Anda di halaman 1dari 24

TUGAS LINTAS MINAT

PEMASARAN JASA BIDANG KESEHATAN


EVOLUTION OF MARKETING CONCEPT

Disusun oleh:
Yamien Alviera (101611133034)
Ana Istighfarisma (101611133066)
Mitha Qurotta Ayuni (101611133093)
Nur Afidah Novitasari (101611133149)
Dewi Puji Ayuningrum (101611133171)

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
2019

0
Daftar Isi

Daftar Isi..................................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..........................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
2.1 Perbedaan Marketing Produk dan Marketing Jasa....................................4
2.1.1 Pengertian Product Marketing...........................................................4
2.1.2 Pengertian Service Marketing............................................................4
2.1.3 Perbedaan Product Marketing dan Service Marketing......................5
2.2 Evolusi Konsep Marketing Produk dan Marketing Jasa...........................7
2.2.1 Evolusi Konsep Marketing Philip Kotler...........................................7
2.2.2 The Five Evolution Eras of Marketing...............................................9
2.3 Macam-macam Marketing......................................................................13
2.3.1 Marketing 1.0.........................................................................................13
2.3.2 Marketing 2.0.........................................................................................13
2.3.3 Marketing 3.0.........................................................................................14
2.3.4 Marketing 4.0.........................................................................................18
2.4 Evolusi Konsep Marketing pada Bidang Kesehatan...............................19
BAB III..................................................................................................................22
PENUTUP..............................................................................................................22
3.1 Kesimpulan..............................................................................................22
Daftar Pustaka........................................................................................................23

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan sektor jasa yang begitu cepat yang didukung oleh
beberapa alasan. Diantaranya dipicu oleh perubahan demografis, salah
satunya dapat dilihat dari meningkatnya tingkat harapan hidup yang pada
akhirnya menghasilkan peningkatan jumlah populasi usia lanjut/pensiunan.
Peningkatan jumlah populasi pensiunan ini mendorong permintaan baru akan
jasa menghabiskan waktu luang seperti jasa travel dan juga menimbulkan
permintaan yang meningkat terhadap produk jasa perawatan kesehatan dan
keperawatan (nursing). Konsumsi jasa seperti travel, penginapan, restoran,
hiburan, komunikasi, kesehatan dan keuangan adalah sektor-sektor jasa yang
banyak dikonsumsi dan memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan
perekonomian.

Menurut Valarie A. Zethaml & Mary Jo Bitner (1996), pada dasarnya


jasa merupakan semua aktifitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan
produk dalam bentuk fisik atau kontruksi, yang biasanya dikonsumsi pada
saat yang sama dengan waktu dihasilkan dan memberikan nilai tambah
(seperti misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan atau kesehatan) atau
pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen.

Pemasaran merupakan bagian dari bisnis yang terus berkembang mulai


dari era awal perdagangan sederhana hingga memasuki era produksi dan
penjualan barang maupun jasa secara kompleks pada abad 21 (Boone dan
Kurtz, 2014). Hingga saat ini, evolusi konsep marketing terbagi ke dalam
lima era, yaitu : production era, sales era, marketing era, relationship era,
dan social era. Perkembangan pemasaran jasa disebabkan pertumbuhan
industri jasa murni (pure service), seperti travel, kesehatan, jasa finansial,
pendidikan dan komunikasi. Sehingga muncul berbagai usaha untuk
mengidentifikasi perbedaan dan persamaan pada industri. Usaha untuk
menerapkan teknik pemasaran pada sektor jasa telah membawa kepada
pemikiran kembali tentang pentingnya konsep pemasaran.

2
Levit pada tahun 1981 menuliskan artikel ‘intangible’ yang
memunculkan pertanyaan “Is marketing of services different from the
marketing goods?” (Lupiyoadi, 2014). Dari pertanyaan yang dimunculkan
oleh Levit, maka disusun makalah ini untuk mengetahui perbedaan antara
product marketing dan service marketing. Selain mengetahui perbedaan
tersebut, disusunnya makalah ini untuk mengetahui evolusi dari pemasaran
produk dan pemasaran jasa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa perbedaan antara pemasaran produk dan pemasaran jasa?
2. Bagaimana evolusi dari pemasaran produk dan pemasaran jasa?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan perbedaan antara pemasaran produk dan pemasaran jasa serta
menjelaskan evolusi konsep pemasaran produk dan pemsaran jasa.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan perbedaan antara pemasaran produk dan pemasaran jasa
2. Menjelaskan evolusi konsep pemasaran produk dan pemsaran jasa.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Marketing Produk dan Marketing Jasa


2.1.1 Pengertian Product Marketing
Product Marketing mengacu pada proses di mana kegiatan
pemasaran diselaraskan untuk mempromosikan dan menjual produk
tertentu. Proses tersebut dimulai dari analisis pasar, mengantarkan
produk ke pelanggan dan menerima umpan balik. Prosesnya bertujuan
untuk mengetahui pasar yang tepat bagi produk dan penempatannya
sedemikian rupa sehingga mendapat respon pelanggan yang baik. Hal
ini mencakup promosi dan penjualan produk ke khalayak sasarannya,
yaitu calon pembeli dan pelanggan tetap. Berbagai aktivitas yang
terlibat dalam pemasaran produk melibatkan analisis pasar, identifikasi
permintaan konsumen, perancangan dan pengembangan produk,
penetapan harga, penerapan produk baru, komunikasi, periklanan,
penentuan posisi, pendistribusian, penjualan, review dan umpan balik
(Sravana, 2018).

2.1.2 Pengertian Service Marketing


Service marketing adalah pemasaran berdasarkan hubungan
yang digunakan untuk memasarkan suatu layanan. Service marketing
juga didefinisikan sebagai sistem kegiatan bisnis yang terintegrasi
dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan
dan mendistribusikan layanan yang sesuai untuk kepentingan konsumen
yang ada untuk mencapai tujuan organisasi. Persepsi service marketing
berfokus pada penjualan layanan untuk kepentingan terbaik bagi
pelanggan, ini adalah upaya sistematis dan terkoordinasi dari organisasi
jasa untuk mengembangkan pasarnya dengan memberikan layanan yang
terbaik. Objek pemasaran jasa adalah pencapaian tujuan organisasi
seperti menghasilkan laba, membangun kepemimpinan, kelangsungan
hidup dan pertumbuhan jangka panjang dan kepuasan konsumen
dengan memberikan layanan terbaik. Layanan pemasaran biasanya

4
merujuk pada bisnis ke konsumen (B2C) dan layanan business-to-
business (B2B), dan termasuk pemasaran layanan seperti layanan
telekomunikasi, layanan keuangan, semua jenis layanan perhotelan,
mobil layanan penyewaan, perjalanan udara, layanan perawatan
kesehatan dan layanan professional (Sravana, 2018).

Dapat disimpulkan bahwa service marketing merupakan suatu


proses penciptaan dan penyampaian jasa yang diinginkan pelanggan,
yang meliputi kegiatan yang berkaitan dengan menarik dan
mempertahankan pelanggan, guna untuk memenuhi keinginan dan
kebutuhan organisasi/perusahaan

2.1.3 Perbedaan Product Marketing dan Service Marketing


Tabel 1 Perbedaan product marketing dan service marketing

No. Product Marketing Service Marketing


1. Tangible Intangible
2. Nilai Hubungan
Dapat dikembalikan Tidak dapat dikembalikan setelah
3.
diberikan.
Kepemilikannya bisa ditransfer Kepemilikannya tidak dapat
4. atau dijual kembali ke pihak lain ditransfer dan tidak dijual ke pihak
lain.
Perusahaan yang Layanan tidak dapat dipisahkan
5. memproduksinya, dapat dari penyedianya
dipisahkan
Kualitas suatu produk dapat Kualitas layanan sulit diukur
6.
dengan mudah diukur.
7. Sudah terstandarisasi Sangat bervariasi

Perbedaan yang jelas antara product marketing dan service


marketing adalah bahwa produk itu berwujud, dan layanan tidak
berwujud. Produk berwujud sering dianggap lebih mudah dipasarkan
karena dapat diperlihatkan, diperagakan, disentuh, dipajang dan lebih
mudah bagi pelanggan untuk memahami dalam hal nilai atau apakah

5
mereka dibutuhkan. Berbeda dengan service marketing, karena tidak
berwujud bisa lebih sulit untuk menunjukkan nilai. Tujuan dari service
marketing adalah untuk menciptakan hubungan yang baik dengan
pelanggan, mengembangkan dan membangun kepercayaan.

Pada product marketing, perusahaan mempromosikan suatu


produk, apabila produk sudah diterima produk tersebut bisa
dikembalikan lagi dan kepemilikannya bisa ditranfer atau dijual
kembali ke pihak lain. Sedangkan dalam hal service marketing, apabila
konsumen sudah menerima suatu layanan maka layanan tersebut tidak
bisa dikembalikan lagi dan kepemilikannya tidak dapat ditransfer dan
tidak bisa dijual ke pihak lain. Dalam product marketing, produk dapat
dipisahkan dari produsennya sehingga mereka tahan lama dan dapat
diinventarisasi. Sebaliknya, dalam service marketing, layanan tidak
lepas dari sumbernya yaitu penyedia layanan. Oleh karena itu produksi
dan konsumsi layanan bersifat simultan yakni mudah rusak.

Kualitas pada product marketing dapat dengah mudah diukur.


Berbeda dengan service marketing, kualitasnya lebih sulit untuk diukur.
Produk yang ditawarkan pada product marketing biasanya sudah
terstandarisasi sehingga mereka tidak dapat diubah sesuai kebutuhan
pelanggan. sebaliknya, layanan yang ditawarkan pada service
marketing sangat bervariasi dan dapat dengan mudah disesuaikan
dengan kebutuhan pelanggan.

6
2.2 Evolusi Konsep Marketing Produk dan Marketing Jasa
2.2.1 Evolusi Konsep Marketing Philip Kotler

Gambar 1 The Evolution of Marketing Concepts


Konsep pemasaran berkembang mulai dari fokus pada bidang
manajemen produksi di tahun 1950 sampai 1960-an, menjadi fokus
pada bidang manajemen pelanggan atau customer management di tahun
1970 sampai 1980-an. Kemudian jauh berkembang pada tahun 1990
sampai 2000-an dengan menambah ilmu tentang brand management.
Konsep pemasaran yang terus beradaptasi mengikuti perkembangan
manusia agar konsep tersebut dapat terus digunakan.
Sejak Neil Borden menciptakan istilah "marketing mix" yang
terkenal pada 1950-an dan Jerome McCarthy diperkenalkan empat P
(Promotion, Product, Price, Place) di tahun 1960-an, konsep pemasaran
telah mengalami transformasi yang signifikan sambil beradaptasi
dengan lingkungan yang berubah. Sektor pabrik adalah pusat ekonomi
A.S. di tahun 1950-an pasca perang dan terus berlanjut melambung
selama 1960-an. Dalam lingkungan seperti itu, adalah logis untuk
melihat pengembangan konsep pemasaran hanya terfokus pada disiplin
manajemen produk.
Pemasaran pada awalnya dipandang sebagai salah satu dari
beberapa fungsi penting yang mendukung produksi, bersama dengan

7
keuangan dan sumber daya manusia. Fungsi utama pemasaran adalah
untuk menghasilkan permintaan akan produk. Empat P McCarthy
secara ringkas menjelaskan praktik umum manajemen produk pada
masa itu: kembangkan suatu produk, tentukan harganya, lakukan
promosi, dan mengatur tempat distribusi. Karena bisnis sedang
meningkat selama dua dekade itu, tidak ada yang dibutuhkan dari
pemasaran selain dari pedoman yang taktis tersebut.
Namun, semuanya tiba-tiba berubah ketika ekonomi AS dan
Ekonomi Barat pada umumnya dilanda guncangan minyak stagflasi
pada 1970-an. Ekonomi tetap tidak pasti sepanjang 1980-an karena
pertumbuhan ekonomi sebagian besar bermigrasi ke negara-negara
berkembang di Asia. Menghasilkan permintaan selama masa yang
bergejolak dan tidak menentu ini lebih sulit dan diperlukan lebih dari
empat P. Permintaan jarang. Beberapa produk diluncurkan untuk
bersaing satu sama lain untuk memenangkan pembeli. Selama dua
dekade ini, konsumen menjadi pembeli yang lebih pintar. Dalam benak
konsumen, banyak produk dilihat sebagai komoditas karena mereka
punya tidak ada posisi yang berbeda. Lingkungan yang berubah
memaksa profesional pemasaran untuk berpikir lebih keras dan
menciptakan yang lebih baik konsep. Semakin banyak P — orang,
proses, bukti fisik, opini publik, dan kekuatan politik bergabung dengan
empat P yang asli. Namun, model klasik Marketing 1.0 tetap taktis
dalam alam.
Penurunan ini adalah berkah tersembunyi, karena pemasaran
akhirnya menjadi terkenal selama periode permintaan yang rendah ini.
Untuk merangsang permintaan akan produk, pemasaran berkembang
dari taktis murni ke tingkat yang lebih strategis. Pemasar menyadari
bahwa untuk secara efektif menghasilkan permintaan, "pelanggan"
harus mengganti "produk" di jantung semua kegiatan pemasaran.
Disiplin manajemen pelanggan, termasuk strategi seperti segmentasi,
penargetan, dan penentuan posisi (STP), diperkenalkan. Pada titik ini,
pemasaran tidak lagi hanya taktis. Karena lebih fokus pada pelanggan

8
daripada pada produk, pemasaran menjadi strategis. Sejak itu,
pengembangan keempat Ps selalu didahului oleh pengembangan STP.
Pengenalan model pemasaran strategis menandai kelahiran pemasaran
modern. Ini asal mula Pemasaran 2.0.
Tahun 1989 menjadi titik kritis untuk pemasaran. Komputer
pribadi telah memasuki arus utama dan internet lahir sebagai pelengkap
yang kuat di awal 1990-an. Jaringan komputer itu disertai dengan
jaringan manusia. Komputasi jaringan memungkinkan lebih banyak
interaksi antar manusia dan difasilitasi penyebaran informasi dari mulut
ke mulut. Itu membuat informasi di mana-mana dan tidak lagi langka.
Konsumen menjadi terhubung dengan baik dan dengan demikian
mendapat informasi.
Untuk merangkul perubahan ini, pemasar di seluruh dunia
memperluas konsep pemasaran untuk fokus pada keadaan emosi
manusia. Mereka memperkenalkan konsep-konsep baru seperti
emosional pemasaran, pemasaran pengalaman, dan ekuitas merek.
Untuk menghasilkan permintaan, itu tidak lagi cukup untuk
menargetkan pikiran pelanggan dengan model penentuan posisi klasik.
Dulu diperlukan untuk menargetkan hati pelanggan juga. Konsep
pemasaran yang muncul pada 1990-an dan 2000-an kebanyakan
mencerminkan disiplin manajemen merek.
Menengok ke belakang, kita bisa melihat bahwa disiplin
pemasaran melewati beberapa tahap dengan menghasilkan konsep baru
pula. Gambar 1 menunjukkan konsep utama itu muncul di setiap dekade
sejak 1950-an.

