. Richard Posner membedakan analisis ekonomi
atas hukum menjadi dua, yaitu old law and economics yang mengkaji bidang
19
David Friedman, The New Palgrave : A Dictionary of Economics, (1987). "law and
economics," The New Palgrave: A Dictionary of Economics, v. 3, hal 144.
20
Richard Posner, Economic Analysis of Law, cet. 8, (New York : Aspen Publisher, 2011),
hal. 3.
21
Gary Becker, The Economic Approach to Human Behavior, (Chicago : The University of
Chicago Press, 1990), hal. 7.
22
Pengertian diberikan oleh Prof. Dr. Michael Faure, LL.M. pada kuliah umum analisis
ekonomi atas hukum pada Senin, 21 Mei 2012 di Kampus UI Salemba, Jakarta.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
7
persaingan usaha (antitrust) dan regulasi ekonomi serta new law and economics yang
mengkaji segala bidang hukum seperti hukum keluarga dan tort law.23
Akan tetapi berdasarkan penelitian empiris ternyata perilaku manusia dapat
melenceng dari prediksi-prediksi ekonomi yang rasional.24 Hal ini disebabkan karena
asumsi-asumsi dalam ilmu ekonomi mengabaikan aspek-aspek lain yang
mempengaruhi perilaku manusia, seperti etika, moralitas, dan altruisme. Anomali
rasionalitas juga dapat terjadi karena konteks dan cara penyajian pilihan dapat
mempengaruhi keputusan seseorang di luar prediksi rasionalitas. Hal ini
dikemukakan oleh Amos Tversky dan Daniel Kahneman melalui penelitian-penelitian
di bidang psikologi, dan dikenal sebagai ilmu ekonomi perilaku (behavioral
economics). Behavioral economics sendiri tidak menolak teori pilihan rasional
(rational choice theory) yang didasarkan pada ilmu ekonomi neoklasik. Hal ini justru
memperkaya analisis ekonomi atas hukum ketika aplikasi dari rational choice theory
tidak sesuai dengan kenyataan.25
23
Alessandra Arcuri, “Eclecticism in Law and Economics,” Erasmus Law Review Vol. 1
(2008), hal.66.
24
Ibid., hal. 68.
25
Ibid., hal. 74.
26
Indonesia (b), Undang-undang tentang Usaha Perasuransian, UU No. 2 Tahun 1992, LN
No. 13 Tahun 1992, TLN NO. 3467, pasal 1 angka 2.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
8
suatu kerugian, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.27
3. Moral hazard adalah suatu keadaan di mana perilaku dari pihak Tertanggung
(bank) berubah menjadi kurang berhati-hati setelah mengalihkan risiko
kepada pihak Penanggung (perusahaan asuransi). Dengan demikian
28
probabilitas terjadinya kerugian akan meningkat. Oleh karena itu pihak
Penanggung akan selalu melakukan upaya-upaya guna mengontrol moral
hazard Tertanggung.
4. Adverse selection atau anti-selection adalah suatu keadaan saat Tertanggung
mengasuransikan risiko yang probabilitas terjadinya lebih tinggi daripada
premi yang dibayarkannya. Hal ini disebabkan oleh adanya asimetri informasi
antara Penanggung dan Tertanggung, di mana Tertanggung lebih mengetahui
keadaan risiko sebenarnya. Dengan demikian Penanggung akan dirugikan,
karena premi yang dibayarkan sebagai kompensasi peralihan risiko tidak
sebanding.29
27
Ibid., Ps. 1 angka 1.
28
Robert Cooter dan Thomas Ulen, Law and Economics, (New York : Addison Wesley
Longman, Inc., 2000), hal. 50.
29
Ibid., hal. 51.
30
Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995),
hal. 35.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
9
31
Soekanto, op.cit., hal. 52.
32
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
10
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
11
mengenai asuransi kerugian perbankan baik dari buku, jurnal, artikel, dan
berita di media massa. Selain itu di dalam skripsi ini juga mempergunakan
bahan hukum tertier.
Bahan hukum tertier adalah bahan yang memberikan petunjuk atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, yang terdiri dari
kamus, ensiklopedia, dan direktori pengadilan.35 Bahan hukum tertier
yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah kamus bahasa dan kamus
hukum.
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab 1 terdiri dari latar belakang pemilihan judul, pokok-pokok permasalahan,
tujuan penelitian, kerangka teori, kerangka konsepsional, metode penelitian, dan
sistematika penulisan skripsi ini.
35
Ibid., hal. 33.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
12
penyediaan modal minimum atau Capital Adequacy Ratio (CAR), pelaksanaan audit
internal, dan penyusunan strategi anti-fraud, serta penggunaan asuransi untuk
peralihan risiko perbankan. Sub-bab keempat membahas mengenai pandangan
terhadap risiko, yaitu kategori preferensi risiko dan hubungan preferensi risiko
dengan kebutuhan asuransi. Bagian kedua adalah pembahasan pokok permasalahan
pertama, yaitu latar belakang PT Bank ABC, Tbk. berasuransi Bankers Blanket Bond
yang dikaitkan dengan preferensi risiko.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
13
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
BAB II
RISIKO, MANAJEMEN RISIKO, DAN PANDANGAN TERHADAP
RISIKO DALAM USAHA PERBANKAN
Menurut F.E. Perry, bank adalah suatu badan usaha yang transaksinya
berkaitan dengan uang, menerima simpanan (deposit) dari nasabah, menyediakan
dana atas setiap penarikan, melakukan penagihan cek-cek atas perintah nasabah,
memberikan kredit, dan atau menanamkan kelebihan simpanan tersebut sampai
dibutuhkan kembali.37
Sedangkan menurut Howard D. Crosse dan George J. Hemple, bank adalah
suatu organisasi yang menggabungkan usaha manusia dan sumber-sumber keuangan
untuk melaksanakan fungsi bank dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat dan
untuk memperoleh keuntungan bagi pemilik.38
36
Indonesia (a), op.cit, Ps. 2.
37
Veitzhal Rivai, Andria Permata, dan Ferry N. Idroes, Bank an Financial Institution
Management, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 321.
38
Ibid.
14
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
15
39
Octha Lydia Saragih, “Analisis CAMEL Untuk Menilai Tingkat Kesehatan Bank pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008,” (Skripsi
Universitas Sumatera Utara, Medan, 2010), hal. 7.
40
Indonesia (a), op.cit., Ps. 29 ayat 1.
41
Aldieta Ciara Mahardika, “Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Kredit Terhadap
Kinerja Manajemen Kredit (Survei Pada Lima Bank Pemberi Kredit Terbesar di Kota Bandung),
Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2011, hal. 11.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
16
42
Ibid.
43
Ibid., hal. 12.
44
Bank Indonesia (a), Peraturan Bank Indonesia tentang Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum Bank Umum, PBI No. 10/15/PBI/2008, Ps. 2 ayat 1.
45
Mahardika, op.cit., hal. 8.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
17
46
F. Artin Shitawati, “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Capital Adequacy
Ratio (Studi Empiris : Bank Umum di Indonesia periode 2001-2004)”, (Tesis Universitas Diponegoro
Semarang, 2006), hal. 3.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
18
meliputi ROA (Return of Assets) atau rasio laba terhadap total aset, dan
perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional.
5. Aspek Likuiditas (Liquidity)
Suatu bank dikatakan likuid, apabila bank tersebut mampu membayar
semua hutangnya, terutama hutang-hutang jangka pendek. Selain itu bank
juga harus memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai.
Penilaian dalam aspek ini meliputi :
a. Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap aktiva lancar
b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank, seperti KLBI,
giro, tabungan, deposito, dan lain-lain
Di dalam kehidupan ini tidak ada sesuatupun yang abadi. Manusia kadang
mengalami suka duka, untung rugi, yang tidak bisa diketahui kapan datangnya. Oleh
karena itu manusia akan selalu menghadapi risiko dalam kehidupannya, karena pada
hakikatnya manusia merupakan subyek tumpuan risiko, yang sebagaimana sifat
manusia itu sendiri.47 Tidak ada seorangpun yang bebas dari risiko. Masing-masing
orang memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda, tergantung dari pekerjaan, kondisi
fisik, keadaan geografis, dan berbagai alasan lain yang sangat bervariasi. 48 Risiko
dapat muncul dari berbagai faktor dan jumlahnya begitu banyak sehingga kita tidak
dapat membuat satu daftar risiko yang sempurna, karena macam risiko juga
berkembang seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan
teknologi.49
47
Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta : Sinar Grafika,
1997), hal. 54
48
Ibid.
49
Angela E. Simanjuntak, “Asuransi Tanggung Jawab Hukum Pihak Ketiga dan Asuransi
Kecelakaan Penumpang dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan”, (Skripsi Universitas Indonesia, Depok, 2010), hal. 20.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
19
50
S.R Diacon dan R.L. Carter, Success in Insurance, (London : John Murrey Ltd., 1984), hal.
3.
51
Robert I. Mehr dan Emerson Cammack, Principle of Insurance, (Homewoods, Illinois L
Richard D. Irwin, Inc., 1980), hal. 18. Hal yang sama lihat juga pada C. Arthur Williams, Jr. dan
Richard M. Heins, Risk Management and Insurance, (Singapore : Mc. Graw Hill Book Co, 1985), hal.
17. Dikatakan bahwa : “These book writers and other authors have defined risk in a various ways. No
one definition is 'correct'.” Meskipun demikian diberinya pula definisi risiko sebagai berikut : “risk as
the variation in the, outcomes that could occur over a specified period in a given situation.”
52
Hartono, op.cit, hal. 18.
53
Ibid., hal. 61.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
20
54
Ibid.
55
S.R Diacon dan R.L. Carter, op.cit., hal. 4.
56
James L. Atheam, Risk and Insurance, (West Publishing Co, 1977), hlm. 5. Hal yang sama
lihat juga pada : Robert Reigel, et. al, Insurance Principles and Practice, (Property and Liability) hal.
2. dan David L. Bickelhaupt, General Insurance, (Homewood, Illinois : Richard D. Irwin, Inc., Tenth
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
21
a. Risiko Murni
Risiko yang memberikan suatu kemungkinan saja, yaitu risiko yang
merugikan. Apabila risiko murni terjadi akan menimbulkan kerugian,
dan apabila tidak terjadi maka tidak akan menimbulkan kerugian.
Risiko murni dapat diasuransikan.
b. Risiko Spekulatif
Risiko dikatakan spekulatif apabila peristiwa yang spesifik tersebut
dapat membawa akibat yang baik (menguntungkan) atau buruk
(merugikan). Risiko spekulatif pada dasarnya tidak dapat
diasuransikan.
Edition 1979), hal. 10 serta John H. Magee dan David L. Bickelhaupt. General Insurance,
(Homewood, Illinois : Richard D. Irwin, Inc, Seventh Edition, 1964), hal. 7.
57
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan dan Perkembangan, (Badan
Pembinaan Hukum Nasional, 1980), hal. 4
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
22
58
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, cet. 4, (Bandung : PT Citra Aditya
Bakti, 2006), hal. 118.
59
Ibid.
60
Ibid.
61
Mahardika, op.cit., hal. 18
62
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
23
11/25/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009, dalam bisnis perbankan ada 8 (delapan) risiko
yang harus menjadi perhatian bagi bank, antara lain :63
a. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain
dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Termasuk di dalam kelompok
risiko kredit ini adalah risiko konsentrasi kredit. Risiko konsentrasi kredit
merupakan risiko yang timbul akibat terkonsentrasinya penyediaan dana
kepada 1 (satu) pihak atau sekelompok pihak, industri, sektor, dan/atau
area geografis tertentu yang berpotensi menimbulkan kerugian cukup
besar yang dapat mengancam kelangsungan usaha bank.
b. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif
termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari
kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option. Risiko pasar
meliputi antara lain : risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko
komoditas, dan risiko ekuitas.
Risiko suku bunga adalah risiko akibat perubahan harga instrumen
keuangan dari posisi trading book atau akibat perubahan nilai ekonomis
dari posisi banking book, yang disebabkan oleh perubahan suku bunga.
Dalam kategori risiko suku bunga termasuk pula risiko suku bunga dari
posisi banking book yang antara lain meliputi repricing risk, yield curve
risk, basis risk, dan optionality risk.
Risiko nilai tukar adalah risiko akibat perubahan nilai posisi trading book
dan banking book yang disebabkan oleh perubahan nilai tukar valuta asing
atau perubahan harga emas.
Risiko komoditas adalah risiko akibat perubahan harga instrumen
keuangan dari posisi trading book dan banking book yang disebabkan oleh
perubahan harga komoditas.
63
Bank Indonesia (b), Peraturan Bank Indonesia tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum, PBI No. 5/8/PBI/2003, ps. 4 ayat (1), jo. PBI No. 11/25/PBI/2009, ps. 1 angka 6-13.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
24
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
25
g. Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
h. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem,
dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi
operasional Bank. Sumber terjadinya risiko operasional adalah yang
paling luas dibandingkan jenis risiko lainnya. Di dalam sub-bab
selanjutnya akan dibahas lebih lanjut mengenai risiko operasional, karena
kejahatan fraud oleh pegawai bank termasuk salah satu risiko operasional.
64
Gerardus Alrianto, “Analisis Pengukuran Risiko Operasional Bank ABC dengan Metode
Loss Distribution Approach”, (Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok, 2009), hal. 8.
65
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
26
II”), risiko operasional didefinisikan sebagai “the risk of direct or indirect loss
resulting from inadequate or failed internal processes, people, and systems or from
external events”.66
Risiko operasional mempunyai dimensi yang luas dan kompleks karena
merupakan gabungan dari berbagai sumber risiko yang ada dalam organisasi, proses
dan kebijakan, sistem dan teknologi, orang, dan faktor-faktor lainnya. Oleh karenanya
risiko operasional tidak selalu dapat diukur. Besaran risiko operasional juga dapat
semakin meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan semakin kompeksnya bisnis
perusahaan dan teknologi.67 Sebagai contoh, akhir-akhir ini persaingan antara bank
dalam merebut nasabah membuat bank banyak menyediakan pelayanan khusus yang
mempermudah nasabah dalam bertransaksi, khususnya bagi nasabah prioritas.68
Misalnya nasabah tidak perlu antre saat bertransaksi di bank, karena transaksi dapat
dilakukan di kafe-kafe, rumah, atau di mana saja. Hal ini meningkatkan potensi risiko
operasional, terkhusus pada ketidakjujuran dari pegawai yang bertugas melayani jasa
private banking.
