Anda di halaman 1dari 66

Analisis Yuridis Pertanggung jawaban KSSK Sebagai Pembuat Kebijakan

Terpadu Untuk Peningkatan Pembiayaan Dunia Usaha Berkaitan


Dengan Hak Imunitas dalam Perppu No 1/2020

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :
Yovie Muhammad Asshiddiqie
175010118113053

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2021

iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi : ANALISIS YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN KOMITE
STABILITAS SISTEM KEUANGAN SEBAGAI PEMBUAT KEBIJAKAN TERPADU
UNTUK PENINGKATAN PEMBIYAYAAN DUNIA USAHA BERKAITAN DENGAN
HAK IMUNITAS DALAM PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN NOMOR 1
TAHUN 2020.
Identitas Penulis :
a. Nama : Yovie Muhammad Asshiddiqie
b. NIM : 175010118113053
Konsentrasi : Hukum Perdata Bisnis
Jangka Penelitian : 2 Bulan
Disetujui Pada Tanggal 14 Oktober 2021

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Setiawan Wicaksono S.H, M.kn Diah Pawestri Maharani S.H, M.H


NIP.  2012018512181001 NIP. 2013048307232001

Mengetahui,
Ketua Departemen Hukum Perdata

Ratih Dheaviana Puru Hitaningtyas, S.H., LL.M,


NIP. 197907282005022000

v
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
Jalan MT. Haryono No. 169, Malang 65145, Indonesia
Telp. +62-341-553898; Fax. +62-341-566505
E-mail : hukum@ub.ac.id http://hukum.ub.ac.id

SURAT KETERANGAN DETEKSI PLAGIASI


Nomor: 736/Plagiasi/FH/2021

Dengan ini diterangkan bahwa Skripsi yang ditulis oleh:

Nama : YOVIE MUHAMMAD ASSHIDDIQIE


NIM : 175010118113053

Judul : Analisis Yuridis Pertanggung jawaban KSSK Sebagai Pembuat Kebijakan

Terpadu Untuk Peningkatan Pembiayaan Dunia Usaha Berkaitan Dengan


Hak Imunitas dalam Perppu No 1/2020
Berdasarkan hasil deteksi menggunakan piranti lunak plagiarism-detector,menunjukkan tingkat
kesamaan dibawah 20% dan memenuhi syarat untuk tahapan selanjutnya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Demikian surat ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 1 Desember 2021


Ketua Deteksi Plagiasi

Dr. Siti Hamidah, S.H., M.M.


NIP 196606221990022001

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kepada kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia yang tiada henti hingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Tidak lupa pula shalawat serta salam penulis
junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebenaran
dan menjadi suri tauladan bagi penulis.

Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan


rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muchamad Ali Safa’at, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Brawijaya;
2. Ibu Ratih Dheviana Puru Hitaningtyas, S.H., LL.M. selaku Ketua
Derpartemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Brawijaya;
3. Bapak Setiawan Wicaksono, S.H.,M.kn. selaku Dosen Pembimbing
Utama dan Diah Pawestri Maharani S.H,M.H selaku Dosen
Pembimbing Pendamping. Saya ucapkan terima kasih atas segala
bimbingan, masukan, dan arahan yang berguna serta bermanfaat
bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian dengan penuh
kesabaran serta selalu bersedia mendengarkan segala keluh kesah
penulis dalam menyelesaikan penelitian ini;
4. Bapak Dr, Reka Dewantara S.H, M.H selaku dosen pengampu mata
kuliah Hukum Perbankan yang telah membantu penulis dalam
penyusunan awal proposal penelitan ini. Saya ucapkan terima kasih
atas segala bimbingan, masukan, dan arahan yang berguna serta
bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan awal proposal penelitian
ini.
5. Kedua orang tua penulis yang sangat penulis cintai yang selama ini
selalu memberikan kasih sayangnya, mendukung, selalu mendoakan
dan memberikan semangat. Kepada Bapak SHOLICHIN dan Ibu Titin
Eko Joeniwati terima kasih untuk selalu memberikan doa, semangat,
motivasi, dukungan baik secara moril maupun materil dan

vi
i
8

menghibur penulis agar dapat segera menyelesaikan penelitian ini;


6. Saudara kandung penulis yang tersayang, adek Syalaisha Naishila Aisyah
terima kasih atas dukungan dan doanya untuk penulis terimakasih telah
menjadi salah satu semangat dan motivasi penulis dalam menuliskan
penelitian ini;
7. Keluarga besar Eksekutif Keluarga Mahasiswa Universitas Brawijaya Tahun
2019 yang telah menjadi rumah kedua penulis selama kuliah, terimakasih
banyak atas ilmu dan pengalaman berorganisasi yang telah diberikan;
8. Sahabat-sahabat penulis dari awal memasuki Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya hingga tingkat akhir, Rizky, Dwiki, Jaya, Bagas, Ibnu, Fikri, ,
Made, Kevin, Arif, Iqbal, David, Aziz,. Terima kasih selalu memberikan
segala dukungan dan menjadi sumber tawa bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, semoga kita selalu dipertemukan dalam kebaikan
seperti ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki karya penulis
selanjutnya. Akhir kata penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
pembuatan skripsi ini penulis pernah melakukan kesalahan kepada semua baik itu yang
disengaja maupun tidak disengaja.

Malang, 14 Oktober 2021

Yovie Muhammad Asshiddiqie


9

RINGKASAN
Komite Stabilitas Sistem Keuangan saat terjadinya pandemi (Covid-19) memiliki tugas dalam
menstabilkan keuangan negara untuk penanganan pandemi corona virus disease (Covid-19) di
indonesia. Melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan yang beranggotakan Menteri Keuangan
sebagai Koordinator, Gubernur Bank Indonesia, ketua dewan komisioner Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan. Kewenangan ini
sesuai apa yang ada di dalam Perppu No 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara
dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk penanganan pandemi corona virus disease 2019 (covid -
19) dan dalam rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan
stabilitas sistem keuangan. ataupun sebelum terjadinya pandemi KSSK memiliki tugas dan
wewenang Melakukan koordinasi dan pemantauan, memberikan rekomendasi kepada presiden
dalam pengambilan keputusan penentuan perubahan status stabilitas keuangan, mulai kondisi
normal menjadi krisis sistem keuangan, atau sebaliknya. Undang-Undang (UU)
PPKSK sebagai acuan dalam pencegahan dan penanganan krisis keuangan global yang
berdampak terhadap perekonomian dalam negeri. Sejumlah tugas dan kewenangan serta
fungsi KSSK diatur dalam UU PPKSK. KSSK dipimpin oleh Menteri Keuangan sebagai
koordinator merangkap anggota dan memiliki hak suara. Sedangkan anggota lainnya yakni
Gubernur Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan dan Ketua Dewan
Lembaga Penjamin Simpanan. Ketiga anggota itu memiliki hak suara yang sama dengan
koordinator KSSK. Adapun kebijakan Komite Stabilitas Sistem Keuangan dalam menanggulagi
pandemi (Covid-19) ia mengeluarkan Paket Kebijakan terpadu yang salah satunya pada point
pertama kebijkan terpadu yaitu Kebijakan Insentif Fiskal serta Dukungan Belanja
Pemerintah dan Pembiayaan. Menurunnya permintaan akibat pandemi Covid-19
berdampak pada pendapatan serta kondisi arus kas sektor usaha, sementara pada saat yang
bersamaan dihadapkan pada kebutuhan pemenuhan kewajiban dan operasional usaha.
Kemudian Dukungan Pemerintah pada dunia usaha juga diberikan dalam bentuk
belanja Pemerintah dan pembiayaan untuk meringankan beban debitur di tengah pandemi
sekaligus menjaga kinerja debitur serta Stabilitas Sistem Keuangan. Namun dalam kenyataan
Hak imunitas bagi para anggota Komite Stabilitas Sistem bagi para pelaku dunia usaha
maupun UMKM diberikan Untuk stimulus ekonomi bagi UMKM dan pelaku usaha, Terutama
untuk industri kecil dan menengah pada 19 sektor tertentu, dan juga akan dipakai untuk
10

pengurangan tarif PPh sebesar 25 persen untuk wajib pajak kemudian impor tujuan ekspor,
terutama industri kecil menengah pada sektor tertentu.
SUMMARY

The Financial System Stability Committee during a pandemic (Covid-19) has the task of
stabilizing state finances for handling the corona virus disease (Covid-19) pandemic in
Indonesia. Through the Financial System Stability Committee, which consists of the Minister of
Finance as Coordinator, Governor of Bank Indonesia, chairman of the board of commissioners
of the Financial Services Authority (OJK), Chairman of the Board of Commissioners of the
Deposit Insurance Corporation. This authority is in accordance with what is contained in Perppu
No. 1 of 2020 concerning State Financial Policy and Financial System Stability for handling the
2019 corona virus disease (covid -19) pandemic and in the context of dealing with threats that
endanger the national economy and financial system stability. or before the pandemic, KSSK
has the duty and authority to coordinate and monitor, provide recommendations to the
president in making decisions to determine changes in financial stability status, from normal
conditions to financial system crises, or vice versa. The PPKSK Law (UU) serves as a reference
in preventing and handling the global financial crisis that has an impact on the domestic
economy. A number of duties and authorities as well as the functions of the KSSK are regulated
in the PPKSK Law. KSSK is led by the Minister of Finance as coordinator and concurrently
member and has voting rights. Meanwhile, the other members are the Governor of Indonesia,
the Chairman of the Board of Commissioners of the Financial Services Authority and the
Chairman of the Board of the Deposit Insurance Corporation. The three members have the
same voting rights as the KSSK coordinator. As for the policy of the Financial System Stability
Committee in dealing with the pandemic (Covid-19), he issued an integrated policy package,
one of which is the first point of an integrated policy, namely the Fiscal Incentive Policy and
Government Expenditure Support and Financing. The decline in demand due to the Covid-19
pandemic has an impact on the income and cash flow conditions of the business sector, while
at the same time being faced with the need to fulfill obligations and business operations. Then
Government Support to the business world is also provided in the form of government spending
and financing to ease the burden on debtors in the midst of a pandemic while maintaining
debtor performance and Financial System Stability. However, in reality, immunity rights for
members of the System Stability Committee for business actors and MSMEs are given for
11

economic stimulus for MSMEs and business actors, especially for small and medium industries in
19 certain sectors, and will also be used to reduce the income tax rate by 25 percent. for
taxpayers then import for export purposes, especially small and medium industries in certain
sectors.
12

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................................................5
KATA PENGANTAR...............................................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................8
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................9
B. ORISINALITAS PENELITIAN.................................................................................20
C. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................22
E. TUJUAN PENELITIAN...........................................................................................22
E. MANFAAT PENELITIAN........................................................................................23
F. SISTEMATIKA PENULISAN...................................................................................24
G. METODE PENELITIAN.........................................................................................25
1. Jenis Penelitian........................................................................................................25
2. Pendekatan Penelitian...............................................................................................25
BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................................27
1. Kajian Tentang Komite Stabilitas Sistem Keuangan................................................27
2. Kajian Tentang Pertanggungjawaban Hukum........................................................30
3. Kajian Tentang Kebijakan Terpadu.......................................................................31
4. Kajian Tentang Pembiyaan Usaha........................................................................32
5. Kajian Tentang Hak Imunitas...............................................................................35
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................................................36
A. Mekanisme Kinerja Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)...............................37
B. Penyematan Hak Imunitas kepada Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam
Perppu No.1 th 2020 dan pemerintah mengalokasikan dana berada pada Undang - Undang
no 2 th 2020...........................................................................................................40
C. Keadaan Keputusan Komite Stabilitas Sistem Keuangan Sesudah Maupun Sebelum
Terjadinya Pandemi Covid – 19 Secara Internal Atau Global......................................42
BAB IV PENUTUP................................................................................................................46
A. Kesimpulan.........................................................................................................46
B. Saran.................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................49
13

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keadaan mengakibatkan Stabilitas sistem keuangan (SSK) di Indonesia menurun akibat
adanya pandemik Corona keadaan tersebut berakibat menurunya globalisasi dan
meningkatnya resiko keuangan di global dan seakan secara fakta bermunculan risiko baru di
pasar keuangan akibat pandemi ini yang belum pernah dikenal sebelumnya, tetapi fakta ini
menyebutkan bahwa kondisi Stabilitas Sistem Keuangan pada awal tahun 2020 menunjukan
peningkatan risiko menyebar luasnya virus corona (covid-19) yang telah menyebar di seluruh
dunia. Pandemic sangat menekan seluruh perekonomian dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Kemudian terjadinya inflasi harga barang yang semakin naik dan keadaan pada sentra jasa
juga beriringan semakin menurun. 1 Stabilitas Sistem Keuangan bagi negara indonesia tentu
sangat diperlukan dalam keadaan pandemi yang bertujuan mengukur secara mekanisme
ekonomi agar perekonomian di indonesia tetap terjaga. Stabilitas Sistem Keuangan adalah
suatu kondisi dimana mekanisme ekonomi dalam penetapan harga, alokasi dana dan
pengelolaan risiko berfungsi secara baik dan mendukung pertumbuhan ekonomi.2
Dampak pandemi COVID-19 berdampak besar terhadap perekonomian dan stabilitas
sistem keuangan nasional Indonesia. Pada kuartal I, perekonomian Indonesia merasakan
dampak dari pandemi COVID-19. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I
sebesar 2,97%. Hal ini menunjukkan bahwa pandemi ini telah mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi negara. Sementara itu, perekonomian pada triwulan II menyusut 5,32%. Ini jauh
lebih rendah dibandingkan tahun lalu ketika Indonesia mencatat pertumbuhan 5,05% pada
kuartal kedua. Seperti yang diumumkan di situs resmi Kementerian Keuangan. 3 Memang
sangat terasa Dampak dari pandemi covid -19 yang menunjukan bahwa sangat mempengaruhi
pertumbuhan nasional terlihat dari data yang dilakukan menteri keuangan, indonesia harus
bangkit dan tumbuh dalam pandemi ini dan keberhasilan suatu sistem keuangan suatu negara
tergantung bagaimana suatu lembaga dan masyarakat sendiri dalam menjalankan pergerakan

1
Ade Novalina, “Analisis Stabilitas Sistem Keuangan Di Masa Pandemik” Kajian Ekonomi dan Kebijakan
Publik diakses pada tanggal 18 november 2021 pukul 13.00
2
Ibid, hlm 622
3
https://www.kemenkeu.go.id/media/15072/sp-27-pemerintah-waspadadampak-pandemi-covid-19-
terhadap-ekonomiindonesia. diakses pada tanggal 18 november 2021 pukul 07.00
14

ekonomi itu terutama melalui sektor perbankan, umkm, maupun dunia usaha yang harus
diperkokoh dalam pembentukan sistem ekonomi yang kuat dalam melawan krisis pandemi
covid -19 ini.
Kemudian Pada awal bulan Maret 2020 Pemerintah Indonesia dihadapkan pada
kenyataan bahwa pandemi covid-19 telah menimbulkan korban bagi masyarakat Indonesia,
dari waktu ke waktu jumlah korban yang terpapar covid-19 semakin bertambah, semakin
membahayakan dan mengancam kesehatan masyarakat. Hal tersebut menimbulkan dampak
tidak hanya bagi kesehatan masyarakat. 4 tetapi juga berdampak pada sektor-sektor yang lain,
termasuk sektor perekonomian sehingga mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan
secara cepat, tepat, dan akurat dalam penanganan pandemi covid-19. Langkah-langkah
pemerintah saat Pandemi COVID-19 ditangani oleh kombinasi kekuatan hukum dan peraturan,
peraturan pedoman, tindakan oleh pemerintah dan otoritas, dan dukungan birokrasi sebagai
lembaga penegak kebijakan.
Dalam menghadapi pandemi COVID-19, Presiden mengumumkan Peraturan Pemerintah
(Perppu) No. 1 tahun 2020 per 31 Maret 2020. Perppu nomor 1 tahun 2020 terbukti perlu
sebagai langkah hukum untuk mengatasi COVID-19. Pandemi COVID-19 berdampak antara
lain perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional, penurunan pendapatan pemerintah, serta
peningkatan belanja dan pendanaan pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan upaya
pemerintah untuk menyelamatkan kesehatan dan ekonomi, dengan penekanan pada
kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pengeluaran untuk pemulihan ekonomi, termasuk
bisnis dan masyarakat yang terkena dampak.5 Namun kegiatan pemerintah tersebut haruslah
di dukung oleh seluruh elemen masyarakat indonesia dalam terciptanya perekonomian agar
pulih kembali dan itu menjadi daya saing indonesia dalam percepatan ekonomi nasional saat
pandemi dari negara negara lain yang juga terdampak pandemi corona.
Sebagaimana dimaklumi bahwa PERPPU merupakan salah satu
produk hukum dalam sistem perundangundangan di Indonesia.
Keberadaan PERPPU secara tegas disebut dalam Pasal 22 UUDNRI
1945. Pasal 22 UUD 1945 mengatur secara formil pembentukan,
keberlakuan dan masa berlaku PERPPU. Pasal 22 ayat (1) UUD 1945
menegaskan bahwa “dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa
4
Juliani, H. (2020). Analisis Yuridis Kebijakan Keuangan Negara Dalam Penanganan Pandemi
Covid-19 Melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020. Administrative
Law & Governance Journal., hlm 2621-2781
5
Ibid, hlm 2622 - 2781
15

Presiden berhak menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti


Undang-Undang. Artinya, pembentukan PERPPU dipersyaratkan
secara formil adanya keadaan kegentingan yang memaksa, dimana
kegentingan yang memaksa ini berkaitan dengan hukum, yaitu: a)
untuk menyelesaikan masalah hukum yang mendesak dan dengan
cara yang cepat berdasarkan Undang-Undang; b) untuk mengisi
kekosongan hukum/Undang-Undang atau hukum yang ada dianggap
kurang memadai; dan c) untuk mempercepat proses pembentukan
UndangUndang sehubungan keadaan yang mendesak dan
memerlukan kepastian hukum yang cepat Sesuai Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 138/PUUVII/2OO9.”6
Perppu nomor 1 tahun 2020 tentang Covid-19, karena pandemi Covid19 terbukti
berdampak antara lain memperlambat pertumbuhan ekonomi nasional, menurunkan
pendapatan pemerintah, dan meningkatkan belanja pemerintah. Dan pembiayaan. Oleh
karena itu, diperlukan upaya pemerintah untuk menyelamatkan kesehatan dan ekonomi,
dengan penekanan pada kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi,
termasuk dunia usaha dan masyarakat terdampak.7
Namun, sehari setelah Perppu dideklarasikan, muncul gelombang kritik yang
mempertanyakan dasar konstitusional lahirnya Perppu, pelaksanaannya, dan apakah Perppu
8
merupakan substansi yang diyakini membuka peluang korupsi dan diproses secara legal.
Sejak diterbitkan pada akhir Maret 2020, Perppu ini menuai berbagai reaksi dari
kalangan bisnis, politik, hukum, dan masyarakat umum. Sepintas perppu ini memberikan
justifikasi yang kuat bagi pemerintah untuk meredakan ketidakstabilan ekonomi negara, dan
sebagian kalangan memberikan jawaban positif. Namun, sejumlah besar pakar, pakar hukum,
dan pengamat konstitusi mengkritik keberadaan Perppu, terutama yang bertentangan dengan
norma Pasal 27, yang akan mengimunisasi kenaikan Komisi Stabilitas Sistem Keuangan
6
Huda, U. Nurul, Sulastri, D., Najmudin, N., & Astarudin, T. (2020). Perppu No. 1 Tahun 2020 Tentang
Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Covid-19 Menurut Tinjauan
Hukum Tata Negara Darurat. Digita Library Uin Sunan Gunung Djati. Retrieved From Diakses pada tanggal 21
november 2021 pukul 13.00
7
Aulawi, A. (2020). Penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 Tahun 2020
Sebagai Strategi Kebijakan Pajak Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap
Keuangan Negara. Jurnal Aulawi, A. (2020). Penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1
Tahun 2020 Sebagai Strategi Kebijakan Pajak Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi Dampak Pandemi Covid-19
Terhadap Keuangan Negara. Jurnal Pendidikan,Akuntansi Dan Keu, Vol. 3, hlm. 130.
8
Surisman, & Iswanto. (2020). Perlukah Perppu No. 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara
Dalam Penanganan Coronavirus Disease 2019. Jurnal Ilmu Hukum, 4, hlm. 284.
16

(KSSK).9
Maka tujuannya adalah untuk mengkonfigurasi perppu ini. Tujuannya adalah untuk
menyelamatkan stabilitas ekonomi dan sistem keuangan nasional melalui berbagai kebijakan
mitigasi terkait dengan pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Kebijakan ini berfokus pada belanja kesehatan, belanja jaringan jaminan sosial dan pemulihan
ekonomi, serta penguatan kekuatan berbagai lembaga di sektor keuangan dengan
menciptakan landasan hukum.
Namun dalam praktiknya, keluaran Perppu ini dinilai tidak efektif karena banyak
membawa kekuatan dan kelemahan bagi masyarakat. Beberapa pihak sangat mendukung
langkah pemerintah tersebut, karena dianggap sebagai fondasi yang kuat untuk memulihkan
stabilitas perekonomian negara. Penentangnya, di sisi lain, mengkritik isi beberapa pasal
dalam Perppu ini. Pasal-pasal ini dianggap curang di kalangan pejabat pemerintah.
Untuk mendukung pelaksanaan kewenangan KSSK dalam rangka penanganan
permasalahan stabilitas sistem keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat ayat (1)
Perppu No 1 Tahun 2020.
a. menyelenggarakan rapat melalui tatap muka atau melalui pemanfaaan teknologi
informasi guna merumuskan dan menetapkan langkah-langkah penanganan
permasalahan stabilitas sistem keuangan.
b. menetapkan skema pemberian dukungan oleh Pemerintah untuk penanganan
permasalahan lembaga jasa keuangan dan stabilitas sistem keuangan yang
membahayakan perekonomian nasional.10
Adapun kewenangan yang diberikan Komite Stabilitas Sistem Keuangan dalam
menstabilkan keuangan negara untuk penanganan pandemi corona virus disease (Covid-19) di
indonesia. Melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan yang beranggotakan Menteri Keuangan
sebagai Koordinator, Gubernur Bank Indonesia, ketua dewan komisioner Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan. Kewenangan ini
sesuai apa yang ada di dalam Perppu No 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara
dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk penanganan pandemi corona virus disease 2019 (covid -
19) dan dalam rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan

9
Nurhalimah, S. Menyoal Kepentingan Dan Pasal Impunitas Dalam Perpu Corona. ’Adalah Buletin Hukum
Dan Keadilan, Vol.4, hlm 37. Diakses pada tanggal 21 november 2021 pukul 21.55
10
Pasal 15 Perppu No 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
untuk penanganan pandemi corona virus disease 2019 (covid -19) dan dalam rangka menghadapi ancaman yang
membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan
17

stabilitas sistem keuangan.11


Berdasarkan Pasal 9, Menteri Keuangan berwenang memberikan keringanan
kepabeanan berupa pembebasan atau pembebasan pajak impor sehubungan dengan
penanganan pandemi virus corona 2019 (COVID 19) dan sektor keuangan. Ini membahayakan
stabilitas sistem ancaman nasional.12
Dalam pasal 19 Bank Indonesia mendukung pelaksanaan kewenangan KSSK dalam
rangka penanganan permasalahan stabilitas sistem keuangan diberikan kewenangan :
a. Memberikan pinjaman likuiditas jangka pendek atau pembiayaan likuiditas jangka
pendek berdasarkan prinsip syariah kepada Bank Sistemik atau bank selain Bank
Sistemik;
b. Memberikan Pinjaman Likuiditas Khusus kepada Bank Sistemik yang mengalami
kesulitan likuiditas dan tidak memenuhi persyaratan pemberian pinjaman
likuiditas jangka pendek atau pembiayaan likuiditas jangka pendek berdasarkan
prinsip syariah yang dijamin oleh Pemerintah dan diberikan berdasarkan
Keputusan KSSK;
c. Membeli Surat Utang Negara dan/atau Surat Berharga Syariah Negara berjangka
panjang di pasar perdana untuk penanganan permasalahan sistem keuangan
yang membahayakan perekonomian nasional, termasuk Surat Utang Negara danf
atau Surat Berharga Syariah Negara yang diterbitkan dengan tujuan tertentu
khususnya dalam rangka pandemi Corona Virus Disease 2019 (covrD-1e);
d. Membeli/repo surat berharga negara yang dimiliki Lembaga Penjamin Simpanan
untuk biaya penanganan permasalahan solvabilitas Bank Sistemik dan bank selain
Bank Sistemik;
e. Mengatur kewajiban penerimaan dan penggunaan devisa bagi penduduk
termasuk ketentuan mengenai penyerahan, repatriasi, dan konversi devisa dalam
rangka menjaga kestabilan makroekonomi dan sistem keuangan; dan
f. Memberikan akses pendanaan kepada korporasi/swasta dengan cara repo Surat
Utang Negara atau Surat Berharga Syariah Negara yang dimiliki korporasi/ swasta

11
Perppu No 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
penanganan pandemi corona virus disease 2019 (covid -19) dan dalam rangka menghadapi ancaman yang
membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan
12
Pasal 9 Perppu No 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
untuk penanganan pandemi corona virus disease 2019 (covid -19) dan dalam rangka menghadapi ancaman yang
membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan
18

melalui perbankan.13
Dalam Pasal 20 Lembaga Penjamin Simpanan dalam rangka penanganan permasalahan
stabilitas sistem keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1), Lembaga Penjamin
Simpanan diberikan kewenangan untuk:
a. melakukan persiapan penanganan dan peningkatan intensitas persiapan bersama
dengan Otoritas Jasa Keuangan untuk penanganan permasalahan solvabilitas
bank;
b. melakukan tindakan:
1. penjualan/repo Surat Berharga Negara yang dimiliki kepada Bank
Indonesia;
2. penerbitan surat utang;
3. pinjaman kepada pihak lain; dan latau
4. pinjaman kepada Pemerintah,
Dalam hal lembaga pinjamin simpanan diperkirakan akan.
mengalami kesulitan likuiditas untuk penanganan bank gagal.
c. melakukan pengambilan keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan
penyelamatan bank selain Bank Sistemik yang dinyatakan sebagai bank gagal
dengan mempertimbangkan antara lain kondisi perekonomian, kompleksitas
permasalahan bank, kebutuhan waktu penanganan, ketersediaan investor,
dan/atau efektivitas penanganan permasalahan bank serta tidak hanya
mempertimbangkan perkiraan biaya yang paling rendah (least cost test)
d. merumuskan dan melaksanakan kebijakan penjaminan simpanan untuk kelompok
nasabah dengan mempertimbangkan sumber dana dan/atau peruntukkan
simpanan serta besaran nilai yang dijamin bagi kelompok nasabah tersebut yang
diatur dengan Peraturan Pemerintah.14
Dalam Pasal 23 Untuk mendukung pelaksanaan kewenangan KSSK dalam rangka
penanganan permasalahan stabilitas sistem keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan diberikan kewenangan untuk :
a. memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan untuk melakukan
13
Pasal 19, Perppu No 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
untuk penanganan pandemi corona virus disease 2019 (covid -19) dan dalam rangka menghadapi ancaman yang
membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan
14
Pasal 20, Perppu No 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
untuk penanganan pandemi corona virus disease 2019 (covid -19) dan dalam rangka menghadapi ancaman yang
membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan
19

penggabungan, peleburan, pengambilalihan, integrasi dan/atau konversi


b. menetapkan pengecualian bagi pihak tertentu dari kewajiban melakukan prinsip
keterbukaan di bidang pasar modal dalam rangka pencegahan dan penanganan
krisis sistem keuangan.
c. menetapkan ketentuan mengenai pemanfaatan teknologi informasi dalam
penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham atau rapat lain yang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang - undangan wajib dilakukan oleh
pelaku industri jasa keuangan.15
Pada saat pelaksanaan secara umum atau sebelum masa pandemi, KSSK
melakukan koordinasi dan pemantauan serta memberikan rekomendasi kepada Presiden pada
saat pengambilan keputusan tentang perubahan stabilitas keuangan dari kondisi normal
menjadi krisis sistem keuangan dan sebaliknya.
Undang-Undang (UU) PPKSK sebagai acuan dalam pencegahan dan
penanganan krisis keuangan global yang berdampak terhadap perekonomian dalam negeri.
PPKSK mengamanatkan pembentukan sebuah komite. Adalah Komite Stabilitas Sistem
Keuangan (KSSK).
Banyak tugas dan hak istimewa, serta fungsi KSSK, diatur dalam UU PPKSK. KSSK
diketuai dan dipilih oleh Menteri Keuangan sebagai koordinator dan anggota. Anggota
lainnya, di sisi lain, adalah Presiden Indonesia, Ketua Komite Lembaga Jasa Keuangan, dan
Ketua Lembaga Penjamin Simpanan. Ketiga anggota tersebut memiliki hak suara yang sama
dengan koordinator KSSK.
Operasional bekerjanya Komite Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia berdasarkan
Undang – Undang No 9 Tahun 2016 Tentang Pencegahan Dan Penanganan Sistem Stabilitas
Keuangan. Pasal 5 menyebutkan bahwa KSSK bertugas :
a. Melakukan koordinasi dalam rangka pemantauan dan pemeliharaan stabilitas sistem
keuangan
b. Melakukan penanganan Krisis Sistem Keuangan, dan
c. Melakukan penanganan permasalahan Bank Sistemik, baik dalam kondisi Stabilitas
16
Sistem Keuangan normal maupun kondisi Krisis Sistem Keuangan

15
Pasal 23 Perppu No 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
untuk penanganan pandemi corona virus disease 2019 (covid -19) dan dalam rangka menghadapi ancaman yang
membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan
16
Pasal 5 Undang –Undang Nomor 9 tahun 2016 Tentang Pencegahan Dan Penanganan Sistem Stabilitas
Keuangan
20

Banyak misi dan wewenang KSSK tertuang dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Pengelolaan Sistem Stabilitas Keuangan. Pertama, KSSK
memiliki kewajiban koordinasi dalam rangka pemantauan dan pemeliharaan stabilitas sistem
keuangan. Kemudian kita akan menangani krisis sistem keuangan. KSSK juga menangani
bank yang bermasalah sistem. Ini mengasumsikan stabilitas sistem keuangan dalam keadaan
normal dan krisis sistem keuangan. Mengambil keputusan tentang kepengurusan KSSK dan
Sekretariat. Selain itu, ia memiliki kewenangan untuk membentuk gugus tugas atau kelompok
kerja untuk mendukung pelaksanaan tugas KSSK. Komite ini juga menetapkan kriteria dan
indikator untuk menilai keadaan stabilitas sistem keuangan, berdasarkan kontribusi masing-
masing anggota KSSK. Tentu saja, silakan masukkan bersama dengan data dan informasi
dukungan Anda. Kewenangan lainnya, KSSK, mempertimbangkan rekomendasi dari setiap
anggota KSSK dan menetapkan prosedur koordinasi untuk mencegah sistem keuangan. Komisi
juga merekomendasikan agar Presiden memutuskan untuk mengubah stabilitas fiskal. Dari
krisis normal menjadi krisis sistem keuangan, atau sebaliknya. Selain itu, KSSK memberikan
rekomendasi kepada Presiden dalam memutuskan langkah-langkah penanganan krisis sistem
keuangan. KSSK juga menjabarkan langkah-langkah yang harus dilakukan anggota komite
untuk mendukung penerapan sistematika perbankan dengan LPS. Komite ini berwenang
memutuskan bahwa Bank Indonesia akan membeli obligasi pemerintah milik LPS sebagai
bagian dari proses resolusi perbankan. KSSK juga dapat memberikan rekomendasi kepada
Presiden dalam rangka pengambilan keputusan mengenai pelaksanaan atau penghentian
program penyehatan perbankan.
Mengenai akuntabilitas dan pelaporan, KSSK mempublikasikan informasi tentang
keputusan KPPU dan memberikan akses publik kepada mereka. Ia juga berkewajiban
mengumumkan pelaksanaan tugas dan wewenangnya dalam kerangka hukum. KSSK juga
mendefinisikan jenis informasi dan prosedur rahasia dan non-rahasia untuk akses publik,
sebagaimana disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan. 17
Stabilitas sistem keuangan (SSK) berjalan normal seiring dengan
membaiknya perekonomian secara bertahap. Sinergi politik antar otoritas melalui
berbagai langkah penguatan langsung dan anomali untuk mengatasi dampak
Covid-19 dapat mendorong perbaikan ekonomi secara bertahap dengan tetap
menjaga stabilitas. Komisi Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus meningkatkan
17
Undang – Undang No 9 Tahun 2016 Tentang Pencegahan Dan Penanganan Sistem Stabilitas Keuangan.
Diakses pada tanggal 22 november pukul 20.38
21

koordinasi dan sinergi untuk menjaga SJK dan mempercepat pemulihan. Dalam
rapat rutin KSSK tersebut, KSSK memutuskan untuk menerbitkan paket kebijakan
terpadu untuk meningkatkan pendanaan korporasi dalam rangka percepatan
pemulihan ekonomi. Hal itu ditegaskan Menteri Keuangan, Gubernur Bank
Indonesia (BI), Ketua Komite Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Komite
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Rapat Reguler KSSK I, Rabu, 27 Januari 2021,
melalui Video Conference.
Untuk kebijakan Komisi Stabilitas Sistem Keuangan dalam menghadapi pandemi
(Covid19), kami telah menerbitkan paket kebijakan yang terintegrasi. Salah satunya adalah
dukungan dan pembiayaan kebijakan fiskal dan belanja pemerintah, yang merupakan poin
pertama dari kebijakan integrasi. Penurunan permintaan akibat pandemi Covid-19 berdampak
pada rasio pendapatan terhadap arus kas sektor tersebut dan terjadi bersamaan dengan
pemenuhan kewajiban dan operasional bisnis. Untuk menekan biaya produksi dan menjaga
arus kas sektor korporasi, pemerintah memberikan dukungan belanja pemerintah, termasuk
berbagai insentif pajak, bea cukai, dan dukungan pendanaan di bawah program PEN 2020.
Mengingat masih tingginya tingkat ketidakpastian terkait perkembangan Covid19, insentif di
sektor korporasi juga akan dibutuhkan pada tahun 2021 untuk memastikan kelangsungan
hidup dan memulai ekspansi bisnis. Dengan karakteristik yang beragam, insentif pajak 2021
secara umum terdiri dari langkah-langkah yang berlaku untuk semua sektor dan langkah-
langkah yang lebih khusus ditujukan untuk sektor tertentu.
a. Kebijakan Insentif Fiskal ( rangkuman )

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah terus berupaya meningkatkan kinerja


pertumbuhan ekonomi melalui berbagai insentif perpajakan untuk menjaga lingkungan
investasi yang kondusif dan meningkatkan daya saing ekonomi. Kebijakan ini merupakan
bentuk penerimaan pajak (tax revenue) dan tidak dipungut (insufficient tax revenue)
karena adanya aturan khusus yang berbeda dengan sistem perpajakan pada umumnya
(tax system benchmark). Berdasarkan tujuan tersebut, pengeluaran pajak dapat dibagi
menjadi empat kategori utama. Artinya, (i) meningkatkan kesejahteraan rakyat.

(ii) pengembangan UMKM, (iii) Mendukung dunia usaha. (Iv) Memperbaiki lingkungan
investasi. Belanja pajak meningkat dari tahun ke tahun, mencapai Rp 196,8 triliun pada
tahun 2017, Rp 225,2 triliun pada tahun 2018 dan Rp 257,2 triliun pada tahun 2019.
22

Selain belanja pajak terkait penanganan Pandemi dan Pemulihan Ekonomi, pemerintah
juga meningkatkan daya beli masyarakat dan merespon kebutuhan impor untuk
memproduksi bahan baku di sektor-sektor yang masih terdampak pandemi, sehingga
memungkinkan perusahaan untuk menguangkan bisnisnya. Kami menawarkan berbagai
insentif pajak untuk membantu Anda kembali ke arus dan bantuan. Pelaksanaan
kebijakan 2021 secara umum merupakan kelanjutan dari insentif perpajakan yang telah
ditetapkan dalam Rencana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), dengan tarif pajak PPh
25. Insentif pajak lainnya termasuk perpanjangan insentif PPh final jasa konstruksi DTP
P3TGAI. (Program percepatan peningkatan penggunaan air irigasi) dan Insentif Akhir PPh
(DTP) UMKM yang dibayar pemerintah, serta percepatan restitusi PPN. Untuk menekan
biaya produksi di dunia usaha, pemerintah juga menawarkan beberapa fasilitas
kepabeanan untuk meningkatkan daya saingnya, antara lain: Untuk itu, Kawasan Berikat
(KB) memberikan insentif berupa penangguhan bea masuk atau tanpa pajak impor. Pada
saat yang sama, KITE memberikan insentif berupa bea masuk dan pembebasan atau
pengembalian pajak sehubungan dengan impor barang dan bahan yang diimpor untuk
keperluan pengolahan, perakitan dan pemasangan, serta pembuatannya untuk tujuan
ekspor meningkat. Dalam hal ini, pemerintah berupaya mendorong optimalisasi
penggunaan fasilitas KB/KITE, termasuk fasilitas KITE UKM (IKM), melalui sosialisasi dan
dukungan dari sektor korporasi. Insentif pajak juga telah diciptakan melalui
pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) untuk mempercepat pembangunan
daerah dan terobosan model pembangunan daerah untuk pertumbuhan ekonomi.

b. Kebijakan Dukungan Belanja Pemerintah dan Pembiayaan

Di tahun 2021, dukungan Pemerintah pada dunia usaha juga diberikan dalam bentuk
belanja Pemerintah dan pembiayaan untuk meringankan beban debitur di tengah
pandemi sekaligus menjaga kinerja debitur serta SSK. Lebih lanjut, kebijakan keringanan
biaya listrik berupa pembebasan biaya rekening minimum dan abonemen akan
diperpanjang, termasuk pemberian subsidi bunga KUR dan non-KUR untuk meringankan
beban dunia usaha. Dukungan Pemerintah lainnya diberikan dalam bentuk penyediaan
fasilitas pengelolaan limbah, khususnya untuk kawasan industri pada sektor tertentu,
seperti tekstil dan produk tekstil. Selain itu, beberapa program prioritas yang sudah akan 
diimplementasikan Pemerintah di tahun 2021 diharapkan dapat mendorong penguatan
23

kinerja di beberapa sektor usaha. Program pengembangan kawasan industri misalnya,


diharapkan dapat menarik investasi potensial dan mendorong penguatan sektor industri
manufaktur serta membantu pengembangan ekonomi daerah. Program padat karya,
selain untuk memberikan lapangan kerja bagi masyarakat, juga dimaksudkan untuk
pengembangan fasilitas bagi sektor pertanian tanaman pangan, perikanan dan energi.
Sementara itu, program food estate, yang dimaksudkan untuk mendukung ketahanan
pangan nasional juga diharapkan dapat menggerakkan aktifitas usaha baik di sektor
pertanian maupun sektor konstruksi. 

Di sisi pembiayaan, Pemerintah memberikan dukungan bagi dunia usaha berupa


penjaminan kredit. Skema ini diberikan agar dunia usaha dapat bertahan menghadapi
pandemi. Pemberian penjaminan kredit oleh Pemerintah diharapkan dapat memberikan
keyakinan bagi perbankan maupun perusahaan pembiayaan untuk dapat turut
mendorong pemulihan kinerja dunia usaha melalui pemberian kredit atau dukungan
pembiayaan. 18

Pemerintah juga memberikan bantuan kepada pengurus UMKM berupa penjaminan


pinjaman di masa pandemi COVID-19 ini. Peraturan ini dibuat untuk memungkinkan UKM
bertahan di tengah pandemi. Jaminan pinjaman pemerintah dimaksudkan untuk memberikan
kepercayaan kepada bank dan perusahaan keuangan bahwa mereka dapat membantu
pemulihan bisnis mereka dengan memberikan pinjaman dan dukungan keuangan. Namun
dalam praktiknya, hak dispensasi, UMKM dan ekonomi kepada anggota Komite Stabilitas Sistem
Keuangan, yang dapat mengakibatkan hilangnya pelaku UMKM berdasarkan pedoman yang
dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan sebagai anggota dan koordinator Komite Stabilitas
Sistem Keuangan 4.444 pemangku kepentingan insentif ekonomi untuk, memprioritaskan
pembebasan PPh 21 untuk pekerja manufaktur hingga 200 juta rupiah, pembebasan pajak
penjualan impor untuk wajib pajak, dan impor untuk tujuan ekspor. Terutama untuk industri
kecil dan menengah di 19 sektor tertentu, digunakan untuk mengurangi tarif pajak penghasilan
wajib pajak sebesar 25% dan kemudian impor untuk tujuan ekspor. Terutama untuk industri
kecil dan menengah di sektor tertentu. Insentif pajak untuk UMKM. 19

18
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-penguatan-stabilitas-sistem-keuangan-
dan-paket-kebijakan-terpadu-untuk-peningkatan-pembiayaan-dunia-usaha-dalam-rangka-percepatan-pemulihan-
ekonomi/ diakses pada tanggal 18 november 2021 pukul 23.00
19
(Firdaus & Erliyana, 2020)
24

Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Keuangan telah memberikan insentif


pajak kepada wajib pajak khususnya pelaku UMKM (usaha Mikro Kecil Menengah). Pemberian
insentif pajak ini sebagai dukungan dan respon dari pemerintah yang bermanfaat bagi UMKM,
karena menurunnya produktivitas para pelaku usaha khususnya UMKM secara otomatis telah
mempengaruhi stabilitas ekonomi dan menurunya jumlah penerimaan negara. Insentif Pajak
merupakan salah satu instrumen yang sering digunakan oleh negara-negara berkembang untuk
menarik investasi ke negaranya termasuk Indonesia, namun ditengah pandemi Covid 19 saat ini
Pemerintah telah membuat peraturan yang menggembirakan berupa insentif PPh final bagi
UMKM yang ditanggung pemerintah. Bagi pelaku usaha seperti para UMKM, pemberian insentif
pajak ini dapat mengurangi biaya operasional atau beban pengeluaran usaha sehingga UMKM
mampu untuk bertahan (Survive) selama pandemi. Namun sebagai penyeimbang, pelaku UMKM
juga harus melakukan upaya-upaya lain yang kreatif dan inovatif agar dapat mempertahankan
bisnisnya karena pada dasarnya dukungan insentif pajak kepada UMKM bertujuan untuk
menjaga eksistensi usaha di beberapa sektor yang sangat terdampak Covid-19 sebagai stimulus
pemulihan perekonomian nasional.20 Serangan pandemi Covid 19 yang terjadi secara global
hampir di seluruh Negara termasuk di Indonesia telah berdampak buruk pada sektor ekonomi
khususnya bisnis UMKM. Dampak negatif akibat wabah Covid-19 ini menghambat roda
pergerakan bisnis UMKM di seluruh Indonesia. Banyak UMKM yang terpaksa gulung tikar karena
harus mengikuti aturan pemerintah untuk melakukan PSBB (Peraturan Sosial Berskal Besar)
terutama usaha kecil seperti industri rumahan kuliner kerajinan, butik, warung retail dan
sebagainya harus kehilangan Omzet penjualan, Sektor usaha mikro, kecil dan menengah ini
tentunya lebih rentan dalam menghadapi Covid-19. Kesulitan yang dihadapi UMKM yang paling
nyata adalah disaat UMKM harus melakukan pembayaran cicilan atas pokok (hutang) maupun
bunganya kepada perbankan sementara aktifitas penjualan menurun dan tidak ada pemasukan
untuk membayar kewajiban kredit terhadap Bank, bahkan terpaksa harus merumahkan
karyawan atau terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Oleh sebab itu, penulis mengambil judul, “ANALISIS YURIDIS


PERTANGGUNGJAWABAN KSSK SEBAGAI PEMBUAT KEBIJAKAN TERPADU UNTUK
PENINGKATAN PEMBIAYAAN DUNIA USAHA BERKAITAN DENGAN HAK IMUNITAS

20
Lili marlinah “Memanfaatkan Insentif Pajak UMKM Dalam Upaya Mendor ong Pemulihan Ekonomi
Nasional” Universitas Bina Sarana Informatika Jl. Kramat Raya No.98, Kwitang, Senen, Jakarta Pusat 10450 Email :
lili.lrh@bsi.ac.id diakses pada tanggal 23 november 2021 pukul 20. 39
25

DALAM PERPPU NO 1 TAHUN 2020” Permasalahan di atas menggambarkan bahwa


peraturan yang mengenai hak imunitas dalam PERPPU Nomor 1 tahun 2020 yang mengerucut
di pasal 27 yang berarti hak imunitas yang diberikan kepada Komisi Stabilitas Sistem Keuangan
yang digunakan dalam menstabilkan perekonomia nasional saat pandemic covid -19 dalam
membuat kebijakan – kebijakan agar perekonomian kembali stabil. Kemudian KSSK
mengeluarkan Kebijakan Terpadu untuk peningkatan pembiayaan dunia usaha dalam rangka
percepatan pemulihan ekonomi dan menteri keuangan selaku koordinator Komite Stabilitas
Sistem Keuangan memberikan kebijakan insentif pajak kepada wajib pajak khususnya pelaku
UMKM (usaha Mikro Kecil Menengah). Kemudian adanya kebijakan insentif fiscal serta
dukungan belanja pemerintah dan pembiayaan Demi memberlakukan pengembalian status
ekonomi Negara Indonesia yang stabil.

B. ORISINALITAS PENELITIAN

Setelah melakukan tinjauan pustaka, penulis menemukan penelitian-penelitian


sebelumnya dengan topik yang hampir sama untuk dibahas yaitu yang berkaitan dengan hak
menjatuhkan pidana dalam perkara pidana persaingan usaha. Namun terdapat beberapa
perbedaan, terutama mengenai masalah hukum dan fokus penelitian, yang dijelaskan pada
tabel di bawah ini:
Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul dan Rumusan Masalah
dan Asal Tahun Penelitian
Instansi
26

SITI RAHMAWATI Analisis Imunitas


GUNAWAN Komite Stabilitas 1. Dari sisi regulasi,
Sistem Keuangan bagaimana urgensi dan
(KSSK) dampak pengenaan sanksi
terhadap Komisi Stabilitas
Sistem Keuangan?
2. Bagaimana kekebalan
hukum Komisi Stabilisasi
Sistem Keuangan
berdasarkan pasal 27 (2)
dan (3) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor
2 Tahun 2020?

Henny Juliani. Analisis hukum


kebijakan fiskal 1. Apa kebijakan
negara dalam pemerintah untuk
penanganan pandemi memenuhi stabilitas
Covid19 melalui keuangan negara?
peraturan pemerintah
pengganti UU No.1
Tahun 2020, Adm.
Jurnal Hukum
Pemerintah., Vol. 3,
tidak. 2, hal. 329-
3 7.
Paramita ANALISIS HUKUM 1. Tugas tim KSSK untuk
Prananingtyas TUGAS KOMITE pengelolaan masalah
STABILISASI solvabilitas perbankan adalah
SISTEM KEUANGAN sebagai berikut:
DALAM 2 Seberapa kompeten
27

PENCEGAHAN KSSK berdasarkan Pasal


KRISIS SISTEM 6, Komite Stabilitas
KEUANGAN DI Sistem Keuangan
INDONESIA memiliki yurisdiksi

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasaran latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tanggung jawab Komite Stabilitas Sistem Keuangan sebagai pengambil
keputusan agregat dalam memperbaiki dunia usaha akibat pandemi (Covid19) terkait
dengan kekebalan Perppu no 1 tahun 2020?
2. Paket kebijakan terintegrasi yang dikeluarkan oleh Komisi Stabilisasi Sistem Keuangan,
salah satunya adalah insentif pajak dengan dukungan belanja dan pembayaran
pemerintah yang sesuai untuk mengatasi peningkatan dunia usaha akibat pandemi
(covid19)
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah yang telah dijelaskan di
atas, maka tujuan dari penelitian hukum ini adalah:
1. uraian dan analisis solusi terkait analisis hukum tanggung jawab Komisi
Stabilisasi Sistem Keuangan, selaku penyusun kebijakan terpadu untuk
perbaikan dunia usaha, terkait dengan regulasi imunitas pengganti No. 1
2020.
2. mendeskripsikan dan mendalami permasalahan yang dihadapi dalam
memerangi krisis ekonomi, mengetahui tanggung jawab Komisi Stabilisasi
Sistem Keuangan untuk menyusun kebijakan terpadu untuk meningkatkan
dunia usaha mengenai imunitas yang diselenggarakan dalam Perppu No. 1
Tahun 2020
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi
28

pengembangan ilmu hukum di bidang hukum bisnis perdata


mengenai analisis hukum tanggung jawab KSSK sebagai pengambil
keputusan. pengecualian. ke Perppu No 1/2020.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberi masukan
bagi:
a. Bagi lembaga keuangan
Menghimpun dana dari masyarakat atau menyalurkan dana masyarakat,serta
melakuakan aktivitas investasi atau bank juga bisa berperan dalam memberikan
bantuan modal usaha kepada masyarakat atau perusahaan untuk
pengembangan bisnis.
b. Bagi komite stabilitas sistem keuangan
Karena di dalam stabilitas sistem keuangan dapat mengukur stabilitas alokasi
sumber daya dan pengeluaran penyerapan dalam kegiatan ekonomi negara.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam sistematika penulisan penelitian hukum ini dibagi menjadi 4 (empat)
bab secara berurutan dan saling berkaitan dengan sistematika sebagai berikut
uraian singkat pokok – pokok bahasan pada tiap bab sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan Dan Metode Penelitian
Pada penelitian ini, pada bab I berisikan Pendahuluan dan Metode Penelitian
Pendahuluan memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis, sistematika
penulisan. Metode penelitian memuat jenis penelitian, pendekatan penelitian, jenis
data dan bahan hukum, teknik pengambilan/pengumpulan data atau teknik
penelusuran bahan hukum, serta teknik analisis data atau teknik penelusuran
bahan hukum.
BAB II : Kajian Pustaka
Pada penelitian ini, pada bab II berisikan kajian pustaka yang memuat kajian
umum landasan teori, pendapat para ahli, doktrin, hasil penelitian sebelumnya
atau informasi yang dijadikan sebagai pisau analisis atau kerangka dalam
menjawab masalah yang relevan dengan pokok pembahasan.
BAB III : Hasil dan Pembahasan
29

Pada penelitian ini, pada bab III berisikan pembahasan tentang keseluruhan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh penulis.
BAB IV : Penutup
Pada penelitian ini, pada bab IV berisikan penutup memuat simpulan terhadap
rumusan masalah setelah melalui proses pembahasan di bab-bab sebelumnya
dan juga saran berdasarkan hasil dan simpulan analisis penelitian.

G. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu proses pencarian aturan hukum, asas-asas hukum
dan doktrin-doktrin hukum untuk menjawab permasalahan hukum yang dihadapi. Kajian hukum
dapat dilakukan dengan metode hukum atau metode sosio-hukum. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan jenis penelitian hukum. Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif
karena pertanyaan hukum yang diteliti adalah analisis hukum tentang tanggung jawab KSSK
sebagai pengambil keputusan yang terintegrasi dalam rangka peningkatan sumber daya
keuangan bagi perusahaan terkait. terhadap kebijakan keuangan negara. dan stabilisasi sistem
keuangan Dalam rangka penanganan pandemi virus corona (covid 19) 2019 dan dalam rangka
penanganan ancaman yang membahayakan perekonomian nasional atau stabilitas sistem
keuangan. Sedangkan kajian legalitas adalah kajian yang fokus melihat penerapan aturan atau
norma dalam hukum aktif. Menurut Peter Mahmud Marzuki, persoalan kekosongan hukum
terletak pada ranah hukum dogmatis. Isu hukum dalam dogma hukum muncul ketika: (1)
terdapat konflik dokumen pemerintahan; (2) ada kekosongan hukum; dan (3) terdapat
perbedaan interpretasi 21.
2. Pendekatan Penelitian
Di dalam penelitian hukum ini menggunakan beberapa pendekatan-pendekatan penelitian
hukum, yakni:
a. Pendekatan Peraturan Perundang-Undangan (Statue Approach)
Pendekatan perundang-undangan dicapai dengan meninjau semua peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan masalah hukum yang sedang ditangani. Dengan menggunakan
pendekatan perundang-undangan, peneliti akan mengkaji konsistensi dan kelengkapan antara
satu peraturan dengan peraturan lainnya mengenai kewenangan mengeluarkan sanksi pidana

21
Peter Mahmud Marzuki, Op.cit, hlm. 103
30

dalam perkara persaingan dagang.


b. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)
Pendekatan konseptual berbeda dengan pandangan dan teori yang berkembang dalam ilmu
hukum. Terutama dalam hal yurisdiksi atas hukuman pidana dalam kasus persaingan komersial.
Dengan pendekatan ini, peneliti diharapkan mampu mengkonstruksi argumentasi hukum yang
mampu menjawab persoalan hukum ini.
c. Pendekatan Historis (historical approach)
Pendekatan historis dilakukan dengan mempertimbangkan konteks, sejarah, dan
perkembangan regulasi terkait dengan permasalahan hukum yang diangkat. Analisis hukum
tanggung jawab KSSK sebagai pengambil keputusan terintegrasi untuk meningkatkan modal
usaha terkait dengan regulasi imunitas alih-alih peraturan perundang-undangan Nomor 1
Tahun 2020 terkait politik Kebijakan fiskal negara dan stabilitas sistem keuangan untuk
mengelola pandemi virus corona (covid 19) 2019 dan untuk mengatasi ancaman yang

membahayakan perekonomian nasional atau stabilitas sistem keuangan negara.

d. Pendekatan Komparatif (Comparative Approach)


Pendekatan komparatif digunakan untuk membandingkan peraturan perundang-undangan
suatu negara dengan peraturan perundang-undangan negara lain mengenai masalah hukum
yang diangkat. Selain itu, selain peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan juga
dapat dibandingkan di sejumlah negara mengenai masalah hukum yang diangkat. Penggunaan
pendekatan ini untuk lebih memahami kewajiban KSSK sebagai pengambil keputusan agregat
dalam meningkatkan pendanaan bagi perusahaan terkait imunitas dalam Perppu no 1 tahun
2020 .
3. Jenis Bahan Hukum
Jenis bahan hukum dalam suatu penelitian normatif terdiri dari beberapa bahan hukum yakni
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, serta bahan hukum tersier.22
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
1) Bahan Hukum Primer
Jenis bahan hukum sekunder ini bersifat memberi penjelasan bahan hukum primer
sebagaimana disebutkan di atas, yang dapat terdiri dari penjelasan peraturan perundang-
undangan, notulensi pembahasan, risalah sidang, rancangan undang-undang, naskah
akademik, doktrin, maupun pendapat ahli. Disamping itu, juga dapat berupa tulisan-tulisan

22
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia (UI) Press,
31

hukum baik itu berbentuk buku maupun jurnal serta dapat juga diperoleh dari hasil
penelitian.23 Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini meliputi :
a. Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Pasal 15 (1) Peraturan Perundang-undangan – Undangan Nomor 1 Tahun
2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
Dalam Penanganan Pandemi Virus Corona Tahun 2019 (Covid 19) dan Dalam

Rangka Perlawanan Terhadap Ancaman Yang Membahayakan perekonomian


nasional dan stabilitas sistem keuangan.Pasal 27 Peraturan Pengganti
Perundang – Undangan Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan
Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk penanganan pandemi corona
virus disease 2019 (covid -19) dan dalam rangka menghadapi ancaman yang
membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan.
c. Pasal 4 Undang – Undang Nomor Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan
dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan.
d. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang tentang kebijakan keuangan negara dan stabilitas
sistem keuangan dalam menghadapi pandemi virus corona 2019 (covid 19)
dan dalam rangka krisis global. perekonomian nasional dan stabilitas sistem
keuangan.
2) Bahan Hukum Sekunder
Jenis bahan hukum sekunder ini bersifat memberi penjelasan bahan hukum primer
sebagaimana disebutkan di atas, yang dapat terdiri dari penjelasan peraturan
perundang-undangan, notulensi pembahasan, risalah sidang, rancangan undang-
undang, naskah akademik, doktrin, maupun pendapat ahli. Disamping itu, juga dapat
berupa tulisan-tulisan hukum baik itu berbentuk buku maupun jurnal serta dapat juga
diperoleh dari hasil penelitian.24 Bhan Hukum Penelitian ini meliputi ;
a. Naskah Akademik tentang Hak Kekebalan dan Peraturan
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 Tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
Dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona 2019 (Covid 19)
dan dalam rangka penanggulangan ancaman yang
23
Peter Mahmud Marzuki, op.cit, hlm. 93
24
Ibid, hlm 95
32

membahayakan stabilitas ekonomi dan keuangan nasional


b. Buku dan jurnal terkait pandemi covid 19 dan kebijakan
pemerintah untuk mengatasinya serta penelitian tentang
imunitas alih-alih undang-undang nomor 1 tahun 2020 terkait
kebijakan keuangan negara dan stabilitas sistem keuangan
untuk mengelola virus corona 2019 (covid 19) pandemi dan
di tengah ancaman yang membahayakan perekonomian
nasional dan stabilitas sistem keuangan

c. Siaran Pers, tentang Paket Kebijakan Terpadu yang


dikeluarkan Komite Stabilitas Sistem Keuangan.
3) Bahan Hukum Tersier

Dokumen hukum tersier adalah dokumen hukum yang dapat menjelaskan


dokumen hukum primer dan dokumen hukum sekunder.25 Teks hukum tersier
berupa kamus dan ensiklopedi. Dalam penelitian ini, Kamus Hukum, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, dan pedoman di luar wilayah hukum lainnya digunakan
untuk melengkapi data penelitian.

