Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah Kanker adalah penyakit atau pertumbuhan ganas yang dapat
terjadi pada manusia, hewan dan tanaman. Kanker bersifat memperbanyak sel
yang berlebihan, umumnya embrional, mendesak dan menghancurkan
jaringan disekitarnya (invasive). Di negara maju, kanker merupakan penyebab
kematian kedua setelah penyakit-penyakit kardiovaskular. Kanker payudara
sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20%
dari seluruh keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang
didiagnosis setiap tahunnya. Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di
negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang.1
Diperkirakan, kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per tahun
dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara berkembang. Jumlah penderita
baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya ditemukan di
negara sedang berkembang. Kanker payudara merupakan kanker terbanyak
kedua sesudah kanker leher rahim di Indonesia. Sejak 1988 sampai 1992,
keganasan tersering di Indonesia tidak banyak berubah. Kanker leher rahim
dan kanker payudara tetap menduduki tempat teratas. Di Indonesia
diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000
penduduk per tahunnya. Data Profil Kesehatan RI 1995 menunjukkan bahwa
proporsi kanker yang dirawat inap di rumah sakit di Indonesia mengalami
peningkatan dari 4,0% menjadi 4,1%. Selain itu, peningkatan proporsi
penderita yang dirawat inap juga terjadi peningkatan di rumah sakit DKI
Jakarta pada 1993 dan 1994, dari 4,5% menjadi 4,6%.2Gejala permulaan
kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh
penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut. Hal
inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker tersebut. Padahal,
pada stadium dini kematian akibat kanker masih dapat dicegah. Tjindarbumi
(1982) mengatakan, bila penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium
dini, angka harapan hidupnya (life expectancy) tinggi, berkisar antara 85 s.d.
95%. Namun, dikatakannya pula bahwa 70--90% penderita datang ke rumah
sakit setelah penyakit parah, yaitu setelah masuk dalam stadium lanjut.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh
tentang Ca mammae terkait definisi, faktor resiko, patofisiologi, gejala klinis,
diagnosis, penatalaksanaan, dan komplikasinya.

1.3 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
pemahaman penulis maupun pembaca mengenaiCa mammae beserta
patofisiologi dan penangananannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengambil pertumbuhan yang tidak normal, cepat
dan tidak terkendali. Payudara merupakan suatu kelompok kelenjar-kelanjar besar
yang berasal dari epidermis, yang terbungkus dalam fascia yang berasal dari dermis,
dan fascia superficial dari permukaan ventral dada. Kanker payudara (Carcinoma
mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari
parenchyma. Penyakit ini oleh World Health Orgnization (WHO) dimasukkan ke
dalam International Clasification of Disease (ICD) dengan kode nomor 17.
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah
tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun
penyebaran ketempat jauh. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan
tidak pada tumor jinak. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang
paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistim
TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer) atau
AJCC (American Joint Committee On Cancer). Pada sistem TNM ini dinilai tiga
faktor utama, yaitu : 1. Tumor itu sendiri. Seberapa besar ukuran tumornya dan
dimana lokasinya (T, Tumor) 2. Kelenjar getah bening di sekitar tumor. Apakah
tumor telah menyebar kekelenjar getah bening disekitarnya (N, Node) 3.
Kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain (M, Metastasis) Ketiga faktor T, N,
M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan
dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM
sebagai berikut :2 T (Tumor size), ukuran tumor - T 0 : tidak ditemukan tumor primer
- T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang21- T 2 : ukuran tumor diameter
antara 2-5 cm - T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm - T 4 : ukuran tumor berapa saja,
tetapi sudah ada penyebaran ke kulit ataudinding dada atau pada keduanya , dapat
berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil
di kulit di luar tumor utama N (Node), kelenjar getah bening regional (KGB) : - N 0 :
tidak terdapat metastasis pada KGB regional di ketiak / aksilla - N 1 : ada metastasis
ke KGB aksilla yang masih dapat digerakkan - N 2 : ada metastasis ke KGB aksilla
yang sulit digerakkan - N 3 : ada metastasis ke KGB di atas tulang selangka
(supraclavicula) ataupada KGB di mammary interna di dekat tulang sternum M
(Metastasis), penyebaran jauh : - M x : metastasis jauh belum dapat dinilai - M 0 :
tidak terdapat metastasis jauh - M 1 : terdapat metastasis jauhSetelah masing-masing
faktor T,.N,M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabung dan didapatkan
stadium kanker sebagai berikut : Stadium 0 (T0 N0 M0) Disebut Ductal Carsinoma In
Situ atau Non-invasive Cancer. Yaitu kanker tidak menyebar keluar dari pembuluh /
saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada payudara.22 Stadium I
(T1 N0 M0) Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada
pembuluh getah bening. Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum
menyebar keluar payudara. Stadium IIA (T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0)Pada
stdium ini : - Tidak ada benjolan yang ditemukan pada payudara, tetapi kanker
ditemukan pada limfonodi axillaris (kelenjar limfe dibawah lengan); atau - Benjolan
berukuran 2 cm atau lebih kecil dan sudah menyebar ke limfonodi axillaris; atau -
Benjolan lebih besar dari 2 cm tetapi tidak lebih besar dari 5 cm (antara 25 cm) dan
tidak menyebar ke limfonodi axillaris.23 Stadium IIB (T2 N1 M0 / T3 N0 M0)Pasien
stadium ini, benjolan berukuran : - 2-5 cm dan sudah menyebar pada limfonodi
axillaris; atau - Lebih besar dari 5 cm tapi belum menyebar ke limfonodi axillaris.
Stadium IIIA (T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0)Tidak ada
benjolan yang ditemukan di payudara. Kanker ditemukan di limfonodi axillaris yang
saling berdekatan satu sama lain atau pada jaringan lainnya, atau bisa juga ditemukan
pada limfonodi sekitar tulang dada atau : - Benjolan berukuran 2 cm atau lebih kecil.
Kanker ditemukan di limfonodi axillaris yang saling berdekatan satu sama lin atau
pada jaringan lainnya, atau bisa juga ditemukan pada limfonodi sekitar tulang dada;
atau24- Benjolan berukuran 2-5 cm. Kanker sudah menyebar ke limfonodi axillaris
yang saling berdekatan satu sama lain atau pada jaringan lainnya, atau kanker
mungkin sudah menyebar ke limfonodi sekitar tulang dada; atau - Benjolan lebih
besar dari 5 cm. Kanker sudah menyebar ke limfonodi axillaris yang saling
berdekatan satu sama lain atau pada jaringan lainnya, atau kanker mungkin sudah
menyebar ke limfonodi sekitar tulang dada. Stadium IIIB (T4 N0 M0 / T4 N1 M0 /
T4 N2 M0) Benjolan bisa sebesar apapun dan kanker : - Sudah menyebar ke dinding
dada dan/atau kulit payudara; dan - Mungkin sudah menyebar ke limfonodi axillaris
yang saling berdekatan satu sama lain atau pada jaringan lainnya, atau kanker
mungkin sudah menyebar ke limfonodi sekitar tulang dada Kanker yang sudah
menyebar ke kulit payudara disebut kanker payudara inflamatorik (Inflammatory
Breast Cancer)25 Stadium IIIC (Tiap T N3 M0) Pada stadium ini, terdapat kanker
payudara ataupun benjolan dalam berbagai ukuran dan mungkin sudah menyebar ke
dinding dada dan/atau kulit payudara. Selain itu, kanker juga : - Sudah menyebar ke
linfonodi diatas atau dibawah tulang leher dan - Mungkin sudah menyebar ke
limfonodi axillaris atau ke limfonodi di sekitar tulang dada. Kanker payudara stadium
IIIC dibagi menjadi stadium IIIC yang dapat dioperasi dan tidak dapat dioperasi. Pada
stadium IIIC yang dapat dioperasi, kanker : Ditemukan dalam sepuluh atau lebih
limfonodi axillaris; atau Ditemukan dalam limfonodi dibawah tulang leher; atau
Ditemukan dalam limfonodi axillaris dan limfonodi di sekitar tulang dada Pada
stadium IIIC yang tidak dapat dioperasi, kanker sudah menyebar ke limfonodi diatas
tulang leher.26 Stadium IV (Tiap T-Tiap N -M1) Kanker sudah menyebar ke organ
lain tubuh, yang paling sering adalah ke tulang, hati, atau otak..I. DIAGNOSIS a.
Gejala Gejala yang yang paling sering meliputi 1 : 1. Penderita merasakan adanya
perubahan pada payudara atau pada puting susunya a. Benjolan atau penebalan dalam
atau sekitar payudara atau di daerah ketiak b. Puting susu terasa mengeras 2.
Penderita melihat perubahan pada payudara atau pada puting susunya a. Perubahan
ukuran maupun bentuk dari payudara27b. Puting susu tertarik ke dalam payudara c.
Kulit payudara, areola, atau puting bersisik, merah, atau bengkak. Kulit mungkin
berkerut-kerut seperti kulit jeruk. 3. Keluarnya sekret atau cairan dari puting susu
Pada awal kanker payudara biasanya penderita tidak merasakan nyeri. Jika sel kanker
telah menyebar, biasanya sel kanker dapat ditemukan di kelenjar limfe yang berada di
sekitar payudara. Sel kanker juga dapat menyebar ke berbagai bagian tubuh lain,
paling sering ke tulang, hati, paru-paru, dan otak. Pada 33% kasus kanker payudara,
penderita menemukan benjolan pada payudaranya. Tanda dan gejala lain dari kanker
payudara yang jarang ditemukan meliputi pembesaran atau asimetrisnya payudara,
perubahan pada puting susu dapat berupa retraksi atau keluar sekret, ulserasi atau
eritema kulit payudara, massa di ketiak, ketidaknyamanan muskuloskeletal. 50%
wanita dengan kanker payudara tidak memiliki gejala apapun. Nyeri pada payudara
biasanya berhubungan dengan kelainan yang bersifat jinak.
2.2 Etiologi
tiologi pasti dari kanker payudara masih belum jelas. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa wanita dengan faktor risiko tertentu lebih sering untuk
berkembang menjadi kanker payudara dibandingkan yang tidak memiliki beberapa
faktor risiko tersebut.3 Beberapa faktor risiko tersebut 1 :Umur : Kemungkinan untuk
menjadi kanker payudara semakin meningkat seiring bertambahnya umur seorang
wanita. Angka kejadian kanker payudara rata-rata pada wanita usia 45 tahun ke atas.
Kanker jarang timbul sebelum menopause. Kanker dapat didiagnosis pada wanita
premenopause atau sebelum usia 35 tahun, tetapi kankernya cenderung lebih agresif,
derajat tumor yang lebih tinggi, dan stadiumnya lebih lanjut, sehingga survival rates-
nya lebih rendah.Riwayat kanker payudara : Wanita dengan riwayat pernah
mempunyai kanker pada satu payudara mempunyai risiko untuk berkembang menjadi
kanker pada payudara yang lainnya.Riwayat Keluarga : Risiko untuk menjadi kanker
lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau saudara perempuan kandungnya memiliki
kanker payudara. Risiko lebih tinggi jika anggota keluarganya menderita kanker
payudara sebelum usia 40 tahun. Risiko juga meningkat bila terdapat kerabat/saudara
(baik dari keluarga ayah atau ibu) yang menderita kanker payudara.Perubahan
payudara tertentu : Beberapa wanita mempunyai sel-sel dari jaringan payudaranya
yang terlihat abnormal pada pemeriksaan mikroskopik. Risiko kanker akan
meningkat bila14memiliki tipe-tipe sel abnormal tertentu, seperti atypical hyperplasia
dan lobular carcinoma in situ (LCIS).Perubahan Genetik : Beberapa perubahan gen-
gen tertentu akan meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara, antara lain
BRCA1, BRCA2, dan beberapa gen lainnya. BRCA1 and BRCA2 termasuk tumor
supresor gen. Secara umum, gen BRCA-1 beruhubungan dengan invasive ductal
carcinoma, poorly differentiated, dan tidak mempunyai reseptor hormon. Sedangkan
BRCA-2 berhubungan dengan invasive ductal carcinoma yang lebih well
differentiated dan mengekspresikan reseptor hormon. Wanita yang memiliki gen
BRCA1 dan BRCA2 akan mempunyai risiko kanker payudara 40-85%. Wanita
dengan gen BRCA1 yang abnormal cenderung untuk berkembang menjadi kanker
payudara pada usia yang lebih dini.Riwayat reproduksi dan menstruasi :
Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan risiko untuk
berkembangnya kanker payudara, sedangkan berkurangnya paparan justru
memberikan efek protektif. Beberapa faktor yang meningkatkan jumlah siklus
menstruasi seperti menarche dini (sebelum usia 12 tahun), nuliparitas, dan menopause
yang terlambat (di atas 55 tahun) berhubungan juga dengan peningkatan risiko
kanker. Diferensiasi akhir dari epitel payudara yang terjadi pada akhir kehamilan
akan memberi efek protektif, sehingga semakin tua umur seorang wanita melahirkan
anak pertamanya, risiko kanker meningkat. Wanita yang mendapatkan menopausal
hormone therapy memakai estrogen, atau mengkonsumsi estrogen ditambah progestin
setelah menopause juga meningkatkan risiko kanker.Wanita yang mendapat terapi
radiasi pada daerah dada : Wanita yang mendapat terapi radiasi di daerah dada
(termasuk payudara) sebelum usia 30 tahun, risiko untuk berkembangnya kanker
payudara akan meningkat di kemudian hari.Overweight atau Obese setelah
menopause:15Kemungkinan untuk mendapatkan kanker payudara setelah menopause
meningkat pada wanita yang overweight atau obese, karena sumber estrogen utama
pada wanita postmenopause berasal dari konversi androstenedione menjadi estrone
yang berasal dari jaringan lemak, dengan kata lain obesitas berhubungan dengan
peningkatan paparan estrogen jangka panjang.Kurangnya aktivitas fisik : Wanita
yang aktivitas fisik sepanjang hidupnya kurang, risiko untuk menjadi kanker
payudara meningkat. Dengan aktivitas fisik akan membantu mengurangi peningkatan
berat badan dan obesitas.Diet : Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang
sering minum alkohol mempunyai risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena
alkohol akan meningkatkan kadar estriol serum. Sering mengkonsumsi banyak makan
berlemak dalam jangka panjang akan meningkatkan kadar estrogen serum, sehingga
akan meningkatkan risiko kanker.
2.3 Patofisiologi
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula mula terjadi hiperplasia sel sel dengan perkembangan sel sel atipik. Sel -
sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa
yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu
kira kira seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma
mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan aliran darah.
2.4 Gejala Klinis
1. Massa Tumor
Sebagian terbesar bermanifestasi sebagai massa payudara yang tidak nyeri,
sering kali ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di kuadran
lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas,
permukaan tidak licin, mobilitas kurang. Massa cenderung membesar bertahap, dalam
beberapa bulan bertambah besar secara jelas.

2. Perubahan Kulit
a. Tanda lesung: ketika tumor mengenai ligament glandula mamae, ligament
itu memendek hingga kulit setempat menjadi cekung.
b. Perubahan kulit jeruk (peau d’orange): ketika vasa limfatik subkutis
tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit,
folikel rambut tenggelam ke bawah.
c. Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis
masing-masing membentul nodul metastasis, disekitar lesi primer dapat
muncul banyak nodul tersebar.
d. Invasi, ulserasi kulit: ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan
warna merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar, lokasi itu
dapat menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik, ini disebut
“tanda kembang kol”.
e. Perubahan inflamatorik: secara klinis disebut “karsinoma mamae
inflamatorik”, tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna merah
bengkak, mirip peradangan. Tipe ini sering ditemukan pada kanker mamae
waktu hamil atau laktasi.

3. Perubahan Papilla Mamae


a. Retraksi, distorsi papilla mamae: umumnya akibat tumor menginvasi
jaringan subpapilar.
b. Sekret papilar: sering karena karsinoma papilar dalam duktus besar atau
tumor mengenai duktus besar.
c. Perubahan eksematoid: merupakan manifestasi spesifik dari kanker
eksematoid (penyakit paget). Klinis tampak areola papilla mamae tererosi,
berkrusta, secret, deskuamasi, sangat mirim eskim.
2. Pembesaran Kelenjar Limfe Regional
Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat soliter atau multiple, pada
awalnya mobile, kemudian dapat saling berkoalesensi atau adhesi dengan jaringan
sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe supraklavikular juga
dapat membesar.

