Anda di halaman 1dari 49

PNEUMONI

A
Kelompok K33
FK UMM
RS Bhayangkara Kediri
Definisi
• Pneumonia didefinisikan sebagai suatu
perdangan akut dari parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat. yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri,
virus, jamur, parasit)

• Peradangan parenkim paru yang disebabkan


M.tuberculosis tidak dimasukkan sebagai
pneumonia

• Perdangan parenkim paru yang disebabkan oleh


non-mikroorganisme (bahan kimia, radiasi,
aspirasi bahan toksik, obat-obatan) disebut
pneumonitis
Epidemiologi

• Di Indonesia, pneumonia termasuk dalam


10 besar penyakit rawat inap di RS.
• 53,95% untuk pasien laki-laki dan 46,05%
untuk pasien wanita.
• Dengan Case Fatality Rate (CFR) 7,6%,
yang mana paling tinggi dari penyakit
lainnya.
•• Riskesdas
Riskesdas pada
pada tahun
tahun 2007
2007 hingga
hingga 2013
2013 menyebutkan
menyebutkan bahwa
bahwa
prevalensi
prevalensi pneumonia
pneumonia didi Indonesia
Indonesia adalah
adalah 2,1
2,1 hingga
hingga 2,7.
2,7.
•• Prevalensi
Prevalensi periode
periode paling
paling tinggi
tinggi pada
pada kelompok
kelompok usia
usia 1-4
1-4 tahun
tahun dan
dan
meningkat
meningkat pada
pada kelompok
kelompok usia
usia 45-54
45-54 tahun
tahun dan
dan kelompok
kelompok umur
umur yang
yang
lebih tua.
lebih tua.
•• Berdasarkan
Berdasarkan data
data administratif,
administratif, sebanyak
sebanyak 988988 kasus
kasus pada
pada tiap
tiap 1000
1000
pasien
pasien yang
yang telah
telah keluar
keluar dari
dari rawat
rawat inap
inap di
di RS
RS dengan
dengan rata-rata
rata-rata masa
masa
rawat
rawat inap
inap atau
atau Length
Length Of
Of Stay
Stay (LOS)
(LOS) adalah
adalah 66 hari
hari
Patogenesis
Inokulasi
Imuni
tas Px
Hematogen
Mikro
organi
sme Inhalas
i

Kolonisasi
Lingk
ungan
Px Predisposisi : Komorbid :
Influenza, DM, GGK, Ggn
alkoholisme, Imunitas, PPOK,
asupan gizi buruk Pneumokoniosis
Patofisiolog
i
Anamnesis
Gejala yang akan dikeluhkan oleh pasien antara lain
Demam (bisa sampai >40)
Batuk dengan sputum mukoid atau purulen, bisa disertai
darah
Sesak nafas
Adanya nyeri dada
Selain itu perlu ditanyakan juga riwayat perjalanan
pasien atau kontak dengan penderita lain sebelum
terkena pernyakit.
Pemeriksaan fisik
Inspeksi: bagian sakit dapat tertinggal, terlihat nafas
cuping hidung, retraksi dada
Palpasi : fremitus dapat menurun, defiasi trakea
Perkusi : dapat terdengar suara redup
Auskultasi : dapat terdengar ronkhi, suara nafas
bronkhial
Pemeriksaan penunjang
Gambaran
radiologis


Corakan bronkovesikuler meningkat

Air bronchogram

Pemeriksaan
laboratorium


Leukositosis

Hitung jenis  shift to the left

LED meningkat
Pemeriksaan khusus


Pemeriksaan kultur sputum
Klasifikasi pneumonia
• Pneumonia komunitas
Epidemiolo • Pneumonia nosokomial
• Pneumonia aspirasi
gis dan • Pneumonia pada pasien
klinis immunocompromised

• Pneumonia bakterial
• Pneumonia virus
Kuman • Pneumonia jamur
• Pneumonia atipik
penyebab
Community Acquired Pneumonia

Penumonia komuniti
Definisi
Pneumonia komuiti adalah sindrom infeksi paru akut
yang terjadi pada pasien yang belum pernah dirawat
dirumah sakit
Etiologi
Diagnosis

Pemeriksaan fisik:
Foto thorax terdapat
infiltrat baru atau - Suhu tubuh >38°C(aksila) /
infiltrat progresif + riwayat demam
2/lebih gejala berikut
- Ditemukan suara nafas
bronkhial dan terdapat ronkhi

Gejala:
- batuk-batuk Pemeriksaan
bertambah laboratorium:
- Perubahan - Leukosit > 10.000
karakteristik atau <4500
dahak/purulen
PSI / PORT
Kriteria indikasi rawat inap pneumonia komuniti:
1. Skor PORT > 70
2. Bila skor PORT < 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah
satu dari kriteria berikut ini
 Frekuensi nafas > 30/menit
 PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHg
 Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
 Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
 Tekanan sistolik < 90 mmHg
 Tekanan diastolik < 60 mmHg
3. Pneumonia pada pengguna NAPZA
CURB 65
Kriteria pneumonia berat
Bila dijumpai “salah satu atau lebih” dari kriteria berikut:

