BAB I
UMUM
Bagian Kesatu
Nama, Tempat Kedudukan dan Waktu
Pasal 1
PBSI didirikan pada tanggal 5 Mei Tahun 1951 di Bandung dan selanjutnya
berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.
Pasal 3
Bagian Kedua
Azas, Tujuan dan Tugas Pokok
Pasal 4
PBSI berazaskan Pancasila
Pasal 5
Tujuan PBSI adalah :
a. membentuk manusia Indonesia seutuhnya;
b. mempertinggi harkat dan martabat bangsa;
c. meningkatkan prestasi olahraga bulutangkis ditingkat daerah, nasional,
maupun internasional;
d. memupuk persahabatan antar bangsa melalui olahraga bulutangkis.
Pasal 6
BAB II
KEANGGOTAAN
Bagian Kesatu
Anggota
Pasal 7
(3) Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah pelaku
olahraga bulutangkis yang terdiri dari :
a. atlet;
b. pelatih;
c. referee/wasit;
d. pengurus PBSI.
Pasal 8
Bagian Kedua
Kewajiban dan Hak Anggota
Pasal 9
(2) Selain kewajiban sebagaimana tersebut pada ayat (1), khusus atlet
PBSI yang akan mengadakan hubungan kerja bersifat komersial
dengan pihak lain, wajib terlebih dahulu memperoleh rekomendasi dari
Pengurus PBSI sesuai dengan tingkatannya.
(4) Selain hak sebagaimana dimaksud pada ayat (3), warga dapat dan
dibenarkan duduk menjadi anggota organisasi bulutangkis internasional
dimana PBSI tercatat sebagai anggotanya.
BAB III
PENGURUS DAN KELENGKAPAN PBSI
Bagian Kesatu
Status dan Susunan Kepengurusan
Pasal 10
(2) PBSI merupakan bagian dari pembinaan olahraga yang tergabung dan
menjadi anggota Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) serta
Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
Pasal 11
Pasal 12
Bagian Ketiga
Pemilihan Pengurus dan Pemilihan Kelengkapan PBSI
Pasal 13
Bagian Keempat
Syarat Pengurus dan Larangan Rangkap Jabatan
Pasal 14
(4) Ketua Umum Pengurus Pusat PBSI tidak dibenarkan rangkap jabatan
dengan Ketua Umum dan jabatan lainnya di Pengurus
Provinsi/Pengurus Kabupaten/Kota PBSI.
(8) Selain jabatan Ketua Umum PBSI sebagaimana dimaksud pada ayat
(6) dan ayat (7), seseorang yang menduduki jabatan lainnya
tidak dibenarkan duduk sebagai Pengurus Provinsi/Kabupaten/Kota
PBSI yang lain;
Pasal 15
BAB IV
MUSYAWARAH/ RAPAT
DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 21
BAB V PERBENDAHARAAN
Pasal 22
Pasal 23
(1) PBSI hanya dapat dibubarkan oleh Musyawarah Nasional Luar Biasa
yang diadakan khusus untuk itu.
BAB VII
PENUTUP
Pasal 24
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
(2) Anggaran Dasar ini disahkan dan berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di :
Pada tanggal :
MUSYAWARAH NASIONAL
PERSATUAN BULUTANGKIS SELURUH INDONESIA
PIMPINAN
Ketua .............................................................................................................
Sekretaris .......................................................................................................
Anggota .........................................................................................................
Anggota .........................................................................................................
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PERSATUAN BULUTANGKIS SELURUH INDONESIA ( PBSI )
BAB I
KEANGGOTAAN
Bagian Kesatu
Persyaratan dan Prosedur Menjadi Anggota
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
(1) Untuk menjadi warga dalam suatu perkumpulan, setiap calon warga
harus mengajukan surat permohonan kepada Pengurus Perkumpulan
atau mengisi formulir pendaftaran yang disediakan oleh
Perkumpulan dengan melampirkan :
a. biodata;
b. surat pernyataan tidak sedang menjadi warga dari Perkumpulan
lain;
c. surat izin dari orangtua/ wali bagi yang belum berusia 18 tahun;
d. surat pernyataan kesanggupan mentaati dan atau memenuhi
kewajiban yang ditentukan dalam tata tertib Perkumpulan.
Bagian Kedua
Kehilangan Status Keanggotaan
Pasal 4
Pasal 5
(1) Seorang yang tidak lagi duduk dalam kepengurusan PBSI baik dalam
Pengurus Pusat, Pengurus Provinsi maupun Pengurus
Kabupaten/Kota, sedangkan yang bersangkutan tidak pula menjadi
pengurus perkumpulan, bukan sebagai atlet, bukan sebagai pelatih dan
bukan sebagai referee/ wasit, secara otomatis bukan lagi sebagai
anggota PBSI.
(2) Seorang yang tidak lagi duduk sebagai Dewan Kehormatan, Dewan
Penyantun, dan Dewan Penasihat/Pembina secara otomatis bukan lagi
sebagai anggota PBSI.
BAB II
SANKSI
Bagian Kesatu
Jenis dan Dasar Penjatuhan Sanksi
Pasal 6
(5) Dalam hal teguran atau peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) tidak diindahkan oleh Pengurus Pusat, Musyawarah Nasional Luar
Biasa dapat diselenggarakan untuk melakukan penggantian Pengurus
Pusat.
(1) Penjatuhan sanksi terhadap warga yang disebut dalam Pasal 7 ayat
(3) Anggaran Dasar, harus didasarkan atas hasil keputusan
rapat pengurus ditingkat Kabupaten/Kota/Provinsi/Pusat.
Pasal 9
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
(1) Anggota PBSI yang dikenakan sanksi dapat melakukan pembelaan diri
dengan cara :
a. mengajukan surat pembelaan diri kepada pemberi sanksi paling
lambat 30 (tiga puluh) hari setelah menerima surat penetapan
pemberian sanksi;
b. hadir dalam Rapat Pengurus pemberi sanksi yang diadakan khusus
untuk itu sebagai tindak lanjut dari surat pembelaan diri.
Pasal 14
(1) Apabila dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah
diterimanya surat pembelaan diri, ternyata pemberi sanksi tidak
melaksanakan Rapat Pengurus untuk menindak lanjuti surat
pembelaan diri itu, maka sanksi yang telah dijatuhkan dinyatakan
gugur.
(2) Anggota yang pembelaan dirinya ditolak oleh Rapat Pengurus pemberi
sanksi atau Rapat Pengurus tersebut tidak dapat memutuskan, dapat
mengajukan banding dengan cara :
a. mengajukan Surat Permohonan Banding kepada pengurus yang
setingkat di atas pemberi sanksi dalam tenggang waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari setelah pembelaan diri ditolak atau
Rapat Pengurus pemberi sanksi secara tegas menyatakan tidak
dapat memberikan keputusan;
b. hadir dalam Rapat Pengurus penerima banding yang
diadakan khusus untuk itu sebagai tindak lanjut dari surat
permohonan banding.
Pasal 15
(3) Dalam hal putusan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ternyata terdapat penyimpangan dari Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga PBSI, pihak yang berkepentingan dapat mengajukan
peninjauan kembali kepada Pengurus Pusat.
(4) Putusan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan putusan akhir.
BAB III
SUSUNAN DAN KELENGKAPAN PBSI
Bagian Kesatu
Pengurus Pusat
Pasal 16
(1) PBSI dipimpin oleh Pengurus Pusat pada tingkat pusat dengan struktur
kepengurusan terdiri dari :
a. 1 (satu) orang Ketua Umum;
b. 1 (satu) orang Ketua Harian jika diperlukan;
c. sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang Wakil Ketua Umum yang
membawahi bidang-bidang;
d. 1 (satu) orang Sekretaris Jenderal dan 1 (satu) orang Wakil
Sekretaris Jenderal;
e. 1 (satu) orang Bendahara dan 1 ( satu ) orang Wakil Bendahara;
f. Ketua-Ketua Bidang dan Sub Bidang.
(3) Ketua Umum, Ketua Harian, Wakil Ketua Umum, Sekretaris Jenderal,
Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara, Wakil Bendahara merupakan
Pengurus Harian.
Pasal 17
(1) Susunan pengurus pada Pengurus Pusat selain disebut dalam Pasal
16 ayat (1) dapat menyesuaikan komposisi kepengurusan menurut
kebutuhan.
(2) Pengurus Pusat dapat mengangkat tim ahli yang anggotanya terdiri dari
mantan pemain berprestasi, ilmuwan dan orang- orang yang dianggap
ahli dan diperlukan.