Bank dapat saja memiliki teknologi yang canggih dan sistem pengawasan
internal yang berlapis. Namun seketat apapun pengawasan internal dan secermat
apapun sistem operasional yang diterapkan, ada faktor manusia yang
menjalankannya. Pegawai bank memiliki kemungkinan menyalahgunakan
kewenangan setiap saat, terutama bila memang mereka kurang berintegritas dalam
menjalankan profesinya. Hal ini terjadi karena tidak ada yang mampu menafsir
kedalaman pikiran dan hati seseorang, sehingga pegawai bisa saja melakukan fraud
bila ada kesempatan.
66
Basel Committee on Banking Supervision, Consultative Document : The New Basel Capital
Accord, Januari 2001, ps. 547.
67
“Perbankan dan Risiko yang Dihadapinya,”
<http://vibiznews.com/knowledgelib/banking_insurance/Perbankan%20dan%20Risiko%20Yang%20D
ihadapinya.pdf>, diakses 3 Maret 2012.
68
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
27
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
28
70
Alrianto, op.cit., hal. 12.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
29
71
“Pengertian Risiko Operasional”,
<http://bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=131:pengertian-risiko-
operasional&catid=96:risiko-operasional&Itemid=149>, diakses 9 Mei 2012.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
30
kejadian risiko operasional tersebut terjadi.72 Pada umumnya manajemen risiko hanya
berfokus pada kejadian yang sifatnya Low Frequency/High Impact (LF/HI) dan High
Frequency/Low Impact (HF/LI). Untuk risiko yang bersifat Low Frequency/High
Impact perlu diperhatikan dengan seksama, mengingat kejadian ini dapat
mengakibatkan kerugian yang sangat besar dalam waktu singkat.73
Kingsley mengelompokkan dampak risiko operasional dalam 2 (dua) kategori,
yaitu :74
1. Direct financial loss, yaitu kerugian yang secara langsung berdampak
pada pendapatan perusahaan.
2. Indirect loss, yaitu kerugian yang berdampak pada reputasi dan/atau
hubungan dengan klien.
Selain itu, dampak finansial risiko operasional lainnya dapat berupa potensi
kerugian atas hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan karena rendahnya
kemampuan operasional untuk menjalankan bisnis perusahaan.
Untuk mengantisipasi risiko operasional tidak mudah, karena pada saat ini
pemahaman mengenai risiko operasional masih relatif baru. Namun pada saat ini
bank-bank sudah mulai menempatkan perhatiannya atas risiko operasional sejajar
dengan risiko-risiko lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh kecenderungan-kecenderungan
seperti :
- Peningkatan perhatian dan kesadaran para kepala unit kerja terhadap
berbagai isu risiko operasional
- Berbagai pendekatan untuk mitigasi risiko operasional sudah
dikembangkan
- Perhatian bank semakin besar untuk mengarahkan kemampuan mitigasi
profit risiko sebagai upaya peningkatan daya saing
- Tekanan regulasi agar bank mengalokasikan sebagian modal untuk
menutup kerugian risiko operasional
72
“Risiko Operasional”, <http://ircboy.wordpress.com/2011/07/21/v-risiko-operasional/>,
diakses 20 Maret 2012.
73
Ibid.
74
Alrianto, op.cit., hal. 13.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
31
75
Sentanoe Kertonegoro, Manajemen Risiko dan Asuransi, (Jakarta : PT Gunung Agung,
2006), hal. 15
76
Mahardika, op.cit., hal. 18.
77
Bank Indonesia (b), op.cit., Ps. 1 angka 5.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
32
Manajemen risiko pada dunia perbankan sangat menarik untuk dibahas karena
faktor-faktor risiko yang mungkin terjadi di dunia perbankan dapat terjadi dari mana
saja. Bank merupakan suatu unit usaha yang dipengaruhi oleh berbagai aspek, baik
aspek internal seperti manajemen, perilaku nasabah, pelayanan, maupun aspek
eksternal seperti kebijakan pemerintah dan kondisi perekonomian.
Manajemen risiko merupakan kegiatan yang mempunyai sifat dua arah, yaitu
proses top-down dan bottom-up.79 Proses top-down adalah proses penetapan target
return dan limit risiko oleh manajemen puncak. Dalam proses ini tujuan dan batas
limit keseluruhan perusahaan diterjemahkan sebagai sinyal kepada unit-unit bisnis
dan kepada manajer yang berhubungan langsung dengan transaksi keuangan bank.
Sinyal ini mencakup target penerimaan, limit risiko, dan pedoman yang terkait
dengan kebijaksanaan pelaksanaan tugas unit bisnis. Sedangkan pemantauan dan
pelaporan risiko-risiko yang dihadapi merupakan kegiatan yang bersifat bottom-up
yang dimulai dari transaksi keuangan dan berakhir dengan konsolidasi risiko,
penerimaan, dan volume transaksi. Dengan demikian bila dipandang dari lingkup
78
Alrianto, op.cit., hal. 14.
79
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
33
80
Muhammad Muslich, Manajemen Risiko Operasional, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007),
hal. 7.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
34
81
“Identifikasi Risiko Operasional,”
<http://bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=345:identifikasi-risiko-
operasional&catid=96:risiko-operasional&Itemid=149>, diakses 10 Mei 2012.
82
“Penerapan Prinsip Manajemen Risiko Operasional Berdasarkan Basel II,”
<http://bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=464:prinsip-manajemen-
risiko-perasional-berdasarkan-basel-ii&catid=96:risiko-operasional&Itemid=149>, diakses 10 Mei
2012.
83
Muslich, op.cit., hal. 11.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
35
84
Ibid., hal. 12.
85
Ibid., hal. 103.
86
Alga, op.cit., hal. 53.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
36
luar biasa yang menurut bank potensi kejadiannya sangat kecil dan
besarnya kerugian yang ditimbulkan sangat signifikan jauh berada di atas
nilai wajar yang dapat dikategorikan sebagai kerugian yang diperkirakan.
Kejadian ini merupakan bukan kejadian yang timbul akibat kegiatan usaha
bank.
4.3 Pengendalian
Pengendalian risiko operasional dicantumkan dalam kebijakan manajemen
risiko operasional. Pengendalian risiko operasional yang dapat dilakukan
antara lain dengan cara :87
- Risk Acceptance
Beberapa risiko operasional ada yang tidak dapat dihindari dengan
cara dicegah atau perbaikan situasi. Namun perlu diperhatikan, risk
acceptance bukan strategi “do nothing”. Kontrol yang ketat harus
dijalankan apabila risk acceptance akan diterapkan. Misalnya, suatu
bank akan menempatkan server sistem informasi di basemen dengan
alasan efisiensi ruangan. Risiko akan terjadinya banjir atau
overheating tidak dapat dihindari. Oleh karena itu kontrol terhadap
suhu ruangan harus dilaksanakan dengan ketat.
- Risk Avoidance
Risk avoidance dilakukan untuk mencegah organisasi bank mengalami
suatu risiko operasional yang tidak dapat diterima (unacceptable) atau
mencegah dilakukannya aktivitas lain yang mungkin dapat menambah
eksposur risiko operasional sebelumnya. Tindakan ini dapat
mengurangi tingkat aktivitas bisnis atau malah menghentikan bisnis
sama sekali. Umumnya risk avoidance dipilih apabila benefit suatu
aktivitas bisnis tidak lebih besar atau sama dengan eksposur risiko
operasional.
- Risk Transfer
87
“Risiko Operasional”, <http://ircboy.wordpress.com/2011/07/21/v-risiko-operasional/>,
diakses 20 Maret 2012.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
37
88
Ibid.
89
Ibid.
90
Ibid.
91
“Mencegah dan Menanggulangi Kejahatan Perbankan”,
<http://www.stabilitas.co.id/view_articles.php?article_id=42&article_type=0&article_category=4&md
=b9f7b7aa40f39272b2e187ed33a76d35>, diakses 20 April 2012.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
38
prosedur serta kegiatan usaha yang dilakukan bank telah sesuai dengan ketentuan
Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.92
Kewajiban akan pelaksanaan manajemen risiko perbankan secara khusus
diatur di dalam PBI Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum yang diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009
tanggal 1 Juli 2009. Secara umum melalui peraturan ini Bank Indonesia meminta
kepada seluruh bank umum untuk mengatur risiko-risiko dalam struktur manajemen
yang terintegrasi, serta membangun sistem dan struktur manajemen yang dibutuhkan
dalam mencapainya. Dengan demikian diharapkan efektivitas prudential banking
menjadi meningkat. Konsep manajemen risiko yang terintegrasi diharapkan dapat
memberikan suatu sort and quick report kepada Board of Directors guna mengetahui
risk exposure yang dihadapi bank secara keseluruhan.
Penulis berpendapat beberapa cara untuk menjaga bank dari bahaya risiko
operasional antara lain adalah pencadangan modal minimum yang cukup, audit
internal, penyusunan strategi anti-fraud, serta mengalihkan risiko melalui asuransi.
Pada bagian selanjutnya akan dijelaskan lebih lanjut tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum/KPMM (Capital Adequacy Ratio), Satuan Kerja Audit Intern
(SKAI), strategi anti-fraud, dan penggunaan asuransi dalam peralihan risiko
perbankan.
92
Bank Indonesia (c), Peraturan Bank Indonesia tentang Penugasan Direktur Kepatuhan
(Compliance Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern bagi Bank Umum,
PBI No. 13/2/PBI/2011, Ps. 1 angka 6.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
39
93
Bank Indonesia (a), op.cit., Ps. 2 ayat 1.
94
Yuliani, “Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor
Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No
10 Desember 2007 : 28.
95
“Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia,”
<http://banking.blog.gunadarma.ac.id/2012/04/13/analisis-pengaruh-rasio-rasio-keuangan-terhadap-
kinerja-bank-umum-di-indonesia-berdasarkan-data-yang-diperoleh-dari-statistik-perbankan-indonesia-
januari-2012/>, diakses 25 Maret 2012.
96
Bank Indonesia (d), Surat Edaran Bank Indonesia perihal Perhitungan Aset Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR) untuk Risiko Operasional dengan Menggunakan Pendekatan Indikator Dasar
(PID), SE BI No. 11/3/DPNP tanggal 27 Januari 2009, Ps. I huruf E.
97
Alga, op.cit., hal. 55.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
40
[ ( … α )]
KPID =
98
Lisa Sulistiowati, “Peranan Internal Audit dalam Penerapan Good Corporate Governance
pada PT BEI (Persero)”, (Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok, 2006), hal. 14
99
Bank Indonesia (c), op.cit., Ps. 9.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
41
100
Ibid., Ps. 10.
101
Bank Indonesia (e), Peraturan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance bagi Bank Umum, PBI No. 8/4/PBI/2006, Ps. 12 ayat 1.
102
Robert Tampubolon, Risk and Systems-based Internal Audit, (Jakarta : PT Elex Media
Computindo, 2005), hal. 1
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
42
103
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
43
104
Bank Indonesia (f), Surat Edaran Bank Indonesia perihal Penerapan Strategi Anti-fraud
pada Bank Umum, SE BI No. 13/28/DPNP tanggal 9 Desember 2011, ps. II angka 1.
105
Ibid., Ps. I angka 2.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
44
karakteristik dan jangkauan dari potensi fraud yang tersusun secara komprehensif-
integralistik dan diimplementasikan dalam bentuk sistem pengendalian fraud.
Penerapan strategi anti-fraud merupakan bagian dari penerapan Manajemen Risiko,
khususnya yang terkait dengan aspek sistem pengendalian intern.
Struktur strategi anti-fraud secara utuh menggabungkan prinsip dasar dari
Manajemen Risiko, khususnya pengendalian intern dan tata kelola yang baik.
Implementasi strategi anti-fraud dalam bentuk sistem pengendalian anti-fraud
dijabarkan melalui 4 (empat) pilar strategi pengendalian fraud yang saling berkaitan,
yaitu :106
1. Pilar Pencegahan
Pilar pencegahan merupakan bagian dari sistem pengendalian fraud yang
memuat langkah-langkah dalam rangka mengurangi potensi risiko
terjadinya fraud, yang paling kurang mencakup :
a. Anti-fraud Awareness
Anti-fraud Awareness adalah upaya untuk menumbuhkan kesadaran
mengenai pentingnya pencegahan fraud oleh seluruh pihak terkait.
Melalui kepemimpinan yang baik, didukung dengan anti-fraud
awareness yang tinggi, diharapkan tumbuh kepedulian semua unsur di
bank terhadap pengendalian fraud. Hal ini dapat dilakukan antara lain
melalui :
- Penyusunan dan sosialisasi Anti-fraud Statement, contohnya
kebijakan zero tolerance terhadap fraud.
- Program employee awareness, contohnya penyelenggaraan
seminar atau diskusi terkait anti-fraud, training, dan publikasi
mengenai pemahaman terhadap bentuk-bentuk fraud, transparansi
hasil investigasi, dan tindak lanjut terhadap fraud yang dilakukan
secara berkesinambungan
106
“Great Momentum – Manajemen Risiko Operasional,”
<http://bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1652:great-momentum-
manajemen-risiko-operasional&catid=96:risiko-operasional&Itemid=149>, diakses 9 Mei 2012.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
45
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
46
2.1.3.7 Asuransi
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
47
110
Ibid., hal. 4.
111
Marsh and McLennan Companies, op.cit., hal. 20.
112
Basel Committee on Banking Supervision, op.cit., ps. 547.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
48
113
Robert Cooter dan Thomas Ulen, op.cit., hal. 46.
114
Craig W. Kirkwood, “Notes on Attitude Toward Risk Taking and Exponential Utility
Function,” Arizone State University (1997) : 5.
115
Robert Cooter dan Thomas Ulen, op.cit, hal. 67.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
49
lebih tinggi daripada kemungkinan yang tidak pasti. Individu yang risk
averse tidak akan memperhatikan setiap nilai kerugian yang mungkin
terjadi (expected value of loss), tetapi hanya besarnya kemungkinan
(probability) yang mungkin muncul. Sebagai gambaran, individu yang
risk averse akan memilih kemungkinan 5% untuk rugi sebesar Rp
20.000,00 daripada kemungkinan 10% kerugian kehilangan Rp 10.000,00,
meskipun pada situasi tersebut nilai kerugian yang mungkin terjadi
besarnya sama yaitu sebesar Rp 1.000,00. Dengan kata lain, individu yang
risk averse tidak menyukai ketidakpastian tentang besarnya kerugian per
se.
