Anda di halaman 1dari 6

Stevany Zidny Alfarizkie Pranata

18510054/14
Teknik Kemasan 3B

Computer to Film dan Computer to Plate


Secara garis besar, terdapat 3 jenis mekanisme yang digunakan dalam imagesetter dan
platesetter untuk menghasilkan plat yang dipergunakan dalam offset printing, yaitu internal
drum, external drum dan flat bed imagesetter dan platesetter.
a. Penggunaan External Drum dalam imagesetter.
Pada proses ini, plat yang akan diberi image, diletakkan di luar drum. Plat diletakkan
melingkar mengelilingi sebuah silinder yang berputar. Dan terdapat sebuah (atau bisa
beberapa) sumber laser yang ditembakkan tegak lurus terhadap bidang permukaan silinder.
Seiring dengan berputarnya silinder yang memutar bidang plat, sumber laser bergerak tegal
lurus dengan bidang putar silinder. Ilustrasi pergerakan silinder, plat dan sumber laser dapat
dilihat pada gambar berikut.
Kelebihan imagesetter dengan mengunakan prinsip external drum adalah :
· Optik / Sumber Laser berada sangat dekat dengan permukaan plat, sehingga mampu
mengurangi distorsi sinar laser.
· Karena optik / sumber laser berada di luar drum, maka dapat dimungkinkan untuk
penggunaan optik / sumber laser secara pararel dengan jumlah yang banyak. Hal ini
dapat mempercepat proses pembuatan plat pada imagesetter.

Namun, disamping kelebihannya itu, imagesetter yang cara kerjanya menggunakan prinsip
eksternal drum, masih mempunyai beberapa kelemahan. Karena silinder yang membawa
plat tersebut berputar, maka dimungkinkan dapat terjadi ketidakseimbangan image yang
dihasilkan sebagai akibat gaya sentrifugal.

b. Penggunaan Internal Drum dalam imagesetter


Untuk menghilangkan efek sentrifugal pada plat, dibuatlah desain internal drum.
Konsep pembuatan imagesetter dengan prinsip kerja seperti ini datang dari konsep film
imagesetter. Sebuah plat yang akan diberi image, diletakkan di dalam sebuah silinder.
Sebuah sumber laser diletakkan di dalam silinder yang bergerak searah sumbu silinder. Pada
sumber laser terdapat sebuah cermin yang mampu berotasi untuk memantulkan sinar laser
ke bidang permukaan plat tegak lurus dari sumbu silinder.
Sumber laser tersebut bergerak pelan searah sumbu silinder, namun cermin pemantul
sinar lasernya mampu bergerak sangat cepat dan dapat mencapai kecepatan 40.000 rpm.
Untuk mengurangi efek vibrasi dari getaran 40.000 rpm tersebut, beberapa perusahaan
membuat cermin pada imagesetter denngan menggunakan material yang berbahan dasar
granit yang mempunyai kelebihan solid, mempunyai geometri yang stabil dan mampu
menghilangkan efek vibrasi. Plat yang akan diberi image, diletakkan pada posisi diam dan
yang bergerak adalah sumber lasernya.
Pada imagesetter model eksternal drum, untuk mempercepat proses pembuatan plat,
maka diletakkan lebih dari satu sumber laser. Namun dalam imagesetter model ini, hal
tersebut tidak dimungkinkan. Pada tahun 1997, "Luscher" memperkenalkan sistem
"XPose!" untuk memberikan solusi dari permasalahan tersebut. Pada sistem "XPose!" ini,
Luscher mengganti bagian cermin putarnya dengan menggunakan 64 dioda sumber laser.
Sehingga dimungkinkan untuk pembuatan plat secara cepat. Konsep ini didemonstarsikan
oleh Fuji Film, ECRM dan Cymbolic Science.

c. Penggunaan Flat-Bed Design


Pada konsep ini, sebuah palt yang akan diberi image, diletakkan pada sebuah pidah
datar. Sebua sinar laser dipantulkan oleh cermin poligon secara perbaris.
Namun ada kelemahan pada prinsip kerja imagesetter dengan menggunakan konsep
ini. Sinar laser yang jatuhnya di ujung plat bagian luar akan mengalami distorsi dan akan
menghasilkan dot yang relatif lebih besar dibandingkan dengan dot yang dihasilkan oleh
sinar laser pada bagian tengah plat. Namun demikian, imagesetter model seperti ini sangat
cocok digunakan untuk produksi koran-koran yang lebih mengutamakan kecepatan.