4. Teknik Penelusuran Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang dilakukan adalah dengan studi


kepustakaan (library research) dan studi internet terhadap bahan hukum primer,
sekunder, dan tersier.
a. Pencarian Dokumen (Library Search) adalah suatu cara untuk mencari
dokumen legal dengan melakukan pencarian dan menelaah dokumen
perpustakaan yang relevan dengan penelitian.
b. internet research adalah teknik penelitian dokumen hukum dengan
mencari kata kunci yang berhubungan dengan masalah yang akan
diselesaikan melalui internet.
5. Teknik Analisis Bahan Hukum
Teknik analisis materialitas hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif yang dilakukan dengan mengkaji pasal-pasal mengenai yurisdiksi imunitas
dalam Perppu Nomor 1 Tahun 2020 dan kewenangan komisi stabilitas sistem keuangan

25
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm.114
33

untuk memberikan kebijakan yang terintegrasi untuk meningkatkan pembiayaan usaha. .


Selain itu, dalam penelitian ini, penulis menggunakan penalaran deduktif yaitu penelitian
menyimpang dari umum ke khusus. Setelah semua dokumen regulasi terkait Perppu No.1
2020 tentang kekebalan dan kebijakan terintegrasi untuk meningkatkan dunia usaha,
paket tersebut diserahkan oleh Komisi Stabilisasi Sistem Keuangan. . Selain itu,
dokumen-dokumen hukum yang diperoleh juga diinventarisasi, diklasifikasikan dan
dianalisis untuk menggambarkan permasalahan hukum yang diangkat untuk
mendapatkan solusi yang tepat.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Kajian Tentang Komite Stabilitas Sistem Keuangan


Pada awalnya, pada tanggal 30 Desember 2005, berdasarkan Keputusan Bersama
Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia dan Ketua Direksi Lembaga Penjamin Simpanan,
Forum Koordinasi Stabil sistem keuangan. (FKSSK) dibentuk. kini berganti nama menjadi Komisi
34

Stabilisasi Sistem Keuangan (KSSK) sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 9


Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Pengelolaan Sistem Keuangan, yang memuat prinsip-
prinsip penting, yaitu:
1. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)
Undang-undang ini antara lain mencakup pembentukan Komite Stabilitas Sistem
Keuangan (KSSK). Komite yang terdiri dari Departemen Perbendaharaan, Bank
Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS), bertemu secara rutin setiap tiga bulan untuk menentukan status sistem
keuangan. Pertama, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan memeriksa kinerja bank pailit
yang berdampak sistemik, yang diduga dalam kondisi keuangan buruk akan diajukan
ke Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk dirawat berdasarkan UU PPKSK.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) selanjutnya dapat mengalihkan seluruh atau
sebagian harta dan kewajibannya kepada bank lain (pembelian dan pengambilalihan)
atau kepada bank perantara (bank jembatan). Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
juga dapat memproses bank bermasalah sesuai dengan UU LPS.
2. Presiden tetapkan krisis
Presiden adalah orang yang memiliki kekuasaan untuk menentukan kondisi krisis.
Namun, bukan berarti presiden harus mengambil keputusan sesuai dengan
rekomendasi.
3.Kewenangan masing-masing lembaga Ada 4 lembaga yang tergabung dalam
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
a. Kementerian Keuangan mengevaluasi sebagai otoritas fiskal dan
pengelola keuangan Negara;
b. BI adalah evaluator otoritas moneter dan pengelola sistem
pembayaran;
c. OJK mengevaluasi sebagai regulator dan supervisor industri jasa
keuangan;
d. LPS sebagai pelaksana program penjaminan simpanan dan otoritas
resolusi bank.
4. Restrukturasi perbankan
Setelah mendapat rekomendasi dari Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK),
Ketua dapat menyusun program restrukturisasi bank. Berdasarkan undang-undang
35

ini, jika ada bank yang bangkrut saat krisis, tanpa menggunakan dana talangan atau
menggunakan dana APBN, bank itu juga harus membantu dirinya sendiri.
5. Imunitas anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)
Anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) tidak dapat dituntut oleh
siapapun dalam menjalankan fungsinya. Hal ini tertuang dalam Pasal 8 dan 9 UU
PPKSK. Anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) juga akan mendapatkan
bantuan hukum jika terjadi gugatan.26
Komite Stabilisasi Sistem Keuangan (KSSK) adalah komite yang mengkoordinir
kerja sama dan pertukaran informasi antar otoritas terkait dalam memelihara dan
memulihkan stabilitas sistem keuangan Indonesia. Komite koordinasi ini sangat penting,
terutama dalam menghadapi risiko sistemik atau dampak kegagalan bank, yang
penyelesaiannya memerlukan kebijakan bersama dan pengambilan keputusan yang
efektif dan reaktif. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) juga merupakan organisasi
untuk mencapai tujuan Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) yaitu menciptakan
dan memelihara stabilitas sistem keuangan melalui pencegahan dan penyelesaian

krisis.27.
Dalam rangka memperlancar pelaksanaan fungsi Komite Stabilitas Sistem
Keuangan (KSSK), Komite ini dikelompokkan menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1. Forum Pengarah, bertugas memberikan pembinaan kepada Forum Pelaksana atas
fungsi utama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Komite Pengarah terdiri
dari 7 orang anggota, yaitu 3 orang setingkat Direktur Jenderal (Dirjen) Kementerian
Keuangan, 3 orang anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia dan 1 orang Direktur
Jenderal Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ).
2. Forum Pelaksana, bertanggung jawab dalam menjalankan fungsi utama Komite
Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) sebagaimana diarahkan oleh Forum Pengarah
yang beranggotakan 1 orang, yaitu 6 Direktur Kementerian Keuangan, 6 Direktur
Bank Indonesia dan 2 Direktur. dari LPS.
3. Pokja yang berfungsi untuk mendukung berjalannya komite pengarah dan forum
pelaksana terdiri dari pejabat dari Kementerian Keuangan, BI dan LPS, yang dilatih
berdasarkan rekomendasi dari masing-masing organisasi, posisi dan keputusan. dari
26
Undang-Undang No 9 tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Sistem Keuangan
27
Perpu No. 4 tahun 2008 tentang Jaringan Pengaman Sistem Keuangan (JPSK)
36

forum kemudi.28
Fungsi dan wewenang Komite Stabilitas Sistem Keuangan meliputi fungsi utama sebagai
berikut:
1. Mendukung kinerja fungsi Komite Koordinasi dalam pengambilan keputusan atas
dugaan bank bermasalah yang bersifat sistemik;
2. Mengkoordinasikan dan bertukar informasi untuk sinkronisasi ketentuan hukum di
perbankan, lembaga keuangan non-perbankan, dan pasar modal;
3. Membahas berbagai masalah yang berpotensi dihadapi lembaga yang bergerak di
bidang sistem keuangan berdasarkan informasi dari otoritas pengawas lembaga
keuangan;42
4. mengkoordinasikan pelaksanaan atau penyiapan inisiatif tertentu di bidang
keuangan.29
2. Kajian Tentang Pertanggungjawaban Hukum
Pertanggungjawaban berasal dari kata tanggung jawab, yang menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia berarti keadaan wajib untuk menanggung segala sesuatunya boleh
dituntut,dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya.30 Dalam kamus hukum pengertian
pertanggungjawaban mencakup 2 istilah, yakni liability dan responsibility. Menurut Tatiek Sri
Djatmiati, responsibility diartikan sebuah bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada
parlemen secara politis, yang meliputi collective and individual responsibility. Sedangkan,
liability diartikan tanggung gugat kepada negara dalam arti mereka harus memberi kompensasi
jika terjadi kerugian secara langsung atau tidak langsung, baik materiil atau mental kepada
warganya31
Apabila melihat pada peraturan perundang-undangan Republik Indonesia tidak terdapat
definisi konkret mengenai tanggung jawab hukum akan tetapi, frasa tanggung jawab secara
eksplisit seringkali disebutkan. Misalnya, dalam pasal 1366 dan 1367 KUH Perdata yang
menyatakan :
Pasal 1366 :Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan

28
Bank Gagal Berdampak Sistemik, http://ibelajarekonomi.co.id/2012/04/bank-gagal- berdampak-
sistemik.html, diakses minggu 10 oktober 2021 pukuk 08.00
29
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/forum-ssk/Contents/Default.aspx

30
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, arti tanggung jawab,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/tanggung%20jawab .
31
Tatiek Sri Djatmiati, “ Perizinan sebagai Instrumen Yuridis dalam Pelayanan Publik”, Orasi Pengukuhan
Guru Besar Hukum Administrasi Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 24 November 2020, h.17-18
37

karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau
kurang hati- hatinya.
Pasal 1367 : Seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan
karena perbuatannya sendiri, tetapi untuk juga kerugian yang disebabkan karena
perbuatan orang- orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-
barang yang berada di bawah pengawasannya.
3. Kajian Tentang Kebijakan Terpadu
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melakukan penilaian Q4 2020 Komisi Stabilitas
Keuangan (KSSK) pada 27 Januari 2021 dalam kondisi normal seiring ekonomi membaik secara
bertahap. Dalam rapat tersebut, KSSK memutuskan untuk mengeluarkan paket kebijakan
terintegrasi untuk meningkatkan pendanaan perusahaan.
KSSK merespon dengan sangat hati-hati terhadap dinamika ekonomi dan pasar
keuangan, baik domestik maupun global. Paket kebijakan yang terintegrasi dapat mendorong
perbaikan ekonomi secara bertahap dengan tetap menjaga stabilitas, sinergi politik antar
otoritas melalui berbagai tindakan penguatan yang segera dan luar biasa untuk mengatasi
dampak Covid-19. Dalam rapat berkala, KSSK memutuskan untuk menerbitkan paket kebijakan
terpadu untuk peningkatan pembiayaan dunia usaha dalam rangka percepatan pemulihan
ekonomi. Paket kebijakan terpadu ini, diberikan dalam lima bentuk, diantaranya :
1. stimulus kebijakan fiskal melalui insentif perpajakan, dukungan belanja
pemerintah, dan pembiayaan dunia usaha.
2. stimulus moneter, makro prudensial, dan sistem pembayaran.
3. Kebijakan Pengawasan Sektor Keuangan.
4 polis asuransi simpanan.
5. Langkah-langkah penguatan struktural.
Percepatan penyelesaian Peraturan Penegakan Hukum (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Penciptaan Lapangan Kerja dapat dilihat sebagai kebijakan penguatan struktural yang
dilaksanakan oleh pemerintah. Misalnya, pemerintah sedang diterapkan di negara Indonesia
untuk memastikan peningkatan yang signifikan dalam lingkungan investasi dan bisnis.
Menteri Keuangan memetakan dan mengidentifikasi permasalahan dan permasalahan nyata
sebagai acuan dukungan politik kepada sektor perusahaan untuk mempercepat perekonomian
negara selama pandemi dan menyimpulkan situasi dengan karakteristik yang berbeda dari
sektor perusahaan. Ini memberikan status peta cabang yang dilakukan KSSK di tiga kelompok
38

sektor industri. Pertama, kelompok tangguh yang mencakup industri informasi, telekomunikasi,
makanan dan minuman. Kedua, perusahaan yang mendorong pertumbuhan seperti industri
manufaktur. Ketiga, kelompok yang paling terpukul dan membutuhkan waktu lama untuk pulih.
Menteri Keuangan memiliki kesamaan masalah di bidang ekonomi, yakni pandemi Covid 19,
sebagai hasil pendalaman melalui focus group discussion (FGD) dengan 25 asosiasi yang
mewakili 20 sektor ekonomi.
Selain itu, Sri Muryani mengatakan bahwa hanya sedikit sektor yang benar-benar kebal
terhadap dampak pandemi. Sebagian besar sektor ekonomi, terutama sektor jasa pariwisata,
perdagangan dan manufaktur, mencatat penurunan permintaan yang cukup signifikan.
Penurunan permintaan menyebabkan pendapatan yang lebih rendah dan berdampak pada arus
kas / likuiditas, tetapi pada saat yang sama, kesadaran risiko di sektor perbankan membuat
akses ke kredit lebih sulit. Masalah lain yang dihadapi sebagian besar sektor perekonomian
adalah akses terhadap bahan baku dan bahan penolong, terutama impor. 32
4. Kajian Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dari dampak pandemi
covid -19
Dampak pandemi COVID-19 terhadap UMKM dapat dilihat baik dari sisi penawaran
maupun sisi permintaan. Banyak UMKM yang mengalami kekurangan tenaga kerja akibat
pandemi Covid-19. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan karyawan dan memberlakukan
pembatasan sosial (social distance). Kedua alasan ini berarti orang tidak bekerja selama
pandemi COVID-19 masih berlangsung. Di sisi permintaan, menurunnya permintaan barang
dan jasa membuat UKM tidak dapat berfungsi secara optimal sehingga mengurangi
likuiditasnya. Hal ini menyebabkan hilangnya pendapatan masyarakat, karena usaha kecil tidak
dapat membayar upah pekerja. Dalam kasus terburuk, hubungan kerja berakhir secara
sepihak.33
Indonesia adalah salah satu negara yang terdampak terutama pada sisi ekonomi.
34
Pandemi Covid-2019 membawa berbagai dampak pada perekonomian seperti terjadi
kesusahan dalam mencari lapangan pekerjaan, susah untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, tidak mempunyai penghasilan dalam memenuhi kebutuhan untuk sehari-hari dan
32
Kemenkeu (kementrian keuangan).go.id
33
Febrantara, D. (2020). Bagaimana Penanganan UKM di Berbagai Negara Saat Ada Pandemi Covid-19?
DDTC Fiscal Research. Retrieved from https://drive.google.com/drive/folders/1MY31IOC3gWq-
EgzNkuJzqJnB9PV6qA2D diakses pada tanggal 21 november 2021 pukul 19.48
34
Pakpahan, A. K. (2020). COVID-19 dan Implikasi Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 59-64. Diakses pada tanggal 21 november 2021
pukul 20.05
39

juga banyak kesusahan yang di terima dari semua sektor perekonomian dalam semua bidang
juga merasakan dampak dari Covid-19.35
Sampai dengan 17 April 2020, sebanyak 37.000 pelaku UMKM melaporkan diri kepada
Kementerian Koperasi dan UKM terdampak pandemi COVID-19.36 Pemerintah Indonesia perlu
melakukan berbagai upaya untuk membantu ekonomi masyarakat melalui berbagai kebijakan
(Susilawati et al., 2020). Keberhasilan kebijakan pemerintah tersebut, sangat tergantung
dengan dukungan komponen pelaku usaha di masyarakat. Masyarakat dan pemerintah harus
bersama-sama melindungi perekonomian dari dampak Covid-19.37
Kebangkitan UMKM pasca COVID-19 sangat membutuhkan dukungan dan semua
pemangku kepentingan. Sebagai contoh, untuk sektor pariwisata mitra perjalanan bisnis, agen
perjalanan, perhotelan, lembaga pendidikan, lembaga keuangan, komunitas lokal, asuransi
38
dan dari kerjasama dengan industri sejenis. Merekomendasikan bahwa kebijakan revitalisasi
UMKM dilakukan dengan meningkatkan sinergi antar program dan antar lembaga pemerintah,
memperbanyak ragam upaya promosi secara modern produk UMKM ke pasar domestik dan
ekspor, pemberlakuan kebijakan kredit dengan suku bunga yang rendah dan proses
sederhana, serta mendorong peningkatan sarana pendukung UMKM dan kreativitas UMKM
agar berdaya saing tinggi.