3. Menyukai Risiko (Risk Seeking atau Risk Preferring)
Seseorang yang risk seeking akan lebih suka terhadap pilihan yang tidak
pasti daripada yang pasti. Hal ini disebabkan individu tersebut memiliki
marginal nilai kegunaan yang cenderung meningkat (increasing marginal
utility of income). Ia memberikan penilaian lebih tinggi atas expected
utility atas kemungkinan peristiwa yang tidak pasti daripada kemungkinan
peristiwa yang pasti.
116
Ibid., hal. 68.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
50
secara jumlah lebih kecil, yaitu premi asuransi. Cara kedua, ia akan melakukan self-
insurance, di mana ia akan mengalokasikan sejumlah dana untuk memperkecil
kemungkinan akan peristiwa yang tidak pasti, atau memperkecil kerugian dalam
keadaan tertentu. Contohnya, seseorang memasang detektor asap di rumahnya, atau
menyisihkan sejumlah dana untuk menutup kerugian yang mungkin timbul. Ketiga,
apabila seorang yang risk averse mempertimbangkan untuk membeli aset yang
berisiko, ia akan mengurangi harga yang ia bersedia dibayar untuk aset tersebut.
Selisih dari harga sebenarnya dan harga yang bersedia dibayar tersebut berfungsi
untuk mengurangi risiko yang mungkin muncul di kemudian hari.
2.2 Pembahasan
Dalam kasus ini PT Bank ABC, Tbk. memandang bahwa risiko operasional
yang dihadapi oleh banknya adalah relatif rendah. 117 PT Bank ABC, Tbk.
mendasarkan jawabannya atas beberapa hal sebagai berikut :
1. Besaran Capital Adequacy Ratio yang dimiliki oleh PT Bank ABC, Tbk.
pada akhir bulan Desember 2011 mencapai 20.47%, sehingga dapat
dikategorikan sebagai bank yang sehat.
2. Dalam rangka mencegah risiko yang mungkin terjadi, PT Bank ABC,
Tbk. telah memiliki beberapa perangkat pencegahan risiko seperti strategi
anti-fraud (sebagaimana dipersyaratkan oleh Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 13/28/DPNP tanggal 9 Desember 2011) yang mencakup tahapan
Pencegahan; Deteksi; Investigasi, Pelaporan dan Sanksi; Pemantauan,
Evaluasi, dan Tindak Lanjut. PT Bank ABC, Tbk. juga telah menerapkan
kerangka kerja anti-fraud yang komprehensif, antara lain meliputi
penetapan kebijakan dan prosedur Know Your Employee, whistle-blowing
mechanism, program sosialisasi anti-fraud (fraud awareness), baik kepada
seluruh karyawan PT Bank ABC, Tbk. maupun kepada nasabah, serta
mekanisme surprise audit. PT Bank ABC, Tbk. juga sudah mewajibkan
117
Hasil wawancara melalui media surat elektronik (e-mail) dengan pejabat PT Bank ABC,
Tbk. yang menjadi responden dalam penelitian ini.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
51
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
BAB III
GAMBARAN UMUM ASURANSI BANKERS BLANKET BOND
Istilah asuransi juga disebut dengan pertanggungan, dan nampaknya hal ini
mengikuti istilah dalam bahasa Belanda yaitu assurantie yang berarti asuransi dan
verzekering yang berarti pertanggungan.118 Namun pada prakteknya banyak orang
yang lebih suka menggunakan istilah asuransi. Dalam bahasa Inggris, asuransi
disebut juga dengan istilah insurance.
Asuransi menurut Wirjono Prodjodikoro adalah : 119
“Dalam suatu asuransi terlibat dua pihak, yaitu yang satu sanggup
menanggung atau menjamin, bahwa pihak lain akan mendapatkan
penggantian suatu kerugian yang mungkin akan ia derita sebagai akibat dari
suatu peristiwa yang semula belum akan terjadi atau semula belum dapat
ditentukan saat terjadinya. Adanya asuransi ini menimbulkan kontraprestasi.
Kontraprestasi dari pertanggungan ini, pihak yang ditanggung itu diwajibkan
untuk membayar sejumlah uang kepada pihak yang menanggung. Uang
tersebut akan tetap menjadi milik pihak yang menanggung, apabila kemudian
yang ternyata peristiwa yang dimaksud itu tidak terjadi.”
Williams, Jr. dan Heins memberikan rumusan asuransi dari dua sudut
pandang. Pertama dikatakan bahwa “insurance is the protection against financial loss
provided by insurer”, dan yang kedua “insurance is a device by means of the risk of
two or more persons or firm are combined through actual or promises contribution
fund out of which claimants are paid.”120
118
Muhammad, op.cit., hal. 6.
119
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, (Jakarta : PT Intermasa, 1991), hal.
1.
120
M. Suparman Sastrawidjaja, Aspek-aspek Hukum dan Surat Berharga, cet. 2, (Bandung :
PT Alumni, 2003), hal. 10.
52
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
53
Pengertian asuransi atau pertanggungan seperti yang terdapat dalam Pasal 246
KUHD adalah :121
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima
suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang
mungkin dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu.
121
Kitab Undang-undang Hukum Dagang [Wetboek van Koophandel], diterjemahkan oleh R.
Subekti dan R. Tjitrosudibio, cet.32, (Jakarta : Pradnya Paramita, 2008), Ps. 246.
122
Indonesia (b), op.cit., Ps. 1 ayat 1.
123
Ibid., Ps. 7 ayat 1.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
54
kepentingan yang dapat dinilai dengan uang, dapat diancam oleh suatu bahaya, dan
tidak dikecualikan oleh undang-undang.
Asuransi merupakan salah satu perjanjian khusus yang diatur di dalam
KUHD. Oleh karena itu, ketentuan syarat sahnya perjanjian tunduk pada ketentuan
dalam KUH Perdata. Secara umum, syarat sahnya perjanjian diatur dalam Pasal 1320
KUH Perdata beserta pasal-pasal yang melindunginya (Pasal 1321-1329 KUH
Perdata).
Setiap perjanjian, termasuk perjanjian asuransi harus memenuhi syarat-syarat
umum sebagai berikut :124
1. Sepakat mengikatkan diri
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
124
Kitab Undang-undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], diterjemahkan oleh R.
Subekti dan R. Tjitrosudibio, cet.8, (Jakarta : Pradnya Paramita, 1976), Ps. 1320.
125
Sri Soesilowati Mahdi, Surini Ahlan Sjarif, Akhmad Budi Cahyono, Hukum Perdata
(Suatu Pengantar), cet. 1, (Jakarta : CV. Gitama Jaya, 2005), hal. 141.
126
Pasal 1321 KUH Per.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
55
127
Muhammad, op.cit., hlm. 50.
128
Indonesia (b), op.cit., Ps. 6 ayat 1.
129
Pasal 260 KUHD.
130
Indonesia (b), op.cit., Ps. 5 huruf a.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
56
untuk kepentingan diri sendiri maupun pihak lain yang diwakili. Pasal 1330 KUH
Perdata telah menentukan siapa-siapa saja yang dianggap tidak cakap, yaitu :131
- Orang-orang yang belum dewasa
- Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan
- Orang-orang perempuan (sudah dihapuskan dengan berlakunya Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan) dan orang-orang
tertentu yang dilarang untuk membuat perjanjian tertentu
Selain itu di dalam perjanjian asuransi juga terdapat kewenangan yang bersifat
subjektif dan objektif. Kewenangan subjektif artinya kedua pihak sudah dewasa,
sehat ingatan, dan tidak berada di bawah perwalian (trusteeship).132 Kewenangan
objektif artinya Tertanggung mempunyai hubungan dengan benda objek asuransi
tersebut karena memang kekayaannya sendiri. Penanggung adalah pihak yang sah
mewakili Perusahaan Asuransi berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan.133 Apabila
asuransi diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, maka Tertanggung yang
mengadakan asuransi tersebut mendapat kuasa atau pembenaran dari pihak ketiga
yang bersangkutan.
Kewenangan tersebut tidak hanya dalam rangka mengadakan perjanjian
asuransi, tetapi juga hubungan internal di lingkungan perusahaan asuransi. 134
Misalnya dalam rangka jual beli obyek asuransi, asuransi untuk kepentingan pihak
ketiga. Dalam hubungan dengan perkara asuransi di muka pengadilan, pihak
Tertanggung dan Penanggung adalah pihak yang berwenang untuk mewakili
kepentingan pribadinya atau kepentingan perusahaan asuransi.
3. Suatu Sebab (Objek) Tertentu
Objek yang dimaksud dalam perjanjian asuransi adalah objek yang
diasuransikan, dapat berupa harta kekayaan dan kepentingan yang melekat pada harta
131
Pasal 1330 KUH Per.
132
Fadilla Agustina, “Pertanggungjawaban Renteng dalam Perjanjian Asuransi Pada PT
(Persero) Asuransi Indonesia terhadap Pihak Ketiga”, (Tesis Universitas Sumatera Utara, Medan,
2009), hal. 14.
133
Ibid.
134
Muhammad, op.cit, hal. 52.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
57
kekayaan, pada perjanjian asuransi kerugian. Sedangkan jiwa atau raga manusia
merupakan objek tertentu dalam perjanjian asuransi jiwa.
Pengertian objek tertentu adalah identitas objek yang diasuransikan harus
cukup jelas atau tertentu.135 Bila berupa harta kekayaan, harus jelas apa, berapa
jumlah dan ukurannya, di mana letaknya, apa mereknya, buatan mana, berapa
nilainya, dan sebagainya. Apabila berupa jiwa atau raga harus jelas atas nama siapa,
usia, hubungan keluarga, alamat, dan sebagainya.
Namun yang terpenting adalah Tertanggung harus membuktikan apakah ia
memiliki insurable interest (kepentingan yang dapat diasuransikan) terhadap objek
penanggungan. Apabila tidak dapat membuktikan maka asuransi akan batal (null and
void).136 Menurut Pasal 599 KUHD, dianggap tidak memiliki kepentingan adalah
orang yang mengasuransikan benda yang dilarang untuk diperdagangkan oleh
undang-undang dan kapal yang mengangkut barang yang dilarang tersebut. 137 Bila
diasuransikan, maka perjanjian tersebut batal.
4. Suatu Sebab Yang Halal (Legal Cause)
Sebab (kausa) yang halal berarti isi perjanjian asuransi tersebut tidak dilarang
oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum, dan tidak
bertentangan dengan kesusilaan.138 Contoh kausa yang tidak halal adalah
mengasuransikan benda yang dilarang undang-undang untuk diperdagangkan atau
tidak memiliki kepentingan atas benda yang diasuransikan.
135
Simanjuntak, Hukum Asuransi, op.cit., hal. 21.
136
Muhammad, op.cit, hal. 53.
137
Pasal 599 KUHD.
138
Pasal 1337 KUH Per.
139
Hartono, op.cit., hal. 92.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
58
140
Ibid., hal. 98.
141
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
59
142
Ibid.
143
Muhammad, op.cit., hal. 93.
144
Ibid, hal. 94.
145
Simanjuntak, Hukum Asuransi, op.cit., hal. 31.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
60
146
Pasal 260 KUHD.
147
Ibid., ps. 284.
148
Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Pertanggungan, (Jakarta : PT Citra Aditya
Bakti, 1994), hal. 105.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
61
Asuransi kejahatan (fidelity bond) pertama kali berkembang pada tahun 1840
di London, Inggris, di mana pada saat itu asuransi fidelity bond telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan.150 Pada saat itu asuransi fidelity bond digolongkan
sebagai personal accident insurance.151 Dahulu asuransi fidelity bond tersedia dalam
kontrak-kontrak yang masing-masing terpisah satu sama lain, dan dapat dibeli secara
“a la carte”.152 Calon Tertanggung dapat secara bebas membeli satu, beberapa,
149
Pasal 277 KUHD.
150
Edward G. Gallagher, James L. Knoll, dan Linda M. Bolduan, A Brief History of the
Financial Institution Bond, (Duncan L. Clore ed., 2d ed. : 1998), hal. 1.
151
CII Tuition Service, Element of Insurance, (London : the CII Tuition Service, 1976), hal.
27.
152
Cole S. Kain dan Lana M. Glovach, Annotated Commercial Crime Policy, (American Bar
Association : 2006), hal. 9.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
62
ataupun seluruh jenis perlindungan atas kerugian akibat kejahatan keuangan, seperti
ketidakjujuran pegawai, pencurian, pemalsuan, dan lain sebagainya.
Fidelity bond atau fidelity guarantee sendiri ada yang menerjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia sebagai asuransi jaminan kesetiaan, asuransi jaminan
kejujuran (honesty insurance), atau asuransi penggelapan uang. Menurut
Purwosutjipto, pengertian dari asuransi fidelity guarantee adalah asuransi jaminan
kesetiaan, yaitu penjaminan terhadap kerugian akibat penggelapan uang oleh pegawai
yang bersangkutan.153 Purwosutjipto memasukkan jenis asuransi ini ke dalam
asuransi kecelakaan umum atau general accident insurance yang menjamin
kerusakan atau kerugian pada hak milik karena pencurian, kecurangan, atau musibah
lainnya.154
Di Amerika Serikat, asuransi Bankers Blanket Bond muncul seiring dari
perkembangan usaha perasuransian. Pada tanggal 1 Desember 1908, sejumlah
perusahaan asuransi di Amerika Serikat bersama-sama membentuk sebuah wadah
bernama Asosiasi Penanggung Amerika (The Surety Association of America, atau
selanjutnya disingkat dengan “SAA”). Organisasi SAA bertujuan untuk membuat dan
menerapkan standar-standar internal penyelenggaraan asuransi fidelity bond. SAA
merancang sebuah polis standar (standard bond forms)155 untuk dipergunakan
153
Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 6 (Hukum Pertanggungan),
cet. 3, (Jakarta : Djambatan, 1990), hal. 198.
154
Ibid.
155
Menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999), yang dimaksud dengan standard form
contract adalah :
“A usually preprinted contract containing set clauses, used repeatedly by a business or
within a particular industry with only slight additions or modifications to meet the specific
situation.”