Bagian Kedua
Pengurus Provinsi dan Pengurus Kabupaten/Kota
Pasal 18
(2) Susunan pengurus pada Pengurus Provinsi selain disebut pada ayat
(1) dapat menyesuaikan komposisi kepengurusan menurut kebutuhan.
(3) Ketua Umum, Ketua Harian, Wakil Ketua Umum, Sekretaris Umum,
Wakil Sekretaris Umum, Bendahara, Wakil Bendahara merupakan
Pengurus Harian.
(4) Pengurus Provinsi dapat mengangkat tim ahli yang anggotanya terdiri
dari mantan pemain berprestasi, ilmuwan dan orang- orang yang
dianggap ahli dan diperlukan.
Pasal 19
(3) Ketua Umum, Ketua Harian, Wakil Ketua Umum, Sekretaris, Wakil
Sekretaris, Bendahara, Wakil Bendahara merupakan Pengurus Harian.
Bagian Ketiga
Dewan Pengawas
Pasal 20
(5) Dalam hal anggota Dewan Pengawas berhalangan tetap, tidak aktif
dalam waktu 1 (satu) tahun berturut turut dan atau indisipliner, maka
Dewan Pengawas berwenang mengganti anggota yang dimaksud.
Bagian Keempat
Dewan Kehormatan
Pasal 21
(3) Susunan Dewan Kehormatan terdiri dari Ketua dan Anggota Dewan
Kehormatan.
Bagian Kelima
Dewan Penyantun
Pasal 22
(3) Susunan Dewan Penyantun terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota
Dewan Penyantun.
Bagian Keenam
Dewan Penasihat
Pasal 23
(3) Susunan Dewan Penasihat terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota
Dewan Penasihat.
BAB IV
Bagian Kesatu
Pengukuhan Pengurus
Pasal 24
(5) Jika dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya surat
permohonan, Komite Olahraga Nasional Indonesia Provinsi/
Kabupaten/Kota tidak memberikan rekomendasi maka pengukuhan
dapat ditetapkan oleh Pengurus Pusat/Provinsi.
Pasal 25
Pasal 26
(4) Sementara ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
belum dilaksanakan, maka pengurus demisioner tetap menjalankan
tugas harian dengan agenda utama menyelenggarakan pemilihan
pengurus sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
(6) Apabila setelah 30 (tiga puluh) hari sejak terhitung tanggal diterimanya
surat penangguhan atau penolakan pengukuhan, Pengurus Demisioner
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak menyelenggarakan
pemilihan pengurus sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga maka kepengurusan jenjang yang lebih tinggi mengambil alih
dan menunjuk caretaker untuk melaksanakannya.
Pasal 27
(1) Pengurus Provinsi yang telah habis masa baktinya, tidak dapat
mengikuti kegiatan resmi PBSI seperti Musyawarah Nasional,
Musyawarah Kerja Nasional, dan Kejuaraan Nasional.
Bagian Kedua
Pelantikan Pengurus
Pasal 28
(1) Pengurus Provinsi dalam waktu paling lambat 2 (dua) bulan sejak
diterimanya Surat Keputusan Pengukuhan dari Pengurus Pusat segera
melaksanakan pelantikan oleh Pengurus Pusat.
Pasal 29
Bagian Ketiga
Masa Bakti Pengurus
Pasal 30
(1) Masa bakti Pengurus Pusat, selama 4 (empat) tahun terhitung sejak
ditetapkannya Surat Keputusan.
Bagian Keempat
Pengunduran Diri dan Pengisian Jabatan Antar Waktu
Pasal 31
(1) Setiap personalia pengurus berhak dan dapat mengundurkan diri dari
kepengurusan atas alasan apapun dengan surat resmi kepada
pengurus yang bersangkutan.
(2) Dalam hal yang mengundurkan diri adalah Ketua Umum, maka
pengunduran diri Ketua Umum itu dapat pula diikuti oleh personalia
yang lain.
(7) Dalam hal jabatan yang kosong itu adalah jabatan Ketua Umum baik
karena mengundurkan diri ataupun karena diberhentikan, maka
pengisian untuk jabatan itu harus dilakukan dengan Musyawarah Luar
Biasa.
Pasal 32
BAB V
RAPAT DAN MUSYAWARAH
Bagian Kesatu
Macam-macam Rapat
Pasal 33
(2) Rapat Pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf c,
huruf e, dapat berlangsung dan dianggap sah bilamana dihadiri oleh
50% + 1 dari jumlah pengurus yang ada.
(3) Dalam hal korum rapat tidak tercapai sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), rapat ditunda paling lama 30 (tiga puluh) menit, dan bilamana
setelah 30 (tiga puluh) menit korum hanya mencapai minimum 30%,
maka rapat dapat dilanjutkan dan segala keputusannya dinyatakan sah.
Bagian Kedua
Musyawarah Nasional
Pasal 34
(4) Dalam hal jumlah utusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
terpenuhi, maka Musyawarah Nasional diundur untuk paling lama 1
(satu) jam.
Pasal 35
Pasal 36
(2) Formatur sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b, dipilih dari dan
oleh peserta Musyawarah Nasional dengan jumlah personal paling
banyak 5 (lima) orang dengan ketentuan bahwa Ketua Umum terpilih
ditetapkan sebagai Ketua Formatur.
Pasal 37
Pasal 38
(3) Tata cara pelaksanaan Musyawarah Nasional Luar Biasa diatur dalam
Tata Tertib dengan memperhatikan ketentuan dalam Pasal 32 ayat (1)
dan ayat (2).
Bagian Keempat
Musyawarah Kerja Nasional
Pasal 39
Bagian Kelima
Musyawarah Provinsi
Pasal 40
(4) Dalam hal jumlah utusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
terpenuhi, maka Musyawarah Provinsi diundur untuk paling lama 1
(satu) jam.
Pasal 42
(2) Formatur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dipilih dari dan
oleh peserta Musyawarah Provinsi dengan jumlah personal paling
banyak 5 (lima) orang dengan ketentuan bahwa Ketua Umum terpilih
ditetapkan sebagai Ketua Formatur.
Pasal 43
Bagian Keenam
Musyawarah Provinsi Luar Biasa
Pasal 44
(3) Tata cara pelaksanaan Musyawarah Provinsi Luar Biasa diatur dalam
Tata Tertib dengan memperhatikan ketentuan dalam Pasal 32 ayat (1)
dan ayat (2).
Bagian Ketujuh
Musyawarah Kerja Provinsi
Pasal 45
Bagian Kedelapan
Musyawarah Kabupaten/Kota
Pasal 46
(4) Dalam hal jumlah utusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
terpenuhi, maka Musyawarah Kabupaten/Kota diundur untuk paling
lama 1 (satu) jam.
(5) Bilamana setelah diundur sebagaimana dimaksud pada ayat (4) jumlah
utusan tetap tidak mencapai 50% + 1, maka Musyawarah
Kabupaten/Kota dapat dilanjutkan dan segala keputusannya dinyatakan
sah.
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 49
Bagian Kesembilan
Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa
Pasal 50
Pasal 51
BAB VI
PERBENDAHARAAN DAN KEUANGAN PBSI
Bagian Kesatu
Perbendaharaan
Pasal 52
(4) Usaha menghimpun dana melalui sponsor dan dana kontrak atau
dalam bentuk usaha lain dengan pihak ketiga untuk mendukung
kegiatan perbulutangkisan, baik bersifat kolektif maupun perorangan
harus dikoordinasikan oleh Ketua Umum PBSI sesuai tingkat
kepengurusan.
(5) Tidak dipatuhinya ketentuan pada ayat (3) dan ayat (4) merupakan
pelanggaran terhadap disiplin organisasi dan segala tindakan
yang dilakukan dinyatakan tidak sah, sedangkan kepada yang
melakukan pelanggaran dapat dijatuhkan sanksi.
Bagian Kedua
Keuangan
Pasal 53
(1) Keuangan PBSI didapat dari uang pangkal, uang iuran, sumbangan,
hasil mengadakan pertandingan dan usaha-usaha lain yang sah.
Bagian Ketiga
Yayasan Bulutangkis Indonesia
Pasal 54
(4) Ketua Yayasan Bulutangkis dijabat oleh orang yang ditunjuk oleh Ketua
Umum Pengurus PBSI sesuai tingkatannya melalui rapat pengurus
harian.
Pasal 55
(4) Hal-hal lain mengenai Yayasan Bulutangkis diatur lebih lanjut di dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan Bulutangkis.
Bagian Kesatu
Kejuaraan Nasional, Kejuaraan Provinsi dan Kejuaraan
Kabupaten/Kota
Pasal 56
Pasal 57
Pasal 58
Pasal 59
Bagian Kedua
Kejuaraan Internasional
Pasal 60
(4) Apabila Atlet yang sudah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) tidak melaksanakan tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka akan dikenakan sanksi.
Pasal 61
Bagian Ketiga
Mengundang/Mengirim dari/ke Luar Negeri
Pasal 62
Pasal 63
Pasal 64
(2) Selain Pemusatan Latihan sebagaimana disebut pada ayat (1), untuk
tingkat provinsi dapat diadakan Pusat Pendidikan dan Latihan
(Pusdiklat).
Pasal 65
Pasal 66
Bagian Kesatu
Jenis dan prosedur Mutasi
Pasal 67
(6) Atlet yang sudah mutasi ke perkumpulan lain diluar negeri, tidak dapat
mengikuti kejuaraan resmi PBSI atas nama perkumpulan manapun di
Indonesia.
Pasal 68
(1) Setiap atlet dari suatu perkumpulan yang akan mutasi ke perkumpulan
lain, harus terlebih dahulu menyelesaikan segala kewajibannya kepada
perkumpulan asal, termasuk biaya pembinaan.
(6) Perkumpulan yang menerima mutasi atlet dari perkumpulan lain beda
kabupaten 1 (satu) provinsi, harus memberikan laporan tertulis
dengan mencantumkan perkumpulan asal atlet yang bersangkutan
kepada Pengurus Kabupaten/Kota setempat dan Pengurus Provinsi.
(7) Perkumpulan yang menerima mutasi atlet dari perkumpulan lain beda
provinsi, harus memberikan laporan tertulis dengan mencantumkan
perkumpulan asal atlet yang bersangkutan kepada Pengurus
Kabupaten/Kota /Provinsi setempat dan Pengurus Pusat.
(8) Atlet yang sudah terdaftar pada satu perkumpulan tidak dibenarkan
bermain atas nama perkumpulan lain dalam setiap kejuaraan PBSI.
Pasal 69
Pasal 70
(5) Dalam satu kabupaten/kota tidak dibenarkan ada dua atau lebih nama
perkumpulan yang sama.
Bagian Ketiga
Imbalan dan Penyelesaian Perselisihan
Pasal 71
(2) Imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilunasi pada
saat atlet yang bersangkutan melakukan mutasi dengan disertai bukti
pembayaran yang pembagian dan besarannya tercantum dalam
Lampiran VI Anggaran Rumah Tangga ini.
(3) Uang transfer bagi atlet yang mutasi ke negara lain diatur dengan
pembagian dan besarannya tercantum dalam lampiran VII Anggaran
Rumah Tangga ini.
Pasal 72
BAB X
LAMBANG, BENDERA DAN MARS PBSI
Bagian Kesatu
Lambang
Pasal 73
(1) Lambang PBSI terdiri dari 5 (lima) warna yang melambangkan azas
Pancasila sebagaimana digambarkan dalam lampiran II yang
merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari Anggaran Rumah
Tangga ini, mempunyai arti :
- Kuning : Kejayaan, Tuhan Yang Maha Esa;
- Hijau : Kesejahteraan dan Kemakmuran;
- Putih : Suci dan Kejujuran;
- Hitam : Kekal dan Abadi;
- Merah : Keberanian.
Bagian Kedua
Bendera
Pasal 74
Bagian Ketiga
Mars PBSI
Pasal 75
(1) Mars PBSI adalah lagu yang diciptakan oleh J.A. Bachtiar Wiwi, syair
ditulis oleh Hadi Sepoetro, partiturnya dirinci pada lampiran IV
yang merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari Anggaran
Rumah Tangga ini.
Pasal 76
Pasal 77
(1) Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan dan hanya bisa diubah oleh
Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.
(2) Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga,
diatur lebih lanjut dalam Pedoman Organisasi yang ditetapkan oleh
Pengurus Pusat untuk berlaku secara nasional, oleh Pengurus Provinsi
untuk wilayah provinsi dan oleh Pengurus Kabupaten/Kota untuk
wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan sepanjang tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Ditetapkan di :
Pada tanggal :
MUSYAWARAH NASIONAL
PERSATUAN BULUTANGKIS SELURUH INDONESIA
PIMPINAN
Ketua ...............................................................................................................
Sekretaris ........................................................................................................
Anggota ...........................................................................................................
Anggota ...........................................................................................................