Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMEKANIK

ANALISIS GERAKAN

DISUSUN OLEH:

ANDI RAMLANG (PO714241171004)

D.IV FISIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


A. ANALISIS GERAKAN PADA SAAT BERJALAN NORMAL

Berjalan adalah berpindahnya tubuh dari satu titik - ketitik berikutnya dengan cara

menggunakan kedua tungkai (bipedal : posisi tubuh selalu tegak selama proses

berlangsung). Pola repetisi daripada penumpuan berat badan dari satu tungkai

ketungkai yang lain.

Dalam berjalan dikenal ada 2 fase, yaitu fase menapak (stance phase) dan fase

mengayun ( swing fase). Fase menapak (60%) dimulai dari heel strike / heel on, foot

flat, mid stance, heel off dan diakhiri dengan toe off. Sedangkan pada fase mengayun

(40%) dimulai dari toe off, swing dan diakhiar dengan heel strike (accelerasi, mid

swing, decelerasi).

Pola jalan dilihat dari segi Biomekanik mengutamakan analisa terhadap pola dari

gerakan jalan serta factor factor yang menyertainya,seperti:

a. Otot

b. Tulang

c. Sendi

d. ROM
e. Lever

f. Hokum biomekanika yang berlaku

1. Komponen-komponen penting dalam berjalan normal :

g. Initial Contact/Heel Strike (HO)

Sesaat kaki mengenai landasan, angkle berada dalam posisi normal, dan

lutut dalam keadaan tertutup atau kaki lurus. Heal Strike (calcaneous)

merupakan tulang pertama yang menyentuh landasan

h. Loading Response (Foot Flat)

Melakukan kontak sepenuhnya dengan landasan dan dalam keadaan rata

(foot flat/FF) dengan landasan (lihat kaki warna merah)

i. Midstance

Dimulai pada saat heel sesaat sebelum meninggalkan landasan sehingga

kaki berada sejajar dengan kaki bawah bagian depan.

j. Terminal Stance (Heel Off)

Fase terminal stance pada saat heel kaki kanan (merah) meninggi (mulai

meniggalkan landasan) dan dilanjutkan sampai dengan heel dari kaki biru

mulai mengenai landasan,

k. Pre-Swing (Toe-Off)

Fase pre-swing dimulai dengan fase initial contact (heel strike) oleh kaki

kiri (biru), dan kaki kanan (merah) berada posisi meninggalkan landasan

untuk melakukan periode mengayun (toe-off)

l. Initial Swing (Acceleration)

Fase initial swing dimulai pada saat telapak kaki kanan (merah) mulai

diangkat dari posisi landasan


m. Mid-Swing

Fase mid-swing yang dimulai pada akhir initial swing dan dilanjutkan

sampai kaki merah mengayun maju berada di depan anggota badan sebelum

mengenai landasan.

n. Terminal Swing (Decceleration)

Fase terminal swing merupakan akhir dari gait cycle, terjadi pada

periode waktu siklus dimana tungkai kaki mengalami perpanjangan

maksimum dan berhenti pada saat heel telapak kaki kanan (merah) mulai

mengenai landasan. Pada periode ini, posisi kaki kanan (merah) berada

kembali berada depan anggota badan, seperti pada posisi awal gait cycle

2. Ada bebrapa istilah dalam pola jalan:

a. Stride legth :

Adalah jarak antara dua jejak kaki, pada kaki yang sama. Pada orang

dewasa pria jaraknya antara 140 – 156,5cm.

b. Stride duration :

Adalah waktu yang dibutuhkan untuk jarak tersebut.

c. Step length :

Adalah jarak antara dua jejak kaki , baik dari kanan ke kiri atau

sebaliknya. Jarak rata2nya adalah 68 – 78cm.

d. Step duration :

Adalah waktu yang dibutuhkan dari heel strike kaki yang satu ke heel

strike kaki yang lain

e. Cadence :

Adalah jumlah steps permenit, dimana nilai rata2nya adalah 112 – 116

permenit.
3. Perbedaan gerak dari setiap fase :

a. Stance phase (fase menapak)

 Ekstensi sendi panggul (hip)

 Geseran ke arah horizontal- lateral pada pelvis dan truk

 Fleksi lutut sekitar 15° pada awal heel strike, dilanjutkan dengan

ekstensi dan fleksi lagi sebelum toe off

b. Swing phase (fase mengayun)

 Fleksi lutut dengan diawali ekstensi hip

 Lateral pelvic tilting kearah bawah pada saat toe off

 Fleksi hipRotasi pelvic ke depan saat tungkai terayun

 Ekstensi lutut dan dorsalfleksi ankle dengan cepat sesaat sebelum heel

strike

B. ANALISIS GERAKAN PADA SAAT BERLARI

Kecepatan berlari dikontrol oleh length dan frekuensi stride. Peningkatan kedua faktor

tersebut mengakibatkan peningkatan kecepatan berlari. Stride Length maksimum tercapai pada

kecepatan lari tertinggi. Sedangkan frekuensi stride cenderung lebih meningkat pada kecepatan

yang lebih tinggi (Hughes, 2008). Pelari yang baik memiliki stride length yang lebih besar pada

setiap stride daripada pelari yang buruk. Stride length ditentukan dari panjang kaki, range of

motion panggul dan kekuatan otot-otot ekstensor tungkai bawah yang membawa tubuh ke

depan, frekuensi nafas serta kelelahan (Hamilton et al, 2008; Hughes, 2008). Stride length yang

optimal tercapai melalui latihan-latihan. Perubahan stride, baik memanjang maupun memendek

dapat meningkatkan kebutuhan energi (Hughes, 2008). Tubuh segera berpindah ketika

melayang di udara, tergantung 9 dari sudut saat takeoff (jarak pusat gravitasi berada di depan

takeoff foot), tinggi pusat gravitasi saat takeoff dan mendarat. Rata-rata stride pada berlari

dipengaruhi oleh kecepatan kontraksi otot dan ketrampilan pelari (Hamilton et al, 2008). Pada
berlari, seperti berjalan, tenaga yang digunakan untuk menghasilkan dan mengendalikan

gerakan adalah kekuatan otot-otot internal dan gaya gravitasi eksternal, reaksi normal, friksi

dan tahanan udara. Tidak ada kecepatan yang optimal dalam berlari, karena energi yang

diperlukan proporsional dengan kuadrat percepatan. Oleh sebab itu, baik jogging maupun lari

sprint, upaya ekonomi merupakan tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai hal ini, pelari perlu

mengobservasi prinsip-prinsip yang digunakan agar dapat berlari dengan efisien (Hamilton et

al, 2008).

4. Prinsip-prinsip mekanis berlari, antara lain:

a. Berdasarkan hukum kelembaman, tubuh tetap dalam keadaan istirahat kecuali ada

gaya (Hamilton et al, 2008). Gaya yang diperlukan untuk menghasilkan

kelembaman, terbesar saat takeoff dan percepatan namun terkecil setelah berhenti.

Kelembaman menurun sesuai dengan peningkatan kecepatan (Wells, 1971; Piscopo,

1981; Hamilton et al, 2008).

b. Tubuh akan bergerak dalam garis lurus, kecuali bila dikendalikan oleh tenaga yang

akan merubah arahnya. Ketika berlari dalam lintasan berkelok-kelok, diperlukan

tambahan tenaga agar tubuh tetap berada dalam garis lurus. Ini dicapai dengan

kecenderungan tubuh ke dalam 10 karena kemiringan tubuh akan membawa

komponen lateral kepada tekanan kaki melawan tanah.

c. Sesuai dengan hukum percepatan, percepatan dalam berlari secara langsung

proporsional dengan kekuatan yang menghasilkannya. Semakin besar kekuatan

tungkai bawah maka semakin besar pula percepatan pelari (Wells, 1971; Hamilton

et al, 2008).

d. Berdasarkan hukum reaksi, setiap aksi memiliki reaksi yang seimbang dan

berlawanan (Wells, 1971; Hamilton et al, 2008). Kekuatan berlari disediakan

melalui reaksi gaya ke atas dan depan sebagai respons gerakan kaki ke belakang dan

bawah. Semakin kecil gaya vertikal, maka semakin besar gaya horisontal atau
gerakan. Pada lari yang efisien, gerakan vertikal pusat gravitasi diturunkan sampai

minimum (Wells, 1971; Hamilton et al, 2008). Seharusnya tidak terdapat lambungan

dalam berlari, karena gaya vertikal hanya cukup untuk melawan gravitasi (Hamilton

et al, 2008). Pada berlari secara efisien, kaki harus menginjak tanah sedekat

mungkin dengan garis gravitasi, kekuatan reaksi untuk gaya dorong maju dan ke

bawah akan menjadi gaya ke belakang dan atas, bekerja memperlambat gerakan ke

depan (Wells, 1971; Hamilton et al, 2008).

e. Bila hampir seluruh gaya horisontal diarahkan lurus ke belakang, maka semakin

besar kontribusinya menuju gerakan ke depan. Gerakan ke lateral tidak efisien dan

mengurangi tenaga pendorong. Agar dapat bergerak maju, maka: lutut diangkat ke

atas depan, dengan gerakan dari seluruh extremitas inferior tetap pada bidang

sagital. Lengan atas mengayun 11 berlawanan dengan ayunan pelvis dan seharusnya

tidak menimbulkan tambahan gerakan ke lateral (Wells, 1971; Hamilton et al,

2008). Pada perempuan bukan atlet, lutut hanya diangkat minimal dengan rotasi

internal paha, kaki dan tungkai bawah dilempar keluar (Wells, 1971).

f. Karena pengungkit panjang menghasilkan kecepatan yang lebih besar pada ujung

distal daripada pengungkit pendek, maka panjang tungkai bawah pada fase driving

seharusnya sebesar mungkin ketika kecepatan dipertimbangkan. Arah tungkai harus

dimaksimalkan sedini mungkin pada stance phase sehingga terjadi ekstensi

maksimal sendi lutut pada akhir fase driving (Wells, 1971; Hamilton et al, 2008).

g. Gaya tahanan yang diakibatkan oleh momen kelembaman dari tungkai bawah yang

bebas selama swing phase dapat diminimalkan. Dengan menekuk lutut dan

mengangkat tumit sampai di bawah panggul, tungkai bawah digerakan lebih cepat

agar lebih ekonomis. Lutut yang terangkat tinggi ini meningkat sesuai dengan

peningkatan kecepatan (Hamilton et al, 2008).


h. Gaya tahanan udara dapat diganti dengan pergeseran pusat gravitasi. Berdiri

condong ke depan akan menetralkan pemutaran kepala. Angin buritan seringkali

mempertinggi prestasi (Hamilton et al, 2008).

i. Agar dapat berlari efisien, diperlukan untuk mengeliminasi tenaga yang tidak

diperlukan. Semakin pendek pengungkit, semakin sedikit tenaga yang diperlukan

dan reaksi yang terjadi. Dengan memfleksikan lutut dan menaikkan tumit di bawah

panggul pada fase recovery, kaki digerakan 12 lebih cepat sehingga lebih ekonomis.

Tahanan internal yang disebabkan oleh viskositas sarcolemma dapat diturunkan

dengan melakukan pemanasan. Sementara bila diakibatkan oleh otot-otot pada paha,

fascia dan ligamen, maka dapat dikurangi dengan melakukan peregangan. Tenaga

yang tidak diperlukan pada kontraksi otot yang cepat dihilangkan dengan

memanjangkan stride sepanjang mungkin (Wells, 1971).

C. ANALISIS GERAKAN PADA SAAT MELOMPAT

Pada kenyataannya kita sering melakukan lompatan, baik pada waktu olahraga, maupun

karena hanya ingin melompat (lagi kurang waras). Namun kenapa kita bisa melompat dan juga

kenapa kita sering heran jika ada seseorang yang tidak lebih tinggi daripada kita namun tinggi

lompatannya luar biasa. Pada dasarnya manusia hanya bisa melompat dengan ketinggian 20-

25% dari tinggi orang tersebut, jelas kalah jauh dari kutu loncat yang bisa meloncat 100 kali

tinggi tubuhnya. Jadi daripada arah pembicaraan ini makin gak jelas kemana, kita langsung saja

ke pokoknya. Pada akhir diskusi, semoga para pembaca juga bisa memberi ide bagaimana

caranya untuk menambah tinggi lompatan dengan aman dan sehat (beberapa latihan dapat

menambah tinggi lompatan secara drastis tapi efeknya Anda bisa-bisa harus operasi lutut

beberapa tahun kemudian).

1. Bagaimana proses terjadinya lompatan:

a. Peregangan – peregangan penting untuk menjaga kelenturan/keseimbangan saat

melompat. Otot yang fleksibel (rasio kelenturan otot paha depan yang belakang

yang dianggap baik adalah 3 : 2) dapat memberikan lompatan yang maksimum,


sebaliknya fleksibilitas yang kurang baik akan membatasi kekuatan lompatan kita

dan bahkan meningkatkan potensi cedera.

b. Mengambil 1-2 langkah sebagai ancang-ancang lompatan – inti dari ancang-ancang

sebelum melompat adalah menambah momentum sehingga saat melakukan tolakan,

sepersekian dari energi yang kita hasilkan saat mengambil ancang-ancang akan

dipakai untuk meningkatkan daya angkat.

c. Mengambil posisi – ambil posisi paha bagian belakang 30 derajat (terhadap

pijakan), lutut ke bawah 60 derajat, pergelangan kaki 25 derajat, dan posisi kedua

tangan di sisi badan untuk menghasilkan tenaga yang maksimal tanpa menimbulkan

potensi untuk mencederai lutut.

d. Dorong badan dengan kekuatan kaki – pada saat ini, otot punggung bagian bawah

sangat penting, tolakkan kaki bagian depan sambil mengayunkan kedua tangan ke

atas dan hebuskan napas saat melakukan gerakan ini.

e. Mendarat – mendaratkan dengan aman dengan bantalan kaki depan menyentuh

lantai terlebih dahulu dan alirkan hentakan sampai ke lutut dan paha atas seakan-

akan tubuh kita adalah pegas.

2. Otot-otot yang berperan:

a. Otot punggung bagian bawah – Otot ini adalah otot yang paling sering diabaikan,

padahal perannya sangat besar. Untuk meningkatkan kekuatannya, lakukan

“deadlift” atau angkat besi dengan benar dan didampingi oleh pelatih yang

profesional di bidangnya.

b. Otot perut – otot ini khususnya otot perut bagian dalam berperan penting pada saat

kita melompat maupun berlari. Otot perut berguna untuk mengangkat tubuh kita ke

atas. Cobalah lakukan gerakan lompatan sambil memegang perut dan punggung

bagian belakang dan Anda dapat merasakan bagian mana saja yang berkontraksi

saat melompat. Sudah banyak latihan yang ditujukan untuk melatih otot perut,

namun hati-hati saat melatih otot perut karena gerakan yang salah dapat mencederai

tulang punggung Anda.


c. Otot betis – otot betis bagian depan maupun belakang bersama dengan otot paha

bagian belakang berperan penting untuk memberikan tolakan secara vertikal

terhadap pijakan.

d. Otot paha – seperti yang dikatakan sebelumnya, otot betis dan otot paha bagian

belakang bekerja bersama untuk memberikan kelenturan/keseimbangan sehingga

Anda dapat memusatkan kekuatan lompatan dan mengarahkan ke mana arah

lompatan Anda. Coba bayangkan bila Anda memiringkan lutut/betis ke depan

sementara paha tetap ditahan lurus sejajar dengan betis, hasilkan Anda akan jatuh ke

depan, kecuali Anda adalah Michael Jackson yang sedang melakukan trik “Anti-

Gravity Lean”.

e. Otot pangkal paha belakang alias bokong – no comment, katanya sih otot ini ikut

berperan. Jadi semakin sering Anda melompat maka semakin seksi bokong Anda

(hoax).

f. Otot pada ujung jari (kaki tentunya) – Ternyata tidak hanya balerina yang bertumpu

pada kekuatan ujung jari, tapi Anda-pun juga. Coba lihat saat kita melakukan lompat

tali, meskipun gerakan pada bagian tubuh lain tidak banyak, tapi kenyataannya kita

dapat melompat beberapa centi dengan tolakan ujung jari kaki. Pada loncatan yang

baik, bagian inilah yang bersentuhan paling akhir dari pijakan, dengan tetap

menfokuskan tokana pada ujung jari kaki tepat sebelum meninggalkan pijakan,

tinggi lompatan dapat ditingkatkan. Untuk melatihkan dapat melakukan gerakan

jinjit lalu kembalikan pada posisi normal, lalu ulangi terus menerus.

3. Bagaimanapun juga, lompatan tidak lepas dari pelajaran Fisika. Dikatakan bahwa tubuh

seorang balerina seolah-olah melayang saat ia melompat. Namun hal itu sebenarnya

adalah perpindahan “center of mass” pada saat sang balerina menggerakkan kedua

tangan dan kakinya ke atas seperti yang ditunjukkan gambar di bawah ini. Maaf

gambarnya dibuat dengan fitur seadanya.


D. ANALISIS GERAKAN BERJALAN PADA PASIEN STROKE

Istilah medis dari stroke adalah "penyakit pembuluh darah otak". Hal ini terjadi

ketika pasokan darah ke otak berkurang atau terhambat karena hal-hal tertentu, yang

mengarah ke kurangnya kadar oksigen dalam sel-sel otak secara mendadak. Dalam

beberapa menit, sel-sel otak bisa rusak dan kehilangan fungsinya. Kerusakan otak ini

memengaruhi fungsi tubuh yang dikendalikan oleh bagian sel-sel otak yang rusak

tersebut. Stroke adalah suatu keadaan darurat medis yang serius. Sekitar 30% dari

penderita stroke meninggal dalam jangka waktu tiga bulan. Namun, lebih dari 50%

pasien yang selamat bisa memulihkan kemampuan perawatan diri mereka dan kurang

dari 20% pasien yang menderita cacat berat. Faktor yang memengaruhi pemulihan

tergantung pada tingkat keparahan kerusakan otak (termasuk jenis stroke dan area

tubuh yang terpengaruh), komplikasi yang terjadi, dan kemampuan perawatan diri

pasien sebelum stroke terjadi. Selain itu, sikap pasien dan dukungan dari

keluarga/perawat mereka serta perawatan rehabilitasi yang sesuai juga bisa memberikan

efek yang signifikan

Banyak faktor risiko yang bisa menyebabkan stroke. Jika Anda berada dalam salah

satu kategori berikut ini,

1. pencegahan yang diperlukan.

a. Riwayat stroke pada keluarga

b. Usia di atas 55 tahun: semakin tinggi usia, semakin tinggi risikonya

c. Tekanan darah tinggi: 70% dari pasien penderita stroke mengalami tekanan

darah tinggi

d. Kadar kolesterol tinggi: peluang lebih tinggi terjadinya aterosklerosis

(akumulasi kolesterol dan deposit (plak) lainnya pada dinding arteri. Plak bisa
mengurangi aliran darah yang melalui arteri) dan penyempitan pembuluh

darah otak

e. Merokok: meningkatkan peluang terjadinya stroke hingga 3 kali lipat untuk

pria dan 4,7 kali lipat untuk wanita

f. Diabetes melitus: meningkatkan peluang terjadinya stroke hingga 4 kali lipat

g. Obesitas

h. Penyakit kardiovaskular: peluang lebih tinggi terjadinya stroke bagi orang-

orang dengan riwayat serangan jantung (infark miokard) dan irama jantung

yang tidak normal (fibrilasi atrium)

i. Malformasi Vaskular atau aneurisma (pembengkakan seperti balon)

pembuluh darah di otak: peluang perdarahan yang relatif lebih tinggi

j. Stroke Ringan, yaitu Serangan Iskemik Sementara (TIA - Transient Ischemic

Attack): memiliki gejala yang mirip dengan stroke, tetapi berlangsung untuk

jangka waktu yang lebih singkat, berlangsung sekitar 2 hingga 15 menit dan

tidak lebih dari 24 jam. Stroke Ringan bisa menjadi tanda peringatan bahwa

akan terjadi stroke yang lebih berat di masa depan.

k. Pecandu alkohol: meningkatkan peluang terjadinya stroke


E. BERIKUT INI IDENTITAS PASIEN :

Nama : Drs.Kasau

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki.laki

Umur : 68 Tahun

Alamat : Tidung 9 stapa 14 No.168

Pekerjaan : Pensiunan PK

Golongan darah : A
F. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama : Sapriadi

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki.laki

Umur : 25Tahun

Alamat : Tidung 9 stapa 14 No.168

Pekerjaan : SUPIR GRAB

Hubungan dengan pasien : Anak pasien

G. DIAGNOSA FISIOTERAPI :

LOW BACK PAIN EC SPASME M.ERECCOR SPINE

H. RIWAYAT PENYAKIT :

Stroke sejak 13 Desember 2017

I. KELUHAN :

Oleng pada saat berjalan dan kaki terasa bderat

J. EVALUASI

Dari data yang saya dapatkan pasien mulai Melakukan Terapi sejak 1 januari 2018,

dimana melakukan Terapi selama 2-3 kali per pekan . dimana aeorang fisioterapi

memberikan Infra red kepada Pasien selama 30-35 menit , juga memerikan latihan

streaching atau peregangan.

K. POLA BERJALAN

Dari pasien yang saya dapatkan, Pada saat Ia berjalan ada salah satu fase yang

kurang yaitu Fase Dimana saat Ia Mid Stance ( Penumpuan stengah / sebagian) dan

juga Accelaration (mengayungkan / percepatan ).


 Mid Stance, ( Penumpuan stengah ) tidak terjadi dengan baik, karena di

sebabkan nyeri pada sendi panggul, lutut dan pergelangan kaki.

 Accelaration (mengayungkan / percepatan ).dikarenakan penumpuan berat


badan antara tungkai kanan dantungkai kiri berbeda , sehingga tidak dapat
mengayunkan kaki dengan Normal juga di sebabkan karena terdapat
kelemahan fleksor panggul, dan lutut.

Anda mungkin juga menyukai