Sedangkan Munir Fuady mendefinisikan kontrak baku sebagai :
“Suatu kontrak tertulis yang dibuat oleh hanya salah satu pihak dalam kontrak tersebut,
bahkan seringkali tersebut sudah tercetak (boilerplate) dalam bentuk-bentuk formulir
tertentu oleh salah satu pihak, yang dalam hal ini ketika kontrak tersebut ditandatangani
umumnya para pihak hanya mengisikan data-data informatif tertentu saja dengan sedikit
atau tanpa perubahan dalam klausul-klausulnya di mana para pihak lain dalam kontrak
tersebut tidak mempunyai kesempatan atau hanya sedikit kesempatan untuk menegosiasi
atau mengubah klausul-klausul yang sudah dibuat oleh salah satu pihak tersebut, sehingga
biasanya kontrak baku sangat berat sebelah.” Kontrak baku seperti ini biasanya terdapat
dalam perjanjian penanggungan, perjanjian kartu kredit, dan lain sebagainya.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
63
sebagai standar pelaksanaan asuransi fidelity bond.156 SAA merasa sangat perlu untuk
menyusun polis standar sendiri, karena adanya kebutuhan akan polis standar asuransi
fidelity bond selain yang dibuat oleh Lloyd's London.157 Polis standar yang dibuat
oleh SAA tersebut menutup berbagai risiko, seperti ketidakjujuran karyawan
(employee dishonesty), pencurian (theft)158, perampokan (burglary)159, penodongan
(hold up)160, kebakaran (fire), dan kehilangan properti tertentu dalam transit
(disappearance of certain property in transit). 161
Meskipun perlindungan yang diberikan oleh asuransi fidelity bond sudah
bermacam-macam, namun sama seperti di Inggris, pada saat itu peraturan perundang-
undangan di Amerika Serikat melarang perusahaan asuransi menggabungkan
beberapa jenis perlindungan yang berbeda ke dalam sebuah polis. Sebagai contoh,
Tertanggung dapat membeli asuransi kerugian akibat ketidakjujuran pegawai, tetapi
diperlukan polis yang terpisah untuk risiko pencurian dan pembongkaran.162 Dengan
demikian, proses underwriting atas calon Tertanggung akan dilakukan berulang-
ulang sesuai dengan banyaknya perjanjian (pertanggungan) yang dibuat antara
Penanggung dan Tertanggung.
Pada tahun 1912, Komisi Asuransi Negara Bagian New York (New York State
Commissioner of Insurance) untuk pertama kalinya memberikan izin pada perusahaan
asuransi untuk menggabungkan beberapa jenis cakupan perlindungan ke dalam satu
156
Robin V. Weldy, The Evolution of the Financial Institution Bond : A New Perspective
(Makalah disampaikan pada International Association of Defense Counsel Mid-Winter Program, New
York, N.Y., 26 Januari 1971)
157
Weldy, loc.cit.
158
Menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999), yang dimaksud dengan theft adalah :
“the felonious taking and removing of another's personal property with the intent of
depriving the true owner of it; larceny.”
159
Menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999), yang dimaksud dengan burglary adalah :
1) The common-law offense of breaking and entering another's dwelling at night with
the intent to commit a felony.
2) The modern statutory offense of breaking and entering any building – not just
dwelling, and not only at night – with the intent to commit a felony. Some statues
make petit larceny an alternative to a felony for purposes of proving burglarious
intent.
160
Menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999), yang dimaksud dengan hold up adalah :
“an armed robbery in which the victim is threatened by the use of weapons.”
161
Michael Keeley dan Sean W. Duffy, Handling Fidelity Bond Claims, (Chicago, Illinois :
American Bar Association, 2005), hal. 3.
162
Keeley, op.cit, hal. 4
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
64
163
Underwriting adalah suatu proses evaluasi oleh Penanggung terhadap suatu permohonan
asuransi. Hal yang akan dievaluasi di antaranya adalah karakter, perilaku, dan sejarah kehidupan
Tertanggung, kondisi fisik aset yang akan dipertanggungkan, serta berbagai kebiasaan lingkungan
alam dan lingkungan sosial yang berkaitan dengan aset yang akan dipertanggungkan. Lihat : Kornelius
Simanjuntak, Brian Amy Prastyo, dan Myra R.B. Setiawan, Hukum Asuransi, (Depok : Djokosoetono
Research Center : Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011), hal. 13.
164
Robin V. Weldy, History of the Bankers Blanket Bond and the Financial Institution Bond
Standard Form No. 24 with Comments on the Drafting Process, dalam buku Annotated Bankers
Blanket Bond chs. 1,3 (Harvey Koch ed., 2d Supp., ed. 1998)
165
Bankers Blanket Bond, Standard Form No.1 dalam Samuel Arena, The Manifest Intent
Handbook, (2002), hal. 204.
166
Menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999), premises adalah :
“A house or building, along with its grounds.”
167
Menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999), peril adalah :
“The cause of loss to person or property.”
168
Menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999), trust company adalah :
“A company that acts as a trustee for people and entities and that sometimes also operates
as a commercial bank.”
169
Menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999), saving banks adalah :
“A bank that receives deposits, pay interest on them, and makes certain types of loans, but
does not provide checking services.”
170
<http://www.wisegeek.com/what-is-a-private-banker.htm>, diakses pada 3 Maret 2012.
Definisi dari private banker adalah :
“A private banker is the person who is in charge of managing the portfolios of bank customers
with abbove average net worth in the form of liquid assets as well as investments in stocks,
bonds and real property. She is distinguished from a regular banker in that her focus is
primarily on clients with investment and diversification needs rather than on customers with
more general needs, such as mortgage and equity loans and CD and savings accounts.”
171
<http://www.investopedia.com/terms/s/safe-deposit-box.asp#ixzz1pZkHJhxo>, diakses
pada 3 Maret 2012.
Definisi dari safe deposit box adalah :
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
65
“A box - usually located inside a bank - which is used to store valuables. A safe deposit box is
rented from the institution and can be accessed with keys, pin numbers or some other security
pass. Valuables such as documents and jewelry are placed inside and customers rely on the
security of the building to protect those valuables.”
172
Definisi dari title insurance menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999) adalah :
“an agreement to indemnify against damage or loss arising from a defect in title to real
property, usu. issued to the buyer of the property by the title company that conducted the
title search.”
Title insurance is normally written by specialized companies that maintain tract indexes :
companies involved in writing life or asualty usually are not involved in title insurance. Title
insurance is an unusual type of insurance in a few respects. For one thing, it is not a recurring
policy : There is only a single premium, and a title insurance policy written on behalf of an
owner theoretically remains outstanding forever to protect him or her from claims asserted by
others. It is more similar to an indemnification agreement than to an insurance policy. For
another, title insurance companies generally do not take risks that they do not know about. If
the title search shows that a risk exists, the company will exclude that risk from the coverage of
the policy. Lihat : Robert W. Hamilton, Fundamentals of Modern Business 84. (1989)
173
Menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999), yang dimaksud dengan direct loss adalah :
“a loss that results immediately and proximately from an event”
174
Menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999), yang dimaksud consequential loss adalah :
“a loss arising from the results of damage rather than from the damage itself. A consequential
loss is proximate when the natural and probable effect of the wrongful conduct, under the
circumstances, is to set in operation the intervening cause from which the loss directly results.
When the loss is not the natural and probable effect of the wrongful conduct, the loss is
remote.”
Sering juga disebut dengan indirect loss.
175
Menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999), insolvency adalah :
“the condition of being unable to pay debts as they fall due or in the usual course of
business.”
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
66
atas surat berharga), Form No. 2 membatasi cakupan perlindungan asuransi Bankers
Blanket Bond. Dengan demikian yang ditanggung hanyalah kerugian yang bersifat
langsung saja. Kedua, dihapusnya perlindungan atas kehilangan barang pada premises
akibat salah penempatan karena ketidak-hatian pegawai Tertanggung. Ketiga, definisi
dari “uang” (“money”) yang dipertanggungkan juga diubah. Dari yang semula juga
mencakup aset yang tidak dapat dinilai dengan uang, kini dipersempit hingga aset
yang bersifat kasat mata dan dapat bergerak saja seperti : currency, coin, bullion,
bank notes signed or unsigned, Federal Reserve notes and uncancelled United Stated
Postage and revenue stamps.176
Pada perubahan polis standar Bankers Blanket Bond, Standard Form No. 8
pada tahun 1936,177 pertanggungan dalam Bankers Blanket Bond dikelompokkan
dalam empat bagian besar, yaitu tipe A (Fidelity), tipe B (On Premises), tipe C (In
Transit), dan tipe D (Forgery). Ada ketentuan baru di dalam polis standar ini, yaitu
perlindungan asuransi akan berakhir secara otomatis bila lembaga yang diasuransikan
diambil alih oleh pihak kurator178, likuidator179, atau lembaga pemerintah lainnya.
Perlindungan bagi pegawai Tertanggung juga akan berakhir secara otomatis apabila si
Tertanggung (bank) sendiri diketahui telah berbuat tidak jujur.180
Bankers Blanket Bond terus mengalami perkembangan dan perluasan cakupan
perlindungan, salah satunya dengan Standard Form No. 24 yang disusun pada bulan
Maret 1941.181 Adapun cakupan perlindungan yang diberikan adalah sebagai berikut :
kejahatan (fidelity); on premises; in transit; pemalsuan atas cek atau instrumen
176
Keeley, op.cit., hal. 4.
177
Bankers Blanket Bond, Standard Form No. 8 (1936), dalam Samuel Arena, The Manifest
Intent Handbook (2002).
178
Indonesia, Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang, UU No. 34 Tahun 2004, LN No. 131 Tahun 2004, TLN No. 4443, ps. 1 angka 5.
Kurator adalah Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh
Pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta Debitor Pailit di bawah pengawasan
Hakim Pengawas.
179
<http://www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/likuidator.aspx>, diakses 9 Mei 2012.
Likuidator adalah orang atau badan yang diberikan wewenang untuk menyelesaikan segala
urusan yang berkaitan dengan pembubaran perusahaan.
180
Bankers Blanket Bond, Standard Form No. 8 (1936), dalam Samuel Arena, The Manifest
Intent Handbook (2002).
181
Keeley, op.cit., hal. 5.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
67
sejenis; pemalsuan surat berharga dan promissory notes182, hal-hal yang disebabkan
oleh perbuatan signature guarantee183 atau signature witness184; dan salah
penempatan atau kehilangan yang tidak dapat dijelaskan,185 serta kerugian bank
melalui pembayaran atas cek pelawat (travelers check)186 hasil pencurian atau yang
mengandung tandatangan palsu. Perubahan yang paling penting adalah
dimasukkannya kata “kriminal” (“criminal”) dalam polis standar, sehingga membuka
kesempatan bagi Tertanggung untuk melakukan klaim atas kerugian berdasarkan
pelanggaran atas statuta hukum perbankan federal ataupun negara bagian, 187 namun
hal ini dihapuskan pada perubahan polis standar tahun 1969.188
SAA terus melakukan penyesuaian lebih lanjut atas polis standar asuransi
Bankers Blanket Bond pada tahun 1946, 1951, 1980, dan 1986. 189 Dilakukan
perubahan terus-menerus ini dimaksudkan untuk memperjelas ketentuan dan definisi
dalam perjanjian asuransinya, menambahkan rider190 (klausula atau perjanjian
182
Menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999), promissory notes adalah :
“an unconditional written promise, signed by the maker, to pay absolutely and in any
event a certain sum of money either to, or to the order of, the bearer of a designated
person.”
183
<http://www.investopedia.com/terms/s/signatureguarantee.asp#ixzz1pZsQIIlh>, diakses 3
Maret 2012.
Pengertian dari signature guarantee adalah :
“A form of authentication issued by a bank or other financial institution that verifies the
legitimacy of a signature and the signatory's overall request. This type of guarantee is often
used in situations where financial instruments are being transferred. In most cases, the
guarantor accepts all consequences in the event that the signature is fraudulent.”
184
<http://www.ehow.com/facts_5683043_rules-witness-legal-document_.html>, diakses 3
Maret 2012.
Pengertian dari signature witness adalah orang yang berada di tempat dan menyaksikan
sendiri penandatanganan suatu dokumen tertentu guna keabsahan dokumen tersebut. Saksi
bisa siapa saja, asalkan merupakan pihak yang netral dan bukan termasuk pihak yang
terlibat dalam kontrak serta sudah dewasa di hadapan hukum.
185
Weldy, History, op.cit., hal. 6.
186
<http://www.bnisyariah.co.id/productDetail.do?id=30302e31323935323331333539303836
2e713748537a46354e4f6a66625a714f723273&c=4c41303033&p=434f303033>, diakses 9 Mei 2012.
Traveller check adalah suatu surat berharga yang diterbitkan oleh lembaga keuangan atau
sebuah bank yang berjanji bahwa penerbit akan membayar sebesar nominal yang
tercantum dalam cek tersebut.
187
Kelley, op.cit., hal. 6.
188
Bankers Blanket Bond, Standard Form No. 24 (1969), dalam Duncan L. Clore, Financial
Institution Bonds, (1998).
189
Weldy, History, op.cit, hal. 6
190
Menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999), yang dimaksud dengan rider adalah :
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
68
tambahan) yang sering dipergunakan, dan yang paling penting adalah memastikan
bahwa perjanjian asuransi Bankers Blanket Bond tersebut sesuai dengan praktek
usaha perbankan terkini pada saat itu.191
Sebelum tahun 1954, Bankers Blanket Bond merupakan perjanjian
penanggungan yang bersifat loss sustained, yang mewajibkan pihak Tertanggung
untuk memberitahukan tanggal kapan kerugian tersebut terjadi. 192 Akan tetapi pada
tahun 1954, SAA mengubah Standard Form No. 24 sehingga penanggungannya
bersifat discovery form193.194 Klaim dibayarkan untuk kerugian yang dilaporkan
dalam periode polis berjalan, sehingga kerugian yang ditemukan setelah perlindungan
dibatalkan atau dihentikan secara otomatis tidak akan diberikan ganti rugi.195 Dengan
membayar sejumlah premi tambahan, SAA menentukan Tertanggung juga dapat
memperoleh tambahan masa penemuan (discovery period) sampai 12 bulan setelah
masa polis berakhir.196 SAA juga menambahkan ketentuan perjanjian asuransi
Bankers Blanket Bond, sehingga kerugian akibat kehilangan pada premises
Tertanggung hanya akan diganti bila dapat dibuktikan oleh pihak Tertanggung
disertai bukti-bukti yang cukup. Serangkaian kasus cek kosong (check kiting)197 yang
sering terjadi pada saat itu menyebabkan perubahan dalam perjanjian asuransi,
sehingga kerugian akibat cek kosong akan dikecualikan dari klaim kecuali
ditanggung sebagai over the counter transaction atau ditemukan unsur ketidakjujuran
dari pegawai bank.
“an attachment to some document or an insurance policy, that amends or supplements the
documents.”
191
Weldy, loc.cit.
192
Jean Harth, Saving and Loan Blanket Bond – Past, Present, and Future, (The Forum,
1973), hal. 368, 371.
193
Menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999), discovery policy adalah :
“an agreement to indemnify against all claims made during a specified period, regardless of
when the incidents that gave to the claims occurred.”
Sering disebut juga sebagai claim-made policy.
194
Harth, loc.cit.
195
Kelley, op.cit., hal. 26.
196
Ibid.
197
Menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999), yang dimaksud check kiting adalah :
“the illegal practice of writing a check against a bank account with insufficient funds to
cover the check, in the hope that the funds from a previously deposited check will reach
the account before the bank debits the amount of the outstanding check.”
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
69
Dalam waktu 10 tahun dari tahun 1969 hingga 1979, SAA menyusun
ketentuan untuk beberapa rider tambahan dan mengubah tata bahasa dalam polis
standar asuransi.198 Pengembangan rider mengikuti perubahan dari industri
perbankan, seiring perluasan interpretasi yuridis dari kontrak. Salah satu ketentuan
dalam rider yang cukup penting untuk dicermati adalah Rider SR 6019 yang
ditetapkan pada bulan April 1976, yang menambahkan istilah “manifest intent” yang
kini sudah sering dimasukkan dalam definisi kata “ketidakjujuran” (“dishonesty”),199
dan penghilangan istilah kerugian yang tidak langsung atau beruntun (“indirect atau
consequential losses”). Rider lainnya mengharuskan adanya pemberitahuan kepada
pihak Penanggung dalam hal terjadi merger, konsolidasi, atau perubahan
pengendalian sebesar 10 persen200.201
Selain itu rider lainnya juga mengharuskan adanya pemberitahuan kepada
Penanggung dalam hal ada perubahan kegiatan bisnis bank yang berskala besar. 202
Peningkatan aktivitas bank dalam perdagangan pada bursa devisa, bursa valuta asing
yang nilainya mudah berubah-ubah, dan bursa instrumen keuangan domestik,
menciptakan risiko-risiko baru bagi Penanggung.203 Aktivitas finansial yang sifatnya
baru seperti ini sebelumnya tidak terpikirkan ketika Penanggung menyusun kontrak
asuransi, sehingga risiko kerugian yang harus ditanggung perusahaan asuransi
meluas.204 Oleh karena itu, SAA mengadopsi pengecualian atas kerugian akibat
aktivitas perdagangan dari Stockbrokers Blanket Bond dan mengadopsinya dalam
ketentuan Bankers Blanket Bond.205 Banyaknya penculikan dan ancaman pemerasan
yang mengancam anggota keluarga bankir, menyebabkan SAA mengecualikan
tindakan pemerasan dari pertanggungan.206
198
Weldy, History, op.cit., hal. 7.
199
Rider No. SR 6019, dalam Duncan L. Clore, Financial Institution Bonds, (1998)
200
Financial Institution Bond, General Agreement C (2004), dalam Duncan L. Clore,
Financial Institution Bonds, (1998)
201
Keeley, op.cit., hal. 8.
202
Ibid.
203
Ibid.
204
Ibid.
205
Weldy, Survey, op.cit, hal. 899.
206
Keeley, op.cit, hal. 9.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
70
Perubahan Standard Form No. 24 pada tahun 1969 menghapus hak dari
kurator atau badan pemerintah yang mengambil alih institusi yang sebelumnya
menjadi pihak Tertanggung, untuk membeli perpanjangan masa penemuan kerugian
(“extended discovery period”).207 Perubahan Standard Form No. 24 tahun 1980 juga
membuat perubahan dengan memasukkan daftar instrumen berharga yang secara
spesifik akan ditanggung.208 Yang paling penting yaitu perubahan Standard Form No.
24 tahun 1986 mengubah nama perjanjian pertanggungan tersebut dari Bankers
Blanket Bond menjadi Financial Institution Bond.
Revisi terbaru atas Standard Form No. 24 ditetapkan pada tanggal 1 April
2004, yang memberikan perlindungan atas kerugian akibat paper transactions.209
Tersedia pula rider untuk menambah cakupan perlindungan untuk kerugian akibat
instruksi palsu guna melakukan transfer dana secara elektronik dan penipuan yang
dilakukan dengan media komputer (computer fraud).210 Bank yang merasa perlu
untuk dilindungi dari risiko transaksi elektronik dapat membelinya, tapi bagi yang
tidak membutuhkannya tidak perlu membayar biaya tambahan. 211
Ada beberapa jenis perjanjian asuransi Bankers Blanket Bond, seperti Insuring
Agreement tipe A (Employee Dishonesty), tipe B (On Premises), tipe C (In Transit),
tipe D (Forgery atau Alteration), tipe E (Securities), tipe F (Counterfeit Money), dan
tipe G (Fraudulent Mortgages).212
Adapun luas cakupan dari masing-masing perlindungan dalam asuransi
Bankers Blanket Bond yang diberikan oleh Penanggung adalah sebagai berikut :
207
Ibid.
208
Ibid.
209
Paper transaction adalah transaksi yang masih menggunakan dokumen dalam bentuk
cetak.
210
Keeley, op.cit, hal. 9.
211
Ibid.
212
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
71
213
Ibid.
214
Ibid.
215
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
72
216
Black's Law Dictionary, (7th ed. 1999), hal. 813-814.
217
Menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999), yang dimaksud dengan specific intent adalah :
“the intent to accomplish the precise criminal act that one is later charged with.”
Pada sistem hukum common-law, tindak pidana yang merupakan specific-intent crime antara
lain : perampokan (robbery), penyerangan (assault), pencurian (larceny), perampokan (burglary),
pemalsuan tanda tangan (forgery), kepura-puraan (false pretenses), penggelapan (embezzlement), percobaan
(attempt), penghasutan (solicitation), dan konspirasi (conspiracy).
218
Model Penal Code 2.02 (1985)
219
Keeley, op.cit., hal. 10.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
73
220
Ibid.
221
Ibid.
222
Ibid., hal. 11.
223
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
74
224
Ibid., hal. 12.
225
Ibid.
226
Ibid.
227
Insuring Agreement C (2004), dalam Duncan L. Clore, Financial Institution Bonds, (1998)
228
Keeley, op.cit., hal. 12.
229
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
75
Terdapat pula beberapa rider tambahan yang dapat dibeli oleh calon
Tertanggung asuransi Bankers Blanket Bond untuk mengalihkan risiko-risiko yang
230
Ibid.
231
Ibid.
232
Ibid.
233
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
76
234
Ibid.
235
Ibid., hal. 14.
236
Ibid.
237
Ibid.
238
Michael Keeley, op.cit, hal. 16.
239
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
77
(fidelity guarantee) dan asuransi uang (money insurance) yang telah ada sebelumnya.
Hanya saja seluruh perlindungan ini digabungkan ke dalam satu polis, sehingga
proses underwriting akan lebih singkat. Selain itu juga dilakukan perluasan cakupan
perlindungan diberlakukan sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi,
sehingga muncul juga Electronic and Computer Crime Insurance. Asuransi ini
memperlengkapi perlindungan Bankers Blanket Bond dengan menutup kerugian
karena risiko kejahatan lewat sistem komputer dan dunia maya.
1. Peralihan Risiko
Risiko kerugian akibat kecurangan pegawai termasuk risiko yang dapat
diasuransikan (insurable risk). Peraturan perundang-undangan di Amerika Serikat
sudah mewajibkan sebagian besar lembaga keuangan untuk memiliki asuransi
kejahatan keuangan.241 Akan tetapi, pelaku bisnis keuangan akan selalu
mengidentifikasi mekanisme yang paling murah dan efisien (cost effective) untuk
mengalihkan sebagian risiko kerugian akibat ketidakjujuran pegawai.242 Hal ini bisa
dilakukan baik melalui mekanisme peralihan risiko kepada pihak ketiga melalui
asuransi atau mengatasinya sendiri dengan mekanisme self-insurance243. Meskipun
240
Keeley, op.cit., hal. 25.
241
Ibid.
242
Lihat FDIC v. Ins. Co. of N. Am., 105 F.3d 778, 785 (1st Cir. 1997). (“Fidelity bonds are a
sort of 'honesty insurance.'”)
243
Menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999), self-insurance adalah :
“a plan under which a business sets aside money to cover any loss.”
Sering juga disebut sebagai first-party insurance.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
78
lembaga keuangan telah memiliki asuransi, tidak berarti pelaku bisnis menjadi kurang
hati-hati. Pelaku bisnis akan selalu melaksanakan langkah-langkah guna mencegah
terjadinya fraud untuk menjaga reputasi dan memaksimalkan profit.
Salah satu tugas dari manajer risiko adalah melakukan perhitungan
berdasarkan cost-benefit analysis dan memberikan rekomendasi apakah peralihan
risiko kepada asuransi merupakan hal yang tepat (appropriate) dan efektif bila dilihat
dari segi biaya (cost-effective). Bila pertanggungan yang ditawarkan tidak luas dan
premi yang dibayarkan terlalu tinggi, pelaku bisnis akan cenderung memilih untuk
menangani risiko itu sendiri sebagai pilihan utama dan hanya membeli polis asuransi
kejahatan yang memenuhi ketentuan minimum perundang-undangan apabila memang
diwajibkan.
Secara spesifik, cakupan perlindungan dari asuransi Bankers Blanket Bond
yang baik harus cukup luas untuk menutup bentuk-bentuk kerugian yang paling
sering terjadi dan bentuk-bentuk perlindungan pokok lainnya. Premi yang ditetapkan
harus merefleksikan risiko keuangan yang sesungguhnya (actual financial risk).
Investigasi atas klaim dan pembayaran harus dilakukan secara layak (reasonable) dan
lancar (expeditious). Pada akhirnya, manajer risiko dari bank tersebutlah yang harus
menentukan apakah manfaat dari membeli asuransi kejahatan keuangan melebihi
ketentuan minimum yang ditetapkan perundang-undangan, mengalahkan pilihan bagi
organisasi tersebut untuk mengurangi sendiri risikonya melalui mekanisme self-
insurance.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
79
244
Keeley, op.cit., hal. 27.
245
Menurut Black's Law Dictionary, 7th ed. (1999), broker-dealer adalah :
“A brokerage firm that engages in the business of trading securities for its own account
(i.e., as a principal) before selling them to customers. Such a firm is usually registered
with the SEC and with the state in which it does business.”
“Since many broker-dealers maintain custody of funds and securities belonging to their
customers, safeguards are required to assure that the customers can recover those funds
and securities in the event that the broker-dealer becomes insolvent. The three principal
techniques that have been utilized are a) financial responsibility standars for broker-
dealer, b) requirements for segregation of customers' funds and securities, and c)
maintenance of an industry-wide fund to satisfy the claims of customers whose brokerage
firms become insolvent.” Lihat : David L. Ratner, Securities Regulation in a Nutshell 4th
ed., (1992), hal. 182-183.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
80
bertujuan untuk mengumpulkan dana guna melindungi nasabah dari kerugian dana
dan surat berharga karena insolvensi. SEC menyatakan bahwa tujuan diwajibkannya
asuransi adalah untuk membatasi kerugian perusahaan yang disebabkan oleh
pencurian yang dilakukan oleh pegawai dan perbuatan tidak jujur, dan juga kerugian-
kerugian lain yang bersifat bencana (catastrophic).
Mengikuti lembaga-lembaga keuangan di atas, pada akhirnya hukum federal
Amerika Serikat mewajibkan penggunaan asuransi kejahatan keuangan bagi bank.
Dalam 12 C.F.R 7.2013, Badan Pengawas Keuangan (Office of the Comptroller of
Currency) di Amerika Serikat telah menetapkan bahwa semua pejabat dan pegawai
dari bank nasional harus dilindungi oleh asuransi kejahatan keuangan yang cukup
layak. Dalam ketentuan ini juga ditetapkan bahwa bila tidak ada perlindungan
asuransi kejahatan keuangan, maka kerugian menjadi tanggung jawab dari direktur
bank yang bersangkutan.
246
Keeley, op.cit., hal. 29
247
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
81
248
Jakarta Insurance Institute, Prinsip-Prinsip dan Praktek Asuransi, Yayasan Pengembangan
Ilmu Asuransi, hlm. 128
249
Sri Murni Hardjanti, “Tinjauan Hukum Asuransi Kerugian Fidelity Guarantee”, (Skripsi
Universitas Indonesia, Depok, 1996), hal. 8.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
82
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
83
dari polis-polis yang dipakai oleh perusahaan asuransi asing di luar negeri dan
disesuaikan dengan kemampuan Penanggung dan kebutuhan Tertanggung.
Selain premi, pihak asuransi akan mempertimbangkan berbagai faktor
sebelum menutup pertanggungan dengan pihak bank. Faktor-faktor tersebut antara
lain :
1. Jumlah Pegawai Tertanggung
2. Aspek Fisik
Pihak asuransi akan mempertimbangkan apakah calon Tertanggung
berkomitmen untuk menjaga risiko yang ada. Pihak asuransi bisa juga
mengecualikan lokasi-lokasi tertentu yang tidak dipasangi alarm atau
kamera CCTV, cabang-cabang bank yang tidak dilengkapi dengan
brankas, ataupun menetapkan warranty tertentu sebelum menutup polis.
3. Komitmen Pihak Top Management terhadap Manajemen Risiko
Pihak asuransi sangat selektif dalam memilih calon Tertanggung, karena
risiko yang dialihkan kepadanya sangat besar. Pihak asuransi bisa saja
menolak permohonan penutupan polis apabila ternyata manajemen risiko
dalam bank ternyata tidak menjadi prioritas utama, departemen
Manajemen Sumber Daya Manusia bank tersebut kurang baik sehingga
berakibat pada kendornya proses monitoring pegawai, tingkat turnover
pegawai tinggi, dan lain sebagainya.
4. Limit Pertanggungan yang Diminta
Pihak asuransi akan memperhatikan seberapa besar dan luas limit
pertanggungan yang diminta oleh bank tersebut, karena terkadang
pertanggungan yang diminta tidak sesuai dengan risiko dan ukuran usaha
dari bank.
5. Deductibles
Deductibles atau porsi yang harus ditanggung sendiri oleh Penanggung
bila terjadi risiko juga menjadi hal yang penting. Deductibles dalam
asuransi Bankers Blanket Bond boleh dibilang cukup besar, karena risiko
yang ditanggung sifatnya holistik (keseluruhan). Besarnya deductibles
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
84
berguna agar bank juga ikut menjaga komitmen terhadap risiko yang
dipertanggungkan.
Pada dasarnya asuransi Bankers Blanket Bond tidak diatur secara khusus
dalam KUH Perdata, KUHD, atau peraturan perundang-undangan lainnya.
Dasar hukum berlakunya asuransi Bankers Blanket Bond adalah Pasal 247
KUHD, yang bunyinya adalah sebagai berikut : 250
“Pertanggungan-pertanggungan itu antara lain dapat mengenai…”
Dengan adanya kata “antara lain” di dalam rumusan pasal tersebut, berarti
jenis-jenis pertanggungan yang ada di dalam Pasal 247 KUHD tersebut tidak tertutup.
Undang-undang masih membuka kesempatan bagi jenis-jenis pertanggungan baru
yang muncul berdasarkan perkembangan zaman.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pelaksanaan Perjanjian Asuransi Bankers Blanket Bond antara PT Bank
ABC, Tbk. dengan PT Asuransi DEF
250
Pasal 247 KUHD
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
85
1. Mengisi proposal form atau yang biasanya dikenal dengan Surat Permintaan
Penutupan Asuransi (SPPA). Proposal form adalah suatu dokumen yang
dikonsep oleh pihak Penanggung untuk mengetahui informasi akan aspek-
aspek dari risiko yang hendak dipertanggungkan. Dalam tahap ini calon
Tertanggung harus menaati prinsip utmost good faith dengan mengisi
proposal form dengan baik dan sebenar-benarnya sesuai fakta yang ada
(disclosure).
Kolom yang harus diisi di dalam proposal form tersebut antara lain :
a. Identitas bank (Particulars of Bank), seperti :
- Nama, alamat, dan tahun berdiri bank calon Tertanggung
- Permodalan bank (authorized capital, paid up capital, total asset, total
deposit, total loans and discounts) sebagaimana tertera di dalam
laporan keuangan tahun terakhir
- Jenis kegiatan usaha bank
- Jumlah rekening pada bank yang bersangkutan
- Nama correspondent bank atau agent yang berada di London
b. Jumlah direktur dan pegawai pada kantor pusat, kantor cabang, maupun
kantor bank lainnya (Staff and Locations)
c. Nilai sebenarnya atas risiko yang dipertanggungkan, seperti jumlah
maksimal uang tunai, surat berharga, atau cek pelawat yang berada dalam
kantor pusat, kantor cabang, atau lokasi lainnya (Value At Risk)
d. Jumlah limit of indemnity dan pertanggungan lain yang dimintakan kepada
Penanggung (Particulars of Coverage)
e. Riwayat klaim sebelumnya (Claim Experience)
f. Faktor-faktor yang menunjang pengawasan bank atas risiko kejahatan oleh
pegawai (Security)
g. Faktor-faktor yang menunjang pengawasan bank atas risiko kejahatan
yang bersifat fisik (Vaults and Strongrooms, Safes, Doors and Windows,
Alarm, Tellers Positions, Guards, Safe Deposit Boxes, Transit, dan Other
Protections)
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
86
PT Bank ABC, Tbk. juga membeli asuransi Electronic and Computer Crime
untuk tambahan proteksi terhadap risiko kerugian dunia maya dan transaksi
elektronik. Oleh sebab itu proposal form untuk aplikasi asuransi Electronic
and Computer Crime harus diisi juga karena risiko yang ditutup berbeda
dengan asuransi Bankers Blanket Bond. Adapun kolom-kolom yang harus
diisi untuk penutupan asuransi Electronic and Computer Crime adalah :
a) Identitas bank (Particulars of Bank), seperti :
- Nama, alamat, dan tahun berdiri bank calon Tertanggung
- Aktivitas utama bank calon Tertanggung
- Kepemilikan bank calon Tertanggung dan riwayat perubahan
pengendalian, merger, pembelian atau akuisisi aset dalam tiga tahun
terakhir
- Permodalan bank (authorized capital, paid up capital, total asset, total
deposit, total loans and discounts) sebagaimana tertera di dalam
laporan keuangan tahun terakhir
- Prosentase pendapatan yang diperoleh dari aktivitas commercial
banking, investment, trust operation, retail banking, stock brokerage
operation, foreign exchange dealing, dan factoring
- Jumlah pegawai, lokasi bank, dan data processing centres.
b) Jumlah limit of indemnity dan pertanggungan dalam asuransi Bankers
Blanket Bond serta jumlah limit of indemnity dan pertanggungan lain yang
dimintakan kepada Penanggung untuk asuransi Electronic and Computer
Crime (Particulars of Coverage)
c) Riwayat kerugian sebelumnya (Loss Experience)
d) Informasi mengenai data processing secara lengkap dan terperinci
(General Description of Data Processing)
e) Prosedur dan mekanisme pencegahan risiko yang ada, seperti data
security office, internal EDP audit, external audit, input and system
access, communications, physical security (General Procedures)
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
87
Bagian pertama adalah Schedule, yang antara lain berisi sebagai berikut :
a. Nama dan Alamat Tertanggung
b. Periode Pertanggungan
c. Retroactive Date, yaitu tanggal di mana diberikan perluasan periode
pertanggungan mundur ke belakang sampai pada tanggal ini
d. Premi Tahunan
e. Tanggal Proposal Form Ditandatangani
f. Limit of Indemnity
g. Jenis Pertanggungan dan Deductibles untuk Setiap Pertanggungan
Insuring Clause 1 – Employee Dishonesty
Insuring Clause 2 – Premises
Insuring Clause 3 – Transit
Insuring Clause 4 – Forged Cheques
Insuring Clause 5 – Forged Securities
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
88
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
89
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
90
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
91
Bagian kedua adalah General Exclusions, yang memuat hal-hal yang menjadi
pengecualian dalam polis ini. Beberapa pengecualian yang tidak ditanggung oleh
asuransi Bankers Blanket Bond antara lain :
- Kerugian yang terjadi sebelum retroactive date atau diakibatkan oleh
tindakan atau peristiwa yang terjadi sebelum retroactive date,
- Kerugian yang ditemukan sebelum periode polis berjalan,
- Kerugian yang ditemukan setelah periode polis berakhir,
dan pengecualian-pengecualian lain yang jumlahnya sangat banyak dan dapat
dibaca dalam bagian General Exclusions.
Bagian ketiga adalah General Conditions, yang antara lain memuat hal-hal
sebagai berikut :
1. Legal Fee dan Legal Expenses
Penanggung harus mengganti legal fee dan legal expenses dalam jumlah
yang layak, yang dikeluarkan oleh Tertanggung apabila yang
bersangkutan mengajukan tuntutan hukum atas klaim yang seharusnya
dibayar oleh Penanggung.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
92
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
93
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
94
mengetahui detail kerugian dan apakah kerugian tersebut dapat diklaim atau tidak.
Discovery juga terjadi ketika Tertanggung dituntut untuk membayar ganti kerugian
kepada pihak ketiga dan ganti rugi tersebut dapat juga diklaim kepada Penanggung
berdasarkan alasan-alasan yang termuat dalam polis ini.
Pembayaran atas klaim asuransi Bankers Blanket Bond dilakukan secara
actual basis. Artinya, kerugian yang terjadi dan dilaporkan hanya pada masa berlaku
polis itulah yang akan diganti oleh Penanggung. Kerugian yang ditutup dapat
diperluas hingga kejadian yang terjadi di masa lampau apabila di dalam perjanjian
disepakati bersama ada retroactive date.
Dalam contoh polis antara PT Bank ABC, Tbk. dan PT Asuransi DEF ini
masa berlaku polis adalah tanggal 17 Desember 2011 hingga 16 Desember 2012, dan
diberikan retroactive date mundur hingga tanggal 17 Desember 2009. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat pada ilustrasi berikut ini :
Periode Polis
Retroactive Date
17 Des 2009
Gambar 3.1 Ilustrasi Periode Polis Asuransi PT Bank ABC, Tbk. dan PT Asuransi DEF
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
95
tersebut dilaporkan pada masa polis berjalan, yaitu antara tanggal 17 Desember 2011-
16 Desember 2012.
Pada dasarnya prosedur penanganan klaim Bankers Blanket Bond atas fraud
dalam kegiatan industri perbankan pada dasarnya tidak berbeda dengan penanganan
klaim lain, yaitu Penanggung tetap meminta dokumen-dokumen dan informasi
pendukung klaim. Mengenai dokumen dan informasi apa saja yang harus
disampaikan oleh bank, tergantung pada kasus fraud tersebut. List dokumen yang
harus disampaikan akan diberikan begitu Penanggung menerima laporan klaim dan
informasi mengenai kegiatan fraud yang terjadi. Biasanya permintaan dokumen
dilakukan oleh loss adjuster yang ditunjuk oleh reinsurer (sesuai dengan loss
adjuster) yang disepakati di dalam polis. Sebagai contoh, bila fraud dilakukan dengan
cara melakukan penggelapan uang milik bank dengan memalsukan catatan laporan
penerimaan kas, maka loss adjuster biasanya akan meminta laporan kas yang palsu
atau dipalsukan, laporan yang asli, catatan kepegawaian pelaku fraud, prosedur
standar, dan lain sebagainya. Bila terjadi kasus fraud yang dilakukan dengan
memalsukan data agunan sehingga bank dirugikan dalam melakukan pencairan
kredit, tentunya data yang diberikan adalah berkaitan dengan hal tersebut, seperti
laporan penilaian appaiser, data nasabah, catatan kepegawaian pelaku fraud, dan lain
sebagainya. Hampir bisa dipastikan bahwa dokumen yang diminta dari satu kasus ke
kasus lainnya hanya berkisar mengenai catatan kepegawaian pelaku fraud, data
pegawai yang bersangkutan, laporan audit, prosedur standar (SOP), timeline kejadian
fraud, laporan investigator internal, dan lain sebagainya.
Di dalam polis asuransi antara PT Bank ABC, Tbk. dan PT Asuransi DEF
disepakati bahwa dalam jangka waktu 6 bulan sejak discovery, Tertanggung harus
memberikan bukti-bukti tertulis dan keterangan yang cukup di bawah sumpah
bersama-sama dengan Direktur Keuangan dari Tertanggung. Seluruh beban
pembuktian berada pada pihak Tertanggung, dengan catatan sebagai berikut :
a) Dalam hal klaim atas kerugian dalam Insuring Clause 1 (Employee
Dishonest), Tertanggung harus membuktikan :
- Orang yang seharusnya bertanggung jawab atas kerugian tersebut,
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
96
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
97
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
BAB IV
RASIONALITAS DAN KEMUNGKINAN ANOMALI KEPUTUSAN
BERASURANSI BANKERS BLANKET BOND PADA SEJUMLAH BANK DI
INDONESIA
98
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
99
Analisis ekonomi atas hukum dengan landasan teori ilmu ekonomi klasik
selalu mengasumsikan bahwa manusia adalah aktor yang rasional (homo
economicus).251 Homo economicus dipandang selalu mengambil keputusan
berdasarkan tingkat rasionalitas yang tinggi, dengan kekuasaan yang tidak terbatas
dan tidak dipengaruhi oleh pihak lain (unlimited will-power), dan mendasarkan pada
kepentingan pribadi (self-interest). Akan tetapi fakta empiris menunjukkan bahwa
sesungguhnya manusia bertindak tidak serasional homo economicus. Asumsi-asumsi
yang dipergunakan oleh ahli ekonomi telah mengabaikan aspek-aspek lain yang turut
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan manusia.252 Dalam hal ini aspek
psikologi manusia merupakan salah satu penyebab terjadinya penyimpangan terhadap
prediksi ekonomi, sehingga hal ini berpengaruh terhadap maksimalisasi utilitas atau
efisiensi dalam mengambil keputusan.
Kajian ekonomi perilaku (behavioral economics) merupakan salah satu
cabang dari ilmu ekonomi yang mengadopsi kajian dari bidang ilmu psikologi, yang
bertujuan untuk mengamati dan menganalisa bagaimana individu mengambil
251
Christine Jolls, Cass R. Sunstein, dan Richard Thaler, 1998, “A Behavioral Approach to
Law and Economics”, Stanford Law Review 50 : 1473.
252
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
100
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
101
Bias merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu tendensi atau
preferensi terhadap perspektif, idelogi, prediksi, atau hasil di mana perspektif tersebut
cenderung dicampuri dengan keberpihakan, prasangka, dan tidak objektif. Secara
umum, bias dapat dipandang sebagai perspektif satu arah dan dapat terjadi baik
disadari atau tidak.
Bias psikologis mampu menjelaskan mengapa perilaku manusia tidak selalu
rasional. Oleh karena begitu berpengaruhnya bias psikologis dalam membentuk
perilaku penilaian terhadap risiko dan pengambilan keputusan, maka Penulis akan
mencoba mengobservasi konsep bias psikologis dalam hubungannya terhadap risiko
dan keputusan berasuransi Bankers Blanket Bond pada pelaku bisnis perbankan.
Ilmu psikologi menyatakan bahwa manusia dapat melakukan kesalahan
sewaktu mengambil keputusan karena menggunakan aturan praktis (rule of thumb)
sebagai pegangan. Menurut ilmu psikologi, manusia hanya dapat memproses paling
banyak tujuh informasi secara bersamaan.260 Aturan praktis, atau selanjutnya akan
disebut sebagai heuristic, digunakan ketika manusia dikelilingi oleh setumpuk
informasi atau tidak memiliki waktu untuk memproses seluruh informasi yang ada,
sedangkan ia memerlukan solusi atas permasalahan tersebut dengan cepat.261
Heuristic juga dipilih ketika sebuah masalah dianggap tidak penting, atau ketika
individu tidak mempunyai pengalaman untuk menyelesaikan persoalan tertentu.262
259
Ibid.
260
George Miller, 1956, “The Magical Number Seven, Plus or Minus Two : Some Limits on
our Capacity for Processing Information,” Psychological Review, Harvard University, hal. 81.
261
Riyan Rismayana, op.cit., hal. 13
262
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
102
Selain itu heuristic juga dapat mengurangi uraian yang kompleks dalam memprediksi
kemungkinan-kemungkinan dan memprediksi nilai dalam kuantitas yang tidak pasti.
