Anda di halaman 1dari 71

PENGELOLAAN RISIKO (MANAJEMEN RISIKO) DI TEMPAT KERJA

a. Tujuan Instruksional Umum

Para pengguna modul mengetahui berbagai teknik serta mampu melakukan


beberapa teknik diantaranya identifikasi, analisis risiko, menentukan pengendalian
yang sesuai dan mendokumentasikan hasil manajemen risiko.

b. Tujuan Instruksional Khusus

Diakhir penggunaan modul ini, pembaca diharapkan mampu:

 Melakukan idenfikasi berbagai macam bahaya dan risiko yang ada di tempat
kerja.

 Melakukan penilaian tingkat risiko terhadap berbagai aktivitas pekerjaan.

 Memberikan masukan mengenai alternatif pengendalian dan pencegahan yang


sesuai.

 Mendokumentasikan hasil-hasil manajemen risiko.

c. Ruang Lingkup

Penerapan manajemen risiko di tiap-tiap industri bervariasi, tergantung pada


jenis proses produksi serta yang terjadi di tempat kerja. Lingkup pembahasan modul
ini adalah manajemen risiko yang ditekankan khususnya pada industri-industri
manufaktur yang didalamnya tidak melibatkan proses-proses instalasi kimia
berbahaya. Hal ini mengingat manajemen risiko pada industri tersebut mempunyai
kompleksitas yang khusus. Untuk itu beberapa teknik tyang menyangkut pada proses-
proses tersebut akan dibahas secara tidak mendalam.

Untuk lebih memfokuskan pembahasannya maka modul ini disusun dengan


pokok bahasan sebagai berikut:

Modul Manajemen Risiko | 1


 Pemilihan dan penggunaan berbagai teknik identifikasi bahyaa dan risiko.

 Penilaian tingkat risiko, khususnya pada industri manufaktur, termasuk


didalamnya analisa probabilitas dan perkiraan dampak dari suatu kejadian
atau kecelakaan.

 Evaluasi pelaksanaan manajemen risiko.

Modul Manajemen Risiko | 2


BAB I

PENDAHULUAN

Adanya berbagai risiko serta faktor bahaya di tempat kerja adalah keadaan
yang tidak mengkin dihindari. Artinya tidak ada kondisi tempat kerja yang tidak
mempunyai risiko (zero risks). Tinbulnya kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja
dapat merugikan perusahaan baik kerugian material secara langsung , maupun
menurunnya moral daripada pekerjaan secra tidak langsung. Yang selanjutnya kondisi
seperti ini dapat menurunkan produktivitas suatu pekerjaan. Untuk mengendalikan
dan mencegah timbulnya berbagai hal yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja maka diperlukan penerapan praktek-praktek manajemen dengan
penekanan berbagai risiko yang dihadapi dalam tempat kerja.

Manajemen risiko adalah suatu upaya antisipasi untuk mencegah dan


mengendalikan timbulnya berbagai gangguan yang dapat merugikan pengusaha dan
pekerja. Yang termasuk gangguan dapat berupa kecelakaan kerja, keracunan, penyakit
akibat kerja, dan hal-hal lain yang bersifat merugikan perusahaan. Risiko-risiko yang
akan dikendalikan tersebut didapatkan dari hal-hal yang berkaitan dengan proses
kerja, peralatan, bahan baku dan hasil sampingan dari suatu proses produksi. Hal ini
mulai dari masukan bahan baku hingga menghasilkan barang jadi. Dengan demikian
segala jenis risiko tersebut dapat dijadikan acuan untuk membuat dan menentukan
jenis pengendalian.

Modul ini dipersiapkan sebagai bahan ajar serta informasi praktis dalam
rangka pelaksanaan manajemen Risiko K3 di tempat kerja. Isi dan pembahasannya
bersifat umum (generik), tidak difokuskan pada situasi-situasi khusus untuk jenis
tempat kerja tertentu. Informasi yang diuraikan merupakan dasar-dasar praktis agara
manajemen K3 di perusahaan dapat berjalan dengan efektif dan terpadu dengan
sistem manajemen lainnya. Sehubungan dengan luasnya cakupan materi manajemen

Modul Manajemen Risiko | 3


Risiko, maka pembahasan teknik-teknik identifikasi yang ditekankan dalam modul ini
dibatasi pada beberapa teknik saja.

Sistematika modul ini terdiri dari lima bab, yang penjelasannnya sebagai
berikut:

Bab I – Pendahuluan.

Bab II – Materi Manajemen Risiko, yang membahas mengenai pengertian dan


manfaat manajemen risiko.

Bab III – Pelaksanaan Manajemen Risiko, yang akan membahas langkah-langkah


umum pelaksanaan manajemen Risiko. Beberapa teknik yang akan dibahas meliputi
teknik dengan menggunakan Checklist, Job Hazard Analysis (JHA), Failure Mode
Effect Analysis (FMEA), dan Hazard Operability Study (HAZOP), dan lain-lain.

Bab IV –Analisis Risiko, yang pokok bahasan utamanya ditekankan pada proses
pelaksanaan pengukuran risiko (risk assessment) serta pendokumentasiannya.

Bab V – Evaluasi Pelaksanaan Manajemen Risiko, yang diantaranya akan membahas


mengenai pelaksanaan evaluasi keselamatan kerja.

Bab VI – Penutup, merupakan bagian terakhir sebagai rangkuman dan kesimpulan


dari seluruh bagian dalam modul ini.

Dengan modul ini diharapkan dapat memberikan masukkan pada pembaca,


khususnya pada para praktisi di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, yang
selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan penerapan keilmuan
keselamatan kerja.

Modul Manajemen Risiko | 4


BAB II

MANAJEMEN RISIKO

A. Pengertian Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu kegiatan yang di dalamnya mengandung


unsure identifikasi sistematis, analisis, perbaikan, monitoring dan komunikasi
terhadap suatu risiko. Manajemen risiko merupakan kegiatan mengelola potensi yang
timbul sebagai upaya untuk mengetahui tingkat risiko yang akan terjadi sehingga
peluang terjadinya atau akibat yang ditimbulkan tidak besar dan dapat mengurangi
dampak yang ditimbulkan. Dalam kontek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
manajemen Risiko didefinisikan sebagai langkah antisipasi dari timbulnya suatu
kejadian yang berdampak negative (menimbulkan kerusakan/ kerugian/ melukai)
pada manusia, harta benda, peralatan (property) maupun lingkungan. Prinsip-prinsip
dari manajemen risiko ini didasarkan pada prinsip-prinsip pemecahan masalah dan
pembuatan keputusan (problem solving & decision making). Perbedaannya adalah
manajemen risiko lebih memproyeksikan masalah kedepan melalui proses yang
bersifat ‘proactive’ dan ‘predicteve’, sedangkan ‘problem solving & decision making’
hanya digunakan untuk mengambil suatu tindakan yang sudah terlihat akhirnya.

Sumber Risiko &Dapat/Tidaknya Dikendalikan

Risiko Kemungkinan Akibat


Sumber
Intern Dapat Anda Kendalikan Dapat Anda Kendalikan

Ekstern Ada yang Dapat & Ada Dapat Anda Kendalikan


yang Tidak Dapat Anda
Kendalikan

Modul Manajemen Risiko | 5


Definisi Manajemen Risiko (Risk Management)

Manajemen risiko adalah proses, struktur dan kultur yang diarahkan ke identifikasi,
asesmen dan pemberian tanggapan/perlakuan terhadap risiko (kemungkinan
terjadinya peristiwa yang membawa akibat potensial yang tidak diinginkan)

Penerapan Manajemen Risiko

Dapat diterapkan di berbagai:

1. Level (level strategis, level operasional, level proyek/program)

2. Wilayah Geografis

3. Aspek (semua tujuan atau sebagian tujuan)

4. Ruang lingkup(keseluruhan organisasi atau unit-unit organisasi tertentu)

Secara umum tujuan dari manajemen risiko (risk management) adalah untuk
menghilangkan atau mengurangi risiko kecelakaan dan sakit yang berhubungan
dengan kerja. Manajemen risiko memerlukan suatu tahapan proses yang meliputi:

1. Pengenalan dan identifikasi berbagai bahaya yang ada dan risiko yang
mungkin terjadi (hazard and risk identification).

2. Menilai tingkat risiko dengan melakukan:

a) Analisis tingkat kefatalan, kerusakan atau kesakitan akibat pengaruh


risiko.

b) Analisis tingkat kemungkinan terjadinya suatu risiko yaitu dengan


pertimbangan tingkat keseringan (frekuensi suatu kejadian) dan
tingkat keparahan bila suatu risiko terjadi.

Modul Manajemen Risiko | 6


3. Menentukan tingkat risiko berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan
membandingkan tingkat risiko yang diperoleh dengan kriteria risiko yang
telah dibuat atau disepakati oleh manajemen.

4. Memutuskan hasil analisis risiko dapat diterima atau tidak, sehingga perlu
dilakukan tindakan pengendalian yang dapat mengurangi pengaruh dari
bahaya dan risiko tersebut.

Berikut adalah ringkasan sejarah Manajeman Risiko:

Kapan? Apa? Siapa?


Mulai dari awal Terbit karya-karya perorangan Berbagai pakar
1900-an sd.
Sebelum 1985
1985 Lahir COSO (The comitte of  AAA (American
sponsoring organizations) of the Accounting
national commission of fraudulent Association)
financial reporting.  AICPA (American
Sering juga disebut sebagai treadway Institute of Certified
commission Public Accountants)
 FEI (Financial
Executive Institute)
 IIA (Institute of
Internal Auditors)
 IMA (Institute of
Management
Accountants)
1988 Terbit basle capital accord Bank for International
Settlements (BIS)
Dokumen ini berisi dua seksi utama
yakni definisi modal dan bobot risiko.
Dokumen ini mengalami beberapa kali
revisi
1990 Awal “international decade for natural Sekretariat perserikatan
disaster reduction (IDNDR)” bangsa-bangsa
1991 Terbit panduan Canadian Standards
“can/csa-q634-91-risk analysis Association (CSA)
requirements and guidelines”
1992 Terbit dokumen, The Committee of
“internal control-integrated Sponsoring

Modul Manajemen Risiko | 7


framework” Organizations of
Dalam rerangka (framework) Treadway Commsission
pengendalian intern tercakup antara (COSO)
lain asesmen risiko sebagai salah satu
komponen pengendalian intern.
1995 Terbit standar, Standard association of
“AS/NZS 4360:1995 risk australia (SAA)
management”.
Standar ini direvisi pada tahun 1999.
Terbit: “the guidance on control”, Criteria of Control Board
rerangka pengendalian intern yang (CoCo), Canadian
selanjutnya sering disebut “CoCo Institute of Chartered
principles”. Accountants (CICA)
Dalam rerangka (framework)
pengendalian intern ini tercakup antara
lain asesmen risiko sebagai salah satu
komponen pengendalian intern.
1997 Terbit laporan: The presidential/
“Framework for Environtmental Health Congressional
Risk Management. Final Report. Commission on Risk
Volume 1” & “Risk assessment and Assessment and Risk
Risk Management in Regulatory Management (Amerika
Decision-Making. Final Report. Serikat)
Volume 2”
Terbit panduan, Canadian Standards
“CAN/CSA-Q850-97-Risk Association (CSA)
Managemnt: guideline for decision-
makers”
1998 OECD menyusun “OECD principles of OECD (Organization for
corporate governance”. Economic Co-Operation
Dokumen ini mensyaratkan: and Development)
- pengungkapan dan keterbukaan harus
mencakup antara lain: faktor risiko
material sejauh yang dapat
diperkirakan.
- di dalam tanggung jawab direksi
antara lain diharuskan bahwa direksi
memenuhi fungsi pokok yang salah
satunya adalah mengkaji ulang dan
mengarahkan kebijakan risiko.
2000 Terbit standar, BSI (British Standards
“BS 6079-3:2000 project management. Institutions)

