Desain
Desain merupakan satu proses awal sebelum cetak offset.
Ada banyak software yang digunakan dalam membuat desain grafis, diantaranya
yang umum digunakan adalah CorelDraw dan Adobe Ilustrator untuk mengolah
file vector dan Adobe Photoshop untuk mengolah file image.
Proses desain dimulai dengan menentukan ukuran produk yang akan dicetak.
Pada proses desain perlu diperhatikan pada file-file dipersiapkan yaitu apakah
gambar sudah optimal sehingga tidak pecah ketika dicetak.
Perlu dilakukan pengecekan pada kelengkapan file yang akan dicetak sehingga
tidak ada image yang tertinggal.
Dilakukan juga pengecekan terhadap teks-teks pada desain agar tidak terjadi
kesalahan penulisan.
Perlu ditambahkan atribut-atribut cetak untuk membantu pada saat proses cetak,
atribut cetak tersebut antara lain :
Colorbar
Deretan warna yang digunakan untuk mengetahui kerataan warna tinta pada
saat proses cetak, dibuat sesuai dengan warna desain yang digunakan baik
warna separasi dan warna khusus.
Register Mark
Untuk mengecek penumpukan warna pada saat proses cetak dan biasa disebut
pengecekan register cetak. Cara melihatnya adalah dengan menggunakan lup
untuk memperjelas apakah register dari tiap warna bergeser atau tidak.
Recording
Batasan area atau ukuran yang akan dicetak, pegangan dari mesin dan untuk
memudahkan proses punching
Unleg
Untuk mengetahui kerataan cetakan, dengan melihat pinggiran dari tumpukan
kertas yang telah tercetak
Nama file desain
Sebagai informasi yang digunakan untuk mempermudah pengerjaan cetak
Pembuatan Plat Cetak
Plat cetak pada proses cetak offset digunakan sebagai acuan cetak yang
memindahkan image ke media cetak.
Setelah dicek file dikirim ke mesin CtF untuk menghasilkan film cetak.
2. Film yang sudah jadi kemudian ditata diatas astralon yang berupa mika
seukuran plat cetak untuk dilakukan proses montage, emulsi harus dalam posisi
tak terbaca agar emulsi plate dan emulsi film bertemu.
Sehingga hasil gambar yang dihasilkan sesuai dengan gambar film. Jika emulsi
plate dan emulsi film tidak bertemu akan terjadi penurunan dot dan berpengaruh
pada warna hasil cetakan.
Hal lain yang perlu diperhatikan pada saat penggandaan film adalah :
Pemberian atribut
Pemberian nomer up
Kebersihan astralon
Penyinaran
Pencucian/Densito, toleransi penurunan dot raster 2 %
3. Sebelum diekspose, lembar astralon dan plat cetak harus benar-benar rapat,
untuk mendapatkan kerapatan antara plate cetak dan astralon maka dilakukan
proses vakum, setelah benar-benar vakum maka dapat dilakukan ekspose plate.
2. Setting computer
Pekerjaan setting adalah pekerjaan menyusun huruf/naskah teks menggunakan komputer. Lingkup
pekerjaannya hanya melakukan penyusunan teks dengan jenis huruf, besar huruf, jarak antar baris
dan bentuk susunan yang diinginkan oleh seorang desainer.
Sehingga praktis pekerjaannya menuntut untuk dapat mengoperasikan komputer dengan baik.
Tetapi dengan adanya perkembangan perangkat komputer saat ini, pekerjaan tersebut menjadi lebih
luas. Apalagi dengan tersedianya software yang mendukung pekerjaan setting, maka pekerjaan tata
letak dapat dikerjakan secara langsung dalam komputer.
a. Kelompok Huruf
Dari sekian banyak jenis huruf maka dapat dikelompokkan/ golongkan dalam 5 kelompok besar jenis
huruf.
