Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI CETAK

SETELAH ERA CTF

I Putu Ari Wiasta | 1260030001068,


Yohanes Kristian B.S | 1260030001068,
Yusuf Dimario G.H.B | 1260030001104

Abstrak

Perkembangan percetakan di Bali semakin pesat karena banyaknya pelaku


pariwisata dan pengusaha yang membutuhkan percetakan untuk membuat produk
dan membantu jasa mereka. Dengan pesatnya perkembangan percetakan di Bali,
banyak muncul desainer – desainer muda yang dapat membantu para pelaku
pariwisata dan pengusaha memenuhi kebutuhan mereka. Tetapi banyak desainer
muda yang sering tidak memperhatikan proses, dapat di lihat pada saat proses
cetak massal menjadi masalah. Dalam kesempatan kali ini kami akan membahas
perkembangan teknologi cetak setelah era CTF.CTF (Computer To Film) adalah
awal dari proses cetak di mana file desain yang kita buat di transfer melalui
komputer dan mulai proses editing.File yang telah jadi di ubah menjadi lembaran
film dengan bantuan proses CTF dan film tersebut digunakan sebagai panduan
mesin-mesin cetak massal. Pada reproduksi grafika desainer harus memperhatikan
resolusi, warna, font size, ukuran media, jenis kertas yang akan di gunakan dan
lain-lain yang terdapat dalam proses kita mendesain dan hal-hal di atas masih
kurang di perhatikan desainer muda masa kini, karena dalam proses CTF harus
memperhatikan proses reproduksi grafika sebelum mudai proses cetak.
Bagi desainer muda tidak hanya membuat desain yang bagus tetapi juga
memperhatikan pengolahan warna, gambar dan tentunya ukuran yang harus
diperhatiakan dan beberapa teknik cetak seperti CTF. Memiliki desain yang bagus
tetapi tidak enak dipandang ketika dicetak sama dengan percuma.

Kata Kunci : Teknologi Cetak, CTF

1
PRINTING TECHNOLOGY DEVELOPMENT
AFTER THE CTF ERA

I Putu Ari Wiasta | 1260030001068,


Yohanes Kristian B.S | 1260030001068,
Yusuf Dimario G.H.B | 1260030001104

Abstract

The development of printing in Bali has beengrowing because there are


many tourism agency and entrepreneur who needs printing to help their products
and services. Also there are many young designer who can help the tourism
agency and entrepeneur. But young designer often not paying attention on the
process. In this paper we would like to to discuss the evolution of printing
technology after CTF (computer to film) era. CTF is the beginning of printing
process where the design file that we made transferredto a computer and then
start the editing process. The file that we made, we turned it to a film with the help
of the CTF process. And then, the film is used as a guidance for the mass print.
On the graphic reproduction, designer must pay attention for the resolution,color,
font size, the media size, the kind of paper that we’re going to use, etc.
For the young designer, not only made a good design but they need to pay
attention on the color processing, images, and of course the size and printing
techniques like CTF. Having a good design but it doesn’t look good after being
printed, it’s useless.

Keywords : printing technology, CTF

2
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI CETAK
SETELAH ERA CTF

I Putu Ari Wiasta | 1260030001068,


Yohanes Kristian B.S | 1260030001068,
Yusuf Dimario G.H.B | 1260030001104

A. LATAR BELAKANG
Saat ini perkembangan percetakan di Indonesia, khususnya di Bali sudah
sangat berkembang dengan pesat, hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan tenaga
seorang desainer grafis sudah semakin berkembang baik itu kebutuhan dari
masyarakat secara personal, suatu bidang usaha, maupun instansi
pemerintahan/organisasi untuk menyampaikan suatu informasi.
Desainer grafis akan membuat suatu konsep yang nantinya digunakan
untuk membuat suatu rancangan produk. Sehingga ketika produk tersebut selesai
dirancang tidak menemui kendala saat memasuki proses cetak baik itu setak
dengan cara print digital, sablon, atau bahkan dengan menggunakan proses cetak
offset.
Namun yang terjadi saat ini adalah banyak desainer grafis yang
bermunculan dan memiliki suatu gagasan dalam desain yang sangat bagus, tetapi
tidak di iringi dengan sedikitnya pengetahuan akan grafis dan teknologi
reproduksigrafika. Hal ini menyebabkan sering terjadinya kesalahpahaman antara
desainer dengan percetakan mengenai hasil cetak dari desainnya tersebut. Karena
desainer tersebut memiliki pemikiran bahwa proses antara print digital dan proses
reproduksi grafika adalah sama.
Desainer juga berfikir bahwa mempelajari proses cetak yang lebih “kuno”
adalah hal yang tidak perlu dan tidak ada penting, dan sering diabaikan oleh
desainer tersebut. Sehingga ketika desainer tersebut harus mereproduksi desainnya
dengan menggunakan proses reproduksi grafika yang lebih kompleks, desainer
tersebut akan mengalami kesulitan dan bahkan terkadang harus “menyusun
ulang” file yang sudah siap proses tersebut.

3
Padahal pengetahuan desainer tentang percetakan dan proses cetak
sangatlah penting bagi desainer itu sendiri. Terdapat banyak teknik dan proses
cetak yang digunakan di Indonesia, salah satunya adalah Teknik Cetak CTF.
CTF merupakan kependekan dari Computer to Film merupakan salah satu
teknologi reproduksi yang merupakan awal percetakan modern di Indonesia, dan
merupakan cikal bakal dari grafika di Indonesia.Dalam penggunaan CTF terdapat
banyak sekali product – product yang dapat dihasilkan sepertiStamp, latterhand,
business card, brosur, product catalog, dll. Kesemua product tersebut tentunya
merupakan hasil dari penerapan CTF dengan menggunakan teknik cetak yang
disesuaikan kembali dengan proses dan bahan yang pergunakan untuk membuat
product – product tersebut. Selain itu, CTF yang sangat dinamis dan dapat
diaplikasikan lebih dari dua teknik cetak.Dan tentunya masih terdapat banyak
sekali hal – hal yang berpengaruh dengan proses cetak dan hasil cetakan dari
penggunaan CTF.
Terkait dengan pemaparan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk
membahas tentang teknik cetak CTF, yang meliputi tentang perkembangan
Teknologi Cetak Setelah Masuknya Era CTF, alur kerja, permasalahan yang
sering ditemui di teknik cetak CTF hingga penggunaan CTF pada teknik cetak
selain offset. Sehingga melalui pembahasan ini, dapat menambah pengetahuan
calon designer tentang proses dan teknik cetak yang ada, agar dapat mengurangi
permasalahan yang sering ditemui oleh para designer terkait hasil dan teknik
cetak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Alur Kerja dari Proses Cetak CTF?
2. Permasalahan – Permasalahan apa yang sering terjadi dalam proses cetak
CTF?
3. Bagaimana pengolahan File digital yang sesuai dengan cetak CTF?

4
C. MATERI DAN METODE
Dalam pengumpulan data, penulis melakukan beberapa metode yang
digunakan.Seperti metode primer yang didalamnya terdapat beberapa metode
seperti metode wawancara yang langsung dilakukan penulis kepada perusahaan
dan beberapa customer tempat penulis melakukan study kasus, dan penggunaan
metode observasi seperti melakukan pengamatan secara langsung di PT.Empat
Warna Komonikasi selaku tempat penulis melakukan study kasus.
Selain melakukan metode pengumpulan data primer, penulis juga
melakukan pengumpulan data sekunder yang berupa kajian kepustakaan yang
menggunakan buku – buku referensi dan kajian internet.Pada pengumpulan data
sekunder ini, beberapa teori yang dipakai kajian berupa teori – teori DKV dan
Teknik Cetak.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Sejarah Cetak di Indonesia
Sejak awal kemunculan percetakan di Indonesia, sudah banyak sekali
perubahan – perubahan yang terjadi mengenai fungsi dari mencetak itu sendiri. Di
Indonesia sendiri, perkembangan percetakan dimulai sejak tahun 1596 sejak
kedatangan bangsa Belanda yang terus berkembang hingga saat ini.Berikut
beberapa sejarah perkembangan percetakan di Indonesia dari tahun 1910 sampai
masuknya era CTP :
Tahun 1910
Di Jakarta terbit surat kabar nasional yang pertama, Medan Prijaji. Pabrik
kertas pertama, N.V. Pabrik kertas pertama, N. V. Papier Fabriek Padalarang,
dibangun di Padalarang dengan kapasitas produksi 9 ton per hari.
Tahun 1949
Di Jakarta hanya terdapat 2 mesin printing yang dimiliki oleh warga
pribumi. Percetakan milik warga asing hanya berproduksi untuk kepentingannya
saja. Jumlah perusahaan percetakan nasional (milik pribumi) di Jakarta meningkat

5
menjadi 23 buah. 24 lainnya dimiliki warga asing (Belanda), sementara 86 lagi
dimiliki warga Tionghoa.
Tahun 1969
Pemerintah Belanda bekerja sama dengan Departemen Pendidikan &
Kebudayaan Indonesia mendirikan institusi pendidikan dan pelatihan SDM di
bidang grafis, Pusat Grafika Indonesia (Pusgrafin) di Jakarta. Antara tahun 1969-
1978, sekitar 2.000 orang mengikuti kursus composing, printing, binding, machine
maintenance, lay-out, management, dll.
Tahun 1992
Teknologi computer to film (CTF) masuk ke Indonesia. Awalnya hanya
percetakan-percetakan besar saja yang memilikinya. 1995, percetakan-percetakan
menengah dan kecil mulai mengadopsi. Hingga tahun 1997, penggunaan CTF bisa
dibilang sudah merata.
Tahun 2000
Masuknya teknologi computer to plate (CTP) mulai menggeser CTF dan
ikut berdampak pada menurunnya bisnis repro. Sampai sekarang kurang lebih
terdapat 70 mesin CTP di Indonesia. Dulu merek-merek yang terkenal untuk
mesin ini adalah Heidelberg dan AGFA. Sekarang sudah mulai banyak pemain
baru, seperti Screen, Scitex dan Basys Print.
Perkembangan terakhir di Indonesia
Saat ini percetakan besar di Indonesia sudah mulai mengadopsi teknologi
computer to press berupa direct imaging (memakai master) dan computer to print
(tanpa master) yang banyak menggunakan teknologi mesin digital printing. Salah
satu mesin cetak yang terkenal di kelas ini adalah HP Indigo. Bahkan percetakan-
percetakan kini sudah melengkapi peralatannya tidak hanya untuk urusan pre-
press, tapi juga post press (proses finishing seperti cutting, binding, folding,
stiching, embossing, dan lain-lain), sehingga percetakan menjadi bisnis one-stop
service yang makin berkembang.

6
2. CTF(Computer to Film)
CTF (Computer To Film), merupakan salah satu teknologi reproduksi
grafika yang pada prinsip penggunaan CTF ini adalah file desain yang sudah ter-
imposisi diproses dengan mesin CTF dan pada outputnya menghasilkan pelat
yang berupa plastik yang berisikan separasi 4 warna dari file tersebut.
Setelah penemuan teknologi prepress terbaru yaitu CTP (Computer to
Plate), tidak membuat CTF kehilangan penggunaannya, tetapi masih
dipergunakan hingga saat ini.Salah satu penyebabnya adalah CTF yang bersifat
fleksibel dan tidak hanya bisa diaplikasikan kedalam plate saja, tetapi masih bisa
dipergunakan untuk keperluan mencetak dengan teknologi cetak yang lainnya.
Sablon/ cetak sharing merupakan salah satu teknik cetak yang masih
menggunakan Film sampai saat ini. Dimana dalam proses afdruk/ transfer dari
film ke screen. Selain itu, Film juga masih dipergunakan dalam proses pembuatan
stampel trodat dan kayu.

3. Alur kerja CTF (Computer to Film)


Alur kerja dari CTF sampai menjadi hasil cetak yang siap dipergunakan
oleh klien dan di distribusikan sesuai dengan pembagian pekerjaan tesebut sangat
bervariatif. Hal ini disesuaikan dengan jenis CTF dan penggunaannya serta berapa
set warna yang dipergunakan dalam i itu.
Tahap awal dari proses CTF adalah tentunya mempersiapkan desain, dan
sudah dilayout mulai dari gambar yang bersifat vector maupun bitmaps, dan teks
pada macintos atau pc. Dan dalam tahapan ini terdapat beberapa aturan yang harus
di ikuti dan disesuaikan dengan CTF dan proses kerja selanjutnya. Dimana aturan
tersebut adalah baik itu gambar yang bersifat vector dan bitmaps di convert ke
dalam warna CMYK yang merupakan acuan dasar dari cetak offset, selain itu juga
file yang di cetak ke CTF harus dalam format gambar CMYK. Di karenakan dalam
tahapan pengerjaannya setiap lembaran CTF mewakili 1 warna dari CMYK.
Setelah tahapan desain selesai, tahapan selanjutnya adalah menyusun
halaman desain bila file desain tersebut 2 sisi atau multipages. Pada tahapan ini,
penyusunan halaman di sesuaikan dengan besar atau ukuran dari media paper

7
yang dipergunakan tanpa merubah ukuran desain tersebut. Terdapat 2 jenis
penyusunan halaman, yang pertama penyusunan dengan menerapkan dalam satu
CTF atau satu set CTF terdapat 1 halaman atau lebih yang sudah ter-imposisi
antara depan dan belakangnya, yang ke dua adalah pengelompokan antara
halaman yang mengandung color dengan color dan untuk side pasangannya
dikelompokan dengan side yang memiliki 1 warna atau memiliki warna raster.
Dan ketika selesai proses imposisi, selanjunya adalah memasuki tahapan
Rip-ing dan dalam proses ini file tersebut di kontak dan outputnya berupa
lembaran Film separasi dengan jumlah 4 buah warna dalam 1 set Warna yang
mewakili CMYK. Dalam tahapan ini antara penggunaan bahan cetakan yang
berhubungan dengan jenis kertas dan ketebalannya memiliki rasio warna yang
berbeda antara Film hasil CTF yang memakai bahan cetakan dengan bahan
glossypaper dengan mattepaper. Perbedaan yang dimaksud adalah rasio
perbandingan jumlah dot film percenti persegi yang memiliki tingkat kerapatan
yang berbeda – beda dan disesuaikan dengan pemilihan bahan cetakan.
Ketika memasuki tahap cetak masal, sebelumnya Film tersebut dikontak
separasi ataupun kontak 1 color yang disesuaikan dengan jenis film menjadi
lembaran plate.Dan dalam tahapan ini, Film tersebut sebelumnya di posisikan
secara manual ke dalam lembaran plate yang belum dikontak, dan disesuaikan
dengan gripper / pegangan dan jarak pada mesin yang dipergunakan. Setelah
memasuki proses imposisi secara manual ke dalam plate, berikutnya adalah
kontak Film ke plate dengan bantuan mesin. Proses ini hampir sama seperti proses
afdruk dalam ScreenPrinting/sabon atau pemindahan desain kedalam plate.
Hasil yang dikeluarkan adalah berupa lembaran plate yang sudah berisikan
desain yang sudah dikontak sebelumnya. Sehingga proses cetak masalpun bisa
dilakukan, dan dalam tahapan ini disesuaikan dengan jenis mesin dan juga jenis
dari desain itu sendiri seperti desain dengan 1 warna, 4 warna, dan 4 warna + 1
spot color.
Cetakan pun selesai dan tahapan selanjutnya adalah tahapan finishing
seperti cetakan dipotong, dilipat dan dijilid. Supaya terlihat rapi dan

8
mempermudahkan diantar ke klien, maka cetakan yang sudah di jilid selanjutnya
dipacking dan dikirimkan ke klien (Anne Dameira, 2008:86).

Gambar 1 Proses Cetak


(Sumber: dokumen pribadi/2015)

4. Permasalahan yang sering dihadapi


Terdapat banyak sekali permasalahan yang sering dihadapi dalam
pembuatan CTF dan ketika hasil cetakan yang “berhasil” atau “tidak berhasil”
hanya dapat diketahui ketika cetakan tersebut selesai proses cetak. Berikut adalah
beberapa permasalahan yang sering terjadi :

a. Pengolahan Warna dan Gambar


Dalam pengolahan warna dan gambar terdapat beberapa hal yang
sering diabaikan ketika dalam proses pembuatan suatu desain yang
berhubungan dengan gambar yang diantaranya adalah kurangnya atau
tidak diperhatikan brightness dan contrast dari foto atau gambar yang
digunakan dalam suatu desain yang mengakibatkan ketika proses cetak
selesai, maka foto atau gambar ilustrasi yang dipakai akan terlihat lebih
buram atau bahkan menjadi over contrast yang membuat cetakan tersebut
menjadi kurang sesuai dan tidak “enak” untuk dilihat.

9
Gambar 2 Gambar yang kontras dan over kontras
(Sumber: dokumen pribadi/2015)

Berikutnya adalah tidak diperhatikannya LPI (Line per Inch) pada


gambar atau foto yang dipergunakan, walapun terlihat sepele penentuan
LPI akan sangat mempengaruhi gambar pada cetakan. Dan penggunaan
LPI pada setiap media kertas sangat berbeda seperti pada Koran
menggunakan 85 LPI, dan diatas kertas Artpaper 150 atau 175 LPI.

Gambar 3 DPI (Dot PerInch)


(Sumber: dokumen pribadi/2015)

10
Raster adalah satuan warna dari putih sampai ke warna yang
ditandai dengan penggunaan persen warna 0% sampai 100%. Dalam
pengolahan file menjadi CTF minimal untuk raster warna adalah ±5 %.
Hal ini diakibatkan ketika proses kontak dari Film CTF ke plate, kualitas
dari semua elemen desain yang ada pada desain Film tersebut akan
mengalami penurunan kualitas. Sehingga ketika memakai raster color yang
terlalu tipis, maka dalam beberapa kasus raster color tersebut akan menjadi
tidak terlihat dan sering tidak dapat ditransfer dari Film ke Plate.

Gambar 4 Raster 0% - 100%


(Sumber: dokumen pribadi/2015)

Skintone, merupakan salah satu permasalaha yang sering dihadapi


ketika Film di kontak ke Plate. Biasanya hal ini terjadi ketika dalam
penyinaran atau transfer dari film ke kontak yang waktunya kurang akan
berpengaruh terhadap kualitas warna bila desain dari Flim tersebut
merupakan film warna. Dan disinilah permasalahan yang paling umum
terjadi seperti hasil dari warna yang terlalu kontras atau gelap dan bahkan
tidak sesuai dengan warna aslinya.

11
Gambar 5 Skintone
(Sumber: dokumen pribadi/2015)

b. Pemilihan Font dan minimal size


Dalam pemilihan font dan minimal size-nya akan sangat
menentukan kualitas dan hasil cetakan. Yang mana ketika file tersebut
sudah di acc oleh klien dan memasuki proses cetak, pastikan font pada file
yang akan dicetak tersebut sudah di convert atau semua font yang
digunakan di simpan ke dalam satu folder dengan file desain tersebut. Hal
ini sangat berpengaruh dalam proses CTF, karena ada beberapa font yang
tidak default di sediakan oleh PC yang ada di RIPCTF dan kemungkinan
akan berubah jenis font-ya.
Minimal font yang dipakai pada desain adalah minimal 4 pt,
dikarenakan tingkat kejelasan dari font tersebut sudah mencapai tingkat
minimum di ukuran 4 pt, dan juga dalam proses cetak juga seringnya
terjadi misregister (trapping) sehingga akan mengakibatkan elemen yang
ada di sekitar font akan terlihat seperti ada bayangan.

12
Gambar 6 Trapping
(Sumber: dokumen pribadi/2015)

c. Ukuran
Setiap desain tentunya memiliki ukuran yang sudah ditentukan pada
awal perancangan suatu desain, tidak jauh berbeda dengan merancang suatu
desain. Dalam proses imposisi ke CTF, salah satu faktor utama penentuan
ukuran kertas dan proses keseluruhan cetak merupakan ukuran dari desain
itu sendiri. Sebagai pertimbangan dalam imposisi desain catalog dengan
ukuran A5, makan dalam proses imposisinya pada setiap 1 set Film aka
nada terdapat 8 halaman yang sudah tersusun antara halaman depan dan
belakangya.

Gambar 7 Imposisi
(Sumber: dokumen pribadi/2015)

13
5. Pengolahan File digital ke CTF
Dalam proses persiapan file ke CTF, file tersebut harus menggunakan
system warna CMYK yang merupakan warna dasar yang ada pada mesin cetak,
selain itu juga terdapat beberapa pengolahan file yang bisa dikatakan “spesial”
karena proses pengolahannya.
File tersebut akan menggunakan warna spotcolor bila dalam desain tersebut
hanya memakai warna bloking yang tidak ada raster dari semua warna yang ada,
atau dalam hal ini dalam satu warna mewakili satu warna saja. Sehingga dalam
proses CTF – nya semua warna tersebut harus dirubah ke warna CMYK saja dan
tidak mengandung warna separasi.
Yang kedua jika warna desain tersebut hanya satu warna saja tetapi
mengandung raster warna yang sama dengan warna 100% dari warna desain
tersebut, maka dalam proses CTF – nya kesemua warna dalam desain tersebut
akan dirubah menjadi warna Cyan atau Magenta atau Black. Sedangkan warna
dari raster warna desain aslinya juga dirubah sesuai dengan warna yang dipakai
pada 100% hasil warna spot – nya.
Pemberian jarak potong dan space dari jarak luar desain, akan sangat
berpengaruh. Jika suatu desain tidak memiliki margin ke dalam desain ketika
memasuki proses finishing maka beberapa elemen desain yang seharusnya ada
akan terpotong setengah atau akan ada bagian yang terpotong.

Gambar 8 Bleeding (Garis Potong)


(Sumber: dokumen pribadi/2015)

14
6. Permasalahan desain pada desainer
Sebagian besar, desainer belum terlalu paham dan seringnya melakukan
kesalahan yang menyebabkan beberapa desain bahkan harus di re-desain dan
disesuaikan lagi. Dan file yang dibawa oleh desainer tersebut secara umum
terdapat beberapa kekeliruan dari pengolahan file desain seperti resolusi yang
tidak sesauai, ukuran, dan komposisi dari layout dan bleeding. Selain itu juga
terdapat aturan khusus yang mengharuskan file tersebut dalam format CMYK.
Banyak kasus dilapangan dalam percetakan desainer/operator cetak selalu
memberitahukan kepada customer yang membawa desainnya sendiri untuk lebih
diperhatikan lagi beberapa hal yang tadi disebutkan diatas. Sehingga ketika file
tersebut dipaksakan untuk diproses, sering terjadi miss warna dan tidak kesesuaian
antara hasil cetakan dengan file di computer.
Bagi kita sebagai desainer, kita tidak hanya mempelajari satu teknik cetak
saja, tetapi berbagai teknik cetak dan salah satunya adalah CTF. Dan dari sana kita
dapat mempelajari berbagai hal penting dalam tahapan membuat desain dan juga
tahapan cetak sampai finishing.
Dan dalam beberapa teknik cetak tentunya memiliki beberapa
pertimbangan yang harus di perhatikan seperti pengolahan warna, gambar dan
tentunya ukuran yang harus diperhatikan.
Khusus untuk cetak CTF dan CTP, ada beberapa pertimbangan yang harus
dilakukan oleh desainer jika dalam reproduksi desain skala besar memakai teknik
tersebut, yang diantaranya adalah :
Dalam tahapan desain, hal yang pertama harus dilakukan oleh desainer
memperhatikan ukuran dan juga penambahan bleeding dan juga margin. Hal ini
sangat mempengaruhi product yang sudah jadi. Walaupun tidak tercetak dalam
media yang dipergunakan, tetapi dengan bantuan bleeding dan margin, kita akan
mengetahui jarak aman dari desain yang kita punyai dan setelah memasuki proses
potong baik itu image dan teks yang seharusnya terlihat atau terbaca jika tidak
memperhatikan bleeding dan margin sudah tidak mungki bahwa desain tersebut
akan terlihat “cacat”.

15
Dalam memakai ilustrasi dalam desain yang berbentuk image bitmaps dan
juga pemilihan ukuran dan jenis font, harus memperhatikan DPI (dot per inch)
dan juga skintone yang berhubungan dengan brightness and contrast apabila
menggunakan image berupa bitmaps, hal ini dikarenakan basic dari CTF yang
merupakan cetak transfer, yang dalam tahapannya harus ditransfer dari film ke
plate yang selanjutnya diproses ke cetak skala besar. Apabila tidak
memperhatikan hal yang detail tersebut akan mengakibatkan skintone dalam hasil
output di media akan mengalami miss-skintone.

7. Teknik cetak yang masih menerapkan teknologi CTF


Terdapat banyak sekali permasalahan yang sering dihadapi dalam
pembuatan CTF dan ketika hasil cetakan yang “berhasil” atau “tidak berhasil”
hanya dapat diketahui ketika cetakan tersebut selesai proses cetak. Berikut adalah
beberapa permasalahan yang sering terjadi :
Selain penggunaan CTF di offset, masih terdapat beberapa teknik
reproduksi grafika yang merupakan perapan Film yang mana diantaranya adalah
Teknik ScreenPrinting (Sablon), hal ini terlihat jelas dalam proses afdruk atau
transfer dari desain ke Screen yang untuk selanjutnya di sablon ke dalam berbagai
media seperti kaos, kertas, bahkan kardus/ karton.
Pembuatan Stempel, yang mana dalam tahapan membuat bantalan untuk
stemple harus menggunakan media transfer yang selanjutnya dipress ke dalam
media yang digunakan dan disesuaikan dengan jenis stempel itu sendiri.
Pembuatan pisau potong, dimana dalah pembuatan pisau potong ini
diperlukan ketika bentuk dari desain yang berbentuk elipse, rounded, dan
memiliki bentuk yang perpaduan antara keduanya.

E. SIMPULAN
Kebutuhan desainer grafis saat ini berkembang dengan sangat pesat. Mulai
dari personal, instansi maupun dengan masyarakat umum. Dengan adanya digital
print yang sedang populer saat ini, membuat desainer grafis kurang mengetahui

16
proses reproduksi grafika lebih lanjut. Terdapat banyak sekali teknologi
reproduksi grafika dan salah satunya CTF (Computer To Film).
CTF merupakan teknik reproduksi grafika yang menggunakan media film
sebagai transfer ke plate yang selanjutnya di reproduksi dengan skala besar.
Dalam tahapan reproduksi grafika CTF terdapat berbagai hal yang harus
diperhatikan seperti ukuran, warna, dan penggolahan ilustrasi yang berupa
bitmaps maupun vector, yang sangat menentukan kualitas cetakan dari
keseluruhan proses reproduksi grafika.Selain sebagai cetak offset, CTF juga dapat
diaplikasikan keberbagai teknik cetak. Hal ini dikarenakan sifat dari CTF yang
fleksibel dan mudah diaplikasikan.

17
DAFTAR SUMBER
Aisyah, Chairini. 2013. ukuran-ukuran kertas.
http://chairini.blogspot.co.id/2013/10/ukuran-ukuran-kertas.html. Diakses
tanggal 11 Nopember 2015. Pukul 16.23 WITA
Dameira, Anne. Basic Printing Panduan Dasar Cetak untuk Desainer dan
Industri Grafika.Jakarta:Link& Match Graphic.2008.
Kusrianto, Adi. Pengantar Desain Komunikasi Visual.Yogyakarta:Penerbit
ANDI.2007.

18

Anda mungkin juga menyukai