Modul Manajemen Risiko | 8


Guide to the management of bisiness
related project risk”
2001 Terbit laporan, Tresury Board of Canada
“integrated Risk Management
Framework”
Terbit standar, Japanese Standards
“JIS Q 2001:2001 guidelines for Association
development and implementation of
risk management system”
2002 Terbit panduan, ISO/IEC Joint
“ISO/IEC Guide 73-Ed. 1.0 Risk Committee for
Management. Vocabulary. Guidelines Information Technology
for Use in Standards”
Terbit standar,  IRM (The Institute of
“Risk Management Standard” Risk Management)
 AIRMIC (The
Association of
Insurance and Risk
Managers)
 ALARM (The
National Forum for
Risk Management in
the Public Sector)
2002 Terbit panduan, BSI (British Standards
“BS IEC 62198:2002 Project Risk Institutions)
Management. Application Guidelines”
Terbit laporan, Strategy Unit, Cabinet
“risk: improving governmrnt’s Office (Inggris)
capability to handle risk and
uncertainty”

Modul Manajemen Risiko | 9


Terbit keputusan, Mentri BUMN RI
“Keputusan Mentri BUMN RI nomor
KEP-BUMN RI 117/M-MBU/2002
tentang penerapan praktek good
corporate governance pada BUMN”
Dokumen ini,
- dalam pasal 22 (2) mengharuskan
adanay sistem pengendalian intern
yang antara lain mencakup pengkajian
dan pengelolaan risiko
- dalam pasal 28 (2) mengharuskan
BUMN mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan hal yang penting
untuk stake holder antara lain faktor
risiko material yang dapat diantisipasi
termasuk penilaian manajemen atas
iklim berusaha dan faktor risiko

Modul Manajemen Risiko | 10


Terbit UU sarbanes-oxley act of 2002 Kongres AS
untuk melindungi investor dengan
meningkatkan keakuratan dan
keterandalan pengungkapan
perusahaan.
SOX (Sarbanes-Oxley Act) al. Memuat
klausula 404 yang mengahruskan
laporan tahunan perusahaan berisi
laporan pengendalian intern yang
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. menyatakan tanggung jawab
manajemen dalam menetapkan dan
memelihara struktur dan prosedur
pengendalian intern yang memadai
untuk pelaporan keuangan
b. memuat asssmen, per akir tahun
fiskal terbaru, keefektivan struktur dan
prosedur pengendalian intern untuk
pelaporan keuangan
karena asesmen risiko merupakan
bagian dari pengendalian intern, maka
UU ini memaksa manajemen
perusahaan publik yang terdaftar di
bursa SEC (Securities and Exchange
Commission) untuk perduli terhadap
asesmen risiko
2003 Terbit peraturan, Bank Indonesia (BI)
“Peraturan Bank Indonesia Nomor
5/8/PBI/2003 tentang Penerapan
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum”
Tersusun draft, The committee of
“Enterprise Risk Management sponsoring organizations
Framework” of treadway
commsission (COSO)

B. Manfaat Manajemen Risiko

Tujuan umum dari implementasi manajemen risiko adalah untuk


menginventarisasi, serta menilai berbagai jenis bahaya dan risiko yang ada di
lingkungan kerja. Hasil manajemen risiko tersebut selanjutnya digunakan untuk

Modul Manajemen Risiko | 11


meminimalkan tingkat bahaya yang ada. Lebih jauh keuntungan-keuntungan yang
diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Dapat memberikan informasi tentang berbagai jenis bahaya dan risiko yang
ada di tempat kerja, beserta tingkat potensialitasnya untuk menimbulkan
kecelakaan.

2. Dapat digunakan untuk menentukan strategi dan jenis pengendalian yang


berhubungan dengan pengaturan anggaran K3.

3. Dapat digunakan untuk perencanaan penyusunan program keadaan darurat.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai manajemen risiko, perlu kiranya


kita mengetahui elemen-elemen dasar yang akan dibahas dalam manajemen risiko,
yaitu pengertian bahaya (hazard) dan risiko (risk).

a) Bahaya (hazard)

Kita sering mendengar istilah bahaya. Apakah yang dimaksud dengan


bahaya? Bahaya adalah suatu aktivitas atau sifat-sifat alamiah dari sesuatu
yang berpotensi menimbulkan kerusakan. Tingkat kerusakan sendiri
bervariasi, bisa merupakan kecelakaan ringan hingga tingkat yang paling
parah (merusakkan properti dan kerusakan yang menimbulkan kematian atau
luka yang permanen).

Ada beberapa definisi dari bahaya (hazard) diantara sebagai berikut:

1. Bahaya adalah sifat dari suatu bahan, cara kerja suatu alat, cara melakukan
suatu pekerjaan atau lingkungan kerja yang dapat menimbulkan kerusakan
harta benda, penyakit akibat kerja, atau bahkan hilangnya nyawa manusia.

2. Suatu bahaya adalah suatu benda, bahan atau kondisi yang bisa
mengakibatkan cedera, kerusakan dan/atau kerugian.

Modul Manajemen Risiko | 12


3. Suatu bahaya adalah kemungkinan suatu bahan yang dalam keadaan tertentu
bisa menyebakan kerugian pada makhluk hidup.

4. Bahaya adalah sumber yang berpotensi menimbulkan cedera dan kerugian


(manusia, proses, property, dan lingkungan). Bahaya juga dapat diartikan
sebagai sebuah kondisi, kejadian, atau ketidaksesuaian yang dapat
menyebabkan atau mendukung terjadinya kejadian yang tidak direncanakan
dan tidak diinginkan.

Untuk memperjelas lagi, bahaya (hazard) dapat berupa bahan-bahan


(material), aktifitas yang kita lakukan atau proses kerja. Dalam manajemen
K3, bahaya (hazard) ini harus diidentifikasi, serta diusahakan untuk ditekan
sekecil mungkin keberadaannya.

Kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi karena adanya sumber-


sumber bahaya di lingkungan kerja. Sumber bahaya ini bisa berasal dari
bangunan, peralatan dan instansi, bahan, proses produksi, cara kerja, dan
lingkungan kerja, yang terdiri dari faktor lingkungan fisik, faktor lingkungan
kimia, faktor lingkungan biologi, faktor lingkungan faal kerja/ergonomik, dan
faktor psikologi. Penyebab dasar dari kecelakaan kerja dapat dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu:

 Faktor perorangan, antara lain: kurang pengetahuan, kurang keterampilan,


motivasi kurang baik, masalah fisik, dan mental.

 Faktor pekerjaan, antara lain: standar kerja yang kurang baik, standar
perencanaan yang kurang tepat, standar perawatan yang kurang tepat,
standar pembelian yang kurang tepat, aus dan retak akibat pemakaian
setalah lama dipakai, pemakaian abnormal.

Sumber bahaya di lingkungan kerja, diantaranya:

Modul Manajemen Risiko | 13


1) Bangunan, peralatan dan instalasi

Misal : kebakaran, sengatan listrik, ledakan, luka-luka.

2) Bahan

Misal: beracun, mudah terbakar, korosif, mudah meledak, dapat


menyebabkan kanker.

3) Proses produksi

Misal: debu, bising, panas.

4) Cara kerja

Misal: cara mengangkat dan mengangkut yang sembrono, memakai APD


yang salah.

5) Lingkungan kerja

 Bahaya fisik : bising, getaran, radiasi, pencahayaan, suhu

 Bahaya kimia : asam, basa, fume, uap, gas, debu, asap, kabut.

 Bahaya biologi : virus, bakteri, jamur, binatang, parasit.

 Bahaya ergonomik: sikap kerja, lay out, desain kerja.

 Bahaya psikologi : hubungan kerja, jam kerja, stress kerja.

b) Risiko (risk)

Risiko adalah kemungkinan (probabilitas) terjadinya suatu kerusakan/


kecelakaan dalam suatu kurun waktu tertentu. Risiko juga dapat didefinisikan
sebagai kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau

Modul Manajemen Risiko | 14


paparan dengan keparahan yang dapat disebabkan oleh kejadian atau paparan
tersebut.

Ada beberapa hal yang dapat kita catat, yaitu : tingkat kerusakan/
keparahan, tingkat keseringan (frekuensi), tingkat kemungkinan
(probabilitas), dan kurun waktu tertentu. Pertama, kata ‘risiko’ biasanya
berkaitan dengan tingkat kerusakan (konsekuen). Kedua, risiko berkaitan
dengan tingkat kemungkinan (probabilitas) suatu kejadian, misalnya seberapa
sering kecelakaan terjadi. Ketiga, kita biasanya membicarakan risiko dengan
mengaitkan dengan suatu kurun waktu (time-frame) tertentu. Misalnya, risiko
terjadinya kanker paru-paru pada perokok ringan selama sepuluh tahun.

Berikut merupakan asal kata risiko

Bahasa Istilah Keterangan

Latin Resecare Memotong*


Yunani Rhiza Batu karang*
Prancis Risque -
Italia Risco, Risico, Rischio -
Inggris Risk -
Belanda Risico -
Indonesia Risiko -

* dulu merupakan istilah navigasi (kemungkinan terbelahnya kapal oleh batu karang)

Modul Manajemen Risiko | 15


Beberap ilustrasi diatas menunjukkan bahwa risiko, peluang, tujuan,
strategi, sasaran dan terget, akan mempengaruhi keberlangsungan suatu
tindakan. Setiap kegiatan tidak dapat terlepas dari ketiga unsur tersebut. Dari
pengertian di atas juga dapat dikatakan bila risiko terjadinya sesuatu sangat
tinggi, itu artinya sesuatu tersebut sering terjadi, dalam kurun waktu yang
sangat singkat dan mempunyai konsekuensi yang serius bila terjadi. Begitu
juga dengan sebaliknya, bila risiko rendah, itu artinya sesuatu tersebut jarang
sekali terjadi, dengan konseukensi sedang apabila terjadi. Ada beberapa hal
yang perlu diketahui sehubungan dengan risiko, sehingga dapat memperjelas
artinya dan juga dapat menghindari salah pengertian tentang risiko,
diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Risiko tidak dapat dihilangkan

Modul Manajemen Risiko | 16


Artinya, risiko akan selalu ada sebagaimana hukum aksi-reaksi. Risiko
merupakan akibat dari suatu aksi. Misalnya, risiko yang berhubungan
dengan kematian, kehilangan, kerusakan, dll. Hanya dengan
menghilangkan suatu aktivitas, keberadaan suatu aktivitas atau faktor
bahaya lainnya, risiko dapat dihindari.

2) Risiko dapat dikendalikan dan dilakukan manajemen

Bila sudah jelas bahwa keberadaan suatu risiko tidak dapat dihindari,
maka perlu dilakukan manajemen. Dengan demikian efek yang dapat
ditimbulkan dapat dikurangi (minimalisasi) kemungkinannya. Sebagai
contoh, aktivitas mengemudi mobil. Sepanjang perjalanan mobil
tersebut banya terdapat berbagai bahaya dan risiko yang berhubungan
dengan aktivitas tersebut. Untuk mengendalikan dan mengurangi efek
yang dapat mencelakakan kita ada berbagai cara yang dapat dilakukan,
seperti memlui desain mobil yang digunakan atau desain jalan yang
baik, atau dapat pula melalui proses operasi mengemudi mobil
misalnya dengan lampu lalu lintas, peraturan, kemampuan
mengemudi, dll. Secara internal juga dapat dilakukan perancangan
sistem keamanan mobil, misalnya seperi airbags, rem cakram, sabuk
keselamatan, dll.