2.6 Diagnosis

Mammografi merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan untuk


mendeteksi kanker payudara sebelum benjolan atau massa dapat dipalpasi.
Karsinoma yang tumbuh lambat dapat diidentifikasi dengan mammografi setidaknya
2 tahun sebelum mencapai ukuran yang dapat dideteksi melalui palpasi.8
Mammografi telah digunakan di Amerika Utara sejak tahun 1960 dan teknik ini terus
dimodifikasi dan diimprovisasi untuk meningkatkan kualitas gambarnya.
Mammografi konvensional menyalurkan dosis radiasi sebesar 0,1 sentigray (cGy)
setiap penggunaannya. Sebagai perbandingan, Foto X-ray thoraks menyalurkan 25%
dari dosis radiasi mammografi. Mammografi dapat digunakan baik sebagai skrining
maupun diagnostik. Mammografi mempunyai 2 jenis gambaran, yaitu kraniokaudal
(CC) dan oblik mediolateral (MLO). MLO memberikan gambaran jaringan mammae
yang lebih luas, termasuk kuadran lateral atas dan axillary tail of Spence.
Dibandingkan dengan MLO, CC memberikan visualisasi yang lebih baik pada aspek
medial dan memungkinkan kompresi payudara yang lebih besar. Radiologis yang
berpengalaman dapat mendeteksi karsinoma payudara dengan tingkat false-positive
sebesar 10% dan false-negative sebesar 7%. Gambaran mammografi yang spesifik
untuk karsinoma mammae antara lain29massa padat dengan atau tanpa gambaran
seperti bintang (stellate), penebalan asimetris jaringan mammae dan kumpulan
mikrokalsifikasi. Gambaran mikrokalsifikasi ini merupakan tanda penting karsinoma
pada wanita muda, yang mungkin merupakan satu-satunya kelainan mammografi
yang ada. Mammografi lebih akurat daripada pemeriksaan klinis untuk deteksi
karsinoma mammae stadium awal, dengan tingkat akurasi sebesar 90%. Protokol saat
ini berdasarkan National Cancer Center Network (NCCN) menyarankan bahwa setiap
wanita diatas 20 tahun harus dilakukan pemeriksaan payudara setiap 3 tahun. Pada
usia di atas 40 tahun, pemeriksaan payudara dilakukan setiap tahun disertai dengan
pemeriksaan mammografi. Pada suatu penelitian atas screening mammography,
menunjukkan reduksi sebesar 40% terhadap karsinoma mammae stadium II, III dan
IV pada populasi yang dilakukan skrining dengan mammografi.9 2. Ultrasonografi
(USG) Penggunaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang penting untuk
membantu hasil mammografi yang tidak jelas atau meragukan, baik digunakan untuk
menentukan massa yang kistik atau massa yang padat. Pada pemeriksaan dengan
USG, kista mammae mempunyai gambaran dengan batas yang tegas dengan batas
yang halus dan daerah bebas echo di bagian tengahnya. Massa payudara jinak
biasanya menunjukkan kontur yang halus, berbentuk oval atau bulat, echo yang
lemah di bagian sentral dengan batas yang tegas. Karsinoma mammae disertai dengan
dinding yang tidak beraturan, tetapi dapat juga berbatas tegas dengan peningkatan
akustik. USG juga digunakan untuk mengarahkan fineneedle aspiration biopsy
(FNAB), core-needle biopsy dan lokalisasi jarum pada lesi payudara. USG
merupakan pemeriksaan yang praktis dan sangat dapat diterima oleh pasien tetapi
tidak dapat mendeteksi lesi dengan diameter 1 cm.83. Magnetic Resonance Imaging
(MRI)30Sebagai alat diagnostik tambahan atas kelainan yang didapatkan pada
mammografi, lesi payudara lain dapat dideteksi. Akan tetapi, jika pada pemeriksaan
klinis dan mammografi tidak didapat kelainan, maka kemungkinan untuk
mendiagnosis karsinoma mammae sangat kecil.8 MRI sangat sensitif tetapi tidak
spesifik dan tidak seharusnya digunakan untuk skrining. Sebagai contoh, MRI
berguna dalam membedakan karsinoma mammae yang rekuren atau jaringan parut.
MRI juga bermanfaat dalam memeriksa mammae kontralateral pada wanita dengan
karsinoma payudara, menentukan penyebaran dari karsinoma terutama karsinoma
lobuler atau menentukan respon terhadap kemoterapi neoadjuvan.9 4. Biopsi Fine-
needle aspiration biopsy (FNAB) dilanjutkan dengan pemeriksaan sitologi merupakan
cara praktis dan lebih murah daripada biopsi eksisional dengan resiko yang rendah.
Teknik ini memerlukan patologis yang ahli dalam diagnosis sitologi dari karsinoma
mammae dan juga dalam masalah pengambilan sampel, karena lesi yang dalam
mungkin terlewatkan. Insidensi false-positive dalam diagnosis adalah sangat rendah,
sekitar 1-2% dan tingkat false-negative sebesar 10%. Kebanyakan klinisi yang
berpengalaman tidak akan menghiraukan massa dominan yang mencurigakan jika
hasil sitologi FNA adalah negatif, kecuali secara klinis, pencitraan dan pemeriksaan
sitologi semuanya menunjukkan hasil negatif. Large-needle (core-needle) biopsy
mengambil bagian sentral atau inti jaringan dengan jarum yang besar. Alat biopsi
genggam menbuat large-core needle biopsy dari massa yang dapat dipalpasi menjadi
mudah dilakukan di klinik dan costeffective dengan anestesi lokal.9 Open biopsy
dengan lokal anestesi sebagai prosedur awal sebelum memutuskan tindakan defintif
merupakan cara diagnosis yang paling dapat dipercaya. FNAB atau core-needle
biopsy, ketika hasilnya positif, memberikan31hasil yang cepat dengan biaya dan
resiko yang rendah, tetapi ketika hasilnya negatif maka harus dilanjutkan dengan
open biopsy. Open biopsy dapat berupa biopsy insisional atau biopsi eksisional. Pada
biopsi insisional mengambil sebagian massa payudara yang dicurigai, dilakukan bila
tidak tersedianya coreneedle biopsy atau massa tersebut hanya menunjukkan
gambaran DCIS saja atau klinis curiga suatu inflammatory carcinoma tetapi tidak
tersedia core-needle biopsy. Pada biopsi eksisional, seluruh massa payudara diambil.9
5. Biomarker Biomarker karsinoma mammae terdiri dari beberapa jenis. Biomarker
sebagai salah satu faktor yang meningkatkan resiko karsinoma mammae. Biomarker
ini mewakili gangguan biologik pada jaringan yang terjadi antara inisiasi dan
perkembangan karsinoma. Biomarker ini digunakan sebagai hasil akhir dalam
penelitian kemopreventif jangka pendek dan termasuk perubahan histologis, indeks
dari proliferasi dan gangguan genetik yang mengarah pada karsinoma. Nilai
prognostik dan prediktif dari biomarker untuk karsinoma mammae antara lain (1)
petanda proliferasi seperti proliferating cell nuclear antigen (PNCA), BrUdr dan Ki-
67; (2) petanda apoptosis seperti bcl-2 dan rasio bax:bcl-2; (3) petanda angiogenesis
seperti vascular endothelial growth factor (VEGF) dan indeks angiogenesis; (4)
growth factors dan growth factor receptors seperti human epidermal growth receptor
(HER)-2/neu dan epidermal growth factor receptor (EGFr) dan (5) p53. 8J.
SKRINING Rekomendasi untuk deteksi kanker payudara dini menurut American
Cancer Society :32Wanita berumur 40 tahun harus melakukan screening
mammogram secara terus-menerus selama mereka dalam keadaan sehat, dianjurkan
setiap tahun Wanita berumur 20-30 tahun harus melakukan pemeriksaan klinis
payudara (termasuk mammogram) sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan yang
periodik oleh dokter dianjurkan setiap 3 tahunSetiap wanita dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan payudara sendiri mulai umur 20 tahun. Unuk kemudian
melakukan konsultasi ke dokter bila menemukan kelainanWanita yang berisiko tinggi
tinggi (>20%) harus melakukan pemeriksaan MRI dan mammogram setiap tahun
Wanita yang resiko sedang (15-20%) harus melakukan mammogram setiap tahun,
dan konsultasi ke dokter apakah perlu disertai pemeriksaan MRI atau tidakWanita
yang resiko rendah

