Teknologi ini di tujukan untuk produksi alat untuk cetak offset serta produksi pelat untuk cetak Flexographic.
Sedangkan istilah “Computer to Screen” adalah istilah yang di gunakan dalam produksi sensil untuk sablon.
Komputer dasar
Computer to plate dan karakteristiknya terdiri dari tiga komponen dasar : Computer Imaging Sistem,
dan printing plate. Semua komponen sekarang telah mencapai teknologi yang sudah smakin canggih dengan
aplikasi yang jauh lebih praktis.
Komputer
Komputer menduduki tempat pertama, karena berpengaruh terhadap seluruh alur kerja. Penggunaan elektronik
pada komputer, khususnya, menghasilakan penghematan mendasar dalam waktu dan biaya plate making, di
bandingkan dengan cara manual. Atau dengan Ekspose plate dengan filam. Apalagi pengadaan film. Apalagi
pengadaa film dari polyester sekarang, sudah sangat, mahal, dan prosesnya lama. Keseluruhan sistem CTP ini
biasanya terdiri dari beberapa komputer yang di siapkan untuk berbagai fungsi seperti Composisi, Raster Image
Prosesor (RIP), penyimpanan data, dan pendukung kerja Image setter.
Imaging System
Transfer data digital dari komputer untuk memunculkan image pada permukaan plet dilakukan oleh elemen yang
terpusat dari computer ke sistem image setter. Kebanyakan sistem sinar laser. Kebanyakan sistem sinar laser
yang di gunakan untuk tujuan ini, untuk menghasilkan gambar pada pelat. Kekuatan dan panjang gelombang
dari sinar laser bisa di sesuaikan tergantung pada kepekaan permukaan pelat nya.
Pencetakan plat
Banyak jenis plat yang tersedia untuk aplikasi CTP. Yaitu aluminium, Polyester, Atau kertas dengan Coating. CTP
dengan bahan aluminium adalah yang paling populer, karena ketahanan dan kualitas cetaknya di mesin offset,
Hingga saat ini, plat masih harus melalui proses pelarutan berbasis air setelah imaging dilakukan (proses
Defeloper). Teknologi komputer to plate di perkenalkan ke pasar untuk pertama kali pada akhir tahun 1993 di
gelaran IPEX, pameran perdagangan untuk industri graphic-art di eropa, kedua terbesar setelah drupa.
Keuntungan dari metode External Drum di banding dengan Internal Drum Adalah : External drum secara
struktural maupun optik, Relatif mudah untuk fokus dengan beberapa sinar laser secara bersamaan pada
permukaan plat. Hal ini berefek pada pengurangan waktu yang di butuhkan untuk imaging seluruh plat cetak.
Perusahaan imaging haed asal kanada, Cre, misalnya,Dengan 240 parel dots, dengan dinamic autofocusing,
Resolusi 1200 atau 3400dpi, ndi mana setiap laser yang di keluarkan nya di kontrol secara independen. Imaging
Head Milik Cre sudah di benam kan berbagai macam merk mesin CTP terkenal di dunia. Drum dan Iaging Unit
adi ctp dengan sistem External drum. Imaging head bergerak Sepanjang sumbu drum.
Hal ini sangat berbeda dari desain karrier bar dengan Laser Dioda yang terpisah, yang di atur dengan interval
tertentu (misalnya, Presstek Terpisah ekitar 20mm).sampai sekarang metode External Drum telah menjadi salah
satu sistem yang paling bisa di gunakan dalam disain CTP untuk pembuatan pelat offset maupun Flexographic.
Beberapa produsen telah memutuskan mendukung prinsip Internal Drum yang membangun palung dengan
dasar granit, sehingga lebih solit, Geometris nya stabil, dan memungkinkan tahan getaran. Perusahaan Gerber,
yang sekarang bernama Barco, disebat sebagai Pelopor Teknologi Internal Drum. Hal ini lebih sulit untuk bekerja
dengan beberapa sinar secara pararel menggunakan metode Internal Drum.tapi ada solusi untuk ini. Pada Tahun
1997, Sistem Ctp bernama “xpose!” Diperkenalkan oleh luscher. sebagai konsep baru, yaitu multi laser. Dalam
sistem ini terdiri dari enam puluh empat sinar laser. Ada dalam modul berputar (rotating Module).
sebenarnya ada solusi teknik untuk menghindari kesalahan imaging dengan metode desain yang di
gunakan.tetapi belum di gunakan pada perangkat produksi karena biaya produksinya lebih besar. Namun,
Perkembangan ke arah tersebut sedang berlangsung. Sebuah keuntungan terbesar dari metode Flat bed di
lengkapi dengan beberapa imaging head khusus yang bekerja sama dengan pararel, Misalnya : “LIthosetter”
dari Braco atau mereka memiliki Imaging Head yang tergerak di pelat di beberapa Strip berturut-turut ( ” Titan
582 Combination Platesetter” dari ICG). Ada jumlah yang relatif tinggi pada sistem Flat Bed di rentang format
cetak 50 cm x 70 cm dan di pencetakan surat kabar. Kemudahan penanganan pelat membuat metode ini sangat
menguntungkan untuk surat kabar, waktu produksi image setter pelat cetak bisa lebih singkat. ini sangat
penting bagi percetakan surat kabar.
b. Teknologi RIP
Saat ini teknologi RIP terbagi atas 2 jenis, yaitu:
1) Berbasis PostScript
Berbasis PostScript artinya data yang diterima oleh RIP tersebut diolah menjadi
data PostScript lalu di-output.