3) Penilaian suatu risiko dipengaruhi oleh persepsi

Hal ini mengindikasikan bahwa penentuan tingkat risiko dipengaruhi


oelh persepsi seseorang dalam menghadapi sesuatu. Ada seseorang
yang merespon secara berlebihan (over-react) dalam memandang
suatu risiko, tetapi ada pula yang menganggap biasa tentang risiko.
Sehubungan dengan itu maka keberadaan bahaya dan risiko perlu
diidentifikasi secara menyeluruh dan sistematis pada setian hal yang
dapat menimbulkan celaka di tempat kerja.

Modul Manajemen Risiko | 17


BAB III

PELAKSANAAN MANAJEMEN RISIKO

Setelah mengetahui arti manajemen risiko, selanjutnya akan dibahas


mengenai prose pelaksanaan manajemen risiko. Sebagaimana penerapannya dalam
bidang lainnya, proses manajemen risiko K3 meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Pengenalan dan identifikasi berbagai bahaya yang ada dan risiko yang
mungkin terjadi (hazard and risk identification)

2. Menilai tingkat risiko, dengan melakukan:

 Analisa tingkat kefatalan/ kerusakan/ kesakitan akibat efek apabila suatu


risiko terjadi.

 Analisa tingkat kemungkinan terjadinya suatu risiko yaitu dengan


mempertimbangkan tingkat keseringan (frekuensi suatu kejadian) dan tingkat
keparahan apabila suatu risiko terjadi.

 Menentukan tingkat risiko berdasarkan dari hasil analisa-analisa yang


dilakukan dengan membandingkan tingkat risiko-risiko yang diperoleh dari
hasil analisa dengan kriteria yang telah dibuat/ disepakati (risk judgement)
oleh manajemen.

3. Memutuskan apakah hasil analisa risiko tersebut dapat diterima (acceptable)


sehingga perlu tindakan pengendalian yang dapat mengurangi efek dari
bahaya dan risiko tersebut.

Modul Manajemen Risiko | 18


Setelah mengetahui lebih lanjut mengenai urutan pelaksanaan manajemen
risiko, kita perlu mengetahui mengenai kapan manajemen risiko dilaksanakan.
Manajemen risko sebaiknya dilakukan pada tahap-tahap berikut ini:

 Perencanaan suatu proses

 Proses orepasi sudah berjalan, dengan dilakukan secara teratur (terjadwal)

 Pada saat pemeliharaan (maintenance) yang memerlukan penghentian proses


operasi (major shut-down)

 Pada saat penambahan peralatan baru (pembelian peralatan)

 Bila terdapat keluhan dari pemakai

 Bila terjadi kecelakaan.

A. IDENTIFIKASI BAHAYA

Elemen pertama dari proses manajemen risiko K3 (HIRARC) dimulai dengan


melakukan identifikasi bahaya. Identifikasi bahaya adalah untuk menjawab
pertanyaan tentang potensi bahaya yang dapat terjadi atau menimpa organisasi dan
bagaimana terjadinya. Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam
mengembangkan manajemen risiko.

Identifikasi masalah bertujuan untuk mengidentifikasi risiko yang harus


dikelola organisasi melalui proses yang sistematis dan terstruktur. Sasaran identifikasi
risiko adalah mengembangkan daftar sumber risiko dan kejadian yang komprehensif
serta memiliki dampak terhadap pencapaian sasaran dan target yang teridentifikasi
dari konteks. Oleh karena itu dalam proses identifikasi risiko, informasi yang
dikumpulkan antara lain mencakup:

Modul Manajemen Risiko | 19


1. Sumber risiko : stakeholders, benda, atau kondisi lingkungan yang dapat
memicu timbulnya risiko.

2. Kejadian : peristiwa yang dapat terjadi dan berdampak terhadap pencapaian


sasaran dan target.

3. Konsekuensi : dampak terhadap asset organisasi atau stakeholders.

4. Pemicu : faktor yang dapat menjadi pemicu timbulnya suatu peristiwa


berisiko.

5. Pengendalian : langkah antisipasi dan pencegahan awal yang dapat


dilaksanakan.

6. Perkiraan kapan risiko terjadi dan dimana risiko itu dapat terjadi.

Elemen kunci di atas dapat bertambah atau malah berkurang, tergantung kebutuhan
saat menetapkan konteks manajemen risiko.

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahaya akibat pekerjaan tidak saja terjadi
pada saat kejadian, tetapi juga bisa terjadi dalam kurun waktu yang lama. Misalnya
seseorang yang bekerja dalam kondisi kerja yang bising, baru merasakan akibat
berupa gangguan pendengaran setelah 10-20 tahun kemudian.

Organisasi harus membuat dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi


bahaya secara rutin, penilaian atas risiko dan penerapan kendali pengukuran sesuai
keperluan. Prosedur untuk identifikasi bahaya dan menilai risiko harus
memperhatikan:

1. Aktivitas rutin dan tidak rutin

2. Aktivitas seluruh personel yang mempunyai akses ketempat kerja (termasuk


kontraktor dan tamu)

Modul Manajemen Risiko | 20


3. Perilaku manusia, kemampuan dan faktor manusia lainnya

4. Bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang berdampak pada kesehatan
dan keselamatan personil di dalam kendali organisasi di lingkungan tempat
kerja

5. Bahaya yang terjasi di sekitar tempat kerja, hasil aktivitas kerja yang terkait di
dalam kendali organisasi

6. Prasarana, peralatan, dan material di tempat kerja yang disediakan baik oleh
organisasi ataupun pihak lainnya

7. Perubahan dan usulan perubahan dalam organisasi, aktivitas, atau material

8. Modifikasi sistem manajemenkeselamatan dan kesehatan kerja (SMK3),


termasuk perubahan sementara, dan dampaknya kepada operasional, proses-
proses dan aktivitas

9. Adanya kewajiban perundangan yang relevan terkait dengan penilaian risiko


dan penerapan pengendalian yang dibutuhkan

10. Rancangan area kerja, proses, instalasi, mesin atau peralatan, prosedur
operasional dan organisasi kerja, termasuk adaptasinya kepada kemampuan
kerja.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan terlebih dahulu untuk


mengidentifikasi sumber bahaya di tempat kerja :

1. Menentukan personil penilai

Personil dapat berasal dari interen perusahaan atau dibantu oleh


petugas lain diluar perusahaan yang berkompeten baik dalam pengetahuan,
kewenangan maupun kemampuan lainnya yang berkaitan. Personil penilai
lebih baik merupakan stu tim yang terdiri dari beberpa orang.

Modul Manajemen Risiko | 21


2. Menetukan obyek atau bagian yang akan dinilai

Obyek yang akan dinilai dapat dibedakan menurut bagian/


departemen, jenis pekerjaan dan proses produksi. Penentuan obyek ini sangat
membantu dalam sistematika kerja penilai.

3. Kunjungan ke tempat kerja

Kunjungan ke tempat kerja dimaksudkan semacam walk trhough


survey dan lebih bersifat pengenalan secara umum bagian yang akan dinilai.

Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya yang ada
antara lain :

1. Informasi mengenai data kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta
angka absensi

2. Laporan dari Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3),


supervisor atau keluhan kerja

3. Material Safety Data Sheet (MSDS)

4. Walk Trhough Survey, dalam survey ini dilakukan pengamatan yang lebih
detail meliputi kegiatan mengamati, mencatat dan mendengar berbagai
keadaan di tempat kerja, baik mengenai kegiatan, proses produksi, jumlah
pekerja, teknologi pengendalian yang digunakan dan alat pelindung diri serta
hal lainnya, sebaiknya kegiatan ini dimulai dari awal proses produksi sampai
akhir produksi, dilakukan secara rutin dan secara mendadak tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu.

Dengan demikian setelah dilakuakn identifikasi potensi bahaya yang ada di


lingkungan kerja, dapat diketahui secara kualitatif potensi bahaya yang ada di tempat
kerja, menentukan lokasi, jenis, dan metoda pengujian yang diperlukan.

Modul Manajemen Risiko | 22


Kegunaan identifikasi potensi bahaya antara lain:

1. Untuk mengetahui bahaya yang ada

2. Untuk mengetahui potensi bahaya tersebut, baik akibat maupun frekuensi


terjadinya

3. Untuk mengetahui lokasi bahaya

4. Untuk menunjukan bahwa bahaya tertentu telah dapat diberikan perlindungan

5. Untuk menunjukkan bahwa bahaya tertenti tidak akan menimbulkan akibat


kecelakaan sehingga tidak perlu diberi perlindungan

6. Untuk analisa lebih lanjut

B. TEKNIK IDENTIFIKASI BAHAYA

Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat diklasifikasikan


atas:

1. Metoda pasif

Identifikasi bahaya yang dilakukan jika suatu kejadian telah dialami sendiri
secara langsung.

2. Metoda semiproaktif

Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak
perlu mengalaminya sendiri. Namun teknik ini kurang efektif karena :

 Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak


kejadian kecelakaan

Modul Manajemen Risiko | 23


 Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepda pihak lain
untuk diambil sebagai pelajaran

 Kecelakaan telah terjadi, yang berarti tetap menimbulkan kerugian


walaupun menimpa pihak lain.

3. Metoda proaktif

Metoda identifikasi bahaya dengan mencari bahaya sebelum bahaya tersebut


menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan. Teknik identifikasi yang
bersifat proaktif antara lain:

a) Data Kecelakaan

Data kecelakaan adalah salah satu sumber informasi mengenai adanya


bahaya di tempat kerja dan merupakan sumber informasi yang paling
mendasar. Setiap kecelakaan selalu ada sebabnya yang didasari adanya
kondisi tidak aman baik menyangkut manusia, peralatan atau lingkungan
kerja. Karena itu dari setiap kecelakaan, bagaimanapun kecilnya akan
ditemukan adanya sumber bahaya atau risiko.

Suatu kejadian dimana seseorang terpeleset karena adanya genangan


air di lantai akan memberikan informasi yang sangat banyak tentang sumber
bahaya. Adanya air di lantai mungkin memberikan indikasi adanya pipa yang
pecah, genteng yang rusak atau bocor, wadah air rembes, dan lainnya. Orang
terpeleset mungkin karena tidak melihat adanya genangan air, bahaya
mungkin bersumber dari kondisi penerangan yang kurang baik atau tanda-
tanda pengaman yang kurang. Karena itu, setiap kecelakaan dan kejadian
dalam perusahaan harus diselidiki dan dianalisa guna mencari faktor
penyebab sekaligus menemukan sumber bahaya.

Modul Manajemen Risiko | 24


Banyak perusahaan yang menerapkan sistem pelaporan kejadian atau
hampir celaka (near miss report). Jika dikaitkan dengan rasio kecelakaan baik
dari Heinrich, Frank Bird maupun Dupont, kejadian hampir celaka tersebut
merupakan dasar dari piramida kecelakaan. Dengan melaporkan semua
kejadian hampir celaka dapat dengan segera diketahui adanya sumber bahaya
di tempat kerja sebelum menimbulkan kejadian yang lebih parah.

b) Daftar pemeriksaan dan audit atau inspeksi K3 (Checklist)

Daftar periksa dapat digunakan untuk mengungkap berbagai hal yang


tidak termasuk dalam daftar periksa. Pembuatan daftar periksa haruslah
didasarkan pada pedoman-pedoman yang harus dipenuhi. Untuk itu sebelum
membuat seseorang harus mengerti secara menyeluruh apa yang akan
diperiksa.

Teknik daftar periksa merupakan bentuk evaluasi faktor-faktor bahaya


yang paling sederhana. Bentuk daftar periksa adalah berupa pertanyaan-
pertanyaan yanh tujuannya untuk memastikan sekaligus memeriksa pada
sesuatu tentang kesesuaiannya dengan standar yang ditetapkan. Yang
dimaksud dengan kondisi dapat berupa peralatan. Proses kerja atau penangan
bahan-bahan.

