Kualitas Layanan
Konsep kualitas bersifat relatif yaitu tergantung dari perspektif yang digunakan untuk
menentukan ciri-ciri dan spesifikasi. Pada dasarnya, pada produk atau barang berwujud
terdapat tiga orientasi kualitas yang seharusnya konsisten satu dengan yang lain, yaitu (1)
persepsi konsumen, (2) produk, dan (3) proses. Sedangkan untuk jasa, kualitas merupakan
sarana untuk memuaskan tiga unsur utama dari suatu organisasi: (1) pemilik yang
mengharapkan keuntungan atas modal dan kewirausahaan, (2) pelanggan dengan kebutuhan
dan keinginannya, dan (3) karyawan yang berkepentingan dengan kepuasan kerja baik secara
moneter maupun kualitatif.
Kualitas dapat dipandang secara luas sebagai keunggulan atau keistimewaan dan
dapat didefinisikan sebagai penyampaian layanan yang relatif istimewa terhadap harapan
pelanggan. Jika perusahaan melakukan hal yang tidak sesuai dengan harapan pelanggan,
berarti perusahaan tersebut tidak memberikan kualitas layanan yang baik. Lovelock
menyatakan bahwa kualitas layanan adalah perspektif konsumen dalam jangka panjang dan
merupakan evaluasi kognitif dari transfer jasa.
Gonroos menggunakan dua dimensi dalam menilai kualitas layanan yaitu dimensi
kualitas teknis (technical quality) dan kualitas fungsional (functional quality).
Sedangkan atribut dan dimensi dalam SERVQUAL yang dikembangkan oleh
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1998) menjadi dasar pengembangan kajian terhadap
kualitas layanan. Model SERVQUAL ini pun telah mengalami proses penyempurnaan
dengan perubahan dari sepuluh dimensi pada awalnya menjadi lima dimensi. Beberapa pakar
pemasaran berpendapat bahwa SERVQUAL telah menjadi inspirasi terhadap pentingnya
dilakukan pengukuran kualitas layanan khususnya dalam bidang jasa.
Untuk memecahkan masalah ini, menurut Brady dan Cronin (2001), peneliti perlu
menelaah tiga dimensi anteseden utama sebagai alternatif dari dimensi kualitas layanan yaitu:
Kualitas interaksi
Kualitas hasil
Kualitas lingkungan
Terdapat dua pendekatan dalam konsep kualitas, yaitu (1) pendekatan kualitas yang
objektif, dan (2) pendekatan kualitas yang bersifat subjektif.
Beberapa penelitian tentang kualitas layanan dalam ritel bisnis dilakukan oleh:
1. Carman (1990) yang dianggap sebagai pelopor dalam bidang ritel melakukan penelitian
pada ritel ban, dengan menggunakan analisis faktor poros yang diikuti oleh rotasi terhadap
lima dimensi dalam SERVQUAL dengan instrumen yang khusus.
2. Finn dan Lamb (1991) mengembangkan penelitian pada objek department store dan toko
diskon, dengan menggunakan analisis faktor persetujuan menemukan instrumen yang
khusus dalam SERVQUAL. Tanpa melakukan modifikasi pada model SERVQUAL,
model tersebut tidak dapat digunakan secara valid dalam mengukur kualitas layanan dalam
perusahaan ritel.
3. Teas (1993) mengembangkan penelitian pada discount store dengan menggunakan
penelitian gabungan untuk menetapkan harapan dan persepsi konsumen dalam skala
SERVQUAL dan dibandingkan dengan model sikap sebagai titik ideal.
4. Bell et al. (1997) menggunakan teknik insidental untuk mengidentifikasi dan
mengeksplorasi dimensi dari kualitas layanan dalam operasi ritel makanan.
Sedangkan lima penelitian berikutnya merupakan penelitian di bidang ritel yang
benar-benar melakukan modifikasi pada item atribut SERVQUAL, yaitu:
1. Guiry et al. (1992) seperti dikutip dalam loccobucci (1998) dengan analisis faktor
penyelidikan menetapkan 51 atribut dengan 15 atribut yang diadopsi dari model
SERVQUAL dan tambahan 36 item.
2. Dabholkar et al. (1996), juga dengan menggunakan analisis faktor persetujuan,
menetapkan 28 atribut, di mana 17 atribut diadopi dari SERVQUAL ditmbahkan 11 item
baru dengan dimensi aspek fisik, keandalan, interaksi personal, pemecahan masalah,
kebijakan
3. Vasquez dan Ruiz (1995) dalam Vasquez et al. (2001) dengan menggunakan metode
analisis analisis faktor komponen utama menetapkan 24 atribut di mana 12 item berasal
dari SERVQUAL dan tambahan 12 item yang baru.
4. Subhash C. Mehta et al. (2000) dengan menggunakan lima dimensi yaitu personel layanan,
aspek fisik, barang dagangan, kepercayaan diri, parkir, dan menetapkan 22 item yang
berbeda dengan SERVQUAL.
5. Brady dan Cronin (2001) dengan dimensi kualitas interaksi, kualitas hasil, dan kualitas
lingkungan.
Penelitian yang terkait dengan kualitas layanan tersebut menetapkan atribut yang dianggap
sesuai dengan aspek oprasional bisnis retail , yang meliputi lingkungan fisik , kebijakan
(terkait harga maupun jaminan pengembalian produk) , keanekaragaman barang dagangan
,tata letak yg memudahkan konsumen menemukan barang ,
SERVQUAL dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama, yaitu persepsi
pelanggan atas layanan nyata yang mereka terima (Perceived Service) dengan layanan yang
sesungguhnya yang diharapkan/diinginkan (Expected Service). Jika kenyataan lebih dari
yang diharapkan, maka layanan dapat dikatakan bermutu, sedangkan jika kenyataan kurang
dari yang diharapkan, maka layanan dikatakan tidak bermutu. Apabila kenyataan sama
dengan harapan maka layanan tersebut memuaskan.
Tidak mudah menyediakan dan memelihara kualitas layanan yang berkualitas sebab
ritel tidak bisa menghitung, mengukur, atau memeriksa jasa layanan sebelum disampaikan
pada pelanggan.
Penyesuaian dan standardisasi adalah dua pendekatan ritel yang dapat digunakan
untuk mengembangkan suatu layanan pelanggan yang bisa mendukung dan menguntungkan
bagi ritel. Kustomisasi (customize) mendorong penyedia jasa layanan untuk membuat jasa
layanan dapat dipertemukan dengan kebutuhan pribadi pelanggan. Sementara strandardisasi
didasarkan pada penetapan satu rangkaian aturan dan prosedur yang bersifat pasti serta
diterapkan secara konsisten.
Riset pemasaran merupakan salah satu cara yg dapat digunakan untuk memahami harapan
pelanggan. Metode yg dapat dipakai sbb :
1. Studi menyeluruh
2. Menerka kepuasan dengan transaksi individu
3. Panel pelanggan dan wawancara
4. Saling berinteraksi dengan pelanggan
5. Keluhan pelanggan
Mengumpulkan informasi tentang harapan dan persepsi pelanggan serta umpan balik
pada pencapaian kualitas layanan perlu diinformasikan pada karyawan dalam suatu cara
dengan pilihan waktu.
Menentukan Layanan yang Standar
Standar layanan harus didasarkan pada persepsi pelanggan dibanding operasi internal.
Untuk menutup kesenjangan, ritel harus:
- Pendekatan inovatif
Menemukan cara menyelesaikan permasalahan layanan yg dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan sekaligus engurangi biaya biaya yg harus ditanggung oleh retail.
- Menggunakan teknologi
Para manajer harus dapat mendeskripsikan dengan jelas peran penyedia layanan yang
harus disampaikan secara sempurna pada pelanggan. Tanpa definisi yang jelas, maka
penyedia layanan tidak akan mendapatkan arahan bagaimana mereka harus melayani
pelanggan.
Ritel harus secara terus-menerus menilai kualitas layanan untuk memastikan bahwa
standar akan dicapai. Banyak ritel melakukan survei pelanggan secara berkala untuk menilai
kualitas layanan. Ritel juga dapat menggunakan pebelanja misterius untuk menilai kualitas
layanannya.
Langkah yang dapat dilakukan oleh ritel untuk menyediakan layanan yang sesuai
dengan standar