1) Jenis pokok huruf Roman
Ciri huruf Roman peralihan luwes dari tebal ketipis kaitnya berbentuk segitiga (garis kecil yang
menutup garis gambar) dan kaki.Contoh huruf: Times new romen, Garmon, Palatino
2) Jenis pokok huruf Bodoni
Jenis pokok huruf BodoniCiri huruf Bodoni cirinya peralihan tiba-tiba dari tebal ke tipis, kait garis
halus Contoh : Bodoni, Egmont,
3) Jenis pokok huruf Egyptien
Ciri huruf Egyptien batang dan kait tegang lurus, hampir dimana-mana sama tebal. Contoh : Atlasm
Cheops, Memphis
4) Jenis pokok huruf San Serif
Ciri huruf bentuk kerangka tanpa kait Contoh : Helvetica, Arial, Univers, Nobel, Helios dll
5) Jenis pokok huruf Fantasi
Ciri huruf bervariasi seperti tulis tangan Contoh : Brush Scrift, French Scrift, Rosewood Str dll.
Dengan kemajuan zaman dan perubahan kondisi sesuai dengan peradaban manusia saat ini, maka
ciri dan bentuk 5 jenis huruf, ada perubahan kelompok antara lain.
1) Huruf tak berkait (sans serif)
2) Huruf berkait (serif)
3) Huruf tulis (script)
4) Huruf Dekoratif
5) Huruf Monospace
Hal yang harus diperhatikan dalam menyusun teks yaitu penentuan format susunan yang benar
sesuai dengan model yang telah ditetapkan. Ukuran kertas juga menentukan terhadap hasil dan
format susunan.
b. Parameter Layout
Dalam menyusun suatu model teks maka tetapkanlah data parameter untuk teks tersebut yang
diantaranya terdiri dari:
1) Font
Font adalah pilihan jenis huruf yang akan dipergunakan untuk teks tersebut.
2) Size (Ukuran huruf (korp)
Size adalah pilihan untuk besar huruf yang akan dipergunakan. Satuan ukuran yang dipergunakan
adalah point (pt). Misalnya: 6 point, 7 point s.d. 100 point dst, dimana point adalah bagian dari dari
ukuran tipografi yang dinyatakan dengan pica dan sicero (agustin).
3) Leading
Leading adalah penetapan jarak antar baris dari suatu susunan teks.
4) Type Style (Variasi huruf /keluarga huruf)
Variasi huruf adalah gambaran dari satu jenis huruf masih dapat dibedakan lagi antara lain: normal,
Bold (tebal), Miring (italic), Kapital, Onderkas (lowercase Type), merapat (condense), melebar
(extended),Underline untuk huruf bergaris bawah, strikethru untuk huruf bergaris tengah, reverse
untuk huruf berwarna putih dan seterusnya.
5) Alignment
Alignment adalah pilihan untuk bentuk susunan teks. Pada pekerjaan setting bentuk susunan terbagi
menjadi Align Left (rata kiri), Align right (rata kanan), Align Centre (rata tengah), Justify/force justify
(rata kiri dan kanan).
3. Fotoreproduksi
Pada bagian fotoreproduksi dilakukan 3 kegiatan utama, yaitu:
a. Pemotretan/pengontakan film
Pemotretan dilakukan dari sebuah model yang telah dirancang oleh bagian desain atau hasil setting.
Setelah mendapatkan film negatif, kemudian untuk mendapatkan film positif dilakukan pengontakan.
Bila ada model full color, maka dilakukan proses separasi warna menggunakan perangkat scanner
(drum scanner).
Sebelum teknologi image setter berkembang luas di pasaran, proses pembuatan film dari data
komputer dipindahkan dulu melalui media kertas atau yang dikenal dengan Computer to
Paper kemudian diproses dengan menggunakan kamera reproduksi baik itu kamera vertikal maupun
horizontal untuk dipindahkan menjadi film dengan pengembangan manual atau dengan
menggunakan film processor. Teknologi ini sudah semakin ditinggalkan oleh perusahaan
percetakan, karena prosesnya membutuhkan waktu yang lama juga hasilnya kurang maksimal.
Pembesaran titik raster (dot) menjadi semakin besar karena adanya tahapan demi tahapan yang
harus dilalui.
Penggunaan kamera vertikal maupun horizontal masih banyak dijumpai pada percetakan-
percetakan yang mengkhususkan pada jenis atau macam cetakan yang beroplag sedikit atau
cetakan-cetakan khusus, misalnya pembuatan stempel, acuan untuk foil, dan sebagainya. Untuk
mengetahui teknologi ini, sebagai dasar keilmuan memahami teknologi yang berkembang pesat
sekarang, dibawah ini diuraikan proses dari data yang dihasilkan komputer berupa kertas menjadi
film yang siap ditransfer ke pelat cetak.
Model kamera dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:
1) model garis (line copy), model garis meliputi semua pekerjaan yang terbentuk dari garis-garis dan
bidang-bidang dengan nada tunggal. Tidak terdapat bidang-bidang bayang-bayang atau gradasi
nada. Misalnya: cetak percobaan teks yang bersih atau hasil set foto, gambar coretan pena, peta-
peta dan karikatur, foto-foto afdruk yang sudah diraster.
2) model nada lengkap (halftone copy), model nada lengkap meliputi segala pekerjaan yang
mempunyai gradasi atau variasi nada. Contohnya: semua foto orang, gedung-gedung,
pemandangan dan lain sebagainya, lukisan minyak yang artistik, gambar bernada.
3) model warna (colour copy), model warna meliputi semua model berwarna, baik garis maupun
nada lengkap (seperti model a & b)
b. Montase
Dari film positif dan film separasi kemudian dilakukan proses tata letak film yang disebut dengan
montase. Penempatan film-film tersebut dilakukan diatas astralon sesuai dengan rancangan yang
direncanakan.
Montase Film Separasi Warna
1) Persiapan
Harus bisa membedakan ciri-ciri warna film yaitu warna cyan memiliki nada yang paling
lengkap/jelas dengan kehitaman urutan ketiga dari 4 warna dasar (C,M,Y,K), warna magenta
memiliki nada dibawah warna cyan dengan kehitaman urutan kedua dar 4 warna dasa, warna yellow
memiliki nada dibawah magenta dengan kehitaman urutan pertama dari 4 warna dasar dan warna
black memiliki nada dibawah yellow dengan urutan kehitaman yang paling rendah dari 4 warna
dasar.
2) Membuat Pola
Sebelum pembuatan pola dilakukan terlebih dahulu anda harus mengetahui data tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi dalam membuat pola, meliputi:
a) Harus mengetahui ukuran jadi barang cetakan, yaitu dimaksudkan untuk menghitung
jumlah/daya tampung cetakan atau halaman dalam satu muka pelat mesin yang digunakan.
b) Harus mengetahui ukuran area cetak maksimum mesin cetak yang digunakan, hal ini
berhubungan erat dengan ukuran jadi barang cetakan yaitu menentukan daya tampung/jumlah
halaman (bila berupa buku) dalam satu muka pelat cetak.
c) Harus mengetahui ukuran maksimum kertas cetak pada mesin cetak yang digunakan, ini
dimaksudkan untuk mengetahui masuk tidaknya ukuran kertas dari hasil montase yang akan dicetak
pada mesin yang akan digunakan.
d) Harus mengetahui jumlah halaman bila berupa buku, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
jumlah pelat yang digunakan dan jumlah katern.
e) Harus mengetahui system jilid yaitu jahit kawat, jahit benang atau lem panas (binding), hal ini
bertujuan untuk menentukan cara menyusun katern-katern buku apakah disusun secara sisip atau
secara tumpuk.
Selain harus mengetahui 5 faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan pola, anda juga harus
mengetahui factor jumlah warna dalam hal ini untuk memudahkan dalam menyiapkan jumlah
astralon/pelat yang digunakan.
Setelah diketahui faktor-faktor tersebut maka dilakukan penghitungan dan dapat
diketahui/ditentukan jumlah halaman dalam satu muka, jumlah katern, area cetak satu muka untuk
mencetak barang cetakan tersebut, ukuran kertas yang akan dicetak.
3) Sistem Montase
Untuk montase barang cetakan yang dilipat dan dijilid (buku/majalah) maka dalam pengaturan
halaman susunannya harus benar bila pencetakan dan pelipatan selesai dikerjakan. Biasanya
lembaran kertas dicetak bolak balik, untuk itu pengaturan halaman dapat dilakukan dengan 2 cara
meliputi:
a) Pencetakan secara “Outside dan Inside”
yaitu dibutuhkan 2 acuan/pelat untuk mencetak bagian muka dan belakang lembaran kertas,
misalnya suatu lembaran dengan 8 halaman akan dicetak dengan mesin ukuran 4 halaman, artinya
4 halaman dicetak dimuka (outside) dan 4 halaman dicetak dibelakang (inside).
b) Pencetakan secara “Work and Turn”
yaitu hanya dibutuhkan 1 acuan/pelat untuk mencetak suatu lembaran pada kedua permukaan
kertas bagaian muka dan bagaian belakang.
Dalam pencetakan yang dilakukan pada dua muka yaitu setelah lembar muka dicetak, selanjutnya
kertas itu harus dibalik dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri dan muka yang lain (belakang)
dicetak dengan pelat yang sama, sisi kertas tempat griper (penjepi) tetap pada posisi yang sama.
Hal ini untuk memperoleh kepastian penempatan yang benar untuk pencetakan dua muka yang
sama. Kertas selanjutnya dipotong tengah-tengah sehingga diperoleh 2 lembar dengan hasil cetak
yang sama.
Ada juga dalam membalik kertas untuk mencetak muka yang lain belakang) dengan cara sisi kertas
tempat gripper berubah, sisi side lay berada tetap tinggal tempat yang sama, gripper muka lembar
yang telah dicetak dijungkir balik ke belakang sehingga permukaan kertas yang belum tercetak
berada di atas, ini disebut dengan “tumbling”.
Dalam melaksanakan montase separasi warna ada 3 cara yaitu sistem tumpuk, sistem alas tunggal
dan sistem punch register.
c) Sistem Tumpuk yaitu: montase sparasi warna dengan menggunakan astralon 4 lembar
sebagai alas untuk menempelkan film 4 warna dimana setiap lembar astralon untuk menempel 1
warna.
d) Sistem Alas Tunggal atau disebut juga dengan system Blue key yaitu montase sparasi warna
film (C, M, Y, K) yang dilakukan dengan menggunakan satu alas tunggal, yang biasanya dipakai
lembaran khusus hostaphan/Colour foil blue cyan yang warnanya bening (tembus pandang). Dalam
montase dengan menggunakan blue key memiliki kelemahan yaitu bila terjadi kerusakan pada pelat
misalnya magenta atau yellow harus dilakukan pekerjaan montase ulang untuk masing-masing film.
Bila dibanding dengan system tumpuk, system blue key memiliki ketepatan cetak lebih terjamin
karena hanya menggunakan satu alas untuk montase, demikian juga dengan tanda-tanda pas
penepatnya hingga dapat dipastikan bahwa ketepatan cetaknya lebih terjamin. Kesalahan paralaks
tidak dijumpai dalam montase system ini.
e) Sistem Punch Register adalah system yang lebih banyak diterapkan pada perusahaan
percetakan yaitu montase dengan menggunakan astralon yang terlebih dahulu dilubangi atau dipuch
yang selanjutnya dilakukan montase satu demi satu setiap lembaran astralon.
Hal tersebut diatas merupakan metode yang digunakan ketika bagian perangkat pracetak belum
banyak berkembang. Tetapi dengan perkembangan perangkat pracetak sekarang ini, maka metoda
yang dilakukan sudah banyak berubah. Dengan digunakannya perangkat yang modern dan semakin
mudah dalam penggunaannya, diharapkan kualitas hasil cetak akan lebih baik. Karena kualitas hasil
cetak yang telah dianggap baik oleh bagian produksi, belum tentu sesuai dengan keinginan
pelanggan. Banyak
faktor yang saling mempengaruhi untuk mendapatkan kualitas cetak yang baik. Tahapan proses dari
konsep desain, pracetak, cetak, sampai finishing memiliki peran yang sangat penting dalam
menghasilkan hasil cetak yang berkualitas.