Kriteria mayor Kriteria minor

- Frekuensi napas > 30/menit - Membutuhkan ventilasi mekanik


- Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg - Infiltrat bertambah > 50%
- Foto toraks paru menunjukkan - Membutuhkan vasopresor > 4 jam
kelainan bilateral (septik syok)
- Foto toraks paru melibatkan > 2 - Kreatinin serum > 2 mg/dl atau
lobus peningkatan > 2 mg/dI, pada
- Tekanan sistolik < 90 mmHg penderita riwayat penyakit ginjal
- Tekanan diastolik < 60 mmHg atau gagal ginjal yang
membutuhkan dialisis
Faktor modifikasi
Pneumokokus resisten Bakteri enterik Gram Pseudomonas
terhadap penisilin negatif aeruginosa
-Umur lebih dari 65 -Penghuni rumah jompo -Bronkiektasis
tahun -Mempunyai penyakit -Pengobatan
-Memakai obat-obat dasar kelainan jantung kortikosteroid > 10
golongan B laktam paru mg/hari
selama tiga bulan terakhir -Mempunyai kelainan -Pengobatan antibiotik
-Pecandu alkohol penyakit yang multipel spektrum luas > 7 hari
-Penyakit gangguan -Riwayat pengobatan pada bulan terakhir
kekebalan antibiotik -Gizi kurang
-Penyakit penyerta yang
multipel
Tatalaksana

Rawat inap
Rawat inap
Rawat di ruang
diruang
jalan rawat
rawat biasa
intensif
Rawat jalan
1. Pengobatan suportif/simptomatik
 Istirahat di tempat tidur
 Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
 Bia panas tinggi perlu dikompres atau minum obat
penurun panas
 Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran
2. Pemberian antibiotik harus diberikan kurang dari 8
jam
Rawat inap di ruang rawat biasa
1. Pengobatan suportif/simptomatik
 Pemberian oksigen
 Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori
dan elektrolit
 Pemberian simptomatik yaitu antipiretik dan mukolitik
2. Pemberian antibiotik haris diberikan kurang dari 8 jam
Pasien rawat inap di ruang rawat intensif
1. Pengobatan suportif/simptomatik
 Pemberian terapi oksigen
 Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori
dan elektrolit
2. Pemberian obat simtomatik yaitu antipiretik dan
mukolitik
3. Pengobatan antibiotik kurang dari 8 jam
4. Bila ada indikasi penggunaan ventilator mekanik
Terapi empiris (PDPI)
Pneumonia Atipik
Etiologi
Bakteri atipikal yang sering menjadi penyebab
pneumonia yaitu, Mycoplasma pneumonia,
Chlamydia pneumonia, Legionella spp

Pada Legionella, dapat terjadi hemoptisis ringan


(bercak darah pada sputum), nyeri dada, gejala
gastro intestinal (diare, mual, muntah, nyeri perut),
demam (>39o C), hiponatremia (Na serum
Faktor risiko terjadinya pneumonia Legionella
antara lain merokok, penyakit paru kronis, usia tua,
transplantasi dan imunosupresi lain (penggunaan
glukokortikoid, inhibitor TNFα)
Pemeriksaan Laboratorium
Antigen enzyme immunoassays (EIA)
Polymerase chain reaction (PCR)
Uji serologi (cold agglutinin, uji fiksasi
komplemen untuk M.pneumoniae, micro
immunofluorescence untuk C.pneumoniae, antigen
dari urin untuk Legionella).
Terapi
Makrolid: Klaritomicin, azitromicin
Floroquinolon: Levofloksasin
Pneumonia Nosokomial
Definisi

Pneumonia nosokomial adalah suatu peradangan paru


yang diperoleh atau dialami oleh pasien selama dirawat
di rumah sakit dan menunjukkan gejala infeksi baru
setelah 72 jam pasien berada di rumah sakit, serta infeksi
itu tidak ditemukan atau diderita pada saat pasien masuk
rumah sakit.
Klasifikasi
1. Hospital-Acquired Pneumonia (HAP)
 adalah suatu Pneumonia yang terjadi 48 jam atau lebih setelah pasien masuk
rumah sakit, dan tidak dalam masa inkubasi atau diluar suatu infeksi yang ada
saat masuk rumah sakit
 merupakan penyebab paling umum kedua dari infeksi diantara pasien di
Rumah Sakit, dan sebagai penyebab utama kematian karena infeksi (mortalitas-
rate sekitar 30-70%), dan diperkirakan 27-50% berhubungan langsung dengan
pneumonia.
 memperpanjang tinggal di Rumah Sakit 7-9 hari dan dihubungkan dengan
biaya perawatan yang lebih tinggi.
 Faktor resiko HAP : usia >70th, comorbid yang serius, malnutrisi, penurunan
kesadaran, berlama lama tinggal di rumah sakit, dan penyakit obstruksi paru
yang khronis
 infeksi yang paling umum terjadi pada pasien yang membutuhkan perawatan
pada Intensive Care
Unit dan hampir 25% dari infeksi nosokomial di Intensive care unit, dengan
insiden rate 6-52%
2. Ventilator-Associated Pneumonia (VAP)
adalah suatu Pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam
sesudah pemakaian endotracheal intubasi

Kondisi ini dapat terjadi karena pemakaian ventilasi


mekanik atau endotracheal tube, yang akan melewati
pertahanan saluran nafas bagian atas, membiarkan atau
mendorong sekresi orofaring, selain mencegah batuk
yang efektif, dan ini merupakan suatu titik lemah
untuk suatu infeksi
3. Health Care-associated pneumonia (HCAP)
pneumonia pada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit yang
memiliki pengalaman signifikan dengan sistem perawatan
kesehatan. Kontak tersebut dapat mencakup
(1) terapi intravena untuk perawatan luka dalam 30 hari
sebelumnya,
(2) tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang,
(3) rawat inap di rumah sakit perawatan akut dalam 90 hari
sebelumnya,
(4) perawatan rawat jalan di rumah sakit atau klinik hemodialisis
dalam 30 hari sebelumnya.

Orang-orang ini diyakini berada pada peningkatan risiko infeksi


organisme multidrug-resistant (MDR) karena kontak tersebut.
Etiologi
Mikroba yang paling bertanggung jawab untuk HAP :
- Streptococcus pneumonia,
- Staphylococcus aureus (MSSA dan MRSA),
- Pseudomonas aeruginosa,
- Gram negatif batang yang tidak memproduksi ESBL
dan yang memproduksi ESBL (Enterobacter sp.,
Escherichi coli, Klebsiella pneumonia).
Mikroorganime yg bertanggung jawab pada VAP :
 Acinetobacter sp. dan Strenotrophomonas maltophilia.
Penyebab HCAP :
Streptococcus pneumonia dan Haemophylus Influenzae
yang mungkin resisten obat, atau adanya mikroba yang
mirip penyebab HAP. Mikroba anaerobik (bacteroides,
streptococcus anaerobic, fusobacterium) mungkin dapat
juga menyebabkan pneumonia pada pasien di rumah
sakit, dan jika diisolasi merupakan bagian dari flora
polimikroba.
Diagnosis
The
   Centers for Disease Control (CDC-Atlanta), diagnosis
pneumonia nosocomial :
1. Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di
rumah sakit dan menyingkirkan semua infeksi yang
inkubasinya terjadi pada waktu masuk rumah sakit
2. Diagnosis pneumonia nosocomial ditegakkan atas dasar :
 Foto thorax : terdapat infiltrate baru atau progresif
 Ditambah 2 diantara kriteria berikut :
a. Suhu tubuh >38
b. Sekret purulent
c. Leukositosis
Terapi
Seleksi awal dari antimikroba
hampir selalu atas dasar
empiris dan berdasarkan pada
faktor seperti:
• Beratnya infeksi
• Faktor risiko spesifik penderita
• Total jumlah hari dalam rumah sakit
sebelum onset
Pneumonia dikatakan berat jika:
• Seseorang harus masuk ICU
• Bukti radiografi yang cepat
• Butuh ventilator mekanik
• Butuh oksigen yang tinggi
• Bukti dari adanya sepsis
Antibiotik
empiris yang • Ceftriaxon 1-2 gr IV tiap 12-24 jam
direkomendasi • Gemifloxacin 320 mg oral sehari
kan untuk • Moxifloxacin 400 mg oral atau IV
infkesi sehari
• Levofloxacin 750 mg oral atau IV
nosokomial
sehari
atau jika • Ciprofloxacin 400 mg IV tiap 8-12 jam
mempunyai • Ampisilin-silbactam 1,5-3 gr IV tiap 6
risiko kecil jam
untuk patogen • Piperacilin-tazobactam 3,37-4,5 gr IV
yang tiap 6 jam
multiresisten • Ertapenem 1 gr sehari
obat:
• Mikroba patogennya
• Beratnya penyakit
Lama terapi • Respon terhadap
antibiotika adalah penyakit
individualisme • Kondisi co-morbid
berdasarkan:
• Beratnya
Direkomendasi
kan bahwa penyakit
durasi • Waktu untuk
pengobatan munculnya
harus respon klinis
memperhatikan
:
• Mikroba
patogennya
Pada pasien yang gagal berespon
sesudah periode awal:

Pertimbangka Dilakukan
Pertimbangka
n antibiotika test
n penyebab
yang lebih diagnostik
noninfeksius
luas invasif
Diagnosis Banding
TB Paru
• Durasi lebih dari 2 minggu

Atelektasis
• Pengembangan paru yang tidak sempurna

COPD
• Penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema
atau bronkitis kronis
Bronkhitis
• Peradangan pada bronkus

Asma Bronkhiale
• Penyempitan saluran pernapasan
Edukasi
Edukasi diberikan kepada individu dan keluarga
mengenai pencegahan infeksi berulang, pola hidup
sehat termasuk tidak merokok dan sanitasi lingkungan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai