Anda di halaman 1dari 2

DIABETES DAN PEMERIKSAAN PENUNJANGNYA

Diabetes melitus ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi karena gangguan pada sekresi insulin
dan/atau gangguan kerja insulin. Tubuh pasien diabetes melitus tidak dapat memproduksi atau merespon
hormon insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas, sehingga kadar gula darah meningkat dan dapat
menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun panjang pada pasien tersebut.

Diabetes melitus (DM) dibagi menjadi beberapa tipe.

1. DM tipe I biasanya menimbulkan gejala sebelum usia pasien 30 tahun, dan memerlukan insulin dari
luar tubuh untuk kelangsungan hidupnya. DM tipe II biasanya dialami saat pasien berusia 30 tahun
atau lebih, dan pasien tidak tergantung dengan insulin dari luar tubuh, kecuali keadaan tertentu. Tipe
DM lainnya adalah DM gestasional, yang terjadi pada ibu hamil disebabkan oleh gangguan toleransi
glukosa.
2. DM tipe 2 adalah jenis diabetes yang paling banyak ditemukan di Indonesia. World Health
Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia akan terus melonjak
hingga 21,3 juta orang pada tahun 2030. Yang lebih menguatirkan, 70% orang Indonesia justru tidak
sadar terserang diabetes, sehingga deteksi dini semakin penting peranannya.

Sampai saat ini pemeriksaan glukosa darah merupakan satu-satunya pemeriksaan yang dikenal untuk
skrining dan diagnosis DM. Namun, beberapa studi terbaru menemukan adanya pemeriksaan yang lebih
efektif untuk deteksi dini dan mencegah komplikasi, yakni pemeriksaan HbA1c (Hemoglobin A1c).

Ketika diabetes tidak terkontrol, maka gula akan menumpuk dalam darah dan menggabungkan diri
dengan hemoglobin sehingga menjadi "terglikasi". Pemeriksaan HbA1c akan menggambarkan jumlah
rata-rata gula darah selama 2 sampai 3 bulan terakhir dan digunakan bersama dengan pemeriksaan gula
darah biasa untuk membuat penyesuaian dalam pengendalian diabetes melitus.

Apakah itu HBA1C?

HbA1c atau haemoglobin A1c atau A1c merupakan komponen kecil pada haemoglobin yang
berikatan terhadap gula darah. Haemoglobin sendiri merupakan bagian dari sel darah merah yang
memberikan pigmen warna merah dan membawa oksigen ke seluruh tubuh.

Dengan mengukur HbA1c, dokter dapat melihat rata-rata nilai gula darah di dalam tubuh selama
beberapa minggu/ bulan, yang dimana, ketika nilai HbA1c ini meningkat, hal ini pula menggambarkan
adanya peningkatan terhadap komplikasi diabetes.

Pemeriksaan HbA1c tidak memerlukan persiapan khusus seperti puasa terlebih dahulu, oleh karena itu,
pemeriksaan ini dapat dilakukan kapanpun.

Mengapa HBA1C menjadi pemeriksaan yang begitu akurat dibandingkan pemeriksaan gula darah
lainnya ?

Hal ini dikarenakan, sel darah merah begitupula haemoglobin A1c hidup selama 8-12 minggu di
dalam tubuh. Hal ini menandakan pemeriksaan HbA1c dapat menggambarkan rata-rata gula darah selama
2-3 bulan terakhir. Sehingga pemeriksaan HbA1c merupakan indikator jangka panjang gula darah pada
pasien yang baik dalam mengevaluasi kadar gula darah dibandingkan pemeriksaan gula darah sewaktu,
gula darah puasa maupun gula darah 2 jam setelah makan.

Jika pemeriksaan gula darah sewaktu Anda dalam minggu ini meningkat, hal ini pula menandakan
bahwa kadar HbA1c Anda juga meningkat.

Namun, perlu juga diperhatikan, bahwa pemeriksaan gula darah sewaktu, gula darah puasa maupun
gula darah 2 jam setelah makan tetap dibutuhkan untuk dapat membantu dalam pengaturan pengobatan
diabetes.

Bagaimana makna nilai HBA1C?

- Nilai HbA1c < 6.5% berarti kendali diabetes baik

- Nilai HbA1c 6.5 - 8% berarti kendali diabetes sedang

- Nilai HbA1c > 8% berarti kendali diabetes buruk

Seberapa sering baiknya pemeriksaan HBA1C dilakukan?

The American Diabetes Association merekomendasikan pada seseorang yang terkena diabetes yang
telah dapat mencapai targetnya atau memiliki kadar gula darah yang stabil untuk dapat melakukan
pemeriksaan HbA1c sebanyak 2 kali setahun. Dokter mungkin akan meminta Anda untuk memeriksakan
hingga 4 kali dalam setahun (setiap 3 bulan) hingga kadar gula darah mencapai target. Namun dalam
kondisi nilai HbA1c yang berada di yang sangat tinggi (diatas 10%), pemeriksaan HbA1c dilakukan
setiap bulan.

Pemeriksaan HbA1c tentunya akan membantu dalam melihat hasil terapi, sehingga dalam dilakukan
rencana perubahan terapi pada pasien diabetes dalam upaya melakukan penurunan risiko terhadap
komplikasi diabetes jangka panjangnya.

Catatan: dalam kondisi adanya kelainan seperti anemia, gangguan pada hemoglobin, riwayat
transfusi dalam 2-3 bulan terakhir, atau kondisi-kondisi yang mempengaruhi usia sel darah merah dan
gangguan fungsi ginjal, maka pemeriksaan ini tidak dapat digunakan dalam mendiagnosis atau
mengevaluasi pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai