PENDAHULUAN
Perkembangan rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan rujukan di Indonesia akhir-akhir ini sangat pesat, baik
dari jumlah maupun pemanfaatan teknologi. Rumah Sakit sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan tetap harus mengedapankan
peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat dengan tanpa
mengabaikan upaya keselamatan dan keamanan.Rumah Sakit
mengunakan seluruh sumber daya yang ada untuk menyediakan
fasilitas yang aman, efektif dan efisien. Pencegahan dan
perencanaan sangat penting untuk menciptakan fasilitas
pelayanan pasien yang menjamin keselamatan pasien. Agar
perencanaan efektif, rumah sakit harus memahami seluruh risiko
yang mungkin terjadi dengan fasilitas yang ada saat ini. Hal ini
meliputi baik keselamatan maupun keamanan.
Salah satu jenis bencana yang ada di rumah sakit adalah
kebakaran. Dimana akibat yang dapat ditimbulkan akan berdampak
buruk sangat luas dan menyeluruh bagi pelayanan, operasional,
sarana dan prasarana pendukung lainnya dimana didalamnya juga
terdapat karyawan/peserta didik, pasien, keluarga pasien dan
pengunjung. Untuk hal tersebut, maka rumah sakit harus
melakukan upaya manajemen pengamanan kebakaran.
Pengamanan Kebakaran adalah suatu upaya Pencegahan
dan Penanggulangan kebakaran yang dilakukan untuk mendeteksi
dini dan mengatasi kejadian kebakaran yang terjadi di lingkungan
RSUD dr.M.Soewandhie Surabaya. Dilaksanakan secara
terkoordinasi dengan seluruh satuan kerja terkait, baik di dalam dan
di luar RSUD dr.M.Soewandhie untuk mengupayakan kesiapan
pengelola, penghuni dan Regu Pemadam Kebakaran (Code red)
terhadap kegiatan pemadaman yang terjadi pada suatu bangunan
gedung. Bangunan gedung harus diproteksi terhadap kemungkinan
terjadinya bahaya kebakaran melalui penyediaan prasarana dan
1
sarana proteksi kebakaran serta kesiagaan akan kesiapan
pengelola, penghuni dan penyewa bangunan dalam mengantisipasi
dan mengatasi kebakaran, khususnya pada tahap awal kejadian
kebakaran. Bangunan gedung melalui penerapan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran harus mampu mengatasi
kemungkinan terjadinya kebakaran melalui kesiapan dan
keandalan sistem proteksi yang ada, serta kemampuan petugas
menangani pengendalian kebakaran, sebelum bantuan dari instansi
pemadam kebakaran tiba di rumah sakit.
2. LATAR BELAKANG
Program manajemen pengamanan kebakaran di RSUD
dr.M.Soewandhie ini di susun sebagai langkah preventive dan pro
aktif agar bahaya kebakaran tidak terjadi di RSUD
dr.M.Soewandhie, mengingat luas lahan rumah sakit adalah± 7272
m2. Pelaksanaan program manajemen pengamanan kebakaran di
rumah sakit diantaranya meliputi inspeksi fasilitas secara
komprehensif dengan memperhatikan segala sesuatu seperti
sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung yang terkait.
Kegiatan inspeksi secara berkala dilakukan dengan cara
pendokumentasian, dan inspeksi ini berguna untuk membantu
rumah sakit dalam merencanakan dan melaksanakan peningkatan,
dan menganggarkan rencana jangka pendek dan jangka panjang
terhadap perbaikan dan pengantian fasilitas. Dengan memahami
risiko potensial yang mungkin terjadi yang disebabkan oleh fasilitas
di rumah sakit, maka rumah sakit dapat menyusun rencana proaktif
untuk mengurangi risiko kebakaran terhadap karyawan / peserta
didik, pasien, keluarga pasien, karyawan dan pengunjung.
2
3. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk memastikan bahwa bangunan, peralatan dan sistem
yang digunakan tidak menimbulkan bahaya bagi masyarakat
atau penghuni rumah sakit terutama bahaya kebakaran
b. Tujuan Khusus
1) Tercapainya Pencegahan kebakaran melalui pengurangan
risiko kebakaran, melalui pemantauan / inspeksi seperti
menyimpan dan menangani secara aman bahan-bahan
mudah terbakar, termasuk gas medis, seperti oksigen dan
lain-lain juga terkait dengan Mekanisme supresi seperti
selang air, supresan kimia, atau sistem sprinkleberikut
pengujian dan perawatan secara berkala.
2) Terjaminnya adanya jalan keluar yang aman dan tidak ada
hambatan bila tejadi kebakaran melalui pemantauan /
inspeksi berkala yang teruji dan terpelihara.
3) Terciptanya Sistem peringatan dini, sistem deteksi dini,
seperti patroli kebakaran, deteksi asap, atau alarm
kebakaran serta sistem komunikasi yang efektif yang
terencana, teruji dan terpelihara secara berkala serta
terdokumentasi.
4) Terencananya sejak mulai pembangunan terkait dengan
sistem proteksi gedung terhadap pemadaman kebakaran
dan bahaya yang terkait dengan setiap pembangunan di
atau bersebelahan dengan bangunan yang ditempati pasien.
4. SASARAN
a. Semua tempat dilingkungan Rumah Sakit yang beresiko
terjadinya kebakaran, 100% dapat dicegah melalui sistem
3
penyimpanan dan pengelolaan bahan-bahan yang mudah
terbakar secara aman.
b. Akses jalan keluar (tangga darurat) 100% tidak ada hambatan
bila terjadi kebakaran.
c. Sistem peringatan dini, sistem deteksi dini serta sistem
komunikasi 100% teruji, terpelihara dan terdokumentasi.
d. Peralatan proteksi kebakaran 100% teruji, terpelihara secara
berkala dan terdokumentasi.
Direktur
Komandan
Bencana
4
b. Tugas dan Tanggung Jawab
1) Komandan Bencana
a) Merencanakan dan mengendalikan penaganan bencana
kebakaran
b) Memastikan proses penanganan korban dan sumber
pendukungnya terlaksana dan tersedia sesuai kebutuhan
c) Melakukan koordinasi dengan instansi lain rumah sakit
jejaring
d) Memberikan informasi terkait proses penanganan
bencana kepada pihak lain di luar rumah sakit
e) Memberikan pembinaan kepada jajaran di bawahnya
f) Melaporkan pelaksanaan penanganan bencana
kebakaran kepada Direktur.
2) Koordinator Support
a) Mengkoordinasikan untuk penyediaan logistik, SDM,
keuangan dan penunjang non medik
b) Menindaklanjuti koordinasi kerja ke instansi luar yang
dilakukan oleh Komandan Bencana sehubungan dengan
pemenuhan kebutuhankeamanan, tenaga relawan,
penyediaan dan pengelolaan logistik
c) Memastikan penyediaan sarana transportasi (termasuk
ambulance), kebersihan lingkungan dan keamanan
rumah sakit serta ketertiban lalu lintas
d) Memastikan berfungsinya gedung dan alat serta
melaksanakan pemeliharaannya
e) Mengkoordinir proses seleksi relawan berdasarkan
keahlian dan kebutuhan, serta merencanakan
penugasannya.
f) Menyelesaikan urusan administrasi bantuan dari luar
negeri
5
g) Melaporkan pelaksanaan proses penyiapan, kesiapan
sumber pendukung dan sumber bantuan yang diterima
kepada Komandan Bencana
3) Koordinator Medik
a) Mengendalikan penanganan korban hidup
b) Mengendalikan penanganan korban mati
c) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Tim medik dan
forensik
d) Mengkoodinir proses evakuasi korban ke luar rumah
sakit
e) Memberikan pengarahan kepada Tim pra-hospital dan
intra hospital
f) Menyampaikan laporan proses pelaksanaan penanganan
korban dan evakuasi korban (data hasil kegiatan) kepada
Komandan Bencana.
g) Melaporkan proses penanganan korban hidup dan
korban mati kepada Komandan Bencana
4) Koordinator Pemadaman
a) Mengkoordinasikan pelaksanaan pemadaman
b) Membagi tugas regu-regu pemadaman
c) Mengawasi pelaksanaan pemadaman
d) Melaporkan hasil pelaksanaan pemadaman ke
Komandan Bencana
5) Seksi Mekanik Elektrik
a) Memelihara/ merawat secara rutin sarana mekanikal
elektrik meliputi sarana pemadam kebakaran (APAR,
Hydran , Pompa Air, dan Springkle), sistem kelistrikan
(panel listrik) dan sistem deteksi dini kebakaran (alarm).
b) Menjaga sarana pemadam kebakaran (APAR, Hydran,
Pompa Air, dan Springkel), sistem kelistrikan dan sistem
deteksi dini kebakaran (alarm).
6
c) Menjamin semua sarana mekanikal elektrikal pemadam
kebakaran di RS bisa digunakan bila terjadi bencana
kebakaran.
6) Seksi Komunikasi dan Informasi
a) Melakukan koordinasi dengan petugas Satuan
Pengamanan (Satpam) di lapangan dan pos satpam
b) Membatasi percakapan yang masuk dan keluar RSUD dr.
Mohamad Soewandhie
c) Memonitor jalannya upaya pemadaman dan mengadakan
komunikasi terus menerus dengan petugas di lokasi
kebakaran
d) Aktivasi komunikasi dalam pengendalian dan
penanggulangan kebakaran dilakukan segera setelah
menerima berita adanya kebakaran dari satu unit atau
dilakukan dengan aktivasi manual alarm atau begitu
mendengar bunyi alarm dari detektor panas/asap
e) Aktivasi dilakukan dengan cara memberitahukan kepada
seluruh anggota tim tanggap darurat melalui alat
komunikasi yang ada : Alarm, Telepon, Handy talky,
Telepon seluler dan paging.
f) Memberikan informasi data korban , data kebutuhan
relawan, data perencanaan kebutuhan obat, alat medis,
non medis, barang habis pakai medis / non medis
g) Melaporkan data korban, baik korban sedang dirawat,
korban hilang, korban meninggal, hasil identifikasi
jenazah, korban yang telah dievakuasi keluar rumah sakit
h) Melaporkan hasil komunikasi dan informasi kepada
Koodinator Suport
7) Seksi Pengamanan
a) Merencanakan fasilitas untuk logistik yang bersifat
khusus
7
b) Menempatkan petugas di pos-pos penjagaan
c) Menetukan tanda bahaya
d) Menentukan petugas kurir / penghubung
e) Mengadakan patrol dalam area rumah sakit
8) Seksi P3K
a) Melakukan triage dan RHA, pertolongan pertama pada
korban
b) Menentukan prioritas penanganan dan melakukan
evakuasi ke IRD
c) Menentukan jumlah tempat tidur dan ruangan yang
diperlukan pasca life saving
d) Melaporkan hasil penanganan kepada Koordinator Medik
9) Seksi Evakuasi
a) Melaksanakan Triage dan RHA (Rapid Health
Assessment) evakuasi korban
b) Menentukan prioritas penanganan evakuasi
c) Melaporkan hasil RHA :
- Jumlah korban
- Kondisi korban
- kondisi lingkungan sekitar kepada Koordinator Medik
10) Seksi Pemadaman
a) Melaksanakan pemadaman sesuai instruksi Koordinator
Pemadaman
b) Melaporkan hasil pemadaman kepada Koordinator
Pemadaman
8
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Salah satu bencana yang
sering terjadi di rumah sakit adalah bencana internal atau
kebakaran. Kebakaran adalah kobaran api yang membesar yang
tidak terkendali yang dapat merugikan manusia, barang, dan
lingkungan. Dengan demikian diperlukan manajemen
penanggulangan kebakaran sehingga tidak terjadi hal - hal yang
tidak diinginkan. Adapun upaya yang dilakukan rumah sakit
adalah :
a) Penyimpanan yang aman dan penanganan material yang
berpotensi terbakar
b) Pemantauan larangan merokok
c) pemantauan kelistrikan / kabel
d) Uji fungsi peralatan proteksi kebakaran
e) Pelatihan pemadaman kebakaran dengan menggunakan
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan evakuasi saat
kebakaran
f) Penetapan area potensi risiko kebakaran
9
1) Ruang Penyimpanan Gas Medis ( Oksigen )
Adalah berisi penyimpanan tabung oksigen dengan
upaya pengurangan risiko kebakaran :
a) Melakukan penempatan tabung oksigen secara terpisah
dengan jarak aman.
b) Melakukan pengecekan safety valve dari masing-masing
rangkaian instalasi seperti ; Instalasi N2O, Instalasi udara
tekan, Instalasi oksigen sentral.
c) Melakukan pemeriksaan kelengkapan yang ada di sentral
oksigen secara berkala setiap shift.
10
a) Pengecekan exhouse fan bekerja dengan baik (suhu
stabil atau ideal)
b) Dilakukan pemisahan / pengelompokan barang-barang
sehingga tidak menimbulkan terjadinya kebakaran.
Sebagai contoh klorin tidak berdekatan dengan air accu.
c) Posisi instalasi listrik sesuai dengan penggunaan.
Pada saat ruangan ditinggal, tidak ada instalasi listrik yang
bekerja dalam posisi hidup.
11
yang merokok, juga dilakukan pemasangan tanda larangan
merokok di beberapa area rumah sakit yang berpotensi
pengunjung atau penghuni gedung merokok.
12
b) Uji APAR dilakukan dengan cara menyemprotkan
APAR terhadap api yang telah disiapkan. APAR
tersebut diujikan oleh setiap karyawan dalam suatu
latihan pemadaman api.
c) Uji APAR dilakukan minimal setahun sekali dan
dilakukan oleh petugas Komite K3 RS, IPS dan sub
bag perlengkapan dan rumah tangga.
d) Uji APAR dilakukan secara sampling dan dilakukan
pemeriksaan pada masa berlaku semua APAR yang
ada di RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya
2) Uji Hydran
Uji hydran dilakukan untuk mengidentifikasi kesiapan
hydran apabila terjadi bencana kebakaran. Proses uji
hydran dilakukan sebagai berikut :
a) Uji hydran dilakukan secara sampling pada hydran di
RSUD dr. M. Soewandhie yang dilakukan secara
berkala.
b) Uji hydran dilakukan dengan cara menyemprotkan
hydran sehingga air hydran menyembur keluar dengan
kualitas dan tekanan air dapat diidentifikasi.
c) Uji hydran dilakukan 2 kali dalam setahun.
d) Uji hydran dilakukan oleh Instalasi Sanitasi Lingkungan,
IPS dan Komite K3 RS bekerjasama dengan Dinas
Kebakaran Kota Surabaya .
e) Hasil Uji Hydran dibuat laporan tertulis oleh Komite
K3RS untuk kemudian dibuat rekomendasi kepada
Direktur Rumah Sakit.
13
3) Uji Smoke Detector dan Alarm Kebakaran
Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi berfungsinya
smoke detector dan alarm kebakaran, sehingga selalu
berada dalam kondisi siap pakai.
a) Uji smoke detector dan alarm kebakaran dilakukan
minimal dua kali dalam setahun.
b) Uji ini dilakukan dengan cara mendekatkan asap di
lokasi smoke detector, untuk mengetahui reaksi dari
smoke detector tersebut terhadap asap yang telah di
dekatkan.
c) Uji hydran dilakukan oleh Instalasi Sanitasi
Lingkungan, IPS dan Komite K3 RS bekerjasama
dengan Dinas Kebakaran Kota Surabaya .
14
mengevakuasikan pasien / korban ke tempat evakuasi
melalui ram.
Pada tahap pertama :
Adalah proses latihan komunikasi antar unit / peran
kebakaran dimana terjadi komunikasi silang antara petugas
terkait saat terjadi kebakaran. Komunikasi dilakukan dengan
skenario yang telah disusun serta para peran kebakaran
berkomunikasi mengacu pada skenario tersebut.
Pada tahap kedua :
a) Adalah proses evakuasi pasien dimana semua peran
dalam latihan evakuasi pasien mengevakuasi pasien
dengan menggunakan peralatan antara lain; tandu,
selimut, strecher, kursi roda dan menggunakan beberapa
metode evakuasi seperti dipapah, digendong, dipanggul.
Evakuasi ini dilakukan dari tempat / ruangan latihan
menuju ram.
b) Latihan evakuasi melibatkan jajaran anggota Komite
K3RS, para kepala unit serta para penanggung jawab
shift yang kemudian secara bertahap latihan diberikan
kepada seluruh karyawan RSUD dr.M. Soewandhie
c) Latihan dilakukan pada satu lantai, yaitu di lantai 3
dimana tidak melibatkan pasien sebagai subyek latihan
tetapi seluruh peran sebagai pasien maupun penolong
dilakukan oleh seluruh peserta pelatihan.
d) Informasi tentang adanya suatu latihan evakuasi
disampaikan oleh Komite K3RS kepada setiap unit agar
hal ini juga terinformasi kepada pasien dan seluruh
penghuni gedung di Rumah Sakit bahwa ada suatu
pelatihan yang sedang berlangsung.
Kepada karyawan diajarkan pula bagaimana cara
memadamkan api menggunakan APAR dengan
15
menggunakan singkatan "TATS" disertai dengan gambar
cara penggunaannya.
16
No Nama Tempat Risiko Pengamanan
17
No Nama Tempat Risiko Pengamanan
18
19
8. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Penyimpanan
yang aman
dan
penanganan
material yang
berpotensi
terbakar
2. Pemantauan
Larangan
Merokok
3. Pemantauan
Terhadap
Kelistrikan /
Kabel
4. Uji Fungsi
Peralatan
Proteksi
Kebakaran
5. Pelatihan Pada
Penggunaan bulan April
APAR dan diselengga
Evakuasi rakan
Kebakaran pelatihan
evakuasi
kebakaran
6. Penetapan
area potensi
risiko
Kebakaran
20
kegiatan bulanan setelah kegiatan berlangsung serta data tersebut
dihimpun setiap enam bulan sekali untuk dibuat laporan semester Komite
K3RS untuk disampaikan kepada Direktur.
ALUR DATA :
Data dibuat laporan oleh bidang terkait masuk ke Komite K3
Analisis Rekomendasi ke Direktur
10. PENUTUP
Demikian program Kerja Kewaspadaan Bencana Kebakaran
Komite K3RS RSUD dr. M. Soewandhie tahun 2017 ini di buat
sebagai acuan dan diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi
untuk melaksanakan program kerja tahun depan.
Mengetahui Ketua
Plt. DIREKTUR Komite K3RS
21