FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2019 BAB I PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang
Sistem pendinginan menjadi hal yang penting dalam suatu industri untuk mendukung agar proses dapat berjalan dengan baik. Pengoperasian sistem dalam industri menggunakan alat-alat yang membantu agar proses dapat berlangsung dengan baik. Alat-alat tersebut harus dijalankan sesuai dengan standar operasi yang ada untuk menghindari kegagalan proses. Proses pada industri yang melibatkan alat- alat akan menghasilkan suatu panas dengan temperatur yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi pada alat tersebut. Panas pada suatu alat dapat menimbulkan suatu kerugian apabila tidak segera diatasi, terutama pada kelangsungan suatu proses maupun pada lingkungan sekitar alat. Panas tersebut dapat diolah melalui suatu sistem pendinginan yang bertujuan untuk mengurangi suhu pada alat dan men- dinginkan komponen yang terdapat didalamnya. Suhu pada sistem alat juga akan tetap berada pada suhu yang optimal serta efektif pada proses tersebut. Panas yang berlebihan ini dapat dikurangi dengan adanya suatu komponen yang dapat menjadi suatu media perpindahan panas , dalam hal ini digunakan suatu refrigeran. Media larutan yang berupa air dapat menukar atau membuang kalor yang terdapat pada suatu proses industri. Proses pertukaran panasnya dapat berlangsung secara konvensional, yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan aliran alir dingin yang mengalir pada sumber-sumber air. Air tersebut akan digunakan untuk proses recycle yang akan dimasukkan ke sumber aliran yang mengandung air panas. Air bersuhu tinggi tersebut akan menimbulkan suatu pengaruh terhadap lingkungan. Panas yang terlalu tinggi pada suatu industri tidak di inginkan, maka dari itu masalah ini dapat diatasi dengan salah satu caranya yaitu dengan menggunakan suatu alat penukar panas yaitu cooling tower. Cooling tower sangat diperlukan da- lam rangka efisiensi dan konversi energi yang digunakan suatu alat atau unit untuk sirkulasi air pendingin. Cooling tower dapat memproses air panas agar menjadi air dingin, sehingga dapat digunakan kembali untuk proses pada suatu alat. Penurunan suhu dapat dilakukan dengan melakukan kontak langsung dengan udara sehingga sebagian kecil air akan menguap dan suhu cairan akan menurun. 1.2. Rumusan Masalah 1) Bagaimana prinsip kerja cooling tower? 2) Apa saja komponen-komponen pada cooling tower? 3) Apa saja karakteristik bahan pengisi cooling tower? 4) Bagaimana dasar pemilihan bahan pengisi pada cooling tower? 5) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses pada cooling tower? 6) Bagaimana aplikasi cooling tower dalam industri? 1.3. Tujuan Percobaan 1) Mengetahui prinsip kerja cooling tower. 2) Mengetahui komponen-komponen pada cooling tower. 3) Mengetahui karakteristik bahan pengisi cooling tower secara umum. 4) Mengetahui pemilihan bahan pengisi pada cooling tower. 5) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses cooling tower. 6) Mengetahui aplikasi cooling tower dalam industri. 1.4. Manfaat 1) Dapat mengoperasikan cooling tower dan memahami komponen-komponen dalam percobaan cooling tower dengan baik. 2) Dapat menjadi landasan teori yang bisa digunakan baik dalam penelitian. 3) Dapat memberi pengetahuan serta menerapkan ilmu-ilmu dalam proses cooling tower dalam kehidupan sehari-hari. 4) Dapat mengetahui jenis-jenis bahan pengisi pada cooling tower. 5) Dapat menjadi pedoman bagi lingkungan industri dalam penggunaan serta pengefisiensian proses cooling tower . BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Cooling Tower
Cooling tower didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan air dengan kontak langsung dengan udara yang mengakibatkan sebagian kecil air menguap. Cooling tower pada yang bekerja pada suatu sistem pendinginan udara umumnya menggunakan pompa sentrifugal untuk menggerakkan air secara vertikal ke atas melintasi menara. Semua cooling tower yang bekerja akan melepaskan kalor melalui kondensor, refrigeran akan melepas kalornya kepada cooling tower sehingga air menjadi panas. Air panas selanjutnya ini akan dipompakan ke cooling tower (El-Wakil, 1992). Cooling tower secara garis besar berfungsi untuk menyerap kalor dari air tersebut dan menyediakan sejumlah air yang relatif dingin untuk dipergunakan kembali di suatu instalasi pendingin. Fungsinya untuk menurunkan suhu aliran air dengan