2.7 Diagnosis Banding


1. Mastitis

Merupakan kondisi radang akut yang nyeri, biasanya terjadi pada


minggu pertama setelah persalinan dengan Staphylococcus aureus sebagai
penyebab terbanyak. Mastitis dapat digolongkan berdasarkan etiologi,
yaitu infeksi dan bukan infeksi. Berdasarkan sifat radang, dapat dibedakan
menjadi radang granulomatosa spesifik dan tidak spesifik. Mastitis tidak
spesifik dapat bersifat akut yang apabila tidak tersembuhkan akan masuk ke
tahap kronik membentuk radang granulomatosa dengan atau tanpa sarang
abses mikro. Mastitis tidak spesifik akut paling sering ditemukan saat laktasi
akibat fisura puting oleh trauma yang disebabkan isapan bayi atau karena
hygiene yang buruk. Terdapat beberapa contoh jenis radang misalnya
mastitis tuberkulosa, mastitis sifilika, dan mastitis mikotik yang biasanya
berjalan kronik dengan tanda–tanda radang tidak nyata seperti tidak nyeri,
bertukak, dan ada indurasi keras sehingga sering merupakan diagnosis
banding karsinoma payudara (Underwood & Cross, 2010; Soetrisno,
2010).

2. Ektasia Duktus Mammae

Ektasia duktus mammae ini merupakan proses pelebaran sistem


duktus sampai percabangan duktulus yang disertai fibrosis periduktal dan
reaksi radang mononukleus. Etiologinya tidak diketahui, namun wanita
yang mengalami penyakit ini biasanya pernah melahirkan. Duktus yang
melebar, berisi bahan berwarna putih kehijauan yang merupakan
discharge papila. Kelainan ini biasa ditemukan pada wanita yang pernah
melahirkan dan sudah berumur 40–50 tahun (Nasar et al., 2010).Pada
pemeriksaan klinis, kasus yang berat sering dikelirukan dengan
karsinoma mammae karena terdapat discharge papila mamma yang
terkadang bercampur darah. Fibrosis disekitar mamma menyebabkan
retraksi papila dan dapat pula teraba benjolan keras. Meskipun demikian hal
tidak berhubungan dengan proses keganasan tetapi merupakan kelainan
radang (Kumar et al., 2007).

3. Nekrosis Lemak

Penyebab kelainan ini diduga akibat trauma walaupun terkadang


riwayat trauma sering disangkal penderita. Kelainan ini lebih sering ditemui
pada wanita obesitas dan setelah menopause, dimana mamma secara
proporsional membesar akibat banyaknya jaringan lemak berupa benjolan
berbatas tegas dan secara klinis mirip karsinoma. Pada pemeriksaan
makroskopis terlihat jaringan yang berwarna kuning disertai perdarahan
dan bercak–bercak kalsifikasi, serta jaringan ikat fibrosa yang banyaknya
ergantung dari lamanya lesi. Pada gambaran mikroskopisnya sama
dengan jaringan lemak dewasa yang mengalami nekrosis, ditemukan
kumpulan makrofag dan sel datia yang mengandung lipid, serta terdapat
reaksi limfosit, fibroblas, dan saluran vaskular kecil. Lemak yang
mengalami nekrosis dapat berperan sebagai bahan pengiritasi yang
apabila berlangsung lama dapat menimbulkan radang kronis dan
pembentukan jaringan ikat fibrosa (Underwood & Cross, 2010)

