1 SM PDF
1 SM PDF
2 / Agustus 2016
ABSTRAK
Untuk meningkatkan derajat kesehatan santri perlu adanya upaya untuk meningkatkan perilaku
kebersihan perorangan dengan hasil akhir menurunnya angka kesakitan penyakit menular. Tujuan
penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kebrsihan diri (personal
hygiene) santri di pondok pesantren Wilayah Kabupaten Brebes. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif, jenis penelitian explanatory research, dengan rancangan cross sectional. Jumlah populasi
sebanyak 3.350 siswa SMP dan SMA yang berada di Pondok Pesantren di Wilayah Kabupaten Brebes
santri. Sampel dalam penelitian diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara
Proportional Cluster Random Sampling sejumlah 293 santri di 4 pondok pesantren. Pengumpulan data
dengan melakukan wawancara dan observasi. Hasil analisis univariat menggambarkan perilaku
kebersihan diri santri di Pondok pesantren wilayah Kabupaten Brebes dengan kategori baik 42,0%,
lebih sedikit dibandingkan dengan kategori kurang baik 58,0%. Hasil analisis bivariat menggunakan
uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan ada sembilan variabel yang berhubungan secara
signifikan yaitu jenis kelamin responden, pengetahuan responden, ketersediaan peraturan tentang
kebersihan diri responden, ketersediaan peraturan tentang kebersihan diri responden, pemberian
sosialisasi atau informasi tentang kebersihan diri responden, dukungan pengasuh pondok pesantren,
dukungan teman, dukungan tenaga kesehatan dan dukungan depag. Variabel yang paling dominan
berpengaruh adalah ketersediaan sarana dan prasarana kebersihan diri (OR=10,335) .
Kata kunci : Perilaku Kebersihan Diri, Santri, Pondok Pesantren.
ABSTRACT
The Behavior Of Personal Hygiene Student at The Islamic Boarding School District in Brebes is
Reached If The Availability of infrastructure and facilities of personal hygiene. To improve the
health of students should be effort to improve personal hygiene behavior with the final result decrease
morbidity rate of infectious disease. The aim of the studi is to analyze the factors that influence the
personal hygiene students at the Islamic boarding school district Brebes. The study is quantitative and
explanatory research with cross sectional approach. The population of the study is all of the junior
and high school at the four Islamic boarding school as many as 3.350 students. Whereas samples were
taken by Proportional cluster random sampling as many as 293 students. Data collection is taken by
interviews and observations. The results of the univariate analysis describes that the behavior of
personal hygiene students at the Islamic boarding school at Brebes District is good category (42,0%),
less than the unfabvorable category is 58,0%. The results of bivariate analysis with Chi Square
analysis showed that there are nine variables significantly associated. The variables are, gender,
knowledge, availability of facilities and infrastructure of personal hygiene, availability regulations on
personal hygiene, provision of information or dissemination, carer support boarding school, Support
of friend, support health personel and support the ministry of religion. The most dominant factors that
influence is the availability of facilities and infrastructure of personal hygiene (OR=10.335).
Keyword : personal hygiene behavior, students, cottage
64
Perilaku Kebersihan Diri (Personal………. (Ahmad Z, Zahroh S)
menjaga dan memelihara kebersihan kesehatan santri perlu adanya upaya untuk
saat ini berjumlah kurang lebih 40.000. diharapkan ada perubahan sikap serta
perilaku seperti tuberkulosis paru, infeksi kebersihan perorangan dengan hasil akhir
saluran pernapasan atas, diare dan penyakit menurunnya angka kesakitan penyakit
Puskesmas seluruh Indonesia pada tahun Indonesia sehat 2010 (Nugraheni, 2008).
2008 adalah 5,6%-12,95% dan skabies PHBS adalah semua perilaku sehat
menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit yang dilakukan atas dasar kesadaran untuk
tersering (Siswono, 2008). Data kesakitan menolong diri sendiri dan anggota
skabies pada tahun 2008 tingkat keluarga dibidang kesehatan serta dapat
Prevalensi penyakit skabies PHBS kepada setiap orang bukan hal yang
penyakit skabies jauh lebih tinggi memantau, menilai dan mengukur tingkat
skabies di negara berkembang yang hanya karena itu, pembinaan dan pemberdayaan
Indonesia sebesar 4,60-12,95% saja, tatanan yaitu tatanan rumah tangga, tempat
65
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 2 / Agustus 2016
umum, tempat kerja dan sekolah (Dinkes responden yang kadang-kadang cuci
Prov. Jateng, 2009). tangan pakai sabun setelah BAB dan BAK
PHBS tatanan pendidikan (sekolah) sebesar 63,2%. Tindakan responden
adalah untuk memberdayakan siswa, guru tentang selalu mengganti baju setiap hari
dan masyarakat lingkungan sekolah agar sebesar 52,6%, sedangkan responden yang
sadar, mau dan mampu untuk memelihara kadang-kadang mengganti baju setiap hari
dan meningkatkan kesehatan, mencegah sebesar 47,4% (Proverawati. A, 2012).
resiko terjadinya penyakit dan melindungi Status kesehatan dipengaruhi oleh
diri dari ancaman penyakit (Depkes RI, beberapa faktor diantaranya adalah sikap
2010). Sekolah selain sebagai tempat seseorang dalam merespon suatu penyakit
pembelajaran juga dapat menjadi ancaman skabies pada umumnya merupakan jenis
penularan penyakit apabila tidak dikelola penyakit menular. Sikap santri sangat
dengan baik, lebih dari itu anak pondok penting peranannya dalam pencegahan
pesantren sangat rentan terhadap serangan skabies di lingkungan asrama Pondok yang
penyakit sehingga penerapan PHBS di membutuhkan kebersihan perorangan serta
pondok pesantren yang salah satu perilaku yang sehat. Sikap yang dimiliki
indikatornya kebersihan diri (personal oleh santri diharapkan dapat berpengaruh
hygiene) menjadi kebutuhan yang mutlak terhadap perilaku mereka guna mencegah
agar dapat menjadikan kebiasaan/tradisi terjadinya skabies di lingkungan Pondok
dalam kehidupan sehari-hari. tempat mereka tinggal. Tidur bersama,
Jalur utama penularan berbagai pakaian kotor yang digantung atau
penyakit adalah melalui tangan yang ditumpuk di kamar merupakan salah satu
terkontaminasi bakteri, virus atau telur contoh sikap yang dapat menimbulkan
cacing, yang dapat menyebabkan skabies. Pengetahuan yang cukup baik
kerentanan penyebaran berbagai penyakit mengenai kebersihan perorangan tidaklah
seperti kecacingan, infeksi saluran berarti bila tidak menghasilkan respon
pernafasan atas (ISPA) dan diare. Hasil batin dalam bentuk sikap, sikap merupakan
analisis data Riset Kesehatan Dasar hal yang paling penting. Sikap dapat
(Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan digunakan untuk memprediksikan tingkah
secara nasional masih rendahnya kualitas laku apa yang mungkin terjadi, dengan
kesehatan dan perilaku tidak sehat pada demikian sikap dapat diartikan sebagai
masyarakat. Tindakan responden yang suatu predisposisi tingkah laku yang akan
selalu mencuci tangan pakai sabun setelah tampak aktual apabila kesempatan untuk
BAB dan BAK hanya 31,6%, sedangkan mengatakan terbuka luas (Sriyusufi, 1996).
66
Perilaku Kebersihan Diri (Personal………. (Ahmad Z, Zahroh S)
67
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 2 / Agustus 2016
pernah menderita penyakit ini. Data hasil variabel bebasnya meliputi umur, jenis
survei kesehatan santri di wilayah Pondok kelamin, tingkat pendidikan, pengetahuan,
pesantren Darunajjah Tegal Munding sikap, dukungan pengasuh ponpes,
Brebes tahun 2010 terhadap 80 responden dukungan teman, dukungan nakes,
ternyata diperoleh angka kesakitan dukungan tenaga depag, ketersediaan
31,25%, pondok pesantren Mambaul ulum sarpras, ketersediaan peraturan,
Brebes tahun 2010 terdapat 90 santri ketesediaan informasi. Data yang telah
diperoleh angka kesakitan 33,33 %, data terkumpul dianalisis secara univariat
pada bulan Oktober 2011, dari sampel 80 dengan cara distribusi frekuensi. Analisis
orang santri yang terkena skabies adalah bivariat dengan cara tabulasi silang
45 orang (56,25%). kemudian dilakukan analisis statistik
Berdasarkan latar belakang di atas menggunakan uji chi square kemudian
maka perumusan masalah yang diangkat dilanjutkan dengan analisis multivariat
adalah faktor apa sajakah yang menggunakan multiple logistic regression.
berpengaruh terhadap perilaku kebersihan
diri (personal hygiene) pada santri di HASIL DAN PEMBAHASAN
Pondok Pesantren Wilayah Kabupaten Hasil penelitian menunjukkan
Brebes? bahwa perilaku kebersihan diri santri di
Pondok pesantren wilayah Kabupaten
METODE Brebes dengan kategori baik 42,0%, lebih
Jenis penelitian ini adalah penelitian sedikit dibandingkan dengan kategori
kuantitatif analitik. Desain penelitian kurang baik 58,0%.
menggunakan rancangan cross-sectional. Di pondok Pesantren
Populasi dalam penelitian ini adalah para kecenderungan tertular penyakit kulit
santri Putra-Putri usia 13 – 18 tahun yang sebab kurangnya kebersihan diri sangat
termasuk kelas 7 - 12 di Pondok Pesantren tinggi. Penyebabnya adalah tinggal
di Wilayah Brebes sebanyak 3350 santri bersama dengan sekelompok orang seperti
dengan jumlah sampel sebesar 293 santri di pesantren memang berisiko mudah
yang diambil dari 4 pondok pesantren di tertular berbagai penyakit kulit, khusunya
Wilayah Brebes dengan cara proportional penyakit scabies. Penularan terjadi bila
cluster random sampling. Pondok kebersihan pribadi dan lingkungan tidak
pesantren dijadikan sebagai cluster. terjaga dengan baik. Masih ada pesantren
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah yang tumbuh dalam lingkungan yang
perilaku kebersihan diri santri, sedangkan kumuh, tempat mandi dan WC yang kotor,
68
Perilaku Kebersihan Diri (Personal………. (Ahmad Z, Zahroh S)
lingkungan yang lembab, dan sanitasi yang ditemukan pada kelompok santri yang
buruk. Ditambah lagi dengan perilaku yang berusia 16–18 tahun yaitu 61,7%
tidak sehat, seperti menggantung pakaian dibandingkan dengan kelompok santri
dalam kamar, tidak membolehkan santri yang berusia 13-15 tahun yaitu 54,2%.
wanita menjemur pakaian di bawah terik Adanya perubahan umur tidak berdampak
matahari, dan saling bertukar benda adanya perubahan perilaku. Pada umur 16-
pribadi, seperti sisir dan handuk (Akmal. 18 tahun seharusnya dapat berperilaku baik
Dkk, 2013). dibandingkan dengan umur 13-15 tahun.
Dapat dikatakan bahwa santri telah Penelitian ini menunjukkan bahwa
mengetahui mana yang baik untuk tidak ada hubungan yang signifikan antara
kesehatan dirinya, tetapi dalam umur responden dengan perilaku
mewujudkannya dalam perilaku masih kebersihan diri pada santri di Pondok
juga buruk. Hal ini disebabkan karena Pesantren Kabupaten Brebes dengan hasil
kebiasaan individu yang berbeda. uji Chi square didapatkan p.value = 0,232
Kemungkinan lain efesiensi untuk (p.value > α). Sehingga dalam penelitian
melakukan kebersihan diri kurang ini (faktor internal) untuk berperilaku
mendapat perhatian dari lingkungannya. positif pada santri khususnya faktor umur
Perilaku santri dalam melakukan santri tidak terbukti.
kebersihan diri akan lebih mudah apabila Hasil penelitian ini sejalan dengan
santri tersebut mengetahui manfaat penelitian yang dilakukan oleh Linda
melakukan kebersihan diri, tahu cara Warni pada tahun 2010 dimana hasil
melakukan kebersihan diri yang benar dan penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
tahu akibat atau dampak apabila tidak umur tidak berhubungan dengan perilaku
melakukan kebersihan diri. Perilaku juga murid sekolah dasar pada kesehatan gigi
akan dipermudah apabila santri yang dan mulut. Ada kemujngkinan rendahnya
bersangkutan mempunyai sikap yang perilaku untuk menggosok gigi banyak
positif terhadap perilaku kebersihan diri dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor
(Notoatmodjo, 2010). internal mengenai pengetahuan siswa, serta
faktor yang ada diluar diri siswa adalah
Karakteristik Responden sosio-ekonomi (pekerjaan orang tua) dan
Umur sarana menggosok gigi. Disamping itu
Hasil penelitian didapatkan bahwa hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
perilaku responden dalam melakukan penelitian Hidayat (2011) yang
kebersihan diri kurang lebih banyak menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
69
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 2 / Agustus 2016
70
Perilaku Kebersihan Diri (Personal………. (Ahmad Z, Zahroh S)
71
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 2 / Agustus 2016
terinvestasi oleh parasit. Sebagian penyakit kelompok santri yang memiliki sarana dan
yang berkaitan dengan air bersifat menular, prasarana lengkap 63,5% dibandingkan
penyakit-penyakit tersebut umumnya dengan kelompok santri yang memiliki
diklasifikasikan menurut berbagai aspek sarana dan prasarana kurang lengkap
lingkungan yang dapat diintervensi oleh 12,2%.
manusia (WHO, 2001). Menurut Hasil uji statistk diperoleh p.value =
Habeahan Jariston, salah satu faktor 0,000, karena p.value < α maka Ha
penting yang berpengaruh pada praktik diterima, dan Ho ditolak, sehingga dapat
PHBS adalah fasilitas sanitasi yang diinterpretasikan bahwa ada hubungan
tercermin dari akses masyarakat terhadap yang signifikan antara ketersediaan sarana
air bersih dan sanitasi dasar. Pada tahun dan prasarana dengan perilaku kebersihan
2002 presentasi rumah yang mempunyai diri santri di Pondok pesantren di wilayah
akses terhadap air bersih yang layak Kabupaten Brebes.
dikonsumsi baru mencapai 50% dan akses Berdasarkan hasil jawaban responden
rumah tangga terhadap sanitasi dasar baru tentang ketersediaan sarana dan prasarana
mencapai 63,5%. kebersihan diri di pondok pesantren ada
Berdasarkan hasil analisis univariat beberapa hal yang perlu mendapatkan
diperoleh gambaran bahwa sebagian besar perhatian yaitu sebanyak 86,3% responden
responden (58,0%) mengatakan bahwa menyatakan bahwa di pondok pesantren
sarana dan prasarana kebersihan diri di tidak tersedia setrika untuk menyetrika
pondok pesantren adalah lengkap, pakaian santri, sebanyak 82,6% responden
sedangkan responden yang mengatakan menyatakan bahwa di pondok pesantren
sarana dan prasarana kebersihan diri di tidak tersedia tempat tidur yang terpisah
pondok pesantren kurang lengkap yaitu untuk masing-masing santri, sebanyak
sebesar 42,0%. Perilaku kebersihan diri 76,1% rsponden menyatakan bahwa di
yang kurang lebih banyak dijumpai pada pondok pesantren tidak tersedia media
kelompok santri yang memiliki sarana dan promosi PHBS seperti leaflet, sebanyak
prasarana kebersihan diri kurang lengkap 68,6% responden menyatakan bahwa di
di pondok pesantren 87,8% dibandingkan pondok pesantren tidak tersedia sabun
