Anda di halaman 1dari 20

Proses pra-cetak dalam offset printing

Seiring perkembangan teknologi, proses cetak semakin berkembang dan maju.

Dulu, proses sebelum cetak merupakan pekerjaan yang mempunyai tahapan


panjang dan dibutuhkan ketelitian dalam menjalankannya.

Kini, semua bisa dikerjakan lebih singkat waktunya karena perkembangan


teknologi membuat semuanya lebih praktis.

Namun tidak berarti harus mengabaikan ketelitian. Karena dalam percetakan,


ketelitian sejak tahap awal merupakan hal wajib yang harus selalu dilakukan.

Dan ini yang dilakukan ketika ingin memulai cetak offset :

Desain
Desain merupakan satu proses awal sebelum cetak offset.

Ada banyak software yang digunakan dalam membuat desain grafis, diantaranya
yang umum digunakan adalah CorelDraw dan Adobe Ilustrator untuk mengolah
file vector dan Adobe Photoshop untuk mengolah file image.

Proses desain dimulai dengan menentukan ukuran produk yang akan dicetak.

Kemudian dilanjut dengan pembuatan desain sesuai dengan spesifikasi yang


diinginkan customer apakah berupa undangan, kalender, kemasan, brosur, dsb.

Pada proses desain perlu diperhatikan pada file-file dipersiapkan yaitu apakah
gambar sudah optimal sehingga tidak pecah ketika dicetak.

Perlu dilakukan pengecekan pada kelengkapan file yang akan dicetak sehingga
tidak ada image yang tertinggal.

Dilakukan juga pengecekan terhadap teks-teks pada desain agar tidak terjadi
kesalahan penulisan.

Perlu ditambahkan atribut-atribut cetak untuk membantu pada saat proses cetak,
atribut cetak tersebut antara lain :

Colorbar
Deretan warna yang digunakan untuk mengetahui kerataan warna tinta pada
saat proses cetak, dibuat sesuai dengan warna desain yang digunakan baik
warna separasi dan warna khusus.
Register Mark
Untuk mengecek penumpukan warna pada saat proses cetak dan biasa disebut
pengecekan register cetak. Cara melihatnya adalah dengan menggunakan lup
untuk memperjelas apakah register dari tiap warna bergeser atau tidak.
Recording
Batasan area atau ukuran yang akan dicetak, pegangan dari mesin dan untuk
memudahkan proses punching
Unleg
Untuk mengetahui kerataan cetakan, dengan melihat pinggiran dari tumpukan
kertas yang telah tercetak
Nama file desain
Sebagai informasi yang digunakan untuk mempermudah pengerjaan cetak
Pembuatan Plat Cetak
Plat cetak pada proses cetak offset digunakan sebagai acuan cetak yang
memindahkan image ke media cetak.

Proses pembuatan plat cetak dapat dilakukan dengan menggunakan dua


metode yaitu dengan pembuatan plat secara manual dan dengan menggunakan
CtP/CtCP.

Ini penjelasan lengkapnya :

Membuat plat secara manual


Pembuatan plat secara manual prosesnya lebih panjang dan rumit dibandingkan
dengan pembuatan plat cetak dengan mesin CtP.

Kira-kira seperti ini,


File >RIP > File S & R > Film Montage > Copier > Cuci Plat > Plate
1. File hasil desain dikirim untuk dijadikan plat cetak diproses dengan
menggunakan RIP (Raster Image Processor) pada mesin CtF.

Pada Proses ini dicek kelengkapannya dengan menggunakan komputer


selanjutnya, pengecekan meliputi jumlah dan jenis warna yang dipakai, ukuran
desain, teks, gambar dan pola desain.

Setelah dicek file dikirim ke mesin CtF untuk menghasilkan film cetak.

2. Film yang sudah jadi kemudian ditata diatas astralon yang berupa mika
seukuran plat cetak untuk dilakukan proses montage, emulsi harus dalam posisi
tak terbaca agar emulsi plate dan emulsi film bertemu.

Sehingga hasil gambar yang dihasilkan sesuai dengan gambar film. Jika emulsi
plate dan emulsi film tidak bertemu akan terjadi penurunan dot dan berpengaruh
pada warna hasil cetakan.

Hal lain yang perlu diperhatikan pada saat penggandaan film adalah :

 Pemberian atribut
 Pemberian nomer up
 Kebersihan astralon
 Penyinaran
 Pencucian/Densito, toleransi penurunan dot raster 2 %
3. Sebelum diekspose, lembar astralon dan plat cetak harus benar-benar rapat,
untuk mendapatkan kerapatan antara plate cetak dan astralon maka dilakukan
proses vakum, setelah benar-benar vakum maka dapat dilakukan ekspose plate.

4. Proses ekspose dilakukan selama kurang lebih sekitar 9 menit dengan


menggunakan lampu ultraviolet

5. Plate yang sudah diekspose kemudian dikeluarkan dan dicuci dengan


menggunakan devepoler plate, komposisi cairan developer dan air 1 : 3

6. Apabila masih terdapat sisa emulsi maka dibersihkan dengan menggunakan


remover.

7. Plat cetak diberi lapisan gumm untuk mencegah oksidasi


Adapun beberapa kelemahan dari proses pembuatan plate secara manual
adalah apabila pada montage plate lebih dari 1 warna tidak presisi dalam
peletakannya, maka hasil cetak nantinya juga tidak presisi.

Kelemahan lainnya adalah proses pembuatannya yang membutuhkan waktu


lama sehingga kurang efisien.

Computer to Plate (CTP)


Pembuatan plate dengan menggunakan sistem CtP atau CtCP (Computer To
Conventional Plate) lebih singkat daripada menggunakan cara manual dimana
proses montage hanya dilakukan secara digital sehingga pembuatan film tidak
diperlukan lagi, raster image langsung dibentuk dengan menggunakan CtP.

Alur proses CtP adalah sebagai berikut :


File > RIP (tiff B) > File S & R > CtP > Plate
I. PENGERTIAN PRACETAK
Prepress meliputi semua tahap proses yang dibutuhkan mulai dari persiapan area cetak, teks,
original image dan graphics sampai kepada proses produksi untuk menuju kepada semua materi
yang ‘siap untuk proses cetak’ yang dilakukan secara manual maupun menggunakan computer.
Pracetak dimulai dari input data sampai desain siap cetak atau Final Artwork. Semua hal yang
dilakukan saat membuat layout artwork dengan menggunakan beragam Software Grafis populer
seperti Adobe Photoshop, Macromedia Freehand, Illustrator, CorelDraw, PageMaker, InDesign atau
QuarkExpress, dsb.
Proses selanjutnya yaitu pembuatan film baik secara konvensional maupun digital. Pembuatan film
secara konvensional yaitu dengan fotoreproduksi film, sedangkan secara digital menggunakan
mesin Computer to Film (CtF).
Proses terakhir yaitu pembuatan pelat. Pembuatan pelat dapat dilakukan secara konvensional
menggunakan plate maker dan film hasil fotoreproduksi maupun film dari CtF. Dapat juga dilakukan
dengan digital menggunakan Computer to Plate. Hasil akhir dari pracetak adalah plate yang akan
digunakan untuk mencetak pada bagian cetak.

II. JENIS PEKERJAAN PRACETAK


A. Metode Konvensional
Pada bagian pracetak dilakukan aktivitas yang berhubungan dengan persiapan pekerjaan
mencetak. Dengan perkembangan teknologi digital dan elektronik saat ini, bagian pracetak telah
banyak menggunakan peralatan tersebut sebagai sarana yang tepat dalam melakukan
pekerjaannya. Ketika menggunakan metode konvensional , pekerjaan pada bagian pracetak terbagi
menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Desain manual
Pekerjaan desain manual meliputi peracangan suatu barang cetakan hingga pembuatan art work.
Biasanya dalam merancang suatu desain barang cetakan, seorang desainer akan membuat
rancangan lebih dari satu model. Rancangan yang dibuatnya dapat berupa racangan yang full color
atau hitam putih saja. Kemudian apabila hasil rancangan tersebut telah mendapat persetujuan dari
pemesan atau seorang penanggungjawab, maka hasil rancangannya dibuatkan art work. Apabila
rancangan tersebut membutuhkan gambar ilustrasi, maka dapat dibuat olehnya bila memang
mampu. Tetapi bila desainer tidak dapat mengerjakan ilustrasinya, maka yang ilustrasi tersebut
dapat dikerjakan oleh juru gambar. Selanjutnya oleh desainer dibuatkan rancangannya dengan
ilustrasi yang dibuat orang lain.
a. Unsur-unsur desain grafis
Sebuah desain baik itu objek ataupun berbentuk font, selalu terdiri dari beberapa unsur-unsur yang
membentuk sebuah desain. Beberapa unsur-unsur yang ada di desain yaitu :
1) Garis (Line)
2) Bentuk (Shape)
3) Tekstur (Texture)
4) Ruang (Space)
5) Ukuran (Size)
6) Warna (Color)
7) Layout:
Jenis-jenis tata letak:
a) Tata Letak Miniatur
b) Tata Letak Kasar
c) Tata Letak Komprehensif
d) Gambar Kerja (Artwork)

b. Prinsip – Prinsip Desain Grafis


Dalam bekerja seorang desainer grafis harus mempertimbangkan berbagai prinsip demi mencapai
hasil akhir yang baik. Prinsip – Prinsip Desain Grafis adalah sebagai berikut:
1) Kesederhanaan
2) Keseimbangan
3) Kesatuan
4) Penekanan (aksentuasi)
5) Irama (repetisi)

2. Setting computer
Pekerjaan setting adalah pekerjaan menyusun huruf/naskah teks menggunakan komputer. Lingkup
pekerjaannya hanya melakukan penyusunan teks dengan jenis huruf, besar huruf, jarak antar baris
dan bentuk susunan yang diinginkan oleh seorang desainer.
Sehingga praktis pekerjaannya menuntut untuk dapat mengoperasikan komputer dengan baik.
Tetapi dengan adanya perkembangan perangkat komputer saat ini, pekerjaan tersebut menjadi lebih
luas. Apalagi dengan tersedianya software yang mendukung pekerjaan setting, maka pekerjaan tata
letak dapat dikerjakan secara langsung dalam komputer.
a. Kelompok Huruf
Dari sekian banyak jenis huruf maka dapat dikelompokkan/ golongkan dalam 5 kelompok besar jenis
huruf.
1) Jenis pokok huruf Roman
Ciri huruf Roman peralihan luwes dari tebal ketipis kaitnya berbentuk segitiga (garis kecil yang
menutup garis gambar) dan kaki.Contoh huruf: Times new romen, Garmon, Palatino
2) Jenis pokok huruf Bodoni
Jenis pokok huruf BodoniCiri huruf Bodoni cirinya peralihan tiba-tiba dari tebal ke tipis, kait garis
halus Contoh : Bodoni, Egmont,
3) Jenis pokok huruf Egyptien
Ciri huruf Egyptien batang dan kait tegang lurus, hampir dimana-mana sama tebal. Contoh : Atlasm
Cheops, Memphis
4) Jenis pokok huruf San Serif
Ciri huruf bentuk kerangka tanpa kait Contoh : Helvetica, Arial, Univers, Nobel, Helios dll
5) Jenis pokok huruf Fantasi
Ciri huruf bervariasi seperti tulis tangan Contoh : Brush Scrift, French Scrift, Rosewood Str dll.
Dengan kemajuan zaman dan perubahan kondisi sesuai dengan peradaban manusia saat ini, maka
ciri dan bentuk 5 jenis huruf, ada perubahan kelompok antara lain.
1) Huruf tak berkait (sans serif)
2) Huruf berkait (serif)
3) Huruf tulis (script)
4) Huruf Dekoratif
5) Huruf Monospace

Hal yang harus diperhatikan dalam menyusun teks yaitu penentuan format susunan yang benar
sesuai dengan model yang telah ditetapkan. Ukuran kertas juga menentukan terhadap hasil dan
format susunan.

b. Parameter Layout
Dalam menyusun suatu model teks maka tetapkanlah data parameter untuk teks tersebut yang
diantaranya terdiri dari:
1) Font
Font adalah pilihan jenis huruf yang akan dipergunakan untuk teks tersebut.
2) Size (Ukuran huruf (korp)
Size adalah pilihan untuk besar huruf yang akan dipergunakan. Satuan ukuran yang dipergunakan
adalah point (pt). Misalnya: 6 point, 7 point s.d. 100 point dst, dimana point adalah bagian dari dari
ukuran tipografi yang dinyatakan dengan pica dan sicero (agustin).
3) Leading
Leading adalah penetapan jarak antar baris dari suatu susunan teks.
4) Type Style (Variasi huruf /keluarga huruf)
Variasi huruf adalah gambaran dari satu jenis huruf masih dapat dibedakan lagi antara lain: normal,
Bold (tebal), Miring (italic), Kapital, Onderkas (lowercase Type), merapat (condense), melebar
(extended),Underline untuk huruf bergaris bawah, strikethru untuk huruf bergaris tengah, reverse
untuk huruf berwarna putih dan seterusnya.
5) Alignment
Alignment adalah pilihan untuk bentuk susunan teks. Pada pekerjaan setting bentuk susunan terbagi
menjadi Align Left (rata kiri), Align right (rata kanan), Align Centre (rata tengah), Justify/force justify
(rata kiri dan kanan).

3. Fotoreproduksi
Pada bagian fotoreproduksi dilakukan 3 kegiatan utama, yaitu:
a. Pemotretan/pengontakan film
Pemotretan dilakukan dari sebuah model yang telah dirancang oleh bagian desain atau hasil setting.
Setelah mendapatkan film negatif, kemudian untuk mendapatkan film positif dilakukan pengontakan.
Bila ada model full color, maka dilakukan proses separasi warna menggunakan perangkat scanner
(drum scanner).
Sebelum teknologi image setter berkembang luas di pasaran, proses pembuatan film dari data
komputer dipindahkan dulu melalui media kertas atau yang dikenal dengan Computer to
Paper kemudian diproses dengan menggunakan kamera reproduksi baik itu kamera vertikal maupun
horizontal untuk dipindahkan menjadi film dengan pengembangan manual atau dengan
menggunakan film processor. Teknologi ini sudah semakin ditinggalkan oleh perusahaan
percetakan, karena prosesnya membutuhkan waktu yang lama juga hasilnya kurang maksimal.
Pembesaran titik raster (dot) menjadi semakin besar karena adanya tahapan demi tahapan yang
harus dilalui.
Penggunaan kamera vertikal maupun horizontal masih banyak dijumpai pada percetakan-
percetakan yang mengkhususkan pada jenis atau macam cetakan yang beroplag sedikit atau
cetakan-cetakan khusus, misalnya pembuatan stempel, acuan untuk foil, dan sebagainya. Untuk
mengetahui teknologi ini, sebagai dasar keilmuan memahami teknologi yang berkembang pesat
sekarang, dibawah ini diuraikan proses dari data yang dihasilkan komputer berupa kertas menjadi
film yang siap ditransfer ke pelat cetak.
Model kamera dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:
1) model garis (line copy), model garis meliputi semua pekerjaan yang terbentuk dari garis-garis dan
bidang-bidang dengan nada tunggal. Tidak terdapat bidang-bidang bayang-bayang atau gradasi
nada. Misalnya: cetak percobaan teks yang bersih atau hasil set foto, gambar coretan pena, peta-
peta dan karikatur, foto-foto afdruk yang sudah diraster.
2) model nada lengkap (halftone copy), model nada lengkap meliputi segala pekerjaan yang
mempunyai gradasi atau variasi nada. Contohnya: semua foto orang, gedung-gedung,
pemandangan dan lain sebagainya, lukisan minyak yang artistik, gambar bernada.
3) model warna (colour copy), model warna meliputi semua model berwarna, baik garis maupun
nada lengkap (seperti model a & b)
b. Montase
Dari film positif dan film separasi kemudian dilakukan proses tata letak film yang disebut dengan
montase. Penempatan film-film tersebut dilakukan diatas astralon sesuai dengan rancangan yang
direncanakan.
Montase Film Separasi Warna
1) Persiapan
Harus bisa membedakan ciri-ciri warna film yaitu warna cyan memiliki nada yang paling
lengkap/jelas dengan kehitaman urutan ketiga dari 4 warna dasar (C,M,Y,K), warna magenta
memiliki nada dibawah warna cyan dengan kehitaman urutan kedua dar 4 warna dasa, warna yellow
memiliki nada dibawah magenta dengan kehitaman urutan pertama dari 4 warna dasar dan warna
black memiliki nada dibawah yellow dengan urutan kehitaman yang paling rendah dari 4 warna
dasar.
2) Membuat Pola
Sebelum pembuatan pola dilakukan terlebih dahulu anda harus mengetahui data tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi dalam membuat pola, meliputi:
a) Harus mengetahui ukuran jadi barang cetakan, yaitu dimaksudkan untuk menghitung
jumlah/daya tampung cetakan atau halaman dalam satu muka pelat mesin yang digunakan.
b) Harus mengetahui ukuran area cetak maksimum mesin cetak yang digunakan, hal ini
berhubungan erat dengan ukuran jadi barang cetakan yaitu menentukan daya tampung/jumlah
halaman (bila berupa buku) dalam satu muka pelat cetak.
c) Harus mengetahui ukuran maksimum kertas cetak pada mesin cetak yang digunakan, ini
dimaksudkan untuk mengetahui masuk tidaknya ukuran kertas dari hasil montase yang akan dicetak
pada mesin yang akan digunakan.
d) Harus mengetahui jumlah halaman bila berupa buku, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
jumlah pelat yang digunakan dan jumlah katern.
e) Harus mengetahui system jilid yaitu jahit kawat, jahit benang atau lem panas (binding), hal ini
bertujuan untuk menentukan cara menyusun katern-katern buku apakah disusun secara sisip atau
secara tumpuk.
Selain harus mengetahui 5 faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan pola, anda juga harus
mengetahui factor jumlah warna dalam hal ini untuk memudahkan dalam menyiapkan jumlah
astralon/pelat yang digunakan.
Setelah diketahui faktor-faktor tersebut maka dilakukan penghitungan dan dapat
diketahui/ditentukan jumlah halaman dalam satu muka, jumlah katern, area cetak satu muka untuk
mencetak barang cetakan tersebut, ukuran kertas yang akan dicetak.
3) Sistem Montase
Untuk montase barang cetakan yang dilipat dan dijilid (buku/majalah) maka dalam pengaturan
halaman susunannya harus benar bila pencetakan dan pelipatan selesai dikerjakan. Biasanya
lembaran kertas dicetak bolak balik, untuk itu pengaturan halaman dapat dilakukan dengan 2 cara
meliputi:
a) Pencetakan secara “Outside dan Inside”
yaitu dibutuhkan 2 acuan/pelat untuk mencetak bagian muka dan belakang lembaran kertas,
misalnya suatu lembaran dengan 8 halaman akan dicetak dengan mesin ukuran 4 halaman, artinya
4 halaman dicetak dimuka (outside) dan 4 halaman dicetak dibelakang (inside).
b) Pencetakan secara “Work and Turn”
yaitu hanya dibutuhkan 1 acuan/pelat untuk mencetak suatu lembaran pada kedua permukaan
kertas bagaian muka dan bagaian belakang.

Dalam pencetakan yang dilakukan pada dua muka yaitu setelah lembar muka dicetak, selanjutnya
kertas itu harus dibalik dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri dan muka yang lain (belakang)
dicetak dengan pelat yang sama, sisi kertas tempat griper (penjepi) tetap pada posisi yang sama.
Hal ini untuk memperoleh kepastian penempatan yang benar untuk pencetakan dua muka yang
sama. Kertas selanjutnya dipotong tengah-tengah sehingga diperoleh 2 lembar dengan hasil cetak
yang sama.
Ada juga dalam membalik kertas untuk mencetak muka yang lain belakang) dengan cara sisi kertas
tempat gripper berubah, sisi side lay berada tetap tinggal tempat yang sama, gripper muka lembar
yang telah dicetak dijungkir balik ke belakang sehingga permukaan kertas yang belum tercetak
berada di atas, ini disebut dengan “tumbling”.

Dalam melaksanakan montase separasi warna ada 3 cara yaitu sistem tumpuk, sistem alas tunggal
dan sistem punch register.
c) Sistem Tumpuk yaitu: montase sparasi warna dengan menggunakan astralon 4 lembar
sebagai alas untuk menempelkan film 4 warna dimana setiap lembar astralon untuk menempel 1
warna.
d) Sistem Alas Tunggal atau disebut juga dengan system Blue key yaitu montase sparasi warna
film (C, M, Y, K) yang dilakukan dengan menggunakan satu alas tunggal, yang biasanya dipakai
lembaran khusus hostaphan/Colour foil blue cyan yang warnanya bening (tembus pandang). Dalam
montase dengan menggunakan blue key memiliki kelemahan yaitu bila terjadi kerusakan pada pelat
misalnya magenta atau yellow harus dilakukan pekerjaan montase ulang untuk masing-masing film.
Bila dibanding dengan system tumpuk, system blue key memiliki ketepatan cetak lebih terjamin
karena hanya menggunakan satu alas untuk montase, demikian juga dengan tanda-tanda pas
penepatnya hingga dapat dipastikan bahwa ketepatan cetaknya lebih terjamin. Kesalahan paralaks
tidak dijumpai dalam montase system ini.
e) Sistem Punch Register adalah system yang lebih banyak diterapkan pada perusahaan
percetakan yaitu montase dengan menggunakan astralon yang terlebih dahulu dilubangi atau dipuch
yang selanjutnya dilakukan montase satu demi satu setiap lembaran astralon.

c. Pembuatan acuan cetak offset


Proses selanjutnya adalah memindahkan hasil montase pada pelat cetak menggunakan perangkat
kontak pelat. Sehingga diperoleh pelat cetak yang siap dilakukan pencetakan menggunakan mesin
cetak offset.
1) Jenis Pelat Cetak Ofset
Pelat cetak ofset adalah keping atau lembaran logam tipis (Zn) yang salah satu permukaannya atau
dua permukaannya dilapisi dengan bahan peka cahaya. Pelat berdasarkan bahan peka
cahayadapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Sensitized plate
Bahan dasar pelat sensitized adalah terbuat dari seng (zn) yang dilapisi dengan bahan peka
cahaya. Campuran bahan peka cahaya yang digunakan adalah amonium bichromate, albumen,
gom arabika, salatin dan dextrin.
b) Presensitized plate
Pelat presensitized adalah pelat cetak yang dibuat oleh pabrik pembuat pelat cetak ofset. Menurut
cara kerjanya, pelat presensitized dapat terbagi menjadi 2 jenis pelat, yaitu pelat negatif dan pelat
positif. Pelat negatif adalah pelat yang prinsip kerjanya pada bagian yang terkena sinar akan
mengeras dan bagian yang tidak terkena sinar akan larut bila dicuci menggunakan bahan developer.
Pelat positif adalah pelat yang prinsip kerjanya pada bagian yang terkena sinar akan larut dan
bagian yang tidak terkena sinar akan mengeras bila dicuci dengan menggunakan bahan developer.
2) Model Film
Model film yang akan diproses pada pelat cetak ofset terdiri dari 2 jenis, yaitu:
a) Film positif
b) Film negatif
3) Menempatkan Film pada Pelat Cetak Offset
Film yang akan disinari pada pelat cetak ofset harus diletakkan dengan benar sebelum dilakukan
proses penyinaran. Format tersebut harus disesuaikan dengan format mesin cetak offset yang akan
digunakan untuk mencetak. Letak posisi film yang akan disinari harus pada posisi simetris antara
bagian kanan dan kirinya. Kemudian pada sisi atas film harus diletakkan pada jarak tertentu dengan
memperhatikan griper mesin cetak, awal kertas dan awal cetakan. Sehingga kertas yang akan
digunakan untuk mencetak juga harus dipersiapkan sebaik mungkin agar tidak terlalu besar atau
terlalu kecil ukurannya.
4) Peralatan Pembuatan Acuan Cetak Ofset
Untuk melakukan proses penyinaran pada pelat cetak ofset digunakan perangkat yang disebut
dengan mesin kontak pelat (Platemaker). Pada mesin ini sinar yang digunakan adalah berupa sinar
Ultra Violet (UV), Peralatan platemaker sekarang ini telah dilengkapi dengan pengaturan waktu
penyinaran secara digital, pengaturan vacum dan penyimpanan memori penyinaran. Agar pada saat
proses penyinaran tidak terjadi pembiasan sinar, maka pada peralatan tersebut juga dilengkapi
dengan korden penutup pada di sekeliling sisinya. Jarak antara lampu dengan pelat yang akan
disinari juga harus diperhitungkan, jangan sampai terlalu jauh atau terlalu dekat
.
5) Proses Pengembangan
Proses pengembangan pelat cetak ofset dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a) Secara manual
Pengembangan pelat cetak secara manual dilakukan dengan memberikan cairan developer pada
bagian permukaan pelat secara merata. Kemudian menggunakan spon yang halus seka permukaan
pelat secara merata dan teratur. Bila cairan developer bekerja, maka pada pelat cetak positif dengan
model film positif bagian yang terkena sinar akan rontok sedangkan yang tidak terkena sinar akan
mengeras dan membentuk image. Pada pelat negatif pada bagian yang terkena sinar akan
mengeras dan bagian yang tidak terkena sinar akan rontok. Setelah diberikan cairan developer,
maka bersihkan sisa cairan tersebut dengan membilasnya dengan air.
b) Menggunakan prosesor pelat cetak
Pelat cukup dimasukkan pada prosesor tersebut dan secara otomatis prosesor akan memroses
pelat tersebut. Sebab dalam prosesor telah terdapat cairan developer dan rol-rol pembawa pelat
yang membawa ke bagian developer dan seterusnya sampai pada bagian pengering, sehingga
diperoleh pelat cetak yang siap untuk dipergunakan untuk mencetak. Penggunaan prosesor pelat
harus diperhatikan lamanya/kecepatan rol pembawa pelat berjalan yang secara langsung juga
mempengaruhi hasil pelat cetak. Dengan developer yang dipakai untuk beberapa kali
pengembangan tentu waktu/kecepatan proses pengembangan akan berbeda apabila developer
telah digunakan berkali-kali.
6) Penggunaan Densitometer
Densitometer dipergunakan untuk mengukur densiti pelat hasil pengembangan. Dengan
menggunakan densitometer akan diketahui apakah pelat tersebut telah memenuhi standar yang
telah ditentukan atau belum. Untuk melihat titik raster dipergunakan loupe pada grey scale yang
telah terpasang pada pelat cetak.
7) Perawatan Pelat Cetak Ofset
Perawatan pada pelat cetak ofset dilakukan untuk menghindari kerusakan pada image yang telah
diproses. Biasanya perawatan dilakukan sebelum pelat cetak digunakan untuk mencetak.
Perawatan dilakukan dengan melapisi pada seluruh permukaan pelat yang telah diproses
menggunakan gom arabika. Kemudian bila pelat cetak tersebut akan dipakai mencetak, bersihkan
lapisan gom dengan membilas menggunakan air. Dengan memberikan lapisan gom selain
menghindari kerusakan akibat goresan pada imagenya, dapat juga sebagai pelindung dari cahaya
terbuka yang langsung mengenai pelat cetak.

Hal tersebut diatas merupakan metode yang digunakan ketika bagian perangkat pracetak belum
banyak berkembang. Tetapi dengan perkembangan perangkat pracetak sekarang ini, maka metoda
yang dilakukan sudah banyak berubah. Dengan digunakannya perangkat yang modern dan semakin
mudah dalam penggunaannya, diharapkan kualitas hasil cetak akan lebih baik. Karena kualitas hasil
cetak yang telah dianggap baik oleh bagian produksi, belum tentu sesuai dengan keinginan
pelanggan. Banyak
faktor yang saling mempengaruhi untuk mendapatkan kualitas cetak yang baik. Tahapan proses dari
konsep desain, pracetak, cetak, sampai finishing memiliki peran yang sangat penting dalam
menghasilkan hasil cetak yang berkualitas.

B. Metode Digital
1. Desain secara elektronik
Desain adalah salah satu penunjang dari kelangsungan sirkulasi sebuah majalah, desain juga dapat
mempengaruhi para konsumen untuk membeli majalah yang dipasarkan. Dalam mendesain
diperlukan daya imajinatif dan kreativitas guna merealisasikan majalah yang hendak diterbitkan.
a. Program Pengolah Grafis
Oleh karena desain grafis dibagi menjadi beberapa kategori maka sarana untuk mengolah pun
berbeda-beda, bergantung pada kebutuhan dan tujuan pembuatan karya.
1) Aplikasi Pengolah Vektor/Garis
Program yang termasuk dalam kelompok ini dapat digunakan untuk membuat gambar dalam bentuk
vektor/garis sehingga sering disebut sebagai Illustrator Program. Seluruh objek yang dihasilkan
berupa kombinasi beberapa garis, baik berupa garis lurus maupun lengkung. Aplikasi yang
termasuk dalam kelompok ini adalah:
- Adobe Illustrator
- Beneba Canvas
- CorelDraw
- Macromedia Freehand
- Metacreations Expression
- Micrografx Designer
2) Aplikasi Pengolah Pixel/Gambar
Program yang termasuk dalam kelompok ini dapat dimanfaatkan untuk mengolah
gambar/manipulasi foto (photo retouching). Semu objek yang diolah dalam progam-program
tersebut dianggap sebagai kombinasi beberapa titik/pixel yang memiliki kerapatan dan warna
tertentu, misalnya, foto. Gambar dalam foto terbentuk dari beberapa kumpulan pixel yang memiliki
kerapatan dan warna tertentu. Meskipun begitu, program yang termasuk dalam kelompok ini dapat
juga mengolah teks dan garis, akan tetapi dianggapa sebagai kumpulan pixel. Objek yang diimpor
dari program pengolah vektor/garis, setelah diolah dengan program pengolah pixel/titik secara
otomatis akan dikonversikan menjadi bentuk pixel/titik. Yang termasuk dalam aplikasi ini adalah:
- Adobe Photoshop
- Corel Photo Paint
- Macromedia Xres
- Metacreations Painter
- Metacreations Live Picture
- Micrografx Picture Publisher
- Microsoft Photo Editor
- QFX
- Wright Image

b. Konsep Grafik
Komputer didalam mempresentasikan suatu gambar/foto memliki dua bentuk, yaitu Bitmap dan
Vektor grafik.
1) Bitmap
Beberapa pengertian yang berhubungan dengan bitmap antara lain:
a) Pixel
Jika kita melihat foto atau gambar yang ada di komputer maka gambar tersebut sesungguhnya
adalah kumpulan dari ribuan titiktitik yang sangat kecil dan tiap-tiap titik tersebut memiliki warna
tertentu. Titik-titik itulah yang umum dikenal sebagai pixel.
Resolusi Jumlah pixel per centimeter disebut sebagai resolusi. Dan resolusi itulah yang
mementukan kualitas dari gambar yang dihasilkan. Gambar sering kita lihat dalam komputer
umumnya mempunyai resolusi 72 pixel per inchi atau disingkat Dpi. Sebagai contoh gambar yang
berukuran satu centimetermpersegi akan memiliki 72 x 72 = 5184 titik atau pixel. Misalnya gambar
tersebut diperbesar dari 1 cm persegi menjadi 10 cm persegi, maka jumlah pixel keseluruhan adalah
tetap yaitu 5184 pixel yang berubah adalah resolusinya, yaitu 51844 : 100 = 5,184 pixel per cm.
Berarti jika suatu gambar diperbesar maka resolusinya akan semakin kecil dan mengakibatkan
gambar menjadi tidak tajam. Semakin tinggi resolusi suatu gambar maka akan semakin tinggi
kemampuan perbesarannya.
b) Intensitas
Pixel-pixel yang membentuk gambar tersebut memiliki warnawarna tertentu dan jumlah warna yang
dimiliki oleh suatu gambar dinamakan intensitas. Biasanya dikenal istilah 256 warna, high color, 16
juta warna (true color) gradasi abu-abu (grayscale), serta hitam-putih (black and white). Semakin
banyak jumlah warna dalam suatu gambar maka gambar yang dihasilkan akan semakin bagus.
Jumlah warna maksimum dari gambar dapat dilihat dari jenis filenya. Misal file gambar yang
berekstensi .jpg akan memiliki maksimum 16 juta warna, atau file yang berekstensi .gif memiliki
jumlah warna maksimum 256.
Pada gambar bitmap sangat baik digunakan untuk merepresentasikan gambar yang sangat
kompleks dan detail. Tetapi kekurangannya adalah ukuran filenya tergantung dari ukuran gambar
dan resolusinya. Jika file bitmap diperbesar maka ketajaman gambar akan berkurang.
2) Vektor
Berbeda dengan bitmap, vector grafik merepresentasikan gambarnya tidak dengan menggunakan
pixel, tetapi dengan kurva dan garis yang didefinisikan dalam persamaan matematis yang disebut
vector.
Vector grafik ukuran gambar tidak mempengaruhi ukuran file. Jika gambar diperbesar maka
ketajamannya tetap sama dengan sebelumnya. Ukuran file dari gambar vector grafik dipengaruhi
oleh kompleksitas dari persamaan vector yang digunakan. Kekurangan dari vector grafik tidak
mampu menampilkan secara detail dari kompleks.

2. Imposisi
Imposisi system elektronik penyusunannya secara digital. Penggunaan sistem ini hampir tidak ada
kelemahannya, kecuali jika menggunakan sumber daya manusia yang kurang kompeten.
Imposisi elektronik membutuhkan waktu yang relatif singkat karena penyusunannya secara digital,
seandainya ada kesalahan penggabungan yang kurang sesuai bisa diedit secara cepat.
Pengecekannya juga dapat dilihat langsung dilayar monitor. Ketepatan cetaknya dapat dipastikan
register karena dikerjakan secara digital.
pada imposisi elektronik penggabungan halaman full colour dengan hitam putih tidak berbeda dan
mudah untuk dikerjakan. Software yang sering digunakan untuk melakukan imposisi seperti
QuarkXtension, DK&A Imposition, Impose (Barco), Signastation (Heidelberg), dan lain-lain.

3. Membuat Proof Image


a. Konvensional
Pekerjaan proof pelat cetak lebih sering disebut dengan istilah konvensional proofing, yaitu
Progresive Proof atau manual proof yang proses proof cetaknya dilakukan dengan menggunakan
sistem cetak offset dengan bentuk yang lebih sederhana (hampir sama seperti mesin offset
sebenarnya).
Progressive proof adalah suatu proses proof cetak yg dilakukan menggunakan sistem cetak offset
dlm bentuk yg lebih sederhana dan manual sebagai panduan warna percetakan digunakan selama
alur kerja kita masih menggunakan imagesetter (CtF) dilakukan satu per satu seperti pada
percetakan menggunakan mesin satu warna.
Kondisi alat proof cetak saat ini semakin lama semakin kurang optimal oleh karena mesin tersebut
sudah lama tidak diproduksi lagi. Selain itu terdapat bebarapa kelemahan proof cetak konvensional,
sebagai berikut:
1) Dilakukan secara manual, sehingga sulit dicapai standard mutu cetak yang baik.
2) Memiliki permasalahan pada kerataan tinta pada seluruh bidang cetak.
3) Tidak adanya kestabilan warna, sehingga tiap lembar memiliki warna yang berbeda.
4) Kurang efesien, karena masih memerlukan faktor separasi.
5) Memerlukan ruangan yang cukup besar.
6) Memerlukan biaya operasional yang besar, karena memakai bahan baku pelat, kertas, tinta,
chemical dan memerlukan banyak operator.
7) Warna suatu gambar akan dipengaruhi warna dominan di sekitarnya

Kelebihan Progressive Proof


1) Lebih 'aman' dijadikan contract proof karena saat produksi jg menggunakan separasi yg sama
2) Simulasi utk hasil cetak sebenarnya lebih mendekati karena sama2 menggunakan komponen
cetak yg sama
3) Untuk warna khusus yg sangat mirip sesuai produksi akhir sehingga biaya cukup mahal

Ketika warna hasil progresive proof yg pertama tidak sesuai pengulangan tsb biasa dilakukan dgn
cara mengganti film separasinya dan mengedit digital filenya terlebi dahulu kedua, tetap
menggunakan film yg sama, namun jumlah tintanya diatur saat cetak progresive proof hal ini sangat
mudah dilakukan mengingat semua proses dilakukan secara manual

1) Jenis Mesin Proof Offset


Mesin proof offset terbagi menjadi beberapa jenis, hal ini disesuaikan dengan kemampuan jumlah
warna yang dapat dihasilkan. Jenis mesin proof ofset yang sering digunakan oleh industri adalah
sebagai berikut:
a) Mesin Proof Ofset 1 unit
b) Mesin Proof Ofset 2 unit
c) Mesin Proof Ofset 4 unit
2) Cara Kerja Mesin Proof Offset
Cara kerja mesin ini hampir sama dengan mesin cetak offset yang sesungguhnya. Pelat cetak
diletakkan secara horizontal pada meja penempatan pelat. Sedangkan kertas sebagai bahan yang
akan diproof diletakkan di meja penempatan kertas. Ketika proses proof dilakukan, maka pada
bagian blanket akan berjalan menyentuh pelat dan kertas. Terdapat rol-rol tinta yang berfungsi untuk
mendistribusikan tinta ke pelat cetak yang kemudian diteruskan ke blanket untuk dicetakan ke
kertas. Proses pencetakannya adalah dengan maju mundurnya bagian rol pembawa tinta dan rol
distribusi tinta untuk memberikan penintaan pada pelat cetak. Selanjutnya tinta akan menyetuh
bagian image dari pelat cetak. Pada bagian image yang terkena tinta tersebut akan terbentuk pada
blanket yang kemudian dari blanket dicetakan ke kertas.

b. Digital Colour Proofing


Digital proofing memungkinkan warna hasil cetak dapat disimulasi sedekat mungkin dengan hasil
digital proofing. Warna pada digital proofing sebuah Reprohouse mengacu pada warna progressive
proof dimana batas kertas pada progressive proof terbatas pada artpaper. HVS atau kertas koran
yang belum tentu sama dgn kertas sebenarnya saat cetak. Jika digital proofing ingin digunakan
sebagai panduan warna, maka digital proofing harus menggunakan RIP Color Management dan
dikalibrasi dgn benar digital proof dapat disebut juga dengan photographic proof. Haltersebut
disebabkan karena adanya perkembangan dari database electronic pada photographic bahan cetak
berwarna. Proof secara digital dapat dihasilkan dari image berwarna yang diambil dari perangkat
scanner dan kamera digital, maupun hasil imposisi yang dikerjakan pada komputer. Beberapa tujuan
dilakukannya digital proofing sebagai berikut:
1) Design Proof/Content Proof
Sebagai proof awal yang digunakan oleh seorang desainer untuk memperlihatkan konsep dan isi
desainnya.
2) Contact Proof
Dipergunakan oleh desain grafis sebagai lampiran atas kesepakatan pekerjaan dengan
pemilik/pembeli.
3) Page Proof/Form Proof
Proof yang dibuat oleh pihak percetakan dan dipakai sebagai panduan reproduksi akhir. Biasa
diperlukan untuk keperluan control dari pressroom. Pada form proof, dapat dilihat semua halaman
sesuai area dari cetakan. Pada form proof ini bias ditemukan tanda-tanda untuk keperluan produksi,
seperti misalnya Color Bar, Auto register Mark, Cutting Mark.
4) Imposition Proof
Imposition proof dipakai oleh percetakan sebagai panduan posisi cetak, agar imposisi halaman
sesuai dengan sitem penjilidan dan penempatan gambarnya tidak ada yang terbalik atau keliru.

1) Proses Penintaan
Pada umumnya sekarang ini berkembang perangkat digital proofing yang menggunakan teknologi
dye sublimation atau inkjet. Pada printer berteknologi dye sublimation bekerja memanfaatkan proses
sublimasi, yaitu perubahan dari benda padat langsung menjadi gas. Nama lain dari priner ini adalah
Dye Diffusion Thermal Transfer yang menunjukkan adanya proses pemanasan untuk
mentransferkan dye (pewarna) ke kertas. Printer dye sublumination memerlukan dua meterial
khusus, yakni film donor atau transfer roll ribbon, umumnya dalam bentuk gulungan plastik dengan
bidang warna yellow, magenta, dan cyan. Proses pencetakan dimulai dengan warna pertama
dimana film donor akan dipanaskan oleh kepala pencetak dengan resolusi 300 dpi yang
menyebabkan dye padat dari film donor menguap, kemudian menyerap ke kertas receiver, dan
menjadi padat kembali. Semakin tinggi panas yang diberikan akan semakin tebal pula warna yang
didifusikan ke kertas. Selesai dengan warna pertama, kertas akan ditarik mundur untuk melakukan
pencetakan warna kedua dan demikian seterusnya.
Printer ini memiliki keunggulan utama yang tidak dimiliki oleh printer lainnya, karena merupakan
satu-satunya printer yang mampu menghasilkan reproduksi dalam bentuk continous tone. Pada dye
sublimination pencampuran tersebut berlangsung secara difusi, sehingga warna-warna memang
menyatu. Karenanya meski bekerja dengan resolusi 300 dpi, printer ini mampu menghasilkan
cetakan dengan mutu yang setara cetakan foto.

2) Jenis-Jenis Printer untuk Proofing


Terdapat beberapa jenis printer yang dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan proofing. Hal
tersebut disesuaikan jenis dan image pekerjaannya. Apabila pekerjaan yang akan diproof adalah
hitam putih, maka sebaiknya menggunakan printer hitam putih. Tetapi bila modelnya berwarna,
maka lakukan print menggunakan printer berwarna. Jenis perangkat proofing yang dapat digunakan
adalah sebagai berikut:
a) Laser Printer
Laser printer terdiri dari dua jenis, yaitu laser printer hitam putih dan laser printer berwarna. Apabila
proofing dilkukan untuk melihat kesesuai susunan, maka pergunakan laser printer hitam putih.
Tetapi bila susunan merupakan rancangan full color, maka sebaiknya menggunakan laser printer
berwarna.
b) Thermal Wax
Pada thermal wax proses pembentukan warna-warna berasal dari zat pewarna yang dilarutkan
dalam wax (lilin). Ketika proses pencetakan berlangsung, print head akan memanaskan lapisan lilin
berwarna pada film donor hingga meleleh dan berpindah ke kertas. Citra thermal wax dibentuk
dengan metode dithering (gabungan titiktitik). Dengan resolusi 300 dpi (yang dimilki oleh print head),
jelas mutu reproduksi dari printer thermal wax berada di bawah mutu printer laser atau printer inkjet.
Keunggulan printer thermal wax terletak pada daya tutup warnanya yang amat baik serta tidak
memerlukan kertas khusus sehingga sesuai untuk desain yang mengandung bidang solid, seperti
kemasan karton.
c) Inkjet
Pada printer inkjet dikenal istilah ink-on-demand, yaitu tinta hanya akan
disemprotkan pada bagian-bagian yang mencetak. Karena lebih murah dan sederhana, ink-on-
demand merupakan metoda yang umum digunakan pada printer inkjet. Pada metode ini terdapat
dua teknologi yang umum digunakan, yakni bubble jet atau thermal inkjet dan piezo eletric yang
diterapkan oleh Epson. Apabila digital proofing akan dioptimalkan untuk proses simulasi cetak ofset,
maka sebaiknya menggunakan RIP Color. Sehingga akan diperoleh detail yang mendekati sama
dengan hasil setelah pencetakan dengan mesin ofset.

4. Computer to Film dan Computer to Plate

3 Bentuk teknologi dasar didalam CTF dan CTP


Secara garis besar, terdapat 3 jenis mekanisme yang digunakan dalam imagesetter dan platesetter
untuk menghasilkan plat yang dipergunakan dalam offset printing, yaitu internal drum, external drum
dan flat bed imagesetter dan platesetter.
a. Penggunaan External Drum dalam imagesetter.
Pada proses ini, plat yang akan diberi image, diletakkan di luar drum. Plat diletakkan melingkar
mengelilingi sebuah silinder yang berputar. Dan terdapat sebuah (atau bisa beberapa) sumber laser
yang ditembakkan tegak lurus terhadap bidang permukaan silinder. Seiring dengan berputarnya
silinder yang memutar bidang plat, sumber laser bergerak tegal lurus dengan bidang putar silinder.
Ilustrasi pergerakan silinder, plat dan sumber laser dapat dilihat pada gambar berikut.
Kelebihan imagesetter dengan mengunakan prinsip external drum adalah :
· Optik / Sumber Laser berada sangat dekat dengan permukaan plat, sehingga mampu
mengurangi distorsi sinar laser.
· Karena optik / sumber laser berada di luar drum, maka dapat dimungkinkan untuk
penggunaan optik / sumber laser secara pararel dengan jumlah yang banyak. Hal ini dapat
mempercepat proses pembuatan plat pada imagesetter.

Namun, disamping kelebihannya itu, imagesetter yang cara kerjanya menggunakan prinsip eksternal
drum, masih mempunyai beberapa kelemahan. Karena silinder yang membawa plat tersebut
berputar, maka dimungkinkan dapat terjadi ketidakseimbangan image yang dihasilkan sebagai
akibat gaya sentrifugal.

b. Penggunaan Internal Drum dalam imagesetter


Untuk menghilangkan efek sentrifugal pada plat, dibuatlah desain internal drum. Konsep pembuatan
imagesetter dengan prinsip kerja seperti ini datang dari konsep film imagesetter. Sebuah plat yang
akan diberi image, diletakkan di dalam sebuah silinder. Sebuah sumber laser diletakkan di dalam
silinder yang bergerak searah sumbu silinder. Pada sumber laser terdapat sebuah cermin yang
mampu berotasi untuk memantulkan sinar laser ke bidang permukaan plat tegak lurus dari sumbu
silinder.
Sumber laser tersebut bergerak pelan searah sumbu silinder, namun cermin pemantul sinar
lasernya mampu bergerak sangat cepat dan dapat mencapai kecepatan 40.000 rpm. Untuk
mengurangi efek vibrasi dari getaran 40.000 rpm tersebut, beberapa perusahaan membuat cermin
pada imagesetter denngan menggunakan material yang berbahan dasar granit yang mempunyai
kelebihan solid, mempunyai geometri yang stabil dan mampu menghilangkan efek vibrasi. Plat yang
akan diberi image, diletakkan pada posisi diam dan yang bergerak adalah sumber lasernya.
Pada imagesetter model eksternal drum, untuk mempercepat proses pembuatan plat, maka
diletakkan lebih dari satu sumber laser. Namun dalam imagesetter model ini, hal tersebut tidak
dimungkinkan. Pada tahun 1997, "Luscher" memperkenalkan sistem "XPose!" untuk memberikan
solusi dari permasalahan tersebut. Pada sistem "XPose!" ini, Luscher mengganti bagian cermin
putarnya dengan menggunakan 64 dioda sumber laser. Sehingga dimungkinkan untuk pembuatan
plat secara cepat. Konsep ini didemonstarsikan oleh Fuji Film, ECRM dan Cymbolic Science.

c. Penggunaan Flat-Bed Design


Pada konsep ini, sebuah palt yang akan diberi image, diletakkan pada sebuah pidah datar. Sebua
sinar laser dipantulkan oleh cermin poligon secara perbaris.
Namun ada kelemahan pada prinsip kerja imagesetter dengan menggunakan konsep ini. Sinar laser
yang jatuhnya di ujung plat bagian luar akan mengalami distorsi dan akan menghasilkan dot yang
relatif lebih besar dibandingkan dengan dot yang dihasilkan oleh sinar laser pada bagian tengah
plat. Namun demikian, imagesetter model seperti ini sangat cocok digunakan untuk produksi koran-
koran yang lebih mengutamakan kecepatan.
RIP (Raster Image Processing)
Kepanjangan dari RIP adalah Raster Image Processing yang artinya sebagai penerjemah dari
bahasa PostScript ke dalam bentuk bitmap. Tidak semua data dapat dengan baik diterjemahkan
oleh RIP. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan RIP itu sendiri, konfigurasi platform yang dipakai
serta data file yang akan di-output. Setiap RIP memiliki fasilitas “preview” yang berfungsi untuk
pengecekan terakhir semua data sebelum dilakukan imaging ke film/plate/cetak. Setiap teknologi
RIP dari masing-masing proses vendor memiliki ke-mampuan yang berbeda-beda dan
membutuhkan ketentuan proses yang berbeda pula.
a. Proses RIP
Proses yang terjadi pada RIP terdapat 3 macam yaitu:
1) Interpretation
Interpretation adalah proses menerjemahkan data PostScript ke bentuk objek.
2) Rasterization
Rasterization adalah mengubah data objek kedalam bentuk raster.
3) Screening
Screening adalah mengubah data raster menjadi bitmap/ titik halftone. Pada proses Ripping, data-
data yang harus ditentukan adalah screen rulling, resolusi output, bentuk dot, sudut raster, warna
proses dan spot, emulsi up/down, dan lain-lain.

b. Teknologi RIP
Saat ini teknologi RIP terbagi atas 2 jenis, yaitu:
1) Berbasis PostScript
Berbasis PostScript artinya data yang diterima oleh RIP tersebut diolah menjadi data PostScript lalu
di-output.

2) Berbasis PDF(Portable Document Format)


Bebasis PDF artinya data yang diterima oleh RIP akan diolah kedalam bentuk PDF. Saat ini
kebanyakan teknology RIP yang digunakan adalah yang berbasis PDF karena selain lebih cepat
proses output-nya, PDF juga mendukung proses otomatisasi alur kerja dari prepress, press, dan
finishing dalam bentuk job ticket.

Istilah "Computer To Plate" menggambarkan suatu proses dalam pembuatan plate secara direct
imaging yang dikontrol oleh komputer dari data-data digital.
Sesuai dengan namanya, Computer To Plate (CTP) yang mempergunakan proses direct imaging,
proses pembuatan plat yang awalnya (secara konvensional) menggunakan film topografi, maka
dengan menggunakan CTP, image dapat dicetak ke plat secara langsung dari file komputer.
Secara umum, komponen yang dipergunakan dalam sistem Computer To plate ini ada 3 macam
a. Komputer
Komputer merupakan komponen utama dan juga merupakan komponen paling penting dalam alur
proses ( workflow) pembuatan plat dalam sistem CTP ini. Proses Imposisi, Raster Image Processor
(RIP) dan juga penyimpanan data dilakukan dengan menggunakan komputer.
b. Imaging System
Imaging System memegang peranan yang tidak kalah penting dalam proses Computer To Plate.
Transfer data digital dari komputer ke plat dilakukan oleh plat imagesetter dengan menggunakan
laser dengan daya dan panjang gelombang laser disesuaikan dengan sensitivitas permukaan plat.
c. Printing Plat
Komponen terakhir yang digunakan adalah plat. Saat ini, dapat dijumpai berbagai macam tipe plat
yang digunakan pada proses Computer To Plate ini. Namun tidak semuanya bisa dipergunakan
Karena harus disesuaikan dengan jenis imagesetter yang digunakan.
Alur kerja Ctp diawali dengan Input data yang terdiri dari Pengolahan teks, Layout, dan Pengolah
image.
Bagian Input pertama adalah pengolahan teks yaitu teks diedit dengan pengolahan bahasa yang
baik, lalu image diambil melalui scener (Input data). Setelah itu teks dan gambar disatukan dan
dibuat tata letak/Layout dengan baik.
Setelah data input selesai dikerjakan dan sudah siap untuk diproses selanjutnya seluruh bagian
input di kirim datanya ke bagian workstation untuk di imposisi untuk dijadikan sebagai dummy
sebelum di Proofing. Setelah data tersebut jadi pada workstation selanjutnya di color proofing untuk
dilihat hasil sementara apakah hasilnya sudah cocok dengan data pada workstation. Jika data
proofing sudah cocok dengan data workstation data yang sudah jadi (dummy) selanjutnya dibuat
plat pada mesin platesetter. Hasil akhirnya yaitu berupa plat yang siap cetak.

Kelebihan yang didapatkan dengan menggunakan Plate Platinum CtP:


a. Kualitas yang sangat tinggi
Thermal Plate CtP menghasilkan kualitas gambar dan ketajaman gambar yang sangat baik karena
merupakan first generation screen dot, yaitu pembentukan dot raster pada plate cetak langsung dari
laser. Derajat ketajaman dan kualitasnya tidak dapat dicapai dengan melalui Computer to Film (CtF).
Pada pembuatan plate konvensional, walau-pun dikerjakan dengan sangat hati-hati, tetap tak dapat
dihindarkan terjadinya Dot Loss pada raster dibawah 5% yang menyebabkan hilangnya ketajaman.
b. Mempercepat waktu produksi
Thermal Plate CtP menghasilkan gambar yang sangat presisi. Plate CtP sedemikian akurat dalam
hal register dan sangat bersih. Dengan menggu-nakan plate CtP, waktu yang diperlukan untuk
persiapan produksi di mesin cetak untuk pemasangan plate dan pencarian register menjadi lebih
singkat. Selain itu tidak diperlukan korektor plate.
Berbeda dengan plate konvensional dimana gambar yang timbul dari hasil expose film
memungkinkan terjadinya pergeseran yang mengakibat-kan terjadinya miss-register, serta timbulnya
kotoran yang tidak diinginkan efek dari film scratching dan debu. Akibat hal tersebut proses
persiapan produksi di mesin cetak mema-kan waktu untuk menepatkan gambar/register, serta
membersihkan plate dari kotoran yang tidak diinginkan (korektor plate) untuk menjaga kualitas dan
kebersihan hasil cetakan.
c. Mempercepat waktu persiapan (pracetak) dengan Imposition software
Anda memangkas waktu yang digunakan untuk mempersiapkan data digital anda untuk diserahkan
ke repro film karena di Platinum CTP, anda cukup menyerahkan data digital anda, kami yang
mempersiapkannya untuk menjadi plate siap cetak. Kami menggunakan software imposisi yang
sangat membantu pengolahan data digital anda untuk menghasilkan layout halaman yang
terintegrasi dengan sistem finishing/penjilidan yang anda inginkan.
Pada repro konvensional, anda harus melaku-kan imposisi/layout di aplikasi yang anda gunakan
untuk desain. Imposisi secara konvensional ini beresiko karena file yang diputar untuk menye-
suaikan layout halaman seringkali memunculkan problem, semisal gambar yang tidak ikut terputar,
teks terpotong atau hilang, dan problem lainnya. hal ini tidak akan terjadi apabila menggunakan
software yang spesial untuk pekerjaan imposisi/
layout.
d. Menggunakan Thermal Plate
Plate yang dibuat di Platinum CTP mengguna-kan jenis plate thermal. Keunikan dari plate ini adalah
tidak peka terhadap cahaya melainkan terhadap panas yang dikeluarkan oleh gelombang cahaya
tertentu. Karena tidak peka terhadap cahaya, plate thermal dapat ditangani langsung diruang
terbuka tanpa harus menggunakan lampu pengaman seperti jenis plate lain.
Keunikannya yang lain adalah emulsinya yang besifat binary, artinya image baru akan terbentuk
setelah melewati nilai threshold tertentu. Dibawah nilai threshold yang ditentukan gambar tidak akan
terbentuk. Hal ini berarti plate hermal tidak me-ngenal istilah over exposed atau under exposed.
Saat ini plate thermal diakui merupakan plate terbaik untuk mereproduksi gambar.
e. Dukungan GMG Color Proofing
Plate yang dibuat di Platinum CTP dilengkapi dengan Color Proofing yang dicetak dengan Hi Quality
Color Plotter menggunakan Software GMG Color Proffing. Hasil proof ini akan menunjukkan
kwalitas dari file yang ada print, dan dapat menjadi acuan anda dalam mencetak dengan akurasi
yang tinggi sehingga menghindari ketidaksesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang
tercetak.
f. Efisiensi waktu dan biaya
Hal yang sangat krusial dalam produksi cetak adalah efisiensi waktu dan biaya. Teknologi baru dan
canggih sekalipun tidak akan berguna apabila tidak menyajikan hal ini sebagai competitive
advantage.
Plate yang dibuat di Platinum CTP memenuhi kriteria ini. Plate yang bersih dan presisi memu-
dahkan penyetelan register di mesin. Dukungan Color Proffing memudahkan pencarian warna dan
perataan tinta. asilnya adalah waktu persiapan lebih singkat dan kertas waste/inchiet berkurang
drastis.

Inilah daftar masalah yang patut diperhatikan dan diwaspadai pada saat tahap Prepress
berlangsung:
a. Missing Font
Hal ini terjadi apabila kita memilih/memakai font yang tidak terdefinisi oleh printer postscript. Atau
font yang digunakan tidak ikut dicopy ke disc saat di bawa ke percetakan (apabila kita mendesain
sendiri halaman publikasi-kemudian dikirim ke percetakan), sedangkan di percetakan font tersebut
tidak tersedia. Untuk itu, copy-lah font tersebut atau di-convert terlebih dahulu dalam desain artwork
sebelum diserahkan ke percetakan / tempat pembuatan film. Usahakan sebelum meng-convert
dokumen artwork dalam proses prepress, save-lah terlebih dahulu format teks aslinya secara
terpisah sebagai dokumen cadangan.
b. Wrong file format
Artwork cetak biasanya menggunakan format file .TIFF atau .EPS untuk gambar. Sehingga kalau
Anda mendefinisikan file gambar Anda ke JPEG atau GIF dan lainnya untuk keperluan cetak offset,
maka warnanya tidak akan sesuai dengan hasil cetak dan kualitas pixel (unsur terkecil dari gambar
digital) akan rusak. Format tiff berukuran sangat besar, dan akan menjadi kendala jika pengiriman
harus dilakukan by email. Tapi bagaimanapun juga hindari mengirimkan gambar dalam format jpg
atau gif .
c. Incorrect page setting or Page Set-up
Gunakan set-up halaman sesuai ukuran yang diperlukan. Jangan lupa diingat, untuk cetakan seperti
brosur, undangan dan sejenisnya, sisi-sisinya akan dipotong dengan mesin potong kertas, jadi
jangan lupa menambahkan luas area design beberapa milli lebih besar dari area cetak. Output
harus selalu dibuat dalam ukuran sebenarnya, hanya resolusinya saja yang disesuaikan sesuai
penggunaan.
d. Missing graphics. or graphic not linked
Jika anda mengirimkan file dalam format Freehand, PageMaker atau Quark Express, Anda tetap
harus mengcopy file gambar Anda ke dalam disk yang Anda kirim ke percetakan atau tempat
pembuatan film (repro), karena jika tidak gambar yang anda insert dalam artwork anda tidak akan
muncul di komputer yang lain.
e. Resolution
Resolusi adalah tingkat kecerlangan (dpi, dot per inch, pixel per inch) pada gambar. Terlalu tinggi
resolusi akan menyebabkan hasil yang tidak maksimal dan berlebihan sehingga memboroskan tinta.
Sementara resolusi yang didefinisikan terlalu rendah akan menyebabkan gambarnya pecah atau
kabur. Untuk cetak offset seperti brosur, iklan koran, majalah, dll, besaran dpi-nya minimal 300 dpi.
Sedangkan cetak digital untuk keperluan outdoor (baliho, billboar, spanduk dll) bisa menggunakan
32 dpi sampai 100 dpi tergantung ukuran medianya. Untuk backdrop yang biasa dilihat dalam jarak
relatif dekat sebaiknya menggunakan resolusi tidak kurang dari 72 dpi, tapi untuk billboard ukuran
bisa menggunakan resolusi 32 dpi.
f. Incorrect colours
Karena unsur warna yang digunakan monitor (komputer) berbeda dengan unsur warna cetak
(percetakan) maka sering terjadi hasil cetak yang meleset warnanya. Hal ini harus kita pahami,
karena komputer grafis menggunakan unsur warna sinar Red, Green, Blue (RGB Color). Sementara
percetakan menggunakan unsur warna tinta Cyan, Magenta, Yellow, Black (CMYK Color). Jadi kita
harus menggunakan warna CMYK apabila kita ingin membuat artwork cetak. Kalau sudah terlanjur
menggunakan RGB, maka rubahlah kedalam format warna CMYK.
g. Make the Black color as a special one
Sebaiknya tidak menggunakan warna selain hitam untuk mewarnai teks (apalagi huruf kecil2) atau
garis outline pada arwork yang anda buat. Ini untuk mencegah teks/garis menjadi terlihat dobel
karena registrasi yang kurang presisi. Bila ada teks yang perlu direvisi pada saat2 terakhir sebelum
dicetak, anda hanya perlu mengganti selembar film saja pada warna Black-nya, tidak perlu
mengganti 3 lembar lainnya (Cyan, Magenta dan Yellow).
h. Proofing
Sebelum dicetak, kita harus melakukan proofing untuk mengetahui contoh hasil cetak nantinya. Nah,
kalau kita mencetak hasil proofing dengan menggunakan printer selain printer laser atau color digital
printing, biasanya hasilnya akan meleset dari perkiraan. Sekarang sudah banyak printer warna
digital sampai ukuran A3+ sebagai sarana proofing sebelum naik cetak. Lebih baik lagi bila anda
membuat Progressive Proof untuk mengejar presisi warna yang cocok sesuai tuntutan kualitas yang
anda inginkan

Anda mungkin juga menyukai