Inilah daftar masalah yang patut diperhatikan dan diwaspadai pada saat tahap Prepress
berlangsung:
a. Missing Font
Hal ini terjadi apabila kita memilih/memakai font yang tidak terdefinisi oleh printer
postscript. Atau font yang digunakan tidak ikut dicopy ke disc saat di bawa ke percetakan
(apabila kita mendesain sendiri halaman publikasi-kemudian dikirim ke percetakan),
sedangkan di percetakan font tersebut tidak tersedia. Untuk itu, copy-lah font tersebut atau di-
convert terlebih dahulu dalam desain artwork sebelum diserahkan ke percetakan / tempat
pembuatan film. Usahakan sebelum meng-convert dokumen artwork dalam proses prepress,
save-lah terlebih dahulu format teks aslinya secara terpisah sebagai dokumen cadangan.
b. Wrong file format
Artwork cetak biasanya menggunakan format file .TIFF atau .EPS untuk gambar.
Sehingga kalau Anda mendefinisikan file gambar Anda ke JPEG atau GIF dan lainnya untuk
keperluan cetak offset, maka warnanya tidak akan sesuai dengan hasil cetak dan kualitas
pixel (unsur terkecil dari gambar digital) akan rusak. Format tiff berukuran sangat besar, dan
akan menjadi kendala jika pengiriman harus dilakukan by email. Tapi bagaimanapun juga
hindari mengirimkan gambar dalam format jpg atau gif .
c. Incorrect page setting or Page Set-up
Gunakan set-up halaman sesuai ukuran yang diperlukan. Jangan lupa diingat, untuk
cetakan seperti brosur, undangan dan sejenisnya, sisi-sisinya akan dipotong dengan mesin
potong kertas, jadi jangan lupa menambahkan luas area design beberapa milli lebih besar dari
area cetak. Output harus selalu dibuat dalam ukuran sebenarnya, hanya resolusinya saja yang
disesuaikan sesuai penggunaan.
d. Missing graphics. or graphic not linked
Jika anda mengirimkan file dalam format Freehand, PageMaker atau Quark Express,
Anda tetap harus mengcopy file gambar Anda ke dalam disk yang Anda kirim ke percetakan
atau tempat pembuatan film (repro), karena jika tidak gambar yang anda insert dalam artwork
anda tidak akan muncul di komputer yang lain.
e. Resolution
Resolusi adalah tingkat kecerlangan (dpi, dot per inch, pixel per inch) pada gambar.
Terlalu tinggi resolusi akan menyebabkan hasil yang tidak maksimal dan berlebihan sehingga
memboroskan tinta. Sementara resolusi yang didefinisikan terlalu rendah akan menyebabkan
gambarnya pecah atau kabur. Untuk cetak offset seperti brosur, iklan koran, majalah, dll,
besaran dpi-nya minimal 300 dpi. Sedangkan cetak digital untuk keperluan outdoor (baliho,
billboar, spanduk dll) bisa menggunakan 32 dpi sampai 100 dpi tergantung ukuran medianya.
Untuk backdrop yang biasa dilihat dalam jarak relatif dekat sebaiknya menggunakan resolusi
tidak kurang dari 72 dpi, tapi untuk billboard ukuran bisa menggunakan resolusi 32 dpi.
f. Incorrect colours
Karena unsur warna yang digunakan monitor (komputer) berbeda dengan unsur warna
cetak (percetakan) maka sering terjadi hasil cetak yang meleset warnanya. Hal ini harus kita
pahami, karena komputer grafis menggunakan unsur warna sinar Red, Green, Blue (RGB
Color). Sementara percetakan menggunakan unsur warna tinta Cyan, Magenta, Yellow, Black
(CMYK Color). Jadi kita harus menggunakan warna CMYK apabila kita ingin membuat
artwork cetak. Kalau sudah terlanjur menggunakan RGB, maka rubahlah kedalam format
warna CMYK.
g. Make the Black color as a special one
Sebaiknya tidak menggunakan warna selain hitam untuk mewarnai teks (apalagi huruf
kecil2) atau garis outline pada arwork yang anda buat. Ini untuk mencegah teks/garis menjadi
terlihat dobel karena registrasi yang kurang presisi. Bila ada teks yang perlu direvisi pada
saat2 terakhir sebelum dicetak, anda hanya perlu mengganti selembar film saja pada warna
Black-nya, tidak perlu mengganti 3 lembar lainnya (Cyan, Magenta dan Yellow).
h. Proofing
Sebelum dicetak, kita harus melakukan proofing untuk mengetahui contoh hasil cetak
nantinya. Nah, kalau kita mencetak hasil proofing dengan menggunakan printer selain printer
laser atau color digital printing, biasanya hasilnya akan meleset dari perkiraan. Sekarang
sudah banyak printer warna digital sampai ukuran A3+ sebagai sarana proofing sebelum naik
cetak. Lebih baik lagi bila anda membuat Progressive Proof untuk mengejar presisi warna
yang cocok sesuai tuntutan kualitas yang anda inginkan