dengan kelompok santri yang memiliki untuk cuci tangan, sebanyak 56,3%
sarana dan rasarana kebersihan diri yang respnden menyatakan bahwa di pondok
lengkap di pondok pesantren 36,5%. pesantren tidak tersedia air mengalir yang
Sedangkan persentase perilaku kebersihan bersih di wastafel untuk cuci tangan pakai
diri yang baik lebih banyak terdapat pada sabun, sebanyak 44,7% responden
72
Perilaku Kebersihan Diri (Personal………. (Ahmad Z, Zahroh S)
73
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 2 / Agustus 2016
74
Perilaku Kebersihan Diri (Personal………. (Ahmad Z, Zahroh S)
75
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 2 / Agustus 2016
76
Perilaku Kebersihan Diri (Personal………. (Ahmad Z, Zahroh S)
77
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 2 / Agustus 2016
anak, 4) proses mendukung dan menolak tersebut untuk menguji coba berbagai
keberadaan anak dan orang tua, serta 5) macam peran dalam menyelesaikan krisis
proses mengurangi resiko dan guna membentuk identitas diri yang
perlindungan tehadap individu dan optimal. Junir dalam Cremers ((1989)
lingkungan sosialnya (Irwanto. E, 1997). menyatakan bahwa, identitas diri akan
Hasil analisis univariat diperoleh timbul setelah krisis diselesaikan dan
gambaran bahwa bahwa separuh lebih diakhiri dengan baik. Dukungan sosial dari
responden (50,2%) mengatakan bahwa teman sebaya dapat memberikan pengaruh
pengasuh pondok pesantren kurang terhadap pembentukan identitas diri pada
mendukung terhadap kebersihan diri para seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat
santri, sedangkan sisanya sebesar 49,8% Sullivan dalam Manan (1993) dan Johnson
responden mengatakan bahwa pengasuh &Johnson (dalam Elleny (2007) teman
pondok pesantren mendukung terhadap sebaya bagi seseorang khususnya remaja
kebersihan diri para santri. Hasil uji mempunyai arti psikologis yang penting,
statistik dengan menggunakan uji Chi karena selain sebagai wadah diskusi teman
Square Test diperoleh nilai p-value sebaya juga dapat merupakan sumber
(continuity Correction) sebesar 0,002 (p- dukungan sosial yang penting bagi proses
value< 0,05) maka dapat disimpulkan pembentukan identitas diri seseorang
bahwa ada hubungan antara dukungan tersebut. Pernyataan ini juga dipertegas
pengasuh ponpes terhadap kebersihan diri oleh Erikson (dalam Sprinthall & Collins,
dengan perilaku kebersihan diri santri di 1995) yang mengatakan bahwa, pemberian
Pondok Pesantren di Wilayah Kabupaten dukungan sosial dan penyediaan tempat
Brebes. untuk melakukan segala uji coba membuat
Dukungan Teman Terhadap teman sebaya merupakan bagian yang
Kebersihan Diri penting dalam pembentukan identitas
Dukungan sosial yang bersumber dirinya (Brook. J, 2012).
dari teman sebaya dapat memberikan Hasil analisis deskriftif
informasi terkait dengan hal apa yang menunjukkan bahwa separuh lebih
harus dilakukan seseorang dalam upaya responden (50,5%) mengatakan bahwa
membentuk identitas dirinya, selain itu teman mendukung terhadap kebersihan diri
dapat pula memberikan timbal balik atas para santri, sedangkan sisanya sebesar
apa yang mereka lakukan dalam kelompok 49,5% responden mengatakan bahwa
dan lingkungan sosialnya serta teman masih kurang mendukung terhadap
memberikan kesempatan bagi orang kebersihan diri para santri. Hasil uji
78
Perilaku Kebersihan Diri (Personal………. (Ahmad Z, Zahroh S)
79
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 2 / Agustus 2016
80
Perilaku Kebersihan Diri (Personal………. (Ahmad Z, Zahroh S)
81
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 2 / Agustus 2016
82
Perilaku Kebersihan Diri (Personal………. (Ahmad Z, Zahroh S)
83