Anda di halaman 1dari 82

2022

TEORI CETAK TINGGI

HIMAWAN BINTORO ST., MM.


SMK GRAFIKA MARDI YUANA
RUANG LINGKUP GRAFIKA

Pengertian Grafika
Grafika berasal dari bahasa “Yunani” yaitu “Graphos” yang berarti menulis atau
menggambar. Beberapa contoh misalnya : “Lythography”, berasal dari kata “Litho” (batu)
dan “Graphos” (menulis), arti seluruhnya menjadi menulis diatas batu.
Pengertian mencetak : Gerakan mekanik pada media cetak yang ditekan pada sebuah
benda (acuan) yang diberi tinta, hingga terjadi perpindahan gambar/tulisan pada media
cetak.
Grafika adalah suatu teknik atau cara penyampaian pesan, gagasan, informasi, pikiran,
kesan perasaan melalui penggandaan gagasan, informasi, pikiran, kesan perasaan melalui
penggandaan dengan cara dicetak dan disajikan kepada khalayak.
Grafika merupakan teknologi yang memungkinkan hasil pikiran-pikiran tokoh ratusan
bahkan ribuan tahun lalu sampai kepada kita berupa hasil cetakan. Karena jasa grafika juga,
maka segala urusan manusia modern dipermudah atau sudah merupakan suatu mekanisme
yang tidak mungkin ditinggalkan sejak sebelum lahir sampai ke liang lahat. Bahkan
beberapa tahun setelah manusia di alam kubur masih memerlukannya, terutama yang
berkenaan dengan kontrak tanah pemakaman. Mulai dari bungkus korek api, ijazah, buku
rapor, surat kabar, majalah, buku pelajaran, koran, majalah, sertifikat, surat keterangan,
surat nikah, perangko, brosur, folder, leaflet, poster, booklet, spanduk, company profile,
formulir, tiket, meterai, uang kertas, faktur, kuitansi, STNK, surat pajak, KTP, paspor,
dokumen perdagangan, peraturan, kemasan (kertas, karton, kaleng, plastik, dll), sampai ke
poster dan bentuk cetakan dengan ukuran besar, surat-surat berharga yang dipergunakan
pada bank-bank serta sangat banyak jenis, bentuk, jumlah barang cetakan di masyarakat
adalah hasil karya manusia yang hanya bisa diwujudkan melalui teknologi grafika.
Industri grafika/percetakan di Indonesia sampai saat ini masih belum mampu
menyetarakan diri dengan standar mutu industri grafika internasional, khususnya Asia dan
Australia. Akibatnya, industri grafika Indonesia belum mampu berperan dalam menjawab
tantangan pasar global. Dengan kata lain belum Go International, salah satu penyebabnya
karena masih belum terpenuhinya sumber daya manusia (SDM) yang kompeten.
Perubahan teknologi grafika terutama di pracetak sangat revolusioner. Perubahan
software maupun hardware hampir dalam hitungan bulan. Teknologi desk top publishing
(DTP) yang belum lama berkembang, meluas ke computer to film, computer to plate,
computer to press dan print on demand. Sejalan dengan perkembangan tersebut, teknologi
cetak konvensional mulai bergeser ke arah digital printing.
Perkembangan teknologi dan pasar grafika yang terus berubah cepat menjadikan para
pelaku industri tersebut tertuntut harus bisa menyesuaikannya. Faktor waktu memang
menjadi daya tarik bagi industri grafika, di samping juga tarif yang murah. Harga pokok
produksi bisa ditekan dengan penggunaan alat berteknologi terbaru. Kemajuan teknologi
informasi sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan teknologi cetak mencetak,
sehingga di mana pun kita berada selalu menatap dan menggunakan barang cetakan.
Gambaran umum fungsi dan jenis barang cetakan yang demikian banyak dan bervariasi
menuntut industriawan grafika melengkapi peralatan yang memadai dari kualitas dan
kuantitasnya, serta kesiapan sumber daya manusianya sebagai penentu keberhasilan
produksi.
Industri Grafika
Grafika identik dengan industri percetakan. Industri grafika adalah industri yang
merancang, mengembangkan, membuat dan memperkenalkan produk yang mengandung
atau berhubungan dengan kalimat dan atau gambar untuk mewujudkan informasi, ide dan
perasaan. Produk itu digunakan untuk kepentingan pembelajaran, hiburan, memotivasi,
komersial dan sebagainya.
Berbagai topik survei mengenai makna dan manfaat media cetak membuktikan bahwa
kebutuhan pada media cetak semakin tumbuh di seluruh dunia. Di akhir milenium lalu,
majalah Time mengakui makna sosio-budaya penciptaan dan pemanfaatan percetakan buku
serta kemasan karya utama Johannes Guttenberg sebagai peristiwa terpenting pada
milenium lalu. Era media elektronik dan digital memang sudah mulai namun informasi
tercetak masih ada dan akan senantiasa ada. Tergantung pada tingkat pendidikan,
pendapatan dan jenis rumah tangga, pada 1997di Jerman saja, antara 20 – 55 dolar AS
dibelanjakan per bulan per rumah tangga, untuk buku, brosur, majalah dan koran.
Produk cetakan kini lebih beragam dibandingkan masa sebelumnya. Biasanya, produk-
produk cetakan digolongkan sebagai cetakan komersial atau cetakan berkala, sesuai
frekuensi penerbitannya saat ini bertambah dengan cetakan kemasan. Karena proses
produksi juga sangat tergantung pada kondisi dasar tersebut, usaha percetakan biasanya
juga hanya berfokus pada satu atau beberapa segmen pasar saja.
Cetakan komersial adalah produk cetakan yang hanya sesekali diproduksi, antara lain:
katalog, brosur, leaflet, kartu nama, dsb.
Cetakan berkala adalah barang cetakan yang muncul berkala, antara lain: koran, jurnal,
majalah. Usaha percetakan dan penerbitan adalah pelanggan tipikal cetakan berkala.
Cetakan kemasan adalah cetakan yang meliputi seluruh bentuk fisik bungkus/wadah
sebuah produk/barang dengan kemasan yang sesuai agar dapat melindungi isi (nilai
keasliannya) selama penyimpanan, pengangkutan dan lain-lain sampai digunakan oleh
pengguna produk/barang.
Alur Kerja Dalam Industri Grafika

Dalam Industri Grafika, mulai dari ide hingga produksi cetak melibatkan beberapa tahap dan
proses yang saling terkait :
1. Pertama Klien, menentukan pesan dan gambaran menyeluruh yang diinginkannya dan
diberikan kepada Graphic Desainer.
2. Graphic Desainer menyediakan konsep desain yang terdiri dari gambar digital, layout,
teks dan graphics lewat software Desain Grafis di komputer. setelah disetujui dan di
ACC
oleh Klien, data digital tersebut dibawa ke Repro House.
3. Repro House (Prepress Service Provider) mengubah data digital tersebut ke dalam
bentuk film separasi warna/pelat cetak dan proof warna (berupa Digital Proof atau
Progressive Proof) untuk di bawa ke percetakan.
4. Percetakan memberikan jasa cetak hingga finishing dalam oplah yang diinginkan
Customer, namun warna harus mengikuti contoh Proof Warna yang diberikan oleh
Desainer. Tantangan dalam Komunikasi warna adalah bagaimana menjaga inti pesan
dari customer
Dalam industri percetakan terbagi dalam beberapa bidang pekerjaan, antara lain
pracetak, cetak dan pascacetak. Secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pracetak (Prepress)
Prepress meliputi semua tahap proses yang dibutuhkan mulai dari persiapan area
cetak, teks, original image dan graphics sampai kepada proses produksi untuk menuju
kepada semua materi yang ‘siap untuk proses cetak’ yang dilakukan secara manual
maupun menggunakan komputer. Pracetak dimulai dari input data sampai desain siap
cetak atau Final Artwork. Semua hal yang dilakukan saat membuat layout artwork
dengan menggunakan beragam Software Grafis populer seperti Adobe Photoshop,
Macromedia Freehand, Illustrator, CorelDraw, PageMaker, InDesign atau QuarkExpress
dsb.
Proses selanjutnya yaitu pembuatan film baik secara konvensional maupun digital.
Pembuatan film secara konvensional yaitu dengan fotoreproduksi film, sedangkan
secara digital menggunakan mesin Computer To Film (CTF). Proses terakhir yaitu
pembuatan plate. Pembuatan plate dapat dilakukan secara konvensional menggunakan
plate maker dan film hasil fotoreproduksi maupun film dari CTF. Dapat juga dilakukan
dengan digital menggunakan Computer To Plate (CTP). Hasil akhir dari pracetak adalah
plate yang akan digunakan untuk mencetak pada bagian cetak.

Perkembangan Proses Cetak


b. Cetak (Press)
Meliputi proses pencetakan, baik cetakan warna masukan (1 warna, 2 warna, dst.),
separasi warna dan warna khusus. Perkembangan teknologi cetak dasawarsa ini,
antara lain : digital printing (large format printer inkjet, laser color printer, tinta inkjet -
waterbase, solvent base, uv ink); large format screen printing; “Make Ready” offset;
computerized inking system; flexo printing (packaging, cigarette, card, dll); bahan baku
tinta dry pigment flush; dan peralatan kalibrasi warna dan density; dll.

Metode Cetak

Sistem Cetak

c. Purna Cetak (Post Press)


Meliputi pekerjaan pelapisan, emboss, foil dan teknik khusus lainnya; penjilidan;
pengepakan dan packaging. Perkembangan teknologi purna cetak dasawarsa ini, antara
lain : smart guilotine (mesin potong cerdas); inline finishing; jenis varnish, laminasi dan
mesin aplikasinya; jenis flexible packaging dan media perantara (adhesives), dll.

Inline Finishing
d. Proses Kemasan
Alur proses kemasan pada Miwon Flexible Packaging and Design dapat dilihat pada
gambar di bawah serta dijelaskan sebagai berikut :

Alur Proses Kemasan

Pada bagian PRINTING memproses menjadi kemasan yang memiliki warna dan
bentuk sesuai dengan pesanan konsumen. Mesin ini memiliki 9 (sembilan) unit warna.
Masing-masing unit memiliki warna yang berbeda. Hasil cetakan apabila tidak terdapat
kerusakan pada kemasan atau gulungan maka akan diproses selanjutnya ke mesin
laminating setelah itu akan diproses ke mesin slitting atau mesin bag making (sesuai
dengan model pesanan kemasan) untuk diproses menjadi barang jadi. Jika hasil
cetakan Hold atau rusak misalnya gulungan tidak sempurna atau ada cetakan yang
warnanya keluar/melenceng dari gambar maka akan dilakukan proses Rewinding.
Barang jadi/kemasan yang rusak di buang (proses seleksi) dan diganti dengan yang
baru dan bagus yang kemudian di Rewinding.
Pada bagian REWINDING, jika hasil cetakan Hold atau rusak misalnya gulungan
tidak sempurna atau ada cetakan yang warnanya keluar/melenceng dari gambar maka
akan dilakukan proses Rewinding. Barang jadi/kemasan yang rusak di buang (proses
seleksi) dan diganti dengan yang baru dan bagus yang kemudian di Rewinding.
Pada bagian LAMINASI, proses melapisi kemasan. Ada 2 jenis laminasi yaitu :
(1) Single Extrution Laminating dan Co-Extrution Tandem Laminating. Kemasan
yang menggunakan mesin single extrution hanya dilapis 1 kali sedangkan kemasan
yang menggunakan mesin Co-Extrution Tandem laminating dilapis 2 kali dan
(2) Dry Laminating Proses pelapisan kemasan dengan mesin dry laminating
menggunakan lem perekat.
PE (Poly Ethylene) adalah jenis plastik yang biasa digunakan untuk packing minuman
atau cairan, seperti es batu, onderdil, syrup maupun minuman lainnya.
PP (Polypropylene) adalah jenis plastik yang biasa digunakan untuk
packing/pembungkus makanan kering/snack, sedotan plastik, kantong obat,
penutup, cup plastic, tas, botol dll.
Pada bagian SLITTING, digunakan untuk memotong ukuran kemasan sesuai
dengan pesanan. Ukuran yang paling besar adalah 1200 mm dan ukuran paling kecil 40
mm. Produk yang dihasilkan mesin Slitting adalah Roll Packaging.
Pada bagian BAG MAKING untuk membuat berbagai model jenis kantong kemasan.
Beberapa produk yang dihasilkan oleh mesin Bag Making adalah sebagai berikut :
1. Bag Making Machine 1 (BM 1) menghasilkan produk kemasan Head Side Seal.
2. Bag Making Machine 2 (BM 2) menghasilkan produk kemasan Three Side Seal.
3. Bag Making Machine 3 (BM 3) menghasilkan produk kemasan Center Seal/MT,
Gusset Bag.
4. Bag Making Machine 4 (BM 4) menghasilkan produk kemasan Center Seal.
5. Bag Making Machine 5 (BM 5) menghasilkan produk kemasan Standing Pouch.
Mesin-mesin bag making ini dikhususkan model kemasannya karena tingginya
permintaan customer akan barang kemasan/packaging.
Untuk pembuatan flexible packaging, Miwon Flexible Packaging menggunakan
SIM–ERP yang telah terkomputerisasi sehingga ketepatan akan bahan-bahan material,
perencanaan dan ketepatan waktu pelaksanaan pembuatan kemasan dan pengiriman
barang bisa terpantau di sistem komputer. Karena perkembangan teknologi grafika yang
demikian pesat dan luas, sering teknik cetak khusus, cetak sekuriti dan
packaging/pengemasan mendapat porsi sendiri.
Tujuan Grafika
1. Memperindah Media
Tujuan dihadirkannya grafika yang pertama adalah untuk menambah nilai
keindahan pada media tertentu. Jika seni grafika diaplikasikan di baju kaos, sudah pasti
baju kaos tersebut akan nampak lebih indah.
2. Sebagai Media Penyampaian Pesan
Seni grafika adalah seni yang digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan
kepada siapa saja yang melihat. Dengan menggunakan media berupa grafis maka
pesan akan lebih bisa dikembangkan dalam berbagai bentuk gambar yang lebih
menarik. Kehadiran bentuk gambar yang menarik menjadikan orang rela memusatkan
perhatiannya pada gambar tersebut.

3. Menambah Nilai Jual Sebuah Produk


Dengan adanya pesan yang disematkan dalam bentuk visual yang menarik, sebuah
produk bisa ditingkatkan nilai jualnya. Mengingat banyak juga orang yang akhirnya
membeli sebuah produk dikarenakan kemasannya yang menarik.
Perkembangan Teknologi Grafika

Diagram Perkembangan Teknologi Grafika

Teknologi baru dalam bidang persiapan cetak. Komputer telah merombak dengan cepat
bidang prepress sejak duapuluh tahun yang lalu. Ketika berkembang teknologi photo
typesetter, PC monitor dan keyboard; dimana sebelumnya bekerja dengan kamera foto
reproduksi dan layar kontak, hingga scanner laser.
Pada waktu yang sama, karena perkembangan yang pesat media elektronik, batasan
antara prepress dan cetak offset telah saling melengkapi. Dengan GTO-DI Direct Imaging
Technology yang diperkenalkan oleh Heidelberg pada tahun 1991, telah diciptakan
koneksi/hubungan langsung yang pertama antara prepress dan cetak.
Tinjauan masa depan Heidelberg Druckmaschinen telah menjadi sebuah kenyataan
dalam hal ini membuat komputer dapat mencetak yang sama sekali tanpa memutar
melalui/via plate dan film. Teknologi ini mempunyai kelebihan yang nyata/jelas. Hingga
sekarang, beberapa tahapan disertakan dalam produksi cetak. Saat ini porsi yang besar
pada proses ini dari ide hingga realisasinya dapat dikerjakan/diselesaikan secara digital.
Juga, dalam hubungannya dengan prepress konvensional, dengan digital prepress maka
kita dapat menghemat waktu, dengan komputer hingga film atau komputer hingga plate.
Alur Produksi Konvensional

Perkembangan yang inovatif juga mengemukakan terminologi baru. Dalam industri


cetak kita bicara mengenai bits dan bytes, C-To-Press teknologi, PostScript, RIP, scanner
dan kamera digital. Berkembangnya teknologi digital dibidang prepress, printing dan
postpress dengan hardware dan software yang terbukti bagus, menawarkan alat-alat yang
berguna untuk memenuhi produktivitas. Dibawah ini diuraikan teknologi CTP. Computer-To-
Plate, yaitu proses pembuatan image atau gambar pada plate cetak. Proses ini dikerjakan
pada tahapan "prepress" - proses persiapan cetak. CTP atau disebut juga "direct-to-plate"
berarti proses pembuatan plate cetak secara langsung dari (file) komputer. Kecenderungan
industri adalah bergerak ke arah digital, penggunaan CTP semakin banyak ditemukan pada
industri percetakan terutama di negara maju. Penggunaan komputer selain masalah
ekonomis, mengingat biaya tenaga kerja yang mahal maka aspek fleksibilitas penggunaan
komputer yang menghilangkan proses reproduksi menjadi pertimbangan penting perubahan
ke CTP.
Dibawah ini ada beberapa hal yang perlu diketahui bagi percetakan di Indonesia
mengenai CTP, kelebihan dan kekurangannya sebagai upaya antisipasi.
Proses Computer To Plate (CTP)
Sesuai istilah direct-to-plate; proses pembuatan image pada plate tanpa mengunakan
proses pembuatan film foto reproduksi, image langsung dicetak pada plate langsung dari file
komputer.
File digital tidak perlu dirubah atau dimodifikasi kebeberapa file yang berbeda karena
sudah di program dengan system RIPS, proses yang dilakukan pada pembuatan film cukup
dilakukan semuanya menggunakan klik mouse dan memasukkan data via keyboard. Konsep
dari pembuatan plate berimage persis sama, sesuai data file yang dirancang/didesain
namun dengan cara yang sama sekali sudah berbeda.

Kelebihan Computer To Plate (CTP)


CTP meningkatkan waktu pembuatan plate lebih cepat, konsistensi kualitas image dan
gambar cetakan. Cara ini membutuhkan waktu lebih singkat dari cara percetakan offset
litografi yang analog sebab menggabungkan dua proses menjadi satu. Tenaga kerja jelas
berkurang karena tidak perlu lagi membuat film foto reproduksi. Paling tidak waktu bisa
dihemat 20-30% dengan CTP. Image yang dihasilkan juga lebih jelas, tajam dan akurat
dibanding dengan cetak analog yang tradisional sebab dot yang muncul lebih bersih dan
turunan image pertama - langsung ke pelat cetak, efek dot-gain juga berkurang.
Penghematan lainnya dari aspek material yaitu lebih sedikit suplai, tenaga kerja dapat
dikurangi dan tidak menggunakan kamera reproduksi lagi, sehingga ruang yang dibutuhkan
lebih sedikit. Penghematan ini bisa dijadikan insentif bagi harga cetak dan menjadi faktor
kompetisi untuk menarik pelanggan baru.

Kombinasi Alur Produksi Konvensional dan Digital

Kelebihan Computer To Plate (CTP)


Umumnya orang terbiasa dengan gambar cetak dengan dot-gain yang besar dan
tampak lebih gelap. Tidak jarang pelanggan akan merasa aneh dengan hasil bagus "yang
tidak biasa" ini. Perlu bagi percetakan untuk memberikan pengertian mengenai barang
bagus yang baru ini ke pelanggan, supaya terbiasa.
CTP juga merubah pola tanggung jawab kualitas cetak yang semula penuh pada
percetakan, beralih ke "digital file creator" – orang yang membuat file image.

Alur Produksi Teknologi Digital

Hal Yang Perlu Diperhatikan


Dalam proses cetak litografi, ada banyak kemungkinan merubah atau mengkoreksi hal
yang salah pada film. Tidak demikian halnya pada CTP, operator percetakan harus benar-
benar menjamin file image bersih. Perhatikan hal-hal berikut ini, simpan file dalam format
CMYK bukan RGB dan gunakan spesifikasi yang tepat seperti :
(1) "bleed amount" yang tepat,
(2) pastikan semua huruf dan resolusi image tinggi masuk dalam file, dan
(3) check penggunaan spot-color yang benar, dll.
Proses perbaikan digital file image yang salah sangat membutuhkan banyak waktu,
yang akhirnya mengurangi kelebihan CTP terhadap sistim film analog.
Up-To-Date Dengan Komputer Dan Perkembangannya
Belajar terus menerus atau mengikuti perkembangan proses yang baru dan komputer
menjadi wajib, karena bidang ini sangat cepat kemajuannya - dalam hitungan bulan.
Photoshop dan Illustrator selalu memberi penambahan-penambahan dalam perangkat
lunaknya. Perusahan seperti Adobe dan Extensies sering melakukan seminar-seminar
pendidikan diberbagai kota dan negara. Akses ke internet atau website CTP menjadi
alternatif cara, ikuti kursus online, ikut chatroom dll.

Alur Computer To Print

Grafika mencakup berbagai bidang :


1. Arus Kerja Grafika
Yang termasuk dalam arus kerja grafika :
a. Pernaskahan
Yaitu penulis atau pengarang mengungkapkan gagasan, pikiran, kesan atau
perasaan secara tertulis berupa naskah.
Naskah sering disertai dengan gambar dan ilustrasi dengan maksud untuk
disampaikan sebagai pesan kepada khalayak/pembaca.
b. Penerbitan
Naskah oleh pengarang (penulis) disampaikan kepada penerbit atau penerbit
menugaskan pengarang untuk membuat tulisan.
c. Pengeditan
Naskah biasanya diadakan pengeditan oleh editor, untuk diperbaiki bahasanya
agar pesan pengarang (penulis) dapat dipahami oleh pembaca.
Naskah dapat dikurangi atau ditambah oleh editor agar pesan pengarang (penulis)
mencapai sasaran.
d. Perwajahan
Naskah beserta ilustrasi/gambar diberi bentuk serta perwajahan tertentu oleh
seorang pewajah, agar hasil cetakan nanti menjadi menarik, mudah dimengerti dan
enak dibaca.
e. Percetakan
Percetakan adalah tempat/perusahaan yang melakukan cetak-mencetak atau
menggandakan naskah yang sudah ditatawajah/layout.
Repro membuat film, montase dan dijadikan pelat acuan cetak, untuk buku,
majalah, koran dsb.
Percetakan yang tergolong “Industri Grafika” adalah percetakan yang lengkap
dengan penerbitan untuk membuat naskah menjadi barang cetakan.
f. Pendistribusian
Pendistribusian dalam grafika adalah penyebaran barang cetakan untuk
disampaikan kepada khalayak umum.
Pendistribusian dapat disalurkan melalui agen/penyalur, pengecer, pengiriman
langsung melalui pos/kurir dan sebagainya.
2. Bahan Grafika

Yang termasuk dalam bahan grafika :


a. Bahan kimia grafika
Film, bahan peka bukan plate, bahan-bahan pengembang (developer), bahan
pemantap (fixer), bahan pengurang kehitaman (etsa), pelindung (gom), bahan
campuran air pembasah, bahan pelarut (bensin).
b. Media/bahan cetak
Kertas, karton, kain, plastik, aluminium foil, kaleng dll.
c. Tinta grafika
Tinta grafika adalah bahan berwarna cyan, magenta, yellow termasuk warna
hitam (K) dan tinta pantone (warna khusus).
Yang digunakan untuk membuat gambar cetak dari acuan atau plate yang
dicetakkan menjadi kelihatan pada media/bahan cetak (kertas, karton, plastik dan
bahan lainnya). Setiap proses cetak mempunyai karakter tinta yang berbeda.
d. Plate cetak
Yang dikatakan plate grafika adalah acuan cetak yang terbuat dari bahan
logam/aluminium (al) saat ini yang sering digunakan Conventional Plate dan CTP.
Untuk jumlah cetakan yang sangat besar digunakan BI-LOGAM (Baja-Tembaga
atau Tembaga-Krom) dan pelat TRI-LOGAM (Seng-Tembaga-Krom atau Tembaga-
Baja-Krom) tapi sudah jarang digunakan lagi.
Diganti dengan Long Run Coating, Aluminium Plate yang di oven dengan
temperature 210 C – 10 menit.
e. Timah grafika
Timah (putih), logam stannum (sn) untuk campuran pembuatan huruf tangan
atau mesin susun baris (monotype, linotype, intertype) dengan hitungan persentase
terhadap logam lain untuk menambah jelasnya gambar huruf (lg).
Sebenarnya timah untuk huruf atau baris huruf itu berupa gabungan dari tiga logam
: Timah, Timbal dan Antomonium. (Saat ini sudah tidak digunakan lagi).
3. Industri grafika
Yang termasuk dalam industri grafika :
a. Industri pengecoran huruf
Menghasilkan huruf untuk penyusunan huruf tangan dan matris untuk
penyusunan huruf dengan mesin.
Perlengkapan pengecoran seperti : baris, pas kecil, persegi, reglet dan berbagai
jenis wit dsb. (Saat ini sudah tidak digunakan lagi).
b. Industri penyusunan huruf
Menghasilkan susunan huruf tangan, susunan huruf mesin dan susunan huruf
fotografi untuk melayani keperluan industri percetakan.
Dari susunan huruf tangan dan susunan huruf mesin selanjutnya dibuat acuan
untuk mesin cetak tinggi dan dapat juga dibuat model untuk direproduksi kemudian
digunakan untuk cetak offset.
Dari susunan huruf fotografi dengan memakai sistem komputer lalu dibuat model
untuk selanjutnya direproduksi dengan cetak offset.
c. Industri reprografi
Industri reprografi ini menghasilkan reproduksi dari suatu model berupa film
negatif, film positif atau juga pelat cetak guna memenuhi kebutuhan industri
percetakan.
d. Industri percetakan
Suatu perusahaan yang mengelola proses produksi cetak apakah cetak
lembaran atau pun cetak gulungan, mulai dari proses :
1. Pre Press (Persiapan Cetak)
2. Press (Cetak)
3. Post Press (Penyelesaian/Finishing)
Industri percetakan ini ada yang menggunakan metode terpisah, bagi masing-
masing metode seperti :
Cetak Tinggi (Letterpress), Fleksografi, Cetak Offset (Lithografi), Cetak Dalam
(Rotogravure/Intaglio), Cetak Sablon/Saring (Screen Printing), Cetak Digital.
Ada perusahaan pula yang mengelola semua metode tersebut.
e. Industri penjilidan
Suatu perusahaan yang mengelola proses penjilidan, yaitu penyelesaian
cetakan menjadi barang yang terjilid, misal menjadi buku, majalah dsb.
Proses penjilidan ini mulai dari mengomplit lembaran menjadi katern, disatukan,
dijilid (jahit kawat, lem punggung, spiral), diberi sampul (ban buku) serta dipotong
bersih menjadi buku.
4. Seni grafika
Seni grafika/grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya
menggunakan teknik cetak, biasanya di atas kertas. Kecuali pada teknik Monotype,
prosesnya mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak, ini
yang disebut dengan proses cetak. Tiap salinan karya dikenal sebagai 'impression'.
Lukisan atau drawing, di sisi lain, menciptakan karya seni orisinil yang unik. Cetakan
diciptakan dari permukaan sebuah bahan, yang umum digunakan adalah: plat logam,
biasanya tembaga atau seng untuk engraving atau etsa; batu digunakan untuk litografi;
papan kayu untuk woodcut/cukil kayu. Masih banyak lagi bahan lain yang digunakan
dalam karya seni ini. Tiap-tiap hasil cetakan biasanya dianggap sebagai karya seni
orisinil, bukan sebuah salinan. Karya-karya yang dicetak dari sebuah plat menciptakan
sebuah edisi, pada masa seni rupa modern masing-masing karya ditandatangani dan
diberi nomor untuk menandai bahwa karya tersebut adalah edisi terbatas.
SEJARAH GRAFIKA

Sejarah Dunia Cetak


Berawal dari gambar dinding gua yang berumur lebih dari 30.000 tahun. Penemuan
tulisan ditemukan pada dua tempat yang berbeda, Mesopotamia sekitar 3200 SM dan
Mesoamerika sekitar 600 SM. Sedang untuk berkembangnya tulisan antara di Mesir sekitar
3200 SM mereka sudah mengukir huruf hieroglyphics pada batu atau di China sekitar 1300
SM.
Aktivitas percetakan ditemukan tidak lebih dari sekitar 500 tahun yang lalu. 3000 SM
dan sebelumnya Mesopotamia menggunakan segel silinder bulat untuk rolling memindahkan
gambar dari tablet tanah liat. Masyarakat lainnya di Cina dan Mesir ditemukan perangko
kecil yang digunakan untuk mencetak pada kain. Orang China menemukan kertas (Ts'ai
Lun) di abad pertama dan moveable type yang terbuat dari tanah liat sekitar abad ke-11.
Pada tahun 1040 atau abad ketujuh Pi Sheng menemukan cetakan dengan menggunakan
huruf-huruf cetak aslinya terbuat dari tanah liat. Pi Sheng adalah penemu dari huruf cetak
yang bisa bergerak, di Negara Barat hanya mampu membuat cetakan yang mencetak
dengan 26 huruf, sementara Pi Sheng telah membuat lebih dari 5.000 huruf China untuk
cetakannya yang terbuat dari tanah.
Orang Korea pertama kali membuat moveable type dari perunggu pada pertengahan
abad ke-13 yaitu King Htai Tjong. Akan tetapi, tidak diketahui adanya hubungan antara
penemuan awal orang Asia dan penemuan percetakan di Eropa pada abad ke-15.
Di Eropa, sebelum percetakan ditemukan, semua informasi ditulis dengan tangan. Buku-
buku disalin dengan hati-hati oleh ahli tulis/scribes yang sering menghabiskan waktu
bertahun-tahun untuk menyelesaikan satu jilid buku, cara ini begitu lambat dan mahal.
Percetakan pertama kali ditemukan untuk mempermudah penduplikasian kitab Injil.
Pada waktu itu ditulis dengan tangan di ruang scriptoria, maka sejak zaman renaisans
manusia mulai berpikir untuk mempercepat proses ini lewat produksi massal.
Abad Ketujuh
Sebuah buku kecil berisi teks Injil Yohanes dalam bahasa Latin ditemukan di makam
Saint Cuthbert. Tahun 1104 itu diambil dari peti mati di Durham Cathedral, Inggris. Injil
Cuthbert adalah buku tertua yang masih ada di Eropa.
Abad Ketiga Belas
Jenis karakter cast dari logam (perunggu) yang dikembangkan di Jepang dan Cina. Teks
tertua dicetak dari jenis logam pada tahun 1397.
Abad Kelima Belas
Meskipun ukiran kayu telah digunakan selama berabad-abad di Cina dan Jepang,
tanggal tertua dikenal spesimen Eropa dari awal abad ke-15. Ukiran kayu adalah teknik
pencetakan dengan bantuan kayu, di mana teks dan gambar yang diukir di permukaan balok
kayu. Bagian-bagian pencetakan tetap sejajar dengan permukaan, sedangkan bagian non
cetak yang dihapus dengan pisau atau pahat. Tinta yang digunakan terbuat dari jelaga
(lampu minyak) dicampur dengan minyak, biji rami, vernis atau direbus.
Jenis Buku pada abad ini masih langka karena ditulis dengan tangan oleh ahli-ahli
Taurat. Universitas Cambridge merupakan salah satu perpustakaan terbesar di Eropa, yang
mempunyai 122 buku.
1. Mencetak Dengan Blok Kayu (Cetak Tinggi/Cukil)
Abad ke-8, di Cina, Korea dan Jepang telah dikenal cara mencetak dengan blok
kayu (woodcut). Sedangkan di Eropa mencetak baru dikenal pada permulaan abad ke-
15. Teknik mencetak dengan blok kayu (cetak tinggi) pada masa itu mula-mula hanya
diterapkan pada gambar saja, tetapi kemudian juga huruf.
Ternyata mencetak huruf jauh lebih sulit daripada mencetak gambar. Hal ini
dikarenakan sewaktu mencukil, kayu harus dibuat secara terbalik agar pada waktu
dicetak langsung terbaca.
The Great Waves off Kanagawa

The Great Waves off Kanagawa atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan “Ombak
Besar di Kanagawa” merupakan sebuah lukisan yang dibuat dengan teknik ukiyo-e
(cetakan cukil kayu atau woodprint) karya seniman Katsushika Hokusai. Lukisan
tersebut diterbitkan antara tahun 1829 dan tahun 1833 pada akhir zaman Edo.
Snakes

Snakes adalah cetakan kayu karya seniman Belanda M. C. Escher. Karya ini pertama
kali dicetak pada Juli 1969, dan merupakan cetakan terakhir Escher sebelum
kematiannya. Ular menggambarkan disk yang terdiri dari lingkaran yang saling terkait
yang tumbuh semakin kecil menuju pusat dan ke tepi.
2. Mencetak Dengan Huruf Tunggal
Pada tahun 1440, Johanes Gutenberg di Mainz, Jerman menemukan sistim cetak
yang sangat praktis. Gagasan Gutenberg adalah penggunaan huruf tunggal yang
diukirkan pada kayu, dalam perkembangannya kemudian pada logam. Huruf tunggal ini
dapat disusun menjadi kata atau kalimat yang setelah digunakan untuk mencetak, dapat
diuraikan dan disimpan kembali dalam kotak dan dapat dipakai kembali.

Type Composing Type

Pada masa ini ditemukan movable type (type yang bisa dibongkar pasang) yang
tersimpan pada dua kotak. Kotak yang atas berisi semua huruf besar dan kotak yang
bawah berisi huruf kecil. Karena itu huruf besar dikenal sebagai upper case letter (huruf
kotak atas) dan huruf kecil dikenal sebagai lower case letter (huruf kotak bawah) dan
sampai sekarang istilah ini masih dipakai dalam dunia percetakan.

Peralatan Yang Digunakan Oleh Gutenberg

Mesin cetak pertama dibuat berdasarkan alat pemeras buah-buahan. Acuan cetak
dilaburi tinta dengan menggunakan tampon (sekarang rol penintaan); lembaran kertas
diletakkan diatasnya dan dengan menekan rata kertas itu maka diperoleh sebuah hasil
cetak. Gutenberg hanya menggunakan jenis huruf Gothic. Akan tetapi di Eropa bagian
Selatan sudah sekitar tahun 1500 diukir dan dituang jenis huruf Antiqua yang pertama.
Abad Kedelapan Belas
Tahun 1710 pelukis dan pemahat Jerman Christof Jakob Le Blon menghasilkan ukiran
pertama dalam beberapa warna. Dia menggunakan metode mezzotint untuk mengukir tiga
lempeng logam. Setiap lempeng memakai warna yang berbeda, menggunakan tinta ber
warna merah, kuning dan biru. Kemudian ia menambahkan lempengan keempat, dengan
bantalan garis hitam. Teknik ini membantu membentuk dasar untuk pencetakan warna
modern. Pekerjaan Le Blon didasarkan pada teori Newton, diterbitkan di tahun 1702 yang
menyatakan bahwa semua warna dalam spektrum terdiri dari tiga warna primer biru, merah
dan kuning.
William Caslon adalah seter berasal dari Inggris yang bekerja dipengecoran yang
beroperasi di London. Selama lebih dari 200 tahun, Tipografi Caslon, diterbitkan untuk
pertama kalinya pada tahun 1731. Publikasi-publikasi melalui majalah berjalan sampai tahun
1922. Tahun 1732 Benjamin Franklin menetapkan percetakan sendiri dan menjadi penerbit
Lembaran di Pennsylvania. Di antara publikasi Almanak yang beredar, Richard merupakan
almanak yang paling terkenal. Alois Senefelder menciptakan litografi pada tahun 1796 dan
menggunakannya sebagai metode produksi cetakan dengan biaya rendah untuk mencetak
karya-karya pementasan teater. Pada teknik cetak lithografi menggunakan teknik cetak yang
sangat halus. Beriringan dengan penemuan teknik cetak lithografi, Giambattista Bodoni
menciptakan serangkaian tipografi dan dipakai saat ini. Tipografi ini ditandai dengan kontras
yang tajam antara batang vertikal tebal dan hairlines horisontal tipis.
Abad Kesembilan Belas
Pada tahun 1800 Charles Stanhope dan Earl Stanhope membangun pers pertama
dengan menggunakan mesin cetak berbahan rangka besi. Percetakan Stanhope mencetak
lebih cepat, lebih tahan lama dan dapat mencetak lembaran lebih besar. Beberapa tahun
kemudian peningkatan kinerja dicapai oleh Friedrich Gottlob Koenig dan Andreas Friedrich
Bauer yang menciptakan teknik mencetak dengan menggunakan silinder. Pada 1837
Godefroy Engelmann diberikan paten pada chromolithography, menggunakan metode cetak
teknik lithografi menggunakan warna. Chromolithographs atau chromos digunakan untuk
mereproduksi lukisan. Teknik lain yang populer adalah proses photochrom, digunakan untuk
mencetak kartu pos dari lanskap. Para pelukis Ceko Karel Klíč menciptakan photogravur
pada tahun 1878. Proses ini dapat digunakan untuk mereproduksi detail dan tone warna
berupa foto. Dalam 1886 penemuan Ottmar Mergenthaler menemukan teknik cetak Linotype
dengan menggunakan typesetting. Dengan seter ini operator dapat memasukkan teks
menggunakan keyboard 90-karakter. Mesin output teks seperti siput terbuat dari jenis
logam. Pada tahun 1890 Bibby, Baron and Sons membangun pers flexographic pertama.
Jenis pers menggunakan bantuan pelat cetak karet untuk memegang gambar yang dicetak
dikenal sebagai Folly Bibby.
Abad Kedua Puluh
Pada tahun 1903 di Amerika, Washington Rubel menemukan printer merupakan alat
untuk mencetak dan memproduksi cetakan menggunakan mesin cetak lithograf untuk media
kertas. Tiga tahun kemudian 'Le Petit Larousse Illustré', menerbitkan satu jilid ensiklopedi,
untuk pertama kalinya. Pada tahun 1907 Samuel Simon berkebangsaan Inggris diberikan
paten untuk proses sablon menggunakan kain sutra dikenal dengan screen printing untuk
memproduksi cetakan menggunakan media kertas, teknik ini juga dapat diterapkan pada
kain seperti linen dan sutra. Teknik cetak Sablon pertama kali muncul di negara Cina pada
masa Dinasti Shang (960-1279 M). Beberapa produsen pers baru yang muncul adalah
Roland (kini dikenal dengan Man Roland) pada tahun 1911 dan muncul Mesin Komori pada
tahun 1923. Pada tahun 1938 xerografi, teknik fotokopi kering, diciptakan oleh Chester
Carlson.
BAHAN GRAFIKA

Kertas
Nama "kertas" dalam bahasa Yunani "papyros", suatu tanaman air yang telah digunakan
oleh orang-orang Mesir kuno sebagai bahan untuk tulis menulis. Dari kata "papyros" ini
diturunkan kata "paper" (bahasa lnggris), "papier" (bahasa Belanda).
Pabrik pembuat kertas yang pertama dibangun di Eropa pada pertengahan abad ke 15.
Serpihan-serpihan, sobekan-sobekan merupakan bahan mentah berserat. Satu-satunya alat
yang dipakai adalah kincir air yang menggerakkan penumbuk-penumbuk berat yang
melumatkan serat-serat itu. Proses sisanya dikerjakan dengan tangan. Pada tahun 1799
seorang Perancis, Louis Robert, memperoleh gagasan untuk membuat sebuah mesin yang
akan menghasilkan lembaran kertas yang tak terputus. Daripada membuat lembaran
kertas satu demi satu dalam cetakan tangan, maka dibuatlah lembaran kertas yang tak
terputus di atas jaringan halus kawat yang tak terputus pula. Setelah itu lembaran tersebut
digilas di antara rol-rol dan digulung dalam keadaan basah. Kemudian gulungan kertas
tersebut diuraikan kembali, dipotong menjadi lembaran-lembaran dan dikeringkan di loteng.
Proses dasar ini tetap tak berubah sampai sekarang.
Pada tahun 1821 untuk pertama kali dipakai sebuah mesin yang dapat mengeringkan
gulungan kertas (tanpa dipotong-potong dulu) dengan cara melewatkannya di antara
silinder-silinder yang dipanasi dengan uap. Teknik ini tetap digunakan sampai dengan saat
ini tanpa perubahan, hanya teknologi yang digunakannya lebih maju.
Tinta dan mesin cetak yang terbaik tidak ada gunanya tanpa kertas yang baik.
Penggunaan kertas yang halus akan meningkatkan mutu kerja cetak, menghindarkan
bertambahnya gangguan cetak dan memberikan daya guna sebagaimana diharapkan dari
hasil cetakan.
1. Pembuatan kertas
Bubur kertas adalah bahan mentah pokok untuk membuat semua kertas, ditambah
ramuan tambahan untuk mewarnai, membuat kuat dan tahan atau menghasilkan ciri-ciri lain
yang dikehendaki.
Bubur kertas yang digerus secara mekanis dihasilkan dengan menggerus keseluruhan
batang (kecuali kulit kayunya), sampai menjadi partikel-partikel yang halus. Bubur ini hanya
memiliki serat-serat pendek dan kertas yang dihasilkan dari ini memiliki sifat mudah robek.
Kertas jenis ini dipakai untuk koran-koran, surat sebaran dan kebutuhan lain yang sifatnya
hanya sementara.
Bubur kertas lama dibuat dari kertas-kertas bekas yang dilumatkan kembali, dimasak
secara proses kimia. Bubur kertas lama ini dipakai untuk membuat karton-karton kotak dan
jenis-jenis kertas murahan lainnya.
Bubur kertas kimiawi dibuat dengan memasak serpihan-serpihan/potongan-potongan
kayu dalam alat pelarut (digester) untuk menyingkirkan getah, minyak dan bahan lainnya.
Hasil pengolahan cara ini menghasilkan serat-serat yang murni dan panjang yang akan
menghasilkan kertas yang kuat.
Sobekan-sobekan dan kapas juga dipakai untuk membuat bubur kertas. Sobekan-
sobekan dan kapas yang masih baru menghasilkan bubur yang halus untuk jenis kertas
yang kuat dan tahan lama serta bahan untuk sampul.
2. Penggilasan (beating)
Setelah kayu, kertas lama, selulosa dan sobekan-sobekan dibuat menjadi serat, bubur
kertas dibawa ke suatu alat penggilas (beater), yaitu suatu drum yang punya banyak
bilahan-bilahan pisau kecil, yang berputar pada suatu tabung. Drum itu menggilas bubur
kertas setiap kali bubur didorong untuk melewati di bawahnya. Proses ini akan menjadikan
serat-serat itu kasar sehingga akan jalin-menjalin lebih baik dalam lembaran kertas jadinya.

Pemberian bahan perekat pada kertas (sizing)


Bubur kertas bagi keperluan cetak-mencetak dicampuri sejumlah besar bahan-bahan
perekat dalam pengolahannya. Kertas hasil jadinya tidak akan rnelunak dalam proses
cetaknya ketika air membasahinya. Kertas yang mengandung bahan perekat ini akan
menahan tinta offset pada permukaannya, mempertahankan kecemerlangannya dan
tingkatan warnanya.
3. Pemberian tanah liat (loading)
Tanah liat ditambahkan ke dalam bubur kertas untuk jenis kertas yang tidak berlapis
(uncoated), untuk meningkatkan keburamannya, menghaluskan permukaannya, membuat
tinta melekat lebih baik dan mencemerlangkan warna kertas.
Skema proses mesin pembuatan kertas

4. Pembentukan kertas (forming)


Setelah penggilasan dan pemberian tanah liat, bubur kertas disalurkan ke dalam bejana
pembasahan yang ada pada mesin pembuatan kertas. Bubur yang diencerkan dengan air
itu disalurkan ke atas jaringan kawat halus yang tak terputus terus berputar. Jaringan kawat
ini bergerak dengan kecepatan tinggi sambil bergetar ke kanan ke kiri, mengumpulkan serat-
serat agar saling berkaitan dan menapis air sebanyak-banyaknya. Pada saat ini lembaran
kertas yang masih basah dan baru setengah jadi dapat diberi "cetakan air" dengan
menggunakan sebuah rol logam yang mempunyai tanda merek berupa gambar yang telah
dietsa. Kertas itu kemudian dipindahkan ke atas lembaran kain kempa (sejenis kain yang
dibentuk tidak dengan menenunnya tetapi dengan sistem menumbuknya, al. wool dan
sejenisnya), kain kempa itu mengangkut kertas melewati rol-rol pemeras dan pengering
yang memeras air ke luar dan mengeringkan kertas itu. Kemudian kertas digulung pada
akhir bagian kering dari mesin pembuat kertas.
5. Pengemasan
Lembaran-lembaran kertas dipotong dari gulungan kertas dan disisir kemudian
diperiksa, dihitung dan dikemasi. Berbagai jenis kertas cukup banyak tersedia dan dapat
diperoleh dalam bentuk gulungan bagi penggunaan pada mesin cetak yang menggunakan
lembaran kertas yang panjang/web.
Jenis-jenis kertas :
1. Machine finished printing paper (MF paper)
Kertas jenis ini diolah Iewat roI-rol penekan, pengering dan pendingin dalam mesin
pembuat kertas dan meninggalkan mesin dalam bentuk jadi.
2. Kertas licin (calendered paper) ·
Untuk membuat kertas yang halus, bakal kertas harus melewati mesin tambahan yaitu
calender (mesin pengepres). Bakal kertas disalurkan lewat suatu sistem putar tekan, meliuk-
liuk seperti huruf S, sistem putar tekan itu terdiri dari silinder-silinder besi dan kertas.
Tekanan yang tinggi dan efek gesekan membuat kertas mencapai kehalusan tertentu.

3. Coatedpaper (kertas berlapis)


Kertas berlapis masinal dihasilkan dalam mesin pembuat kertas dalam sekali jalan.
Setelah bakal kertas melewati silinder pengering, kemudian disalurkan ke alat pelapis dan
meninggalkan mesin pembuat kertas sebagai kertas kunstdruk (art paper) olahan mesin.
Kertas kunstdruk dan krom dihasilkan dalam pengolahan terpisah. Bahan kertas
disalurkan lewat alat pelapis di mana pelapisan dikerjakan baik secara disemprotkan atau
pun disikatkan. Penghalusan terakhir menghasilkan kehalusan atau kekilapan.
Dalam kedua proses itu unsur/pigmen yang paling banyak dipakai untuk pelapisan
adalah tanah liat koalin dan bahan perekat yang melekatkan pelapis ke permukaan kertas.
4. Karton
Kertas disebut karton kalau beratnya melampaui 170 gr/m2. Untuk percetakan biasanya
digunakan 4 macam karton :
a. Karton yang tidak diputihkan, diolah mesin atau lewat mesin pengepres (calender).
b. Karton berlapis, satu atau kedua mukanya.
c. Karton lapis (pasteboard) terdiri dari 2 atau lebih lapisan yang dilekatkan bersama,
dengan berat sekitar 200 gr/m2.
d. Karton 'emboss' : karton ini diberi permukaan yang khusus, dikerjakan oleh mesin
emboss (embossing calender), misalnya permukaan linen atau motif-motif lainnya.
Beberapa istilah kertas
1. Rim
Satu rim berisi 500 lembaran kertas; biasanya jumlah itu dibungkus dalam kertas
biasa/samsonkraft/cassing.
2. Potongan kertas (piece)
Kertas ukuran penuh yang dikeluarkan dari bungkusan satu rim, dipotong menjadi
ukuran untuk keperluan cetak atau pekerjaan lainnya.
3. Lembaran kertas (sheet)
Kertas dijual dalam lembaran-lembaran besar dan dapat dipotong-potong sesuai
kebutuhan-kebutuhan; tetapi setelah mencapai percetakan potongan kertas itu disebut
kembali dengan 'sheet'/ lembaran.
4. Sisi kempa kertas
Sisi ini adalah permukaan kertas yang terkena permukaan lembaran kempa pada mesin
pembuat kertas. ltu adalah sisi yang terbaik dari kedua permukaan lembaran kertas. Kalau
dapat diadakan pilihan, lebih baik mencetak pada sisi ini saja.
5. Sisi saringan kertas
lni adalah permukaan kertas yang terkena permukaan jaringan kawat pada mesin
pembuat kertas. Pola-pola jaringan dapat dilihat nyata pada beberapa kertas dengan
memegang kertas secara horisontal ke arah cahaya.
6. Arah serat kertas
Arah serat kertas ditentukan oleh serat-serat bubur kertas yang membentuk lembaran
kertas. Arahnya bisa saja panjang atau pendek.

Kertas lebih kuat dengan serat yang membujur panjang daripada yang pendek, oleh
sebab itu serat pada selembar pamflet, buku atau lembaran peraga, poster dan sebagainya
harus selalu vertikal.
Untuk cetak offset dengan register, harus dipakai kertas yang seratnya sejajar dengan
sumbu silinder.
Kertas, terutama sampul buku, menghasilkan lipatan halus dan tahan lama kalau lipatan
sejajar dengan arah serat.
Arah serat biasanya tertera pada setiap pembungkus rim sebagai "grain long" (serat
panjang) atau "grain short" (serat pendek). Seringkali arah serat dinyatakan dengan
menggarisbawahi salah satu dari dimensi pada label kemasan, misalnya 63 x 84 cm.

Arah serat kertas dapat dicari dengan melakukan beberapa cara test :
a. Dirobek
Robeklah kertas separuh melintas dari satu tepi. Ulangi dari tepi lain yang terdekat.
Biasanya robekan kertas lebih rata dan bersih pada robekan yang sejajar dengan
seratnya.
b. Test dengan kuku
Lembaran kertas digesek dengan menekan sedikit pada kedua sisinya dengan kuku
jempol dan jari tengah. Sisi yang bergelombang pendek-pendek menunjukkan arah
serat.

c. Dua potongan kertas


Potonglah dua helai kertas sama besar (± 5 cm), satu helai dengan serat panjang dan
satu helai dengan serat pendek. Pegang serta tegakkan kedua helai kertas tersebut
yang dapat berdiri adalah helai kertas yang seratnya memanjang (membujur) dan yang
melengkung itulah helai kertas yang seratnya pendek (melintang).
d. Membasahi kertas
Basahilah salah satu muka dari selembar kertas (ukuran 12 x 12 cm atau lebih).
Taruhkan di atas daun tangan dengan permukaan yang basah menghadap ke bawah.
Kertas tersebut akan menggulung. Arah serat akan sejajar dengan garis tengah
gulungan kertas itu.

e. Melengkungkan karton
Arah serat dapat ditemukan dengan melengkungkan selembar karton ke kedua arah.
KaIau tidak sukar meIengkung, itu berarti lengkungan searah dengan serat, kalau sukar
melengkung, itu berarti lengkungan bertentangan dengan arah serat.

7. Berat kertas
Di setiap negara, kecuali di negara-negara yang berbahasa lnggris, berat kertas
dinyatakan dalam gram per meter persegi, gr/m2 atau g/qm. Berat yang dituliskan pada
bungkusan per rim atau pada daftar harga, selalu berarti berat satuan per meter persegi dari
jenis kertas tertentu dan bukan berat dari ukuran kertas yang digunakan. Kalau satu rim
diterai dengan 43 x 61 cm kertas kunstdruk 100 gr/m2, itu selalu berarti bahwa setiap 1
meter persegi beratnya 100 gram.
8. Ukuran kertas
Ukuran kertas yang paling luas dipakai adalah ukuran DIN. Ukuran dimulai dengan
DIN A-0 yang tepat sama dengan 1 meter persegi (84,1 x 118,9 cm).
Ukuran DIN yang lain dapat diperoleh dengan membagi setiap lembar tepat
setengahnya. Setengah dari DIN A-0 = DIN A-1 (59,4 x 84,1cm) dan setengah dari DIN A-1
adalah DIN A-2 (42,0 x 59,4 cm) dan seterusnya. Keuntungan lain penggunaan ukuran DIN
adalah berat kertas dapat diperoleh tanpa banyak membuat perhitungan. Kalau berat kertas
dinyatakan untuk 1 meter persegi dan itu sama dengan DIN A-0, maka mudahlah untuk
menentukan berat ukuran-ukuran yang lebih kecil.
Misal : DIN A-0 beratnya = 120 gr/m2, 1 lembar kertas surat ukuran DIN A-4 adalah 1/16
bagian dari DIN A-0 > 120 : 16 = 7,5 gram (beratnya).
Negara-negara yang berbahasa lnggris masih menggunakan berbagai macam ukuran
kertas dan juga lebih rumit sistem yang dipakai untuk menentukan berat kertas. Memang
telah ada usaha-usaha untuk menstandarisasikan ukuran dan berat kertas berdasar patokan
internasional.
Kertas (bahan cetakan) adalah merupakan bahan yang sangat penting di dalam
pekerjaan cetak sehingga penyesuaian kualitas dari kertas (bahan cetakan) akan sangat
dominan di dalam menentukan/menghasilkan kualitas cetak.
Kertas (bahan cetakan) dapat dibagi menjadi :
1. Uncoated, yang termasuk uncoated antara lain : HVS, HVO, Kertas koran, dll. Uncoated
mempunyai sifat penyerapan besar, permukaan yang kasar, mudah terjadi picking
(tercabut), PH rendah sehingga lambat kering dan karena permukaannya bergelombang
(tidak rata) maka hasil cetak tidak menimbulkan gloss. PT. Cemani Toka dalam hal ini
sudah menyesuaikan tinta untuk kertas uncoated tersebut.
2. Coated, yang termasuk coated antara lain : art paper, coated paper, matt coated, cast
coated, art karton, coated karton. PT. Cemani Toka dalam hal ini sudah menyesuaikan
tinta untuk jenis-jenis kertas coated.
3. Non Absorption Paper, yang termasuk non absorbtion antara lain : Vynil stiker, Yupo,
Typex, Gold Foil, Alumunium Foil, art synthetic paper, dll. Karena jenis ini tidak
mempunyai daya serap, maka pengeringan terjadi secara oksidasi penuh. Biasanya
timbul masalah set off atau lambat kering. Sehingga perlu penanganan khusus seperti :
tidak menumpuk hasil cetakan terlalu tinggi, PH air pembasah tidak terlalu asam (karena
akan menghambat oksidasi), memakai air pembasah seminim mungkin. Hati-hati karena
tinta mempunyai pengeringan lebih cepat dari pada tinta biasa, diusahakan tidak sampai
lapisan tinta mengering saat dicetak.
4. Menurut Dameria (2005 : 98), jenis kertas terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Kertas berdasarkan jenis serat, kertas jenis ini terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :
a. Kertas mengandung kayu, dengan ciri-ciri :
- terdiri dari serat mekanis
- tidak tahan disimpan lama
- mudah berubah warna jika terkena matahari
contoh : koran, HHI
b. Kertas bebas kayu, dengan ciri-ciri :
- terdiri dari serat kimia
- tahan disimpan lama
contoh : HVS, HVO
2. Kertas berdasarkan pekerjaan akhir, yaitu :
a. Kertas coated, dengan ciri-ciri :
- terdiri dari kertas dasar dan lapisan kapur dengan bahan perekat
- permukaannya halus dan mengkilap (gloss)
- daya serap terhadap minyak lemah
contoh : art paper, kunsdruk
b. Kertas uncoated, dengan ciri-ciri :
- tidak diberi lapisan kapur
- permukaan kertas kasar tapi bisa juga dihaluskan
- daya serap terhadap minyak kuat
contoh : Koran, HHI, HVS, HVO
3. Kertas berdasarkan penggunaannya, yaitu :
a. Kertas cetak, seperti HVO, koran, art paper
b. Kertas tulis, seperti HVS, kertas gambar
c. Kertas bungkus, seperti cassing, kertas sampul, kertas Samson Kraft
d. Kertas khusus, seperti kertas uang, kertas sigaret, kertas tisue.
Untuk bahan baku kertas, ada 2 macam bahan baku kertas, antara lain :
a. Pulp mekanis, dengan ciri-ciri :
- seratnya tidak murni masih mengandung lignin
- seratnya tidak utuh (banyak yang rusak)
- tidak tahan terhadap penyimpanan (warna kertas berubah menjadi kuning)
- mempunyai opasitas tinggi
- permukaan kertas lebih lunak
- harga murah
b. Pulp kimia, dengan ciri-ciri :
- seratnya murni, tidak mengandung lignin
- seratnya utuh
- lebih stabil terhadap penyimpanan
- mempunyai opasitas lebih rendah
- permukaan kertas lebih kaku
- harga lebih mahal
Tinta Cetak
Tinta cetak pertama kali dipergunakan oleh orang Cina yang menemukan kertas antara
tahun 100 - 200 tarikh Masehi.
Unsur-unsur dasar adalah terutama serbuk karbon dilarutkan dalam lem dan minyak,
dipakai dengan sebatang tabung bambu dan kemudian hari dengan kuas. Tinta Gutenberg
(1440 tarikh Maseh) sedikit berbeda dalam unsur utamanya : terdiri dari minyak biji rami
(70%), vernis lithografi, karbon dari minyak, serbuk tulang dan unsur tumbuh-tumbuhan
(30%).
Tinta modern unsur-unsurnya terdiri dari ramuan (sebagian atau keseluruhannya)
bahan-bahan berikut : zat warna (pigment), bahan pengikat (Vehicle), pencair (thinner),
pengering (drier) dan pengubah (modifier).
Zat warna (pigment)
Zat warna adalah unsur dalam tinta yang dapat dilihat sebagai warna : hitam, putih atau
kelabu. Zat warna terutama adalah unsur anorganik dan organik. Zat warna anorganik
adalah zat warna yang diperoleh secara alami atau warna-warna tanah. Karena sulitnya
dikerjakan, dewasa ini sedikit sekali dipakai zat-zat warna alami.
William Perking (1856), seorang mahasiswa jurusan kimia, menemukan bahan pewarna
sintetis yang pertama. Zat warna organik ini diperkenalkan dan kini banyak dipakai secara
meluas dalam pabrik-pabrik tinta cetak. Zat warna ini kebanyakan dihasilkan dari bahan-
bahan kimia ekstrak dari cairan kental batubara, hasil sampingan dalam pabrik kokas dan
gas bakar dari batu bara.
Kebanyakan warna dari spektrum yang dapat dilihat dapat ditiru dengan zat pewarna
dari zat warna ini.
1. Bahan pengikat (vehicle)
Bahan pengikat adalah minyak biji rami yang dikerjakan dalam keadaan panas dan
membentuk ujud atau "jenang " tinta. Bahan ini memuat zat warna dan mengikatnya dengan
bahan-bahan cetak. Bahan pengikat ini biasanya menentukan penyediaan, penyebaran,
pemindahan dan daya penutupan daripada tinta, juga merupakan penentu cara/kecepatan
pengeringnya. Pada tahun-tahun terakhir ini damar sintetis telah menggantikan minyak
pengering.
Untuk rotogravur dipakai suatu bahan pengikat khusus, yaitu menggunakan alkohol atau
aseton, yang menyebabkan tinta mengering sebagian karena penyerapan dan sebagian
karena penguapan. Tinta rotogravur cepat menguap, namun kilauannya kurang dan lagi
berbahaya bagi kesehatan serta merupakan uap yang mudah menimbulkan bahaya
kebakaran . Uap obat pelarut harus disalurkan pergi dalam tabung penampung.
2. Pencair (thinner)
Pencair ini membantu kerjanya pada mesin. Pencair ini biasanya dipisahkan dari bahan
pengikatnya dan mempengaruhi ketahanan, peresapan, penggilapan, pengeringan dan
pelekatan tinta.
3. Pengering (drier)
Bahan pengering ini ditambahkan kepada tinta cetak untuk membantu pengeringan
secara oksidasi. Kebanyakan bahan pengering berunsur cobalt (bahan keputih-putihan
terdapat pada besi dan nikel), mangan dan timah, yang dapat larut ke dalam berbagai bahan
pengikat.
Bahan pengering meningkat kerjanya sejajar dengan peningkatan suhu, maka dengan
begitu tinta lebih cepat mengering pada suhu yang panas daripada pada suhu yang dingin.
Kelembaban pada tingkat tertentu mempengaruhi waktu pengeringan daripada zat warna
cetak. Suatu kelembaban yang cukup tinggi akan meningkatkan kesulitan pengeringan.

4. Pengubah (modifier)
Pengubah, seperti malam dan minyak, mengontrol pengeringan, kekenyalan,
ketahanan, kekilapan dan kemampuan bertahan terhadap gesekan.
Kalau bahan pembungkus mentega, daging, buah, sayur-sayur dan sebagainya dicetak,
maka pengubah ini bahkan mengatur bau daripada tinta.

Pembuatan tinta

Semua bahan untuk pembuatan tinta diperiksa, dites dan diproses untuk mencapai mutu
tertentu . Untuk setiap batch (jumlah produksi tertentu) yang akan diramu, sejumlah bahan
keperluan yang sudah dikontrol ditimbang dan dikirim ke bagian peramu, yang mengaduk
bahan-bahan itu menjadi satu. Setelah pengadukan tinta itu dilewatkan ke “penggilingan
tinta” (ink mill) dimana beberapa rol baja yang halus menggilas ramuan itu sampai mencapai
kehalusan tertentu.

5. Pencampuran warna pada tinta


Pencampuran warna pada tinta berarti mengolahnya untuk memperoleh suatu warna
yang lain, atau untuk memperoleh suatu tingkatan warna yang lebih muda atau yang lebih
tua daripada warna yang tersedia.
Suatu persediaan warna kuning, jingga (oranye), merah, hijau, biru, lila, putih dan hitam
memungkinkan untuk membuat campuran warna yang biasanya dibutuhkan. Pada
umumnya, warna "yang lebih kuat" harus dituangkan sedikit-sedikit kepada warna "yang
lebih lemah" kemudian diaduk baik-baik supaya merata pencampurannya, sampai dicapai
tingkatan warna yang diingini.
Untuk memperoleh jumlah tinta warna yang banyak, sebaiknya menggunakan
persediaan tinta dalam berbagai warna atau memesan suatu campuran khusus kepada
perusahaan tinta.
Beberapa istilah "tinta"
lstilah-istilah berikut ini menjelaskan berbagai sifat tinta cetak :
1. Kekentalan (Viskositas)
Adalah "daya alir". Kalau tinta secara mudah mengalir dikatakan ber "kekentalan
rendah"; kalau tidak mudah mengalir, ia ber "kekentalan tinggi". Tinta offset biasanya
berkekentalan tinggi.

2. Daya rekat
Daya rekat adalah "mudah tidaknya melekat". Terlalu rekat berarti kurang daya
lenturnya dan karenanya juga keefektifannya. Bilamana kerekatan tinta lebih besar
daripada kekuatan yang menahan kertas maka kertas akan melekat pada klise/plat/rol
karet dan akibatnya kertas akan lepas dari pegangannya.

3. Daya memanjang
Tinta dapat "panjang" atau "pendek", yang dapat dites dengan menuangkan tinta
sedemikian sekedar untuk memperoleh "lidah" tinta yang panjang. (lni dikerjakan
dengan bantuan sudut pisau tinta).
4. Kepekatan
Adalah kemampuan tinta "menutupi" atau "menyembunyikan". Suatu warna yang
"kelam", kalau dicetakkan di atas warna lain yang sebelumnya dicetakkan pada sehelai
kertas, akan menutupinya sama sekali apabila tinta itu punya kekelaman yang tinggi dan
hanya setengah menutupinya kalau kekelaman itu hanya setengah saja.
5. Transparansi/sifat tembus cahaya
Suatu warna yang transparan tidak memiliki kemampuan menutupi warna yang lain.
la masih akan menampakkan warna yang ditutupinya dengan cukup jelas.
6. Sifat tahan lama
Sifat tahan lama adalah ketetapan warna terhadap pengaruh radiasi cahaya
matahari, untuk jangka waktu yang lama. Tinta yang punya sifat kuat, tidak mudah
berubah, baik sekali untuk mencetak poster-poster.
7. Daya tahan ·
Tinta yang "tahan" adalah tinta yang punya ketahanan terhadap pengaruh gas, zat
kimia, panas, kelembaban dan lain sebagainya. Misalnya, tinta yang tidak terpengaruhi
oleh vernis.
8. Tinta hitam biasa
Adalah tinta hitam yang dipakai untuk mencetak kebutuhan seari-hari yang umum,
seperti harian-harian, majalah-majalah, buku-buku dan sebagainya.
9. Tinta hitam nada lengkap
Adalah tinta yang halus, yang sangat cocok untuk mencetak reproduksi dari gambar
halftone yang diraster halus.
10. Tinta berwarna kuat
Adalah tinta yang berwarna kuat dengan konsentrasi tinggi.
11. Tinta metalik
Adalah tinta-tinta yang berasal dari serbuk aluminium atau perunggu yang dicampur
dengan bahan pengantar yang sesuai. Beberapa warna dapat saja dicampurkan dengan
tinta ini. Namun tinta metalik sangat sukar untuk dicetakkan.
Tinta-tinta offset dibuat khusus untuk keperluan cetak offset. Jangan sekali-kali
menggunakan tinta untuk cetak tinggi pada mesin cetak offset. Tinta offset sebaliknya bisa
dipakai pada mesin cetak tinggi.
Tinta offset harus dapat tahan terhadap reaksi air yang dihadapinya pada plate offset
yang dibasahi. Tinta itu tidak boleh menyerap suatupun dari air itu (tidak boleh beremulsi)
tapi juga tintanya tidak boleh rusak dan bercampur dengan air pada bagian plate yang
terang/kosong pada waktu pencetakan. Kedua keadaan itu cenderung untuk merusakkan
bahan pengantar tinta, warna atau kualitas kekeringannya, memperlemah tulisan/gambar
pada plate cetak atau menyebabkan pengotoran tinta pada bidang-bidang yang terang pada
plate cetak dan lembaran cetak.
Tinta Cetak
Susunan umum suatu tinta terdiri atas varnish (vehicle) atau bahan pengikat, pigment
(zat warna/dai), aditional agent atau bahan penolong. Varnish, pigment, additional agent
diproses menjadi tinta cetak melalui proses produksi mulai dari pre mixing, grinding, mixing
(color matching), sampai canning melalui standar proses produksi yang sudah baku dan
akan mendapat hasil kualitas yang baku pula.
Berbagai Jenis Tinta, diantaranya :
a. Tinta garis
Zat cair dari tinta ini digunakan air atau campuran air dengan spiritus. Tinta ini tidak
mengandung bahan pengikat, sehingga zat cair itu khusus untuk melarutkan saja.
Bahan warnanya adalah bahan warna "dai", dalam bentuk bubuk halus (powder)
dimasukkan ke dalam pelarut dan di dalamnya mudah sekali larut. Perekatan bahan
warna pada kertas terjadi karena bahan warna mewarnai serat-serat selulosa. Tinta
garis digunakan untuk membuat garis-garis blok catatan, buku tulis dan dan lain
sebagainya.
b. Tinta fleksografi
Tinta ini di samping mangandung bahan pelarut (alkohol) juga mengandung bahan
pengikat dalam bentuk tannine, shellak atau arpus buatan. Sebagai bahan warna untuk
tinta fleksografi yang normal digunakan zat warna dai. Tinta ini terdapat kelompok
penting tinta pigmen. Tinta ini mengandung pigmen warna transparan. Ini terutama perlu
pada tinta putih yang digunakan mencetak selofan.Untuk bahan warna yang dilarutkan,
kita hanya membutuhkan bahan pengikat. Pada tinta pigmen harus digunakan bahan
pengikat, yang lebih banyak, karena butir-butir pigmen akan terletak lepas di atas dasar
dan dapat dihapus. Gejala ini dapat pula timbul pada tinta-tinta lain.
c. Tinta rotasi cetak dalam/rotogravure
Yang hampir sejenis dengan tinta fleksografl yang menutup, adalah tinta rotasi cetak
dalam. Zat cair terdiri dari bahan pelarut, dalam hal ini toluol atau xylol dan bahan
pengikat yang dilarutkan di dalamnya, misalnya bahan gilsonit (sejenis aspal alamiah),
arpus - selulosa dan sebagainya. Bahan warnanya adalah pigmen. Pengeringan pada
kertas, seperti pada tinta fleksografi, sebagian terjadi karena penguapan dan sebagian
karena peresapan.
d. Tinta koran, tinta kerja dan tinta cetak tinggi rotasi (Tinta tidak cepat menguap)
- Tinta koran rotasi
Tinta ini sangat sederhana, pada prinsipnya terdiri dari minyak mineral dan
pigmen. Tinta ini tak mengandung bahan pelarut yang menguap. Selain pigmen
yang tak dapat larut (lengas gas atau jenis-jenis lengas yang lain), tinta ini
mengandung zat yang disebut toner, ialah bahan pewarna biru atau ungu. Maksud
dari toner ini adalah untuk menetralkan warna yang bernada kecoklat-coklatan yang
menjadi sifat dari sebagian besar macam lengas. Minyak mineral yang digunakan
untuk tinta koran, sering dilarutkan sejenis damar. Damar ini bukan bahan pengikat,
karena setelah pencetakan tetap larut dan tak menunjukkan pengikatan pada
pigmen. Cocok untuk bahan kertas yang mempunyai daya serat tinggi.
- Tinta koran hitam
Tinta ini lebih kental dibanding tinta koran rotasi yang dapat dikatakan encer.
Bila pada mesin rotasi digunakan tinta kental, maka kertas koran akan robek karena
tertarik oleh tinta itu. Tinta kerja (smout) erat sekali ikatannya dengan tinta koran
hitam, tetapi di samping minyak mineral, mengandung pula vernis lena dalam
prosentase tertentu. Tinta hitam kerja terutama digunakan untuk mencetak barang
cetakan perdagangan (handelsdrukwerk).
- Tinta cetak buku dan roman
Tinta ini lebih baik mutunya daripada tinta kerja tetapi perbedaannya tidak
demikian besar. Tinta inipun sedikit banyaknya mengandung minyak mineral.
e. Tinta minyak lena (lijnolie)
Tinta ini tak mengandung minyak mineral, tetapi hanya mengandung vernis minyak
lena; pengeringan terjadi dengan cara bereaksi dengan udara. Dalam hal ini vernis
minyak lena berubah menjadi unsur padat (linoxyn), di bawah pengaruh zat asam dari
udara. Proses pengeringan ini dipercepat dengan menambahkan bahan pengering,
seperti campuran timah, mangan dan kobalt, yang dicampurkan ke dalam tinta dalam
bentuk pasta atau cairan (siccative). Tinta itu setelah satu hari (sering juga setelah
beberapa jam) telah cukup mengering, sehingga bila kertas oplah ditumpuk dan
dipotong, tak menunjukkan gejala menular. Dalam tinta minyak lena termasuk tinta
ilustrasi clan tinta hitam cetak Was (prachtdruk). Dalam kelompok yang sama termasuk
tinta offset, tinta mengkilap dan beberapa macam tinta yang digunakan pada mesin
cetak tinggi untuk mencetak permukaan-permukaan rapat seperti, misalnya kertas
logam dan selofan. Tinta cetak minyak lena yang modern (untuk cetak buku maupun
offset) biasanya mengandung arpus buatan atau alamiah, yang telah mengalami proses
perubahan kimia. Tinta yang mengandung arpus ini menunjukkan kilauan yang lebih
dan mengering lebih cepat dari tinta minyak lena biasa. Kita sebut tinta ini dengan
nama, "tinta sintetis".
f. Tinta heat-set (kering dengan panas)
Untuk memperoleh pengeringan yang cepat, tinta dari macam minyak lena diolah
dengan campuran kadar minyak mineral tertentu. Tinta ini digunakan pada mesin rotasi
yang berputar cepat untuk pencetakan majalah yang menggunakan kertas cetak seni
(kunstdruk) dalam bentuk gulungan. Jalur kertas setelah dicetak dilintaskan melalui
sederetan api gas yang memanasi jalur sedemikian rupa sehingga minyak mineral
menguap. Setelah didinginkan, tinta telah cukup kering, sehingga barang cetakan dapat
dipotong dan dilipat. Tinta demikian disebut tinta Heat-set.
g. Tinta cepat-kering (quick-set)
Tinta lain yang cepat sekali mengering ialah tinta "Quick-set". Sebagai bahan
pengikat digunakan suatu zat, sejenis getah karet, yang sangat halus dalam minyak
mineral. Segera setelah tercetak, minyak mineral yang tipis diserap ke dalam kertas,
sedang karet yang mengembang merekat satu sama lain, hingga menjadi lapisan dan
mengikat pigmen pada permukaan kertas. Banyak tinta modern yang cepat mengering
dibuat menurut prinsip ini. Tetapi sebagai pengganti karet dan minyak mineral
digunakan suatu arpus buatan dan bahan pelarut yang encer sekali. Setelah
pencetakan, seperti pada tinta quick-set, terjadi pengeringan yang cepat pada lapisan
tinta, sedang pengerasan selanjutnya terjadi seperti pada tinta minyak cat.
h. Tinta dengan pengeringan uap air (moisture-set ink)
Yang juga cepat mengering adalah yang disebut tinta dengan pengeringan uap air
(moisture-set atau steam-set ink). Tinta ini tak mengandung 'minyak; bahan cair
dibentuk dengan larutan sejenis arpus buatan dalam sejenis gliserin, ialah glycole.
Glycole ini dapat dicampur dengan air, tetapi segera menyerap air; arpus menjadi
membeku dan dengan cara demikian mengikat pigmen-pigmen pada kertas.
MACAM-MACAM TEKNIK CETAK

Proses Cetak
Pengalihan lapisan tinta dari acuan cetak ke bahan cetak dengan menggunakan
tekanan dan kecepatan tertentu.
Unsur-unsur dari proses cetak :
1. Acuan cetak
Adalah suatu bidang yang memiliki 2 bagian berbeda fungsi, yaitu :
a. Bagian gambar adalah bagian yang memiliki fungsi mengambil lapisan tinta,
sehingga terbentuk gambaran sebagai berupa teks, garis, blok ataupun ilustrasi
yang memiliki makna.
b. Bagian bukan gambar adalah bagian yang tidak mengambil lapisan tinta tetapi
berfungsi sebagai pengikat bagian gambar.
2. Tinta cetak
Adalah suatu suspensi (larutan) bahan pewarna di dalam vernish di tambah dengan
bahan penolong sehingga memiliki sifat yang sesuai dengan cetakan tertentu.
Contoh :
- Tinta offset
- Tinta sablon
- Tinta rotogravure
- Tinta flexografi, dll.
3. Bahan cetak
Adalah segala macam bahan yang berfungsi sebagai media untuk mengemukakan
ide seseorang atau lembaga kepada khalayak luas.
Dapat berupa kertas, karton, aluminium foil, kaleng, kain ataupun plastik baik dalam
bentuk lembaran ataupun bukan lembaran seperti botol.
4. Mesin dan peralatan mesin
Adalah suatu benda yang digunakan untuk membantu manusia melakukan proses
cetak secara berkesinambungan. Dengan demikian mesin cetak harus dapat
menampung unsur-unsur proses cetak secara utuh.
5. Operator
Adalah manusia yang melakukan proses keempat unsur-unsur tersebut diatas
dengan menggunakan keahlian dan pengalaman yang dimilikinya untuk menghasilkan
cetakan yang benar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses cetak
- Permukaan bahan cetak
- Tekanan cetak
- Kecepatan cetak
- Ketebalan lapisan tinta cetak
- Sifat air dan lapisan tinta cetak
Cara pengalihan tinta cetak
- Langsung
Tinta melalui media acuan cetak langsung bertemu dengan lembar cetak.
- Tidak langsung
Tinta pada acuan cetak melalui rol perantara dialihkan ke lembar cetak.
Teknik Cetak
1. Teknik Cetak Tinggi (Letterpress)
Teknik Cetak Tinggi atau dikenal juga dengan istilah letterpress, cukil kayu, engraving
kayu, Cetak relief, cukil linoleum/linocut, flexography dan cukil logam/metalcut. Dalam
proses pencetakannya bagian yang memindahkan lapisan tinta cetak posisi citra gambarnya
terletak pada posisi yang lebih tinggi dari bagian yang tidak mengalihkan tinta. Film hasil
reproduksi harus disesuaikan untuk kebutuhan cetak tinggi agar dapat diperoleh acuan
cetak yang ideal, bagian yang mencetak harus lebih tinggi dari permukaan yang tidak
mencetak.
Teknologi cetak tinggi sebenarnya dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu Letterpress dan
Flexography. Metode mencetaknya juga memiliki kemiripan.
Perbedaan yang paling jelas dari keduanya adalah terletak pada bahan acuan cetaknya.
Letterpress acuan cetak terbuat dari bahan keras atau logam timah sedangkan Flexography
acuan cetak terbuat dari bahan lunak semacam karet/plastik Photopolymer (bahan peka
cahaya dan lunak).
Pada teknologi cetak tinggi ada beberapa istilah yang dipakai :
a. Platen Press/Degel Press, bertemunya dua bidang persegi panjang pada proses cetak.
b. Cylinder Press, bertemunya bidang datar dan silinder cetak.
c. Rotary Press, pertemuan dua buah Silinder/lebih dalam pelaksanaan cetaknya.
d. Rotary Web, sama dengan Rotary Press tetapi kertas cetaknya berupa rol/gulungan.
Cukil kayu adalah salah satu teknik cetak relief, merupakan teknik seni grafis paling
awal, dan merupakan satu-satunya yang dipakai secara tradisional di Asia Timur.
Kemungkinan pertama kali dikembangkan sebagai alat untuk menciptakan pola cetak pada
kain dan pada abad ke-5 dipakai di Tiongkok untuk mencetak teks dan gambar pada kertas.
Teknik cukil kayu di atas kertas dikembangkan sekitar tahun 1400 di Eropa dan beberapa
waktu kemudian di Jepang. Di dua tempat ini, teknik cukil kayu banyak digunakan untuk
proses membuat gambar tanpa teks.
Seniman membuat skets terlebih dulu pada sebidang papan kayu atau di kertas yang
kemudian ditransfer ke papan kayu. Seniman kemudian menyerahkan rancangannya ke ahli
cukil khusus, yang menggunakan peralatan tajam untuk mencukil bagian papan yang tidak
akan terkena tinta. Bagian permukaan tinggi dari papan kemudian diberi tinta dengan
menggunakan roller, lalu lembaran kertas, yang mungkin sedikit lembab, diletakkan di
bawah papan. Kemudian papan digosok dengan baren (alat yang digunakan di Jepang) atau
sendok, atau melalui alat press. Jika memakai beberapa warna, papan yang terpisah dipakai
untuk tiap warna. Seniman yang menggunakan teknik ini : Albrecht Dürer, Werner Drewes,
Hokusai, Ando Hir Osige (Jepang). Adapun grafikus Indonesia yang menggunakan cetak
tinggi dalam berkarya antara lain Kaboel Suadi, Edi Sunaryo dan Andang Supriadi.
Mesin cetak tinggi dapat digunakan untuk pekerjaan kecil-kecil di suatu perusahaan,
antara lain amplop, kop surat, kartu nama dan lain-lain cetakan. Pun dapat pula digunakan
untuk mencetak ril, pon dan emboss serta dapat dimodifikasi untuk cetakan jenis foil dengan
penambahan elemen pemanas.
Ciri-ciri hasil cetak tinggi
- Huruf tercetak tajam dengan pinggiran berkontur
- Titik raster bulat tetapi tidak rata dengan bagian pinggir lebih hitam dan tajam
- Warna cetakan lebih cerah
- Ada tindas cetak di belakang kertas
2. Teknik Cetak Tinggi Flexography
Flexo adalah sebuah teknik cetak rotary yang menggunakan plate yang terbuat dari
karet atau photopolymer. Cetak flexo bisa mencetak hampir ke semua jenis material. Nama
Flexography sendiri diambil dari kata flexible yang merupakan bahan pembuat pelat
cetaknya. Teknik cetak flexography termasuk jenis cetak tinggi karena tinta dialihkan ke
media cetak melalui pelat cetak yang permukaan cetaknya lebih tinggi.
Prinsip cetak Flexography, mencetak diatas permukaan bahan bentuk rol (reel feed)
dengan acuan cetak bersifat lentur (Flexible printing plates) dan tinta yang agak cair (Low
viscous ink). Komponen dasar teknik cetak Flexo meliputi : Fountain roll, Ink metering roll
(Anilox), Plate cylinder, Impression cylinder.
Teknik fleksografi menggunakan acuan cetak yang terbuat dari anilin, yaitu sejenis karet
atau plastik. Tujuannya adalah untuk mencapai fleksibilitas cetakan, karena fleksografi
merupakan teknik cetak yang digunakan untuk mencetak permukaan yang dapat dikatakan
tidak rata, bergelombang, bermotif dan lainnya. Biasanya teknik ini digunakan pada pabrik-
pabrik pembuat kemasan, karena bahan-bahan yang dicetak pada umumnya digunakan
pada pabrik-pabrik, seperti kardus, plastik, karet, mika, kaca dan lain-lain.
3. Teknik Cetak Dalam (Rotogravure/Intaglio)
Cetak Rotogravure, dalam dunia grafika diartikan sebagai ‘cetak dalam’. Secara
etimologi, rotogravure berasal dari dua kata, yaitu ‘roto’ atau ‘rotem’ yang berarti berputar
atau berotasi, dan ‘gravure’ yang berarti cukil dan ukir. Sedangkan secara terminologi,
rotogravure adalah teknologi cetak dari teknik cetak dalam yang menggunakan acuan cetak
berbentuk silinder yang berputar, di mana gambar atau tulisan tersebut dibuat dengan cara
dicukil atau pun diukir. Prinsip dasar teknik cetak dalam, yaitu pada bidang yang mencetak
(image area) yang letaknya lebih rendah atau dalam dibandingkan dengan bidang yang
tidak mencetak (no image area) pada permukaan acuan cetak.
Teknik cetak dalam dibagi menjadi dua macam, yaitu rotogravure dan intaglio. Kedua
teknik tersebut pada prinsipnya adalah sama yaitu sama-sama teknik cetak dalam dimana
bagian yang mencetak lebih dalam dan yang tidak mencetak lebih tinggi. Keduanya
dibedakan pada pembuatan pelat cetaknya. Teknik rotogravure menggunakan raster dalam
pembuatan acuan cetaknya, sedangkan intaglio tidak menggunakan raster, tetapi dalam
pembuatan acuan cetak menggunakan sistem etsa. Pembawa bentuk gambar atau
permukaan cetak pada rotogravure umumnya terdiri dari silinder baja dengan lapisan luar
yang terbuat dari tembaga dimana bentuk gambar terdiri dari jutaan sel-sel kecil dengan
bermacam-macam kedalaman yang dihasilkan melalui proses elektromechanical engraving.
Penggunaan engraving berbahan tembaga pertama kali diketahui digunakan oleh Martin
Schongauer. Sementara Albrecht Dürer adalah salah satu seniman intaglio terkenal. Pada
abad 17 dan 18 teknik ini mencapai masa keemasannya dan kadang bahkan dipakai untuk
mereproduksi gambar-gambar potret. Banyak pula ditemui perangko-perangko bernilai tinggi
yang dicetak dengan teknik ini. Proses pembuatan pelat cetak intaglio yang biasanya terbuat
dari tembaga atau seng digunakan sebagai bahan acuan utama, dan permukaan cetak
dibentuk dengan teknik etsa, engraving, drypoint atau mezzotint. Penggunaan pelat ini
dengan menyelimuti permukaan acuan dengan tinta, kemudian tinta di permukaan yang
tinggi dihapus dengan doctor blade sehingga yang tertinggal hanyalah tinta di bagian
rendah.
4. Teknik Cetak Datar/Offset Printing (Lithography)
Penemu cetak datar adalah seorang bangsa Jerman yang bernama Alois Senefelder
pada tahun 1797. Prinsip cetak datar adalah adanya prinsip tolak menolak antara air dan
lemak (tinta) pada acuan cetak, dimana bagian yang mencetak menarik tinta menolak air,
sedangkan bagian yang tidak mencetak menarik air menolak tinta. Dinamakan cetak datar
karena pada acuan cetak permukaan bagian yang mencetak dan permukaan bagian yang
tidak mencetak sama tingginya. Proses cetak offset adalah proses cetak tidak langsung,
artinya peralihan tinta dari acuan cetak tidak langsung mengenai bahan cetak, tetapi melalui
media perantara yaitu silinder kain karet (blanket cylinder) baru mengenai bahan cetak.
Gambar/teks pada acuan terbaca, pada silinder blanket tidak terbaca dan sampai bahan
cetak baru terbaca kembali. Cetak offset dengan pembasahan (wet offset) adalah proses
cetak yang melibatkan banyak komponen dengan berbagai macam proses yang saling
berkaitan. Setiap komponen dan setiap prosesnya akan mempengaruhi hasil cetaknya.
Kemampuan proses cetak teknik ini antara 200-100.000 eksemplar dalam sekali naik cetak,
namun hal tersebut juga di pengaruhi oleh kapasitas dan keadaan mesinnya.
Mesin cetak offset dibedakan berdasarkan cara masuk kertasnya yaitu :
a. Mesin cetak lembaran (sheetfed), yaitu mesin cetak yang menggunakan kertas
lembaran.
b. Mesin cetak gulungan (web fed), yaitu mesin cetak yang menggunakan kertas
rol/gulungan, biasanya digunakan untuk mencetak koran, majalah atau buku dengan
kertas tipis.
Kelebihan dari mesin cetak web offset adalah kecepatan cetaknya tinggi dan hasil
cetaknya dapat langsung terpotong dan dapat langsung mencetak pada kedua sisi kertas.
Namun web offset juga mempunyai kekurangan, antara lain stabilitas warna yang dihasilkan
lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil dari mesin sheet offset, hal ini diakibatkan oleh
kecepatan mesin web sangat tinggi dengan kecepatan 40.000 sampai dengan 60.000
cetakan perjam. Dalam hal supply tinta ke kertas, maksimum density hanya 0.8-0.9 D, lebih
rendah jika dibandingkan sheetfed offset. Kualitas dot yang dihasilkan juga agak grepes,
tidak setajam dot pada cetak sheetfed.
Offset berasal dari kata set-off (beralih), dimana lapisan tinta yang ada di pelat cetak
tidak langsung dialihkan ke permukaan bahan cetak tetapi diberikan dulu kepada sebuah
blanket sebagai perantaranya. Karena proses peralihan tersebut, maka dalam mesin cetak
offset setidaknya terdapat tiga buah silinder utama, yaitu silinder pelat, silinder blanket dan
silinder impresion. Dan karena dalam cetak offset tinta harus melalui blanket terlebih dahulu
sebelum mencapai permukaan bahan cetak, maka cetak offset termasuk teknik cetak tidak
langsung.
Pelat cetak offset terdiri dari dua bagian, yaitu image area yang nantinya akan
membentuk gambar dan non image area, dalam cetak offset pelat cetak yang digunakan
adalah datar.
Cetak offset disebut juga chemical printing technique atau teknik cetak kimia, karena
dalam prosesnya cetak offset memanfaatkan sifat tolak-menolak antara air dan minyak. Air
yang dimaksud adalah air pembasah yang digunakan dalam cetak offset dan minyak
dianalogikan sebagai tinta yang digunakan dalam proses cetak. Bagian image area pada
pelat cetak offset terbuat dari lapisan Oleophylic yang bersifat menolak air dan menerima
tinta.
Sebaliknya bagian non image area terbuat dari lapisan hidrophylic yang menerima air
dan akan menolak tinta. Seperti diketahui bahwa air mustahil melekat pada permukaan yang
licin, maka dari itu permukaan bagian oleophylic dibuat licin, sedangkan hydrophylic kasar.
Dalam proses cetak offset sendiri, pertama-tama pelat akan diberi lapisan air dan karena
sifat-sifat bagian pelat tadi maka bagian hidrophylic pun akan terlapisi oleh air, sedangkan
bagian oleophylic akan tetap kering. Pada tahap selanjutnya, pelat cetak akan dilapisi oleh
tinta dan karena bagian hidropylic telah terlapisi oleh air, maka mustahil tinta akan melekat
diatasnya, dan karena bagian oleophylic mampu menarik tinta, maka bagian itu pun akan
terlapisi oleh tinta dan gambar-pun akan terbentuk.
5. Teknik Cetak Saring/Sablon/Screen Printing
Cetak saring atau sablon atau screen printing adalah merupakan bagian dari ilmu
grafika terapan yang bersifat praktis. Cetak saring dapat diartikan kegiatan cetak mencetak
dengan menggunakan kain gasa/kasa yang biasa disebut screen (Guntur Nusantara, 2007:
iii). Pada umumnya cetak mencetak dilakukan pada setiap benda padat yang datar tetapi
dapat juga dilakukan di atas bentuk yang melingkar. Perbedaannya terletak pada jenis
cat/tinta yang digunakan dan jenis produk yang akan dicetak. Menengok sejarah cetak
saring atau cetak sablon telah lama dikenal dan digunakan oleh bangsa Jepang sejak tahun
1664, abad ke-17. Ketika itu, Yuzensai Miyasaki dan Zisukeo Mirose mengembangkannya
dengan menyablon kain kimono beraneka motif yang sebelumnya dibuat motif kimono
dengan tulis tangan.Ternyata lebih menekan biaya sehingga kimono motif sablon mulai
banyak digunakan oleh masyarakat Jepang. Sejak itu, teknik cetak saring terus berkembang
dan merambah ke berbagai Negara. Tahun 1907, pria berkebangsaan Inggris, Samuel
Simon, mengembangkan teknik sablon menggunakan chiffon sebagai pola untuk mencetak.
Chiffon merupakan bahan rajut yang terbuat dari benang sutera halus. Bahan rajut inilah
yang merupakan cikal bakal kain gasa untuk menyablon.
Istilah cetak saring di Indonesia lebih populer dengan sebutan cetak sablon. Kata sablon
berasal dari bahasa Belanda, yaitu Schablon, sehingga dalam bahasa serapan menjadi
sablon (Guntur Nusantara,2007: 2). Sablon dapat didefinisikan sebagai pola berdesain yang
dapat dilukis berdasarkan contoh.
Cetak sablon adalah mencetak dengan menggunakan model cetakan atau mal. Cetak
saring adalah mencetak dengan menggunakan kain gasa yang dibingkai disebut screen.
6. Teknik Cetak Digital Printing
Digital Printing artikan dengan bebas sebagai proses mencetak gambar atau design ke
media cetak dari komputer melalui alat/mesin cetak secara langsung tanpa perlu pembuatan
film atau plate. Dilihat dari jenis mesinnya, digital printing dapat dibagi menjadi :
A. Mesin digital printing berbasis tinta/inkjet machine.
Sebagai contoh ROLAND, MUTOH, MIMAKI, HP. EPSON, CANON dan printer wide
format seperti Myjet, NUR, VUTEK, SCITEX. Printer dekstop seperti Espon R230 bisa
dikategorikan dalam jenis inkjet machine.
Untuk mesin berbasis tinta dibedakan menjadi :
a. Printer dengan tinta dye/pigment.
Tinta dye merupakan tinta waterbase atau tinta yang basisnya air. Tinta ini sangat
bagus untuk mencetak photo karena mampu menghasilkan gamut warna yang baik,
banyak dipakai mesin-mesin seperti printer dekstop. Kekurangan tinta jenis dye adalah
kekuatannya, dimana tinta ini akan mudah luntur jika terkena air atau sinar UV, untuk itu
biasanya diperlukan tambahan laminasi sebagai pelindungnya.
b. Printer dengan tinta solvent.
Tinta solvent merupakan tinta solvent base atau tinta basisnya minyak. Tinta ini
memiliki kekuatan jauh lebih kuat dibandingkan tinta dye karena tidak luntur terkena air
dan sinar UV. Karena kekuatannya tinta ini banyak digunakan untuk printer-printer large
format untuk cetak spanduk, sticker, baliho atau giant banner. Tetapi untuk kehalusan
cetakan masih bagus yang menggunakan tinta dye, sekarang berkembang tinta
ecosolvent yang hasil cetakannya bisa sebagus tinta dye. Printer-printer yang
menggunakan tinta ecosolvent sebagai tintanya adalah ROLAND, MUTOH, HP,
MIMAKI, dll.
c. Printer dengan tinta UV.
Tinta UV merupakan tinta khusus yang dapat dikeringkan dengan sinar UV,
prosesnya ketika tinta disemprotkan oleh printer ke media cetak saat itu pula tinta
tersebut dikeringkan menggunakan sinar UV sehingga tinta mampu menempel ke
berbagai media cetak. Oleh karena itu tinta UV dapat digunakan hampir disemua media,
seperti: kaca, kayu, kain, vinil, dll. Biasanya printer-printer yang menggunakan tinta UV
adalah jenis printer flatbed walaupun ROLAND sudah ada yang menggunakan tinta UV
tapi tidak berbentuk flatbed. Tinta ini lebih kuat dari pada solvent maupun dye. Harga
printer berbasis tinta UV masih relatif mahal dan begitu pula biaya produksinya.
B. Mesin digital berbasis toner.
Untuk mesin yang menggunakan toner banyak sekali macamnya. Mulai dari yang
ukuran A4 s/d ukuran A0, sedangkan merk nya mulai dari HP, EPSON, Xerox, Samsung,
OCE, KIOCERA, dll. Bahkan mesin-mesin digital berbasis toner sudah ada yang dilengkapi
sistem finishing-nya seperti penjilidan atau penyusunan naskah. Kebanyakan mesin-mesin
berbasis toner lebih banyak digunakan untuk layanan dokumen seperti membuat buku,
cetak peta, cetak kalkir dll. Kelebihan dari mesin berbasis toner adalah kecepatannya,
dimana untuk ukuran A0 hanya perlu 17 detik.
C. Mesin digital berbasis tinta offset.
Mesin ini diproduksi untuk menemani mesin cetak offset atau mungkin nantinya akan
menggantikan mesin cetak offset. Dalam prosesnya mesin ini tidak memerlukan film atau
plate, dari komputer langsung dicetak. Kelebihan mesin ini adalah fleksibilitas medianya
yang luas, mulai dari kertas sampai plastik dan hasilnya sangat mirip dengan mesin offset.
Contoh dari mesin ini adalah HP INDIGO, Kodak Nexpress, harga mesin cetak ini sangat
mahal namun biaya produksinya relatif murah.
Dilihat dari tinta yang digunakan pada dasarnya ada 3 konsep dasar untuk proses cetaknya :
a. Proses cetak dengan konsep dry toner
Konsep dry toner biasa kita gunakan terutama digunakan di dunia laser printer desktop.
b. Proses cetak dengan konsep liquid toner
Digital printing yang pertama kali menggunakan liquid toner adalah HP Indigo. Liquid
toner mempunyai kelebihan yaitu speed yang sangat cepat, juga kualitas cetak yang
sangat bagus. Merk mesin digital print yang sama yaitu merk Oce dan Xeikon.
c. Proses cetak dengan konsep inkjet
Proses cetak inkjet sudah banyak dan umum digunakan pada printer desktop yang
biasa di pakai mencetak untuk banner atau baliho. Hanya saja untuk penggunaan di
dunia percetakan sticker dan rotogravure, konsep inkjet ini termasuk sangat baru.
Printer Ink Jet dari Belanda dengan konsep Nanographic Technology-nya.
Konsep inkjet ini akan dapat berakselerasi dan melampaui kemampuan konsep dry atau
liquid toner yang sudah ada. Untuk masalah kecepatan mesin cetak inkjet dapat
mencapai 200m/menit untuk warna CMYK, yaitu mesin jetstream dari OCE (Canon).
Melihat diagram proses pada printer HP Indigo, bisa kita lihat bahwa image artwork tidak
langsung ditransfer dari tinta ke bahan cetak. Yang menempelkan tinta ke media cetak
adalah blanket cylinder dan blanket cylinder ini mendapatkan image dari photo imaging
cylinder. konsep ini mirip seperti cetak offset.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) DAN
WORK ORDER (WO) PEKERJAAN CETAK TINGGI

SOP (Standard Operating Procedure)


Prosedur adalah serangkaian aksi yang spesifik, tindakan atau operasi yang harus
dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang sama agar selalu memperoleh hasil yang
sama dari keadaan yang sama.
Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan
tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja perusahaan berdasarkan
indikator-indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur
kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.
Tujuan SOP adalah menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan
unit kerja perusahaan untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan.

WI (Work Instruction)
Persamaan pengertian SOP dan WI merupakan suatu panduan (pedoman) yang
menjelaskan mengenai kegiatan atau proses itu dilakukan (dilaksanakan), sedangkan yang
membedakan adalah SOP lebih luas ruang lingkupnya dan menggambarkan banyak aktifitas
dari suatu proses sedangkan untuk WI merupakan petunjuk atau cara dalam melakukan
satu jenis aktifitas.
Sebagai gambaran pada industri manufacture ada kegiatan dari mulai penerimaan
bahan baku, pengolahan dan pengemasan produk. Untuk menjelaskan kegiatan tersebut
maka dibuat SOP, salah satunya SOP pengemasan yang memuat mengenai alat, bahan
dan aktifitas. Lalu untuk menjelaskan detail pelaksanaan SOP tersebut dibuatlah WI atau
intruksi kerja misalnya ada aktifitas mesin kemas maka dibuat WI mesin kemas yang
memuat urutan dari mulai menghidupkan mesin, mesin bekerja sampai mematikan mesin.

WO (Work Order) = SPK (Surat Perintah Kerja)


Work Order adalah pesan/perintah suatu pekerjaan dalam internal maupun eksternal
perusahaan/lembaga/departemen berupa dokumen secara tertulis kepada pelaksana
aktivitas pekerjaan untuk diselesaikan.
SOP pada pekerjaan cetak tinggi :
1. Mempersiapkan alat dan bahan.
2. Membersihkan dan melumasi mesin.
3. Membuat dan memasang bantalan.
4. Menutup dan memasang acuan.
5. Menyetel unit pemasukan, pencetakan dan pengeluaran.
6. Menyetel unit penintaan.
7. Memberi dan meratakan tinta.
8. Cetak coba.
9. Menentukan letak cetak (+ ganjal rata, bila perlu).
10. Cetak coba kembali.
11. Mencetak.
12. Membersihkan alat dan bahan.
MACAM-MACAM MESIN CETAK TINGGI

Jenis-jenis mesin cetak tinggi :


1. Mesin Degel
Mesin ini dapat dicirikan pada unit cetaknya terdapat Degel (penekan) untuk tempat
meletakkan lembar cetak yang berbentuk datar dan tempat untuk meletakkan acuan
cetak yang disebut fundamen cetak berbentuk datar juga.
Dengan degel dan fundamen berbentuk datar maka pencetakan terjadi bersama-
sama antara lembar cetak dengan acuan cetak.
Skema Mesin Degel

Keterangan 2 komponen mesin cetak degel :


- Fundamen cetak (tempat meletakkan acuan cetaknya) yang berbentuk datar.
- Penekannya (degelnya) berbentuk datar.
Sistem kerja mesin degel
Mesin degel ditinjau dari sistem kerjanya (gerak mesin) dibagi dalam 4 sistem, yaitu :
a. Sistem Boston
Mesin degel dengan sistem Boston saat bekerja fundamen cetak (tempat
acuan) tidak bergerak, sedangkan degelnya bergerak membuka untuk mendapat
kertas. Pada saat yang bersamaan rol tinta memberi tinta ke acuan. Setelah degel
mendapat kertas, acuan mendapat tinta, degel menghimpit untuk pencetakan.
Mesin yang mengambil sistem ini contohnya mesin Handpress dan Heidelberg
Degel Automatic (HDA).
Cara Kerja
Sistem Boston

Waktu bekerja sistem boston


- Fundamen cetak (tempat meletakkan acuan tidak bergerak)
- Penekannya (degelnya) bergerak :
a. Membuka untuk mendapat kertas
b. Menutup (menghimpit) untuk mencetak
b. Sistem Gally
Mesin ini fundamen cetaknya tidak bergerak, degelnya setelah pencetakan
bergerak mundur sejajar dengan fundamen cetak baru membuka. Setelah
mendapat kertas degel bergerak sejajar dengan fundamen cetak kemudian
menghimpit untuk pencetakan.
Mesin yang mengambil sistem ini contohnya mesin Thompson British yang
biasa disebut Tommy.
Cara Kerja
Sistem Gally

Waktu bekerja sistem gally


- Fundamen cetaknya tidak bergerak
- Degel bergerak :
a. Membuka untuk mendapat kertas
b. Sejajar dengan fundamen cetak
c. Menutup (menghimpit) untuk mencetak
c. Sistem Gordon
Pada sistem Gordon degel dan fundamen cetak sama-sama bergerak, landasan
dan penekan terletak miring. Degel membuka untuk mendapat kertas, sedangkan
fundamen cetak membuka untuk mendapat tinta. Bila keduanya sudah terisi,
keduanya pula bergerak menghimpit (mendekati) untuk pencetakan. Letak degel
dan fundamen cetak seakan-akan terpisah tidak dalam satu kesatuan.
Mesin degel yang menggunakan sistem Gordon disebut juga Mesin Gordon.
Cara Kerja
Sistem Gordon

Waktu bekerja sistem gordon


- Fundamen cetak bergerak :
a. Membuka untuk mendapatkan tinta
b. Menutup untuk mencetak
- Degelnya bergerak :
a. Membuka untuk mendapat kertas
b. Menutup untuk mencetak
d. Sistem Liberty
Mesin ini, degel dan fundamen cetaknya sama-sama bergerak, landasan dan
penekan terbuka horisontal serta keduanya terletak dalam satu poros. Degelnya
membuka untuk mendapat kertas, fundamen cetak mendapat tinta, kemudian
keduanya saling berhimpitan untuk pencetakan.
Cara Kerja
Sistem Liberty

Waktu bekerja sistem liberty


- Fundamen cetak bergerak :
a. Membuka untuk mendapatkan tinta
b. Menutup untuk mencetak
- Degelnya bergerak :
a. Membuka untuk mendapatkan kertas
b. Menutup untuk mencetak
Perbandingan sistem Liberty dan Gordon :
- Degelnya sama-sama bergerak
- Fundamen cetak sama-sama bergerak
- Sistem Gordon, Degel dan Fundamen cetak seakan-akan terpisah
- Sistem Liberty, Degel dan Fundamen cetak berada dalam 1 poros
Kesimpulan mesin degel :
- Mesin yang paling praktis ialah mesin Boston karena yang bergerak hanya degelnya
sedangkan fundamennya tetap (permanen).
- Ditinjau dari pemasukan kertasnya :
- Secara manual (oleh operator) satu persatu (Handpress, Gordon)
- Secara mekanik (otomatis) yaitu Heidelberg Degel Automatic (HDA).
2. Mesin Silinder
Mesin silinder dapat dicirikan pada unit cetaknya, sebagai penekan berbentuk
silinder disebut silinder tekan dan fundamen cetak berbentuk datar. Dengan penekan
yang berbentuk silinder, maka tekanan cetak terjadi tahap demi tahap (sebagian demi
sebagian), hingga ada yang disebut dengan jalur cetak.

Skema Mesin Silinder


Menurut gerak mesin, mesin silinder dibagi menjadi 4 sistem kerja, yaitu :
a. Sistem satu putaran
Silinder berputar 1 kali pada waktu pencetakan dan tidak berhenti, landasan
bergerak maju pada waktu silinder berputar ½ putaran. Pada putaran selanjutnya
silinder terangkat naik oleh gerakan eksentrik, landasan cetak kembali ke tempat
semula.
b. Sistem dua putaran
Silinder berputar 2 kali, terjadi cetakan hanya 1 kali, pada putaran I, terjadi
pencetakan, pada putaran ke II landasan cetak kembali ke posisi semula.
c. Sistem stop silinder
Gerak putaran silinder berhenti setelah selesai mencetak. Silinder berputar
1 kali dan berhenti untuk mengambil kertas. Landasan cetak bergerak maju pada
waktu terjadi pencetakan dan bergerak mundur setelah terjadi pencetakan.
d. Sistem berayun
Silinder tidak berputar melainkan berayun, ayunan I terjadi pencetakan,
kemudian berayun kembali bergerak mundur ke posisi semula.
3. Mesin Rotasi
Mesin ini pada unit cetaknya mempunyai dua buah silinder, satu digunakan sebagai
silinder acuan dan satu lagi digunakan sebagai silinder tekan.
Pada zamannya mesin ini digunakan untuk mencetak surat kabar dengan acuan yang
terbuat dari timah yang disebut stereotype atau stip.

Jika fundamen dan penekan sama-sama berbentuk silinder maka mesin cetak tersebut
termasuk mesin cetak silinder rotasi (rotation press).
Sistem pada mesin rotasi antara lain :
1. Sistem Rotasi konstan
Rotasi yang digunakan untuk mencetak satu ukuran kertas
2. Sistem Rotasi Variabel
Rotasi yang digunakan untuk mencetak berbagai macam ukuran kertas
3. Mesin cetak rotasi lembaran
Acuannya terbuat dari timah cor, berbentuk ½ lingkaran
4. Mesin cetak rotasi gulungan
Acuannya terbuat dari bahan dycril
5. Mesin cetak flexografi
Acuannya berbentuk bulat, terbuat dari karet
Alat yang digunakan dalam teknik cetak tinggi :
1. Mesin cetak
2. Meja acuan
3. Bingkai cetak/raam
4. Wit/putih pengisi
5. Acuan cetak
6. Alat penutup
7. Kunci penutup
8. Sikat
9. Palu karet/pemapar
10. Sendok tinta/kape
11. Obeng, tang, kunci pas
12. Micrometer
13. Bantalan

Bahan yang digunakan dalam teknik cetak tinggi :


1. Kertas
2. Tinta
3. Bensin/solar/minyak tanah
4. Kain perca
5. Oli pelumas
6. Lem/Lakban/Solatip

Alat untuk menutup acuan pada bingkai cetak/raam :


1. Meja acuan
2. Bingkai cetak/raam
3. Wit/putih pengisi
4. Acuan cetak
5. Alat penutup
6. Kunci penutup
7. Palu/pemapar
8. Sikat
JENIS PEKERJAAN DAN MACAM ACUAN PADA TEKNIK CETAK TINGGI

Salah satu alasan teknik cetak tinggi masih digunakan hingga kini adalah ia mampu
melakukan beberapa "pekerjaan khusus" yang tidak bisa dilakukan oleh mesin dengan
teknik cetak lain.
Maksudnya mencetak pekerjaan khusus ialah mencetak suatu bahan yang akan dicetak
tidak hanya dilakukan dengan mengalihkan tinta saja pada kertas itu, melainkan masih perlu
dikerjakan dengan cara lain yang khusus perlakuan pekerjaannya.
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing pekerjaan khusus tersebut :
1. Stans/Pond & Rill (Die Cutting)
Stans/Pond (Die Cutting) merupakan pekerjaan memotong yang tidak dapat
dilakukan oleh mesin potong, bentuk yang dipotong sangat tidak beraturan, dapat
bersegi atau berliku-liku. Sedangkan Rill adalah pemberian jejak dengan tujuan
memudahkan pelipatan. Stans dan Rill banyak ditemukan pada cetak kemasan.
2. Perforasi
Perforasi bertujuan untuk memudah penyobekan. Biasanya digunakan pada buku-
buku bon, formulir, kwitansi, karcis dan lainnya yang memerlukan perobekan lurus.
Adapun bentuk-bentuk perforasi adalah sebagai berikut.
• Garis
• Hole/lubang
• Persegi/Kubus
• Persegi panjang
3. Cetak Timbul
Mencetak timbul yaitu mencetak suatu permukaan kertas yang hasil cetakannya
pada kertas tersebut kalau kita raba akan terasa timbul/menonjol/kasar.
Cetak timbul dapat dikerjakan dengan dua cara, yaitu :
3.1. Cetak timbul dengan cara pengeprihan/embosing
Pengeprihan/embose adalah cetakan yang digunakan untuk memberikan efek
timbul pada hasil cetakannya. Pada prosesnya, cetak embose menggunakan dua
buah klise yang berbeda, yaitu klise patris dan klise matris. Yang mana klise
matris (tidak timbul dan tidak terbaca) diletakkan pada acuan cetak, sedangkan
klise patris (timbul dan terbaca) ditempelkan di degel.

Proses Debose kebalikan dari Embose.


3.2. Cetak timbul dengan powder dan pemanasan
Mencetak timbul dengan bubuk/powder dan pemanasan berarti membubuhi
bubuk/powder di atas kertas yang telah tercetak dan dalam keadaan masih basah
kemudian setelah itu memanaskannya di atas pemanas yang cukup kuat
panasnya.
Bubuk/powder yang dibubuhkan di atas cetakan yang masih basah itu adalah
bubuk timbul yang dibuat dari bahan logam dan resin. Bubuk ini akan melekat
pada cetakan yang masih basah dan apabila cetakan sudah mengering maka
bubuk tersebut tidak akan melekat dengan sempurna bahkan tidak akan melekat
sama sekali, bubuk ini dinamakan Virkotype.
Bubuk timbul/virkotype ada dua macam :
1. Bubuk timbul netral : bubuk ini berwarna cream dan ada yang agak kuning,
bubuk netral ini mempunyai sifat transparan setelah dipanaskan.
2. Bubuk timbul emas/perak : bubuk timbul ini hanya akan menimbulkan warna
emas/perak saja, walaupun warna dasar yang digunakan dalam pencetakan
berubah-ubah.
4. Cetak Bronz Emas/Perak
Mencetak dengan menggunakan bronz emas/perak, biasanya untuk memperindah
sampul, kartu undangan, kartu pengenal, sertifikat dan lain sebagainya.
Mencetak dengan menggunakan bronz emas / perak, dapat dilakukan dengan cara :
1. Mencampurkan bubuk bronz emas/perak pada vernisnya, setiap kali mencampurkan
hanya memerlukan sedikit bronz, kira-kira cukup untuk mencetak beberapa jam.
Bubuk bronz yang dicampur pada vernis atapun tinta emas/perak yang berupa pasta,
cahaya mengkilapnya dapat hilang karena terpengaruh vernis yang kurang baik.
2. Menaburkan/membedaki/melekatkan bubuk bronz emas/perak pada kertas dengan
jalan mencetak terlebih dahulu dengan tinta dasar khusus/tertentu, lalu bubuk bronz
emas/perak ditaburi di atas cetakan tersebut. Bubuk bronz untuk penaburan dipakai
bubuk yang agak kasar sedangkan bubuk bronz untuk tinta karena dicampur
dipergunakan bubuk yang halus.
Agar bubuk bronz dapat melekat dengan baik, maka perlu :
1. Daya rekat tinta yang cukup kuat, yaitu dengan menambahkan vernis tebal atau
vernis mengkilap.
2. Cetak pendahuluan yang tidak terlalu tipis.
3. Penggosokan yang dilakukan segera setelah pencetakan menggunakan kapas
bersih dengan cara diputar-putar ke seluruh bagian yang dicetak secara merata.
5. Cetak Poly (Hot Print)
Cetak poly (hot print) berarti mencetak dengan menggunakan alat pemanas sebagai
penghasil gambaran yang terdapat pada kertas, kulit, kain, plastik dan lain-lain bukan
dengan tinta tetapi dengan pita kertas kaca setebal 0,15 mm yang dilapisi dengan tinta
bronz warna emas, perak serta warna lain (hijau, merah, biru, tembaga). Umumnya
cetak poly digunakan dalam kartu-kartu ucapan serta kemasan.
Acuan cetak yang dipakai pada cetak bronz emas/perak dan poly sama dengan
yang digunakan untuk mencetak menggunakan tinta biasa yaitu acuannya timbul dan
tidak terbaca.
6. Cetak Karbon
Cetak karbon yaitu mencetak dengan bidang penuh atau mesin khusus pencetak
karbon dengan menggunakan tinta karbon yang terbuat dari campuran malam dan
minyak mineral serta pigmen hitam atau warna lain. Tinta karbon agak liat dan tidak
mengering.
Kertas karbon biasanya dipakai sebagai tindasan/tembusan untuk membuat copy pada
kertas dengan tulisan/gambaran tangan atau mesin ketik dengan cara diselipkan di
antara kertas-kertas tersebut.
Sebagai acuan cetak dapat digunakan segala bahan yang biasa digunakan untuk
mencetak permukaan penuh.
7. Cetak Iris (Rainbow Printing)
Pada cetak iris (rainbow printing) dengan sekali mencetak didapati hasil cetak dalam
beberapa warna sekaligus, dimana misalnya warna dari tua berangsur-angsur menjadi
muda atau dari satu warna berangsur-angsur beralih ke warna lain, sehingga terjadi
efek pelangi yang bagus. Dari situlah nama “Iris“, nama dewi pelangi dalam pendewaan
Yunani kuno.
Cetak iris digunakan untuk sampul, pembungkus, iklan dan lain sebagainya. Hanya
acuan penuh dapat memberikan hasil yang memuaskan, seperti bidang nadawarna,
klise raster dan huruf-huruf yang besar sekali.
8. Cetak Nomorator/Nomerator
Cetak nomorator/nomerator adalah cetakan yang digunakan untuk memberikan
nomor urut pada hasil cetak. Digunakan untuk cetakan tiket, kwitansi, nota, karcis dan
lain-lain.
MENUTUP ACUAN

Menentukan letak cetak :

A. PK

LS

TS LK

B. PK

LS

TS LK

Keterangan :
PK = Panjang Kertas
LK = Lebar Kertas
LS = Lebar Susunan
TS = Tinggi Susunan

A = Susunan Lebar < Tinggi B = Susunan Lebar > Tinggi


L < T L > T
(Potrait) (Landscape)
Hand Press
(Lebar < Tinggi) = Potrait = wit atas – bawah = LK – TS
2
= wit kiri – kanan = PK – LS
2
(Lebar > Tinggi) = Landscape = wit atas – bawah = LK – TS
2
= wit kiri – kanan = PK – LS
2
HDA
(Lebar < Tinggi) = Potrait = wit atas – bawah = LK – TS + 0,25 cm
2
= wit kiri – kanan = PK – LS + 0,5 cm
2
(Lebar > Tinggi) = Landscape = wit atas – bawah = LK – TS + 0,25 cm
2
= wit kiri – kanan = PK – LS + 0,5 cm
2

Penempatan anleg
Hand Press

HDA

Keterangan :
Hitam = Anleg
Kuning = Lidah
BANTALAN CETAK

Bantalan cetak adalah beberapa lembar kertas, karton, karet atau bahan lain yang
terpasang diatas degel/silinder guna mencapai ketinggian/kekenyalan tertentu. Susunan
lembar kertas khusus, terdiri dari lembar penegang (pengunci) dan lembar isi yang
mempunyai ketebalan tertentu.
Bantalan dipasang di atas degel, dalam keadaan tegang dan tidak menggembung (tidak
ada udara di dalam)

Fungsi bantalan cetak :


1. Mencegah rusak/aus acuan cetak.
2. Menambah fleksibilitas degel/silinder.
3. Menambah/mengurangi tekanan cetak
4. Tempat meletakkan tustel/ganjal rata/pikersel = terbuat dari mika/karet.
5. Tempat meletakkan anleg (penepat).

Untuk membuat susunan bantalan cetak, diperlukan beberapa macam kertas, seperti :
1. Kertas Cassing/Samson Kraft
Kertas ini digunakan untuk lembar penegang (lembar pengunci) dengan posisi
paling atas juga sebagai lembar meletakkan tustel/ganjal rata.
Kertas ini disyaratkan agar tahan tarik, sebab untuk ketegangan bantalan cetak, kertas
ini harus ditarik, terutama pada mesin silinder. Juga harus tahan minyak, sebab bila
tercetak pada bantalan harus dihapus dengan kain yang diberi minyak dan digosok.
Berat kertas cassing/samson kraft rata-rata 135 gr/m2 dengan ketebalan rata-rata 0,12
mm.
2. Kertas Bebas Kayu
Kertas bebas kayu yang digunakan adalah HVS dengan berat 60 – 80 gr/m2
dengan ketebalan 0,06 – 0,08 mm. Dengan sifat kertas bebas kayu yang keras dapat
digunakan untuk membuat bantalan cetak keras.
3. Kertas Mengandung Kayu
Kertas ini bersifat lunak dengan berat rata-rata 60 gr/m2 dan tebal rata-rata 0,06
mm. Kertas yang digunakan adalah kertas koran untuk membuat bantalan cetak lunak.
4. Karton
Karton yang digunakan adalah yang disebut karton rekat, dengan berat rata-rata
350 gr/m2 dengan ketebalan 0,28 - 0,3 mm. (karton rekat = kertas karton yang ditumpuk
dijadikan satu)
Jenis-jenis lembar bantalan :
1. Bantalan Keras
Digunakan untuk cetakan dengan acuan bergaris berjumlah banyak, pencetakan
pada kertas bond, buku besar atau kertas-kertas lain yang keras permukaanya dan
untuk acuan cetak yang berisi garis-garis halus dan huruf, mencetak lebih tajam juga
lebih bersih, bantalan keras terdiri dari :
- 2 lembar kertas cassing/samson kraft
- 4 lembar HVS
- 2 lembar karton BC/TIK
2. Bantalan Sedang
Digunakan untuk mencetak pekerjaan yang bermutu baik, mencetak acuan yang
terdiri dari huruf-huruf dan klise potret, jenis pekerjaan ini biasanya dicetak pada kertas
illustrasi (art) dan menghasilkan cetakan yang terang dan tajam, bantalan sedang terdiri
dari :
- 2 lembar kertas cassing/samson kraft
- 2 lembar HVS
- 2 lembar Koran
- 2 lembar karton BC/TIK
3. Bantalan Lunak
Digunakan untuk pencetakan pekerjaan-pekerjaan blok atau yang unsur acuannya
sudah aus/tua berisi huruf-huruf, karena lebih mudah disesuaikan dengan tinggi masing-
masing acuan cetak itu. Hasil cetakan melukai kertas juga menyebabkan huruf-huruf
pada acuan cepat aus, bantalan lunak terdiri dari :
- 2 lembar kertas cassing/samson kraft
- 4 lembar koran
- 2 lembar karton BC/TIK

Selain 3 jenis bantalan, jumlah lembar bantalan dapat disesuaikan bergantung pada
enam syarat :
1. Kerapatan permukaan yang dicetak.
2. Ukuran permukaan benda yang akan dicetak.
3. Tebal kertas yang akan dicetak.
4. Permukaan kertas yang akan dicetak.
5. Keadaan acuan cetak.
6. Pembenaran sekrup-sekrup platen/degelnya.
Cara menghitung bantalan cetak
Untuk menghindari tekanan cetak yang terlalu berat, di awal penyetelan terutama saat
cetak coba, penghitungan bantalan cetak sangat diperlukan.
Contoh penghitungan untuk bantalan keras yang digunakan mesin Heidelberg KSBA
ditambah dengan kertas yang akan dicetak adalah 1,20 mm, dengan perhitungan :
- 2 lembar kertas cassing/samson kraft @ 0,12 mm = 0,24 mm
- 4 lembar kertas HVS @ 0,08 mm = 0,32 mm
- 2 lembar kertas karton BC/TIK @ 0,28 mm = 0,56 mm
- Kertas cetak = 0,10 mm
Jumlah 1,22 mm
Toleransi bantalan cetak yang dianjurkan 1,25 mm

Langkah kerja (SOP) memasang bantalan


Pada mesin Hand Press :
1. Kendurkan penjepit bagian bawah degel.
2. Masukkan bantalan pengunci (kertas cassing/samson kraft) pada penjepit bawah.
3. Kunci penjepit bagian bawah sampai kencang.
4. Masukkan bantalan isi sesuai jenis bantalan yang digunakan.
5. Bentangkan dan ratakan lembar pengunci agar tidak menggembung.
6. Jepit lembar pengunci bagian atas sampai kencang.

Pada mesin HDA (Heidelberg Degel Automatic) :


1. Ambil kertas menurut bantalan yang akan digunakan dan potong sesuai pola
berdasarkan mesin.
2. Lipat bagian bawah dari lembar pengunci bantalan (kertas cassing/samson kraft).
3. Jepit bagian bawah lembar pengunci pada bidang degel.
4. Isi lembar pengunci bantalan dengan kertas sesuai bantalan yang digunakan.
5. Tarik lembar pengunci bantalan dari bawah dengan bantuan penjepit atas, lalu dijepit
dengan bantuan tekanan obeng.
6. Tarik lembar pengunci bantalan dari kanan ke kiri dengan bantuan penjepit kiri, lalu
dijepit dengan bantuan tekanan obeng.
7. Kendorkan penjepit bantalan bagian kanan, lalu selipkan lembar pengunci bantalan.
8. Saat bagian kanan lembar bantalan dikunci, hilangkan sisa rongga udara yang ada
dibantu dengan tangan kiri.

Langkah kerja (SOP) melepas bantalan


Pada mesin Hand Press :
1. Kendurkan penjepit bagian atas degel.
2. Buka lembar pengunci dan ambil lembar isi bantalan.
3. Kendurkan penjepit bagian bawah degel.
Pada mesin HDA (Heidelberg Degel Automatic) :
1. Ambil obeng min lalu tekan dan putar ujung kanan besi penjepit bantalan bagian atas
dengan bantuan obeng tersebut.
2. Lakukan hal yang sama untuk besi penjepit bantalan bagian kiri.
3. Kendorkan pengunci bantalan bagian kanan.
4. Lepaskan lembar pengunci bantalan, lalu ambil isi bantalan.
5. Lepaskan besi penjepit bantalan bagian bawah dengan bantuan tangan.

Hand Press
- Ukuran lembar isi sama dengan ukuran degel

- Ukuran lembar pengunci/lembar penegang

Keterangan :
1. Ukuran panjang degel 40 cm
2. Ukuran lebar degel 26,8 cm
3. Ukuran lebar untuk penjepit atas dan bawah 2,5 cm
HDA (Heidelberg Degel Automatic)
- Ukuran lembar isi sama dengan ukuran degel

- Ukuran lembar pengunci/lembar penegang

3
3 4

3 2

5
3

Keterangan :
1. Ukuran panjang degel 36,3 cm
2. Ukuran lebar degel 25,2 cm
3. Ukuran lebar untuk penjepit atas, bawah, kiri dan kanan 2,5 cm
4. Ukuran lebar bagian kanan atas 8 cm
5. Ukuran lebar bagian kanan bawah 3 cm
KONSTRUKSI MESIN

1. Konstruksi Mesin Cetak Tinggi Hand Press

3 6 9

5 7
10
8

11

Keterangan :
1. Bak Tinta (Baja)
2. Rol Bak Tinta (Baja)
3. Meja Tinta/Piring Tinta (Baja)
4. Rol Hantar Tinta/Rol Acuan (Karet)
5. Sekrup Rel Rol Hantar Tinta/Rol Acuan
6. Rel Rol Hantar Tinta/Rol Acuan
7. Acuan Cetak
8. Anleg Cetak
9. Bantalan Cetak
10. Degel
11. Fundamen
2. Konstruksi Mesin Cetak Tinggi Heidelberg Degel Automatic (HDA)

2 5

6
8

1 3 4

7
10 13

11 14

15 12

Keterangan :
1. Bak Tinta (Baja)
2. Rol Bak Tinta (Baja)
3. Rol Jilat Tinta (Karet)
4. Rol Perata Tinta (Baja)
5. Rol Tunggang (Baja)
6. Rol Distribusi Tinta (Karet)
7. Silinder Distribusi (Baja)
8. Rol Hantar Tinta/Rol Acuan (Karet)
9. Sekrup Rel Rol Hantar Tinta/Rol Acuan
10. Rel Rol Hantar Tinta/Rol Acuan
11. Acuan Cetak
12. Anleg Cetak
13. Bantalan Cetak
14. Degel
15. Fundamen
3. Unit Penintaan Pada Mesin Cetak Tinggi Heidelberg Degel Automatic (HDA)

2 5 1.A 2
========
6 ===
8 =

1 3 4
1.B
7

Keterangan :
1. Bak Tinta dan Rol Bak Tinta (1 dan 2) adalah tempat dimana tinta diletakkan
secukupnya untuk mencetak, dibentuk oleh pisau tinta, silinder baja (rol bak tinta dan
penutup). Pisau tinta (1.A) adalah selembar baja pelat lentur dan salah satu sisinya
menipis yang disekrup erat pada besi cor, dimana balok besi cor tersebut dipasang
sekrup-sekrup penyetel (1.B) yang menekan pisau tinta ke rol bak tinta.
Penyetelan pisau tinta hanya mengatur tebal tipisnya tinta, selanjutnya banyak
sedikitnya lapisan tinta yang diteruskan ke rol jilat tergantung dari panjang pendeknya
putaran silinder rol bak tinta. Gerak putaran bak tinta diatur oleh mekanik yang terdapat
pada salah satu ujung silinder baja disamping mekanik penggerak ditambahkan roda
gigi pal yang dipasang pada silinder bak tinta. Sekrup apabila diputar ke kiri maka jarak
pisau tinta terhadap rol bak tinta menjauh, pengeluaran lapisan tinta tebal dan
sebaliknya.
2. Rol Jilat Tinta (3) terbuat dari karet dan terletak setelah rol bak tinta yang kedua
ujungnya dihubungkan dengan lengan yang dapat mendorong rol jilat pada kedua arah
yang berlawanan pada setengah putaran mesin. Rol jilat di dorong menjauh oleh lengan
yang melekat pada rol bak tinta pada setengah putaran mesin dan berikutnya di dorong
mendekat serta menempel pada rol bak tinta.
3. Rol Perata Tinta (4) terbuat dari baja dan terletak setelah rol jilat. Gerakan rol perata
berlawanan arah dengan rol distribusi yang saling bersinggungan dimana rol perata
beringsud (bergerak) ke kiri dan kanan sambil berputar. Gerakan beringsud terjadi
disebabkan oleh perputaran poros ulir, bila rol tersebut tidak berputar maka gerakan
beringsud tidak akan terjadi.
Gerakan beringsud rol perata diatur oleh mekanik dorong dan tarik yang dipasang pada
lengan rol huruf dan berputar pada lengan silinder bak tinta.
4. Rol Tunggang dan Rol Distribusi (5 dan 6) masing-masing terbuat dari baja dan karet.
Fungsi rol distribusi adalah memindahkan lapisan tinta dari rol sebelumnya (rol perata)
ke rol selanjutnya (silinder distribusi). Agar pendistribusiannya dapat berlangsung
sempurna maka pada sebelah atas rol distribusi dilengkapi dengan rol baja yang
menekan rol distribusi tersebut dan rol ini disebut rol tunggang.
5. Silinder Distribusi (7) terbuat dari baja dan mempunyai roda gigi yang saling tangkap
dengan roda gigi yang dihubungkan dengan roda pemutar mesin cetak tersebut.
Dengan demikian gerak putar silinder distribusi turut memutar rol-rol yang lain.
6. Rol Hantar Tinta/Rol Huruf (8) terbuat dari karet dan berfungsi mengambil lapisan tinta
dari silinder distribusi kemudian menghantarkannya ke permukaan acuan cetak. Jumlah
rol hantar tinta/rol huruf bervariasi dari 2 sampai 4 buah. Agar pemberian tinta pada
permukaan acuan lebih merata maka pada susunan rol hantar tinta/rol huruf dapat
dipasang rol tunggang. Gerakan naik turun rol hantar tinta/rol huruf dapat dihentikan
ketika rol tersebut menyentuh silinder distribusi yang diatur dengan tuas mekanik yang
terdapat di sisi bagian bawah lengan rol hantar tinta/rol huruf. Mengangkat dan menekan
tuas mekanik rol hantar tinta/rol huruf tersebut harus dalam keadaan mesin
mati/berhenti.
Pada saat degel penekan terbuka, rol hantar tinta/rol huruf bergerak turun pada
permukaan acuan, ketika degel menutup kembali, rol hantar tinta/rol huruf bergerak
keatas kearah silinder distribusi.
UNIT MESIN CETAK TINGGI 1

Unit-unit pada mesin cetak tinggi


1. Unit Pemasukan
2. Unit Pengeluaran
3. Unit Penintaan
4. Unit Pencetakan

Fungsi unit-unit pada mesin cetak tinggi


1. Unit Pemasukan :
Berfungsi untuk menempatkan tumpukkan kertas yang akan dicetak dengan
membawa lembaran kertas satu demi satu dari tumpukan kertas masuk ke bagian yang
mencetak.
Pada unit pemasukan ini terdapat meja umpan kertas yang berfungsi untuk
menempatkan tumpukan kertas. Dimeja umpan kertas terdapat papan kayu/besi yang
berfungsi untuk menumpukkan kertas yang akan ditransportasikan ke unit pencetakan.
2. Unit Pengeluaran :
Untuk menampung hasil cetak lembar per lembar hingga jatuhnya kertas dapat
teratur dan rapi.

Komponen-Komponen Mesin Heidelberg Degel Automatic (HDA)


1. Unit Pemasukan
1.1. Skala pengatur angin penghisap
1.2. Skala pengatur angin penghembus
1.3. Skala pengatur kenaikan meja kertas
1.4. Tombol angin penghisap
1.5. Meja pemasukan/penumpukan kertas
1.6. Anleg meja pemasukan
1.7. Penahan kertas meja pemasukan
1.8. Handel roda bergerigi meja pemasukan
1.9 Dop angin penghisap
1.10. Handel kecil lubang angin penghembus
1.11. Griper (penjepit kertas)

2. Unit Pengeluaran
4.1. Griper
4.2. Meja pengeluaran kertas
4.3. Skala pengatur angin penghembus
4.4. Pipa lubang angin penghembus
4.5. Tabung powder
4.6. Anleg meja pengeluaran kertas
4.7. Penahan kertas
4.8. Roda kenaikan/penurunan meja kertas
UNIT MESIN CETAK TINGGI 2

Unit-unit pada mesin cetak tinggi


1. Unit Pemasukan
2. Unit Pengeluaran
3. Unit Penintaan
4. Unit Pencetakan

Fungsi unit-unit pada mesin cetak tinggi


3. Unit Penintaan :
Fungsi utama adalah untuk menyalurkan dan meratakan sejumlah lapisan tinta serta
membawa lapisan tinta dari bak tinta sampai pada permukaan acuan.
Bagian pada unit penintaan yaitu :
1. Bak Tinta
Berfungsi untuk menempatkan tinta cetak yang akan digunakan untuk mencetak,
mengatur ketebalan lapisan tinta & tebal tipisnya tinta pada saat pencetakan
menggunakan sekrup penyetelan.
2. Rol Jilat
Berfungsi untuk mengambil tinta, sebelum di distribusikan keseluruh unit penintaan,
rol yang di distribusikan akan bersentuhan dengan rol jilat untuk mengambil tinta
secara merata.
3. Rol Perata
Berfungsi membagi tinta secara bolak balik ke arah samping. Setelah rol jilat
menerima tinta, selanjutnya rol perata bertugas untuk meratakan ke samping kiri
dan kanan sambil berputar pada rol distribusi dengan ketebalan yang telah
ditentukan.
4. Rol Distribusi
Berfungsi untuk meratakan dan menghaluskan tinta. Tinta yang diterima rol
distribusi dari rol perata tidak langsung dialirkan ke rol huruf, akan tetapi diratakan
serta dihaluskan terlebih dahulu, agar ketebalan dan kehalusan tinta menjadi
merata.
5. Rol Hantar Tinta/Rol Huruf
Berfungsi untuk memberi tinta pada permukaan cetak. Tinta yang telah ada pada
silinder distribusi selanjutnya akan ditransfer ke permukaan acuan cetak secara
merata.
4. Unit Pencetakan :
Untuk proses cetak, fungsinya memindahkan lapisan tinta dari acuan ke permukaan
kertas atau bahan cetak.
Pada unit ini terdapat dua bagian yaitu :
1. Alas Cetak (Fundamen)
Alas cetak merupakan tempat untuk menempatkan acuan cetak dan raam. Acuan
yang ditempatkan pada alas cetak harus sudah memenuhi syarat untuk siap cetak.
Artinya sebelum melakukan cetak yang sebenarnya, acuan cetak harus dikoreksi
terlebih dahulu baik tata letak model, raamnya maupun kerataan permukaannya.
2. Penekan Cetak (Degel)
Agar hasil cetak memuaskan, sebaiknya lembar bantalan dilapisi dengan kertas
yang ketebalannya merata. Sebab jika tidak, hal ini akan berpengaruh terhadap
hasil cetak. Jika lembar bantalan sudah dibuat, letakkan pada bagian penekan cetak
dan dijepit. Untuk menutup acuan cetak pada cetak tinggi, diperlukan peralatan atau
perkakas, seperti setsel, raam, holwit, kunci penutup dan alat bantu lainnya, seperti
sikat papan perata dan palu karet/kayu.
Untuk mengatur kerataan halaman cetak (spaning) dapat dilakukan dengan
menambah atau mengurangi lembar kertas bantalan. Hal ini disesuaikan dengan
ukuran kertas cetak. Griper bertugas mengambil lembaran kertas yang telah
tercetak dan menempatkannya pada meja peletakan kertas. Bentuk griper tersebut
berupa baling-baling.

Komponen-Komponen Mesin Heidelberg Degel Automatic (HDA)


3. Unit Penintaan
2.1. Bak tinta
2.2. Pisau bak tinta
2.3. Sekrup penyetel kerataan tinta
2.4. Rol bak tinta
2.5. Rol jilat
2.6. Rol perata
2.7. Rol distribusi
2.8. Rol tunggang
2.9. Rol penghantar tinta/rol huruf
2.10. Silinder distribusi

4. Unit Pencetakan
3.1. Anleg cetak (depan dan samping/kanan bawah)
3.2. Bidang degel
3.3. Bidang fundamen
3.4. Rol penghantar tinta/rol huruf
3.5. Griper
3.6. Nomorator/nomerator
3.7. Handel cetak
3.8. Rel rol hantar tinta/rol huruf
3.9. Handel pengatur kecepatan mesin
Glosary

• Acuan cetak : Bingkai logam atau plat berisi teks & gambar yang akan
dicetak pada bahan cetak
• Raam/frame : Bingkai
• Gripper : Penjepit kertas
• Holwit : Bahan timah berupa batangan dengan ukuran tertentu yang
digunakan sebagai pemenuh acuan cetak
▪ Aligen Centre : Susunan teks yang memiliki kerataan pada bagian tengah
(rata tengah)
• Kunci penutup : Perkakas untuk mengencangkan, memasang,
mengendorkan dan melepas acuan cetak
• Legger : Lembar bantalan
• Lembar bantalan : Lembar-lembar kertas, karton, karet atau bahan lain,
dipasang pada silinder atau degel guna mencapai
ketinggian yang diinginkan atau kekenyalan tertentu
• Meja umpan kertas : Meja untuk meletakkan kertas yang akan di cetak
• Rol jilat : Rol yang dalam gerakannya ke satu pihak mengambil tinta
dari bak tinta, gerakannya ke lain pihak memberikan tinta
pada rol pembagi
• Rol perata : Rol untuk perata tinta atau air pada permukaannya, dapat
memberikan lapisan tinta dengan jumlah tertentu pada rol
hantar
• Papan perata : Benda yang permukaannya datar, digunakan untuk
meratakan hasil susunan
• Setsel : Acuan cetak yang siap cetak
• Spaning : Pengaturan tekanan cetak
PERAWATAN MESIN

Tujuan : Agar saat operasional mesin tidak mengalami kendala hambatan/gangguan


sehingga proses produksi berjalan lancar.

Perawatan mesin adalah suatu usaha dalam proses menjaga keutuhan/kelestarian serta
kelancaran mesin cetak selama dalam proses produksi.

Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam perawatan mesin cetak tinggi :


1. Pelumasan.
Dalam hal pelumasan mesin cetak ada beberapa hal yang harus di ingat :
1.1. Waktu pelumasan
Mesin diberi pelumasan agar mengurangi tingkat keausan pada mesin :
- Lubang Merah : Setiap hari
- Lubang Kuning : Satu minggu
- Lubang Biru : 3 Bulan
- Lubang Hijau : 6 Bulan
- Lubang Hitam : 1 Tahun
1.2. Cara pelumasan dan penggunaan pelumas
Pada mesin cetak tinggi HDA pelumasan seluruhnya dikerjakan dengan memakai
cerek minyak, tiap lubang harus diberi minyak menurut perbandingan, tidak perlu
terlalu banyak karena pemborosan.
Pada waktu pelumasan operator melakukan dengan cerek minyak ditangan kanan
dan sehelai kain lap ditangan kiri, gunanya untuk segera membersihkan minyak
yang mengalir keluar dari lubang lumas dan sebulan sekali roda-roda gigi diberi
oli/gemuk/grease.
2. Membersihkan mesin sebelum dan sesudah pemakaian.
Operator hendaknya selalu membersihkan mesin sebelum dan sesudah pemakaian
agar selalu terlihat bersih.
3. Perlakuan terhadap penggunaan mesin
Operator dalam bekerja harus memperhatikan hal-hal berikut :
3.1. Tajam pendengarannya dalam membedakan suatu bunyi yang ganjil dari mesin
yang sedang operasional.
3.2. Hati-hati mengatur tekanan dan penggunaan tuas cetakan, tekanan yang terlalu
berat dapat membuat mesin macet.
3.3. Bila akan menjalankan mesin degel dengan tenaga motor, putarlah dahulu
dengan tangan roda gayanya, perlakuan ini adalah untuk :
3.3.1. Membantu meringankan beban gaya/power pada motor
3.3.2. Roda gaya diputar dengan tangan, akan diketahui bila ada sesuatu yang
masuk dalam mesin dan mengganjal gigi-gigi penggerak.
3.4. Kertas-kertas cetak yang rusak/tidak terpakai masukkan langsung dalam tempat
sampah dan jangan dibiarkan berserakan disekitar mesin.
3.5. Penguncian acuan cetak dengan memakai kunci yang masih baik dan periksalah
benar-benar pengunciannya sebelum diletakkan di mesin.
4. Jangan melumasi mesin yang sedang operasional, karena itu tindakan yang
berbahaya serta dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
GAYA CETAK DAN TEKANAN CETAK

Gaya cetak adalah tenaga yang diperlukan untuk menekan menjadi rata sama sekali
kekasaran/kekurang-rataan dari permukaan kertas.

Tekanan cetak adalah gaya yang menyatakan berapa besar tekanan pada tiap-tiap cm2
dari suatu klise atau permukaan susunan huruf jadi dari suatu unsur cetak.
Tekanan cetak sebesar 45 kg/cm2 misalnya, berarti pada tiap-tiap cm2 terdapat tekanan
sebesar 45 kg.
Contoh :
Pada mesin cetak degel, untuk mencetak bidang penuh dengan luas 5 X 10 cm, diperlukan
tenaga sebesar 3000 kg.
Jadi gaya cetaknya ialah 3000 kg. Ini artinya untuk melakukan pencetakan pada bidang
sebesar 5 cm X 10 = 50 cm dengan baik, diperlukan gaya cetak sedikitnya 3000 kg, jadi
untuk tiap-tiap cm2 diperlukan tenaga 3000 : 50 = 60 kg.
Dengan kata lain, tekanan cetaknya sebesar 60 kg/cm2.

Tekanan cetak untuk setiap acuan akan berbeda :


1. Untuk bidang nada penuh, diantara 40 dan 100 kg/cm2.
2. Untuk klise raster, diantara 30 dan 70 kg/cm2.
3. Untuk teks dan garis, diantara 10 dan 30 kg/cm2.
- Nilai terendah berlaku untuk keadaan yang ideal, seperti kertas yang bagus halus,
mesin dalam keadaan sebaik-baiknya dan seterusnya.
- Nilai yang tertinggi ada hubungannya dengan keadaan yang sangat kurang baik.

Faktor yang mempengaruhi besarnya tekanan cetak :


1. Kerapatan unsur cetak
Unsur cetak adalah huruf, garis, hiasan, klise dan sebagainya. Suatu unsur cetak
mempunyai kerapatan cetak yang besar, bila luas cetaknya lebih besar daripada yang
tidak mencetak. Kerapatan cetak yang kecil lebih mudah menekan secara rata
kekasaran/kekurangrataan kertas.
2. Sifat alir tinta
Pemakaian tinta yang encer dan lunak memerlukan tekanan cetak yang lebih kecil
dibandingkan menggunakan tinta yang kental dan keras. Tinta yang encer dan lunak
lebih mudah mengisi pori-pori kertas.
3. Jumlah tinta cetak
Jumlah tinta yang dipakai untuk mencetakpun berpengaruh pada tekanan cetak,
mencoba kekurangan akan tekanan cetak dengan mencetak lebih tebal hanya akan
menimbulkan banyak persoalan seperti penularan, pencabutan, penutupan tinta dan
sebagainya.
4. Sifat lembar bantalan
Bila dipakai lembar bantalan lunak tekanan cetaknya dapat lebih kurang dibanding
menggunakan bantalan keras, tetapi penggunaan bantalan lunak dapat memperlihatkan
tindas cetak yang lebih nyata di belakang kertas.
5. Kondisi mesin cetak
Mesin yang sudah tua banyak bagiannya yang sudah aus, misalnya speling pada
bantalan yang menyebabkannya menjadi lebih goyah atau labil. Hal ini dapat
diminimalisir dengan perawatan yang baik, teratur dan tepat.

1
A
2

1
B

1
3
C
2

Keterangan :
A. Mesin cetak ideal dengan acuan cetak yang ideal
1. Degel
2. Acuan cetak
B. Kekurang-rataan pada mesin cetak dan acuan cetak
1. Degel
2. Acuan cetak
C. Lembar bantalan menghilangkan kekurang-rataan
1. Degel
2. Acuan cetak
3. Lembar bantalan
Keterangan :
1. Lembar bantalan lunak, gaya cetak kecil
2. Lembar bantalan lunak, gaya cetak besar
3. Lembar bantalan keras, gaya cetak kecil
4. Lembar bantalan keras, gaya cetak besar
MENGATUR TEKANAN CETAK

Pengertian tekanan :
1. Ialah kekuatan menekan permukaan kertas kepada acuan cetak oleh mesin, sehingga
semua bagian huruf, gambar, garis dan titik, dapat terbaca dan terlihat dengan jelas
tanpa menghasilkan moet yang keras dibelakang kertas yang tercetak.
2. Terjadinya tekanan :
Setiap mesin mempunyai beberapa golongan yang dasar terjadinya tekanan yang
berbeda.
a. Golongan mesin cetak degel.
Mesin cetak degel menghasilkan tekanan dari hasil pertemuan antara fundamen dan
dengan degel.
- Fundamen (alas cetakan)
- Acuan – cetak
- Degel
b. Golongan mesin cetak silinder.
Pada mesin ini tekanan terjadi akibat pertemuan antara fundamen dengan silinder.
Dengan perkataan lain tekanan itu timbul saat pertemuan fundamen dengan silinder
tekan.
- Silinder tekan
- Acuan – cetak
- Fundamen (alas cetakan)
c. Golongan mesin cetak rotasi
Pada mesin ini tekanan terjadi adalah akibat pertemuan antara dua silinder yakni
antara silinder acuan dengan silinder tekan.
- Silinder – plate
- Silinder – tekan
Semua bagian yang menekan kertas kepada fundamen tempat acuan ditempatkan, baik
dengan degel, silinder ataupun pada rotasi selalu diberi bantalan padanya. Bantalan ini
disebut dengan istilah LEGGER/LEMBAR-BANTALAN/LAPISAN MESIN.
Legger ini sangat penting karena selain untuk menjaga agar acuan tidak rusak, juga
untuk menambah kekuatan dari tekanan. Tebal-tipisnya legger mempunyai pengaruh
terhadap besar kecilnya tekanan, untuk menjaga agar bagian-bagian dari semua huruf, garis
dan titik dan klise dapat terlihat dengan jelas dan terang tanpa merusakkan acuan cetak,
maka pemberian legger sebagai tambahan tekanan, selain tekanan yang didatangkan oleh
mesin itu sendiri, kita harus mengingat beberapa faktor dalam menentukan tekanan :
1. Jenis kertas yang akan dicetak
2. Material/bahan yang terdapat dalam acuan cetak
3. Daya alir tinta
4. Jumlah tinta
5. Jenis legger
Penjelasan :
1. Jenis kertas cetak :
Kertas yang sifatnya kusut/berombak terutama permukaan kertas yang tidak licin
banyak membutuhkan tekanan, daripada kertas licin.
2. Material/bahan acuan cetak :
Huruf, titik, garis adalah sebagai bahan yang dipergunakan didalam acuan, tekanan
untuk semua bagian ini harus diperhatikan benar karena penerimaan tekanan oleh titik,
garis dan huruf adalah berbeda. Makin lebar luas permukaan cetak dari suatu
permukaan material makin besar tekanan yang dibutuhkan.
3. Daya alir tinta :
Tinta yang lunak dan yang mempunyai daya alir yang panjang lebih berpengaruh
kepada kertas daripada tinta yang mempunyai sifat yang keras dan daya alir yang
pendek. Untuk itu tinta yang lunak dan yang mempunyai daya alir yang panjang lebih
membutuhkan sedikit tekanan.
4. Jumlah tinta :
Pada pemberian tekanan yang besar ataupun kecil, dapat mempengaruhi
pemberian tinta. Tekanan yang besar membutuhkan tinta yang lebih sedikit dan tekanan
yang kecil membutuhkan tinta yang lebih banyak, sebagai pencetak harus mengetahui
perbandingan ini, karena dengan tekanan yang terlau kecil harus membutuhkan tinta
yang banyak, agar hasil cetakan dapat terang.
5. Jenis legger :
Tebal tipisnya lembar bantalan selalu mempengaruhi tekanan, lembar bantalan
yang tebal memberikan tekanan yang besar, keadaan tersebut mengakibatkan
pemberian tekanan yang sesuai dengan lembar bantalan yang dipergunakan. Kalau
lembar bantalan yang digunakan keras, maka tekanan yang diberikan lebih kecil,
tekanan besar atau kecil dapat dilihat dari “moet” atau dari balik permukaan kertas, kalau
moet terlihat menonjol maka menandakan bahwa tekanan yang diberikan adalah besar.

Tekanan terjadi akibat :


- Tekanan yang dihasilkan oleh mesin itu sendiri.
- Legger (lembar bantalan).
- Penustelan.
a. Tekanan yang dihasilkan oleh mesin itu sendiri :
Pada mesin degel tekanan diperoleh dengan cara menyetel pengatur tekanan,
makin dekat jarak antara degel dengan fundamennya, maka tekanan bertambah
besar.
b. Legger (lembar bantalan) :
Setiap penambahan jumlah kertas lembar bantalan mengakibatkan
penambahan tekanan yang lebih besar. Pemberian lembar bantalan ini merupakan
faktor yang penting terutama pada mesin cetak silinder, karena pada mesin cetak
ini, jarak antara dasar dengan silindernya tidak mungkin dapat menyetel lagi didalam
mesin. Maka jalan lain adalah dengan cara menambah jumlah lembar bantalan,
makin dekat jarak antara dasar dengan silinder mesin itu, maka makin bertambah
besar tekanannya.
c. Penustelan :
Penustelan berarti menambah/mengurangi tekanan pada bagian-bagian yang
kurang tekanannya, agar hasil cetakan dapat terlihat dengan terang dan jelas.
Penustelan dapat dilakukan dengan tiga cara :
1. Dilakukan dengan melihat moet, menustel dari belakang cetakan, moet hanyalah
dilakukan pada susunan yang terdiri dari huruf-huruf.
2. Tustel dari depan : yaitu melihat dari depan permukaan cetakan, ini biasanya
dilakukan pada klise, huruf yang tebal, apabila dilihat dari belakang kertas
(moet) tidak dapat dilihat dengan jelas bagian mana yang kurang tekanan.
Sesudah memberi tanda pada bagian-bagian yang kurang tekanannya, dan
pada waktu menandai dengan menggunakan kertas karbon dan penustelan
dilakukan sama dengan cara diatas.
3. Logis tustel : Ini hanya dilakukan pada cetakan yang memang benar-benar
seluruh permukaan cetakan masih kurang mendapat tekanan, walaupun sudah
dilakukan cara ke 1 dan ke 2 diatas. Ganjal rata logis biasanya dilakukan pada
hasil cetakan mesin cetak silinder, karena bagian pertama yang menerima
silinder tekan selalu mendapatkan tekanan yang lebih besar daripada tekanan
yang selanjutnya, maka untuk mengimbangi bagian ini harus mengadakan logis
tustel.
Dalam mengatur tekanan cetak, tekanan pertama harus harus dilakukan dengan
tekanan yang seringan-ringannya, untuk mencegah kerusakan pada lembar
bantalan, atau pada acuan cetak. Bila mulai dengan tekanan berat hal ini akan
mengakibatkan bekas yang terlalu dalam pada lembar bantalan dan kertas cetak
oplah, akibatnya adalah terjadi moet/tindas cetak, apabila telah terjadi moet,
maka akan sulit untuk mendapatkan tekanan cetak yang baik, degel harus
dimajukan lebih jauh hingga permukaan cetak mengenai dasar moet dalam
bantalan, kertas ditekan kedalam acuan dan akibatnya hasil cetakan kelihatan
bernoda dan bertiras.
PERSIAPAN MENCETAK

Tujuan mengetruk kertas :


- Untuk membersihkan kotoran/debu/kerikil pada sela-sela kertas.
- Untuk memberi angin pada sela-sela lembar agar tidak menempel satu sama lain.
- Untuk memudahkan penghisapan lembar kertas pada waktu transportasi .
- Untuk mencegah terjadinya kertas rangkap pada waktu penghisapan.

+ Meja penumpukan kertas adalah tempat untuk menempatkan kertas yang akan
dicetak.
+ Dinding penahan kertas untuk mengatur kedudukan kertas terhadap meja
penumpukan agar posisi kertas tidak berubah.
+ Angin penghembus berfungsi memberi hembusan/angin terhadap lembaran kertas
agar kertas terurai.
+ Pelat penahan kertas belakang : menahan kertas terhadap angin penghembus pada
bagian belakang akibat angin hembus.
+ Mulut penghisap kertas : menghisap lembaran kertas untuk diberikan ke gripper atau
penjepit kertas.
+ Skala mulut penghisap kertas : untuk mengatur posisi mulut hisap terhadap kertas.
+ Skala naik meja : untuk mengatur naiknya meja seiring dengan berkurangnya kertas
pada meja penumpukan.
+ Peraba kertas : menentukan posisi kertas terhadap mulut penghisap kertas dengan
tersentuhnya kertas terhadap peraba kertas maka ketinggian tumpukan kertas sudah
maksimal.

Anda mungkin juga menyukai