Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

CTF ( Computer To Film )

GURU PEMBIMBING :
Mahfud Syaefudin,S.Pd.

DISUSUN OLEH :
1.Najwa Azzahra R. (19)
2.Novi Dyah S. (21)
3.Putri Meydian K. (25)

KELAS XI DG 4
SMK NEGERI 11 SEMARANG
Tahun Pelajaran 2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT,
berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul
‘Computer To Film (CTF)’ dapat selesai.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas akhir semester
2 kelas XI dari Mahfud Syaifudin, S.Pd.pada bidang studi FRAC.
Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan
kepada pembaca tentang pengolahan limbah anorganik guna
mengurangi produksi limbah di masyarakat.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Mahfud
Syaifudin, S.Pd. selaku guru mata pelajaran FRAC. Berkat tugas yang
diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan
topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih
melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf
atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam
makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Semarang, 16 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Judul ……………………..…………………………………………i
Kata Pengantar ………..……………………………………………ii
Daftar Isi ………..…………………………………………………..iii
Materi Computer To Film (CTF) …………………………………...1
Latar Belakang
Pada zaman modern ini media media komunikasi sangat dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan tersebut
dapat berupa informasi maupun komunikasi melalui halnya media
cetak. Media cetak saat ini tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
sehari-hari. Mulai dari keperluan pribadi seperti sekolah, kuliah,
keperluan kantor hingga keperluan bisnis seperti periklanan pasti
membutuhkan proses cetak mencetak. Industri percetakan
merupakan salah satu industri yang berskala sangat variatif baik
dilihat dari sisi ukuran usaha, produk maupun prosesnya Pada tahun
2000 industri percetakan di indonesia berkembang maju. Masuknya
teknologi computer to plate (CTP) mulai menggeser computer to film
(CTF). CTP adalah alat untuk mencetak plate sedangkan CTF alat
untuk membuat film. Banyak idustri percetakan yang telah
menggunakan CTP dan mulai berdampak pada bisnisnya CTF. Sampai
sekarang banyak industri percetakan yang menggunakan CTP. Dan
saat ini percetakan besar di Indonesia sudah melengkapi peralatanya
menggunakan post press alat yang bisa digunakan untuk finishing
seperti cutting, binding, folding, stiching, embosing, dan lain-lain.
Sehingga percetakan menjadi bisnis nomer satu yang berkembang di
Indonesia . (percetakanku.co.id, diakses pada 16 Desember 2014)
Pasar konsumen di Semarang kini lebih memilih teknologi cetak
digital daripada teknologi konvensional dikarenakan cetak digital
lebih cepat dibandingkan dengan cetak konvesional yang masih
manual. Selain menggunakan alat cetak yang canggih perusahaan
juga harus mempunyai kemampuan ketepatan waktu, kualitas cetak
dan harga bersaing. Kemampuan disini adalah kesanggupan dalam
menjalankan sebuah usaha sehingga menjadi usaha yang semakin
berkembang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya usaha-usaha baru
dibidang percetakan. Meskipun sudah banyak orang yang membuka
bisnis percetakan, namun konsumen dan pasarnya semakin hari
semakin berkembang karena percetakan telah menjadi kebutuhan
pokok bagi personal, pemilik usaha, maupu kantor dan instansi.
(SuaraMerdeka.com, diakses pada 16 desember 2014) Di semarang
sudah banyak industri percetakan salah satunya adalah Percetakan
Lontar Media. Percetakan ini telah menggunakan alat CTP karena
CTP di nilai dapat mempercepat produksi cetak . Percetakan Lontar
Media adalah unit pelaksana teknis yang dimiliki Universitas PGRI
Semarang. Percetakan Lontar Media mempunyai beberapa bidang
percetakan, yaitu percetakan offset yang mencetak buku, brosur,
leaflet, poster, majalah, kartu nama, id card, kalender dan amplop.
Percetakan konvesional dan stationary yang mencetak kaos, jaket,
mug, paperbag, piagam,pin. Dan percetakan digital yang mencetak
MMT. Percetakan ofset terletak di jalan lamongan barat sampangan
sedangkan percetakan konveksi dan digital terletak dijalan lontar
berdekatan dengan Universitas PGRI semarang. Percetakan Lontar
Media memiliki letak yang jauh dari jalan raya yaitu berada dijalan
Lamongan Barat, Sampangan. Percetakan ini memiliki sumber daya
manusia yang cukup banyak, sumber daya manusia tersebut tidak
sebanding dengan jumlah orderan yang didapat percetakan Lontar
Media dalam satu bulan mendapatkan omzet bersih tiga puluh juta
rupiah sedangkan omzet yang diinginkan percetakan lontar media
dalam satu bulan adalah delapan puluh juta rupiah ke atas. Oleh
karena itu jumlah orderan yang didapat tidak sebanding dengan
sumber daya manusianya. Jumlah orderan yang sedikit itu
dikarenakan hanya menerima orderan dari universitas PGRI
Semarang. Percetakan Lontar Media belum diketahui oleh khalayak
luas kota Semarang, hanya dikenal dilingkungan Universita PGRI
Semarang. Oleh karena itu Percetakan Lontar Media ingin
memperluas pasar dan memenuhi kebutuhan cetak masyarakat.
Agar dikenal oleh masyarakat luas kota Semarang maka dibutuhkan
sarana untuk mengenalkan Percetakan Lontar Media kemasyarakat
dalam bentuk media promosi. Dengan adanya media promosi
diharapkan bisa membantu proses penyebaran informasi mengenai
jasa percetakan kepada masyarakat dengan segmentasi yang lebih
luas dengan lebih cepat sehingga menarik tingkat ketertarikan
masyarakat serta dapat memperluas pasar. 1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat disimpulkan dari latar belakang
1. Computer To Film

(CTF) Computer to film merupakan proses pencetakan dari komputer


ke film yang berisi citra, kemudianfilm tersebut menggunakan plate
burner ditransfer ke lithographic plate. Computer to film ( CTF )
adalah alur kerja pencetakan yang melibatkan pencetakan dari
komputer langsung ke film melalui imagesetter . Desain biasanya
dibuat dalam Adobe Illustrator atau CorelDRAW , namun mereka
juga dapat diproduksi di AutoCAD , Inkscape , dan banyak paket
perangkat lunak CAD , desain , dan penerbitan desktop berbasis
vektor lainnya . Untuk pencetakan multi-warna, gambar dipecah
menjadi beberapa lapisan yang mewakili masing-masing warna spot
atau warna proses CMYK , ini dapat dibagi secara manual oleh
perancang atau dipisahkan oleh perangkat lunak di imagesetter itu
sendiri. Setiap warna dibuat menjadi potongan film dan pelatnya
sendiri, bisa ada 12 warna atau lebih yang digunakan dalam satu kali
produksi, namun 1-6 warna adalah tipikal. Dari imagesetter, film
dibawa ke pembuat pelat, di mana film diletakkan di atas bahan pelat
fotopolimer . Vakum kemudian ditarik untuk memastikan kontak
yang erat antara pelat dan film, pelat kemudian disinari dengan Sinar
UV . Pelat kemudian dicuci dalam larutan pelarut, biasanya air, di
mana area yang tidak terpapar hanyut meninggalkan kelegaan .
Kemudian dikeringkan dan diberi paparan kedua dan terakhir tanpa
film untuk daya tahan. Pelat kemudian dapat dipasang ke offset , putar
atau flexographicmesin cetak siap mencetak produk. Pelat cetak dapat
menghasilkan 100.000 tayangan atau lebih sebelum menunjukkan
tanda-tanda keausan, setelah itu pelat baru dapat dibuat dari film
aslinya.Dengan kemajuan teknologi stabilisasi panas film poliester ,
film printer laser generasi baru memberikan registrasi gambar yang
sangat baik dan ketajaman untuk pekerjaan multi-warna.Komputer ke
film digantikan oleh teknologi computer to plate (CTP) yang lebih
canggih.

Alur kerja digital dalam industri grafika Workflow I (Computer to


Film) Proses alur kerja pracetak yang menggunakan imagesetter
output film. Input data berupa : Scanner, Digital Camera Photo CD,
Internet Data diolah dan dilayout melalui software photoshop,
freehand, page maker dll Dilakukan di PC/ Machintos OS Data yang
sudah lengkap tersebut dapat langsung dioutput ke imagesetter CtF
untuk mendapatkan film separasi Keterangan untuk input data yang
diambil dari internet biasanya dalam bentuk JPEG (format kompresi)
karenanya filenya menjadi sangat kecil dan resolusi rendah sehingga
tidak direkomendasi untuk produksi cetak karena kualitasnya akan
kurang baik (hanya untuk output printer biasa). Untuk melihat warna
dan mengecek kelengkapan data biasanya dilakukan melalui proof
konvensional. Workflow II (Computer to Plate) Proses input data
dilakukan seperti workflow I, yang berbeda proses outputnya yang
berupa platesetter (CtP) menjadi pelat yang siap dicetak. Untuk
melihat hasil cetak, sebelum final adalah melalui digital proofing.CTF
mulai diganti dengan yang lebih maju yaitu teknologi CTP (Computer
to Plate).
Computer to Film 
Secara garis besar, terdapat 3 jenis mekanisme yang digunakan dalam
imagesetter dan platesetter
untuk menghasilkan plat yang dipergunakan dalam offset printing, yai
tu internaldrum, external drum dan flat bed imagesetter dan
platesetter.a. Penggunaan External Drum dalam imagesetter.Pada
proses ini, plat yang akan diberi image, diletakkan di luar drum. Plat
diletakkanmelingkar mengelilingi sebuah silinder yang berputar. Dan
terdapat sebuah (atau bisa beberapa) sumber laser yang ditembakkan
tegak lurus terhadap bidang permukaan silinder.Seiring dengan
berputarnya silinder yang memutar bidang plat, sumber laser bergerak
tegallurus dengan bidang putar silinder. Ilustrasi pergerakan silinder,
plat dan sumber laser dapatdilihat pada gambar berikut.Kelebihan
imagesetter dengan mengunakan prinsip external drum
adalah :· Optik / Sumber Laser berada sangat dekat dengan permukaa
n plat, sehingga mampumengurangi distorsi sinar
laser.· Karena optik / sumber laser berada di luar drum, maka dapat di
mungkinkan untuk penggunaan optik /
sumber laser secara pararel dengan jumlah yang banyak. Hal inidapat
mempercepat proses pembuatan plat pada imagesetter. Namun,
disamping kelebihannya itu, imagesetter yang cara kerjanya
menggunakan prinsipeksternal drum, masih mempunyai beberapa
kelemahan. Karena silinder yang membawa plat tersebut berputar,
maka dimungkinkan dapat terjadi ketidakseimbangan image yangdiha
silkan sebagai akibat gaya sentrifugal. b. Penggunaan Internal Drum
dalam imagesetterUntuk menghilangkan efek sentrifugal pada plat,
dibuatlah desain internal drum.Konsep pembuatan imagesetter dengan
prinsip kerja seperti ini datang dari konsep filmimagesetter. Sebuah
plat yang akan diberi image, diletakkan di dalam sebuah
silinder.Sebuah sumber laser diletakkan di dalam silinder yang
bergerak searah sumbu silinder. Padasumber laser terdapat sebuah
cermin yang mampu berotasi untuk memantulkan sinar laserke bidang
permukaan plat tegak lurus dari sumbu silinder.Sumber laser tersebut
bergerak pelan searah sumbu silinder, namun cermin pemantulsinar
lasernya mampu bergerak sangat cepat dan dapat mencapai kecepatan
40.000 rpm.Untuk mengurangi efek vibrasi dari getaran 40.000 rpm
tersebut, beberapa perusahaanmembuat cermin pada imagesetter
denngan menggunakan material yang berbahan dasargranit yang
mempunyai kelebihan solid, mempunyai geometri yang stabil
dan mampumenghilangkan efek vibrasi. Plat yang akan diberi image,
diletakkan pada posisi diam danyang bergerak adalah sumber
lasernya.Pada imagesetter model eksternal drum, untuk mempercepat
proses pembuatan plat,maka diletakkan lebih dari satu sumber laser.
Namun dalam imagesetter model ini, haltersebut tidak dimungkinkan.
Pada tahun 1997, "Luscher" memperkenalkan sistem"XPose!" untuk
memberikan solusi dari permasalahan tersebut. Pada sistem "XPose!"
ini, CTF computer to film
proses pembuatan image pd film (lgsng dr file komputer)
Semua data digital dikonversi ke lembaran film,
dengan mengunakan alat :
image setter
four separation film.

5 Alasan CTF Competition adalah Ajang Kompetisi


Bergengsi bagi Para Hacker
CTF adalah akronim bahasa inggris dari Capture The Flag.
Sebagaimana namanya, CTF Competition adalah sebuah ajang
kompetisi dan game bergengsi dalam bidang komputer dan hacking
untuk beradu cepat dan banyak dalam men-capture the flag, alias
mendapatkan sekian flag yang sudah disediakan dan disembunyikan
oleh panitia penyelenggara di dalam sebuah kode pemrograman atau
dalam sebuah file. Biasanya, flag yang disembunyikan berupa string
atau kumpulan karakter yang terdapat dalam string flag{}, misalnya,
flag{01_INI_4D4L4H_FL@G_P3RT4M4_K4MU!}.

Jenis CTF yang umum diselenggarakan hanya ada tiga, yakni


Jeopardy, Attack-Defense, dan Mixed. Pada CTF jenis Jeopardy, misi
para peserta hanya mencari dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya
flag yang sudah disembunyikan agar mendapat poin terbanyak. Untuk
jenis Attack-Defense, tiap tim diberikan sebuah sistem yang harus
dijaga keamanannya, sementara mereka juga harus mengumpulkan
sebanyak-banyaknya flag dengan cara menyerang sistem tim lain.
Kalau Mixed ya berarti gabungan Jeopardy dan Attack-Defense.Awal
mula kompetisi ini berasal dari pelatihan keamanan siber di
DEFCON, konferensi keamanan siber terbesar di negeri Paman Sam
pada tahun 1993 lalu. Hingga sekarang, CTF competition banyak
diselenggarakan baik secara lokal, nasional, bahkan internasional agar
memudahkan untuk menemukan dan memetakan para hacker yang,
konon katanya, suka ngumpet di bawah kolong meja alias sulit
dilacak keberadaannya. CTF biasanya dikerjakan secara berkelompok,
antara 4-5 orang atau tim.Akan tetapi sekarang, di mana dunia hampir
menjadi virtual, apalagi saat ini krisis pandemi global belum berakhir,
CTF competition banyak diselenggarakan secara daring, dan kabar
baiknya juga bisa dikerjakan secara individual. Jadi, pada waktu yang
sudah ditentukan, para peserta bisa langsung mengakses sistem yang
sudah disediakan berikut dengan soal-soal yang harus dikerjakan,
sehingga bisa langsung berkompetisi di rumah masing-masing hanya
bermodalkan laptop dan internet!Mungkin, sebagian kita yang kurang
begitu paham dengan dunia per-hacking-an bertanya-tanya, “Apakah
aku bisa ikutan game ini?”, “Dunia hacking itu seperti apa?”,
“Bagaimana dan dari mana mulai belajar hacking?”, “Apakah untuk
bisa jadi seorang hacker harus berotak encer?”, atau mungkin
berdecak kagum, “Wah, gileee, dia ikutan CTF, berarti dia jenius!”,
“Awas, ada hacker jahat!” dan seterusnya, dan seterusnya.

Kesimpulan
computer to film (CTF). CTP adalah alat untuk mencetak plate
sedangkan CTF alat untuk membuat film. Banyak idustri percetakan
yang telah menggunakan CTP dan mulai berdampak pada bisnisnya
CTF. Sampai sekarang banyak industri percetakan yang
menggunakan CTP. Dan saat ini percetakan besar di Indonesia sudah
melengkapi peralatanya menggunakan post press alat yang bisa
digunakan untuk finishing seperti cutting, binding, folding, stiching,
embosing, dan lain-lain. Sehingga percetakan menjadi bisnis nomer
satu yang berkembang di Indonesia . (percetakanku.co.id, diakses
pada 16 Desember 2014 ).

Anda mungkin juga menyukai