cara mengekstraksi suatu panas dari air dan mengemisikannya ke atmosfer. Fungsi dari cooling tower adalah sebagai alat untuk mendinginkan air panas dari kondensor dengan cara mengontakkan langsung dengan udara secara konveksi paksa menggunakan kipas (Fauzi dan Rudiyanto, 2016). Fungsi cooling tower adalah memproses air panas menjadi air dingin, sehingga dapat digunakan kembali sebagai sprint pada main condensor dan bisa diinjeksikan kembali. Cooling tower juga berfungsi sebagai unit pembuangan akhir yang berupa uap atau gas ke atmosfer. Cooling tower memanfaatkan air dan udara pada proses perpindahan panas yang dibuang ke atmosfer. Pendinginan air dari proses pendinginan tersebut dapat diketahui melalui jumlah beban kalor yang terjadi dalam cooling tower, sehingga diketahui pendinginan air cooling tower yang berasal dari mesin dapat berjalan dengan baik (Bhuva, 2018). Cooling tower mampu menurunkan suhu air lebih dari peralatan-peralatan yang hanya menggunakan udara untuk membuang panas, seperti radiator dalam mobil, dan oleh karena itu biayanya lebih efektif dan lebih efisien energi. Konsumsi air pada suatu sistem cooling tower relatif lebih kecil apabila dibandingkan dengan sistem pengaliran sekali lewat. Cooling tower bekerja mengunakan kombinasi per- pindahan panas dan perpindahan massa untuk mendinginkan air. Air yg didinginkan didistribusikan ke dalam tower dengan spray nozzles, splash bars, atau filming fill sebagai cara untuk membuat luas permukaan air yg berhubungan udara atmosfir sebesar mungkin. Sirkulasi udara pada atmosfir sebagai pendingin bisa dengan cara paksa menggunakan fan, atau secara natural (Prasetyo, 2007).
2.2. Prinsip Kerja Cooling Tower
Sistem Cooling tower merupakan perpindahan panas terjadi melalui kontak langsung antara air yang mempunyai suhu lebih tinggi dengan udara yang memiliki suhu yang lebih rendah. Air akan memberikan panas laten dan panas sensible di udara sehingga suhu air akan menjadi turun. Udara yang akan digunakan sebagai media pendingin dialirkan dari bawah ke atas, secara berlawanan dengan arah aliran air, dengan bantuan sebuah tarikan pada kipas melalui lubang aliran udara. Air yang didinginkan akan mengalir dari atas melalui pipa-pipa suplai utama dan kemudian dipancarkan ke bawah melalui aliran sprayfitting dan sistem distribusi air. Proses pendinginan terjadi dengan pemindahan terhadap panas dari air ke udara selama aliran menuju kolam. Air akan mengalir pada bagian konstruksi khusus honeycomb. Uap panas ditarik dan dilepas ke udara setelah air mengalami proses penurunan temperatur maka akan jatuh pada bagian bawah cooling tower (Pratiwi dkk, 2014). Cooling tower merupakan suatu sistem yang terdapat pada refrigerasi untuk dapat melepaskan suatu kalor ke udara. Cooling tower dapat bekerja dengan cara mengontakkan air dengan udara dan menguapkan sebagian air. Luas permukaan air yang besar pada sebagian dapat dibentuk untuk menyemprotkan air lewat nozzle atau memercikan air kebawah dari suatu bagian ke bagian lainnya. Cooling tower basah tergantung dari temperatur bola basah dari udara yang masuk (Bhuva, 2018). Kemampuan dari cooling tower biasanya ditunjukkan dalam sebuah hubu- ngan range dan approach. Range adalah perbedaan temperatur antara temperatur air yang masuk dan temperatur air yang akan keluar dari cooling tower. Approach adalah perbedaan temperatur antara temperatur air yang keluar dari cooling tower dan temperatur bola basah udara yang masuk cooling tower (Muhsin dan Pratama, 2018). Cooling tower dapat beroperasi menurut prinsip difusi, dimana adanya perubahan temperatur dapat mengakibatkan perbedaan besarnya laju perpindahan massa dan panas yang akan terjadi. Besarnya laju perpindahan massa dan panas dipengaruhi oleh luas daerah kontak antara fluida panas dengan fluida dingin, wak- tu kontak, kecepatan fluida dan temperatur fluida. Cooling water adalah air pen- dingin yang digunakan untuk mendinginkan suatu peralatan, pendinginan terhadap air dapat terjadi didalam cooling tower (Muhsin dan Pratama, 2018). Cooling tower pada sebagian air akan menguap ke udara dan kalor sensible akan berpindah dari air panas ke udara yang lebih dingin. Kedua proses itulah yang dapat mengakibatkan turunnya temperatur air dan untuk menjaga keseimbangan air, menambahkan air make up water untuk menggantikan air yang hilang karena peng- uapan atau terbawa oleh udara selama proses berlangsung (Putra, 2015).