Daftar periksa cocok digunakan untuk kondisi-kondisi yang telah


diketahui jelas bahayanya, dapat pula pada kondisi yang telah dikenal
sebelumnya. Oleh karena itu, pembuatan daftar periksa sering didasarkan
pada peraturan, petunjuk atau pengalaman yang telah ada. Daftar periksa
dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasi berbagai kemungkinan
atau bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja. Akan tetapi, daftar periksa juga
mempunyai kelemahan yaitu hal-hal yang tidak tertulis dalam daftar periksa
tidak akan terpikirkan.

Modul Manajemen Risiko | 25


Contoh daftar periksa:

Ruang Perkantoran

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah kondisi laintai dalam bersih dan tidak licin?
2 Apakah penerangan cukup dan kondisi baik?
3 Apakah jalan-jalan aman dan tidak terhalang?
4 Apakah ventilasi mencukupi dan terpelihara?
5 Apakah semua peralatan listrik dalam kondisi baik
dan aman?
6 Apakah alat pemadam tersedia dan kondisi baik?
7 Apakah semua alat kator dalam kondisi baik dan
aman?

c) Analisa Bahaya Awal (Preliminary Hazard Analysis – PHA)

Teknik ini merupakan teknik identifikasi dasar untuk menggali


berbagai sumber bahaya dan risiko yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
kerja. Dalam teknik ini berbagai sumber bahaya diidentifikasi, kemudian
diuraikan berbagai risiko yang mungkin terjadi, selanjutnya memberikan
berbagai alternatif langkah pencegahan. Untuk lebih jelasnya seperti contoh
berikut:

Sumber bahaya : Mobil Krane

No Penyebab Kemungkinan Langkah


risiko Pencegahan
1 Kegagalan pada rantai/  Kejatuhan beban  Pemeriksaan
tali/ pengerek  Runtuhnya rutin sebelum
lengan krane pemakaian
 Pengujian rutin
rantai

Dst Dst Dst

Modul Manajemen Risiko | 26


d) Analisa Pohon Kegagalan (Fault Tree Analysis – FTA)

Teknik analisa pohon kegagalan dikembangkan pertama kali pada


tahun 1961 oleh US Army ketika mereka merancang peluru kendali. FTA
menggunakan metoda analisis yang bersifat deduktif. Dimulai dengan
menetapkan kejadian puncak (top event) yang mungkin terjadi dalam sistem
atau proses, misalnya kebakaran atau ledakan. Selanjutnya semua kejadian
yang dapat menimbulkan akibat dari kejadian puncak tersebut
diidentifikasikan dalam bentuk pohon logika ke bawah.

Dengan mengetahui probabilitas dari penyebab kejadian tersebut,


misalnya berdasarkan data referensi atau pengalaman, maka probabilitas dari
kejadian puncak dapat dihitung. Proses melakukan kajian analisis pohon
kegagalan (FTA) secara garis besar adalah sebagai berikut:

 Identifikasi, inventarisasi data atau informasi yang diperlukan misalnya


referensi, percobaan, standar praktis, dan lainnya.

 Melakukan analisa awal terhadap sistem yang akan dianalisa. Misalnya,


kebakaran yang terjadi pada tangki minyak, pelajari proses, peralatan atau
cara kerja dari sistem tangki timbun mulai dari bahan masuk, proses, dan
aliran keluarnya.

 Susun pohon kegagalan yang dimulai dengan kejadian puncak, misalnya


tangki meledak. Terus ke bawah pada kejadian yang berikutnya sampai
diperoleh struktur pohon kegagalan yang logis. Menyusun pohon
kegagalan dengan menggunakan simbol-simbol tertentu seperti contoh
berikut:

Modul Manajemen Risiko | 27


1. Sederhanakan pohon kegagalan, dengan menghilangkan atau
mengurangi kejadian-kejadian yang tidak mendukung atau kurang
logis.

2. Perkirakan probabilitas dari semua kejadian, mulai dari dasar atau


bawah pohon sampai ke kejadian puncak.

3. Tentukan komponen yang perlu mendapat perhatian atau memiliki


aspek signifikan terhadap keselamatan sistem seluruhnya.

Simbol yang digunakan dalam menyusun pohon kegagalan seperti


terlihat dalam gambar berikut ini:

Modul Manajemen Risiko | 28


e) Brainstorming

Metoda lainnya mengidentifikasi bahaya adalah dengan teknik


Brainstorming. Sumber informasi tentang bahaya dapat diperoleh dari semua
pihak. Semakin banyak sumber informasi yang digunakan akan semakin luas,
dalam dan rinci informasi yang diperoleh. Karena itu, salah satu teknik
sederhana untuk mengidentifikasi bahaya adalah dengan teknik
“brainstorming”. Melalui diskusi dan pertemuan berbagai pihak dan individu
yang berbeda dapat dilakukan “brainstorming” untuk menggali potensi
bahaya yang ada, atau diketahui oleh masing-masing anggota kelompok.

Teknik brainstorming dapat dilakukan secara berkala dalam suatu


lingkungan atau kelompok kerja. Pertemuan dapat dipimpin oleh seorang
senior, petugas K3, atau pekerja lainnya. Masing-masing memberikan
informasi dan pendapatnya mengenai kemungkinan adanya bahaya di
lingkungan kerja masing-masing.

f) Analisa What If

Teknik “what if” merupakan salah satu teknik yang populer dan
abnayak digunakan untuk mengendalikan bahaya. Teknik ini bersifat
“brainstorming” namun semua anggota tim dipandu dengan menggunakan
kata “what if”. Teknik ini memberikan kebebasan yang luas kepada peserta
dalam berpikir dan memberikan pendapatnya, sehingga terkesan kurang
terstruktur. Karena itu, pihak yang mengkritik teknik ini menilai teknik ini
terlalu luas dan tidak fokus sehingga sulit mendapatkan hasil yang rinci.
Pendapat lain menilai teknik ini lebih baik digunakan bagi mereka yang
kurang memahami teknik identifikasi bahaya, namun memiliki spectrum
pengalaman, bidang spesialisasi dan pengetahuan yang luas.

Modul Manajemen Risiko | 29


Tujuan dari teknik what if adalah untuk mengidentifikasi
kemungkinana adanya kejadian yang tidak diinginkan dan menimbulkan suatu
konsekuensi serius. Melalui teknik ini dapat dilakukan penilaian terhadap
kemungkinaan terjadinya penyimpangan rancang bangun, konstruksi, atau
modifikasi dari yang diinginkan.

Contoh :

Di dalam dapur sebuah restoran terdapat kompor gas dengan bahan bakar
LPG. Bahan bakar ini sangat mudah terbakar dan meledak, dan memiliki berat
jenis lebih berat dari udara. Dalam kondisi normal, gas LPG cenderung berada
di bawah dan menjalar mengikuti arah angin. Setiap hari restoran ini
menggunakan 3 tabung LPG berukuran 12 kg. Tabung LPG diletakkan di
bagian luar ruangan. Gas disalurkan ke kompor dengan menggunakan selang
karet. Pada tabung terdapat regulator yang mengatur tekanan dan aliran gas.
Untuk mengidentifikasi bahaya digunakan teknik what if. Beberapa
pertanyaan yang diajukan adalah:

What if……..

1. Jika tabung meledak

2. Jika selang bocor

3. Jika regulator bocor

4. Jika sambungan ke kompor bocor

5. Jika sistem pematik api tidak berfungsi

6. Jika tabung terkena panas

7. Dan lainnya.

Modul Manajemen Risiko | 30


Dengan mengajukan pertanyaan tersebut diidentifikasi konsekuensi
atau efek yang dapat ditimbulkan oleh masing-masing kondisi. Sebagai
contoh, jika regulator bocor, gas LPG akan keluar, gas dapat meledak jika
terkena api. Dari konsekuensi tersebut dianilisa kemungkinan dan keparahan
serta peringkat risikonya.

g) Analisa Mode Kegagalan dan Efek (Failure Mode and Effect Analysis –
FMEA)

FMEA adalah salah satu teknik yang lebih rumit dari yang
sebelumnya. Teknik ditujukan untuk menilai potensi kegagalan dalam produk
atau proses. Metoda ini juga digunakan untuk melakukan Manajemen Risiko.
FMEA membantu memilih langkah langkah perbaikan untuk mengurangi
dampak kumulatif dari konsekuensi (risks) kegagalan sistem (fault). FMEA
merupakan kajian bahaya yang sistematis, terstruktur, dan komprehensif.
Proses dasar dari FMEA adalah dengan membuat daftar semua bagian dari
sistem dan kemudian melakukan analisis apa saja dampak jika sistem tersebut
gagal berfungsi. Kemudian dilakukan evaluasi dengan menetapkan
konsekuensinya.

FMEA adalah suatu tabulasi dari sistem, peralatan pabrik, dan pola
kegagalannya, serta efeknya terhadap operasi. FMEA adalah uraian mengenai
bagaimana suatu peralatan dapat mengalami kegagalan. Kegagalan suatu
peralatan dapat beragam, misalnya membuka yang seharusnya tertutup, mati,
bocor, dan lainnya. Damapak dari kegagalan peralatan ini dapat berupa respon
dari sistem atau kecelakaan.

Langkah melakukan FMEA adalah sebagai berikut:

1. Tentukan unit, alat atau bagian yang akan dianalisa, misalnya sebuah
mobil atau kendaraan roda empat.

Modul Manajemen Risiko | 31


2. Uraikan unit atas sistem-sistem yang saling terkait satu sama lainnya.
Sebuah mobil terdiri atas berbagai sistem misalnya sistem pengapian,
sistem bahan bakar, sistem pengereman, sistem kelistrikan, sistem
instrumentasi, sistem rangka dan badan, sistem kemusi, dan lainnya.

3. Analisa masing-masing sistem dengan menguraikannya atas subsistem.


Sebagai contoh, sistem bahan bakar terdiri atas sub sistem tangki bahan
bakar, pipa bahan bakar, saringan minyak, pompa, dan karburator.

4. Selanjutnya lakukan analisa untuk masing-masing sub sistem. Kaji apa


saja kegagalan yang dapat terjadi pada masing-masing komponen sub
sistem. Misalnya kegagalan pada tangki bahan bakar dpat berupa
kebocoran pada badan tangki, pelampung tidak berfungsi, kotoran,
kontamisasi air, tutup rusak, dan lainnya.

5. Untuk masing-masing faktor kegagalan tersebut tentukan apa dampak atau


akibat yang dapat ditimbulkan dan sistem pengaman yang sudah ada.

6. Tentukan tingkat risiko untuk masing-masing kegagalan.

7. Tentukan rekomendasi untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut.

Manfaat dari FMEA:

Kajian FMEA sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi bahaya pada


suatu sistem atau peralatan penting lainnya:

 Dapat memberikan gamabaran mengenai tingkat kerawanan dari suatu


komponen atau sub sistem dapat membantu dalam menentukan skala
prioritas dalam program pemeliharaan, penyediaan komponen dan
pengoperasian suatu alat.

 Menekan biaya operasi dan pemeliharaan fasilitas.

