Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program pembangunan nasional dalam memasuki era industrialisasi dan


globalisasi ditandai dengan semakin meningkatnya pertumbuhan industri yang
mempergunakan proses dan teknologi canggih. Sehingga perlu diimbangi dengan
peningkatan kualitas tenaga kerja dan pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan kerja (SMK3) di perusahaan secara baik dan benar. Dalam dunia
persaingan terbuka pada era globalisasi ini, masyarakat internasional menerapkan
standar acuan terhadap berbagai hal terhadap industri seperti kualitas, manajemen
kualitas, manajemen lingkungan, serta kesehatan dan keselamatan kerja. Apabila saat
ini industri mengekspor, telah dituntut untuk menerapkan manajemen kualitas (ISO-
9000, QS-9000) serta manajemen lingkungan (ISO-14000), maka bukan tidak mugkin
tuntutan terhadap penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja juga
menjadi tuntutan pasar internasional (Kurnia, 2008).
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, Pasal 23
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai
risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling
sedikit 10 orang. Selain itu, dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pasal 5 dinyatakan bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di
perusahaannya, yaitu perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit
100 orang serta mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat menentukan bagi perusahaan, tenaga
kerja juga merupakan faktor produksi yang memiliki peran penting dalam kegiatan
perusahaan. Dalam melaksanakan pekerjaannya tenaga kerja ini akan menghadapi
ancaman bagi keselamatan dan kesehatannya yang akan dating dari pelaksanaan tugas
mereka tersebut. Karena itu dalam rangka menjalankan usaha yang aman (safe business)
maka program perlindungan bagi karyawan melalui penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) harus dilakukan secara konsisten. Hal ini
sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan

1
Undang-Undang no. 13 Tahun 2003, tentang ketenagakerjaan, yang menyatakan
kewajiban pengusaha melindungi tenaga kerja dari potensi bahaya yang dihadapinya.
Menurut data International Labor Organitation (ILO) pada yang diterbitkan dalam
peringatan Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Se dunia pada 28 April 2010, tercatat
setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang yang meninggal akibat kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Sekitar 160 juta orang menderita penyakit akibat kerja dan terjadi sekitar 270
juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia. Sedangkan menurut data
Kemenakertrans, angka kecelakaan kerja pada tahun 2009 mencapai 96.513 kasus,
sedangkan pada semester I tahun 2010 angka kecelakaan kerja mencapai 53.267 kasus.
Hampir 70 % kecelakaan kerja didominasi kecelakaan di jalan raya saat pergi maupun
pulang dari tempat kerja. Setiap tahun ditargetkan angka kecelakaan kerja 50 % lebih
sedikit dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut Suma’mur, penyebab kecelakaan kerja secara umum adalah karena
adanya kondisi yang tidak aman dan tindakan tidak aman dari pekerja. Khusus
mengenai tindakan tidak aman sangat erat kaitannya dengan faktor manusia atau
terjadi karena kesalahan manusia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Patrick
Sherry, 80-90 % penyebab kecelakaan kerja berkaitan dengan human error atau faktor
perilaku pekerja. Pekerja cenderung untuk berperilaku dengan mengabaikan
keselamatan walaupun itu sangat berguna untuk kepentingannya sendiri. Misal saja
dalam melaksanakan tugasnya pekerja seringkali tidak mengikuti Standard Operating
Procedure (SOP) dan hanya bekerja berdasarkan pengalamannya saja. Atau masalah
lain adalah pekerja seringkali tidak mau menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
yang sudah disediakan dengan berbagai alasan (Syaaf, 2008).
Persepsi terhadap Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah
pandangan karyawan terhadap apa yang diberikan perusahaan yang bertujuan supaya
karyawan terjaga dan terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya. Persepsi disini
tidak lepas dari respon kognitif yang mana suatu bentuk usaha untuk memahami
pertama apa yang dipikirkan orang sewaktu mereka dihadapkan pada stimulus
persuasif, dan kedua bagaimana fikiran serta proses kognitif yang berkaitan
menentukan apakah mereka mengalami perubahan sikap dan sejauh mana perubahan
itu terjadi. (Greenwald, 1968; Petty, Ostrom & Brock, 1981: Baron & Byne) dalam
(Azwar, 2002:67). Karyawan merasa puas bila dalam melakukan suatu pekerjaan
terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya

2
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa resiko pekerja atau individu dalam
melakukan tugas mereka “terancam” keselamatan dan kesehatannya. Dengan
mengamati data kecelakaan di atas terlihat bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) pada karyawan belum berjalan dengan baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimana

persepsi karyawan terhadap penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

C. Tujuan

Untuk mengetahui persepsi karyawan terdapat penerapan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) terhadap pencegahan kecelakaan di tempat kerja

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Persepsi Terhadap Penerapan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)


1. Pengertian Persepsi
Menurut Rahmat (2004:51) bahwa persepsi merupakan pengalaman
tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi (perception) dalam arti sempit adalah
penglihatan, bagimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas
ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu. (Leavit, 1997:27).
Menurut Scheerer (1954) dalam (Sarwono, 1983:94) menyatakan bahwa
persepsi adalah representasi fenomenal tentang obyek-obyek distal sebagai hasil
pengorganisasian obyek distal itu sendiri, medium dan rangsang proksimal.
Suprihanto dkk (2003:33) mengemukakan mengenai persepsi adalah suatu bentuk
penilaian satu orang dalam menghadapi rangsangan yang sama, tetapi dalam
kondisi lain akan menimbulkan persepsi yang berbeda.
Indrawijaya (2000:47) menyatakan bahwa persepsi merupakan dimana
manusia dalam mengorganisasikan, menafsirkan, dan memberi arti kepada suatu
rangsangan selalu menggunakan inderanya, yaitu melalui mendengar, melihat,
merasa, meraba, dan mencium, yang dapat terjadi terpisah-pisah atau serentak.
Menurut Winardi (2004:204) berpendapat mengenai persepsi berhubungan
dengan pencapaian pengetahuan khusus tentang objek-objek atau
kejadiankejadian, pada saat tertentu, maka ia timbul apabila stimuli mengaktivasi
indera. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan
suatu pandangan, penyimpulan informasi, pemberian makna pada objek
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan
suatu pandangan, penyimpulan informasi, pemberian makna pada objek
pengamatan atau pandangan individu terhadap benda, kejadian, tingkah laku
manusia atau hal-hal lain yang ditemuinya sehari-hari tergantung keadaan
individu sebagai reseptor dan keadaan objek yang dipersepsikan serta dapat
mempengaruhi tingkah laku

4
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Irwanto (1988:76) berpendapat mengenai faktor faktor yang
mempengaruhi persepsi anatara lain :
a. Perhatian yang selektif
Setiap individu akan menerima banyak rangsang dari lingkungannya. Namun
demikian, ia harus memusatkan perhatiannya pada rangsanganrangsangan
tertentu saja agar objek-objek atau gejala-gejala lain tidak tampil.
b. Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik
perhatian.
c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu
Setiap individu mempunyai nilai dan kebutuhan yang tidak sama.
d. Pengalaman terdahulu
Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang
mempersepsi dunianya.

3. Proses terjadinya Persepsi


Walgito (2002:71) menjelaskan proses terjadinya persepsi sebagai berikut :
a. Proses kealaman atau proses fisik, yaitu proses stimulus mengenai alat
indera.
b. Proses fisiologis, stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh
syaraf sensoris ke otak.
c. Proses psikologis, terjadi di otak atau pusat kesadaran sehingga individu
menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, dan apa yang dirasa.

Menurut Indrawijaya (2000:48-51), proses terjadi persepsi melalui tahaptahap


a. Proses Masukan (input proces)
Proses persepsi dimulai dari tahap penerimaan rangsangan, yang ditentukan
baik oleh faktor luar maupun didalam manusia itu sendiri.
b. Selektifitas
Manusia memperoleh berbagai rangsangan dari lingkungannya, baik yang
bersifat terbatas atau sempit maupun yang bersifat luas lagi. Kemampuan
manusia terbatas sehingga cenderung memberi perhatian pada rangsangan
tertentu saja yang mempunyai relevansi, nilai dan arti baginya

5
c. Proses Penutupan (closure)
Proses penutupan merupakan proses untuk melengkapi atau menutupi jurang
informasi yang ada. Kecenderungan seseorang merasa sudahmengetahui
keseluruhan, merupakan suatu hal yang penting dalam proses

B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


1. Pengertian
Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. (Suma’mur, 1989:1)
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dalam (Budiono, 2003:171) menerangkan
bahwa keselamatan kerja yang mempunyai ruang lingkup yang berhubungan
dengan mesin, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara mencegah
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, memberikan perlindungan
sumber-sumber produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan
produktifitas.
Menurut Suma’mur (1996:1), berpendapat bahwa kesehatan kerja
merupakan spesialisasi ilmu kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar
para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi
tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif
terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan
dan lingkungan serta terhadap penyakit umum.
Pada hakekatnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan
suatu keilmuan multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan
peningkatan kondisi lingkungan kerja, keamanan kerja, keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja serta melindungi tenaga kerja terhadap resiko bahaya
dalam melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya kerugian akibat
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan atau pencemaran
lingkungan kerja.

2. Indikator-indikator dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Budiono dkk (2003) mengemukakan indikator Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3), meliputi :
a. Faktor manusia/pribadi (personal factor)

6
Faktor manusia disini meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik,
mental dan psikologi, kurangnya pengetahuan dan ketrampilan/ keahlian,dan
stres serta motivasi yang tidak cukup.
b. Faktor kerja/ lingkungan.
Meliputi, tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan, rekayasa
pembelian/pengadaan barang, perawatan, standar-standar kerja dan
penyalahgunaan.

Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai indikator


tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) meliputi : faktor lingkungan
dan faktor manusia.

3. Aspek-aspek dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (K3)
Menurut Anoraga (2005:76) mengemukakan aspek-aspek Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) meliputi :
a. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan
dalam beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut
kondisi kerja, seperti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.
b. Alat kerja dan bahan
Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang alat-alat
kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam melakukan
kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah bahanbahan utama yang
akan dijadikan barang.
c. Cara melakukan pekerjaan
Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara-cara melakukan pekerjaan yang
berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya
dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktifitas pekerjaan,
misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri
secara tepat dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan
memahami cara mengoperasionalkan mesin.

7
Menurut Budiono dkk, (2003:99), faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain :
a. Beban kerja.
Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya
penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
b. Kapasitas kerja.
Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
c. Lingkungan kerja.
Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik
maupun psikososial.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Aspek dan Faktor yang
mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain lingkungan
kerja, alat kerja dan bahan, cara melakukan pekerjaan, beban kerja kapasitas
kerja dan lingkungan kerja.

C. Persepsi terhadap Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Persepsi terhadap Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah
pandangan karyawan terhadap apa yang diberikan perusahaan yang bertujuan supaya
karyawan terjaga dan terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya. Persepsi disini
tidak lepas dari respon kognitif yang mana suatu bentuk usaha untuk memahami
pertama apa yang dipikirkan orang sewaktu mereka dihadapkan pada stimulus
persuasif, dan kedua bagaimana fikiran serta proses kognitif yang berkaitan
menentukan apakah mereka mengalami perubahan sikap dan sejauh mana perubahan
itu terjadi. (Greenwald, 1968; Petty, Ostrom & Brock, 1981: Baron & Byne) dalam
(Azwar, 2002:67). Karyawan merasa puas bila dalam melakukan suatu pekerjaan
terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya.
Menurut Indrawijaya (2000:47) persepsi terhadap Penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) melibatkan aspek antara lain :
a. Proses kognisi
Melibatkan kemampuan untuk memberi arti pada suatu rangsangan dengan
menggunakan inderanya yaitu melalui proses melihat, meraba, merasa dan
mencium yang dapat terjadi secara terpisah-pisah atau serentak. Otak akan
melakukan persepsi berdasarkan informasi yang diterima oleh panca indera.

8
b. Proses belajar
Melibatkan kemampuan membuat informasi melalui proses persepsual menjadi
punya arti dan makna bagi proses pemilihan tindakan.
c. Pemecahan masalah
Melibatkan proses dimana seseorang dihadapkan untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan dan perilaku berikutnya.
Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) merupakan pandangan karyawan terhadap apa yang diberikan
perusahaan yang bertujuan supaya karyawan terjaga dan terjamin keselamatan dan
kesehatan kerjanya yang dikuti beberapa aspek-aspek didalamnya meliputi proses
kognisi, proses belajar dan pemecahan masalah.Adapun aspek persepsi terhadap
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang lain, meliputi persepsi terhadap
lingkungan kerja, persepsi terhadap alat kerja dan bahan dan persepsi terhadap cara
melakukan pekerjaan,

9
BAB III

STUDI KASUS

Berikut beberapa jurnal mengenai persepsi karyawan terhadap resiko kecelakaan kerja :

Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian


Sholihin Shiddiq Hubungan Persepsi K3 - Perilaku tidak aman merupakan
Karyawan dengan Perilaku salah satu penyebab terjadinya
Tidak Aman di Bagian kecelakaan kerja akibat
Produksi Unit IV PT. Semen kelalaian pekerja saat bekerja,
Tonasa Tahun 2013 angka kecelakaan kerja yang
disebabkan oleh perilaku tidak
aman di Indonesia sebesar 80%
dan kondisi tidak aman sebesar
20%. Kecelakan yang
diakibatkan oleh perilaku tidak
aman merupakan masalah
pekerja yang sering dihadapi
oleh perusahaan-perusahaan.
- Penelitian ini menunjukkan
bahwa dari 6 variabel
independen yang diteliti,
terdapat 5 variabel yang
memiliki hubungan dengan
variabel dependen, yaitu: umur
(p=0,011),masa kerja (p=0,026),
pengetahuan (p=0,025), sikap
(p=002) dan persepsi (p=0,011).
Sedangkan variabel pelatihan
K3 tidak berhubungan dengan
nilai (p=0,57).Penelitian ini
menyarankan kepada pihak
perusahaan agar pekerja yang
berumur tua diatas 45 tahun
tidak lagi dipekerjakan dibagian

10
lapangan atau berkaitan dengan
mesin cukup diruang kontrol,
pekerja yang memiliki masa
kerja terbilang baru harus selalu
diperhatikan agar kecelakaan
kerja akibat perilaku tidak aman
dapat terkendali begitupun yang
memiliki masa kerja lama atau
sebaiknya dilakukan rotasi
pekerjaan.

Anisa Putri Agiviana Analisis pengaruh persepsi, - Berdasarkan hasil penelitian,


sikap, pengetahuan dan diketahui uji F dimana nilai
tempat kerja terhadap
signifikansinya 0,000. Koefisien
perilaku keselamatan
karyawan determinasi pada Perilaku
(Studi pada perusahaan PT Keselamatan yang ditunjukkan
Muliaglass Container
oleh square adalah 0,561 yang
Division)
berarti bahwa Perilaku
Keselamatan 56,1% dipengaruhi
oleh variabel persepsi, sikap,
pengetahuan, dan tempat kerja.
Sedangkan 43,9% nya
dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak diteliti oleh peneliti.
- Faktor yang tidak
mempengaruhi perilaku
keselamatan adalah pengetahuan
karyawan. sedangkan, faktor-
faktor yang terbukti
mempengaruhi perilaku
keselamatan adalah persepsi,
sikap dan tempat karyawan.

11
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Persepsi terhadap penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan


pandangan karyawan terhadap apa yang diberikan perusahaan yang bertujuan
supaya karyawan terjaga dan terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya
2. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Aspek dan Faktor yang
mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain lingkungan
kerja, alat kerja dan bahan, cara melakukan pekerjaan, beban kerja kapasitas kerja
dan lingkungan kerja.

B. Saran

1. Pemberian Pendidikan dan Pelatihan kepada karyawan untuk merubah persepsi


dan pemahaman bahwa bekerja dengan prilaku tidak aman merupakan penyebab
terjadinya kecelakaan kerja
2. Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi seluruh karyawan karena salah satu
penyebab kecelakaan adalah kurang tersedianya APD di perusahaan
3. Peningkatan pengawasan terhadap tenaga kerja serta pemberian reward &
punishment sebagai reward & punishment dan saksi untuk meningkatkan
kinerja serta menanamkan kedisplinan bagi karyawan
4. Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) di perusahaan

12
Daftar Pustaka

Anoraga, P. 2005. Psikologi Kerja. Cetakan Kedua. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Azwar, S. 2002. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Cetakan V. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.

Budiono, S, Jusuf, Pusparini, A. 2003. Bunga Rampai HIPERKES&KK. Cetakan I. Badan


Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.

Chandra Dinal. 2006 Hubungan antara Persepsi Karyawan Terhadap Penerapan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Stres Kerja bagian Weaving II PT. Batam Textile
Industry Ungaran. Falkultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Indrawijaya, Adam. I. 2000. Perilaku Organisasi. Jakarta : Sinar Baru Algensindo.

Irwanto, Heman E, Antonius, H. Retno, P. Yohanes, B. Fernandes, C. 1988. Psikologi Umum.


Jakarta : Pusat Penelitian Unika Atma Jaya

Kurnia. Ahmad. 2012. Materi Pendukung Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja-Pertemuan 02-A. Materi Kuliah. (Http:// Repository.binus.ac.id. (Online).
Diakses tanggal 02 Januari 2013.

Leavit, Harold J. 1997. Psikologi Manajemen. Jakarta : Erlangga

Rakhmat, J. 2004. Psikologi Komunikasi. Cetakan Kelima. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya.

Sarwono, SW. 1983. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta : CV. Rajawali

Suma’mur, 1996. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Cetakan Ketiga Belas. Jakarta :
PT. Toko Gunung Agung.

Shidding, Solihin. dkk 2013. Hubungan Persepsi K3 Karyawan dengan Perilaku Tidak Aman
di bagian Produksi Unit IV PT. Semen Tonasa .Fakultas Kesehatan masyarakat
Universitas hasanuddin

Syaaf, Fathul Masruri. 2008. Analisis Perilaku Berisiko (At-Risk Behavior) pada Pekerja
Unit Usaha Las Sektor Informal di Kota X Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia: Depok.

Putri, Anisa. 2015. Analisis Pengaruh Persepsi, Sikap, Pengetahuan, dan Tempat Kerja
terhadap Prilaku Keselamatan Karyawan (Studi pada Perusahaan PT MuliGlass
Container Division). Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Dipenogoro

Winardi, J. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta : Prenada Media.

Walgito, B. 2002. Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

13
14

Anda mungkin juga menyukai