PENDAHULUAN
Bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, terjadinya
bencana memang tidak ada orang yang mengharapkan, namun
kedatangannya tak ada yang bisa menolaknya. Dibutuhkan suatu
kesiagaan yang memadai untuk mengantisipasi risiko yang timbul.
Rumah sakit harus mengembangkan dan mengantisipasi kondisi
darurat (emergensi) dalam bentuk program kewaspadaan bencana
Rumah Sakit agar fungsi rumah sakit segera bisa dipulihkan kembali.
Pengkajian (Asesmen) terjadinya bencana di rumah sakit dibuat
dengan metode HVA (Hazard Vulnerability Assesment). Hazard
Vulnerability Analisys (HVA) adalah Suatu proses untuk melakukan
identifikasi, menilai dan mengevaluasi potensi emergency dan dampak
langsung atau tidak langsung akibat keadaan emergensi yang terjadi di
rumah sakit, yang akan memberikan dampak terhadap fasilitas RS
dan masyarakat sekitarnya. HVA di suatu rumah sakit wajib di susun
dalam rangka melakukan identifikasi, menilai dan mengevaluasi
potensi emergency yang kemungkinan terjadi di rumah sakit, sehingga
di ketahui upaya pengendalian jika kondisi emergency tersebut terjadi.
Adapun untuk dokumen HVA yang telah disusun dilakukan peninjauan
kembali setiap tahun sekali.
2. LATAR BELAKANG
Indonesia berada dilokasi peta potensi bencana, dalam
perjalanan waktu beberapa kali negara ini tertimpa bencana baik skala
kecil dan besar dengan korban jiwa yang besar. Aspek kesehatan
menjadi suatu yang penting dalam usaha penanggulangan bencana,
oleh karena itu perencanaan yang baik amat dibutuhkan. Keberadaan
RSUD dr. M. Soewandhie dalam penanggulangan bencana tidak
dapat dipandang sebelah-mata, meskipun RSUD dr. M. Soewandhie
belum pernah terlibat dalam penanggulangan bencana baik
penanganan korban di dalam rumah - sakit ataupun penanggulangan
1
di lapangan. Oleh karenanya dipandang perlu untuk terus
mengembangkan sistem dan perencanaan bencana menjadi suatu
yang komprehensip.
3. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat bencana
dapat menghindari terjadinya kepanikan dan mencegah
dilakukannya tindakan-tindakan yang salah dan dapat berakibat
fatal atau menimbulkan kerugian yang lebih besar serta sebagai
pola tanggap darurat yang terkoordinir dan terintegrasi yang
menjadi petunjuk bagi para petugas agar operasi penanggulangan
keadaan darurat dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien.
b. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan kajian ( asesmen ) bencana RS dengan metode
HVA
b. Membentuk sistem komunikasi, kontrol dan komando dalam
waktu cepat (rapid system establishment)
c. Mobilisasi SDM ( medis dan non medis ) dan mengintegrasikan
sistem pengelolaan logistik dalam upaya penanganan bencana.
d. Menyusun prosedur pelaksanaan respon bencana dan
pemulihan, serta tahap kembali ke fungsi normal
e. Menerapkan keamanan dan Keselamatan dalam proses
penanggulangan becana
f. Mengoptimalkan aset dan resources selama proses
penanggulangan
g. Mengintegrasikan supporting sistem utility dan clinical dalam
penanganan bencana dengan standar kualitas pelayanan
tertentu.
2
4. CARA MELAKSANAKAN
a. Penyusunan Kajian Bencana atau HVA (Hazard Vulnarebility
Assessment)
Langkah-langkah penyusunan hazard vulnerability analysis
(HVA) di RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya sebagaimana di
jelaskan di bawah ini :
1) Membuat tim
2) Membuat daftar dan lakukan identifikasi HVA yang berfokus
kepada :
a) Peristiwa atau kejadian alam,
b) Teknologi yang digunakan
c) Peristiwa yang berhubungan dengan manusia dan
d) Penggunaan bahan berbahaya
3) Review data historis
4) Susun kategori penilaian berdasarkan :
a) Kategori penentuan Probabilitas (kemungkinan terjadi)
b) Kategori penentuan Dampak / Impact s/d mitigasi (aktifitas
Rumah Sakit dalam menangani dampak kedaruratan)
1. Pada Manusia / Human impact
2. Pada Properti / Property Impact
3. Pada Bisnis /Business Impact
c) Kategori penentuan kesiapan/Preparedness (aktifitas RS
untuk identifikasi dan membangun sumberdaya yg akan
digunakan bila terjadi kedaruratan)
d) Kategori Penentuan Respon (tindakan yang dilakukan
manajemen dan staff RS bila terjadi kedaruratan)
Kategori Respon Internal
Kategori Respon Eksternal
e) Lakukan penilaian HVA dengan cara :
3
A. Probability (kemungkinan terjadinya potensi emergency)
B. Severity (Tingkat keparahan jika terjadi emergency),
yang meliputi :
a. Magnitude :
• Dampak pada Manusia (Human Impact),
• Dampak pada Properti (Property Impact)
• Dampak pada Bisnis (Business Impact)
b. Mitigation :
• Kesiapsiagaan (preparedness)
• Respon internal
• Respon eksternal
Kriteria probability dan dampak di dalam melakukan penilaian
HVA sebagai berikut :
A. Kemungkinan terjadi (Probability)
Tabel 1 Kemungkinan Terjadi
Nila Kriteria Keterangan
i
0 Tidak pernah Peristiwa bencana sangat jarang/tidak
(NA mungkin terjadi
1 Jarang (rare) Peristiwa bencana terjadi < 30 tahun sekali
2 Kadang- Peristiwa bencana terjadi setiap 5 tahun
Kadang sekali, tetapi lebih dari sekali dalam setiap 30
(Occasional) tahun (misalnya, sekali setiap 12 tahun)
3 Sering Peristiwa bencana terjadi lebih sering dari
(Frequent) sekali setiap 5 tahun (misalnya sekali setiap
2 tahun)
4
B. Severity (Magnitude – Mitigation)
1. Magnitude (Dampak), meliputi :
a. Dampak Pada Manusia, kriteria penilaiannya
sebagai berikut :
5
b. Dampak Pada Property, kriteria penilaiannya
sebagai berikut :
Tabel 3 Dampak Pada Property
Nila Kriteria Keterangan
i
0 Tidak ada Tidak ada dampak berarti, ada kemungkinan
dampak sedikit atau tidak ada bahaya mempengaruhi
masyarakat atau, jika itu terjadi maka
kerusakan terhadap property public dan
swasta minimal
1 Terbatas Dampak terbatas artinya kejadian bencana
umumnya melibatkan hanya kerusakan
property public atau swasta, sumberdaya
local dapat memperbaiki atau mengganti
property yang rusak
2 Substansion Dampak besar artinya dampak kejadian
al bencana menyebabkan keruskan moderat di
area yang luas atau terkonsentrasi,
kerusakan terhadap property public dan
swasta dapat melebihi sumber daya local
untuk memperbaiki atau mengganti
3 Mayor Dampak yang lebih besar artinya dampak
kjadian bencana menyebabkan kerusakan
berat pada property public dan swasta di
area yang luas atau daerah terkonsentrasi
dengan dampak yang parah, besarnya
bencana dapat menghasilkan deklarasi
bencana besar/nasional atau darurat
2. Mitigation, meliputi :
a. Kesiapsiagaan (preparedness), kriteria
penilaiannya sebagai berikut :
Tabel 5 Kesiapsiagaan (preparedness)
Nila Kriteria Keterangan
i
0 Tidak ada Tidak ada upaya kesiapsiagaan yang di
upaya miliki rumah sakit dalam menanggulangi
mitigasi kondisi emergensi
1 Terbatas Upaya mitigasi berupa kesiapsiagaan
rumah sakit terhadap potensi terjadinya
bencana terbatas, hanya memiliki struktur
organisasi kondisi emergency saja
2 Substansion Upaya mitigasi berupa kesiapsiagaan
al rumah sakit jika terjadi kondisi emergency
atau bencana cukup baik, memiliki struktur
organisasi kondisi emergency, tugas dan
tanggung jawab yang jelas namun belum
pernah dilakukan upaya simulasi yang
cukup
3 Mayor Upaya mitigasi berupa kesiapsiagaan
rumah sakit jika terjadi kondisi emergency
atau bencana sangat baik, karena telah
memiliki sistem penanggulangan bencana
yang handal yaitu memiliki struktur
7
Nila Kriteria Keterangan
i
organisasi emergency tugas dan tanggung
jawab yang jelas dan dilakukan upaya
simulasi berulang-ulang minimal 1 tahun
sekali
9
HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL
NATURALLY OCCURRING EVENTS
10
HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL
TECHNOLOGIC EVENTS
AVERAGE SCORE 2,11 1,37 1,63 2,53 1,95 1,79 2,00 44%
11
HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL
HUMAN RELATED EVENTS
kondisi sangat
3 0 0 2 1 1 1 28%
penting
penyanderaan 1 1 0 3 3 1 1 17%
kerusuhan 2 2 1 3 2 2 2 44%
12
HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL
EVENTS INVOLVING HAZARDOUS MATERIALS
3 3 1 3 1 1 2 61%
tumpahan B3 laborat
tumpahan B3
2 2 1 2 2 1 2 37%
internal (ruangan)
kebocoran bahan
2 2 2 2 2 1 2 41%
radiasi
kejadian tumpahan
1 3 1 3 2 2 2 24%
B3 skala kecil
kejadian tumpahan
1 3 1 3 1 1 1 19%
B3 skala besar
AVERAGE 1,22 2,00 0,89 2,00 1,33 1,11 1,44 20%
13
14
Dari hasil assessment HVA atau penilaian kajian kerentanan
bencana di atas, bahwa potensi kerentanan bencana di RSUD dr.
M. Soewandhie Surabaya di sebabkan karena faktor teknologi yaitu
potensi terjadinya bahaya kebakaran di rumah sakit. Adapun peta
kerentanan bahaya kebakaran di sajikan pada gambar di bawah ini.
b. Bencana Internal RS
Penentuan program kewaspadaan bencana RS disesuaikan
dari hasil asesmen HVA ( Hazard Vulnerability Assesment ),
15
dengan prioritas pada : Kebakaran , metode operasi penanganan /
pengelolaan kebakaran meliputi program :
1) Pemberdayaan SDM, menjadikan SDM yang mampu dan
mandiri mengantisipasi dan mengatasi kebakaran, program
kegiatan yang dilaksanakan
a) Bimtek code red (semua profesi)
b) Simulasi (fire drill area administrasi dan pelayanan pasien)
c) Respon : Deteksi dini dan lanjut ( sertfikasi fire klas D )
2) Kesiapan melaksanakan evakuasi ( horizontal dan vertikal ):
disesuaikan dengan karakteristik pasien dan gedung
a) Px rawat jalan : pasien undependent , jumlah banyak
b) Px rawat darurat/ ICU : pasien dependent
c) Px irna anak : evakuasi dengan arahan ( pemandu ),
antisipasi terpisah
3) Melengkapi dan mengelola sarana fire sistem
a) APAR :standarisasi penempatan mengganti APAR yang
kadaluarsa, pengecekan APAR
b) Rambu exit : standarisasi rambu dan penempatan
c) Sarana evakuasi : bebas dari barang (tangga darurat,
tangga rem, lorong pelayanan, sistem kunci)
d) Alarm, smoke detector, springkel : penggantian yang
rusak
4) Program penyiapan Supporting sistem
a) kesiapan pemulihan kelistrikan : back up listrik (
pengadaan genset IT dan irna )
b) kesiapan pompa hidrant dan tandon air siap 24 jam :
penambahan sediaan tandon hidran dengan pembuatan
sumur gali
c) Komunikasi : menyediakan nomor telpon penting
emergensi
Kebakaran ( code red ) : 700
16
Air ( Instalasi sanitasi ) : 425
Teknik ( IPS ) : 111
IGD 24 jam : 402
Radiomedik :
Kegiatan
a) Penggorganisasian
Organisasi penangganan musibah massal RSUD dr. M.
Soewandhie ada 2 jenis :
1. Organisasi penanganan di luar gedung RSUD dr. M.
Soewandhie
Penanggulangan bencana mengacu pada Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu ( SPGDT )
di Surabaya dan Jawa TImur
17
2. Organisasi penanganan di dalam gedung RSUD dr.
M. Soewandhie
Penanganan korban musibah massal di RSUD dr.
M. Soewandhie merupakan eskalasi dari Metode
Pelayanan Medis Gawat Darurat sehari-hari di IGD
RSUD dr. M. Soewandhie.
Model organisasi :
1. jenjang komando
2. jenjang manajerial
3. jenjang pelaksana
b) Penyediaan SDM
Dilakukan perencanaan SDM meliputi :
Jumlah
1. Jumlah SDM disesuaikan dengan informasi jumlah
korban yang dirujuk
2. Korban s/d 25 orang : pertolongan medis oleh petugas
jaga shift saat itu
3. Korban 25 – 50 orang : pertolongan medis oleh
petugas jaga ditambah dengan tim bantuan yang
direkrut oleh Koordinator Pelaksana Penanggulangan
Bencana.
4. Korban > 50 orang : Koordinator Pelaksana
Penanggulangan Bencana berkoordinasi dengan
Pusat Komando Pengendalian Medis ( Puskodalmed )
untuk melibatkan rumah-sakit disekitar Surabaya
Kualifikasi
SDM yang dilibatkan dalam operasi penanggulangan
korban bencana harus mempunyai kualifikasi sebagai
berikut :
1. Koordinator pelaksana : Instruktur ATLS / ACLS
Instruktur PPGD
2. Dokter pelaksana : memiliki sertifikat : ATLS / ACLS
3. Perawat pelaksana : memiliki sertifikat : PPGD
4. Pembantu perawat : memiliki sertifikat : PPGD
5. Crew ambulan : memiliki sertifikat : EMT-Advance
19
2) Penyediaan logistik mencakup :
a) Logistik medik
1. jenis meliputi :
a. cairan infuse
b. obat gawat darurat
c. alat kesehatan untuk resusitasi
d. bahan / material untuk prosedur pembedahan
e. bahan / material habis pakai
f. gas medik yang tersedia cukup
20
c) Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi meliputi :
1. Komunikasi dari petugas didaerah bencana dengan
pejabat komando pengendalian medis penanggulangan
Bencana, alat komunikasi menggunakan sambungan
telepon dan telepon seluler
2. Komunikasi dari petugas lapangan dengan Koordinator
Pelaksana Pengendalian Medis Penanggulangan
Bencana, alat komunikasi yang digunakan adalah
telepon seluler
3. Komunikasi antar petugas di dalam IRD pada prosedur
Penanggulangan Bencana alat komunikasi yang
digunakan adalah sambungan telepon internal rumah-
sakit
4. Komunikasi antar Rumah-Sakit yang tergabung dalam
sistem Pengendalian Bencana Terpadu di Surabaya
dan Jawa Timur , menggunakan alat komunikasi
sambungan telepon dan telepon seluler
d. Sistem Transportasi
Penyediaan Ambulan dan helikopter ( penanggulangan
bencana skala besar )
e. Jadwal
1) Musibah diluar Gedung RSUD dr. M. Soewandhie : tentatif
sesuai surat tugas dari manajemen Rumah Sakit
2) Musibah didalam gedung RSUD dr. M. Soewandhie :
pelaksanaan setiap saat musibah terjadi, terintegrasi dengan
pelayanan gawat darurat di IRD RSUD dr. M. Soewandhie
21
f. Monitoring
Monitoring dilakukan terhadap kesiapan sumber daya sejak :
1) berita diterima
2) persiapan operasi penanggulangan
3) operasi penanganan korban massal dilaksanakan
g. Evaluasi
Evaluasi dari penanganan korban musibah massal, meliputi
beberapa kegiatan :
1) Evaluasi persiapan personil medis dan paramedis
2) Evaluasi tentang kesiapan Fasilitas / sarana
3) Evaluasi tentang kesiapan logistik medis dan non medis
4) Evaluasi tentang kesiagaan tim Ambulan
5) Evaluasi kesiapan personil pendukung
6) Evaluasi sistem pelaksanaan penanggulangan bencana
h. Pelaporan
1) Penanggulangan di luar gedung RSUD dr. M. Soewandhie
Setiap pelaksanaan penanggulangan bencana (musibah missal)
dibuatkan laporan meliputi :
jumlah pasien
a) Klasifikasi
b) Diagnose
c) tindakan yang dikerjakan
2) Penanganan didalam gedung RSUD dr. M. Soewandhie
Kepala Instalasi Rawat Darurat melaporkan pada Direktur,
laporan meliputi :
a) data korban hidup
b) data korban meninggal
c) data korban yang menjalani rawat inap, rawat jalan dan
operasi
22
5. SASARAN
Jenis bencana yang ada di RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya di
klasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu :
a. Bencana internal RS (sumber bencana dari dalam RS, misalnya
kejadian kebakaran)
b. Bencana eksternal RS (misalnya menerima Korban massal dari
luar rumah sakit)
c. KLB penyakit infeksi
d. Korban musibah massal
6. METODE MELAKSANAKAN
a. Bencana Internal RS : respon bencana dan proses pemulihan,
serta tahap kembali ke fungsi normal
b. Bencana eksternal RS : Mobilisasi SDM ( medis dan non medis )
dan mengintegrasikan sistem pengelolaan logistik dalam upaya
penanganan bencana.
23
7. PENGORGANISASIAN
a. Struktur Organisasi
Direktur
Komandan
Bencana
b. Uraian Tugas
b. Koordinator Support
1) Mengkoordinasikan untuk penyediaan logistik, SDM,
keuangan dan penunjang non medik
2) Menindaklanjuti koordinasi kerja ke instansi luar yang
dilakukan oleh Komandan Bencana sehubungan dengan
pemenuhan kebutuhankeamanan, tenaga relawan,
penyediaan dan pengelolaan logistik
3) Memastikan penyediaan sarana transportasi (termasuk
ambulance), kebersihan lingkungan dan keamanan rumah
sakit serta ketertiban lalu lintas
4) Memastikan berfungsinya gedung dan alat serta
melaksanakan pemeliharaannya
5) Mengkoordinir proses seleksi relawan berdasarkan
keahlian dan kebutuhan, serta merencanakan
penugasannya.
6) Menyelesaikan urusan administrasi bantuan dari luar
negeri
7) Melaporkan pelaksanaan proses penyiapan, kesiapan
sumber pendukung dan sumber bantuan yang diterima
kepada Komandan Bencana
c. Koordinator Medik
1) Mengendalikan penanganan korban hidup
2) Mengendalikan penanganan korban mati
25
3) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Tim medik dan
forensik
4) Mengkoodinir proses evakuasi korban ke luar rumah sakit
5) Memberikan pengarahan kepada Tim pra-hospital dan
intra hospital
6) Menyampaikan laporan proses pelaksanaan penanganan
korban dan evakuasi korban (data hasil kegiatan) kepada
Komandan Bencana.
7) Melaporkan proses penanganan korban hidup dan korban
mati kepada Komandan Bencana
d. Koordinator Pemadaman
1) Mengkoordinasikan pelaksanaan pemadaman
2) Membagi tugas regu-regu pemadaman
3) Mengawasi pelaksanaan pemadaman
4) Melaporkan hasil pelaksanaan pemadaman ke Komandan
Bencana
26
f. Seksi Komunikasi dan Informasi
1) Melakukan koordinasi dengan petugas Satuan
Pengamanan (Satpam) di lapangan dan pos satpam
2) Membatasi percakapan yang masuk dan keluar RSUD dr.
Mohamad Soewandhie
3) Memonitor jalannya upaya pemadaman dan mengadakan
komunikasi terus menerus dengan petugas di lokasi
kebakaran
4) Aktivasi komunikasi dalam pengendalian dan
penanggulangan kebakaran dilakukan segera setelah
menerima berita adanya kebakaran dari satu unit atau
dilakukan dengan aktivasi manual alarm atau begitu
mendengar bunyi alarm dari detektor panas/asap
5) Aktivasi dilakukan dengan cara memberitahukan kepada
seluruh anggota tim tanggap darurat melalui alat
komunikasi yang ada : Alarm, Telepon, Handy talky,
Telepon seluler dan paging.
6) Memberikan informasi data korban , data kebutuhan
relawan, data perencanaan kebutuhan obat, alat medis,
non medis, barang habis pakai medis / non medis
7) Melaporkan data korban, baik korban sedang dirawat,
korban hilang, korban meninggal, hasil identifikasi jenazah,
korban yang telah dievakuasi keluar rumah sakit
8) Melaporkan hasil komunikasi dan informasi kepada
Koodinator Suport
g. Seksi Pengamanan
1) Merencanakan fasilitas untuk logistik yang bersifat khusus
2) Menempatkan petugas di pos-pos penjagaan
3) Menetukan tanda bahaya
4) Menentukan petugas kurir / penghubung
27
5) Mengadakan patrol dalam area rumah sakit
h. Seksi P3K
1) Melakukan triage dan RHA, pertolongan pertama pada
korban
2) Menentukan prioritas penanganan dan melakukan
evakuasi ke IRD
3) Menentukan jumlah tempat tidur dan ruangan yang
diperlukan pasca life saving
4) Melaporkan hasil penanganan kepada Koordinator Medik
i. Seksi Evakuasi
1) Melaksanakan Triage dan RHA (Rapid Health
Assessment) evakuasi korban
2) Menentukan prioritas penanganan evakuasi
3) Melaporkan hasil RHA :
a) Jumlah korban
b) Kondisi korban
c) kondisi lingkungan sekitar kepada Koordinator Medik
j. Seksi Pemadaman
1) Melaksanakan pemadaman sesuai instruksi Koordinator
Pemadaman
2) Melaporkan hasil pemadaman kepada Koordinator
Pemadaman
28
Aktivasi sistem
Komandan Bencana
KOMANDAN
Unit kerja
Aktivasi Posko
Evaluasi proses
penanggulangan
Informasi Bencana
Komandan Bencana
Penanggulangan
Bencana
Evaluasi Proses
Penanggulangan
Gambar 4 Alur Penanganan Bencana
29
8. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
30
9. PENCATATAN DAN PELAPORAN
a. Penanggulangan di luar gedung RSUD dr. M. Soewandhie
Setiap pelaksanaan penanggulangan bencana ( musibah massal )
dibuatkan laporan meliputi :
1) jumlah pasien
2) klasifikasi
3) diagnose
4) tindakan yang dikerjakan
b. Penanganan didalam gedung RSUD dr. M. Soewandhie
Kepala Instalasi Rawat Darurat melaporkan pada Direktur, laporan
meliputi :
1) data korban hidup
2) data korban meninggal
3) data korban yang menjalani rawat inap, rawat jalan dan operasi
10. EVALUASI
Evaluasi dari penanganan korban musibah massal, meliputi beberapa
kegiatan :
1) Evaluasi persiapan personil medis dan paramedis
2) Evaluasi tentang kesiapan Fasilitas / sarana
3) Evaluasi tentang kesiapan logistik medis dan non medis
4) Evaluasi tentang kesiagaan tim Ambulan
5) Evaluasi kesiapan personil pendukung
6) Evaluasi sistem pelaksanaan penanggulangan bencana
11. PENUTUP
Dengan adanya Program Kewaspadaan Bencana tahun 2017
diharapkan dapat menjadi acuan untuk melakukan kegiatan
pelayanan kesehatan di bidang kewaspadaan bencana selama 1
(satu) tahun dan sebagai bahan untuk evaluasi dan perbaikan dalam
31
rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan di masa yang akan
datang di RSUD dr. Mohamad Soewandhie Surabaya.
Mengetahui Ketua
Plt. DIREKTUR Komite K3RS
32
LAMPIRAN :
H a r i / Tanggal :
Jam :
Lokasi :
Jumlah Peserta :
Tujuan :
Ringkasan Pelaksanaan :
Evaluasi :
Surabaya, Tgl………..……2017
Hormat kami,
( ……………………………………….
33
EVALUASI SIMULASI TANGGAP DARURAT
Hari :
Tanggal :
Lokasi :
Tingkat efektifitas yang di capai *)
( 5 ) Sangat effektif ( 3 ) Cukup effektif ( 1 ) Sangat kurang efektif
( 4 ) Effektif ( 2 ) Kurang effektif
*) Beri tanda silang ( X ) untuk jawaban yang paling tepat untuk observasi peserta
34