Modul Manajemen Risiko | 32


 Membantu pihak operator atau pengelola dalam mengoperasikan suatu
fasilitas atau alat.

h) HAZOPS (Hazard and Operability Study)

HAZOPS adalah teknik identifikasi yang sangat berguna untuk


mengidentifikasi berbagai jenis risiko yang terdapat dalam suatu rangkaian
proses instalasi yang di dalamnya terdapat parameter-parameter tekanan,
suhu, kecepatan aliran, perubahan zat, viskositas, dsb. Dasar pelaksanaan
analisanya dengan memeriksa berbagai penyimpangan yang dapat terjadi
dalam suatu proses instalasi. Misalnya: mengidentifikasi efek yang mungkin
terjadi apabila terjadi tekanan, penurunan tekanan, atau tidak ada tekanan
sama sekali. Dalam proses menganalisa berbagai penyimpangantersebut
digunakan “Guide Word” (kata-kata petunjuk) sebagai berikut:

More (kelebihan/kenaikkan) Kelebihan suhu, tekanan, aliran


vikositas,dsb.
None (tidak ada) Ketiadaan aliran, tekanan, dsb.
Less of Penurunan suhu,tekanan, jumlah
(kekurangan/penurunan) aliran, dsb.
Part of (sebagian dari)
More than (lebih dari) Tekanan dalam silinder A lebih
besar dari silinder B, dst.
Other than (lain dari) Jenis bahan yang digunkaan lain
dari jenis yang ditentukan

Berdasarkan dari efek-efek tersebut kita menganalisa akibat-akibat apa saja


yang mungkin terjadi, selanjutnya kita tuliskan rekomendasi apa saja yang
diperlukan agar dampak tersebut tidak terjadi. Pelaksanaan HAZOPS dikerjakan oleh
suatu tim yang terdiri dari:

Modul Manajemen Risiko | 33


Manager Plant Seorang yang bertanggungjawab pada proses
operasi plant
Pengawas Proses Seorang yang mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi pada proses normalnya daripada apa
yang mungkin terjadi
Plant Engineer Seorang yang bertanggungjawab terhadap
maintenance proses mekanik yang digunakan
Manager Perlengkapan Seorang yang bertanggungjawab pada
pemeliharaan perlengkapan untuk
berlangsungnya proses. Termasuk dalam hal ini
testing alarm dan peralatan lainnya
Ahli bahan-bahan Seorang yang tahu mengenai seluk beluk bahan
kimia kimia serta perubahan-perubahannya
Konsultan Hazops Seorang yang memandu berlangsungnya proses
Hazops, serta mengarahkan bagaimana
seharusnya proses tersebut dilaksanakan.

Analisa HAZOPS perlu dilaksanakan pada saat berikut ini:

- Perencanaan instalasi proses

- Sebelum dioperasikannya proses instalasi untuk pertama kali

- Perubahan dalam proses instalasi

- Untuk tujuan pemeliharaan

- Pada saat akan diberhentikan proses instalasi

Modul Manajemen Risiko | 34


Kelebihan dan kelemahan HAZOPS adalah teknik HAZOPS
merupakan sistem yang sangat terstruktur dan sistemastis sehingga dapat
menghasilkan kajian yang komprehensif. Kajian HAZOPS juga bersifat multi
disiplin sehingga hasil kajian akan lebih mendalam dan rinci karena telah
ditinjau dari berbagai latar belakang disiplin dan keahlian. Namun kelemahan
HAZOPS adalah karena memerlukan waktu yang panjang, perlu tim ahli, dan
sering membosankan. HAZOPS awalnya dikembangkan untuk industry
proses, namun dapat juga digunakan untuk jenis industri atau aktivitas
lainnya.

Proses kajian HAZOPS dilakukan dengan langkah-langkah sebagai


berikut:

1. Tahap Persiapan

Pelaksanaan studi HAZOPS harus direncanakan dengan baik agar


memberikan hasil yang maksimal. Sebagai langkah persiapan antara
lain menentukan objektif kajian. Apakah untuk kajian suatu proyek
baru, modifikasi, atau untuk tujuan lainnya. Tentukan unit proses yang
akan dikaji. Selanjutnya bentuk tim yang akan melakukan kajian yang
dipilih dari berbagai bidang dan keahlian dengan jumlah anggota
berkisar 4-8 orang. Kajian HAZOPS bersifat multidisiplin misalnya
dari fungsi teknis, operasi, proses, listrik, instrument, safety dan
lainnya sesuai dengan kebutuhan dan lingkup kajian. Lakukan
pelatihan secukupnya bagi anggota tim agar memahami teknik
melakukan kajian HAZOPS.

Langkah berikutnya tim mulai mengumpulkan data-data yang


diperlukan untuk suatu kajian HAZOPS antara lain gambar P&ID
(Process and Instrumentation Diagram), Process Flow Diagram
(PFD), gambar teknis dan data lainnya mengenai unit yang akan

Modul Manajemen Risiko | 35


dievaluasi. Data-data tersebut perlu diolah dan dikelompokkan sesuai
dengan kebutuhan tim untuk selanjutnya diproses dalam kajian
berikutnya. Kajian HAZOPS bersifat brainstorming sehingga setiap
anggota tim diharapkan terlibat aktif memberikan kontribusinya.
Karena itu, kajian HAZOPS harus dikendalikan oleh seorang ketua tim
dan sekretaris yang bertugas mengarahkan diskusi dan pendapat
anggota tim.

2. Pemilihan Node Kajian

Titik kajian dalam teknik HAZOPS adalah Node. Node


digunakan sebagai objek kajian. Untuk suatu pabrik kimia, gambar
P&ID sangat rumit dan banyak lembarannya. Karena itu, lembaran
yang rumit tersebut dipecahkan sebagai node atau objek kajian.
Pemilihan titik kajian ini tergantung keahlian dan pengalaman tim
kajian. Bagi tim pemula, pilihlah kajian yang tidak terlalu luas dan
sederhana.

3. Pemilihan Parameter

Berdasarkan node yang telah dipilih tersebut, tim menentukan


apa saja parameter yang berkaitan dengan node terkait. Misalnya pada
titik node pompa air, ada parameter aliran (flow), tekanan, dan suhu.

4. Penggunaan Kata Bantu HAZOPS

Semua parameter yang diketahui tersebut dikaji secara


mendalam dengan menggunakan kata bantu yang dikombinasikan
dengan parameter yang ada. Misalnya apakah ada kemungkinan no-
flow pada pompa?

Modul Manajemen Risiko | 36


5. Analisa Deviasi

Jika deviasi sudah diperoleh lakukan kajian lebih rinci yang


berkaitan dengan risiko atau potensi bahaya. Apa saja bahaya yang ada
jika terjadi no-flow pada pompa? Apa penyebab terjadinya no-flow
tersebut dan apa konsekuensinya terhadap sistem operasi? Misalnya
no-flow pada pompa dapat disebabkan pipa isap tersumbat pasir atau
reservoir sudah kering. Jika terjadi no flow akan mengakibatkan
pompa menjadi panas dan aliran air ke dalam tangki terhenti.
Berdasarkan identifikasi bahaya tersebut tentukan peringkat risiko
dengan mempertimbangkan kemungkinan dan keparahan yang
diakibatkan serta rekomendasi untuk mencegah agar kejadian tersebut
tidak terjadi.

6. Laporan dan Pemantauan

Langkah berikutnya dalam studi HAZOPS adalah membuat


laporan tentang hasil kajian. Laporan ini akan digunakan untuk
meningkatkan sistem, prosedur, sarana dan kondisi operasi yang ada.
Sebagai langkah terakhir adalah melakukan pemantauan apakah
rekomendasi tersebut telah dijalankan dan apakah hasilnya telah
efektif untuk mengendalikan risiko sebagaimana yang diharapkan.

i) Analisa Keselamatan Pekerjaan (Job Safety Analysis – JSA)

Job Safety Analysis (JSA) adalah suatu proses identifikasi bahaya dan
risiko yang didasarkan pada tiap-tiap tahap dalam suatu proses pekerjaan.
Metode yang digunakan teknik ini meliputi:

- Metode observasi (pengamatan)

- Metode diskusi (konsultasi)

Modul Manajemen Risiko | 37


- Metode review/meninjau kembali prosedur kerja yang sudah ada.

Pelaksanaan JSA ini terdiri dari langkah-langkah utama sebagai


berikut:

1. Menyeleksi pekerjaan yang akan dianalisa

Pekerjaan yang dianalisa sebaiknya diseleksi berdasarkan tingkat


prioritasnya dalam kontribusinya untuk menimbulkan kecelakaan.
Penentuan prioritas didasarkan pada tingkat keseringannya atas timbulnya
kecelakaan kerja, dan juga berdasarkan pada tingkat keparahannya bila
terjadi kecelakaan. Selain itu, setiap jenis pekerjaan baru yang akan
berlangsung di tempat kerja juga harus dilakukan JSA.

2. Menguraikan urut-urutan proses pekerjaan

Sebelum mengidentifikasi berbagai bahaya yang ada dalam suatu proses


pekerjaan tersebut harus diuraikan menurut urutan langkah-langkahnya.
Dari masing-masing langkah kita identifikasi bahaya dan berbagai
kemungkinan yang ada dalam langkah tersebut. Contoh sederhananya
adalah sebagai berikut: pekerjaan menanam pohon, maka urut-urutan
proses kerjanya adalah:

- Memilih lokasi penanaman

- Membawa bahan (pohon/bibit) dan peralatan ke tempat yang


ditentukan

- Menggali lubang untuk menanam

- Meletakkan pohon ke dalam lubang

- Menutup kembali lubang dengan tanah dan menyiramnya dengan air

Modul Manajemen Risiko | 38


- Membersihkan tempat penanaman dan mengembalikan peralatan

Langkah-langkah tersebut merupakan langkah utama saja. Penjelasan


rincinya tidak perlu dituliskan. Dari contoh di atas perlu diperhatikan kata-
kata kunci utamanya yaitu memilih, membawa, menggali, meletakkan,
membersihkan, dan sebagainya. Kesalahan yang sering terjadi adalah
menguraikan langkah-langkah pekerjaan terlalu rinci atau terlalu umum.
Sehingga dalam mengidentifikasi bahaya sering tidak terfokus dari apa
yang seharusnya dicari.

3. Mengidentifikasi berbagai bahaya dan kemungkinan yang berpotensi


menimbulkan kecelakaan

Setelah suatu pekerjaan diuraikan menurut urutan prosesnya, maka


dilajutkan dengan mengidentifikasi berbagai bahaya dan kemungkinan
yang dapat terjadi pada setiap langkah yang dilakukan. Jenis-jenis bahaya
berikut ini dapat dijadikan masukan untuk pelaksanaan JSA:

- Bahaya kejatuhan sesuatu atau objek terbang

- Tertusuk benda tajam

- Tersangkut benda bergerak/berputar

- Jatuh dari ketinggian, tangga, atau platform tinggi

- Mengangkat atau mengangkut beban berlebihan, berputar, mendorong,


menarik, menjangkau atau membungkuk

- Penggunaan atas tangan yang mempunyai intensitas getaran tinggi,


tingkat kebisingan tinggi, temperatur tinggi, gas, fume, uap debu
beracun, dan sebagainya

- Pergerakan yang berulang-ulang (repetitive motion)

Modul Manajemen Risiko | 39


- Bahaya listrik

- Radiasi (mengion/tidak mengion)

4. Memberikan rekomendasi untuk menghilangkan potensi bahaya yang


teridentifikasi

Berbagai bahaya dan risiko yang teridentifikasi diusahakan dapat


dikendalikan dan ditekan sekecil mungkin agar tidak menimbulkan
kecelakaan.

j) Analisa Risiko Pekerjaan (Task Risk Analysis – TRA)

Kecelakaan sebagaian besar terjadi pada saat melakukan suatu


kegaiatan (task) seperti membersihkan tangki, membersihkan kaca jendela,
memasang pipa gas di pinggir jalan, mengangkat barang dengan krane,
membangun jembatan dan lainnya. Sebelum suatu kegiatan dimulai perlu
dilakukan kajian analisa risiko untuk mengetahui apa saja dan besarnya
potensi bahaya yang timbul selama kegiatan berlangsung. Untum itu
dilakukan Task Risk Analysis (TRA).

TRA wajib dilakukan untuk pekerjaan sebagai berikut:

- Mengandung potensi bahaya tinggi seperti bekerja di ketinggian,


pembersihan tangki, pengelasan, dan lainnya

- Pekerjaan yang sebelumnya pernah mengalami kecelakaan

- Pekerjaan yang bersifat baru atau jarang/belum pernah dilakukan


sebelumnya.

Modul Manajemen Risiko | 40


Teknik melakukan TRA sebagai berikut:

1. Tentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisa

2. Identifikasi apa saja aktivitas, material, peralatan, atau prosedur kerja yang
digunakan.

3. Analisa potensi bahaya yang dapat terjadi untuk setiap aktivitas dan
konsekuensinya.

4. Tentukan tingkat risiko untuk masing-masing aktivitas.

5. Tentukan apa langkah pengamanan yang diperlukan.

6. Tentukan sisa risiko (residual risk) yang ada setelah dilakukan langkah
pengamanan.

7. Jika risiko dapat diterima (tolerable) pekerjaan dapat dilangsungkan,


tetapi jika risiko di atas batas yang dapat diterima perlu dipertimbangkan
langkah pengamanan lainnya, seperti perubahan metoda kerja, peralatan,
atau prosedur. Jika tidak memungkinkan pekerjaan dibatalkan.

Contoh:

Suatu perusahaan akan melakukan pembersihan tangki bekas berisi


minyak. Tangki dengan diameter 25 meter tersebut masih mengandung sisa
kotoran minyak. Selanjutnya setelah pembersihan dilakukan akan diadakan
perbaikan dinding tangki yang telah mengalami korosi. Tangki berada di area
tangki timbun yang berdekatan dengan 4 buah tangki lainnya. Tangki-tangki
tersebut sebagian mengandung minyak ringan dan bahan kimia mudah
terbakar.

Pekerjaan ini dipandang sangat berbahaya dan mengandung risiko.


Karena itu, bagian teknik yang ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan

Modul Manajemen Risiko | 41


melakukan task risk analysis. Untuk melaksanakan pekerjaan tersebut akan
dipilih kontraktor pelaksana.

k) Pohon Analisis Peristiwa (Event Tree Analysis – ETA)

Event Tree Analysis atau Pohon Analisis Peristiwa adalah lanjutan


analisis awal dengan permulaan kejadian dan lanjutan proses untuk memulai
menemukan kemungkinan hasil dari peristiwa tersebut. Bagian dari peristiwa
ini ditetapkan oleh berhasil atau gagalnya dari berbagai macam fungsi seperti
proses kecelakaan.

Kelengkapan dari pohon analisis peritiwa dapat melaui 4 tahap,yaitu:

- Mengidentifikasi permulaan kejadian

- Menentukan faktor yang berkaitan dengan fungsi keselamatan

- Merancang pohon peristiwa

- Menjelaskan hasil peristiwa kecelakaan secara berurutan.

Permulaan kejadian meliputi kegagalan peralatan atau sistem


kesalahan manusia, atau gangguan proses. Gangguan proses dapat terjadi dari
banyak faktor termasuk sebab lingkungan. Langkah kedua adalah
mengidentifikasi model atau bentuk semua fungsi keselamatan dengan
hubungannya pada permulaan kejadian. Fungsi keselamatan tersebut termasuk
pada sistem keselamatan otomatis seperti penonaktifan otomatis. Sistem
peringatan dan alarm, tindakan pengoperasian, dan metode penahan atau
pembatas juga harus tetap dipertimbangkan.

Rancangan pohon peristiwa dari penempatan permulaan kejadian pada


sebelah kiri diagram dan mempertimbangkan penempatan setiap fungsi
keselamatan dalam puncak teratas. Karena pohon peristiwa akan

Modul Manajemen Risiko | 42


menampilkan perkembangan kronoligi kecelakaan, penempatan mengenai hal
fungsi keselamatan harus tepat. Pohon peristiwa akan menampilkan cabang
dari fungsi keselamatan dan jika satu-satunya berhasil atau gagal dari dampak
fungsi bagian kecelakaan. Jika tidak dalam keadaan sebenarnya, tidak akan
bercabang fungsi keselamatan tersebut. Peningkatan cabang menunjukkan
keberhasilan akan fungsi keselamatan tersebut dan penurunan cabang
menunjukkan kegagalan. Rangkaian isi dalam penyelesaian setiap cabang
menunjukkan setiap fungsi keselamatan memiliki kegagalan khusus.
Penyelesaian pada setiap cabang akan mengandung catatan seperti kondisi
sistem, benar-benar aman, membahayakan, ketidakstabilan dan sebagainya.

Langkah terakhir dalam analisis ini adalah menggambarkan setiap


sumbangan urutan kejadian kecelakaan. Perkiraan penjelasan yang tepat
menghasilkan setiap cabang harus tersedia laporannya. Meskipun hasil dari
studi ini bersifat kualitatif, hasil tersebut dapat diukur menggunakan
pemotongan perangkat secara minimal dan kemungkinan data.

l) Preliminary Hazard Analysis (PHA)

PHA merupakan studi kualitatif yang merupakan pengujian kasar dari


potensial yang berbahaya da menyangkut sistem. Kenapa diebut sebagai
“preliminary” karena sebenarnya studi ini masih memerlukan tambahan studi
yang lain. PHA ini sebenarnya merupakan sistem standar militer Amerika
yang berisi deskripsi atau bahaya potensial dalam pengembangan sistem,
operasional, dan pembuangan sistem itu sendiri. Metode ini berfokus pada
sistem sumber energi dan bahan-bahan yang menimbulkan efek buruk
terhadap sistem (proses) atau lingkungan.

Sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan PHA termasuk


kriteria desain industri, peralatan yang digunakan, spesifikasi dari bahan yang
digunakan (bahan material yang digunakan oleh industri sebagai bahan baku).

Modul Manajemen Risiko | 43


Bayaya potensial yang cenderung menyebabkan risiko yang tinggi dan harus
segera diidentifikasi sepanjang mereka sebagai penyebab atau yang dapat
berakibat besar. Jadi PHA tidak hanya mendaftar bahaya potensial saja tetapi
juga mengidentifikasi sistem bahaya. PHA digunakan untuk mengembangkan
pengembangan untuk pengendalian administrasi, pengendalian secara teknis,
dan juga penerapan alat pelindung diri.

m) Failure Modes Effects And Criticality Analysis (FMECA)

Dikenal juga sebagai Failure Modes and Effect Analysis (FMEA).


Teknik ini merupakan metode yang sistematis untuk mengetahui penyebab
dari kerusakan peralatan maupun sistem, serta penentuan dri efek-efek yang
dihasilkan. FMECA merupakan teknik analisis induktif, mempelajari
kejadian-kejadian yang mungkin terjadi, bukan alas an kejadiannya.

Kekurangan dari metode ini adalah human error, konsebtrasi studi


hanya pada komponen-komponen dari sistem bukan pada hubungan-
hubungan pada sistem. FMECA menyediakan daftar referensi sistematis yang
terbaru untuk model-model kerusakan dan efek yang dihasilkan, sehingga bias
digunakan sebagai dasar rekomendasi perbaikan desain peralatan.

Langkah awal yang dilakukan untuk melakukan FMECA, yakni


dengan menentukan level dari pemecahan studi/masalah, yang diikuti dengan
pengembangan format. Lalu penetapan masalah dan kondisi yang
melatarbelakangi, dan pelengkapan tabel FMECA. Terakhir, hasil dari analisis
dilaporkan.

Pada langkah awal, yakni penentuan level pemecahab, jika tingkatan


bahaya sistem sudah ditentukan, maka peralatan yang ada dalam sistem harus
dipelajari. Untuk tingkat bahaya gedung/bangunan, sistem-sistem individual
yang berhubungan dengan gedung/bangunan harus diuji.

Modul Manajemen Risiko | 44


Ketika level/tingkat pemecahan studi sudah ditentukan, maka format
harus dikembangkan dan harus digunakan secara konsisten selama studi.
Dalam format minimal harus mencantumkan beberapa item, seperti deskripsi,
mode kerusakan, efek yang dihasilkan dan rangking kekeritisan.

Definisi dari masalah dan latar belakang kondisi termasuk identifikasi


gedung atau sistem yang akan dianalisis dan menetapkan latar belakang
sistem fisik. Di samping itu, informasi referensi dari peralatan dan fungsinya
pada suatu sistem harus disapatkan. Informasi ini dapat ditemukan di gamabar
desain alur dan instrument sama seperti literatur pada komponen-komponen
individu atau peralatan. Bagian akhir dari definisi masalah adalah dengan
menetapkan definisi dan ranking kekeritisan yang konsisten. Pada studi
kuantitatif, probabilitas sering digunakan sebagai ranking. Pada studi
kualitatif, skala-skala relatif biasanya digunakan sebagai nilai rata-rata
ranking.

Tabel FMECA harus ringkas, komplet, dan diorganisir dengan baik.


Tabel ini harus mencakup hubungan identifikasi peralatan dengan gamabar
sistem atau lokasi dengan tujuan untuk mencegah kesalahpahaman jika
peralatannya sama tetapi terletak pada lokasi yang berbeda. Tabel harus
mencakup seluruh mode-mode kerusakan dari tiap-tiap bagian peralatan, dan
efek dari tiap kerusakan dalam hubungannya dengan ranking kekeritisan.

Langkah terakhir, yakni dengan melaporkan hasil analisis. Jika tabel


sudah disiapkan dengan lengkap, maka hal ini sudah cukup. Seringkali,
perubahan desain dan pergantian yang diajurkan juga harus dicantumkan.
Tabel di bawah ini adalah contoh dari skala ranking kekeritisan untuk
FMECA kualitatif:

Modul Manajemen Risiko | 45


Tabel. Skala Ranking Kekeritisan Untuk FMECA Kualitatif

Ranking Kekeritisan Efek-efek pada sistem dan daerah di sekitarnya

I None

II Sistem kecil terganggu


Bahaya kecil pada fasilitas
Bahaya kcil pada pekerja
Pemberhentian proses tidak dibutuhkan

III Sistem besar terganggu


Bahaya besar pada fasilitas
Bahaya besar pada pekerja
Pemberhentian proses secara tertib dibutuhkan

IV Bahaya immediate pada fasilitas


Bahaya immediate pada pekerja
Pemberhentian darurat dibutuhkan

Modul Manajemen Risiko | 46


BAB IV

ANALISIS RISIKO

Setelah didapatkan berbagai jenis bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja,
langkah berikutnya adalah melakukan analisis risiko. Dalam bagian ini akan dibahas
tiga hal utama dalam analisis risiko, yaitu perkiraan seberapa besar dampak yang
ditimbulkan bila suatu risiko tersebut menjadi kenyataan (consequence analysis),
seberapa lama/sering (frequency analysis) sesuatu terpajan risiko dan seberapa
besar kemungkinan (probability analysis) terjadinya suatu risiko tersebut.

A. Teknik Analisa Risiko


Analisa risiko adalah untuk menentukan besarnya suatu risiko yang
dicerminkan dari kemungkinan dan keparahan yang ditimbulkannya.
Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisa risiko baik
kualitatif, semi maupun kuantitatif. Ada beberapa pertimbangan dalam memilih
teknik analisa risiko yang tepat antara lain:
 Teknik yang digunakan sesuai dengan kondisi dan kompleksitas fasilitas atau
instalasi serta jenis bahaya yang ada dalam operasi
 Teknik tersebut dapat membantu dalam menentukan pilihan cara pengendalian
risiko
 Teknik tersebut dapat membantu membedakan tingkat bahaya secara jelas
sehingga memudahkan dalam menentukan prioritas langkah pengendaliannya
 Cara penerapannya terstruktur dan konsisten sehingga proses manajemen risiko
dapat berjalan berkesinambungan

Modul Manajemen Risiko | 47


a. Teknik Kualitatif
Metoda Kualitatif menggunakan matrik risiko yang menggambarkan tingkat dari
kemungkinan dan keparahan suatu kejadian yang dinyatakan dalam bentuk rentang
dari risiko paling rendah sampai risiko tertinggi.
Pendekatan kualitatif dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui risiko
suatu kegiatan atau fasilitas. Pendekatan ini dilakukan jika data-data yang lengkap
tidak tersedia.
Metoda ini bersifat kasar, karena tidak jelas perbedaan antara tingkat risiko
rendah, medium atau tinggi. Hanya sekadar kata-kata, sehingga pembaca atau pihak
terkait masih harus mereka-reka dan menafsirkannya sendiri menurut persepsinya
masing-masing.
Menurut standar AS/NZS 4360, kemungkinan atau likelihood diberi rentang
antara suatu risiko yang jarang terjadi sampai dengan risiko yang dapat terjadi setiap
saat.
Untuk keparahan dikategorikan antara kejadian yang tidak menimbulkan cedera
atau hanya kerugian kecil dan yang paling parah jika dapat menimbulkan kejadian
fatal (meninggal dunia) atau kerusakan besar terhadap aset perusahaan.
Ukuran kualitatif dari "likelihood"
Menurut standar AS/NZS 4360
Level Descriptor Uraian

A Almost Certain Dapat terjadi setiap saat

B Likely Kemungkinan terjadi sering

C Possible Dapat terjadi sekali-kali

D Unlikely Kemungkinan terjadi jarang

Modul Manajemen Risiko | 48


Ukuran kualitatif "consequency"
Menurut standar AS/NZS 4360
Level Descriptor Uraian

1 Insignificant Tidak terjadi cedera, kerugian finansial kecil

2 Minor Cedera ringan, kerugian finansial sedang

3 Moderate Cedera sedang, perlu penanganan medis,


kerugian finansial besar

4 Major Cedera berat lebih satu orang, kerugian besar,


gangguan produksi

5 Catastrophi Fatal lebih satu orang, kerugian sangat besar


c dan dampak luas yang berdampak panjang,
terhentinya seluruh kegiatan.