RIP (Raster Image Processing)


Kepanjangan dari RIP adalah Raster Image Processing yang artinya sebagai penerjemah
dari bahasa PostScript ke dalam bentuk bitmap. Tidak semua data dapat dengan baik
diterjemahkan oleh RIP. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan RIP itu sendiri,
konfigurasi platform yang dipakai serta data file yang akan di-output. Setiap RIP memiliki
fasilitas “preview” yang berfungsi untuk pengecekan terakhir semua data sebelum
dilakukan imaging ke film/plate/cetak. Setiap teknologi RIP dari masing-masing
proses vendor memiliki ke-mampuan yang berbeda-beda dan membutuhkan ketentuan proses
yang berbeda pula.
a. Proses RIP
Proses yang terjadi pada RIP terdapat 3 macam yaitu:
1. Interpretation
Interpretation adalah proses menerjemahkan data PostScript ke bentuk objek.
2. Rasterization
Rasterization adalah mengubah data objek kedalam bentuk raster.
3. Screening
Screening adalah mengubah data raster menjadi bitmap/ titik halftone. Pada
proses Ripping, data-data yang harus ditentukan adalah screen
rulling, resolusi output, bentuk dot, sudut raster, warna proses dan spot, emulsi
up/down, dan lain-lain.

b. Teknologi RIP
Saat ini teknologi RIP terbagi atas 2 jenis, yaitu:
1) Berbasis PostScript
Berbasis PostScript artinya data yang diterima oleh RIP tersebut diolah menjadi
data PostScript lalu di-output.

2) Berbasis PDF(Portable Document Format)


Bebasis PDF artinya data yang diterima oleh RIP akan diolah kedalam bentuk PDF.
Saat ini kebanyakan teknology RIP yang digunakan adalah yang berbasis PDF karena
selain lebih cepat proses output-nya, PDF juga mendukung proses otomatisasi alur
kerja dari prepress, press, dan finishing dalam bentuk job ticket.

Istilah "Computer To Plate" menggambarkan suatu proses dalam pembuatan


plate secara direct imaging yang dikontrol oleh komputer dari data-data digital.
Sesuai dengan namanya, Computer To Plate (CTP) yang mempergunakan
proses direct imaging, proses pembuatan plat yang awalnya (secara konvensional)
menggunakan film topografi, maka dengan menggunakan CTP, image dapat dicetak
ke plat secara langsung dari file komputer.
Secara umum, komponen yang dipergunakan dalam sistem Computer To plate ini ada
3 macam
a. Komputer
Komputer merupakan komponen utama dan juga merupakan komponen paling
penting dalam alur proses ( workflow) pembuatan plat dalam sistem CTP ini.
Proses Imposisi, Raster Image Processor (RIP) dan juga penyimpanan data
dilakukan dengan menggunakan komputer.
b. Imaging System
Imaging System memegang peranan yang tidak kalah penting dalam proses
Computer To Plate. Transfer data digital dari komputer ke plat dilakukan oleh
plat imagesetter dengan menggunakan laser dengan daya dan panjang
gelombang laser disesuaikan dengan sensitivitas permukaan plat.
c. Printing Plat
Komponen terakhir yang digunakan adalah plat. Saat ini, dapat dijumpai
berbagai macam tipe plat yang digunakan pada proses Computer To Plate ini.
Namun tidak semuanya bisa dipergunakan Karena harus disesuaikan dengan
jenis imagesetter yang digunakan.
Alur kerja Ctp diawali dengan Input data yang terdiri dari Pengolahan teks,
Layout, dan Pengolah image.
Bagian Input pertama adalah pengolahan teks yaitu teks diedit dengan
pengolahan bahasa yang baik, lalu image diambil melalui scener (Input data).
Setelah itu teks dan gambar disatukan dan dibuat tata letak/Layout dengan baik.
Setelah data input selesai dikerjakan dan sudah siap untuk diproses selanjutnya
seluruh bagian input di kirim datanya ke bagian workstation untuk di imposisi
untuk dijadikan sebagai dummy sebelum di Proofing. Setelah data tersebut jadi
pada workstation selanjutnya di color proofing untuk dilihat hasil sementara
apakah hasilnya sudah cocok dengan data pada workstation. Jika data proofing
sudah cocok dengan data workstation data yang sudah jadi (dummy) selanjutnya
dibuat plat pada mesin platesetter. Hasil akhirnya yaitu berupa plat yang siap
cetak.

Kelebihan yang didapatkan dengan menggunakan Plate Platinum CtP:


a. Kualitas yang sangat tinggi
Thermal Plate CtP menghasilkan kualitas gambar dan ketajaman gambar yang
sangat baik karena merupakan first generation screen dot, yaitu pembentukan dot
raster pada plate cetak langsung dari laser. Derajat ketajaman dan kualitasnya tidak
dapat dicapai dengan melalui Computer to Film (CtF).
Pada pembuatan plate konvensional, walau-pun dikerjakan dengan sangat hati-
hati, tetap tak dapat dihindarkan terjadinya Dot Loss pada raster dibawah 5% yang
menyebabkan hilangnya ketajaman.
b. Mempercepat waktu produksi
Thermal Plate CtP menghasilkan gambar yang sangat presisi. Plate CtP
sedemikian akurat dalam hal register dan sangat bersih. Dengan menggu-nakan plate
CtP, waktu yang diperlukan untuk persiapan produksi di mesin cetak untuk
pemasangan plate dan pencarian register menjadi lebih singkat. Selain itu tidak
diperlukan korektor plate.
Berbeda dengan plate konvensional dimana gambar yang timbul dari hasil
expose film memungkinkan terjadinya pergeseran yang mengakibat-kan terjadinya
miss-register, serta timbulnya kotoran yang tidak diinginkan efek dari film scratching
dan debu. Akibat hal tersebut proses persiapan produksi di mesin cetak mema-kan
waktu untuk menepatkan gambar/register, serta membersihkan plate dari kotoran yang
tidak diinginkan (korektor plate) untuk menjaga kualitas dan kebersihan hasil cetakan.
c. Mempercepat waktu persiapan (pracetak) dengan Imposition software
Anda memangkas waktu yang digunakan untuk mempersiapkan data digital
anda untuk diserahkan ke repro film karena di Platinum CTP, anda cukup
menyerahkan data digital anda, kami yang mempersiapkannya untuk menjadi plate
siap cetak. Kami menggunakan software imposisi yang sangat membantu pengolahan
data digital anda untuk menghasilkan layout halaman yang terintegrasi dengan sistem
finishing/penjilidan yang anda inginkan.
Pada repro konvensional, anda harus melaku-kan imposisi/layout di aplikasi
yang anda gunakan untuk desain. Imposisi secara konvensional ini beresiko karena
file yang diputar untuk menye-suaikan layout halaman seringkali memunculkan
problem, semisal gambar yang tidak ikut terputar, teks terpotong atau hilang, dan
problem lainnya. hal ini tidak akan terjadi apabila menggunakan software yang spesial
untuk pekerjaan imposisi/
layout.
d. Menggunakan Thermal Plate
Plate yang dibuat di Platinum CTP mengguna-kan jenis plate thermal. Keunikan
dari plate ini adalah tidak peka terhadap cahaya melainkan terhadap panas yang
dikeluarkan oleh gelombang cahaya tertentu. Karena tidak peka terhadap cahaya, plate
thermal dapat ditangani langsung diruang terbuka tanpa harus menggunakan lampu
pengaman seperti jenis plate lain.
Keunikannya yang lain adalah emulsinya yang besifat binary, artinya image
baru akan terbentuk setelah melewati nilai threshold tertentu. Dibawah nilai threshold
yang ditentukan gambar tidak akan terbentuk. Hal ini berarti plate hermal tidak me-
ngenal istilah over exposed atau under exposed. Saat ini plate thermal diakui
merupakan plate terbaik untuk mereproduksi gambar.
e. Dukungan GMG Color Proofing
Plate yang dibuat di Platinum CTP dilengkapi dengan Color Proofing yang
dicetak dengan Hi Quality Color Plotter menggunakan Software GMG Color Proffing.
Hasil proof ini akan menunjukkan kwalitas dari file yang ada print, dan dapat menjadi
acuan anda dalam mencetak dengan akurasi yang tinggi sehingga menghindari
ketidaksesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang tercetak.
f. Efisiensi waktu dan biaya
Hal yang sangat krusial dalam produksi cetak adalah efisiensi waktu dan biaya.
Teknologi baru dan canggih sekalipun tidak akan berguna apabila tidak menyajikan
hal ini sebagai competitive advantage.
Plate yang dibuat di Platinum CTP memenuhi kriteria ini. Plate yang bersih dan
presisi memu-dahkan penyetelan register di mesin. Dukungan Color Proffing
memudahkan pencarian warna dan perataan tinta. asilnya adalah waktu persiapan
lebih singkat dan kertas waste/inchiet berkurang drastis.

Inilah daftar masalah yang patut diperhatikan dan diwaspadai pada saat tahap Prepress
berlangsung:
a. Missing Font
Hal ini terjadi apabila kita memilih/memakai font yang tidak terdefinisi oleh printer
postscript. Atau font yang digunakan tidak ikut dicopy ke disc saat di bawa ke percetakan
(apabila kita mendesain sendiri halaman publikasi-kemudian dikirim ke percetakan),
sedangkan di percetakan font tersebut tidak tersedia. Untuk itu, copy-lah font tersebut
atau di-convert terlebih dahulu dalam desain artwork sebelum diserahkan ke percetakan
/ tempat pembuatan film. Usahakan sebelum meng-convert dokumen artwork dalam
proses prepress, save-lah terlebih dahulu format teks aslinya secara terpisah sebagai
dokumen cadangan.
b. Wrong file format
Artwork cetak biasanya menggunakan format file .TIFF atau .EPS untuk gambar.
Sehingga kalau Anda mendefinisikan file gambar Anda ke JPEG atau GIF dan lainnya
untuk keperluan cetak offset, maka warnanya tidak akan sesuai dengan hasil cetak dan
kualitas pixel (unsur terkecil dari gambar digital) akan rusak. Format tiff berukuran
sangat besar, dan akan menjadi kendala jika pengiriman harus dilakukan by email. Tapi
bagaimanapun juga hindari mengirimkan gambar dalam format jpg atau gif .
c. Incorrect page setting or Page Set-up
Gunakan set-up halaman sesuai ukuran yang diperlukan. Jangan lupa diingat, untuk
cetakan seperti brosur, undangan dan sejenisnya, sisi-sisinya akan dipotong dengan
mesin potong kertas, jadi jangan lupa menambahkan luas area design beberapa milli lebih
besar dari area cetak. Output harus selalu dibuat dalam ukuran sebenarnya, hanya
resolusinya saja yang disesuaikan sesuai penggunaan.
d. Missing graphics. or graphic not linked
Jika anda mengirimkan file dalam format Freehand, PageMaker atau Quark
Express, Anda tetap harus mengcopy file gambar Anda ke dalam disk yang Anda kirim
ke percetakan atau tempat pembuatan film (repro), karena jika tidak gambar yang anda
insert dalam artwork anda tidak akan muncul di komputer yang lain.
e. Resolution
Resolusi adalah tingkat kecerlangan (dpi, dot per inch, pixel per inch) pada gambar.
Terlalu tinggi resolusi akan menyebabkan hasil yang tidak maksimal dan berlebihan
sehingga memboroskan tinta. Sementara resolusi yang didefinisikan terlalu rendah akan
menyebabkan gambarnya pecah atau kabur. Untuk cetak offset seperti brosur, iklan
koran, majalah, dll, besaran dpi-nya minimal 300 dpi. Sedangkan cetak digital untuk
keperluan outdoor (baliho, billboar, spanduk dll) bisa menggunakan 32 dpi sampai 100
dpi tergantung ukuran medianya. Untuk backdrop yang biasa dilihat dalam jarak relatif
dekat sebaiknya menggunakan resolusi tidak kurang dari 72 dpi, tapi untuk billboard
ukuran bisa menggunakan resolusi 32 dpi.
f. Incorrect colours
Karena unsur warna yang digunakan monitor (komputer) berbeda dengan unsur
warna cetak (percetakan) maka sering terjadi hasil cetak yang meleset warnanya. Hal ini
harus kita pahami, karena komputer grafis menggunakan unsur warna sinar Red, Green,
Blue (RGB Color). Sementara percetakan menggunakan unsur warna tinta Cyan,
Magenta, Yellow, Black (CMYK Color). Jadi kita harus menggunakan warna CMYK
apabila kita ingin membuat artwork cetak. Kalau sudah terlanjur menggunakan RGB,
maka rubahlah kedalam format warna CMYK.
g. Make the Black color as a special one
Sebaiknya tidak menggunakan warna selain hitam untuk mewarnai teks (apalagi
huruf kecil2) atau garis outline pada arwork yang anda buat. Ini untuk mencegah
teks/garis menjadi terlihat dobel karena registrasi yang kurang presisi. Bila ada teks yang
perlu direvisi pada saat2 terakhir sebelum dicetak, anda hanya perlu mengganti selembar
film saja pada warna Black-nya, tidak perlu mengganti 3 lembar lainnya (Cyan, Magenta
dan Yellow).
h. Proofing
Sebelum dicetak, kita harus melakukan proofing untuk mengetahui contoh hasil
cetak nantinya. Nah, kalau kita mencetak hasil proofing dengan menggunakan printer
selain printer laser atau color digital printing, biasanya hasilnya akan meleset dari
perkiraan. Sekarang sudah banyak printer warna digital sampai ukuran A3+ sebagai
sarana proofing sebelum naik cetak. Lebih baik lagi bila anda membuat Progressive Proof
untuk mengejar presisi warna yang cocok sesuai tuntutan kualitas yang anda inginkan

Anda mungkin juga menyukai