Kebijakan Penyelamatan UMKM oleh Indonesia Pada tanggal 25 Februari 2020,


pemerintah Indonesia mengeluarkan paket kebijakan USD725 juta untuk insentif keuangan
bagi berbagai sektor pariwisata, jasa penerbangan dan properti, serta penambahan subsidi
39
dan pemotongan pajak (OECD, 2020). Ada lima program untuk melindungi dan memulihkan
koperasi dan UMKM di tengah pandemi Covid-19. Artinya, (a) memberikan dukungan sosial
kepada ekonomi miskin dan rentan di sektor UMKM. (B) Memberikan insentif pajak kepada
UMKM. (C) Mitigasi UMKM dan restrukturisasi kredit. (D) Perluasan modal kerja UMKM. (D)

35
Hanoatubun, S. (2020). Dampak Covid–19 terhadap Prekonomian Indonesia.
EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 146-153. .diakses pada
tanggal 22 november 2021 pukul 20.55
36

37
Ibid, hlm 154 - 155
38
Hadi, S. (2020). Revitalization Strategy for Small and Medium Enterprises after Corona
Virus Disease Pandemic (Covid-19) in Yogyakarta. In diakses pada tanggal 22 november 2021
pukul 23.00
39
OECD. (2020). SME Policy Responses: Tackling Coronavirus (Covid-19) Contributing to A Global Effort.
Retrieved from https://oecd.dam-broadcast.com/pm_7379_119_119680-di6h3qgi4x.pdf diakses pada tanggal 22
november 2021 pukul 23. 48
40

Menyediakan kementerian, badan usaha milik negara dan pemerintah daerah sebagai
penyangga produk UMKM. (E) pelatihan e-learning.40

40
Kemenkop-UKM. (2018). Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar
(UB).Retrievedfrom http://www.depkop.go.id/uploads/laporan/1580223129_PERKEMBANGAN%20DATA%20USAHA
%20MIKRO,%20KECIL,%20MENENGAH%20(UMKM)%20DAN%20USAHA%20BESAR%20(UB)%20T AHUN
%202017%20-%202018.pdf diakses pada tanggal 22 november 2021 pukul 23. 55
41

Relaksasi dan Restrukturisasi Kredit bagi UMKM Kebijakan ini merupakan kebijakan yang
dikeluarkan pada tanggal 13 Maret 2020 sebagai respon non- fiskal berupa pelonggaran atau
restrukturisasi pinjaman bank ke UMKM berbarengan dengan penyederhanaan proses sertifikasi
untuk eksportir dan kemudahan impor bahan mentah. 41 Pemerintah akan memberikan
keringanan kredit di bawah Rp10 miliar khususnya bagi pekerja informal (ojek online, sopir
taksi, pelaku UMKM, nelayan, penduduk dengan penghasilan harian) yang efektif berlaku pada
42
bulan April 2020. Paket stimulus restrukturisasi kredit UKM tersebut pada beberapa
pemerintah provinsi, terutama Jawa Tengah, dilengkapi dengan intervensi tambahan. Sejalan
kebijakan tersebut, pada tanggal 19 Maret 2020, Bank Indonesia mengumumkan penurunan
rasio persyaratan cadangan ( reserve requirement ratio) sebesar 50 basis poin (bps) untuk
bank-bank yang terlibat dalam pembiayaan UMKM, setelah pemotongan 50 basis poin (bps) di
43
bulan sebelumnya untuk medukung kegiatan perdagangan Bantuan keuangan kepada para
pelaku UMKM juga dilakukan dengan mendorong sektor perbankan untuk memberikan
44
pinjaman lunak kepada para pelaku UMKM dengan mekanisme yang ketat.

Perluasan pembiayaan modal kerja UMKM Perluasan pembiayaan modal kerja UMKM ini
dlakukan dengan mendorong perbankan untuk dapat memberikan kredit lunak kepada UMKM.
Dengan demikian UMKM memiliki modal kerja yang cukup untuk dapat menjalan bisnisnya.
45
Kebijakan ini perlu untuk menjaga likuiditas UMKM).

41
OECD. (2020). SME Policy Responses: Tackling Coronavirus (Covid-19) Contributing to A Global
Effort.Retrieved from https://oecd.dam-broadcast.com/pm_7379_119_119680-di6h3qgi4x.pdf diakses pada tanggal
22 november 2021 pukul 23. 13
42
Maftuchan, A. (2020). Policy Brief 21-Program Tunai di Era COVID-19: Bantuan Tunai Korona atau
Jaminan Penghasilan Semesta diakses pada tanggal 22 november 2021 pukul 23.20
43
OECD. (2020). SME Policy Responses: Tackling Coronavirus (Covid-19) Contributing to A Global Effort.
Retrieved from https://oecd.dam-broadcast.com/pm_7379_119_119680-di6h3qgi4x.pdf diakses pada tanggal 22
november 2021 pukul 23. 55
44
Pakpahan, A. K. (2020). COVID-19 dan Implikasi Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Jurnal Ilmiah
Hubungan Internasional, 59-64
45
Ibid. hlm 60
42

Penerapan Protokol Kesehatan di Dunia Usaha pada tanggal 20 Mei 2020 mengeluarkan
ketentuan mengenai protokol pencegahan COVID-19 di area publik khususnya untuk setkor jasa
dan perdagangan. Ketentuan tersebut berlaku bagi pengurus atau pengelola tempat
kerja/pelaku usaha, pekerja, dan konsumen/pelanggan. Menurut MediaIndonesia.Com (2020),
langkah tersebut dianjurkan oleh Kementerian Koperasi dan UMKM antara lain dalam bentuk
penggunaan masker baik oleh pelaku sektor UMKM maupun masyarakat sebagai pengguna
produk atau jasa UMKM.46

5. Kajian Tentang Hak Imunitas


Yang berarti imunitas dalam bahasa inggris berarti “immunity” yang artinya kekebalan,
kata lainnya adalah “immunis” yang menanyakan “ tidak dapat diganggu gugat gugat”.
Imunitas dalam bahsa belanda disebut “immuniteit” yang berarti kekebalan atau tidak tunduk
kepada hukum yang berlaku di suatu negara.
Hak imunitas menurut Black Law Dicitionary yaitu “an exemption from a duty, liability,or
service of proces such on examption granted to a public official”. Jika diterjemahkan ke dalam
bahasa indonesia, kurang lebih memiliki arti beberapa pengecualian dari kewahiban dan
tanggungjawab dari proses yang diberikan oleh masyarakat resmi. Secara harfiah dapat
dipahami bahwa hak imunitas ialah hak yang dimiliki suatu objek (orang) untuk terbebas dari
suatu objek tertentu dikarenakan subjek tersebut memiliki suatu kewenangan atau jabatan
sehingga diberikan keistimewaan berbeda dengan masyarakat pada umumnya 47
Pada prinsipnya hak imunitas yang berati atau bisa disebut dalam bahsa indonesia
adalah hak kekebalan hukum, secara konstitusional telah diatur keberadaannya dalam psal 20A
ayat (3) Undang Undang negara republik indonesia tahun 1945 yang berbunyi “ selain hak yang
diatur dalam pasal – pasal lain undang – undang dasar ini, dewan perwakilan .
rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta hak
48
imunitas.
Pembebasan pegawai negeri sipil adalah bagian dari kebebasan bertindak yang

46
Kemenkes. (2020). Surat Edaran No. HK.02.01/MENKES/335/2020 tentang Protokol Pencegahan
Penularan COVID-19 di Tempat Kerja Sektor Jasa dan Perdagangan (Area Publik) dalam Mendukung
Keberlangsungan Usaha. Jakarta

47
Anugrah Andara Putera, dkk, “Penerapan Hak Imunitas yang Dimiliki oleh Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia dan Urgensi Forum Previlegiatum”, Diponegoro Law Review, Vol 5 No 2, 2016, h. 6
48
Lanang Sakti, “Penerapan Hak Imunitas dalam Melindungi Hak Konstitusional Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah”, Fundamental Justice, Vol 1 No 1 Februari 2020, h.51
43

diberikan oleh pemerintah negara bagian. Pengecualian ini dimaksudkan agar pegawai dapat
melaksanakan tugasnya. Ini dirancang untuk mencegah pegawai negeri bergantung pada niat
baik pemerintah. Ketergantungan dapat mempengaruhi proses kerja, terutama pengambilan
keputusan. Dalam Konvensi Wina 1961, definisi hak kekebalan adalah tidak dapat diganggu
gugatnya yurisdiksi perdata dan pidana. 49
Dalam undang – undang nomor 7 tahun 2009 tentang MPR,DPR, DPD dan DPRD,
memberikan definisi bahwa hak imunitas adalah hak kekebalan hukum yang diberikan kepada
pejabat negara , dalam hal inmi legislatif, dengan bentuk pemberian perlindungan hukum atas
pernyataan, oertanyaan ataupun pendapat yang disampaikan anggota legislatif baik secara
lisan ataupun tulisan, di dalam ruang rapat dan diluar ruang rapat, sepanjang berkaitan dengan
fungsi serta tugas dan wewenang DPR. Perlindungan tersebut diwujudkan dengan tidak dapat
dituntutnya anggota legislatif ke pengadilan, baik karena pencemaran nama baik ataupun
perbuatan pendapat yang disampaikan oleh anggota legislatif dalam forum rapat maupun di
luar rapat kaitannya dengan fungsi dan tugas dan wewenang DPR. 50

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Latar belakangnya Terbentuknya Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)


Berawal dari adanya krisis yang terjadi akibat nilai tukar mata uang beberapa negara
asia yang mengalami penurunan, yang dimulai dari terpuruknya nilai tukar bath Thailand
terhadap dolar Amerika Serikat pada awal tahun 1997. Ternyata meruntuhkan keyakinan
pemerintah Indonesia bahwa krisis tersebut tidak akan melanda Indonesia. Hal ini dikarenakan
pada kenyataannya terdapat spekulasi yang terus menerus diarahkan oleh spekulan terhadap
49
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Diplomatik Teori dan Kasus, (Bandung: Penerbit Alumni-Bandung,
1995) h.51

50
Ibid. hlm 54
44

nilai tukar rupiah. Gencarnya serangan spekulasi terhadap rupiah serta terbatasnya cadangan
devisa membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan menjadikan status nilai tukar
rupiah yang sebelumnya mengambang terkendali menjadi mengambang bebas. 51
Akibatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga turut mengalami
penurunan. Minggu pertama Agustus 1997 nilai rupiah mencapai 2.682 per dolar. Pada minggu
kedua di bulan yang sama nilai rupiah turun menjadi 2.755 per dolar. Memasuki bulan-bulan
selanjutnya penurunan nilai rupiah terus menerus terjadi, hingga pada Januari 1998 nilai tukar
rupiah mengalami penurunan yang anjlok mencapai 17.000 per dolar. 52
Peristiwa ini menjadi catatan kelam terutama sektor perbankan Indonesia. Hal ini
dikarenakan masyarakat sebagai nasabah perbankan berbondong-bondong melakukan
penarikan secara besar-besaran dengan alasan khawatir atas uang yang mereka simpan serta
sudah tidak adanya rasa kepercayaan nasabah terhadap jasa perbankan. Hal ini berimbas
terhadap kondisi bank yang hampir sebagian besar mengalami kesulitan likuiditas dan
permasalahan solvabilitas yang mengarah pada krisis perekonomian dan stabilitas keuangan
nasional.
Dalam mengatasi krisis pada saat itu,belum terdapat landasan hukum yang memadai
terkait penanganan sistem keuangan. Ditambah lagi, peran lembaga di sektor keuangan baik
moneter maupun fiskal yang diantaranya Bank Indonesia dan pengawas perbankan serta
Kementerian Keuangan belum terdapat mekanisme koordinasi yang baik perihal penanganan
persoalan sistem keuangan.53
Mengambil pelajaran dari krisis sistem keuangan yang pernah terjadi pada tahun 1998 dan
yang sedang dialami,pemerintah terdorong untuk mengeluarkan landasan hukum sebagai
penanganan cepat Untuk menghadapi risiko krisis sistem keuangan yang mengganggu
stabilitas sistem keuangan. Mengingat stabilitas sistem keuangan merupakan sektor yang
paling strategis dan memegang peranan penting dalam pembangunan dan pembangunan
perekonomian nasional.54 Penetapan landasan hukum untuk menghadapi krisis sistem
keuangan yang mengancam stabilitas sistem keuangan merupakan upaya untuk menjaga

51
Putri Keumala Sari, Fakhruddin, “ Indentifikasi Penyebab Krisis Moneter dan Kebijakan Bank Sentral di Indonesia:
Kasus Krisis Tahun (1997-1998 dan 2008)”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Unsyiah,Vol.1 No.2,November 2016,h.378.
52
Lilik Salamah, “Lingkaran Krisis Ekonomi Indonesia”,Jurnal Masyrakat,Kebudayaan dan Politik,Th XVI,No.2
April,2001,h.67.
53
Iman Sugema, “ Krisis Keuangan Global 2008-2009 dan Implikasinya pada Perekonomian Indonesia”,
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Vol.17,Nomor 3,Desember 2012,h.146
54
Endri,“ Penguatan Stabilitas Sistem Keuangan Melalui Peningkatan Fungsi Intermediasi Dan Efisiensi Bank
Pembangunan Daerah (BPD)”, Jurnal Keuangan dan Perbankan,Vol. 13,No.1, Januari 2009,h.120.
45

stabilitas sistem keuangan yang sehat guna mencapai pembangunan dan kemajuan ekonomi
nasional.
Pasal 5 mengatur bahwa Komite Stabilitas Sistem Keuangan (selanjutnya disebut KSSK)
terdiri dari Menteri Keuangan sebagai ketua merangkap anggota, dan Gubernur Bank
Indonesia sebagai anggota. Di atas segalanya, KSSK memiliki kemampuan untuk menetapkan
pedoman dalam konteks pencegahan dan manajemen krisis.
a. Penilaian luas dan dimensi masalah likuiditas dan/atau solvabilitas bank / Dugaan
dampak sistemik LKBB
b. Penetapan masalah likuiditas dan/atau masalah solvabilitas dan
c. krisis dengan dan tanpa dampak sistemik Menetapkan langkah-langkah untuk mengatasi
masalah perbankan / LKBB yang mungkin diperlukan dalam konteks pencegahan dan
manajemen.55
Dalam setiap melaksanakan tugas dan wewenang yang diberikan oleh Undang-Undang,
KSSK mempublikasikan kepada masyarakat sebagai bentuk keterbukaan informasi meskipun,
seluruh informasi dapat diakses oleh masyarakat. KSSK menetapkan jenis infromasi yang
bersifat rahasia dan yang tidak bersifat rahasia. Selain itu, KSSK juga memberikan akses
kepada masyarakat terkait keputusan yang dikeluarkan oleh KSSK. Hal tersebut disebutkan
dalam pasal 14 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 .56

B. Penyematan Hak Imunitas kepada Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)


dalam Perppu No.1 th 2020 dan Pemerintah mengalokasikan pada Undang -
Undang no 2 th 2020
Bahwa dalam menanggulangi dampak ekonomi yang dapat dihasilkan oleh COVID-19,
Pemerintah menerbitkan Perppu Nomor 1 Tahun 2020. Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tersebut
kemudian disahkan oleh DPR menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan
Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) Dan/Atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan
57
Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang.
55
Perppu JPSK gagal jadi UU, Hukum Online.com, Jum’at 19 Desember 2008,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol20756/perppu-jpsk-gagal-jadi-uu/. Diakses pada 24 Februari
2021,pukul 07.32 WIB
56 ?
Pasal 14 Undang – undang Nomor 9 tahun 2016 tentang
57 ?
Undang – undang no 2 tahun 2020 tentang Penetapan Pemerintah Pengganti Undang – Undang
46

Bahwa dalam Perppu Nomor 1 Tahun 2020/UU Nomor 2 Tahun 2020 tersebut dibahas
mengenai pembentukan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (“KSSK”) yang memiliku fungsi
penyelenggaraan pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan untuk melaksanakan
kepentingan dan ketahanan negara di bidang perekonomian di tengah-tengah kondisi
terjadinya pandemi COVID-19. Bahwa anggota dari KSSK terdiri dari Menteri Keuangan sebagai
koordinator merangkap anggota dengan hak suara; Gubernur Bank Indonesia sebagai anggota
dengan hak suara; Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan sebagai anggota dengan
hak suara; dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan sebagai anggota tanpa
hak suara Bahwa KSSK sendiri secara fiksi hukum adalah lembaga hukum yang terpisah dari
lembaga pengusung anggota-anggotanya. Oleh karena itu, dikarenakan adanya keterpisahan
fiksi hukum, maka kewenangan dan fungsinya terpisah dari lembaga-lembaga pengusung
anggotanya. Adapun kewenangan dari KSSK tersebut diatur di dalam Perppu Nomor 1 Tahun
2020, antara lain sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan rapat melalui tatap muka atau melalui pemanfaatan teknologi
informasi guna merumuskan dan menetapkan langkah-langkah penanganan
permasalahan stabilitas sistem keuangan; dan
b. Menetapkan skema pemberian dukungan oleh Pemerintah untuk penanganan
permasalahan lembaga jasa keuangan dan stabilitas sistem keuangan yang
membahayakan perekonomian nasional58
Dari penjelasan kewenangan KSSK di atas, meskipun merupakan fiksi hukum yang
berbeda dengan organisasi pendukung negara anggota, KSSK sendiri merupakan sistem yang
membantu pemerintah dalam menangani permasalahan lembaga jasa keuangan dan stabilitas
sistem keuangan. dibuat. Hal ini berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap
keputusan politik pemerintah terkait arahan lembaga anggota KSSK. Mengingat kewenangan
KSSK dan kewenangan yang diatur dalam Perppu Nomor 1 Tahun 2020, ada beberapa
kewenangan baru yang diberikan Perppu Nomor 1 Tahun 2020, termasuk kewenangan
kewenangan lembaga anggota KSSK sebelumnya.Bank Indonesia berwenang untuk membeli

Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan St6abilitas Sistem Keuangan pandemi corona virus disease 2019 (covid -
19) dan dalam rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas sistem

keuangan.

58
"RUU PERPPU Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
Diserahkan ke DPR." https://www.kemenkeu.go.id/publik asi/berita/ruu-perppu-nomor-1- tahun-2020-tentang-
keuangan?negara-dan-stabilitas-sistem?keuangan-diserahkan-ke-dpr.Diakses pada 23 November 2021 pkl. 23.45
47

memberikan pinjaman likuiditas jangka pendek atau pembiayaan likuiditas jangka pendek
berdasarkan prinsip syariah kepada Bank Sistemik atau bank selain Bank Sistemik dan
kewenangan Bank Indonesia untuk membeli/repo surat berharga negara yang dimiliki Lembaga
Penjamin Simpanan, yaitu :
a. OJK berwenang untuk menetapkan pengecualian bagi pihak tertentu dari
kewajiban melakukan prinsip keterbukaan di bidang pasar modal.
b. LPS berwenang melakukan pengambilan keputusan untuk melakukan atau tidak
melakukan penyelamatan bank selain Bank Sistemik yang dinyatakan sebagai
bank gagal serta berwenang pula untuk merumuskan dan melaksanakan
kebijakan penjaminan simpanan untuk kelompok nasabah dengan
mempertimbangkan sumber dana dan/atau peruntukkan simpanan serta besaran
nilai yang dijamin bagi kelompok nasabah tersebut.
c. Bank Indonesia berwenang untuk membeli memberikan pinjaman likuiditas
jangka pendek atau pembiayaan likuiditas jangka pendek berdasarkan prinsip
syariah kepada Bank Sistemik atau bank selain Bank Sistemik dan kewenangan
Bank Indonesia untuk membeli/repo surat berharga negara yang dimiliki
Lembaga Penjamin Simpanan.
d. Pemerintah berwenang untuk memberikan pinjaman kepada Lembaga Penjamin
59
Simpanan.
Sehingga dapat dilihat bahwa Perppu Nomor 1 Tahun 2020, selain menetapkan
kewenangan bagi KSSK, secara langsung juga menetapkan kewenangan baru bagi Bank
Indonesia, OJK, dan LPS, yang secara tidak langsung akan berpengaruh pada arah kebijakan
Bank Indonesia, OJK, dan LPS yang ditetapkan oleh KSSK.
Sehubungan dengan tugas dan perizinan yang dilakukan oleh KSSK, Perppu Nomor 1
Tahun 2020 adalah KSSK untuk pelaksanaan tugas dan izin KSSK, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 (2) dan (3) Perppu Nomor 1. Memberikan perlindungan hukum bagi UU No 2
Tahun 2020, yaitu:
1) Anggota KSSK, sekretaris KSSK, anggota sekretariat KSSK, Kementerian Keuangan,
pegawai negeri atau pegawai Bank Indonesia, otoritas jasa keuangan, perusahaan
penjamin simpanan, dan peraturan kepegawaian lainnya yang terkait dengan
pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini dengan itikad baik Anda tidak akan dituntut

59
Ibid.
48

secara hukum perdata atau pidana jika Anda mematuhi ketentuan dan peraturan
perundang-undangan dalam menjalankan tugas Anda.
2) Semua proses, termasuk keputusan yang dibuat berdasarkan Ordonansi Pemerintah ini,
60
tidak tunduk pada proses yang dapat diajukan ke pengadilan administratif setempat.
Dari kutipan diatas, maka dapat dilihat bahwa KSSK sendiri walaupun dianggap sebagai
suatu fiksi hukum terpisah, ternyata Perppu Nomor 1 Tahun 2020 justru melindungi lembaga
pengusung anggota KSSK, bukan KSSK itu sendiri. Dimana anggota KSSK tidak dapat dituntut
baik dan/atau perdata apabila dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan iktikad baik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian, dengan dilindunginya anggota KSSK dari tuntutan pidana dan/atau
perdata, maka seluruh tindakan dari anggota KSSK dan KSSK dalam konteks melakukan tugas
dan kewenangannya berdasarkan Perppu Nomor 1 Tahun 2020/UU Nomor 2 Tahun 2020 tidak
dapat digugat secara perdata maupun dituntut secara pidana. Adapun dalam hal ini perlu
dicermati mengenai frasa “iktikad baik” dan “sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan” di dalam Pasal 27 ayat (2) Perppu Nomor 1 Tahun 2020/UU Nomor 2 Tahun 2020
tersebut.
Bahwa frasa “iktikad baik” tidak dapat didefinisikan secara jelas kecuali merujuk pada
“iktikad baik” yang dimaksud dalam hukum administrasi negara. Dalam konteks hukum
administrasi negara, maka “iktikad baik” berarti Keputusan yang dihasilkan dari KSSK tersebut
harus mengacu pada Asas Umum Pemerintahan Yang Baik. Adapun Asas Umum Pemerintahan
Yang Baik (AUPB) tersebut meliputi antara lain:
a. kepastian hukum;
b. kemanfaatan;
c. ketidakberpihakan;
d. kecermatan;
e. tidak menyalahgunakan kewenangan;
f. keterbukaan;
g. kepentingan umum; dan
h. pelayanan yang baik.
Bahwa dalam melakukan penilaian terpenuhi atau tidaknya Iktikad Baik yang
diwujudkan dalam AUPB tersebut, tidak akan dapat dinilai sebelum adanya pembuktian nyata di

60
Ibid.
49

pengadilan yang menetapkan bahwa Keputusan yang diambil oleh KSSK dan/atau anggota
KSSK memenuhi Iktikad Baik atau tidak61.
Selanjutnya mengenai frasa “sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”
yang dinyatakan dalam Pasal 27 ayat (2) Perppu Nomor 1 Tahun 2020 dapat diinterpretasikan
secara luas. Adapun melakukan tindakan sesuai yang diamanatkan Perppu Nomor 1 Tahun
2020 juga merupakan perbuatan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, walaupun ternyata terdapat ketentuan di dalam peraturan perundang-undangan lain
yang di langgar oleh adanya Keputusan KSSK tersebut. Sehingga pembuktian untuk menilai
kepatuhan Keputusan yang diambil oleh KSSK maupun anggotanya terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan haruslah dibuktikan terlebih dahulu di pengadilan.
Adapun dikarenakan dalam menilai terpenuhinya “iktikad baik” dan “sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang - undangan” di dalam Pasal 27 ayat (2) Perppu Nomor 1 Tahun
2020/UU Nomor 2 Tahun 2020 harus dibuktikan terlebih dahulu di pengadilan, maka dalam hal
ini perlu merujuk pada ketentuan “tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana”
yang dinyatakan di dalam Pasal 27 ayat (2) Perppu Nomor 1 Tahun 2020/UU Nomor 2 Tahun
2020 serta tidak dianggapnya Keputusan KSSK sebagai objek Gugatan TUN di dalam Pasal 27
ayat (3) Perppu Nomor 1 Tahun 2020/UU Nomor 2 Tahun 2020.
Sehingga seluruh Keputusan KSSK maupun anggota KSSK yang mengatasnamakan
pelaksanaan Perppu Nomor 1 Tahun 2020/UU Nomor 2 Tahun 2020 tidak dapat dituntut secara
pidana maupun di gugat secara perdata, serta bukan juga merupakan objek Pengadilan Tata
Usaha Negara. Karena untuk membuktikan adanya “iktikad baik” dan kepatuhan “sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan” haruslah terlebih dahulu dibuktikan di dalam
pengadilan. Sementara itu, Perppu Nomor 1 Tahun 2020/UU Nomor 2 Tahun 2020 tidak
membuka adanya peluang pengajuan gugatan perdata, tuntutan pidana, maupun gugatan tata
usaha negara. Oleh karena itu, seluruh tindakan KSSK selama masih merupakan
kewenangannya berdasarkan Perppu Nomor 1 Tahun 2020/UU Nomor 2 Tahun 2020
merupakan Keputusan mutlak yang tidak dapat di tuntut pidana, gugat secara perdata, ataupun
dibatalkan melalui PTUN. Sehingga selama bunyi daripada Pasal 27 ayat (2) dan (3) Perppu
Nomor 1 Tahun 2020/UU Nomor 2 Tahun 2020 tidak diubah atau tidak dihapuskan, maka KSSK
memiliki kekebalan hukum absolut dalam melakukan segala tindakannya.
Bahwa sifat absolut komite ekonomi yang sejenis dengan KSSK sudah pernah lahir di
61
Atmadja, Arifin P. Soeria. Keuangan Publik Dalam Perspektif Hukum Teori, Praktik, dan Kritik. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia. 2009 diakses pada tanggal 23 november 2021 pukul 20.00
50

Indonesia dalam rangka penyehatan perbankan pasca krisis ekonomi 1998, yang pada waktu
itu dibentuk dengan nama Badan Penyehatan Perbankan Nasional (“BPPN”). Salah satu tugas
dan kewenangan BPPN tersebut adalah melakukan pengawasan, pembinaan dan upaya
penyehatan termaksud restrukturisasi bank yang oleh Bank Indonesia dinyatakan tidak sehat
serta melakukan tindakan hukum lain yang diperlukan dalam rangka penyehatan bank yang
tidak sehat.
Adapun dikarenakan tugas dan kewenangannya yang luas tersebut BPPN
disalahgunakan oleh beberapa pihak untuk meraup keuntungan. Dimana salah satu tugas yang
diemban oleh BPPN adalah dalam melakukan penyelesaian cessie dari Bank Indonesia kepada
Pemerintah, yang sekarang kita dengar sebagai kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
(BLBI). Adapun dalam kasus BLBI tersebut Bank Indonesia pada saat itu diberikan tugas dan
kewenangan untuk menyediakan dana kepada bank-bank untuk menutup kesulitan likuiditas
yang dihadapi dalam fungsinya sebagai Lender of the last resort serta sebagai pelaksana
program penjaminan Pemerintah terhadap pembayaran kewajiban bank-bank umum, yang
mana diwujudkan melalui program BLBI.
Sehingga dalam hal ini, dikarenakan rentan oleh adanya penyalahgunaan kewenangan
KSSK. Penghapusan atau perubahan Pasal 27 ayat (2) dan ayat (3) Perppu Nomor 1 Tahun
2020 / UU Nomor 2 Tahun 2020 menjadi sangat mendesak. Kekebalan hukum yang diberikan
oleh ketentuan tersebut dapat menjadi celah penyalahgunaan kewenangan dan kekuasaan oleh
oligarki di tubuh pemerintah. Kekebalan hukum KSSK dan anggotanya tersebut dapat
membebaskan segala tuntutan, termasuk pula tuntutan terjadinya kerugian negara atau
tuntutan pidana korupsi yang dilakukan oleh KSSK, anggota, serta lembaga pengusung
anggotanya.62

C. Dampak Covid -19 Terhadap Dunia Usaha maupun Umkm Di Indonesia


Usaha kecil dan menengah (UMKM) berada di garis depan guncangan ekonomi yang
disebabkan oleh pandemi COVID-19. Langkah- langkah penguncian (lockdown) telah
menghentikan aktivitas ekonomi secara tiba- tiba, dengan penurunan permintaan dan
mengganggu rantai pasokan di seluruh dunia.63
62
Antara, Abhe. “Skandal BLBI menjerumuskan Indonesia Hingga Rp. 1000 triliun”. Teori Konspirasi,
Peristiwa Kasus, Isu Politik Indonesia & Dunia. 2013. Hlm diakses pada tanggal 23 november 2021 pukul 20. 35

63
https://www.pikiran- rakyat.com/ekonomi/pr- 01379615/1785-koperasi-dan- 163713-umkm-
terdampak-pandemi- covid-19
51

Dalam menghadapi tantangan ekonomi dan bisnis akibat pandemi COVID-19 ini
diperlukan berbagai jenis pendekatan, diantaranya adalah pendekatan secara makro melalui
kebijakan pemerintah maupun pendekatan secara mikro melalui manajemen UMKM secara
bisnis. Secara pendekatan makro melalui kebijakan pemerintah, Laporan OECD3 menyebutkan
bahwa untuk membantu UMKM saat ini dan membuka jalan bagi pemulihan yang tangguh,
pemerintah harus mempertimbangkan setidaknya tiga tindakan penting, yaitu Pertama,
pemerintah harus mengumumkan langkah- langkah dukungan ekonomi dan bisnis saat ini dan
secara progresif mengadopsi strategi dukungan yang lebih terfokus untuk pemulihan.
Pengaturan waktu dan kecepatan sangatlah penting. Menarik langkah-langkah dukungan
ekonomi dan bisnis terlalu cepat dapat menyebabkan kegagalan besar-besaran pada
perusahaan dan membuat persaingan semakin lemah, tetapi disisi lain dukungan ekonomi dan
bisnis yang berkepanjangan dapat mengakibatkan distorsi, mengurangi insentif untuk
beradaptasi dan berinovasi, dan memerangkap sumber daya dalam kegiatan yang tidak
produktif.
Kedua, pemerintah harus memastikan bahwa arus perusahaan yang keluar dan masuk
dilakukan secara bertahap dilanjutkan dengan cara yang mendukung pemulihan inklusif (yaitu,
tanpa lebih lanjut membebani mereka yang paling terkena dampak krisis, seperti pemuda,
wanita dan migran). Ada peluang untuk meningkatkan status kepailitan, memfasilitasi
penutupan bisnis tidak produktif dan restrukturisasi bisnis yang layak, dan meningkatkan
kemampuan pengusaha untuk memulai bisnis baru setelah kegagalan. Karena kebangkrutan
dapat meningkat secara dramatis, reformasi kebijakan harus dapat membatasi efek negatif dan
mengurangi biaya pribadi bagi pengusaha gagal yang jujur.
Semua ini membutuhkan pengembangan kriteria untuk menilai UMKM mana yang harus
mendapatkan dukungan selama pemulihan dan transisi ke model bisnis baru. Menerapkan
kriteria tradisional untuk mengidentifikasi bisnis yang "layak" - seperti data neraca atau riwayat
kredit baru-baru ini - mungkin tidak bekerja dengan efektif. Sebagai contoh, memanfaatkan
perkembangan Fintech dan alat-alat digital untuk penilaian risiko kredit yang lebih efektif,
pemberian layanan dan pemantauan menyeluruh dapat membantu mengatasi keterbatasan
pendekatan tradisional untuk pembiayaan bisnis pada saat ketidakpastian seperti saat ini belum
pernah terjadi sebelumnya. Sejauh ini, pemerintah belum memanfaatkan instrumen ini secara
efektif. Selain itu, instrumen pembiayaan non-utang harus digunakan lebih banyak untuk
mengatasi lebih beragam kebutuhan dalam populasi UMKM dan memperkuat struktur modal
52

mereka.
Ketiga, dukungan pemerintah harus menjangkau para pengusaha dan UMKM yang dapat
meningkatkan ketahanan ekonomi dan masyarakat di era pasca-COVID. Awal yang inovatif,
kewirausahaan dan model bisnis baru harus dipromosikan. Pada saat yang sama, UMKM
tradisional yang sebagian besar menghilang dan perusahaan mikro yang berjuang untuk
mengambil manfaat dari transisi digital harus mempercepat digitalisasi dan adopsi teknologi,
perubahan organisasi dan peningkatan keterampilan. Keluar dari krisis, UMKM harus muncul
dengan perlengkapan yang lebih baik secara digital dan dengan kemampuan tenaga kerja yang
diperkuat. Hanya sedikit inisiatif kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan
jangka panjang dari bisnis yang sudah mapan dan potensi pertumbuhan UMKM. Misalnya,
Korea dan Irlandia telah bertindak untuk membantu bisnis kecil mengadopsi proses kerja baru,
mempercepat digitalisasi dan menemukan pasar baru. Langkah-langkah dukungan struktural
seperti itu, bersama-sama dengan persyaratan cerdas, harus dimasukkan dalam fase
selanjutnya dari respons kebijakan.
Adapun dalam upaya menangani pandemi COVID-19, Tim Ahli Policy Brief Bidang
Ekonomi di bawah naungan Direktorat Inovasi dan Science Techno Park Universitas Indonesia
(DISTP UI) merumuskan sebuah Policy Brief 7, Rekomendasi yang diberikan adalah agar
pemerintah dapat membagi fokus penanganan pandemi COVID-19 dari sisi ekonomi menjadi
dua periode utama, yaitu periode jangka pendek dan mendesak (emergency response: disaster
relief process, lives first) dan periode jangka menengah (minimize recession).

Pada periode jangka pendek dan mendesak, pemerintah berfokus pada pengurangan
penambahan korban jiwa COVID- 19 dengan penekanan pada stimulus sektor kesehatan dan
bantuan kesejahteraan bagi rakyat yang terdampak. Ada dua pihak yang perlu mendapat
perhatian pemerintah, yakni: pekerja atau rumah tangga dan perusahaan atau perindustrian
pemerintahan juga direkomendasikan untuk memberikan perhatian khusus kepada industri
yang memiliki kesulitan untuk membayar kredit/cicilan (credit constraint) khususnya UMKM dan
industri yang terkena dampak paling besar dari tidak berjalannya perekonomian dalam
beberapa waktu terakhir (kerajinan tangan, tekstil, restoran, hotel, industri hiburan, e-
commerce, gig-economy). Pada sektor perbankan juga akan menghadapi masalah likuiditas
(liquidity constraints) dan kredit macet (non performing loan). Bank Sentral bisa membeli surat
utang pemerintah (government bonds) yang dapat menurunkan suku bunga. Di samping itu,
likuiditas dari lembaga keuangan non- perbankan, terutama asuransi dan dana pensiun perlu
53

juga mendapatkan perhatian. Pemerintah diharapkan dapat mengantisipasi misalnya tekanan


likuiditas dari sisi dana pensiun sebagai akibat dari penarikan JHT para pekerja yang mengalami
PHK.
Banyak usulan kebijakan jangka menengah antara lain memastikan aktivitas bisnis
segera, menjaga kelangsungan sektor logistik, dan mendorong kemandirian industri alat
kesehatan. Selain itu, kami menjaga keberlanjutan di sektor makanan, makanan dan minuman.
Dengan begitu, pemerintah dapat memastikan terciptanya industri dalam negeri yang
menguat, khususnya industri alat kesehatan, untuk mengantisipasi pandemi ke depan. Dengan
kebijakan sisi penawaran, fokus kebijakan jangka menengah pemerintah berikutnya mungkin
adalah upaya untuk memulihkan permintaan agregat. Penghapusan pajak seperti PPN dan PPh
setelah pandemi akan mendorong permintaan. Selain itu, pemerintah perlu mendorong rumah
tangga untuk mengkonsumsi 4.444 produk dan jasa industri seperti restoran, hotel, pariwisata,
transportasi dan penerbangan.
Secara mikro melalui kebijakan perusahaan, dalam rangka menata kembali kondisi
ekonomi UMKM yang melemah atau resesi akibat covid-19 ini diperlukan pengelolaan siklus
bisnis secara Manajemen Businees Cycle mengingat kondisi lingkungan bisnis sangatlah
dinamis sehingga harus selalu dievaluasi dan diperbaiki siklus usahanya sehingga usaha bisa
bertahan dan dapat terus berkembang dengan cara, yaitu (1) Menciptakan perubahan sebagai
peluang untuk mencapai sukses, (2) Melihat perbedaan antar orang atau fenomena sebagai
peluang bukan kesulitan, (3) Bereksperimen untuk mencari pembaharuan menuju
pertumbuhan bisnis, (4) Menjadi pakar untuk usaha sendiri, (5) Menjadi pelayan untuk orang
lain dan memiliki sifat rendah hati. Dengan kemampuan pengelolaan siklus bisnis tersebut,
sebuah perusahaan pun harus dapat bertumbuh dan berkembang dalam jangka panjang
dengan memperhatikan factor- faktor diantaranya 1. Strategic Intent (Kesatuan Visi dan Misi)
2. Decision Maker (Pengambilan Keputusan yang Cepat dan Tepat), 3. Funding (Manajemen
Keuangan Terencana), 4.Business Plan (Perencanaan Bisnis), 5.Manajemen Tim, 6.Execution,
7.Timing (Saat yang Tepat memulai usaha). Mengelola siklus bisnis melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, penggunaan sumberdaya-sumberdaya organisasi dan dengan
perencanaan dan pengorganisasian harus memperhatikan siklus bisnis pada 4 periode yaitu
1.Puncak Siklus (Kemakmuran) 2. Resesi (Kemerosotan ), 3. Palung (Depresi Paling Parah)
4.Pemulihan (Ekspansi) yang dapat menggambarkan klasifikasi jenis bisnis dengan bidang
usaha atau peluang usaha pasca covid - 19,8 sehingga pelaku bisnis UMKM dapat
54

mengindentifikasi jenis bisnis sesuai siklus bisnis yang dialami pada masa pandemi COVID-19
dan mengambil tindakan yang sesuai dengan jenis bisnisnya.

Beberapa pengusaha mengevaluasi bagaimana kebutuhan baru yang terkait dengan


krisis bisnis COVID19 memengaruhi bisnis mereka, dan beberapa kompetisi seperti
perencanaan skenario, analisis pemangku kepentingan, pengembangan strategis, komunikasi
eksternal dan internal, dll. Kami mengambil tindakan yang tepat dengan mempertimbangkan
aspek tersebut. Untuk memitigasi dampak negatif dari krisis COVID19, beberapa indikator dapat
digunakan untuk menilai daya tanggap perusahaan dan memahami potensi dampak
transformasi digital. Jika latar belakang teoritis jelas dan analisis status eksternal dan internal
dilakukan, UKM harus mempertimbangkan model bisnis mereka sendiri. Transformasi digital
mengacu pada proses mendesain ulang seluruh model bisnis, serta memperkenalkan teknologi
baru untuk menjalankan aktivitas yang ada.

Demi mendukung usaha pengusaha dalam mengimplementasik model bisnis baru dan
transformasi digital pada usaha mereka, penting bagi pemerintah untuk membuat kebijakan
struktural untuk kepentingan jangka panjang. Kebijakan ini tidak saja digunakan untuk
menghadapi pandemi COVID-19 tapi juga era Industri 4.0 kedepannya. Kebijakan ini meliputi
kebijakan-kebijakan jangka pendek bagi UMKM yakni pengenalan teknologi digital dan
pelatihan bagi para pelaku dan pekerja UMKM serta kebijakan panjang bagi UMKM untuk
beradaptasi dengan penggunaan teknologi untuk proses produksi, penggunaan media teknologi
digital untuk mempromosikan produk UMKM, dan menemukan pasar potensial bagi produk
yang dihasilkan. Dalam jangka pendek, perlu adanya pendampingan bagi para pelaku UMKM
untuk dapat memanfaatkan media e-commerce (belanja daring) untuk menjual produk-produk
mereka. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2018 baru 3,79 juta
UMKM (atau sekitar 8 persen) yang memanfaatkan platform online untuk memasarkan
produknya.11 Tentu situasi seperti ini dapat menjadi salah satu jalan keluar untuk
meningkatkan jumlah UMKM yang memanfaatkan platform online tadi. Kemudian, kebijakan
jangka pendek tadi dilanjutkan dengan kebijakan jangka panjang. Pemerintah dapat
memulainya dengan membuat peta jalan pengembangan UMKM dalam menghadapi era Industri
4.0 mulai dari pelatihan ulang (re- training) para pekerja UMKM guna beradaptasi dengan
penggunaan teknologi produksi baru dan teknologi digital, pembangunan infrastruktur
telekomunikasi dan program internet masuk desa, pelibatan dunia akademisi dan usaha besar
dalam pendampingan pengenalan dan penggunaan teknologi produksi dan media digital, serta
55

menghidupkan kembali program kemitraan usaha besar dan UMKM. Kebijakan struktural ini
dilakukan untuk mendukung penguatan UMKM sekaligus mendukung pengembangan UMKM di
era Industri 4.0.
Dengan masa pandemi COVID-19 yang tidak ada kepastian kapan akan berakhirnya
pandemi ini, maka UMKM selaku entitas bisnis harus dapat mengelola manajemen business
cycle dengan memperhatikan kategori jenis bisnisnya pada 4 siklus bisnis, 1.Puncak Siklus
(Kemakmuran) 2. Resesi (Kemerosotan ), 3. Palung (Depresi Paling Parah) 4.Pemulihan
(Ekspansi) yang dapat menggambarkan klasifikasi jenis bisnis dengan bidang usaha atau
peluang usaha masa covid -19, dengan mengelola manajemen business cycle dengan baik dan
perubahan bisnis model dan transformasi digital dengan menyesuaikan kondisi pandemi COVID-
19 ini maka diharapkan strategi perusahaan UMKM dapat berhasil mengatasi tantangan yang
ada Akhir kata, sinergi antara kebijakan makro pemerintah dengan kebijakan mikro perusahaan
diharapkan dapat membantu UMKM dalam mengatasi tantangan menghadapi krisis pandemi
COVID-19 ini.64

D. Kebijkan Insentif Fiskal dukungan belanja pemerintah dan pembiayaan


dalam menangani pandemi covid -19

Dampak pandemi Covid-19 atau wabah virus corona telah memberikan dampak yang
cukup luas terhadap kegiatan ekonomi masyarakat dan pelaku ekonomi khususnya di sektor
pariwisata dan manufaktur. Virus tersebut mulai menyebar di Indonesia pada 2 Maret 2020.
Pernyataan ini disampaikan oleh Presiden Joko Widodo. Seiring berjalannya waktu, epidemi
Covid-19 meningkat secara signifikan dan paling banyak terjadi di Pulau Jawa. Hingga 27 Mei
65
2020, terdapat 23.851 pasien positif, 6.057 pasien sembuh, dan 1.473 meninggal.
Seiring dengan bertambahnya jumlah orang yang terinfeksi virus corona dari hari ke
hari, pemerintah telah melakukan berbagai himbauan untuk menjaga jarak antar komunitas,
atau biasa disebut social distance, dan masyarakat besar di berbagai daerah. Kota Jakarta pada
10 April 2020. Situasi ini tentu mempengaruhi perputaran ekonomi domestik. Tak hanya itu,
perekonomian dunia otomatis terganggu. Peran pemerintah dalam mendorong pembangunan
ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di negara berkembang, dilakukan

64
Abdurrahman Firdaus Thaha, “keadaan dampak covid-19 bagi pelaku UMKM di
indonesia” https://ejournals.umma.ac.id/index.php/brand
65
covid.go.id. (2020, Mei 27)
56

melalui kebijakan moneter dan fiskal. Melalui kebijakan fiskal, pemerintah dapat
mempengaruhi tingkat pendapatan nasional, kesempatan kerja, investasi nasional, dan
distribusi pendapatan nasional. Mengingat akibat tragis dari Covid19, Menteri Keuangan Sri
66
Muryani memprediksi pendapatan pemerintah akan turun 10% tahun ini.
Penurunan pendapatan akibat terjadinya Covid-19 terutama berasal dari sisi penerimaan
pajak. Penerimaan pajak menurun karena krisis ekonomi, dukungan untuk insentif pajak, dan
tarif pajak penghasilan yang lebih rendah. Penurunan PNBP akibat penurunan harga
komoditas akibat pandemi Covid-19 mengancam sistem keuangan, terbukti dengan turunnya
berbagai aktivitas ekonomi domestik. Dari sisi pengeluaran, Covid19 memiliki dampak yang
sangat besar. Diharapkan dengan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh Covid-19 ini tidak
mengurangi defisit anggaran negara secara signifikan. Oleh karena itu, yang dibutuhkan adalah
strategi yang akan membantu mengatur perekonomian saat ini. Kebijakan fiskal terkait
penerimaan dan pengeluaran pemerintah berperan penting dalam mengelola dampak COVID-
19. Kebijakan fiskal didefinisikan sebagai kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
pendapatan dan pengeluaran uang.67
Kebijakan fiskal Indonesia tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). APBN memiliki persyaratan negara untuk alokasi dan distribusi keuangan negara.
Mengingat urgensi daerah dalam pembangunan ekonomi negara. Kebijakan fiskal juga
mempengaruhi inflasi. Berdasarkan hasil survei 68.
bahwa dampak kebijakan fiskal terhadap output dan inflasi adalah suatu kondisi
kenaikan pengeluaran pemerintah berdampak positif terhadap PDB sementara kondisi kenaikan
pajak berdampak menurunkan PDB. Dampak positif dari pengeluaran pemerintah dan dampak
negatif dari pajak terhadap PDB tersebut sejalan dengan teori Keynes tentang peran
pemerintah dalam menggerakkan perekonomian serta sesuai dengan penelitian empiris di
beberapa negara maju. Pengaruh pengeluaran pemerintah lebih dominan terhadap PDB
dibandingkan dengan pajak menunjukkan masih cukup efektifnya kebijakan ini untuk
menstimulasi pertumbuhan ekonomi khususnya dalam masa resesi dibandingkan dengan pajak.
Pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap penurunan inflasi kemungkinan dapat dijelaskan
oleh dampak multiplier dari pengeluaran pemerintah untuk investasi (diantaranya infrastruktur)
yang lebih besar dibandingkan pengeluaran rutin. Pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur
66
tirto.id. (2020, April 1). Covid-19 Tekan Perekonomian, Pendapatan Negara Diprediksi Turun 10%
67
Syamsi, I. (1983). Dasar-dasar Kebijaksanan Keuangan Negara. Jakarta.
68
Surjaningsih, N., Utari, G. A. D., & Trisnanto, B. (2012). DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP OUTPUT
DAN INFLASI. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 414.
57

diperkirakan dapat memperbaiki distribusi barang dan jasa sehingga berkontribusi terhadap
penurunan inflasi. Dalam pendekatan Keynes, kebijakan fiskal dapat menggerakkan
perekonomian karena peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak
mempunyai efek multiplier dengan cara menstimulasi tambahan permintaan untuk barang
69
konsumsi rumah tangga.
Begitu pula jika pemerintah memotong pajak sebagai stimulus ekonomi. Pemotongan
pajak meningkatkan pendapatan yang dapat dibelanjakan dan pada akhirnya mempengaruhi
permintaan. Kecenderungan rumah tangga untuk meningkatkan konsumsi dengan
meningkatkan marginal consumption probability (mpc) menjadi rantai ekonomi untuk
meningkatkan pengeluaran dan akhirnya output.
Kebijakan Fiskal Untuk Penerimaan Negara Pertumbuhan komponen penerimaan Pajak
hingga akhir bulan Maret 2020 masih bersumber dari pajak atas konsumsi rumah tangga,
meskipun penerimaan pajak juga masih dipengaruhi tekanan akibat tren pelemahan industri
manufaktur dan aktivitas perdagangan internasional, serta pelemahan aktivitas ekonomi akibat
penyebaran Covid19. Seiring adanya aturan terkait Work From Home (WFH) baik untuk sektor
pemerintah maupun sektor swasta, maka mulai terjadi perlambatan kegiatan usaha di akhir
bulan Maret 2020 yang berpotensi menurunkan penyerahan dalam negeri yang kemudian akan
menekan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri (PPN DN) di bulan April 2020.
Kondisi tersebut kemungkinan berlanjut dan semakin terkontraksi di bulan Mei, mengingat di
bulan April sebagian daerah sudah melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di
beberapa wilayah terdampak. Mengatasi kebijakan pemerintah terhadap dampak tersebut,
pemerintah memberikan fasilitas perpajakan berupa relaksasi pembayaran PPh Pasal 29 OP dan
pelaporan SPT PPh OP. Kebijakan makro-mikro penanggulangan wabah Covid-19 diharapkan
akan dapat mempertahankan ekspektasi positif semua entitas ekonomi, baik di dalam negeri
maupun luar negeri. Keputusan lockdown ini tidak diterapkan karena berbagai alasan termasuk
kesiapan negara dalam menanggung resiko apabila lockdown terjadi. Sebagaimana yang terjadi
di Indonesia, penerimaan pajak pada kuartal I-2020 tercatat mengalami kontraksi atau minus
hingga 2,5%. Adapun beberapa instrumen pajak yang minus setelah digunakan untuk
penanganan Covid-19 adalah PPh Badan dan Pajak dalam rangka Impor (PDRI) terdiri beberapa
jenis, yaitu Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22 impor, PPh pasal 22 ekspor, Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) impor, dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM).

69
fiscuswannabe.web.id. (2013, April 3). mplikasi Kebijakan Fiskal.
58

Situasi dampak pandemi Covid-19 saat ini sangat tidak menguntungkan untuk mencapai
target penerimaan pajak. Sehingga pemerintah perlu mengantisipasinya dengan merevisi target
penerimaan pajak, serta proyeksi pertumbuhan ekonomi, dan asumsi makro lainnya Apalagi,
saat ini pemerintah juga banyak mengeluarkan insentif. Pemerintah menyusun ulang alokasi
penerimaan negara dalam APBN 2020 karena target APBN diperkirakan sulit tercapai.
Penerimaan perpajakan 2020 diperkirakan turun sebesar Rp 403,1 triliun. Dalam APBN,
penerimaan perpajakan dipatok Rp 1.865,7 triliun menjadi Rp 1.462,7 triliun. Penerimaan
Perpajakan turun akibat kondisi ekonomi melemah, dukungan insentif pajak dan penurunan
70
tarif PPh. PNBP turun dampak jatuhnya harga komoditas.
Kebijakan Fiskal Untuk Pengeluaran Pemerintah Dalam menghadapi dampak pandemi
Covid-19 ini, Pemerintah mengambil beberapa kebijakan yaitu : dukungan terhadap bidang
kesehatan, insentif bulanan tenaga medis, perlindungan sosial, tarif listrik, menaikkan anggaran
kartu pra kerja, pemulihan ekonomi, antisipasi defisit APBN, nasabah KUR dapat keringanan
angsuran, bidang non fiskal, refokusing dan relokasi belanja, menyiapkan Perpu. Sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No.1/2020, pemerintah memiliki
kewenangan untuk melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas APBN dimana
anggaran untuk pengeluaran tersebut masih belum atau tidak cukup tersedia. Pemerintah juga
memiliki kewenangan untuk menentukan proses dan metode pengadaan barang dan jasa serta
melakukan penyederhanaan mekanisme dan simplifikasi dokumen pada bidang keuangan
negara. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 43/2020, diatur bahwa alokasi dana untuk
penaganan pandemi Covid-19 dialokasikan dalam daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA)
kementerian. Kegiatan dalam penanganan pandemi Covid-19 ini dilakukan berdasarkan alokasi
dalam DIPA dan bila dalam kondisi mendesak, pejabat perbendaharaan dapat melakukan
tindakan yang berakibat pengeluaran atas APBN yang dananya tidak tersedia ataupun tidak
cukup tersedia. Adapun, pengeluaran dengan kondisi mendesak ini hanya dapat dilakukan
untuk kegiatan penanangan Covid-19 berupa obat-obatan, alat kesehatan, sarana dan
prasarana kesehatan, sumber daya manusia, serta kegiatan lain yang berkaitan dengan
penanganan Covid-19 . Keputusan pemerintah mengalokasikan anggaran besar untuk wabah
Covid19 relatif tidak jauh berbeda dengan negara-negara maju yang mencatat kasus positif dan
kematian akibat korona tertinggi di dunia. Anggaran penanggulangan pandemi Covid-19 dan
sektor terdampak yang dialokasikan Pemerintah Indonesia termasuk besar. PDB nasional yang

70
Dhyaksa, A. (2020, April 1). 11 Poin Penting Kebijakan Ekonomi Jokowi Dalam Menghadapi Wabah Corona
59

berkisar Rp 15.000 triliun, Indonesia berani menganggarkan sekitar Rp 400 triliun. Presiden
Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang atau Perppu untuk
menambah alokasi belanja dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2020.
Aturan ini terbit pada tanggal 31 Maret 2020. Pemerintah memproyeksikan peningkatan
pembiayaan anggaran menjadi Rp. 852,9 Triliun karena dampak pandemi Covid-19 Angka
tersebut naik Rp. 547 Trilun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) 2020. Defisit APBN
melebar 5,07% dari PDB. Pembiayaan invetasi juga bertambah. Dari minus 74,2 triliun menjadi
minus 229,3 triliun.71
Pemerintah telah memberikan insentif keuangan sebanyak tiga kali, yaitu :
A. Pada bulan Februari, pemerintah memberikan insentif sebesar Rs 8,5 triliun untuk
mendorong perekonomian domestik melalui sektor pariwisata.
B. Kemudian, pada pertengahan Maret, pemerintah kembali meluncurkan insentif senilai
Rp 22,5 triliun. Stimulus ini datang dalam bentuk langkah-langkah finansial dan non-
finansial untuk mendukung sektor industri dan mendorong impor dan ekspor.
c. Akhir Maret lalu, pemerintah memberlakukan pembatasan sosial meluas (PSBB) untuk
memerangi penyebaran virus tersebut. Insentif sebesar Rp 405,1 triliun juga diberikan
untuk kebijakan kesehatan.
Dana tersebut akan dialokasikan untuk:
1) Sekitar 150 triliun rupiah untuk program stimulus nasional seperti restrukturisasi
dan penjaminan kredit, serta pendanaan untuk UMKM dan dunia usaha. Menurut (Ika,
2020), pemerintah harus menempuh kebijakan fiskal yang agresif untuk memerangi
virus corona ini. Ini karena kebijakan moneter tradisional dianggap tidak mungkin
mengurangi resesi. Ditambah dengan ketegangan di pasar kredit dan tren penurunan
suku bunga.
2) Rupee 75 triliun untuk bidang kesehatan, termasuk perlindungan tenaga kesehatan,
pembelian alat kesehatan, peningkatan fasilitas kesehatan, dan pemberian insentif bagi
dokter.
3) Rupee 110 triliun pada jaring pengaman sosial untuk meningkatkan tunjangan
kesejahteraan, pembebasan pajak listrik dan dukungan untuk kebutuhan dasar.
4) Rp 70,1 triliun untuk menurunkan tarif pajak penghasilan dan menunda pembayaran
KUR. Sesuai.

71
Katadata.co.id.
60

Untuk membiayai stimulus tersebut, pemerintah mencari sumber pembiayaan baik


melalui realokasi APBN, Penerbitan Surat Berharga (SUN), Pinjaman ke Lembaga Multilateral
( IMF) dan pinjaman bilateral. Mengatasi dampak ekonomi dari wabah Covid-19 terhadap
perekonomian Indonesia akan sangat ditentukan oleh pilihan kebijakan dan kesigapan
pemerintah untuk mengatasi wabah tersebut. Perbedaan tingkat fatality rate di berbagai negara
juga menjadi pelajaran berharga bahwa kebijakan pemerintah sangat menentukan dalam
mengatasi pandemi ini, selain dukungan sistem dan perilaku masyarakat. Beberapa langkah
yang sebaiknya dilakukan pemerintah untuk efisiensi sisi pengeluaran yaitu :
A. Penerbitan Surat Berharga Utang (SUN) bernomor rupiah untuk mengekang
pembayaran bunga.
B. Tidak perlu terburu-buru untuk memasok dolar AS
C. Penyesuaian APBN 2020
D.Covid-19 Akibat hukum dari penyalahgunaan sumber daya pengelolaan
Dalam menghadapi pandemi Covid-19, pemerintah telah menerapkan kebijakan fiskal
pada penerimaan dan pengeluaran pemerintah untuk menjaga pertumbuhan dan stabilitas
ekonomi. Dari sisi penerimaan, perlu diperhatikan kontribusi pajak konsumsi dan penerimaan
pajak badan yang menjadi andalan pemerintah. Dari sisi belanja, pemerintah harus bisa
memastikan dana tersebut dilaksanakan secara tepat sasaran dan memprioritaskan kegiatan
yang diprioritaskan untuk mencegah pandemi Covid-19.
Dukungan pemerintah perlu menjangkau pengusaha dan UMKM yang dapat
meningkatkan ketahanan ekonomi dan masyarakat di era pasca-COVID. Start-up yang inovatif,
kewirausahaan dan model bisnis baru perlu dipromosikan. Pada saat yang sama, UMKM
tradisional, yang hampir menghilang, dan usaha mikro yang berjuang untuk memanfaatkan
perubahan digital, perlu mempercepat digitalisasi dan adopsi teknologi, perubahan organisasi,
dan peningkatan keterampilan. UMKM harus keluar dari krisis dengan lebih banyak peralatan
digital dan tenaga kerja yang lebih kuat. Ada beberapa inisiatif kebijakan yang ditujukan untuk
meningkatkan ketahanan jangka panjang perusahaan mapan dan potensi pertumbuhan UMKM.
61

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis diatas, maka dapat disimpulakan
sebagai berikut :
1. Dalam rangka menjaga momentum penguatan ekonomi, perhatian yang lebih besar pada
dunia usaha menjadi penting. Sektor usaha diharapkan menjadi motor penggerak utama
percepatan pemulihan ekonomi, selain penguatan di sisi permintaan melalui program-
program perlindungan sosial. Permasalahan dan tantangan yang dihadapi dunia usaha
cukup beragam, oleh karena itu KSSK melakukan diskusi intensif dengan pelaku usaha
untuk melakukan identifikasi. Selanjutnya, hasil identifikasi tersebut menjadi masukan
bagi KSSK di dalam menyusun Paket Kebijakan Terpadu untuk Peningkatan Pembiayaan
Dunia Usaha dalam rangka Percepatan Pemulihan Ekonomi salah satu kebijakan tersebut
62

adalah kebijakan insentif fiskal Kebijakan ini merupakan bentuk belanja perpajakan (tax
expenditure) yang merupakan penerimaan perpajakan yang tidak dikumpulkan  (forgone
revenue) sebagai akibat adanya ketentuan khusus yang berbeda dari sistem pemajakan
secara umum (tax system benchmark). Berdasarkan tujuannya, belanja
perpajakan dibagi ke dalam 4 (empat) kategori utama, yakni: (i) meningkatkan
kesejahteraan masyarakat;  (ii) mengembangkan UMKM; (iii) mendukung dunia bisnis;
dan (iv) meningkatkan iklim investasi
2. Kemudian dengan kaitanya mengenai Hak Imunitas bagi anggota maupun sekertaris
Komite Stabilitas Sistem Keuangan dalam perpu nomor 1 tahun 2020. Kebijakan
keuangan negara dan stabilitas sistem keuangan untuk penanganan pandemi corona
virus disesas 2019 (covid-19) Melalui peraturan pemerintah pengganti undang-undang
(perppu) nomor 1 tahun 2020 dan dalam menghadapi ancaman yang membahayakan
perekonomian nasional stabilitas sistem keuangan sebagaimana telah disahkan menjadi
undang - undang melalui undang – undang nomor 2 tahun 2020 (selanjutnya disebut
undang – undang 2 tahun 2020. Dalam rangka menjaga stabilitas keuangan negara di
masa pandemi Pemerintah mengatur skema kkebijakan pengalokasian keuangn negara
dan skema kebijakan. Oleh karena itu, diperlukan perangkat hukum yang memadai untuk
memberikan landasan yang kuat bagi Pemerintah dan lembaga- lembaga terkait untuk
pengambilan kebijakan dan langkah-langkah dimaksud. Untuk mengatasi kegentingan
yang memaksa tersebut, Presiden sesuai kewenangannya berdasarkan ketentuan Pasal
22 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada tanggal
31 Maret 2O2O telah menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2O2O tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan untuk Penanganan Panderm Corona Vints Disease 2019 (COVID-l9l danlatau
dalam rangka menghadapi Ancaman yang membahayakan Perekonomian Nasional
dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis diatas, maka penulis menyampaikan
saran sebagai berikut:
1. Bagi Komite Stabilitas Sistem Keuangan dengan posisi memiliki kekebalan hukum dengan
adanya hak imunitas sesuai di pasal 27 perppu no 1 tahun 2020, KSSK tidak boleh memiliki
63

kebijakan yang menguntungkan para anggota ataupun sekertaris karna penyematan hak
imunitas tersebut adalah bertujuan untuk membuat suatu kebijakan – kebijakan dalam
proses menstabilkan perekonomian nasional saat pandemi covid -19.
2. Bagi Komite Stabilitas Sistem Keuangan yang memiliki tugas penguatan Stabilitas Sistem
Keuangan juga memiliki pertanggung jawaban dalam mengeluarkan Paket Kebijakan
Terpadu yang bertujuan untuk pemulihan perekonomian nasional, maka anggota KSSK
harus bersinergi aktif dalam proses pemberlakuan kebijakan terpadu tersebut. Pastinya
juga berharap agar Prospek pemulihan pertumbuhan ekonomi juga dibarengi stabilitas
makroekonomi dan sistem keuangan yang tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA
Ade Novalina, “Analisis Stabilitas Sistem Keuangan Di Masa Pandemik” Kajian
Ekonomi dan Kebijakan Publik diakses pada tanggal 18 november 2021 pukul 13.00
https://www.kemenkeu.go.id/media/15072/sp-27-pemerintah-waspadadampak-
pandemi-covid-19-terhadap-ekonomiindonesia.pdf diakses pada tanggal 18 november 2021
pukul 07.00
Juliani, H. (2020). Analisis Yuridis Kebijakan Keuangan Negara Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2020. Administrative Law & Governance Journal., halaman
2621-2781 diakses pada tanggal 25 november 2021 pukul 16.00
Huda, U. Nurul, Sulastri, D., Najmudin, N., & Astarudin, T. (2020). Perppu No. 1
Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan
Untuk Penanganan Pandemi Covid-19 Menurut Tinjauan Hukum Tata Negara
Darurat. Digita Library Uin Sunan Gunung Djati. Retrieved From
64

Http://Digilib.Uinsgd.Ac.Id/Id/Eprint/30726 Diakses pada tanggal 20 november 2021 pukul


02.00
Aulawi, A. (2020). Penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang
Nomor 1 Tahun 2020 Sebagai Strategi Kebijakan Pajak Pemerintah Indonesia
Dalam Menghadapi Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Keuangan Negara. Jurnal
Diakses pada tanggal 21 november 2021 pukul 15.45
Surisman, & Iswanto. (2020). Perlukah Perppu No. 1 Tahun 2020 Tentang
Kebijakan Keuangan Negara Dalam Penanganan Coronavirus Disease 2019. Jurnal
Ilmu Hukum, 4, 284. Diakses pada tanggal 21 november 2021 pukul 17.00
Nurhalimah, S. (2020). Menyoal Kepentingan Dan Pasal Impunitas Dalam Perpu
Corona. ’Adalah Buletin Hukum Dan Keadilan, 4, 37. Diakses pada tanggal 21 november
2021 pukul 21.55
Pasal 15 Perppu No 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas
Sistem Keuangan untuk penanganan pandemi corona virus disease 2019 (covid -19) dan dalam
rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas sistem
keuangan
Perppu No 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan untuk penanganan pandemi corona virus disease 2019 (covid -19) dan dalam rangka
menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas sistem
keuangan
Pasal 9 Perppu No 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas
Sistem Keuangan untuk penanganan pandemi corona virus disease 2019 (covid -19) dan dalam
rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas sistem
keuangan
Pasal 19, Perppu No 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas
Sistem Keuangan untuk penanganan pandemi corona virus disease 2019 (covid -19) dan dalam
rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas sistem
keuangan
Pasal 20, Perppu No 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas
Sistem Keuangan untuk penanganan pandemi corona virus disease 2019 (covid -19) dan dalam
rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas sistem
keuangan
65

Pasal 23 Perppu No 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas
Sistem Keuangan untuk penanganan pandemi corona virus disease 2019 (covid -19) dan dalam
rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas sistem
keuangan
Pasal 5 Undang –Undang Nomor 9 tahun 2016 Tentang Pencegahan Dan Penanganan
Sistem Stabilitas Keuangan
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt56f3da69692a7/ini-kewenangan-komite-
sistem-keuangan-dalam-uu-penanganan-krisis diakses pada tanggal 18 november 2021 pukul
20.00
Undang – Undang No 9 Tahun 2016 Tentang Pencegahan Dan Penanganan Sistem
Stabilitas Keuangan. Diakses pada tanggal 22 november pukul 20.38
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-penguatan-stabilitas-
sistem-keuangan-dan-paket-kebijakan-terpadu-untuk-peningkatan-pembiayaan-dunia-usaha-
dalam-rangka-percepatan-pemulihan-ekonomi/ diakses pada tanggal 18 november 2021 pukul
23.00
Lili marlinah “Memanfaatkan Insentif Pajak UMKM Dalam Upaya Mendor ong
Pemulihan Ekonomi Nasional” Universitas Bina Sarana Informatika Jl. Kramat Raya No.98,
Kwitang, Senen, Jakarta Pusat 10450 Email : lili.lrh@bsi.ac.id diakses pada tanggal 23
november 2021 pukul 20. 39
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2007, hlm.
35
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi dan Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia,
Malang, 2007, hlm.
Peter Mahmud Marzuki, Op.cit, hlm. 103
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum cetakan ke-11, Kencana, Jakarta, 2011,
hlm. 95
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia (UI) Press,
Peter Mahmud Marzuki, op.cit, hlm. 93
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2012, hlm.114
Undang-Undang No 9 tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Sistem
Keuangan
66

Perpu No. 4 tahun 2008 tentang Jaringan Pengaman Sistem Keuangan (JPSK)
Bank Gagal Berdampak Sistemik, http://ibelajarekonomi.co.id/2012/04/bank-gagal-
berdampak-sistemik.html, diakses minggu 10 oktober 2021 pukuk 08.00
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/forum-ssk/Contents/Default.aspx
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, arti tanggung jawab,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/tanggung%20jawab.
tatiek Sri Djatmiati, “ Perizinan sebagai Instrumen Yuridis dalam Pelayanan Publik”,
Orasi Pengukuhan Guru Besar Hukum Administrasi Fakultas Hukum Universitas Airlangga
Surabaya, 24 November 2020, h.17-18
Kemenkeu (kementrian keuangan).go.id
Febrantara, D. (2020). Bagaimana Penanganan UKM di Berbagai Negara Saat
Ada Pandemi Covid-19? DDTC Fiscal Research. Retrieved from
https://drive.google.com/drive/folders/1MY31IOC3gWq- EgzNkuJzqJnB9PV6qA2D diakses pada
tanggal 21 november 2021 pukul 19.48

Pakpahan, A. K. (2020). COVID-19 dan Implikasi Bagi Usaha Mikro,


Kecil, dan Menengah. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 59-64.
Diakses pada tanggal 21 november 2021 pukul 20.05

Hanoatubun, S. (2020). Dampak Covid–19 terhadap Prekonomian


Indonesia. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling,
2(1), 146-153. .diakses pada tanggal 22 november 2021 pukul 20.55

Hadi, S. (2020). Revitalization Strategy for Small and Medium


Enterprises after Corona Virus Disease Pandemic (Covid-19) in
Yogyakarta. In diakses pada tanggal 22 november 2021 pukul 23.00

OECD. (2020). SME Policy Responses: Tackling Coronavirus (Covid-19)


Contributing to A Global Effort. Retrieved from
https://oecd.dam-broadcast.com/pm_7379_119_119680-di6h3qgi4x.pdf diakses
pada tanggal 22 november 2021 pukul 23. 48

Kemenkop-UKM. (2018). Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah


(UMKM) dan Usaha Besar
(UB).Retrievedfromhttp://www.depkop.go.id/uploads/laporan/1580223129_PERK
EMBANGAN%20DATA%20USAHA%20MIKRO,%20KECIL,%20MENENGAH%20(UMKM)
67

%20DAN%20USAHA%20BESAR%20(UB)%20T AHUN%202017%20-%202018.pdf diakses pada


tanggal 22 november 2021 pukul 23. 55

OECD. (2020). SME Policy Responses: Tackling Coronavirus (Covid-19) Contributing to


A Global Effort.Retrieved from https://oecd.dam-broadcast.com/pm_7379_119_119680-
di6h3qgi4x.pdf diakses pada tanggal 22 november 2021 pukul 23. 13
Maftuchan, A. (2020). Policy Brief 21-Program Tunai di Era COVID-19: Bantuan
Tunai Korona atau Jaminan Penghasilan Semesta diakses pada tanggal 22 november
2021 pukul 23.20
Pakpahan, A. K. (2020). COVID-19 dan Implikasi Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 59-64
Kemenkes. (2020). Surat Edaran No. HK.02.01/MENKES/335/2020 tentang Protokol
Pencegahan Penularan COVID-19 di Tempat Kerja Sektor Jasa dan Perdagangan
(Area Publik) dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha. Jakarta
Anugrah Andara Putera, dkk, “Penerapan Hak Imunitas yang Dimiliki oleh
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Urgensi Forum
Previlegiatum”, Diponegoro Law Review, Vol 5 No 2, 2016, h. 6
Lanang Sakti, “Penerapan Hak Imunitas dalam Melindungi Hak
Konstitusional Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah”, Fundamental Justice,
Vol 1 No 1 Februari 2020, h.51

Sumaryo Suryokusumo, Hukum Diplomatik Teori dan Kasus, (Bandung:


Penerbit Alumni-Bandung, 1995) h.51
Putri Keumala Sari, Fakhruddin, “ Indentifikasi Penyebab Krisis Moneter dan
Kebijakan Bank Sentral di Indonesia: Kasus Krisis Tahun (1997-1998 dan 2008)”,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah,Vol.1
No.2,November 2016,h.378.
Lilik Salamah, “Lingkaran Krisis Ekonomi Indonesia”,Jurnal
Masyrakat,Kebudayaan dan Politik,Th XVI,No.2 April,2001,h.67.
Iman Sugema, “ Krisis Keuangan Global 2008-2009 dan Implikasinya pada
Perekonomian Indonesia”, Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Vol.17,Nomor
3,Desember 2012,h.146
68

Endri,“ Penguatan Stabilitas Sistem Keuangan Melalui Peningkatan Fungsi


Intermediasi Dan Efisiensi Bank Pembangunan Daerah (BPD)”, Jurnal Keuangan dan
Perbankan,Vol. 13,No.1, Januari 2009,h.120.
Perppu JPSK gagal jadi UU, Hukum Online.com, Jum’at 19 Desember 2008,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol20756/perppu-jpsk-gagal-jadi-uu/. Diakses pada
24 Februari 2021,pukul 07.32 WIB
Pasal 14 Undang – undang Nomor 9 tahun 2016 tentang
Undang – undang no 2 tahun 2020 tentang Penetapan Pemerintah Pengganti Undang
– Undang Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan St6abilitas Sistem Keuangan pandemi
corona virus disease 2019 (covid -19) dan dalam rangka menghadapi ancaman yang
membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan.
"RUU PERPPU Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan Diserahkan ke DPR." https://www.kemenkeu.go.id/publik asi/berita/ruu-perppu-
nomor-1- tahun-2020-tentang-keuangannegara-dan-stabilitas-sistemkeuangan-diserahkan-ke-
dpr.Diakses pada 23 November 2021 pkl. 23.45
Atmadja, Arifin P. Soeria. Keuangan Publik Dalam Perspektif Hukum Teori,
Praktik, dan Kritik. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia. 2009
diakses pada tanggal 23 november 2021 pukul 20.00
Antara, Abhe. “Skandal BLBI menjerumuskan Indonesia Hingga Rp. 1000 triliun”.
Teori Konspirasi, Peristiwa Kasus, Isu Politik Indonesia & Dunia. 2013. Hlm diakses
pada tanggal 23 november 2021 pukul 20. 35
https://www.pikiran- rakyat.com/ekonomi/pr- 01379615/1785-koperasi-dan- 163713-
umkm-terdampak-pandemi- covid-19

Abdurrahman Firdaus Thaha, “keadaan dampak covid-19 bagi pelaku UMKM di


indonesia” https://ejournals.umma.ac.id/index.php/brand

covid.go.id. (2020, Mei 27)


tirto.id. (2020, April 1). Covid-19 Tekan Perekonomian, Pendapatan Negara
Diprediksi Turun 10%
Syamsi, I. (1983). Dasar-dasar Kebijaksanan Keuangan Negara. Jakarta.
Surjaningsih, N., Utari, G. A. D., & Trisnanto, B. (2012). DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL
TERHADAP OUTPUT DAN INFLASI. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 414.
69

fiscuswannabe.web.id. (2013, April 3). mplikasi Kebijakan Fiskal.


Dhyaksa, A. (2020, April 1). 11 Poin Penting Kebijakan Ekonomi Jokowi Dalam
Menghadapi Wabah Corona
Katadata.co.id.
Nainggolan, E. U. (2020, April). Kebijakan Fiskal dan Moneter Menghadapi Dampak
Covid-19
Dina Eva Santi Silalahi, Strategi Kebijakan Fiskal Pemerintah Indonesia dalam
Menghadapi Dampak Pandemi COVID-19 Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai