Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Persepsi

2.1.1 Definisi Persepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting

bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan

gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat

luas, menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah

memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun

pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan langsung dari

sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca

inderanya. Ada banyak definisi persepsi menurut ahli seperti:

Sugihartono, dkk (2007: 8) mengemukakan bahwa persepsi adalah

kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses

untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera

manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang

dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik

atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan


mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.

Sementara menurut Jalaludin Rakhmat (2007: 51) menyatakan

persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan. dan menurut Suharman

(2005: 23) menyatakan: “persepsi merupakan suatu proses

menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh

melalui sistem alat indera manusia”. Menurutnya ada tiga aspek di

dalam persepsi yang dianggap relevan dengan kognisi manusia,

yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat

bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari

penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri

individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam

lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya


2.1.2 Syarat Terjadinya Persepsi

Menurut Sunaryo (2004: 98) syarat-syarat terjadinya persepsi

adalah sebagai berikut:

a. Adanya objek yang dipersepsi

b. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai

suatu persiapan dalam mengadakan persepsi.

c. Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus

d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak,

yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.

2.2 Teknologi Informasi

2.2.1 Definisi Teknologi Informasi

Perkembangan peradaban manusia diiringi dengan

perkembangan cara penyampaian informasi yang selanjutnya

dikenal dengan istilah Teknologi Informasi. Ada banyak definisi

teknologi informasi yang dikemukakan dari berbagai ahli seperti:

Bambang Warsita (2008:135) teknologi informasi adalah sarana

dan prasarana (hardware, software, useware) sistem dan metode

untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah,

menafsirkan, menyimpan, mengorganisasikan, dan menggunakan


data secara bermakna. Sementara menurut Lantip dan Rianto

(2011:4) teknologi informasi diartikan sebagai ilmu pengetahuan

dalam bidang informasi yang berbasis komputer dan

perkembanganya sangat pesat. Sedangkan menurut McKeown

dalam Suyanto (2005:10) teknologi informasi merujuk pada seluruh

bentuk teknologi yang digunakan untuk menciptakan, menyimpan,

mengubah, dan menggunakan informasi dalam segala bentuknya

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk

memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan,

mengorganisasikan, dan menggunakan data secara bermakna

untuk memperoleh informasi yang berkualitas.

2.2.1 Manfaat Teknologi Informasi

Ada beberapa manfaat teknologi informasi yang dikemukakan oleh

ahli, yaitu: menurut Abdulhak (2005:413) terdapat klasifikasi

pemanfaatan teknologi informasi ke dalam tiga jenis, yaitu :

pertama, teknologi informasi sebagai alat bantu pendidikan yaitu

hanya sebagai pelengkap untuk memperjelas uraian - uraian yang


disampaikan. Kedua, teknologi informasi sebagai sumber yakni

sebagai sumber informasi dan mencari informasi. Ketiga,

Information and Communication Technology sebagai sistem

pembelajaran. Sedangkan menurut Bambang Warsita

(2008:150-151), secara umum ada tiga pemanfaatan teknologi

informasi atau instruksional komputer dan internet untuk

pendidikan dan pembelajaran, adalah : Pertama, Learning about

computers and the internet, yaitu Komputer dapat dijadikan

sebagai objek pembelajaran,. Kedua, Learning with computers and

the internet, yaitu teknologi informasi memfasilitasi pembelajaran

sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah.


2.3 Electronic Trafic Law Enforcement

2.3.1 Definisi Electronic Trafic Law Enforcement

Electronic Traffic Law Enforcement adalah implementasi

teknologi untuk mencatat pelanggaran - pelanggaran dalam berlalu

lintas secara elektronik untuk mendukung keamanan, ketertiban,

keselamatan dan ketertiban dalam berlalu lintas. Pemetaan data

kecelakaan menunjukkan keterkaitan antara tingginya pelanggaran

dengan kecelakaan fatal yang terjadi.

2.3.2 Cara Kerja Electronic Trafic Law Enforcement

Sistem Tilang dengan Electronic Traffic Law Enforcement/ETLE

ini dengan alat bantu sensor. Sinar infra red dipancarkan oleh

transmitter dan diterima oleh alat yang dinamakan receiver. Posisi

transmitter dan receiver ini berada tepat di sisi kiri-kanan jalan.

Dan didesain agar sinar yang dihasilkan sejajar dengan garis putih

terdepan.

Alat sensor ini secara otomatis akan bekerja ketika traffic light

dalam keadaan merah. Sinar akan terus diterima. Sinyal ini akan

putus apabila ada kendaraan atau motor yang memotong garis


putih itu. Secara otomatis ketika itu juga akan mengaktifkan

kamera CCTV yang berada disisi traffic light. Maka kamera ini akan

merekam siapa yang melakukan tindakan pelanggaran itu.

Setelah kamera CCTV ini mengcover seluruh jalur jalan yang

memiliki beberapa jalur. Sehingga masing-masing lajur akan

dipantau oleh satu kamera, dua kamera akan memantau secara

keseluruhan. Jadi tidak akan mungkin ada yang terlewat.

Data tersebut akan terhubung dengan TMC (traffic and

management control) dan diolah Sub Direktorat Pembinaan Hukum

Direktorat Lalu Lintas (Subdit Gakkum) Polda Metro Jaya, dari sana

akan dilacak kendaraan yang melanggar tersebut. Dari nomor polisi

itu akan diketahui siapa pemilik motor atau mobil yang melanggar

dan alamatnya di mana. Nantinya akan dikirim bukti

pelanggarannya berupa surat tilang elektronik. Pada bukti

tersebut tertera waktu kejadian, mulai dari tanggal sampai detik

kejadian juga lokasi kejadian.


2.4 Kepatuhan Lalu Lintas

2.4.1 Definisi kepatuhan

Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu: Baron,

Branscombe, dan Byrne (Sarwono & Meinarno, 2012) mengatakan

kepatuhan adalah salah satu jenis pengaruh sosial dimana suatu

kelompok atau individu mematuhi dan mentaati permintaan

pemegang otoritas guna untuk melakukan tingkah laku tertentu.

Kepatuhan juga bersifat taat, tunduk dan patuh pada suatu

perintah maupun aturan. Bentuk dari kepatuhan yaitu sikap patuh

individu ataupun kelompok kepada pemegang otoritas. Sementara

itu menurut Feldman (2003) mengatakan kepatuhan yaitu individu

mengubah tingkah laku dan sikap untuk mengikuti perintah atau

permintaan orang lain. Upaya individu dalam mengubah tingkah

lakunya karena permintaan orang lain juga merupakan bentuk dari

kepatuhan

Berdasarkan penjelasan teori di atas, kepatuhan yaitu perubahan

dari perilaku dan sikap individu yang disebabkan adanya

permintaan untuk patuh dan tunduk terhadap aturan.


2.4.2 Definisi Lalu Lintas

Beberapa definisi lalu lintas menurut para ahli, seperti: menurut

Sasambe (2006) Lalu lintas yaitu individu yang berpindah dengan

atau tanpa alat penggerak dari tempat satu ke tempat lainnya

Sementara itu Soekanto menjelaskan lalu lintas yaitu sesuatu yang

berkaitan dengan perjalanan dari tempat satu ke tempat yang

lainnya. Perjalanan yang dimaksudkan tidak hanya perjalanan dari

jalur darat, namun jalur laut dan jalur udara.

UU No. 2 tahun 2009 terkait aturan lalu lintas dan angkutan jalan

menjelaskan bahwa lalu lintas merupakan gerak dari kendaraan

dan individu yang berada di ruang jalan seperti prasarana untuk

gerak pindah kendaraan, orang, dan fasilitas pendukung lainnya.

Berdasarkan penjelasan dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa

lalu lintas yaitu manusia dan kendaraan yang bergerak di dalam

jalan atau fasilitas pendukung lainnya.


2.4.3 Definisi Kepatuhan Berlalu Lintas

Definisi kepatuhan berlalu lintas ada bermacam – macam, yaitu:

Kepatuhan berlalu lintas adalah suatu bentuk kepatuhan hukum di

mana tingkah laku terbentuk melalui serangkaian proses yang

menunjukkan patuh dan tertib kepada aturan norma sosial

(Kulanthayan et al., 2000). Kepatuhan terhadap hukum merupakan

semua aktivitas yang dinilai sesuai dengan aturan, kebijakan

perundang-undangan. Perundang-undangan yang mengatur

tentang aturan lalu lintas yaitu (Undang-undang republik indonesia

nomor 22, 2009).

Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa

kepatuhan berlalu lintas yaitu suatu sikap dan tingkah laku yang

telah terbentuk melalui berbagai proses yang berkaitan dengan

ketertiban dan ketaatan terhadap aturan berlalu lintas dimana

individu yang melanggar aturan akan mendapatkan peringatan

atau sanksi dari pemegang otoritas.


2.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Berlalu

Lintas

Safitri & Rahman (2013) mengungkapkan bahwa faktor yang

mempengaruhi individu terhadap kepatuhan berlalu lintas yaitu:

a. Individu patuh disebabkan adanya rasa takut akan sanksi

yang diberikan oleh petugas kepolisian bila melanggar

peraturan lalu lintas.

b. Kesadaran diri terhadap keselamatan lalu lintas antar

pengguna jalan. Artinya individu sadar bahwa mentaati

peraturan lalu lintas merupakan hal yang penting untuk

dilakukan.

c. Sikap yang saling menghormati antar pengguna jalan untuk

menciptakan ketertiban dalam berlalu lintas.

Sementara menurut Rakhmani (2013) Faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan berlalu lintas terdiri dari:

a. Pemahaman pengendara terkait aturan tata tertib lalu

lintas.
b. Sikap dan perilaku pengendara terkait kepatuhan tata tertib

lalu lintas.

c. Adanya program tilang serta efektivitasnya. Faktor-faktor

penyebab ketidakpatuhan hingga mengakibatkan terjadinya

kecelakaan dalam berlalu lintas

menurut Wulandari (2015) factor yang mempengaruhi kepatuan

lalu lintas terdiri dari:

a. Faktor Manusia

Manusia sebagai pengguna jalan yang memiliki peran penting

dalam berlangsungnya ketertiban lalu lintas. Sikap dan perilaku

manusia dapat di tentukan oleh :

1) Mental dan perilaku

Mental dan perilaku pengguna jalan yang memberikan

pengaruh terhadap ketertiban dan keselamatan individu

dalam berlalu lintas. Pengguna jalan yang memiliki etika

yang baik berdampak positif dalam membangun ketertiban

lalu lintas seperti mampu mengontrol emosi pada saat

berkendara dan memiliki toleransi antar pengguna jalan.

1) Pengetahuan
Pengguna jalan wajib memiliki pengetahuan terkait aturan

lalu lintas. Perbedaan tingkat pemahaman dan pengetahuan

dapat menjadikan permasalahan antar pengguna jalan

ataupun aparat penegak hukum.

2) Ketrampilan

Ketrampilan dapat diartikan sebagai kemampuan individu

dalam mengendalikan kendaraannya. Pengendara yang

telah mengikuti serangkaian pelatihan maka akan mengikuti

ujian untuk memperoleh SIM.

b. Faktor Kendaraan

Kendaraan yaitu alat penggerak yang kendalikan oleh manusia.

Kendaraan yang lebih dominan di jalan raya dan menimbulkan

situasi atau iklim lalu lintas. Sehingga dapat dikatakan bahwa

kuantitas kendaraan disetiap tahunnya meningkat yang

mengakibatkan permasalahan arus lalu lintas. Kualitas

kendaraan juga penting diperhatikan seperti merawat fungsi

mesin, rem, dan alat-alat lainnya untuk mewujudkan keamanan

dan keselamatan pengendara yang menjadi faktor utama dalam

berlalu lintas.
c. Faktor Jalan

Jalan menjadi faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan

berlalu lintas. Jalan yang telah beroperasi dilengkapi dengan

prasarana jalan. Hal tersebut telah diuraikan (Undang-undang

republik indonesia nomor 22, 2009) yaitu “Setiap jalan umum

wajib dilengkapi dengan perlengkapan yang berupa:

1. Rambu-rambu lalu lintas

2. Marka jalan

3. Pemberian alat untuk isyarat lalu lintas

4. Penerangan jalan

5. Alat untuk pengendali dan pengamanan pada pengguna

jalan

6. Alat pengawasan dan pengamanan jalan

7. Fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan penyandang cacat

8. Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan

baik yang berada di jalan dan di luar badan jalan.

d. Faktor Lingkungan

Lingkungan memiliki peran penting dalam membentuk perilaku

pengendara untuk patuh berlalu lintas. Lingkungan juga


sebagai sumber informasi bagi pengendara dalam membentuk

budaya tertib berlalu lintas. Berdasarkan penjelasan di atas

dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

berlalu lintas yaitu pemahaman pengendara terhadap tata

tertib lalu lintas, sikap dan perilaku pengendara terkait aturan

tata tertib lalu lintas, dan adanya program tilang serta

efektivitasnya.

Anda mungkin juga menyukai