B. Metode Digital
1. Desain secara elektronik
Desain adalah salah satu penunjang dari kelangsungan sirkulasi sebuah majalah, desain juga dapat
mempengaruhi para konsumen untuk membeli majalah yang dipasarkan. Dalam mendesain
diperlukan daya imajinatif dan kreativitas guna merealisasikan majalah yang hendak diterbitkan.
a. Program Pengolah Grafis
Oleh karena desain grafis dibagi menjadi beberapa kategori maka sarana untuk mengolah pun
berbeda-beda, bergantung pada kebutuhan dan tujuan pembuatan karya.
1) Aplikasi Pengolah Vektor/Garis
Program yang termasuk dalam kelompok ini dapat digunakan untuk membuat gambar dalam bentuk
vektor/garis sehingga sering disebut sebagai Illustrator Program. Seluruh objek yang dihasilkan
berupa kombinasi beberapa garis, baik berupa garis lurus maupun lengkung. Aplikasi yang
termasuk dalam kelompok ini adalah:
- Adobe Illustrator
- Beneba Canvas
- CorelDraw
- Macromedia Freehand
- Metacreations Expression
- Micrografx Designer
2) Aplikasi Pengolah Pixel/Gambar
Program yang termasuk dalam kelompok ini dapat dimanfaatkan untuk mengolah
gambar/manipulasi foto (photo retouching). Semu objek yang diolah dalam progam-program
tersebut dianggap sebagai kombinasi beberapa titik/pixel yang memiliki kerapatan dan warna
tertentu, misalnya, foto. Gambar dalam foto terbentuk dari beberapa kumpulan pixel yang memiliki
kerapatan dan warna tertentu. Meskipun begitu, program yang termasuk dalam kelompok ini dapat
juga mengolah teks dan garis, akan tetapi dianggapa sebagai kumpulan pixel. Objek yang diimpor
dari program pengolah vektor/garis, setelah diolah dengan program pengolah pixel/titik secara
otomatis akan dikonversikan menjadi bentuk pixel/titik. Yang termasuk dalam aplikasi ini adalah:
- Adobe Photoshop
- Corel Photo Paint
- Macromedia Xres
- Metacreations Painter
- Metacreations Live Picture
- Micrografx Picture Publisher
- Microsoft Photo Editor
- QFX
- Wright Image
b. Konsep Grafik
Komputer didalam mempresentasikan suatu gambar/foto memliki dua bentuk, yaitu Bitmap dan
Vektor grafik.
1) Bitmap
Beberapa pengertian yang berhubungan dengan bitmap antara lain:
a) Pixel
Jika kita melihat foto atau gambar yang ada di komputer maka gambar tersebut sesungguhnya
adalah kumpulan dari ribuan titiktitik yang sangat kecil dan tiap-tiap titik tersebut memiliki warna
tertentu. Titik-titik itulah yang umum dikenal sebagai pixel.
Resolusi Jumlah pixel per centimeter disebut sebagai resolusi. Dan resolusi itulah yang
mementukan kualitas dari gambar yang dihasilkan. Gambar sering kita lihat dalam komputer
umumnya mempunyai resolusi 72 pixel per inchi atau disingkat Dpi. Sebagai contoh gambar yang
berukuran satu centimetermpersegi akan memiliki 72 x 72 = 5184 titik atau pixel. Misalnya gambar
tersebut diperbesar dari 1 cm persegi menjadi 10 cm persegi, maka jumlah pixel keseluruhan adalah
tetap yaitu 5184 pixel yang berubah adalah resolusinya, yaitu 51844 : 100 = 5,184 pixel per cm.
Berarti jika suatu gambar diperbesar maka resolusinya akan semakin kecil dan mengakibatkan
gambar menjadi tidak tajam. Semakin tinggi resolusi suatu gambar maka akan semakin tinggi
kemampuan perbesarannya.
b) Intensitas
Pixel-pixel yang membentuk gambar tersebut memiliki warnawarna tertentu dan jumlah warna yang
dimiliki oleh suatu gambar dinamakan intensitas. Biasanya dikenal istilah 256 warna, high color, 16
juta warna (true color) gradasi abu-abu (grayscale), serta hitam-putih (black and white). Semakin
banyak jumlah warna dalam suatu gambar maka gambar yang dihasilkan akan semakin bagus.