2.2.2 The Five Evolution Eras of Marketing


Marketing merupakan bagian dari bisnis yang terus berkembang
mulai dari era awal perdagangan sederhana hingga memasuki era
produksi dan penjualan barang maupun jasa secara kompleks pada abad
21 (Boone dan Kurtz, 2014). Hingga saat ini, evolusi konsep marketing
terbagi ke dalam lima era, yaitu : production era, sales era, marketing

9
era, relationship era, dan social era. Perkembangan ini dapat disajikan
paralel dengan waktu era tersebut kedalam gambar sebagai berikut :

Gambar 2 Five Eras of The Evolution of Marketing Concept

a. Production Era
Production era mulai berkembang pada tahun 1850an dan
mulai sangat dominan pada tahun 1900an. Pada era ini, konsep
marketing berfokus pada efisiensi produksi suatu barang. Filosofi
yang berkembang pada era ini adalah konsumen akan tertarik pada
ketersediaan suatu barang dengan harga murah. Hal ini tersirat
bahwa proses produksi pada era tersebut berfokus pada produksi
yang murah, efisiensi, dan distribusi yang intensif.
Pada era produksi pabrik akan lebih mengutamakan
peningkatan output dengan asumsi konsumen akan mencari produk
tersebut apabila dijual dengan harga terjangkau dan kualitas produksi
yang baik (Miller dan Layton, 2001). Dengan berkembangnya
konsep marketiong yang seperti itu, akan mempersempit makna dari
proses produksi itu sendiri. Produsen pada era ini akan kehilangan
ide tentang inti produksi yaitu untuk memenuhi harapan konsumen
dan memberikan nilai dari proses konsumsi produk tersebut.

10
Berdasarkan hal tersebut, saat ini konsep marketing pada era
produksi mungkin sudah tidak terlalu banyak digunakan. Tetapi tidak
menutup kemungkinan, filosofi dari konsep marketing pada era ini
tetap dijalankan pada konsep marketing lainnya yang lebih dominan
misalnya dalam upaya ekspansi produk maupun untuk
memperkenalkan produk baru.
b. Sales Era
Sales era merupakan era perkembangan konsep marketing
yang merupakan lanjutan dari production era. Penerapan konsep
marketing dengan filosofi sales ini dominan pada tahun 1930 sampai
tahun 1950. Pada era ini perusahaan lebih berkonsentrasi pada
penjualan produk yang telah diproduksi.pada era ini perusahaan
mulai mempertimbangkan untuk membentuk departemen khusus
yang bertanggung jawab terhadap penjualan produk.
Konsep yang berkembang pada era ini menitikberatkan
bahwa perusahaan dapat menjual produk apapun melalui teknik
marketing, seperti iklan dan penjualan barang secara pribadi (Kotler
dan Armstrong, 2008). Pada era ini, asumsi yang berkembang adalah
pentingnya melakukan pendekatan marketing kepada konsumen agar
mereka memiliki alasan untuk membeli suatu produk tertentu.
Era ini mengalami perkembangan konsep beriringan dengan
terjadinya peningkatan produksi pada masa Revolusi Industri
dikarenakan meningkatnya efisiensi. Hal ini yang menuntut
perusahaan untuk melakukan marketing penjualan (sales marketing)
untuk menjual produk mereka dan dapat bersaing di pasar. Akan
tetapi, kekurangan dari era ini adalah perusahaan hanya berfokus
pada penjualan produk sebanyak mungkin pada konsumen tanpa
memperdulikan kepuasan konsumen.
c. Marketing Era
Konsep marketing pada era ini adalah yang paling
mendominasi pada evolusi konsep marketing yaitu dimulai sekitar
tahun 1950an dan terus dominan hingga abad ke 21. Asumsi yang
berkembang pada era ini bahwa titik awal dari suatu proses

11
penjualan produk adalah kebutuhan dan keinginan konsumen
darpada kebutuhan penjual dan produk.
Pada era ini konsep marketing menggunakan perspektif
outside-in yaitu mengintegrasikan semua kegiatan marketing untuk
menciptakan hubungan yang baik dengan konsumen atas dasar nilai
kepuasaan yang dirasakan oleh konsumen (Kotler dan Amstrong,
2008). Pada era ini pula marketing jasa mulai berkembang seiring
dengan kebutuhan dan nilai yang diharapkan oleh konsumen.
Sehingga, pada era ini memungkinkan dalam suatu proses marketing
konsumen ditawarkan sekaligus produk dan jasa dengan tujuan
bisnis untuk memuaskan konsumen.
d. Relationship Era
Era ini dimulai pada akhir tahun 1990an disaat konsep
merketing berkembang dengan semakin fokusnya perusahaan dalam
menjalin hubungan dengan konsumen dalam jangka panjang dari
waktu ke waktu untuk mempertahankan kepuasan konsumen. Pada
era ini berkembang Customer Relationship Management (CRM).
Konsep marketing pada era ini bertujuan untuk menumbuhkan
loyalitas konsumen dan agar konsumen dapat mengulangi proses
bisnis atau konsumsi atas produk maupun jasa yang dihasilkan oleh
produsan maupun suatu perusahaan.
e. Social Era
Konsep marketing pada social era berkembang mulai tahun
1970an dan terus berkembang hingga saat ini yang seringkali
tumpang tindih dengan konsep pada marketing era. Asumsi yang
sering terjadi pada era ini adalah kemungkinan adanya
ketidaksesuaian dengan kebutuhan jangka pendek dengan kebutuhan
jangka panjang masyarakat. Akan tetapi, perusahaan harus tetap
memastikan kesejahteraan jangka panjang masyarakat dalam hal ini
adalah konsumen.
Konsep marketing pada social era merupakan konsep yang
paling baik untuk diterapkan karena menyelaraskan tujuan bisnis
dengan tujuan konsumen yang terkadang bertentangan (Kotler dan
Amstrong, 2008). Melalui konsep ini diketahui bahwa tujuan

12
marketing dalam suatu perusahaan atau organisasi adalah untuk
mengetahui kebutuhan, keinginan, dan minat target pasar untuk
memberikan kepuasan yang lebih optimal daripada pesaing dengan
cara meningkatkan dan menjaga kesejahteraan konsumen.

2.3 Macam-macam Marketing


2.3.1 Marketing 1.0
Marketing 1.0 adalah Marketing yang berfokus pada produk, disebut
juga “Product-Centric Era”. Di sini produsen membuat produk yang bagus.
Kegiatan Marketing diarahkan sesuai dengan kemauan produsen. Misalnya
persuasi orang untuk membeli produk tersebut lewat iklan dan sebagainya.
Keinginan konsumen tidak terlalu diperhatikan.
Menurut Kertajaya (2010:14) Marketing 1.0 mengandalkan
kemampuan berfikir yaitu pertimbangan produk bagus dan harga terjangkau.
Konsumen memilih produk berdasarkan tinggi-rendahnya harga yang di
tawarkan produsen. Level pemasaran yang bersifat intelektual ini ditandai
dengan penggunaan rangkaian perangkat seperti Marketing mix, branding,
positioning dan sebagainya dan pada level ini konsumen sangat mudah
berpindah.

2.3.2 Marketing 2.0


Seiring perkembangan zaman, terutama tren globalisasi peranan
teknologi yang semakin canggih, di tahun 1990-an dunia pemasaran mulai
bergeser ke era Marketing 2.0 yang ditandai dengan emotional Marketing.
Secara umum praktik pemasaran di era Marketing 2.0 berbasiskan
kemampuan emosional. Meskipun suatu produk lebih mahal dibandingkan
yang lainnya, tapi produk tetap dipilih konsumen sebab sudah memiliki
ikatan emosional dengan produknya.
Marketing 2.0 adalah Marketing yang berfokus pada pelanggan,
disebut juga “Customer-Centric Era”. Di sini produsen mencari pelanggan
kemudian mempelajari need and want pelanggan. Setelah itu mereka
membuat produknya. Kegiatan Marketing diarahkan sesuai dengan kemauan

13
pelanggan. Tidak hanya produk yang bagus, produsen memperhatikan juga
keinginan pasar.
Marketing 2.0 mengalami transformasi yang terlihat dari perubahan
seperti para pelanggan yang menjadi semakin menonjol sifat
kemanusiawiannya yang diindikasikan dengan semakin kuatnya kesadaran
dan kepedulian mereka terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan
sosial. Kenyataan tersebut di intregasikan sehingga memunculkan konsep
pemasaran baru yaitu Marketing 3.0

2.3.3 Marketing 3.0


Marketing 3.0 adalah Marketing yang berfokus pada kemanusiaan,
disebut juga “Human-Centric Era”. Di sini produsen memperhatikan produk
dan pelanggan. Kegiatan Marketing diarahkan tidak hanya fungsional dan
emosional tetapi lebih ke spiritual. Pelaku bisnis memperhatikan aktifitas
kemanusiaannya, nilai-nilai universal.
Marketing 3.0 akan terlihat dari seberapa dalam hubungan produsen
dengan konsumen dan stakeholder-nya. Wujud spiritualisme adalah
bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan pihak terkait dengan bisnis
kita dengan modal dan menjunjung tinggi kejujuran. Jika sudah sampai
tahap spriritual, hubungan antara perusahaan dan siapapun yang
berkepentingan, apakah itu konsumen, karyawan, stakeholder, dan lain
sebagainya, akan langgeng.
Aplikasi Marketing 3.0 antara lain berupa suatu transformasi sosial
budaya dan pembentukan sosial business enterprise (SBE) sehingga
menghasilkan perubahan seperti adanya pergeseran kondisi tertutup menjadi
terbuka. Hal ini meliputi teknologi yang dapat dilihat dengan terjadinya
peralihan dari dunia fisikal ke digital. Selain itu kemajuan inovasi serta
peralihan dalam bidang sains dan teknologi semakin meminimalisir
penghalang antar industri dan membentuk industri-industri yang terbuka
pula.
Selanjutnya adanya pergeseran dari kondisi vertikal ke horizontal.
Pergeseran ditandai dengan terbentuknya hubungan di antara perusahaan
dengan para pelanggannya yang semakin horizontal dimana para pelanggan

14
tidak bisa di lihat dar sekedar sebagai suatu sasaran yang di podidikan pada
bagian bawah dala suatu hierarki pasar. Saat ini dan masa yang akan datang
para pelanggan lebih tepat diposisikan dalam satu tingkat yang sederajat
sebagai teman.
Contoh dalam bidang kesehatan adalah dokter yang praktek di rumah
sakit tidak akan menganjurkan pasien membeli obat dari perusahaan farmasi
lain hanya karena memiliki jaringan dengan dokter tersebut, maka pasien
harus membeli obat di rumah sakit tersebut.