Penilaian subjektif terhadap suatu probabilitas hampir serupa dengan
penilaian subjektif terhadap kuantitas yang berhubungan dengan materi, seperti
ukuran dan jarak.263 Penilaian tersebut biasanya dilakukan berdasarkan data dengan
validitas yang rendah, dan kemudian diproses dengan prinsip heuristic. Sebagai
contoh, jarak yang terlihat pada suatu benda diukur berdasarkan tingkat kemampuan
pandangan mata dalam memprediksi jarak tersebut. Semakin jelas suatu objek
terlihat, maka objek tersebut akan disimpulkan memiliki jarak yang semakin dekat.
Aturan semacam ini memiliki tingkat validitas, karena fakta membuktikan bahwa
jarak yang lebih jauh akan terlihat lebih tidak jelas daripada benda yang lebih dekat
letaknya. Akan tetapi metode seperti ini akan menimbulkan kesalahan sistematis
dalam estimasi jarak. Jarak sering diprediksi terlalu besar (overestimated) ketika
kemampuan penglihatan (visibility) berkurang, misalnya saja karena faktor kontur
objek atau objek yang semu dan tidak jelas. Atau sebaliknya, jarak sering diprediksi
lebih pendek (underestimated) ketika kemampuan penglihatan (visibility) sangat jelas
dan objek terlihat sangat dekat. Kesimpulannya, gangguan atau ketidakakuratan
terhadap kemampuan pandangan (visibility) dapat menjadi karakteristik dalam
kesalahan penilaian terhadap jarak. Kesalahan sistematis yang dikaitkan dengan
teknik prediksi heuristic juga sering terjadi dalam penilaian intuitif suatu
kemungkinan.
263
Amos Tversky dan Daniel Kahneman, 1974, “Judgement under Uncertainty : Heuristics
and Biases”, Science 185 : 1124.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
103
melalui penelitian (wawancara) pada dua bank umum yang tidak berasuransi Bankers
Blanket Bond, yaitu PT Bank KLM, Tbk. dan PT Bank XYZ, Tbk.
264
Daniel Kahneman, Paul Slovic, dan Amos Tversky, Judgment under Uncertainty :
Heuristic and Biases, (New York : Cambridge University Press, 1982), hal. 33.
265
Ibid.
266
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
104
fraud yang terjadi adalah kecil (rendah), sehingga kerugian tersebut masih
bisa ditanggung sendiri dengan cadangan modal dari bank. Menurut Penulis,
di sini mungkin saja telah terjadi representativeness bias karena PT Bank
XYZ, Tbk. menganggap jumlah kerugian tersebut akan sama dengan kerugian
di masa mendatang. Sebaik apapun sistem manajemen risiko yang diterapkan
oleh bank, risiko kerugian akibat fraud masih tetap ada dan jumlah
kerugiannya tidak dapat diprediksi berdasarkan riwayat kerugian di masa
lampau. Seharusnya mereka juga berkaca pada tren jumlah kerugian bank-
bank besar lainnya, sehingga hal tersebut juga menjadi bahan pertimbangan
bahwa mungkin saja hal itu terjadi pada mereka.
2. Overconfidence Bias
Overconfidence atau kepercayaan diri yang berlebihan, berkaitan erat dengan
pandangan diri sendiri atas kemampuan dan keterbatasan yang dimilikinya.267
Seseorang yang percaya diri berlebihan akan berpikir bahwa ia memiliki
kemampuan yang lebih baik daripada kemampuan sebenarnya.
Overconfidence bukan berarti seseorang tidak kompeten atau tidak memiliki
pengetahuan sama sekali, hanya saja menurut pandangan orang tersebut ia
lebih pandai dan lebih berpengetahuan dari fakta sebenarnya.268 Daniel
Kahneman berpendapat tingkat kepercayaan diri tergantung pada seberapa
baik mereka menilai diri sendiri. Karena adanya perilaku overconfident, orang
dapat melakukan underestimate terhadap risiko yang mungkin muncul pada
dirinya.
Dalam hal ini PT Bank KLM, Tbk. dan PT Bank XYZ, Tbk. menyatakan
bahwa risiko fraud yang mungkin menimpa bank mereka rendah, karena
selama ini mereka merasa telah memiliki pengalaman dan kemampuan yang
cukup untuk mencegah timbulnya fraud oleh pegawai tersebut. Pada faktanya,
salah satu cabang PT Bank KLM, Tbk. pernah dibobol oleh salah satu
267
Riyan Rismayana, op.cit., hal. 17
268
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
105
Pada tahun 1979, Daniel Kahneman (seorang ahli psikologi peraih hadiah
Nobel tahun 2002 di bidang Ekonomi)270 dan Amos Tversky menyusun
sebuah model matematika yang disebut dengan teori prospek (prospect
theory), untuk menjelaskan proses pembuatan keputusan dalam ketidakpastian
(decision-making under uncertainty). Prospect theory menjelaskan bahwa
individu mencoba untuk bersiap rasional dan memaksimalkan hasil, akan
tetapi ternyata hasilnya mereka gagal. Sebagai ilustrasi, dalam eksperimen
269
Richard Thaler dan Cass R. Sunstein, Nudge : Improving Decisions About Health, Wealth,
and Happiness, (Amerika Serikat : Yale University Press, 2008), hal. 34.
270
Daniel Altman, A Nobel that Bridges Economics and Psychology, NY Times, Oct. 10,
2002.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
106
271
Daniel Kahneman dan Amos Tversky, 1984, “Choices, Values, and Frames”, American
Psychologist 39 : 343.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
107
Dapat kita lihat di sini, kurva untuk losses lebih curam daripada kurva gains
untuk value yang sama. Fenomena ini dinamakan loss aversion (tidak suka
rugi), di mana penilaian subjektif terhadap loss akan lebih besar daripada gain
untuk value yang sama, bahkan bisa mencapai dua kali lipatnya. 272 Loss
aversion menyebabkan status quo bias.273
Bias status quo terjadi ketika salah satu responden yaitu PT Bank KLM, Tbk.,
menyatakan telah merasa cocok dengan jenis asuransi yang dimilikinya
sekarang (yang hanya menutup kerugian fisik). PT Bank KLM, Tbk. tidak
mau pindah ke asuransi Bankers Blanket Bond yang menutup kerugian akibat
kejahatan keuangan oleh pegawai, dengan alasan sudah lama menjalin
hubungan yang baik (long-term relationship) sehingga merasa proses klaim
akan berjalan lebih lancar. Mereka takut apabila pindah ke perusahaan lain,
ternyata perusahaan tersebut kurang bonafid sehingga tidak bisa
mengembalikan seluruh jenis kerugian yang muncul. Dari sini ditengarai
bahwa cost (dalam hal ini dianggap sebagai losses) untuk berpindah ke
perusahaan asuransi baru yang menutup risiko employee fraud dirasa lebih
272
Cass R. Sunstein, “Behavioral Analysis of Law”, Chicago Working Paper in Law and
Economics, hal. 6.
273
Daniel Kahneman dan Amos Tversky, 1979, “Prospect Theory : An Analysis of Decision
under Risk”, Econometrica 47 : 279.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
108
Kata “paternalisme” berasal dari bahasa Latin pater, yang berarti ayah.
Paternalisme merupakan campur tangan negara atau individu terhadap individu
lainnya, yang bertentangan dengan kehendak mereka, dengan alasan bahwa individu
tersebut akan menjadi lebih baik (better-off) atau terhindar dari bahaya. Hal ini
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
109
274
Richard Thaler dan Cass R. Sunstein, Nudge, op.cit., hal. 10.
275
Ibid., hal. 11.
276
Ibid., hal. 6.
277
Ibid.
278
Richard H. Thaler dan Cass R. Sunstein, 2003, “Libertarian Paternalism”, The American
Economic Review 93 : 6.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
110
dengan cara-cara yang dapat diprediksi, tanpa melarang pilihan atau mengubah
insentif ekonomi secara signifikan.279
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian kedua dari bab ini, banyak orang
akan mengambil pilihan apapun yang tidak memerlukan usaha atau hanya sedikit
usaha. Hal ini berkaitan erat dengan status quo bias, yaitu kecenderungan manusia
untuk tetap berada pada kondisi atau keadaannya pada saat ini. Di sini para choice
architect dengan gerakan libertarian paternalism dapat melakukan ‘nudge’ dengan
cara memanfaatkan kecenderungan manusia mempertahankan status quo-nya
tersebut.
Apabila seseorang diminta untuk memilih, biasanya akan selalu ada pilihan
standar (default option), yaitu pilihan yang wajib diambil apabila individu tersebut
tidak memilih apapun.280 Sebagai contoh, ketika kita hendak menginstal suatu
software komputer, akan selalu ada pilihan instalasi ‘regular’ atau ‘custom’. Biasanya
salah satu kotak telah diberi tanda centang, yang menunjukkan bahwa pilihan tersebut
adalah default-nya. Pilihan ‘regular’ biasanya diberikan oleh pemrogram, karena hal
ini akan membantu pengguna yang mengalami kesulitan dalam menginstal program
dengan pilihan ‘custom’. Hal ini merupakan salah satu contoh choice architecture, di
mana default option dirancang dengan baik untuk membantu dan mempermudah
hidup pemilih yang tidak ingin direpotkan oleh hal-hal yang sepele semacam ini.
Oleh karena itu choice architect, dalam hal ini adalah para pembuat kebijakan
atau peraturan perundang-undangan, dapat melakukan perubahan terhadap default
option yang ada, dengan harapan individu (yang bias status quo tadi) akan memilih
default option yang baru. Tendensi perilaku untuk tidak berbuat apa-apa ini akan
lebih diperkuat apabila default option diberikan dengan saran-saran yang implisit
ataupun eksplisit, bahwa pilihan tersebut normal dan sangat direkomendasikan. 281
279
Sunstein, op.cit., hal. 6.
280
Richard H. Thaler dan Cass R. Sunstein, Libertarian Paternalism, op.cit., hal. 4.
281
Ibid., hal. 5.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
111
4.3 Pembahasan
4.3.1 Default Rule Asuransi Bankers Blanket Bond di Indonesia
Sebagaimana telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya, berbagai
ketentuan perundangan-undangan di bidang perbankan, termasuk Peraturan Bank
Indonesia pada saat ini tidak mewajibkan dan tidak memberikan insentif bagi bank-
bank di Indonesia untuk berasuransi Bankers Blanket Bond. Hal ini berarti default
option (atau default rule) yang tersedia adalah tidak berasuransi; padahal ternyata hal
ini mungkin masih kurang efektif dan efisien untuk menangani risiko fraud pegawai.
Oleh karena itu para choice architect (dalam hal ini adalah pembuat kebijakan, yaitu
Bank Indonesia) sebaiknya melakukan sesuatu terhadap default rule yang lama
supaya risiko kerugian yang mengancam bank dan nasabah dapat terhindarkan.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
112
diupayakan untuk terus dipersulit, sehingga mereka akan bertahan dengan default rule
yang baru, yaitu berlanggan asuransi Bankers Blanket Bond. Pembuat regulasi (Bank
Indonesia) dapat melakukan ‘nudge’ agar semua bank yang sebelumnya bias status
quo memiliki proteksi terhadap risiko fraud ini lewat asuransi, tetapi tidak
menghalangi kebebasan bank-bank tersebut untuk tidak berlangganan asuransi
(bersikap libertarian paternalistic). Dengan demikian diharapkan kepentingan bank
dan nasabah akan terlindungi.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
113
diri Tertanggung guna mengurangi moral hazard, tentunya ini akan menjadi
bumerang bagi kelangsungan usaha Penanggung sendiri karena potensi diajukannya
klaim sangat besar. Oleh karena itu seharusnya Penanggung tetap memiliki hak untuk
menerima atau menolak permohonan asuransi untuk mencegah adverse selection.
Sebagai catatan, ketika kewajiban ini diatur sebagai sebuah persyaratan usaha
(default rule), ada risiko perusahaan asuransi akan sewenang-wenang dalam memilih
calon Tertanggung dan bertindak seakan-akan licensor (pemberi izin) bagi industri
perbankan.
Ketiga, tidak boleh terjadi monopoli terhadap premi.284 Penanggung bisa saja
menerapkan monopoli terhadap premi, sehingga tidak ada insentif baginya untuk
mengawasi perilaku Tertanggung dan hal ini berakibat pada berkurangnya kontrol
terhadap potensi moral hazard. Premi yang ditetapkan benar-benar mencerminkan
risiko aktual yang mungkin terjadi, dan bukan mencari profit semata.
Keempat, jumlah premi yang ditetapkan tidak mungkin flat (sama) antar
Tertanggung karena level aktivitas dan usaha masing-masing bank berbeda sehingga
besaran risikonya juga berbeda. Selain itu premi juga tidak mungkin ditetapkan flat
secara terus-menerus, karena jumlah premi harus dinaikkan bila pernah terjadi
kerugian atau ketika risikonya meningkat. Hal ini dilakukan dengan tujuan
mengontrol moral hazard.
Kelima, Pemerintah harus bekerja sama dengan pelaku usaha asuransi (yang
dalam hal ini dapat diwakili oleh sebuah asosiasi asuransi) untuk memberikan
informasi apakah sesungguhnya risiko fraud ini dapat diasuransikan.285 Hal ini
menghindari penolakan bersama untuk penutupan risiko dari para pelaku usaha
asuransi dengan alasan bahwa risiko tersebut tidak dapat diasuransikan, padahal
sebenarnya dapat.
284
Ibid.
285
Ibid., hal. 217.
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari uraian bab-bab sebelumnya, akhirnya telah sampailah penelitian ini pada
beberapa hal yang menjadi kesimpulan atas pembahasan pokok permasalahan yang
telah diteliti yaitu sebagai berikut :
1. Meskipun berpendapat risiko ketidakjujuran pegawai (fraud) pada banknya
adalah relatif rendah, memiliki tingkat kesehatan bank (yang ditandai dengan
besaran Capital Adequacy Ratio) yang baik dan telah melaksanakan
serangkaian tindakan pencegahan fraud seperti tahapan pencegahan, deteksi,
investigasi, pelaporan, pemantauan, dan evaluasi, strategi anti-fraud, dan lain-
lain, PT Bank ABC, Tbk masih merasa hal tersebut belum cukup untuk risiko
fraud. Karena itu PT Bank ABC, Tbk. yang tidak menyukai risiko ini
mengubah ketidakpastian (kerugian yang besar) ini menjadi suatu kepastian,
berupa kemauan untuk membayar (willingness to pay) sejumlah premi kepada
perusahaan asuransi. Ini merupakan ciri dari pihak yang risk averse, dan hal
ini merupakan alasan mengapa PT Bank ABC, Tbk. memutuskan berasuransi
Bankers Blanket Bond.