2.7 Tatalaksana
Tatalaksana kanker payudara meliputi tindakan operasi, kemoterapi,
radioterapi, terapi hormone, targeting therapy, terapi rehabilitasi medic, serta terapi
paliatif.
a. Operasi (pembedahan)
Merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker payudara. Berbagai
jenis operasi pada kanker payudara memiliki kerugian dan keuntungan yang berbeda-
beda.
1) Classic Radical Mastectomy adalaah operasi pengangkatan seluruh jaringan
payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor, otot
pektoralis mayor dan minor serta diseksi aksila level I-III. Operasi ini
dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke fasia atau otot pectoral tanpa ada
metastasis jauh.
2) Modified Radical Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan
payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor dan fasia
pectoral serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini dilakukan pada stadium dini
dan lokal lanjut.
3) Skin Sparing Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan
payudara beserta tumor dan nipple areola komplek dengan mempertahankan
kulit sebanyak mungkin serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini harus
disertai rekonstruksi payudara dan dilakukan pada tumor stadium dini dengan
jarak tumor ke kulit jauh (>2 cm) atau stadium dini yang tidak memenuhi
sarat untuk BCT.
4) Nipple Sparing Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jarungan
payudara beserta tumor dengan mempertahankan nipple areola kompleks dan
kulit serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini juga harus disertai rekonstruksi
payudara dan dilakukan pada tumor stadium dini dengan ukuran 2cm atau
kurang, lokasi perifer dan potong beku sub areola: bebas tumor.
5) Breast Concerving Treatment adalah terapi yang komponennya terdiri dari
lumpektomi atau segmentektomi atau kuadrantektomi dan diseksi aksila serta
radioterapi.

b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk
menghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat atau
mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi bersifat sistemik,
berbeda dengan pembedahan atau radiasi yang lebih bersifat lokal/setempat. Obat
sitostotika dibawa melalui aliran darah atau diberikan langsung ke dalam tumor,
jarang menembus blood-brain barrier sehingga obat ini sulit mencapai sistem saraf
pusat. Ada 3 jenis kemoterapi yaitu adjuvant, neoadjuvan, dan primer (paliatif).
1) Terapi adjuvant diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan
atau radiasi. Tujuan terapi adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang
masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
2) Terapi neoadjuvan diberikan mendahului/ sebelum pengobatan/ tindakan yang
lain seperti pembedahan atau penyinaran. Tujuannya adalah untuk
mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih
berhasil.
3) Terapi primer sebagai pengobatan utama pada tumor ganas yang diberikan
pada kanker yang bersifat kemosensitif.
Regimen yang sering digunakan mengandung kombinasi siklofosfamid (C),
metotreksat (M), dan 5-FU (F). Oleh karena doksorubisin merupakan salah
satu zat tunggal yang paling aktif, zat ini sering digunakan dalam kombinasi
tersebut.
c. Radioterapi
Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah kerusakan DNA dengan
gangguan proses replikasi dan menurunkan risiko rekurensi lokal dan berpotensi
untuk menurunkan mortalitas jangka panjang penderita kanker payudara.

d. Terapi hormonal
Adjuvan hormonal terapi diindikasikan hanya pada payudara yang menunjukkan
ekspresi positif dari estrogen reseptor (ER) dana atau progesterone reseptor (PR)
tanpa memandang usia, status menopause, status kgb aksila maupun ukuran tumor.

e. Terapi Target (Biologi)


Terapi ini ditujukan untuk menghambat proses yang berperan dalam
pertumbuhan sel-sel kanker. Terapi untuk kanker payudara adalah tra stuzumab
(Herceptin), Bevacizumab (Avastin) dan Lapatinib ditosylate (Tykerb).
Penatalaksanaan menurut stadium:
3. Kanker payudara stadium 0 (TIS / T0, N0M0)
Terapi definitif pada T0 bergantung pada pemeriksaan histopatologi. Lokasi
didasarkan pada hasil pemeriksaan radiologik.
4. Kanker payudara stadium dini dini / operabel (stadium I dan II, tumor <= 3 cm)
Dilakukan tindakan operasi :
• Mastektomi
• Breast Conserving Therapy (BCT) (harus memenuhi persyaratan tertentu)
Terapi adjuvan operasi (Kemoterapi adjuvant) bila :
• Grade III
• TNBC
• Ki 67 bertambah kuat
• Usia muda
• Emboli lymphatic dan vaskular
• KGB > 3
Radiasi bila :
• Setelah tindakan operasi terbatas (BCT)
• Tepi sayatan dekat / tidak bebas tumor
• Tumor sentral / medial
• KGB (+) > 3 atau dengan ekstensi ekstrakapsuler
Radiasi eksterna diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian diberi booster;
pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy. 6

Indikasi BCT :
• Tumor tidak lebih dari 3 cm
• Atas permintaan pasien
• Memenuhi persyaratan sebagai berikut : • Tidak multipel dan/atau
mikrokalsifikasi luas dan/atau terletak sentral • Ukuran T dan payudara
seimbang untuk tindakan kosmetik • Bukan ductal carcinoma in situ (DCIS)
atau lobular carcinoma in situ (LCIS) • Belum pernah diradiasi dibagian dada •
Tidak ada Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau skleroderma • Memiliki
alat radiasi yang adekuat

3. Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)


a) Operabel(IIIA)
• Mastektomi simpel + radiasi dengan kemoterapi adjuvant dengan/tanpa hormonal,
dengan/tanpa terapi target
• Mastektomi radikal modifikasi + radiasi dengan kemoterapi adjuvant, dengan/tanpa
hormonal, dengan/ tanpa terapi target
• Kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau mastektomi
simple, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target

b) Inoperabel(IIIB)
• Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi + kemoterapi + hormonal terapi
• Kemoterapi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi + kemoterapi + radiasi +
terapi hormonal + dengan/tanpa terapi target
• Kemoradiasi preoperasi dengan/tanpa operasi dengan/ tanpa radiasi adjuvan dengan/
kemoterapi + dengan/ tanpa terapi target
Radiasi eksterna pasca mastektomi diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian
diberi booster; pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy.

4. Kanker payudara stadium lanjut


Prinsip :
• Sifat terapi paliatif
• Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan terapi hormonal)
• Terapi lokoregional (radiasi & bedah) apabila diperlukan
BAB III
KESIMPULAN

Kanker payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel


payudara. Menurut Underwood (1999) mekanisme etiologi kanker payudara
adalah Hormon, Kontrasepsi oral, dan Reseptor hormon. Faktor resiko yang
berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara berdasarkan hasil penelitian
secara case control oleh Rini Indrati, Henry Setyawan S, dan Djoko Handojo
di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang pada bulan September 2004 sampai
dengan Februari 2005, yaitu Tumor Jinak pada Payudara, Aktifitas Fisik, Pola
Konsumsi Makanan Berlemak, Riwayat Kanker Payudara pada Keluarga,
Lama Menyusui, Lama Menggunakan Kontrasepsi Oral, Umur Janin pada
Saat Aborsi, Riwayat Kanker Payudara dan Kanker Ovarium, Umur
Menstruasi Pertama, Perokok Pasif, dan Kanker Ovarium pada Keluarga.
Mencegah kanker payudara dapat dilakukan dengan pola hidup yang
baik seperti membiasakan diri mengkonsumsi makanan seimbang (Healthy
Diet), banyak makan buah dan sayur yang mengandung vitamin A, C, E dan
mineral selenium, menjaga berat badan, tidak merokok, menghindari
alkohol, serta melakukan aktivitas yang sehat seperti melakukan olahraga
yang teratur. Sedangkan pengobatan kanker payudara meliputi Operasi,
Radioterapi, Kemoterapi, Terapi Hormonal, dan Terapi Imunologi.
Dalam Program Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna yang
disusun sebagai pedoman penanggulangan kanker, kebiasaan hidup sehat dan
deteksi dini memang menjadi acuan utama. Tujuan pengendalian kanker di
Indonesia yaitu untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat
kanker dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Hal ini dilaksanakan
secara komprehensif, diantaranya melalui pencegahan primer (promosi, gaya
hidup sehat, vaksinasi), pencegahan sekunder (deteksi dini dan pengobatan
segera), dan pencegahan tertier (pengobatan, pelayanan paliatif). Kegiatan
penting lainnya adalah, surveilans, penelitian, dan support dan rehabilitasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan nasional penanganan kanker:


Kanker payudara. 2015. Jakarta: Bakti husada; hal.1-22.
2. Suyatno & Pasaribu ET. Bedah Onkologi : Diagnosis dan Terapi. Edisi ke-2.
Jakarta: Sagung Seto. 2014.
5. Sjamsuhidayat, de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2011.
6. Chalasani, P. (2016). Breast Cancer. Medscape. Retrieved June 19, 2016, from
http://emedicine.medscape.com/article/1947145-overview#a6
7. Wong, E., Chaudhry , S., & Rossi , M. (2015, April 24). Breast Cancer. Retrieved
June Sunday, 2016, from McMaster Pathophysiology Review:
http://www.pathophys.org/breast-cancer/
8. Mintian, Yang, Wang Yi. 2013. Buku Ajar Onkologi Klinis. Ed.2. Jakarta: Jakarta:
Badan Penerbit FKUI.
9. Manuaba, Wibawa Tjakra. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid. Jakarta:
Sagung Seto.
10. Brunicardi F. Charles, et al.2010. Schwartz’s Priciple of Surgery. Ed 10. New
York: Mc-GrawHill
11. Sjamsuhidajat R, et al. 2016. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3.Jakarta: ECG

Anda mungkin juga menyukai