2.3. Klasifikasi Cooling Tower
Cooling tower adalah alat penukar kalor yang berfungsi mendinginkan air dengan mengontakannya ke udara sehingga menguapkan sebagian kecil dari air (Handoyo, 2015). Cooling tower merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menurunkan suhu pada aliran air dengan cara mengekstraksi panas dari air dan mengemisikannya ke atmosfir. Cooling tower menggunakan penguapan, sebagian air diuapkan ke aliran udara yang bergerak dan kemudian akan dibuang ke atmosfir (Effendi dan Wirza, 2013). Cooling tower dapat diklasifikasikan menjadi tiga ba- gian, yaitu wet cooling tower, dry cooling tower, dan wet dry cooling tower. 2.3.1 Wet Cooling Tower Wet cooling tower mempunyai suatu sistem distribusi air panas yang disemprotkan secara merata ke dalam kisi-kisi, lubang-lubang, atau batang-batang horizontal pada sisi menara. Udara masuk dari luar menara melalui kisi yang ber- bentuk celah horizontal pada sisi menara. Celah mengarah miring kebawah agar air tidak keluar. Pencampuran antara air dan udara akan menyebabkan terjadinya perpindahan kalor sehingga air menjadi dingin (El-Wakil, 1992). Air yang sudah dingin berkumpul di bak atau basin di dasar menara dan dari situ diteruskan ke kondenser atau dibuang, sehingga udara baru kalor dan lembab keluar melalui atas menara. Wet cooling tower dapat dibedakan menjadi tiga bagian Pertama yaitu, Natural Draft Cooling Tower jenis ini tidak menggunakan kipas, dan aliran udaranya bergantung pada tekanan dorong alami tidak ada bagian yang bergerak. Udara mengalir keatas karena adanya perbedaan massa jenis antara udara atmosfer dengan udara kalor lembab didalam menara pendingin yang bersuhu lebih tinggi daripada udara atmosfer sekitarnya. Beda massa jenis ini akan menimbulkan tekanan dorong yang mendorong udara keatas (El-Wakil, 1992). Natural draft cooling tower ini dibagi menadi dua jenis yaitu cooling tower aliran counter flow dan cooling tower aliran cross flow. Cooling tower aliran cross flow kurang diminati, karena lebih sedikit memberi tahanan terhadap aliran udara di dalam menara. Kecepatan udaranya akan lebih tinggi dan mekanisme pada perpindahan kalornya kurang efektif dan efisien. Cooling tower aliran counter flow lebih sering dipakai karena mempunyai kelebihan yaitu memiliki konstruksi yang kuat dan kokoh sehingga lebih tahan terhadap tekanan angin (Putra, 2015). Jenis kedua yaitu, Mechanical Draft Cooling Tower yang sistemnya telah dilengkapi dengan beberapa kipas yang digerakkan secara mekanik sehingga dapat mengalirkan udara. Berdasarkan fungsi kipas yang digunakan cooling tower aliran angin mekanik dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu tipe aliran angin dorong (forced draft) dan tipe aliran angin tarik (induced draft). Keunggulan mechanical draft cooling tower adalah terjaminnya jumlah aliran udara dalam jumlah yang diperlu- kan pada segala kondisi beban dan cuaca. Biaya investasi dan konstruksinya lebih rendah dan ukuran dimensinya yang kecil. Kelemahan tipe ini adalah kebutuhan daya dan biaya operasi yang besar dan suara yang lebih ribut (Hartono, 2018). Natural draft cooling tower mempunyai ukuran yang cukup besar dan mem- butuhkan lahan yang luas, tetapi dengan konsumsi daya dan biaya operasi yang kecil. Mechanical draft cooling tower ukurannya lebih kecil, namun membutuhkan daya yang besar. Kedua hal tersebut digabungkan didalam combined draft cooling tower. Menara ini disebut juga fan assisted hyperbolic tower. Menara hibrida terdiri dari cangkang beton tetapi ukurannya lebih kecil, diameternya sekitar dua pertiga dari diameter menara aliran angin mekanik (Hartono, 2018). 2.3.2. Dry Cooling Tower Menara ini adalah menara pendingin yang air sirkulasinya dialirkan didalam tabung-tabung yang dialiri udara, kalor yang dikeluarkan dari air sirkulasi diubah. Dry cooling tower ini dirancang untuk dapat dioperasikan dalam ruangan tertutup. Keunggulan cooling tower ini yaitu tidak memerlukan pembersihan berkala dengan jangka waktu seperti menara pendingin basah. Cooling tower jenis ini tidak memerlukan zat kimia aditif yang banyak dan memenuhi syarat peraturan pengelolaan lingkungan mengenai pencemaran termal. Kelemahan cooling tower jenis ini adalah efisiensi yang kurang maksimal, sehingga mempengaruhi efi-siensi siklus keseluruhan. Jenis dry cooling tower dibagi menjadi dua yaitu dry cooling tower secara langsung dan secara tidak langsung (Putra, 2015). 2.3.3. Wet Dry Cooling Tower Menara ini merupakan gabungan dari wet cooling tower dan dry cooling tower, dan mempunyai dua jalur udara paralel dan dua jalur udara seri. Bagian atas menara di bawah kipas adalah bagian kering yang berisi tabung-tabung bersirip. Bagian bawah adalah ruang lebar yang merupakan bagian yang basah terdiri dari filling material. Sirkulasi air yang panas masuk melalui kepala di bagian tengah. Air berawal dari naik turun melalui bagian sirip dibagian kering, lalu meninggalkan bagian kering dan jatuh ke isian bagian basah menuju bak penampung. Udara ditarik dalam dua arus pada bagian kering dan basah (Siallagan, 2017). Kedua arus bercampur dan menyatu didalam menara sebelum keluar. Wet dry cooling tower ini mempunyai keunggulan yaitu udara yang keluar tidak jenuh, sehingga memiliki kepulan yang sedikit. Airnya mengalami pendinginan awal di bagian kering sehingga penyusutan karena penguapan jauh berkurang demikian juga dengan air tambahan yang akan digunakan (Putra, 2015).
2.4. Tipe Sirkulasi Cooling Tower
Berdasarkan aliran yang masuk, terdapat jenis Recirculation type dengan tipe terbuka yaitu dimana sebagian air setelah mengalami pemanasan yang akan diuapkan untuk proses pendinginannya kembali. Sistem pendinginan pada jenis ini air tidak langsung dibuang, melainkan digunakan kembali setelah proses pendinginan melalui cooling tower. Kebutuhan make-up water juga akan berkurang jika dibandingkan dengan sistem sekali pakai. Keuntungannya yaitu kebutuhan make-up water berkurang, jumlah bahan kimia yang dibuang berkurang. Kerugiannya yaitu modal awal besar, membutuhkan biaya operasional, dan perbedaan antara suhu panas dan dingin besar (Wiyono dkk, 2017). Close type adalah tipe pendinginan kembalinya airnya tanpa penguapan. Tipe pendingin ini biasanya dipakai untuk internal engine combustion system. Sistem pendingin jenis ini air dalam jumlah tertentu tersirkulasi dalam rangkaian tertutup. Make-up yang digunakan hanyalah sejumlah air yang hilang dari kebocoran sistem. Pendinginan biasanya dilakukan dengan menggunakan perpindahan panas pada Heat Exchanger. Heat Exchanger memiliki berbagai jenis sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya yang sangat banyak (Pratiwi dkk, 2014). Keuntungannya yaitu bahan kimia yang diperlukan untuk pengolahannya hanya sedikit, mengurangi jumlah air make-up, dapat mengurangi air make-up yang berkualitas tinggi secara ekonomis, tipe ini dapat mengurangi kecenderungan dalam pembentukan kerak. Kerugiannya yaitu ekonomis hanya bagi sistem pendingin kecil, memerlukan sistem air pendingin lainnya, dan memerlukan banyak modal awal untuk memasang Heat Exchanger lain (Aprianti dkk, 2018). Tipe sirkulasi lainnya yaitu Once Through Type yaitu sirkulasi air yang digunakan hanya satu kali proses saja. Sistem pendingin jenis ini, air hanya dapat dialirkan ke dalam sistem pertukaran panas heat exchanger dan kemudian langsung dibuang. Keuntungannya yaitu modal awal operasinya sangat rendah, biaya operasional rendah, dan perbedaan suhu antara air panas dan air dingin juga rendah. Kerugiannya yaitu membuang panas langsung ke lingkungan, serta sukar mengendalikan pemakaian bahan kimia, dan pembuangan limbah bahan kimia ke lingkungan yang tidak terkontrol (Budiyono dan Sugianto, 2012).
2.5. Komponen Konstruksi Cooling Tower
Komponen penyusun cooling tower umumnya terdiri dari kipas, kerangka pendukung, casing, pipa sprinkler, penampung air, Inlet louver, bahan pengisi (filling material) dan reducer (Putra, 2015). Kipas berfungsi untuk menarik udara dingin dan mensirkulasikan udara tersebut di dalam menara untuk mendinginkan air. Jika kipas tidak berfungsi maka kinerja menara pendingin tidak optimal. Kipas digerakkan oleh motor listrik yang dikopel dengan poros kipas (Abbas, 2012). Kerangka pendukung cooling tower berfungsi untuk mendukung menara pendingin agar dapat berdiri kokoh dan tegak, kerangka ini terbuat dari baja. Rumah menara pendingin (casing) harus memiliki ketahanan yang baik terhadap segala cuaca dan umur pakai yang lama, casing umumnya terbuat dari seng. Komponen lainnya yaitu, filling material yang merupakan bagian dari menara pendingin berfungsi untuk mencampurkan air yang jatuh dengan udara yang bergerak naik. Air yg didinginkan didistribusikan ke dalam tower dengan spray nozzles, splash bars, atau filming fill sebagai cara untuk membuat luas permukaan air yg berhubungan udara atmosfir sebesar mungkin (Prasetyo, 2007). Pipa sprinkler merupakan pipa yang berfungsi untuk mensirkulasikan air secara merata pada menara pendingin, sehingga perpindahan kalor air dapat menjadi efektif dan efisien. Pipa sprinkler dilengkapi dengan lubang-lubang kecil untuk menyalurkan air. Water basin berfungsi sebagai pengumpul air sementara yang jatuh dari filling material sebelum disirkulasikan kembali ke kondensor. Water basin terbuat dari seng. Komponen yang berperan penting lainnya yaitu, reducer alat ini digunakan sebagai motor pada fan blade, untuk penggunaannya ada yang memakai roda gigi dan belt tapi tanpa bunyi berisik (Handoyo, 2015). Inlet louver berfungsi sebagai tempat masuknya udara melalui lubanglubang yang ada. Melalui inlet louver akan terlihat kualitas dan kuantitas air yang akan didistribusikan. Inlet louver terbuat dari material seng (Putra dan Soekardi, 2015).
2.5. Bahan Pengisi Cooling Tower
Filling material merupakan bagian dari cooling tower yang berfungsi untuk mencampurkan air yang jatuh dengan udara yang bergerak naik. Menara pendingin didalamnya terkandung air panas yang akan didistribusikan pada media pengisi dan didinginkan melalui penuguapan ketika menuruni menara dan bersentuhan dengan udara. Air yang masuk mempunyai suhu yang cukup tinggi akan disemprotkan ke filling material. Filling material inilah air yang mengalir turun menuju water basin akan bertukar kalor dengan udara segar dari atmosfer (Ayyam dkk, 2018). Filling material harus dapat menimbulkan kontak yang baik antara air dan udara agar terjadi laju perpindahan kalor yang baik. Filling material harus kuat, ringan dan tahan lapuk. Filling material ini mempunyai fungsi untuk memecah air menjadi butiran-butiran tetes air dengan maksud memperluas permukaan pada pendinginan sehingga proses perpindahan panas dapat dilakukan seefisien mungkin (Putra, 2015). Pertukaran panas antara udara dan air akan dipengaruhi oleh luas permukaan pertukaran panas, lamanya waktu pertukaran panas dan turbulensi dalam air. Media pengisi menentukan keseluruhan di atas dan pertukaran panas. Pertukaran panas yang semakin besar, maka akan semakin efektif kinerja dari menara pendinginnya (Johanes, 2010). Jenis bahan pengisi dibagi menjadi: 2.5.1. Bahan Pengisi Jenis Percikan (Splash Fill) Jenis bahan ini adalah air yang jatuh diatas lapisan yang berurut dari batang pemercik horisontal, yang secara terus menerus pecah menjadi tetesan yang lebih kecil, sambil membasahi permukaan bahan pengisi. Luas permukaan butiran air adalah luas permukaan perpidahan kalor dengan udara. Perpindahan kalornya lebih baik daripada bahan pengisi percikan dari kayu (Ayyam dkk, 2018). 2.5.2. Bahan Pengisi Jenis Film (Film Fill) Bagian ini terdiri dari permukaan lapisan plastik tipis dengan jarak berdekatan dimana diatasnya terdapat semprotan air, membentuk lapisan film yang tipis dan melakukan kontak dengan udara. Permukaannya dapat berbentuk datar, bergelombang, berlekuk, atau pola lainnya. Jenis bahan pengisi film lebih efisien dan memberi perpindahan panas yang sama dalam volume yang lebih kecil daripada bahan pengisi jenis splash (Ayyam dkk, 2018). Air pada bahan pengisi film, membentuk lapisan tipis pada sisi-sisi lembaran pengisinya. Luas permukaan dari lembaran pengisi adalah luas perpindahan kalor dengan udara sekitar. Jenis bahan pengisi film lebih efisien dan memberi perpindahan kalor yang sama dalam volume yang lebih kecil daripada bahan pengisi jenis splash (Putra, 2015).
2.6. Jenis Packing Menurut Susunannya
Packing yang terdapat pada cooling tower tidak hanya dibedakan berdasarkan pola alirannya saja seperti splash type fill media dan film type fill media, tetapi packing yang digunakan pada cooling tower, juga dapat dibedakan berdasarkan susunannya di dalam menara pendingin Jenis splash fill media aliran air akan dipecah dan membentuk percikan yang mengalir ke bawah cooling tower secara merata dan berkontak dengan udara (Hensley, 2009). Karakteristik yang harus dipenuhi dalam pengisian jenis packing yaitu, permukaan interfacial antara fluida yang akan didinginkan dengan fluida yang mendinginkan nilainya besar, memiliki karakteristik aliran fluida yang didinginkan pada packing harus terjadi pertukaran volume fluida yang besar melalui cross section tower yang kecil tanpa adanya loading dan pressure drop yang rendah untuk zat gas. Pengisian bahan packing yaitu dengan cara random packing dan regular packing (Bhuva dkk, 2018). Penyusunan secara random packing yaitu dengan cara penyusunan secara acak terhadap bahan pengisi atau packing yang digunakan di dalam cooling tower. Jenis random packing yang sering digunakan yaitu rascshin ring, lessing ring, partition ring, belt saddle, intalox saddle, tellerate dan pall ring atau flexiring. Penyusunan lainnya seperti regular packing, yaitu packing disusun secara berurutan dan rapi pada menara pendingin pada susunan packing tersebut. Jenis regular packing yang sering digunakan dalam cooling tower antara lain yaitu, rasching ring, double spiral ring, section through expanded metal packing, dan wood grids yang bahannya terbuat dari material kayu (Abbas, 2012).
2.7. Performa Cooling Tower
Performa cooling tower dievaluasi untuk mengkaji tingkat approach dan cooling range saat ini. Nilai range pada alat penukar kalor contohnya cooling tower akan ditentukan seluruhnya oleh nilai beban panas. Laju sirkulasi air yang melalui penukar panas akan menuju ke air pendingin untuk melihat nilai range. Range adalah perbedaan atau jarak antara temperatur air masuk dan keluar dari menara pendingin. Nilai range yang tinggi menunjukkan bahwa menara pendingin mampu menurunkan suhu air secara efektif dan cara kinerjanya baik. Range pada alat penukar kalor ditentukan seluruh beban panas dan laju sirkulasi air melalui penukar panas dan menuju ke air pendingin (Fauzi dan Rudiyanto, 2016). Approach merupakan indikator yang lebih baik untuk kinerja menara pendingin, semakin rendah temperatur bola basah udara yang masuk maka semakin efektif menara pendingin tersebut, karena temperatur air yang keluar juga akan semakin rendah apabila temperatur bola basah udara yang masuk semakin rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi performasi dari cooling tower adalah jumlah permukaan air yang mengalami kontak dengan udara, lama waktu saat pengontakan air dengan udara. Kecepatan udara yang melalui menara pendingin serta arah aliran udara yang berhubungan dengan permukaan kontak air yang dapat berbentuk paralel, tegak lurus atau berlawanan (Muhsin dan Pratama, 2018). 2.8. Penelitian Terkait Vijayaragavan, dkk (2016) secara eksperimental telah melakukan penelitian yang berjudul Performance and Analysis of Cooling Tower. Penelitian ini menunjukkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh ketinggian injeksi dengan desain utama dan parameter operasi yang konstan, kedalaman pengisian,tinggi inlet menara, laju aliran air, suhu udara sekitar, kelembaban dan diameter tetesan air awal serta distribusi di zona hujan. Udara yang mengalir cukup seragam melalui zona spray dibawah range parameter yang telah dianalisis. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada penurunan tinggi nosel sebesar 0,75 meter, hal ini mengurangi rata-rata kandungan kelembaban dari air panas yang menuju menara. Suhu air menurun hingga 1,1 K dengan energi sebesar 6-8 MW. Rata-rata kandungan air yang menuju menara adalah sebesar 8% dari tinggi injeksi optimum. Sihombing, dkk (2017) telah melakukan penelitian yang berjudul Evaluasi Kemampuan Sistem Menara Pendingin Reaktor RSG-Gas, menyatakan bahwa pengoperasian jumlah menara pendingin cukup berpengaruh signifikan terhadap temperatur pendingin ke reaktor. Hasil analisis pada daya reaktor yang lebih tinggi dilakukan dengan cara mengoperasikan semua fasilitas unit menara pendingin yang ada, cara ini dapat memaksimalkan kemampuan sistem menara pendingin. Data Temperatur pendingin keluar menara pendingin dan masuk reaktor pada operasi reaktor daya 15 MWt, dengan laju alir sistem pendingin primer volumetrik 3150 m3/jam dan laju alir sistem pendingin sekunder 3900 m3/jam. Penelitian yang telah dilakukan oleh Homzah (2014) berjudul Analisis Performasi pada Menara Pendingin dengan Menggunakan Analisis Eksergi menyatakan bahwa temperatur bola basah udara sekitar yang semakin tinggi dan kelembaban udara rendah, maka jumlah air yang hilang akibat pengupan semakin besar. Nilai irreversibilitas yang dihasilkan selama proses pendinginan selama 24 jam bervariasi antara 614,09-731,20 kW, hal ini disebabkan karena adanya perubahan pada temperatur lingkungan untuk setiap kondisi yang berbeda. Studi ini menunjukkan bahwa kondisi irreversibilitas kecil belum dipastikan efektivitas perpindahan kalornya yang paling baik. Hasilnya menunjukkan beban panas yang diberikan pada menara pendingin bervariasi dari 41,12% sampai 59,04%. BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat 1) Satu unit cooling tower armfield yang dilengkapi pemanas 3.2.2. Bahan 1) Aquadest 2) Udara bebas (media pendingin)
3.2. Prosedur Percobaan
1) Peralatan cooling tower disiapkan untuk dioperasikan 2) Basin diisi dengan aquadest 3) Cooling tower dihubungkan dengan arus listrik kemudian atur Q dan debit air yang mengalir sesuai dengan yang diinginkan 4) Temperatur inlet dan outlet dicatat untuk dry bulb dan wet bulb (T1-T6), catat tekanan dan pressure drop yang ditunjukkan. Ambil data sebanyak lima kali dengan tekanan yang berbeda-beda 5) Laju alir udara dihitung dari masing-masing data yang telah dicatat. 3.3 Blok Diagram
Peralatan cooling tower
disiapkan
Basin diisi aquadest
Cooling tower dihubungkan Q dan debit air diatur
dengan arus listrik sesuai yang diinginkan
Temperatur inlet dan outlet Tekanan dan pressure
dicatat untuk dry bulb dan wet bulb (T1-T6) drop dicatat
Data diambil dengan
Laju alir udara dihitung tekanan berbeda
Gambar 3.1. Blok Diagram Prosedur Percobaaan Cooling Tower
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M. N. 2012. Study the Performance of Different Packing in Open Cooling
