Abstrak
1
PRINTING TECHNOLOGY DEVELOPMENT
AFTER THE CTF ERA
Abstract
2
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI CETAK
SETELAH ERA CTF
A. LATAR BELAKANG
Saat ini perkembangan percetakan di Indonesia, khususnya di Bali sudah
sangat berkembang dengan pesat, hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan tenaga
seorang desainer grafis sudah semakin berkembang baik itu kebutuhan dari
masyarakat secara personal, suatu bidang usaha, maupun instansi
pemerintahan/organisasi untuk menyampaikan suatu informasi.
Desainer grafis akan membuat suatu konsep yang nantinya digunakan
untuk membuat suatu rancangan produk. Sehingga ketika produk tersebut selesai
dirancang tidak menemui kendala saat memasuki proses cetak baik itu setak
dengan cara print digital, sablon, atau bahkan dengan menggunakan proses cetak
offset.
Namun yang terjadi saat ini adalah banyak desainer grafis yang
bermunculan dan memiliki suatu gagasan dalam desain yang sangat bagus, tetapi
tidak di iringi dengan sedikitnya pengetahuan akan grafis dan teknologi
reproduksigrafika. Hal ini menyebabkan sering terjadinya kesalahpahaman antara
desainer dengan percetakan mengenai hasil cetak dari desainnya tersebut. Karena
desainer tersebut memiliki pemikiran bahwa proses antara print digital dan proses
reproduksi grafika adalah sama.
Desainer juga berfikir bahwa mempelajari proses cetak yang lebih “kuno”
adalah hal yang tidak perlu dan tidak ada penting, dan sering diabaikan oleh
desainer tersebut. Sehingga ketika desainer tersebut harus mereproduksi desainnya
dengan menggunakan proses reproduksi grafika yang lebih kompleks, desainer
tersebut akan mengalami kesulitan dan bahkan terkadang harus “menyusun
ulang” file yang sudah siap proses tersebut.
3
Padahal pengetahuan desainer tentang percetakan dan proses cetak
sangatlah penting bagi desainer itu sendiri. Terdapat banyak teknik dan proses
cetak yang digunakan di Indonesia, salah satunya adalah Teknik Cetak CTF.
CTF merupakan kependekan dari Computer to Film merupakan salah satu
teknologi reproduksi yang merupakan awal percetakan modern di Indonesia, dan
merupakan cikal bakal dari grafika di Indonesia.Dalam penggunaan CTF terdapat
banyak sekali product – product yang dapat dihasilkan sepertiStamp, latterhand,
business card, brosur, product catalog, dll. Kesemua product tersebut tentunya
merupakan hasil dari penerapan CTF dengan menggunakan teknik cetak yang
disesuaikan kembali dengan proses dan bahan yang pergunakan untuk membuat
product – product tersebut. Selain itu, CTF yang sangat dinamis dan dapat
diaplikasikan lebih dari dua teknik cetak.Dan tentunya masih terdapat banyak
sekali hal – hal yang berpengaruh dengan proses cetak dan hasil cetakan dari
penggunaan CTF.
Terkait dengan pemaparan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk
membahas tentang teknik cetak CTF, yang meliputi tentang perkembangan
Teknologi Cetak Setelah Masuknya Era CTF, alur kerja, permasalahan yang
sering ditemui di teknik cetak CTF hingga penggunaan CTF pada teknik cetak
selain offset. Sehingga melalui pembahasan ini, dapat menambah pengetahuan
calon designer tentang proses dan teknik cetak yang ada, agar dapat mengurangi
permasalahan yang sering ditemui oleh para designer terkait hasil dan teknik
cetak.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Alur Kerja dari Proses Cetak CTF?
2. Permasalahan – Permasalahan apa yang sering terjadi dalam proses cetak
CTF?
3. Bagaimana pengolahan File digital yang sesuai dengan cetak CTF?
4
C. MATERI DAN METODE
Dalam pengumpulan data, penulis melakukan beberapa metode yang
digunakan.Seperti metode primer yang didalamnya terdapat beberapa metode
seperti metode wawancara yang langsung dilakukan penulis kepada perusahaan
dan beberapa customer tempat penulis melakukan study kasus, dan penggunaan
metode observasi seperti melakukan pengamatan secara langsung di PT.Empat
Warna Komonikasi selaku tempat penulis melakukan study kasus.
Selain melakukan metode pengumpulan data primer, penulis juga
melakukan pengumpulan data sekunder yang berupa kajian kepustakaan yang
menggunakan buku – buku referensi dan kajian internet.Pada pengumpulan data
sekunder ini, beberapa teori yang dipakai kajian berupa teori – teori DKV dan
Teknik Cetak.
5
menjadi 23 buah. 24 lainnya dimiliki warga asing (Belanda), sementara 86 lagi
dimiliki warga Tionghoa.
Tahun 1969
Pemerintah Belanda bekerja sama dengan Departemen Pendidikan &
Kebudayaan Indonesia mendirikan institusi pendidikan dan pelatihan SDM di
bidang grafis, Pusat Grafika Indonesia (Pusgrafin) di Jakarta. Antara tahun 1969-
1978, sekitar 2.000 orang mengikuti kursus composing, printing, binding, machine
maintenance, lay-out, management, dll.
Tahun 1992
Teknologi computer to film (CTF) masuk ke Indonesia. Awalnya hanya
percetakan-percetakan besar saja yang memilikinya. 1995, percetakan-percetakan
menengah dan kecil mulai mengadopsi. Hingga tahun 1997, penggunaan CTF bisa
dibilang sudah merata.
Tahun 2000
Masuknya teknologi computer to plate (CTP) mulai menggeser CTF dan
ikut berdampak pada menurunnya bisnis repro. Sampai sekarang kurang lebih
terdapat 70 mesin CTP di Indonesia. Dulu merek-merek yang terkenal untuk
mesin ini adalah Heidelberg dan AGFA. Sekarang sudah mulai banyak pemain
baru, seperti Screen, Scitex dan Basys Print.
Perkembangan terakhir di Indonesia
Saat ini percetakan besar di Indonesia sudah mulai mengadopsi teknologi
computer to press berupa direct imaging (memakai master) dan computer to print
(tanpa master) yang banyak menggunakan teknologi mesin digital printing. Salah
satu mesin cetak yang terkenal di kelas ini adalah HP Indigo. Bahkan percetakan-
percetakan kini sudah melengkapi peralatannya tidak hanya untuk urusan pre-
press, tapi juga post press (proses finishing seperti cutting, binding, folding,
stiching, embossing, dan lain-lain), sehingga percetakan menjadi bisnis one-stop
service yang makin berkembang.
6
2. CTF(Computer to Film)
CTF (Computer To Film), merupakan salah satu teknologi reproduksi
grafika yang pada prinsip penggunaan CTF ini adalah file desain yang sudah ter-
imposisi diproses dengan mesin CTF dan pada outputnya menghasilkan pelat
yang berupa plastik yang berisikan separasi 4 warna dari file tersebut.
Setelah penemuan teknologi prepress terbaru yaitu CTP (Computer to
Plate), tidak membuat CTF kehilangan penggunaannya, tetapi masih
dipergunakan hingga saat ini.Salah satu penyebabnya adalah CTF yang bersifat
fleksibel dan tidak hanya bisa diaplikasikan kedalam plate saja, tetapi masih bisa
dipergunakan untuk keperluan mencetak dengan teknologi cetak yang lainnya.
Sablon/ cetak sharing merupakan salah satu teknik cetak yang masih
menggunakan Film sampai saat ini. Dimana dalam proses afdruk/ transfer dari
film ke screen. Selain itu, Film juga masih dipergunakan dalam proses pembuatan
stampel trodat dan kayu.
7
yang dipergunakan tanpa merubah ukuran desain tersebut. Terdapat 2 jenis
penyusunan halaman, yang pertama penyusunan dengan menerapkan dalam satu
CTF atau satu set CTF terdapat 1 halaman atau lebih yang sudah ter-imposisi
antara depan dan belakangnya, yang ke dua adalah pengelompokan antara
halaman yang mengandung color dengan color dan untuk side pasangannya
dikelompokan dengan side yang memiliki 1 warna atau memiliki warna raster.
Dan ketika selesai proses imposisi, selanjunya adalah memasuki tahapan
Rip-ing dan dalam proses ini file tersebut di kontak dan outputnya berupa
lembaran Film separasi dengan jumlah 4 buah warna dalam 1 set Warna yang
mewakili CMYK. Dalam tahapan ini antara penggunaan bahan cetakan yang
berhubungan dengan jenis kertas dan ketebalannya memiliki rasio warna yang
berbeda antara Film hasil CTF yang memakai bahan cetakan dengan bahan
glossypaper dengan mattepaper. Perbedaan yang dimaksud adalah rasio
perbandingan jumlah dot film percenti persegi yang memiliki tingkat kerapatan
yang berbeda – beda dan disesuaikan dengan pemilihan bahan cetakan.
Ketika memasuki tahap cetak masal, sebelumnya Film tersebut dikontak
separasi ataupun kontak 1 color yang disesuaikan dengan jenis film menjadi
lembaran plate.Dan dalam tahapan ini, Film tersebut sebelumnya di posisikan
secara manual ke dalam lembaran plate yang belum dikontak, dan disesuaikan
dengan gripper / pegangan dan jarak pada mesin yang dipergunakan. Setelah
memasuki proses imposisi secara manual ke dalam plate, berikutnya adalah
kontak Film ke plate dengan bantuan mesin. Proses ini hampir sama seperti proses
afdruk dalam ScreenPrinting/sabon atau pemindahan desain kedalam plate.
Hasil yang dikeluarkan adalah berupa lembaran plate yang sudah berisikan
desain yang sudah dikontak sebelumnya. Sehingga proses cetak masalpun bisa
dilakukan, dan dalam tahapan ini disesuaikan dengan jenis mesin dan juga jenis
dari desain itu sendiri seperti desain dengan 1 warna, 4 warna, dan 4 warna + 1
spot color.
Cetakan pun selesai dan tahapan selanjutnya adalah tahapan finishing
seperti cetakan dipotong, dilipat dan dijilid. Supaya terlihat rapi dan
8
mempermudahkan diantar ke klien, maka cetakan yang sudah di jilid selanjutnya
dipacking dan dikirimkan ke klien (Anne Dameira, 2008:86).
9
Gambar 2 Gambar yang kontras dan over kontras
(Sumber: dokumen pribadi/2015)
10
Raster adalah satuan warna dari putih sampai ke warna yang
ditandai dengan penggunaan persen warna 0% sampai 100%. Dalam
pengolahan file menjadi CTF minimal untuk raster warna adalah ±5 %.
Hal ini diakibatkan ketika proses kontak dari Film CTF ke plate, kualitas
dari semua elemen desain yang ada pada desain Film tersebut akan
mengalami penurunan kualitas. Sehingga ketika memakai raster color yang
terlalu tipis, maka dalam beberapa kasus raster color tersebut akan menjadi
tidak terlihat dan sering tidak dapat ditransfer dari Film ke Plate.
11
Gambar 5 Skintone
(Sumber: dokumen pribadi/2015)
12
Gambar 6 Trapping
(Sumber: dokumen pribadi/2015)
c. Ukuran
Setiap desain tentunya memiliki ukuran yang sudah ditentukan pada
awal perancangan suatu desain, tidak jauh berbeda dengan merancang suatu
desain. Dalam proses imposisi ke CTF, salah satu faktor utama penentuan
ukuran kertas dan proses keseluruhan cetak merupakan ukuran dari desain
itu sendiri. Sebagai pertimbangan dalam imposisi desain catalog dengan
ukuran A5, makan dalam proses imposisinya pada setiap 1 set Film aka
nada terdapat 8 halaman yang sudah tersusun antara halaman depan dan
belakangya.
Gambar 7 Imposisi
(Sumber: dokumen pribadi/2015)
13
5. Pengolahan File digital ke CTF
Dalam proses persiapan file ke CTF, file tersebut harus menggunakan
system warna CMYK yang merupakan warna dasar yang ada pada mesin cetak,
selain itu juga terdapat beberapa pengolahan file yang bisa dikatakan “spesial”
karena proses pengolahannya.
File tersebut akan menggunakan warna spotcolor bila dalam desain tersebut
hanya memakai warna bloking yang tidak ada raster dari semua warna yang ada,
atau dalam hal ini dalam satu warna mewakili satu warna saja. Sehingga dalam
proses CTF – nya semua warna tersebut harus dirubah ke warna CMYK saja dan
tidak mengandung warna separasi.
Yang kedua jika warna desain tersebut hanya satu warna saja tetapi
mengandung raster warna yang sama dengan warna 100% dari warna desain
tersebut, maka dalam proses CTF – nya kesemua warna dalam desain tersebut
akan dirubah menjadi warna Cyan atau Magenta atau Black. Sedangkan warna
dari raster warna desain aslinya juga dirubah sesuai dengan warna yang dipakai
pada 100% hasil warna spot – nya.
Pemberian jarak potong dan space dari jarak luar desain, akan sangat
berpengaruh. Jika suatu desain tidak memiliki margin ke dalam desain ketika
memasuki proses finishing maka beberapa elemen desain yang seharusnya ada
akan terpotong setengah atau akan ada bagian yang terpotong.
14
6. Permasalahan desain pada desainer
Sebagian besar, desainer belum terlalu paham dan seringnya melakukan
kesalahan yang menyebabkan beberapa desain bahkan harus di re-desain dan
disesuaikan lagi. Dan file yang dibawa oleh desainer tersebut secara umum
terdapat beberapa kekeliruan dari pengolahan file desain seperti resolusi yang
tidak sesauai, ukuran, dan komposisi dari layout dan bleeding. Selain itu juga
terdapat aturan khusus yang mengharuskan file tersebut dalam format CMYK.
Banyak kasus dilapangan dalam percetakan desainer/operator cetak selalu
memberitahukan kepada customer yang membawa desainnya sendiri untuk lebih
diperhatikan lagi beberapa hal yang tadi disebutkan diatas. Sehingga ketika file
tersebut dipaksakan untuk diproses, sering terjadi miss warna dan tidak kesesuaian
antara hasil cetakan dengan file di computer.
Bagi kita sebagai desainer, kita tidak hanya mempelajari satu teknik cetak
saja, tetapi berbagai teknik cetak dan salah satunya adalah CTF. Dan dari sana kita
dapat mempelajari berbagai hal penting dalam tahapan membuat desain dan juga
tahapan cetak sampai finishing.
Dan dalam beberapa teknik cetak tentunya memiliki beberapa
pertimbangan yang harus di perhatikan seperti pengolahan warna, gambar dan
tentunya ukuran yang harus diperhatikan.
Khusus untuk cetak CTF dan CTP, ada beberapa pertimbangan yang harus
dilakukan oleh desainer jika dalam reproduksi desain skala besar memakai teknik
tersebut, yang diantaranya adalah :
Dalam tahapan desain, hal yang pertama harus dilakukan oleh desainer
memperhatikan ukuran dan juga penambahan bleeding dan juga margin. Hal ini
sangat mempengaruhi product yang sudah jadi. Walaupun tidak tercetak dalam
media yang dipergunakan, tetapi dengan bantuan bleeding dan margin, kita akan
mengetahui jarak aman dari desain yang kita punyai dan setelah memasuki proses
potong baik itu image dan teks yang seharusnya terlihat atau terbaca jika tidak
memperhatikan bleeding dan margin sudah tidak mungki bahwa desain tersebut
akan terlihat “cacat”.
15
Dalam memakai ilustrasi dalam desain yang berbentuk image bitmaps dan
juga pemilihan ukuran dan jenis font, harus memperhatikan DPI (dot per inch)
dan juga skintone yang berhubungan dengan brightness and contrast apabila
menggunakan image berupa bitmaps, hal ini dikarenakan basic dari CTF yang
merupakan cetak transfer, yang dalam tahapannya harus ditransfer dari film ke
plate yang selanjutnya diproses ke cetak skala besar. Apabila tidak
memperhatikan hal yang detail tersebut akan mengakibatkan skintone dalam hasil
output di media akan mengalami miss-skintone.
E. SIMPULAN
Kebutuhan desainer grafis saat ini berkembang dengan sangat pesat. Mulai
dari personal, instansi maupun dengan masyarakat umum. Dengan adanya digital
print yang sedang populer saat ini, membuat desainer grafis kurang mengetahui
16
proses reproduksi grafika lebih lanjut. Terdapat banyak sekali teknologi
reproduksi grafika dan salah satunya CTF (Computer To Film).
CTF merupakan teknik reproduksi grafika yang menggunakan media film
sebagai transfer ke plate yang selanjutnya di reproduksi dengan skala besar.
Dalam tahapan reproduksi grafika CTF terdapat berbagai hal yang harus
diperhatikan seperti ukuran, warna, dan penggolahan ilustrasi yang berupa
bitmaps maupun vector, yang sangat menentukan kualitas cetakan dari
keseluruhan proses reproduksi grafika.Selain sebagai cetak offset, CTF juga dapat
diaplikasikan keberbagai teknik cetak. Hal ini dikarenakan sifat dari CTF yang
fleksibel dan mudah diaplikasikan.
17
DAFTAR SUMBER
Aisyah, Chairini. 2013. ukuran-ukuran kertas.
http://chairini.blogspot.co.id/2013/10/ukuran-ukuran-kertas.html. Diakses
tanggal 11 Nopember 2015. Pukul 16.23 WITA
Dameira, Anne. Basic Printing Panduan Dasar Cetak untuk Desainer dan
Industri Grafika.Jakarta:Link& Match Graphic.2008.
Kusrianto, Adi. Pengantar Desain Komunikasi Visual.Yogyakarta:Penerbit
ANDI.2007.
18