Gambar 1. Perbandingan Marketing 1.0, 2.0, dan 3.0

Contoh Point A (Objective Perusahaan) :


a. Marketing 1.0 (menjual produk)
Sebuah perusahaan hanya berfokus untuk menjual produk sesuai
yang dibutuhkan oleh konsumennya. Contohnya perusahaan hanya
menjual barang seperti kursi untuk kebutuhan pada ruang tamu untuk
duduk konsumennya.
b. Marketing 2.0 (memuaskan dan membuat konsumen loyal)
Perusahaan selain berfokus pada menjual produk juga berfokus
pada pelayanannya kepada konsumen sehingga konsumen mempunyai

15
ikatan kuat kemudian konsumen menjadi loyal pada perusahaan tersebut.
Contohnya perusahaan menjual suatu barang misalnya kursi namun
perusahaan tersebut juga melayani konsumen yang membeli kursi dengan
ramah,menjelaskan produk dengan asik dan interaktif dan lain sebagainya
sehingga konsumen merasa puas hingga akhirnya timbul rasa loyalitas dari
konsumen tersebut.
c. Marketing 3.0 (membuat dunia yang lebih baik)
Perusahaan yang menjual produk tidak hanya sekedar menjual
namun juga menjadikan produk tersebut bermanfaat bernilai dan
menjadikan konsumen puas terhadap produk tersebut dengan
meningkatkan berbagai hal misalnya teknologi. Contohnya perusahaan
menjual produk kursi namun bukan sekedar kursi melainkan terdapat hal
yang khusus terdapat pada kursi tersebut dengan suatu teknologi sehingga
berbeda dengan yang lainnya.

Contoh Point B (Pemicu Arus Pergerakan)


a. Industrial Revolution
Di tandai dengan penemuan komputer ,internet,dan telepon genggam yang
dapat di gunakan untuk produksi dalam kegiatan indstri.
b. Teknologi Informsi dan Komunikas
Teknolgi mendorong munculnya karakter pelangang baru yang semakin
mengedepankan emotional benfit dari pada fuctional benefit.
c. Teknologi New Wave
Adalah suatu cara marketing yang lebih menekankan untuk mendorong
costumer untuk mengikut mepromosikan produk secara tidak langsung

Contoh Point C (Bagaimana Perusahaan Melihat Konsumen) :


a. Marketing 1.0 (mass buyers dengan kebutuhan fisik)
Perusahaan menjual suatu produk berdasarkan kebutuhan fisik dari
konsumennya seperti halnya menjual kursi hanya untuk memenuhi
kebutuhan untuk duduk konsumen tersebut di ruang tamu rumahnya.
b. Marketing 2.0 (konsumen yang memiliki rasional dan emosional)
Perusahaan menjual produk serta menjual daya tarik produk
tersebut dengan ikatan emosional dari konsumen tersebut. Contohnya
perusahaan menjual kursi dan perasaan nyaman serta puas ketika membeli
suatu produk kursi tersbut.

16
c. Marketing 3.0 (konsumen yang secara holistic memiliki mind, heart and
spirit)

Perusahaan berfokus pada produk yang dijual dan memperhatikan perasaan dari
konsumennya. Contohnya menjual produk kursi kepada konsumen kemudian
konsumen menginginkan sesuatu yang berbeda maka perusahaan akan
mencarikan produk kursi yang sesuai dengan permintaan konsumen tersebut agar
konsumen merasa puas dengan produk dan pelayanan dari perusahaan tersebut.

Contoh Point D (Kunci Konsep Pemasaran)


a. Pembangunan Produk
1. Pemicu gagasan
2. Penyaringan gagasan
3. Pengembangan dan pengujian konsep
4. Pengembangan strategi pemasaran
5. Analisis usaha
6. Pengembangan produk
7. Pengujian pasar
8. Komersialisasi
b. Diferensiasi
1. Deferensiasi pelayanan,
2. Deferensiasi personil
3. Deferensiasi saluran
4. Deferensiasi citra
c. Nilai-Nilai (Values)
Pemanfataan dari suatu produk bila di bandingkan dengan produk
lain,nilai ini tidak sama denga harga walapun produk memiliki nilai yang
tinggi biasanya akan lebh mahal.pemasar biasanya akan berusaha
berkomunikasi nilai ini kepada konsumen.

2.3.4 Marketing 4.0


Marketing 4.0 adalah Marketing yang berfokus pada kemanusiaan di
era digital (Marketing 3.0 + digital). Ini merupakan pendekatan pemasaran
yang mengkombinasikan interaksi online dan interaksi offline antara
perusahaan dengan pelanggan. Selain mengkombinasikan online dan offline,
Marketing 4.0 juga mengintegrasikan antara style dan substance. Artinya,
merek tidak hanya mengedepankan branding bagus, tetapi juga konten yang
relevan dengan pelanggan atau menyuguhkan konten yang bagus dengan
kemasan yang up-to-date dan bagus.

17
Marketing 4.0 juga mengembangkan konektivitas machine-to-
machine dan artificial intelligence dalam rangka mendongkrak
produktivitas. Tetapi, itu harus diimbangi dengan pengembangkan
konektivitas human-to-human yang justru akan memperkuat customer
engagement. Intinya, pengembangan teknologi tidak berhenti pada teknologi
itu sendiri, tapi bagaimana teknologi ini membantu merek dalam
memanusiakan relasi dengan para pelanggannya.
Dalam Marketing 4.0, digital Marketing tidaklah menggantikan
pemasaran tradisional. Sebaliknya, keduanya hadir bersama alias coexist di
era sekarang. Keduanya saling mengisi peran satu sama lain, khususnya
dalam perjalanan pelanggan atau customer path. Marketing 4.0 menjadi
pendekatan pemasaran yang mengkombinasikan interaksi online dan offline
yang tujuan utamanya adalah memenangkan advokasi konsumen.
Contoh dalam bidang kesehatan adalah aplikasi Halodoc yang
menyediakan 3 layanan sekaligus yaitu konsultasi dokter, pengantaran obat,
dan pengecekan hasil lab. Halodoc tidak hanya memperhatikan pelayanan
yang diberikan kepada konsumen seperti keramahan dan sikap tanggap,
aplikasi Halodoc juga selalu memperbarui konten dan layout aplikasi yang
terbarukan sehingga tampilan dari aplikasi bagus dan menarik konsumen.