2. Perjanjian asuransi antara PT Bank ABC, Tbk. dan PT Asuransi DEF, Tbk.
secara garis besar terdiri dari dua macam, yaitu asuransi Bankers Blanket
Bond yang diperluas dengan asuransi Electronic and Computer Crime.
Tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam perjanjiannya adalah mengisi
proposal form, melakukan proses underwriting, dan penetapan polis.
Perlindungan yang diberikan untuk asuransi Bankers Blanket Bond antara lain
risiko kerugian akibat ketidakjujuran karyawan (employee dishonesty),
kerugian pada premises, pada saat transit, cek, surat berharga, dan uang palsu,
serta peralatan kantor dan isinya. Sedangkan perlindungan yang diberikan
114
Universitas Indonesia
Analisis ekonomi..., Christine Elisia Widjaya, FH UI, 2012
115
oleh asuransi Electronic and Computer Crime adalah risiko kerugian pada
computer systems, electronic computer programs, electronic data and media,
computer virus, electronic transmissions, electronic securities, dan voice
initiated instructions. Sedangkan dalam hal terjadi ganti rugi, klaim akan
dibayarkan dengan syarat harus ada pemberitahuan kepada underwriter dalam
jangka waktu 30 hari sejak tanggal discovery dengan menyertakan bukti-bukti
pendukung yang diminta, selambat-lambatnya dalam waktu 6 (enam) bulan
harus sudah dilengkapi. Apabila dipandang perlu, Penanggung akan
melakukan investigasi terhadap klaim yang dimaksud melalui wawancara
dengan pegawai atau orang-orang yang berkaitan langsung. Kerugian yang
ditutup bersifat actual basis, yaitu hanya kerugian yang terjadi dan dilaporkan
hanya pada masa berlaku polis itulah yang akan diganti oleh Penanggung,
tetapi dalam perjanjian ini diperluas (mundur hingga retroactive date).
Tertanggung wajib menunjukkan semua laporan yang berkaitan, termasuk
laporan audit keuangan dan memberikan kesempatan Penanggung untuk
investigasi klaim melalui wawancara dengan pegawai bank atau orang-orang
yang berkaitan langsung.
Universitas Indonesia
5.2 Saran
1. Asuransi Bankers Blanket Bond perlu diwajibkan dalam peraturan perundang-
undangan, mengingat risiko fraud berpotensi untuk menimbulkan kerugian
yang sifatnya bencana (catastrophic) dan mengancam balance sheet bank
secara keseluruhan. Pemberian insentif berupa penurunan Capital Adequacy
Ratio dapat dilakukan sebagai salah satu faktor pendorong keputusan
berasuransi. Ataupun setidak-tidaknya, default rule dalam pelaksanaan
asuransi ini diubah sehingga seluruh bank wajib berlangganan asuransi
Bankers Blanket Bond dan tetap dimungkinkan untuk keluar (opt-out) asalkan
menunjukkan bukti-bukti yang menunjang. Prosedur opt-out ini akan
dipersulit sehingga para pelaku industri perbankan akan cenderung
mempertahankan status quo dan pada akhirnya jumlah langganan polis
asuransi ini akan lebih meningkat. Opsi ini adalah implementasi dari strategi
libertarian paternalism.
3. Selain itu apabila asuransi ini pada akhirnya diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan, pihak perusahaan asuransi harus memastikan bahwa
potensi moral hazard dapat dikontrol oleh Penanggung melalui besaran premi
yang dikaitkan dengan profil risiko, tetap adanya kebebasan bagi Penanggung
untuk menerima atau menolak permohonan penutupan polis, tidak boleh
terjadi monopoli atas premi, premi harus benar-benar mencerminkan risiko
secara aktual, tipe dan adanya kerjasama antara Pemerintah dengan
Penanggung untuk menjamin bahwa risiko ini dapat diasuransikan.
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
I. BUKU
Arena, Samuel J. The Manifest Intent Handbook. Chicago : American Bar
Association, 2002.
Atheam, James L. Risk and Insurance. West Publishing Co, 1977.
Becker, Gary. The Economic Approach to Human Behavior. Chicago : The
University of Chicago Press, 1990.
Blocher, Edward J., Kung H. Chen, dan Gary Cokins. Manajemen Biaya Buku 1.
Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2007.
Bickelhaupt, David L. General Insurance. Homewood, Illinois : Richard D. Irwin,
Inc., 1979.
CII Tuition Service. Element of Insurance. London : The CII Tuition Service, 1976.
Clore, Duncan L. Financial Institution Bonds. Chicago : American Bar Association,
1998.
Cooter, Robert dan Thomas Ulen. Law and Economics. New York : Addison Wesley
Longman, Inc., 2000.
Diacon, S.R. dan R.L. Carter. Success in Insurance. London : John Murrey Ltd.,
1984.
Djumhana, Muhammad. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung : Citra Aditya
Bakti, 2000.
Faure, Michael dan Ton Hartlief. Insurance and Expanding Systemic Risks : No.5.
Organisation for Economic Co-operation and Development, 2003.
Jakarta Insurance Institute. Prinsip-Prinsip dan Praktek Asuransi. Jakarta : Yayasan
Pengembangan Ilmu Asuransi, 2006.
Jean Harth. Saving and Loan Blanket Bond – Past, Present, and Future. The Forum,
1973.
Hartono, Sri Redjeki. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi. Jakarta : Sinar
Grafika, 1997.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Rivai, Veitzhal, Andria Permata, dan Ferry N. Idroes. Bank an Financial Institution
Management. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Sastrawidjaja, M. Suparman. Aspek-aspek Hukum dan Surat Berharga. Bandung : PT
Alumni, 2003.
Simanjuntak, Emmy Pangaribuan. Hukum Pertanggungan dan Perkembangan. Badan
Pembinaan Hukum Nasional, 1980.
Simanjuntak, Kornelius, Brian Amy Prastyo, dan Myra R.B. Setiawan. Hukum
Asuransi. Depok : Djokosoetono Research Center Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2011.
Simon, Herbert. A. A Behavioral Model of Rational Choice. 1955.
Soekanto, Soerjono. Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta:
Rajawali Pers, 2007.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI-Press, 2006.
Suhartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1995.
Tampubolon, Robert. Risk and Systems-based Internal Audit. Jakarta : PT Elex Media
Computindo, 2005.
Tunggal, Amin Wijaya. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group, 2009.
Thaler, Richard H. dan Cass R. Sunstein, Nudge : Improving Decisions About Health,
Wealth, and Happiness. Amerika Serikat : Yale University Press, 2008.
Weldy, Robin V. “History of the Bankers Blanket Bond and the Financial Institution
Bond Standard Form No. 24 with Comments on the Drafting Process” Dalam
Annotated Bankers Blanket Bond. Harvey Koch, 1998.
Williams, Jr., C. Arthur dan Richard M. Heins. Risk Management and Insurance.
Singapore : Mc. Graw Hill Book Co, 1985.
II. ARTIKEL
Altman, Daniel. A Nobel that Bridges Economics and Psychology. New York Times
(10 Oktober 2002).
Universitas Indonesia
Arcuri, Alessandra. “Eclecticism in Law and Economics.” Erasmus Law Review Vol.
1 (2008), hal. 66.
Basel Committee on Banking Supervision. Consultative Document : The New Basel
Capital Accord. (Januari 2001).
Greenwald, Bart L. dan Peter M. Cummins. ”A Bank’s Bond Claim : Proving
“Manifest Intent” Can be Matter of Fact.” Kentucky Banker Magazine
Louiseville 921 (Oktober 2003), hal. 9.
Imaniyati, Neni Sri. “Pencucian Uang (Money Laundering) dalam Perspektif Hukum
Perbankan dan Hukum Islam.” Mimbar UNISBA Bandung 21 (Januari-Maret
2005), hal. 104.
Jolls, Christine. “Behavioral Law and Economics.” National Bureau of Economic
Research (NBER), Yale Law School (2006), hal. 4.
Jolls, Christine, Cass R. Sunstein, dan Richard Thaler. “A Behavioral Approach to
Law and Economics.” Stanford Law Review 50 (1998), hal. 1473.
Kahneman, Daniel dan Amos Tversky. “Prospect Theory : An Analysis of Decision
under Risk.” Econometrica 47 (1979), hal. 279.
Kahneman, Daniel dan Amos Tversky. “Choices, Values, and Frames.” American
Psychologist 39 (1984), hal. 343.
Keeley, Michael dan Christopher A. Nelson. “Critical Issues in Determining
Employee Dishonesty Coverage.” Tort Trial & Insurance Practice Law
Journal Chicago 44 (Spring 2009), hal. 933.
Kirkwood, Craig W. “Notes on Attitude Toward Risk Taking and Exponential Utility
Function.” Arizone State University (1997), hal. 5.
Marsh and McLennan Companies. Operational Risk and the New Basel Capital
Accord, The Federal Reserve Bank of Boston. 2001, hal. 3.
Miller, George. “The Magical Number Seven, Plus or Minus Two : Some Limits on
our Capacity for Processing Information.” Psychological Review, Harvard
University, (1956), hal. 81.
Sunstein, Cass R. “Behavioral Analysis of Law.” Chicago Working Paper in Law and
Economics, hal. 6.
Universitas Indonesia
III. PERUNDANG-UNDANGAN
Bank Indonesia (a). Peraturan Bank Indonesia tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank Umum. PBI No. 10/15/PBI/2008.
--------------------(b). Peraturan Bank Indonesia tentang Penerapan Manajemen
Risiko bagi Bank Umum. PBI No. 5/8/PBI/2003 jo. PBI No. 11/25/PBI/2009.
--------------------(c). Peraturan Bank Indonesia tentang Penugasan Direktur
Kepatuhan (Compliance Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan
Fungsi Audit Intern Bank Umum. PBI No. 1/6/PBI/1999.
--------------------(d). Surat Edaran Bank Indonesia perihal Perhitungan Aset
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk Risiko Operasional dengan
Menggunakan Pendekatan Indikator Dasar (PID). SE BI No. 11/3/DPNP
tanggal 27 Januari 2009.
--------------------(e). Peraturan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance bagi Bank Umum. PBI No. 8/4/PBI/2006.
--------------------(f). Surat Edaran Bank Indonesia perihal Penerapan Strategi Anti-
fraud pada Bank Umum. SE BI No. 13/28/DPNP tanggal 9 Desember 2011.
Indonesia (a). Undang-undang tentang Perbankan. UU No. 7 Tahun 1992, LN. No.
31, TLN. No. 3472. jo. UU No. 10 Tahun 1998, LN No. 182, TLN. No. 3790.
Universitas Indonesia
IV. SKRIPSI/TESIS
Agustina, Fadilla. “Pertanggungjawaban Renteng dalam Perjanjian Asuransi Pada PT
(Persero) Asuransi Indonesia terhadap Pihak Ketiga.” Tesis Universitas
Sumatera Utara. Medan, 2009.
Aldieta Ciara Mahardika. “Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Kredit Terhadap
Kinerja Manajemen Kredit (Survei Pada Lima Bank Pemberi Kredit Terbesar
di Kota Bandung.” Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung, 2011.
Alga, Yenny Hermiana. “Pengukuran Risiko Operasional dengan Pendekatan Peak
Over Threshold – Generalized Pareto.” Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Medan, 2011.
Alrianto, Gerardus. “Analisis Pengukuran Risiko Operasional Bank ABC dengan
Metode Loss Distribution Approach.” Tesis Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Depok, 2009.
Hardjanti, Sri Murni. “Tinjauan Hukum Asuransi Kerugian Fidelity Guarantee.”
Skripsi Universitas Indonesia. Depok, 1996).
Rismayana, Riyan. “Analisis Psychological Bias sebagai Refleksi Perilaku Investor
Menggunakan Pendekatan Analisis Faktor Konfirmatori.” Tesis Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung, 2011.
Universitas Indonesia
Saragih, Octha Lydia. “Analisis CAMEL Untuk Menilai Tingkat Kesehatan Bank
pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2006-2008.” Skripsi Universitas Sumatera Utara. Medan, 2010.
Shitawati, F. Artin. “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Capital
Adequacy Ratio (Studi Empiris : Bank Umum di Indonesia periode 2001-
2004).” Tesis Universitas Diponegoro. Semarang, 2006.
Simanjuntak, Angela E. “Asuransi Tanggung Jawab Hukum Pihak Ketiga dan
Asuransi Kecelakaan Penumpang dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.” Skripsi Universitas Indonesia.
Depok, 2010.
Sulistiowati, Lisa. “Peranan Internal Audit dalam Penerapan Good Corporate
Governance pada PT BEI (Persero).” Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Depok, 2006.
V. INTERNET
------------. “Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Kinerja Bank Umum
di Indonesia.” <http://banking.blog.gunadarma.ac.id/2012/04/13/analisis-
pengaruh-rasio-rasio-keuangan-terhadap-kinerja-bank-umum-di-indonesia-
berdasarkan-data-yang-diperoleh-dari-statistik-perbankan-indonesia-januari-
2012/>. Diakses pada 25 Maret 2012.
------------. “Asuransi Bankers Blanket Bond Bantu Kendalikan Risiko Perbankan.”
<http://www.asuransi.adira.co.id/NewsTips/PressRelease/tabid/137/
newsid536/ 567/language/id-ID/default.aspx.>. Diakses pada 20 Juli 2011.
------------. “Bankers Blanket Bond” <http://www.allbusiness.com/glossaries/bankers-
blanket-bond/ 4952244-1.html.>. Diakses pada 20 Juli 2011.
------------. ”Bankers Blanket Bond : Asuransi Kejahatan Keuangan.”
<http://www.infobanknews.com/2011/04/bankers-blanket-bond-asuransi-
kejahatan-keuangan/.>. Diakses pada 20 Juli 2011.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
VI. KAMUS
Black, Henry Campbell. Black’s Law Dictionary. West Group, 1999.
Friedman, David. The New Palgrave : A Dictionary of Economic Theory and
Doctrine. Macmillan, 1987.
Universitas Indonesia