Contoh lain dikembangkan oleh NASA dengan peringkat risiko sebagai


berikut.
Perkiraan probabilitas
Peringkat Uraian Probabilitas
A Sering terjadi > 0,1 kejadian (1 dalam 10
kemungkinan)
B Sangat mungkin 0,1 – 0,01
terjadi
C Dapat terjadi atau 0,01 – 0,001
pernah terdengar
kejadian serupa
D Jarang terjadi atau 0,001 – 0,000001
tidak pernah terdengar
kejadian serupa
E Kemungkinan sangat < 0,000001
kecil (near
impossible)
Dalam praktik, banyak organisasi yang mencoba mendiskripsikan risiko
tersebut dengan penjelasan yang lebih konkrit dengan menambah beberapa aspek lain

Modul Manajemen Risiko | 49


sebagai pertimbangan menentukan kemungkinan atau keparahan. Misalnya dengan
memasukkan aspek finansial, gangguan bisnis, dampak terhadap manusia, komunitas
dan media serta cedera pada manusia.
Sebagai contoh, dari segi finansial, kerugian lebih besar dari US $ 5 juta
dikategorikan sebagai risiko besar, kerugian US $ 500 – 5 juta dikategorikan sebagai
medium. Demikian juga dengan cedera, jika dapat mengakibatkan kematian
dikategorikan sebagai ekstrem dan jika menimbulkan cedera ringan termasuk risiko
rendah.
b. Semi Kuantitatif
Metoda semi kuantitatif lebih baik dalam mengungkapkan tingkat risiko
dibanding teknik kualitatif.
 Nilai risiko digambarkan dalam angka numerik. Namun nilai ini tidak bersifat
absolute. Misalnya risiko A bernilai 2 dan risiko B bernilai 4. Dalam hal ini,
bukan berarti risiko B secara absolute dua kali lipat dari risiko A
 Dapat menggambarkan tingkat risiko lebih konkrit dibanding metoda
kualitatif
c. Metode Kuantitatif
Analisa risiko kuantitatif menggunakan perhitungan probabilitas kejadian atau
konsekuensinya dengan data numerik dimana besarnya risiko tidak berupa peringkat
seperti pada metode semi kuantitatif.
Besarnya risiko lebih dinyatakan dalam angka seperti 1,2, 3, atau 4 yang mana 2
mengandung arti risikonya dua kali lipat dari 1. Oleh karena itu, hasil perhitungan
kualitatif akan memberikan data yang lebih akurat mengenai suatu risiko dibanding
metoda kualitatif atau semi kuantitatif. Namun demikian, perhitungan secara
kuantitatif memerlukan dukungan data dan informasi yang mendalam.
Hasil perhitungan secara kuantitatif akan memberikan gambaran tentang risiko
suatu kegiatan atau bahaya. Sebagai contoh, berikut ini probabilitas dari beberapa
kejadian yang dikeluarkan oleh British Nuclear Industry yang diperoleh sebagai hasil
analisa dan kajian peristiwa sebelumnya.

Modul Manajemen Risiko | 50


0,0000001 atau 1 dalam 10 juta
Sambaran Petir
kejadian
Kebakaran/ledakan di 0,00001 atau 1 dalam 1 juta
rumah
Mati dalam “Industri yang 0,00001 atau 1 dalam 100.000
aman”
Potensi Analisa
Mati dalam kecelakaan lalu 0,0001 atau 1 dalam 10.000Sederhana,
konsekuensi
lintas kualitatif Subjektif,
rendah
Mati di pertambangan 0,001 atau 1 dalam 1000 Ketidakpastian
Terbang dengan pesawat 0,00001 atau 1 dalam 100.000
tinggi, biaya
komersil rendah,
Merokok *) Apakah 0,05 informasi
atau 1 dalam 200 fleksibilitas
yang diperlukan
keputusan rendah
Dari data di atas dapat terlihattersedia?
perbandingan yang jelas, misalnya kemungkinan
Apakah bahaya utama
kecelakaan di jalan raya adalah dan 10 kali lebih besar dibanding kecelakaan dalam
pengendalian
industry yang aman. Sebaliknya terbang dengan pesawat komersil 10 kali lebih aman
telah diketahui?
dibanding mengendarai mobil di jalanApakahraya.
ketidakpastian
Contoh teknik kuantitatif antara lain:
rendah?
 Fault Tree Analysis (FTA) Apakah opsi pilihan
 Analisa Lapis Proteksi jelas?
(Layer of Protection Analysis - Apakah
LOPA) opsi paling
 Analisa Risiko Kuantitatif aman diketahui?
(Quantitative Risk Analysis - QRA)

Analisa
B. Pemilihan Teknik Analisis Risiko
Semi kuantitatif
Penggunaan metoda di atas disesuaikan dengan kondisi dan potensi bahaya
yang ada. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk memilih teknik analisa
risiko adalah dengan menggunakan pendekatan
Apakah perlu“Tier” seperti pada gambar berikut:
informasi lebih
rinci?
Perlu lebih
fleksibel?
Perlu analisa risiko
lebih konkrit?

Potensi Risiko Analisa Rinci, objektif,


Parah/Berat kuantitatif resolusi tinggi,
ketidakpastian
Modul Manajemen Risiko | 51
rendah, biaya lebih
mahal, keputusan
lebih fleksibel
Gambar : Pemilihan metoda analisa risiko
Metoda kualitatif digunakan jika potensi konsekuensi rendah, proses bersifat
sederhana, ketidakpastian tinggi, biaya yang tersedia untuk kajian terbatas dan
fleksibilitas pengambilan keputusan mengenai risiko rendah dan data-data yang
tersedia terbatas atau tidak lengkap.
Secara umum metoda kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut.
 Teknik lebih sederhana sehingga relatif cepat sehingga biaya relatif rendah.
 Penentuan tingkat risiko lebih banyak berdasarkan penilaian subjektif dari penilai
(anggota tim).

Modul Manajemen Risiko | 52


 Sesuai untuk digunakan sebagai penilaian risiko tahap awal.
 Digunakan untuk jenis risiko relatif kecil dan sederhana
 Dapat memasukkan aspek non teknis dalam penilaian misalnya persepsi
masyarakat, citra, dan lainnya.
Teknik semi kuantitatif dapat digunakan jika data-data yang tersedia lebih
lengkap, dan kondisi operasi atau proses lebih komplek.
Metoda kuantitatif digunakan jika potensi risiko yang dapat terjadi sangat besar
sehingga perlu kajian yang lebih rinci. Misalnya untuk menentukan lokasi
pembangunan pembangkit tenaga nuklir memerlukan kajian yang sangat akurat dan
mendalam untuk menggambarkan dampak radiasi yang dapat timbul jika terjadi
kecelakaan atau kebocoran pada reaktor.

Perbandingan Teknik Penilaian Risiko


Teknik Jenis Keterangan

Kualitatif Risk Matrik  Biaya rendah


 Kemungkinan dan keparahan
diunjukkan dalam bentuk kata
(misalnya kecil-sedang, besar)
 Nilai risiko tidak menunjukkan nilai
numerik
 Bersifat subjektif sehingga peluang
ketidakpastian tinggi
 Sesuai untuk fasilitas yang sederhana
atau tidak rumit
 Mudah diaplikasikan
 Waktu yang diperlukan relatif cepat
 Dapat mencakup isu intangible
seperti citra atau aspek social
Semi  Risk matrik  Ditunjukkan dengan angka numerik
Kuantitatif  Risk monogram walaupun nilainya tidak absolut
 Risk graph  Baik digunakan untuk risiko
 Analisa Lapis kumulatif
Proteksi (LOPA)  Teknik lebih terstruktur
 Memerlukan keahlian dibanding
kualitatif
Kuantitatif  Fault tree  Memberikan nilai risiko yang

Modul Manajemen Risiko | 53


Teknik Jenis Keterangan

 Event tree bersifat numerik


 Quantitative risk  Berdasarkan perhitungan estimasi
assessment konsekuensi (software atau
(QRA) modelling) dan tingkat kegagalan
 Analisa Lapis (failure rate) untuk kemungkinan
Proteksi (LOPA) atau likelihood
 Dapat digunakan untuk aktivitas
yang komplek dan rinci
 Sangat rinci dan teknis
 Perlu waktu, tenaga dan keahlian
tinggi
 QRA dapat ditunjukkan dalam
bentuk kontur atau model

C. Peringkat Risiko
Dari hasil tersebut selanjutnya dikembangkan matrik atau peringkat risiko yang
mengkombinasikan antara kemungkinan dan keparahannya.
Sebagai contoh jika kemungkinan terjadinya suatu risiko sangat tinggi, serta
akibat yang ditimbulkannya juga sangat parah, maka risiko tersebut digolongkan
sebagai risiko tinggi.

Keparahan
Kemungkinan
1 2 3 4
1 1 2 3 4
2 2 4 6 8
3 3 6 9 12
4 4 8 12 16

Cara sederhana adalah dengan membuat matrik risiko seperti contoh diatas
dimana peringkat kemungkinan dan keparahan diberi nilai antara 1 – 4. Dengan

Modul Manajemen Risiko | 54


demikian, nilai risiko dapat diperoleh dengan mengalikan antara kemungkinan dan
keparahannya yaitu 1 – 16.
Dari matrik di atas, dapat dibuat peringkat risiko misalnya:
Nilai 1 – 4 : Risiko Rendah
Nilai 5 – 11 : Risiko Sedang
Nilai 12 – 16 : Risiko Tinggi
Untuk itu berbagai perusahaan atau organisasi mengembangkan peringkat risiko
sesuai kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Salah satu diantaranya adalah
standar AS / NZS 4360 yang membuat peringkat risiko sebagai berikut.
E : Risiko Sangat Tinggi - Extreme Risk
H : Risiko Tinggi – High Risk
M : Risiko Sedang – Moderate Risk
L : Risiko Rendah - Low Risk

Risk Matrik Peringkat Risiko


Consequence
Likelihood
1 2 3 4 5

A H H E E E

B M H H E E

C L M H E E

D L L M H E

E L L M H H

Modul Manajemen Risiko | 55


Peringkat risiko sebaiknya dikembangkan oleh masing-masing organisasi sesuai
dengan kondisi masing-masing. Berikut ini contoh matrik risiko yang digunakan
salah satu perusahaan minyak di Indonesia.
Dalam matrik ini, tingkat keparahan atau severity ditinjau dari berbagai aspek
yaitu dampak terhadap manusia, keuangan, kelangsungan usaha, lingkungan, dan
tanggapan media massa. Masing-masing aspek diberi peringkat 1-5 mulai dari yang
rendah sampai tertinggi.
Selanjutnya jika dikombinasikan dengan kemungkinan atau likelihood akan
diperoleh peringkat risiko yang dikategorikan atas Risiko Sangat Tinggi (E), Risiko
Tinggi (H), Risiko Sedang (M) dan Risiko Rendah (L). Perhatikan tabel pada
halaman 94 dan 95 berikut ini.
Suatu kejadian akan dinilai sebagai disaster atau bencana jika memenuhi
criteria sebagai berikut.
 Mengakibatkan fatalitas atau korban tewas lebih dari satu orang
 Mengakibatkan kerugian finansial lebih dari $5 juta atau menimbulkan dampak
terhadap perusahaan secara menyeluruh. Kerugian sangat besar dan sulit untuk
dipulihkan kembali
 Dari sisi kelangsungan bisnis, kejadian akan mengakibatkan kerugian total bagi
perusahaan (misalnya pabrik musnah terbakar) atau dampak parah lainnya.
 Menimbulkan dampak lingkungan yang luas dan berskala nasional atau global
 Mendapat tekanan dan pemberitaan skala luas atau global
Salah satu contoh, adalah kejadian yang menimpa Lapindo Brantas di Sidoarjo
yang mengakibatkan kerugian finansial yang besar, terhentinya kegiatan operasi
perusahaan, menimbulkan dampak lingkungan luas dan pemberitaan global sehingga
dapat dikategorikan sebagai disaster atau “bencana”.
Namun jika dilihat dari sisi likelihood, peristiwa seperti kasus lumpur Lapindo
sangat jarang terjadi atau antara peringkat B (Likely) dan C (Possible) yang akan
menjadi kategori Risiko Sangat Tinggi (Extreme Risk).

Modul Manajemen Risiko | 56


Oleh karena itu semua kegiatan pengeboran minyak dan gas yang mengandung
potensi semburan liar tidak boleh dilakukan sembarangan dan seharusnya digolongkan
kegiatan berbahaya tinggi dengan standar K3 yang ketat.

Modul Manajemen Risiko | 57


Personal Human First aid injuries Minor injury, non Serious injury or Up to 2 staff Multiple fatalities,
Effect Non disabling injury, disabling and / or seriously injured / and / or massive
environmental minor serious killed, and / or environmental
effect environmental environmental major effect. Evacuation
effect. effects environmental of staff required
effect. Evacuation
of staff is likely

Financial and > 25.000 $ 25.000-500.000$ 500-000-1M$ 1-15M$ damage > 15M$ damage
Business Damage No damage Down damage (impact (impact seen by (Clear impact seen
Continuity disturb normal time within 1 day. would be hardly stakeholders, and by stakeholders
operation Recovery quickly, seen buthe main externals) and externals)
no long tem stake holder), Down time 8-29 Total los of
negative impacts Down time 1-7 days, business
days Business recovery
Temporary is long time
business
interruption

Resources Can be effectively Can be effectively Can be effectively Additional Third party support
contained by local contained by local contained under resources required required to contain
personnel under supervision normal to manage the situation
from head offices management situation
procedures

Modul Manajemen Risiko | 58


Media Attention No local complaint Local complaint Inlikely to attract Likely to attract International media
or internaily media attention national and attention is certain
covered international
media attention
5
1 2 3 4
Crisis /
Insignificant Minor Moderate Major
Catastrophic

A. Almost Certain H H E E E

B. Likely M H H E E

C. Possible L M H E E

D. Unlikely L L M H E

E. Rare L L M H H

Modul Manajemen Risiko | 59


D. Risk Nomograms
Metoda lain untuk menganalisa dikembangkan oleh NASA dalam bentuk
Nomogram Risiko seperti pada gambar di bawah ini.
Dengan menggunakan nomogram risiko, kita dapat lebih muda mengukur
tingkat risiko yang lebih spesifik dibanding dengan matrik risiko.
Penggunaan nomogram dimulai dengan menentukan kemungkinan (likelihood)
risiko yang diberi 6 (enam) tingkatan dari kemungkinan yang paling rendah (sangat
kecil kemungkinan terjadinya) sampai kemungkinan yang paling tinggi (dapat terjadi
setiap saat dalam kondisi normal).

Gambar: Nomogram Risiko

Modul Manajemen Risiko | 60


Misalnya kemungkinannya sedang (conceivable but very unlikely). Dari titik ini
ditarik garis memotong faktor pajanan dari suatu risiko. Semakin besar paparannya,
maka kemungkinan terjadinya juga semakin tinggi dan konsekuensinya juga semakin
besar. Misalnya paparan terhadap risiko antara setiap hari dan sebulan sekali.
Garis penghubung ini akan memotong garis bantu (tie line) yang berada di
tengah. Selanjutnya titik potong ini dihubungkan dengan nilai konsekuensinya sangat
serius dan dapat berakibat fatal. Garis ini akan memotong sumbu nilai risiko (risk
score) yaitu sekitar 30.

Modul Manajemen Risiko | 61


BAB V
EVALUASI RISIKO

Sebagaimana program-program lainnya pelaksanaan manajemen resiko perlu


dievaluasi. Yang dimaksudkan evaluasi dalam hal ini adalah peninjauan kembali
berbagai jenis resiko yang telah dilakukan benar-benar efektif dapat mengurangi
tingkat resiko yang ada. Juga untuk meninjau kembali apakah usaha-usaha yang
telah dilakukan masih relevan dengan kondisi yang ada.

Langkah-langkah evaluasi ini meliputi :

 Meninjau ulang terhadap proses pekerjaan, adakah perubahan-perubahan yang


dilakukan
 Melihat kembali dokumen-dokumen yang telah dikerjakan serta mencocokan
dengan praktek dilapangan
 Meninjau ulang apakah perlu penambahan atau pengurangan dalam teknik
pengendaliannya pada dokumen-dokumen sebelumnya, yang sedemikian rupa
sehingga dapat menjadikan lebih efektif.

Manfaat yang diperoleh dari evaluasi ini adalah penyelenggaraan K3 akan


selalu waspada terhadap berbagai bahaya dan berbagai kemungkinan yang dapat
terjadi.

A. Teknik Evaluasi Risiko


Suatu risiko tidak akan memberikan makna yang jelas bagi manajemen atau
pengambil keputusan lainnya jika tidak diketahui apakah risiko tersebut signifikan
bagi kelangsungan bisnis. Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut dari penilaian risiko
dilakukan evaluasi risiko untuk menentukan apakah risiko tersebut dapat diterima
atau tidak menentukan prioritasi risiko. Untuk mendapat gambaran yang baik dan
tepat mengenai risiko, dilakukan penentuan peringkat risiko atau prioritas risiko.

Modul Manajemen Risiko | 62


Peringkat risiko sangat penting sebagai alat manajemen dalam mengambil
keputusan. Melalui peringkat risiko manajemen dapat menentukan skala prioritas
dalam penanganannya. Manajemen juga dapat mengalokasikan sumbe daya yang
sesuai untuk masing-masing risiko sesuai dengan tingkat prioritasnya. Setelah
menyusun peringkat risiko pertanyaan berikutnya adalah bagaimana menentukan
risiko yang dapat diterima?
Ada berbagai pendekatan dalam menentukan prioritas risiko antara lain
berdasarkan standar Australia 10014b yang menggunakan tiga kategori risiko yaitu :
 Secara umum dapat diterima (generally acceptable)
 Dapat ditolerir (tolerable)
 Tidak dapat diterima (generally unacceptable)
Dalam pembagian ini diperkenalkan konsep mengenai ALARP (As Low As
Reasonably practicable) yang menekankan pengertian tentang “practicable” atau
praktis untuk dilaksanakan. Praktis untuk dilaksanakan artinya pengendalian risiko
tersebut dapat dikerjakan atau dilaksanakan dalam konteks biaya, manfaat, interaksi
dan operasionalnya. Konsep lain dari “practically” adalah “reasonable”.

B. Kriteria Risiko

Kriteria risiko diperlukan sebagai landasan untuk melakukan pengendalian


bahaya dan mengambil keputusan untuk menentukan sistem pengaman yang akan
digunakan. Pada area merah (Risiko tidak dapat diterima) adanya risiko tidak dapat
ditolerir, sehingga harus dilakuakn langkah pencegahan. Pada bagian kuning atau
area ALARP, risiko dapat ditolerir dengan syarat semua pengamanan telah dijalankan
dengan baik.
Pengendalian lebih jauh tidka diperlukan jika biaya untuk menekan risiko sangat besar
sehingga tidak sebanding dengan manfaatny. Pada area hijau risiko sangat kecil dan secara
umum dapat diterima dengan kondisi normal tanpa melakukan upaya tertentu.

Modul Manajemen Risiko | 63


Risiko Secara tidak umum tidak Risiko tidka dapat
dapat diterima diterima, kecuali
Tinggi dalam kondisi sangat
khusus
Basic Safety Limit

ALARP or Tolerable Kurangi risiko sampai


batas yang dapat
diterima.

As Low As Reasonable Sisa risiko dapat


Predictable diterima, hanya jika
pengurangan risiko
lebih lanjut tidak
memungkinkan

Batas Aman

Secara umum dapat Pengurangan risiko


diterima tidka diperlukan lebih
lanjut karena sumber
daya yang dikeluarkan
tidak sebanding
dengan penurunan
risiko

Risiko
Rendah

Gambar: Konsep ALARP


Penggunaan Nomogram

Modul Manajemen Risiko | 64


Disamping pendekatan ALARP seperti di atas, NASA juga mengembangkan
pendekatan dengan menggunaan nomogram sebagai berikut :

Gambar: Nomogram

Dari nilai risiko yang diperoleh selanjutnya dievaluasi apakah risiko tersebut
dapat diterima atau tidak. Risiko dapat diturunkan atau dihilangkan sama sekali yang
digambarkan dalam prosentase. Misalkan kita ingin menekan risiko sampai 50%.
Dari titik nilai risiko ditarik garis melalui nilai pengurangan risiko yang
diinginkan memotong garis bantu. Pengurangan risiko tentu memerlukan biaya yang
besarnya tergantung bagaimana jenis dan strategi pengendalian yang dilakukan.
Apakah dengan cara perbaikan teknis atau cukup dengan perbaikan prosedur.

Modul Manajemen Risiko | 65


Misalnya biaya pengendalian sebesar US$ 300,-. Kemudian ditarik garis yang akan
memotong garis justifikasi. Semakin kecil nilainya, maka tindakan pengendalian
risiko semakin tidak layak, secara ekonomis. Jika untuk menghilangkan risiko
ternyata memerlukan biaya yang sangat besar, tentu tidak layak dipertimbangkan.

Modul Manajemen Risiko | 66


BAB VI

PENUTUP

Penatalaksanaan manajemen resiko ditempat kerja merupakan tamggung


jawab pengusaha dalam kaitannya dengan pengendalian dan pencegahan kecelakaan
kerja. Berbagai teknik dan metode yang merupakan gabungan dari berbagai macam
disiplin ilmu. Sebagian uraian dari penatalaksanaan manajemen resiko ditempat kerja
yang teangkum dalam modul ini masih banyak yang perlu diperbaiki.

Dengan selesainya modul ini kita berharap dapat memberikan masukkan


sekaligus memberikan pengentahuan yang dapat dipraktekan di tempat kerja.
Akhirnya, masukkan dan saran dari para pembaca akan diterima untuk perbaikan
selanjutnya.

Modul Manajemen Risiko | 67


LAMPIRAN

Modul Manajemen Risiko | 68


Modul Manajemen Risiko | 69
Modul Manajemen Risiko | 70
Modul Manajemen Risiko | 71

Anda mungkin juga menyukai