Jumlah warna maksimum dari gambar dapat dilihat dari jenis filenya. Misal file gambar yang
berekstensi .jpg akan memiliki maksimum 16 juta warna, atau file yang berekstensi .gif memiliki
jumlah warna maksimum 256.
Pada gambar bitmap sangat baik digunakan untuk merepresentasikan gambar yang sangat
kompleks dan detail. Tetapi kekurangannya adalah ukuran filenya tergantung dari ukuran gambar
dan resolusinya. Jika file bitmap diperbesar maka ketajaman gambar akan berkurang.
2) Vektor
Berbeda dengan bitmap, vector grafik merepresentasikan gambarnya tidak dengan menggunakan
pixel, tetapi dengan kurva dan garis yang didefinisikan dalam persamaan matematis yang disebut
vector.
Vector grafik ukuran gambar tidak mempengaruhi ukuran file. Jika gambar diperbesar maka
ketajamannya tetap sama dengan sebelumnya. Ukuran file dari gambar vector grafik dipengaruhi
oleh kompleksitas dari persamaan vector yang digunakan. Kekurangan dari vector grafik tidak
mampu menampilkan secara detail dari kompleks.
2. Imposisi
Imposisi system elektronik penyusunannya secara digital. Penggunaan sistem ini hampir tidak ada
kelemahannya, kecuali jika menggunakan sumber daya manusia yang kurang kompeten.
Imposisi elektronik membutuhkan waktu yang relatif singkat karena penyusunannya secara digital,
seandainya ada kesalahan penggabungan yang kurang sesuai bisa diedit secara cepat.
Pengecekannya juga dapat dilihat langsung dilayar monitor. Ketepatan cetaknya dapat dipastikan
register karena dikerjakan secara digital.
pada imposisi elektronik penggabungan halaman full colour dengan hitam putih tidak berbeda dan
mudah untuk dikerjakan. Software yang sering digunakan untuk melakukan imposisi seperti
QuarkXtension, DK&A Imposition, Impose (Barco), Signastation (Heidelberg), dan lain-lain.
Ketika warna hasil progresive proof yg pertama tidak sesuai pengulangan tsb biasa dilakukan dgn
cara mengganti film separasinya dan mengedit digital filenya terlebi dahulu kedua, tetap
menggunakan film yg sama, namun jumlah tintanya diatur saat cetak progresive proof hal ini sangat
mudah dilakukan mengingat semua proses dilakukan secara manual
1) Proses Penintaan
Pada umumnya sekarang ini berkembang perangkat digital proofing yang menggunakan teknologi
dye sublimation atau inkjet. Pada printer berteknologi dye sublimation bekerja memanfaatkan proses
sublimasi, yaitu perubahan dari benda padat langsung menjadi gas. Nama lain dari priner ini adalah
Dye Diffusion Thermal Transfer yang menunjukkan adanya proses pemanasan untuk
mentransferkan dye (pewarna) ke kertas. Printer dye sublumination memerlukan dua meterial
khusus, yakni film donor atau transfer roll ribbon, umumnya dalam bentuk gulungan plastik dengan
bidang warna yellow, magenta, dan cyan. Proses pencetakan dimulai dengan warna pertama
dimana film donor akan dipanaskan oleh kepala pencetak dengan resolusi 300 dpi yang
menyebabkan dye padat dari film donor menguap, kemudian menyerap ke kertas receiver, dan
menjadi padat kembali. Semakin tinggi panas yang diberikan akan semakin tebal pula warna yang
didifusikan ke kertas. Selesai dengan warna pertama, kertas akan ditarik mundur untuk melakukan
pencetakan warna kedua dan demikian seterusnya.
Printer ini memiliki keunggulan utama yang tidak dimiliki oleh printer lainnya, karena merupakan
satu-satunya printer yang mampu menghasilkan reproduksi dalam bentuk continous tone. Pada dye
sublimination pencampuran tersebut berlangsung secara difusi, sehingga warna-warna memang
menyatu. Karenanya meski bekerja dengan resolusi 300 dpi, printer ini mampu menghasilkan
cetakan dengan mutu yang setara cetakan foto.
Namun, disamping kelebihannya itu, imagesetter yang cara kerjanya menggunakan prinsip eksternal
drum, masih mempunyai beberapa kelemahan. Karena silinder yang membawa plat tersebut
berputar, maka dimungkinkan dapat terjadi ketidakseimbangan image yang dihasilkan sebagai
akibat gaya sentrifugal.
b. Teknologi RIP
Saat ini teknologi RIP terbagi atas 2 jenis, yaitu:
1) Berbasis PostScript
Berbasis PostScript artinya data yang diterima oleh RIP tersebut diolah menjadi data PostScript lalu
di-output.
Istilah "Computer To Plate" menggambarkan suatu proses dalam pembuatan plate secara direct
imaging yang dikontrol oleh komputer dari data-data digital.
Sesuai dengan namanya, Computer To Plate (CTP) yang mempergunakan proses direct imaging,
proses pembuatan plat yang awalnya (secara konvensional) menggunakan film topografi, maka
dengan menggunakan CTP, image dapat dicetak ke plat secara langsung dari file komputer.
Secara umum, komponen yang dipergunakan dalam sistem Computer To plate ini ada 3 macam
a. Komputer
Komputer merupakan komponen utama dan juga merupakan komponen paling penting dalam alur
proses ( workflow) pembuatan plat dalam sistem CTP ini. Proses Imposisi, Raster Image Processor
(RIP) dan juga penyimpanan data dilakukan dengan menggunakan komputer.
b. Imaging System
Imaging System memegang peranan yang tidak kalah penting dalam proses Computer To Plate.
Transfer data digital dari komputer ke plat dilakukan oleh plat imagesetter dengan menggunakan
laser dengan daya dan panjang gelombang laser disesuaikan dengan sensitivitas permukaan plat.
c. Printing Plat
Komponen terakhir yang digunakan adalah plat. Saat ini, dapat dijumpai berbagai macam tipe plat
yang digunakan pada proses Computer To Plate ini. Namun tidak semuanya bisa dipergunakan
Karena harus disesuaikan dengan jenis imagesetter yang digunakan.
Alur kerja Ctp diawali dengan Input data yang terdiri dari Pengolahan teks, Layout, dan Pengolah
image.
Bagian Input pertama adalah pengolahan teks yaitu teks diedit dengan pengolahan bahasa yang
baik, lalu image diambil melalui scener (Input data). Setelah itu teks dan gambar disatukan dan
dibuat tata letak/Layout dengan baik.
Setelah data input selesai dikerjakan dan sudah siap untuk diproses selanjutnya seluruh bagian
input di kirim datanya ke bagian workstation untuk di imposisi untuk dijadikan sebagai dummy
sebelum di Proofing. Setelah data tersebut jadi pada workstation selanjutnya di color proofing untuk
dilihat hasil sementara apakah hasilnya sudah cocok dengan data pada workstation. Jika data
proofing sudah cocok dengan data workstation data yang sudah jadi (dummy) selanjutnya dibuat
plat pada mesin platesetter. Hasil akhirnya yaitu berupa plat yang siap cetak.
Inilah daftar masalah yang patut diperhatikan dan diwaspadai pada saat tahap Prepress
berlangsung:
a. Missing Font
Hal ini terjadi apabila kita memilih/memakai font yang tidak terdefinisi oleh printer postscript. Atau
font yang digunakan tidak ikut dicopy ke disc saat di bawa ke percetakan (apabila kita mendesain
sendiri halaman publikasi-kemudian dikirim ke percetakan), sedangkan di percetakan font tersebut
tidak tersedia. Untuk itu, copy-lah font tersebut atau di-convert terlebih dahulu dalam desain artwork
sebelum diserahkan ke percetakan / tempat pembuatan film. Usahakan sebelum meng-convert
dokumen artwork dalam proses prepress, save-lah terlebih dahulu format teks aslinya secara
terpisah sebagai dokumen cadangan.
b. Wrong file format
Artwork cetak biasanya menggunakan format file .TIFF atau .EPS untuk gambar. Sehingga kalau
Anda mendefinisikan file gambar Anda ke JPEG atau GIF dan lainnya untuk keperluan cetak offset,
maka warnanya tidak akan sesuai dengan hasil cetak dan kualitas pixel (unsur terkecil dari gambar
digital) akan rusak. Format tiff berukuran sangat besar, dan akan menjadi kendala jika pengiriman
harus dilakukan by email. Tapi bagaimanapun juga hindari mengirimkan gambar dalam format jpg
atau gif .
c. Incorrect page setting or Page Set-up
Gunakan set-up halaman sesuai ukuran yang diperlukan. Jangan lupa diingat, untuk cetakan seperti
brosur, undangan dan sejenisnya, sisi-sisinya akan dipotong dengan mesin potong kertas, jadi
jangan lupa menambahkan luas area design beberapa milli lebih besar dari area cetak. Output
harus selalu dibuat dalam ukuran sebenarnya, hanya resolusinya saja yang disesuaikan sesuai
penggunaan.
d. Missing graphics. or graphic not linked
Jika anda mengirimkan file dalam format Freehand, PageMaker atau Quark Express, Anda tetap
harus mengcopy file gambar Anda ke dalam disk yang Anda kirim ke percetakan atau tempat
pembuatan film (repro), karena jika tidak gambar yang anda insert dalam artwork anda tidak akan
muncul di komputer yang lain.
e. Resolution
Resolusi adalah tingkat kecerlangan (dpi, dot per inch, pixel per inch) pada gambar. Terlalu tinggi
resolusi akan menyebabkan hasil yang tidak maksimal dan berlebihan sehingga memboroskan tinta.
Sementara resolusi yang didefinisikan terlalu rendah akan menyebabkan gambarnya pecah atau
kabur. Untuk cetak offset seperti brosur, iklan koran, majalah, dll, besaran dpi-nya minimal 300 dpi.
Sedangkan cetak digital untuk keperluan outdoor (baliho, billboar, spanduk dll) bisa menggunakan
32 dpi sampai 100 dpi tergantung ukuran medianya. Untuk backdrop yang biasa dilihat dalam jarak
relatif dekat sebaiknya menggunakan resolusi tidak kurang dari 72 dpi, tapi untuk billboard ukuran
bisa menggunakan resolusi 32 dpi.
f. Incorrect colours
Karena unsur warna yang digunakan monitor (komputer) berbeda dengan unsur warna cetak
(percetakan) maka sering terjadi hasil cetak yang meleset warnanya. Hal ini harus kita pahami,
karena komputer grafis menggunakan unsur warna sinar Red, Green, Blue (RGB Color). Sementara
percetakan menggunakan unsur warna tinta Cyan, Magenta, Yellow, Black (CMYK Color). Jadi kita
harus menggunakan warna CMYK apabila kita ingin membuat artwork cetak. Kalau sudah terlanjur
menggunakan RGB, maka rubahlah kedalam format warna CMYK.
g. Make the Black color as a special one
Sebaiknya tidak menggunakan warna selain hitam untuk mewarnai teks (apalagi huruf kecil2) atau
garis outline pada arwork yang anda buat. Ini untuk mencegah teks/garis menjadi terlihat dobel
karena registrasi yang kurang presisi. Bila ada teks yang perlu direvisi pada saat2 terakhir sebelum
dicetak, anda hanya perlu mengganti selembar film saja pada warna Black-nya, tidak perlu
mengganti 3 lembar lainnya (Cyan, Magenta dan Yellow).
h. Proofing
Sebelum dicetak, kita harus melakukan proofing untuk mengetahui contoh hasil cetak nantinya. Nah,
kalau kita mencetak hasil proofing dengan menggunakan printer selain printer laser atau color digital
printing, biasanya hasilnya akan meleset dari perkiraan. Sekarang sudah banyak printer warna
digital sampai ukuran A3+ sebagai sarana proofing sebelum naik cetak. Lebih baik lagi bila anda
membuat Progressive Proof untuk mengejar presisi warna yang cocok sesuai tuntutan kualitas yang
anda inginkan