2.4 Evolusi Konsep Marketing pada Bidang Kesehatan


Konsep marketing dalam bidang kesehatan juga mengalami evolusi
seiring dengan evolusi konsep marketing dalam bidang bisnis pada umumnya.
Evolusi konsep marketing bidang kesehatan dapat dijelaskan kedalam tiga
tahap yang sebenarnya tidak jauh beda dengan evolusi konsep marketing pada
umumnya, sebagai berikut :
a. Tahap 1 : Product Differentiation and the Rise of the Consumer
Pada tahap ini berkembangnya marketing di bidang kesehatan adalah
untuk memperkenalkan produk dan jasa layanan kesehatan kepada
masyarakat. Selain itu, pada tahap ini produsen produk dan provider
layanan kesehatan semua memasuki pasar untuk mengetahui tingkat
persaingan.
b. Tahap 2 : The Role of Sales

18
Pada tahap ini produsen produk dan provider jasa layanan kesehatan
berfokus pada menjual seoptimal mungkin produk dan jasa mereka kepada
konsumen. Pada tahap ini mulai berkembang berbagai upaya marketing
untuk seperti pengiklanan untuk tercapainya efisiensi penjualan dan dapat
bersaing di pasar.
c. Tahap 3 : The Rise of the Customer
Pada tahap ini terjadi perkembangan yang pesat pada service marketing di
bidang kesehatan. Pada tahap ini terjadi upaya memperkuat organisasi
layanan kesehatan ke dalam sistem yang semakin besar menghasilkan
pembentukan organisasi yang lebih besar dengan sumber daya yang
diperluas dan manajemen yang lebih canggih. Dalam tahap ini, suasana
bisnis dalam bidang kesehatan semakin berkembang tanpa
mengesampingkan pengutamaan terpenuhinya kebutuhan masyarakat agar
tercapai kepuasan.

Menurut Paul, J., & Hanna, J. B. (1997) banyak organisasi


perawatan kesehatan yang mengadopsi praktik bisnis standar, termasuk
pemasaran, dengan cara yang cepat dan nontradisional. Prinsip pemasaran
sering diterapkan pada promosi layanan kesehatan, tetapi adopsi konsep
pemasaran sebagai filosofi pemandu untuk pengiriman layanan kesehatan
masih jarang. Penerapan konsep pemasaran yang tepat oleh organisasi
perawatan kesehatan dapat mengidentifikasi peluang pasar baru,
meningkatkan layanan pelanggan, dan meningkatkan profitabilitas.
Esensi dari konsep pemasaran adalah bahwa sebuah organisasi harus
mencoba untuk membuat keuntungan dengan melayani kebutuhan konsumen.
Menurut Paul, J., & Hanna, J. B. (1997) diperlukan komitmen terhadap empat
komponen dalam pelaksanaan konsep pemasaran yang sukses:
1. Target Pemasaran
Komponen pertama untuk penerus pelaksanaan konsep pemasaran adalah
target pemasaran. Karena organisasi perawatan kesehatan tidak dapat
memenuhi kebutuhan semua pasien potensial, penyedia harus secara
efektif mencocokkan layanan mereka dengan pelanggan yang memiliki
keinginan untuk layanan tertentu. Salah satu pendekatan yang efektif untuk
menargetkan pemasaran melibatkan penggunaan strategi segmentasi pasar

19
untuk mengidentifikasi calon pelanggan. Segmentasi pasar adalah
membagi pelanggan ke dalam kelompok yang relatif homogen sehingga
pasar dipecah menjadi segmen yang berbeda. Pendekatan segmentasi
meningkatkan pemasaran target dengan membatasi pasar pelanggan
tertentu.
2. Orientasi Pelanggan
Kedua, setelah target pemasaran dan segmentasi telah tercapai,
pelaksanaan yang efektif dari konsep pemasaran membutuhkan orientasi
pelanggan untuk menarik dan memuaskan calon pelanggan. Sebuah
organisasi harus terlebih dahulu mengumpulkan informasi yang diperlukan
untuk memahami secara menyeluruh pasar pelanggan tertentu. Kemudian,
komitmen dibuat untuk menyediakan layanan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pasar pelanggan ini pada tingkat tinggi kepuasan
pelanggan. Orientasi pelanggan organisasi harus secara rutin dipantau
untuk memfasilitasi peningkatan kinerja dan pemahaman yang lebih baik
dari variabel yang mempengaruhi kepuasan pelanggan.
3. Pemasaran Terkoordinasi
Komponen kunci ketiga untuk keberhasilan pelaksanaan konsep
pemasaran adalah upaya pemasaran yang terkoordinasi. Upaya yang
terkoordinasi memerlukan keterlibatan organisasi yang luas dalam
perencanaan dan pelaksanaan konsep pemasaran. Beragam kelompok
profesional yang staf organisasi perawatan kesehatan dapat memberikan
informasi yang berharga dan panduan cerdas keputusan yang berkaitan
dengan penyediaan layanan profesional. Staf pemasaran harus dalam
interaksi konstan dengan profesional lain untuk memastikan bahwa
kebutuhan pelanggan sedang dipenuhi pada tingkat kepuasan yang tinggi.
Jika konsep pemasaran harus berhasil dipraktekkan dalam organisasi
perawatan kesehatan, semua anggota staf akan perlu terlibat dalam
pelaksanaan strategi pemasaran.
4. Profitabilitas
Komponen terakhir yang diperlukan untuk keberhasilan pelaksanaan
konsep pemasaran adalah profitabilitas. Sementara profitabilitas bukan