Towers. Journal of Engineering and Development. Vol. 16(2): 194-210. Aprianti, T., Priyantama, E. D., dan Tanuwijaya, F. I. 2018. Menghitung Efisiensi Dan Losses Cooling Tower Unit Refinery PT Wilmar Nabati Indonesia Pelintung. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 3(24): 57-59. Ayyam, K., Sari, M. P., Ma’sum Z., dan Diah, W. P. 2018. Perbandingan Kerja Antar Bahan Pengisi pada Menara Cooling Tower dengan Sistem Destilasi Uap. Jurnal Penelitian Mahasiswa Teknik Sipil dan Teknik Kimia. Vol. 2(1): 19-29. Bhuva, J. H., Saiyed, M. M., Vadnere, S. A., dan Kandoliya, P. D. 2018. Improvement in the Performance of Cooling Tower Of Thermal Power Plant: A Review. International Journal for Research in Applied Science & Engineering Technology (IJRASET). Vol. 6(3): 3043-3045. Budiyono, dan Sugianto. 2012. Revitalisasi Sistem Pendingin Evaporator Tipe Cooling Water. Jurnal Pusat Teknologi Limbah Radioaktif. Vol. 1(1): 7-16. Effendi, A., dan Wirza, R. 2013. Perencanaan Sistem Scada Cooling Tower Menggunakan Siemens Simatic Step 7 dan Wincc. Jurnal TEKNOIF. Vol. 1(1): 6-14. El-Wakil, M. M. 1992. Instalasi Pembangkit Daya. Jakarta: Erlangga. Fauzi, A. D., dan Rudiyanto, B. 2016. Analisa Performa Menara Pendingin pada Pt. Geo Dipa Energi Unit Dieng. Jurnal Ilmiah Rotari. Vol. 1(1): 25-33. Handoyo, Y. 2015. Analisis Peforma Cooling Tower LCT 400 pada P.T. XYZ, Tambun Bekasi. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. Vol. 3(1): 38-52. Hartono, B. 2018. Macam-Macam Cooling Tower, Packing, dan Fan. (Online). https://docplayer-.info/73049963-Tugas-macam-macam-cooling-tower- packing-dan-fan.html. (Diakses pada tanggal 27 September 2019). Hensley, J. C. 2009. Cooling Tower Fundamentals. Kansas: SPX Cooling Technologies Inc. Homzah, O. F. Analisis Performasi pada Menara Pendingin dengan Menggunakan Analisis Eksergi. Jurnal Desiminasi Teknologi. Vol. 2(1): 23-27. Johanes, S. 2010. Karakteristik Menara Pendingin dengan Bahan Isian Ijuk. Jurnal Forum Teknik. Vol. 33(3): 188-194. Muhsin, A., dan Pratama, Z. 2018. Analisis Efektivitas Mesin Cooling Tower Menggunakan Range And Approach. Jurnal Opsi. Vol. 11(2): 119-124. Prasetyo, B. T. 2007. Simulasi Numerik dan Validasi Experimental Distribusi Aliran Udara di Dalam Cooling Tower. Jurnal Mesin. Vol. 9(3): 190-192. Pratiwi, N. P., Nugroho, G., dan Hamidah, N. L. 2014. Analisa Cooling Tower Induced Draft Tipe LBC W-300 Terhadap Pengaruh Temperatur Lingkungan. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 7(7): 1-6. Putra, R. S. 2015. Analisa Perhitungan Beban Cooling Tower pada Fluida di Mesin Injeksi Plastik. Jurnal Teknik Mesin. Vol. 4(2): 56-62. Putra, R. S., dan Soekardi, C. 2015. Analisa Perhitungan Beban Cooling Tower pada Fluida di Mesin Injeksi Plastik. Jurnal Teknik Mesin. Vol. 4(2): 19- 25. Sentana, A., dan Hadinata, T. A. Sistem Operasi Dan Analisis Menara Pendingin Cooling Tower PLTP. Kamojang. Jurnal Infomatek. Vol. 7(2): 105-114. Siallagan, H. P. 2017. Analisis Kinerja Cooling Tower 8330 CT01 pada Water Treatment Plant-2 PT Krakatau Steel (Persero) TBK. Jurnal Teknik Mesin. Vol. 6(3): 215-219. Sihombing, E., Sutrisno., dan Dibyo, S. 2017. Evaluasi Kemampuan Sistem Menara Pendingin Reaktor RSG-GAS. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir. Vol.20(2): 89-94. Singh, A., Soni, S., dan Rana, R. S. 2014. Performance Analysis of Natural Draft Wet Cooling Tower at Optimized Injection Height. International Journal of Mechanical And Production Engineering. Vol. 2(10): 1-3. Wiyono, S., Erwin, Nugraha, K., dan Ferdiansyah, F. 2017. Rancang Bangun Sistem Cooling Water Recirculating Tank Untuk Mesin Biomassa Model TG30-1. Jurnal Teknik Mesin Unitra. Vol. 3(2): 52-58.