20
tujuan utama untuk banyak organasi perawatan kesehatan (misalnya,
rumah sakit nirlaba), kelangsungan hidup fiskal penting bagi semua
organisasi. Profitabilitas dan memenuhi kebutuhan pelanggan dapat
dicapai secara bersamaan jika konsep pemasaran diimplementasikan
dengan benar. Banyak alat pemasaran spesifik yang tersedia untuk
menerapkan konsep pemasaran dengan benar. Salah satu alat pemasaran
yang berpotensi kuat untuk industri perawatan kesehatan adalah
menawarkan layanan individual.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ada 7 perbedaan antara product marketing dan service marketing,
perbedaan yang jelas adalah product marketing berwujud dan service
marketing tidak berwujud. Perbedaan lainnya yaitu product marketing
menunjukkan nilai, produk datang ke pelanggan, dapat dikembalikan, produk
dapat dijual kembali, dapat dipisahkan dari perusahaan yang memproduksi,
kualitas dapat mudah diukur, dan terstandarisasi. Sedangkan service
marketing menciptakan hubungan, pelanggan datang ke layanan, tidak dapat
dikembalikan, tidak dapat dijual kembali, tidak dapat dipisahkan dari
penyedianya, sulit untuk diukur, dan sangat bervariasi.
Terdapat 2 konsep mengenai product marketing dan service
marketing, yaitu evolusi konsep marketing philip kotler dan the five evolution
eras of marketing. Dalam evolusi konsep marketing philip kotler terdapat
suatu konsep utama yang muncul tiap dekade, konsep postwar pada tahun
1950-1960, konsep soaring pada tahun 1960-1970, konsep turbulent pada
tahun 1970-1980, konsep uncertain pada tahun 1980-1990, konsep one to one
pada tahun 1990-2000, dan konsep financially driven pada tahun 2000an.
Terdapat empat macam model marketing seiring berubahnya zaman, yaitu
Marketing 1.0, Marketing 2.0, Marketing 3.0 dan Marketing 4.0.

The five evolution eras of marketing terbagi menjadi 5 tahap, yaitu


production era, sales era, marketing era, relationship era, dan social era.
Evolusi konsep marketing pada bidang kesehatan terbagi menjadi 3 tahap,
yaitu product differentiation and the rise of the consumer, the role of sales,
dan the rise of the customer. Menurut Paul, J., & Hanna, J. B. (1997)
diperlukan komitmen terhadap empat komponen dalam pelaksanaan konsep
pemasaran yang sukses, yaitu target pemasaran, orientasi pelanggan,
pemasaran terkoordinasi, dan profitabilitas.

22
Daftar Pustaka

Anonym. Chapter Two Future Model of Marketing 3.0. Diakses pada 1 September
2019. https://nscpolteksby.ac.id/ebook/files/Ebook/Business
%20Administration/Marketing%203.0Hermawan%20Kertajaya
%20(2010)/Chapter%20Two%20-%20Future%20Model%20for
%20Marketing%203.0.pdf
Boone, Louis E. and Kurtz, David L. 2014. Essentials of Contemporary Business.
New York : John Wiley and Sons Inc.
Kotler P, Armstrong G. Principles of Marketing. 12th Edition. Upper Saddle
River: Pearson Education Inc. 2008
Kurniawan, Sigit. 2017. “Memahami Marketing 4.0 dalam Konteks Ekonomi
Digital”. [online] http://marketeers.com/mengenal-marketing-4-0-dalam-
konteks-ekonomi-digital/ diakses pada 17 Agustus 2018
Lupiyoadi, R. (2014). Dinamika Bisnis Jasa dan Pentingnya Pemasaran Jasa.
Miller KE, Layton RA. Fundamentals of Marketing, 4th ed., McGraw-Hill.
2001; 3: 146-57
Paul, J., & Hanna, J. B. (1997). Applying the Marketing Concept in Health Care.
Health Marketing Quarterly, 14(3), 3–17. doi:10.1300/j026v14n03_02
RDC. 2017. “Belajar Marketing 4.0 dari Hermawan Kartajaya”. [online]
http://republikdigital.com/belajar-marketing-4-0-dari-hermawan-
kartajaya diakses pada 17 Agustus 2018
Reily, Stephen. 2018. The differences between product marketing and service
marketing. fiftyfiveandfive.com/difference-between-product-and-service-
marketing/. Diakses pada 1 Sept 2019.
Sravana, K. 2015. Service Marketing. University Of Calicut School Of Distance
Education. http://sdeuoc.ac.in/sites/default/files/sde_videos/SLM-
MCom-SERVICE%20MARKETING.pdf. Diakses pada 1 Sept 2019.
___________. Healthcare Marketing : History and Concept.
http://www.philadelphia.edu.jo/academics/aabuaaqoulah/uploads/Health
%20Marketing%20Ch%201.pptx. Diakses pada 1 September 2019, 19:12

23

Anda mungkin juga menyukai