Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Supervisi
Supervisi merupakan salah satu proses bagian dari fungsi pengarah dan
pengawasan dalam manajemen. Supervisi mempunyai peran penting untuk mencapai
tujuan organisasi. Pengertian yang jelas tentang supervisi terus mengalami
perkembangan.
Supervisi berasal dari kata “Supervision”. Super artinya hebat, istimewa.
Sedangkan Vision yang artinya melihat sesuatu, melihat kerja orang lain (Mulianto,
Cahyadi, Widjayakusuma, 2006). Supervisi klinis artinya melihat atau mengamati
seseorang dalam melaksanakan kegiatan. Kegiatan supervisi biasanya dilakukan
perawat supervisor yang berperan langsung mengamati kegiatan perawat dan
mengontrol perawat dalam melakukan pekerjaannya (Lynch, 2008).
Supervisi juga dapat diartikan sebagai proses untuk meningkatkan kontribusi
anggota perawat secara aktif dan positif agar tujuan organisasi tecapai (Marquis &
Huston, 2010). Swansburg (2000) mengatakan supervisi sebagai suatu proses yang
memudahkan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas ataupun
sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan
dan pengorganisasian kegiatan dan infirmasi dari kepemimpinan dan pengevaluasian
setiap kinerja karyawan.
Supervisi klinis adalah suatu pemberian dukungan untuk praktisi profesional
yang dilakukan dengan berbagai pengalaman klinik, organisasi, pengembangan dan
pengalaman emosional dengan profesi lain dalam lingkungan untuk merubah
pengetahuan dan keterampilan. Di dalam proses ini belajar untuk meningkatkan
tanggung jawab dan refleksi praktis (Lyn G:2000).
Supervisi dalam keperawatan merupakan suatu proses untuk meningkatkan
pengetahuan, kesadaran diri dan keterampilan profesional perawat dalam melakukan
praktik keperawatan pada pasien sehingga mampi memberikan asuhan keperawatan
yang berkualitas dan aman bagi masyarakat. Supervisi mencangkup dimensi perilaku,
pengetahuan dan kemampuan psikomotor perawat juga membangun kesadaran diri
perawat tentang perannya. Supervisi bukan untuk mencari kesalahan seseorang tetapi
untuk meningkatkan kompetensi perawat agar tujuan organisasi tercapai.
B. Tujuan Supervisi
Tujuan kegiatan supervisi adalah mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerj yang
kondusif dan nyaman yang mencangkup lingkungan fisik, atmosfer kerja dan jumlah
sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanan tugas. Supervisi
diarahkan pada kegiatan, mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan, melatih
staf dan pelaksana keperawatan, memberikan arahan dalam pelaksana kegiatan sebagi
upaya untuk menimbulkan kesadaran dan mengertia kan peran dan fungsinya sebagai
staf dan difokuskan pada kemampuan staf dan pelaksanaan keperawatan dan
memberikan asuhan keperawatan (Arwani, 2005)
Tujuan supervisi klinis merupakann Royal Collage of Nursing London (2005)
adalah memperbaiki kualitas perawatan, manajemen risiko dan kinerja serta
meningkatkan tanggung jawab dan responsibilitas. Kegiatan supervisi untuk
mengawasi, mengevaluasi kemampuan perawat dalam mecapai standar pelayanan
keperawatan sehingga dapat meningkatkan kuliatas pelayanan keperawatan pada klien.
Dengan melakukan supervisi makan supervisor dapat melakukan prediksi risiko
pelayanan keperawatan yang mungkin terjadi dan dapat melakukan pengelolaan kinerja
perawat. Supervisi akan melatih perawat pelaksana bertanggung jawab terhadap
tindakan keperawatan yang dilakukan serta mmberikan respon yang tanggap terhadap
permasalahan yang terjadi.
C. Waktu Supervisi
Kegiatan supervisor menurut Depkes (2008), dalam supervisi sebagai berikut:
1. Sebelum Pertukaran Shift (15-30 menit)
a. Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu
b. Mengecek jadwal kerja
2. Pada Waktu Mulai Shift (15-30 menit)
a. Mengecek personil yang ada
b. Menganalisa keseimbangan personil dan pekerjaan
c. Mengatur pekerjaan
d. Mengidentifikasi kendala yang muncul
e. Mencari jalan supaya pekerjaan dapat diselesaikan.
3. Sepanjang Hari Dinas (6-7 jam)
a. Mengecek pekerjaan setiap personil, dapat mengarahkan, instruksi,
mengoreksi atau memberikan latihan sesuai kebutuhannya.
b. Mengecek kemajuan pekerjaan dari personil sehingga dapat segera
membantu apabila diperlukan
c. Mengecek pekerjaan rumah tangga
d. Mengecek kembali pekerjaan personil dan kenyamanan kerja, terutama
untuk personil baru.
e. Berjaga-jaga di tempat apabila ada pertanyaan, permintaan bantuan atau hal-
hal yang terkait.
f. Mengatur jam istirahat personil
g. Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul pada saat itu dan mencari
cara memudahkannya.
h. Mengecek kembali kecukupan alat/fasilitas/sarana sesuai kondisi
operasional
i. Mencatat fasilitas/sarana yang rusak kemudian melaporkannya
j. Mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja
k. Menyiapkan dan melaporkan secara rutin mengenai pekerjaan.
4. Sekali dalam sehari (15-30 menit)
a. Mengobservasi satu personil atau area kerja secara kontinu untuk 15 menit.
b. Melihat dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi seperti :
Keterlambatan pekerjaan, lamanya mengambil barang, kesulitan pekerjaan
dan lain sebagainya.
5. Sebelum Pulang
a. Membuat daftar masalah yang belum terselesaikan dan berusaha untuk
memecahkan persoalan tersebut keesokan harinya.
b. Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan mengecek
hasilnya, kecukupan material dan peralatannya.
c. Lengkapi laporan harian sebelum pulang
d. Membuat daftar pekerjaan untuk harinya, membawa pulang memperlajari
di rumah sebelum pergi bekerja kembali.
D. Prinsip-prinsip Supervisi
Prinsip-prinsip supervisi antara lain:
a. Supervisi didasarkan hubungan profesional, bukan hubungan pribadi.
b. Kegiatan supervisi harus direncanakan secara matang.
c. Supervisi bersifat mendidik
d. Memberikan perasaan aman bagi perawat pelaksana
e. Menciptakan suasana kerja yang kondusif dan demokratis
f. Supervisi dilakukan secara obyektif
g. Mampu meningkatkan terjadinya penilaian diri
h. Bersifat progresif, inovatif, dan fleksibel.
i. Supervisi dapat membantu pengembangan potensi perawat pelaksana.
j. Supervisi bersifat membangun dan kreatif dalam mengembangkan diri sesuai
kebutuhan.
k. Supervisi harus dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan.
E. Metode Supervisi
1. Demonstrasi
Supervisor mengadakan pertemuan dengan perawat yang di supervisi dan
mendiskusikan tentang keterampilan yang harus dipelajari lagi oleh staf perawat.
Supervisor bersama perawat yang disupervisi melakukan wawancara bersama-sama
ke pasien. Supervisor memberikan kesempatan pada pasien. Supervisor
memberikan kesempatan pada perawat yang di supervisi untuk membandingkan
hasil wawancaranya dengan wawancara supervisor.
2. Ko-terapi/refleksi
Supervisor berada dalam ruangan dengan klien, sedangkan perawat yang di
supervisi diluar melihat atau mengamati dari luar.
3. Bermain peran
Supervisor dan perawat yang di supervisi mengadakan roleplay. Perawat yang di
supervisi berperan sebagai pasien sedangkan supervisor sebagai perawat. Dengan
melakukan bermain peran makan perawat yang di supervisi akan mendapat
gambaran yang jelas cara melakukan supervisi pada klien.
4. Audio atau video
Supervisor menggunakan alat bantu tape atau radio untuk memberikan gambaran
yang jelas tentang suatu keterampilan tertentu. Sedangkan perawat yang di
supervisi mengamati dan mendengarkan dengan seksama. Kemudian
mendiskusikan dengan supervisor.
F. Supervisi dalam Keperawatan
Adapun supervisi yang ada dalam keperawatan, yaitu:
1) Pemberian segala bantuan dari pimpinan keperawatan yang tertuju untuk
perkembangan perawat atau staf lain dalam mencapai tujuan asuhan
keperawatan.
2) Kegiatan supervise adalah memberikan dorongan, bimbingan, dan kesempatan
bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan perawat.
3) Suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para tenaga
keperawatan dan staf lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
4) Kegiatan supervise didasarkan pada perencanaan yang matang.
5) Bukan hanya mengawasi apakah seluruh staf keperawatan telah menjalankan
tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan yang ditetapkan, akan tetapi juga
mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat personal maupun
material yang diperlukan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan secara
efektif dan efisien.
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas masing-masing
staf perawat yang disupervisi. Untuk kepala ruangan materi supervisi adalah
kemampuan manejerial dan kemampuan dalam asuhan keperawatan. Ketua Tim
disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan
keperawatan. Sedangkan perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan
asuhan kepeawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staf
maka perlu disusun standar penampilan yang diharapkan dari masing-masing staf yang
sudah dipahami oleh staf dan jadwal pasti dalam supervisi.

Adapun supervisior keperawatan, sebagai berikut :

Depkes (2008) mengemukakan bahwa pelaksanaan supervisi di rumah sakit dapat dilakukan
oleh:

a. Kepala ruangan
Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan untuk klien. Kepala
ruangan sebagai ujung tombak penentu tercapai tidaknya tujuan pelayanan keperawatan
dan mengawasi pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Pengawas perawatan
Berbagai ruang atau unit pelayanan berada di bawah umit pelaksana fungsional (UPF).
Pengawas bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada areanya
yaitu beberapa kepala ruangan yang di UPF bersangkutan.
c. Kepala seksi
Beberapa UPF dibangun dalam melaksanakan kepala seksi (Kasie). Kepala seksi
mengawasi UPF dalam melaksanakan tugasnya secara langsung dan seluruh perawat
secara tidak langsung.
d. Kepala bidang
Kepala bidang bertanggung jawab untuk supervisi kepada seksi secara langsung dan
semua perawat secara tidak langsung. Jadi supervisi berkaitan dengan struktur
organisasi yang menggambarkan garis tanggung jawab, siapa yang menajdi supervisor
dan siapa yang disupervisi.
G. Macam-macam Supervisi
Kegiatan supervisi klinik keperawatan di rumah sakit dilakukan dengan sangat
sistematis terutama di negara US dan Eropa. Peran supervisor dapat menetukan apakah
pelayanan keperawatan mencapai standar mutu atau tidak. Penelitian Hyrkas dan
Painones Ilmonen (2001) membuktikan bahwa supervisi klinik yang dilakukan dengan
baik berdampak positif bagi kualitas perawat (Brunero, 2005). Penerapan supervisi
klinis rumah sakit dapat menggunakan berbagai macam model supervisi. Adapun
model-model supervisi, sebagai berikut:
1. Model pengembangan
Model ini diperkenalkan oleh Dixon pada rumah sakit mental dan pusat tehnologi
adikasi tahun 1998. Model ini dikembangkan dalam rumah sakit mental yang
bertujuan agar pasien yang dirawat mengalami proses pengembangan yang lebih
baik. Supervisor diberikan wewenang untuk membimbing perawat dengan tiga
cara, yaitu pembaharu, konselor, dan pendidik. Kegiatan pembaharu bertujuan agar
supervisor membimbing perawat menjadi agen perubahan suatu kegiatan yang akan
ditransfer kepada pasien, sehingga pasien memahami masalah kesehatannya.
Kegiatan konselor dilakukan supervisor dengan tujuan membina, membimbing,
mengajarkan kepada perawat tentang hal-hal yang berkaitan dengan tugas rutin
perawat misalnya supervisor membimbing perawat melakukan pengkajian fisik.
Kegiata teaching bertujuan untuk mengenalkan dan mempraktikan praktek
keperawatan sesuai dengan tugas perawat seperti supervisor di ICU mengajarkan
teknik pengambilan darah arteri, analisis gas darah.
2. Model akademik
Model akademik diperkenalkan oleh Farington di Royal Collage of Nursing UK
tahun 1995 (Supratman & Sudaryanto, 2008). Farington mengatakan bahwa
supervisi klinik dilakukan untuk membagi pengalaman supervisor kepada para
perawat sehingga ada proses pengembangan kemampuan profesional yang
berkelanjutan. Sipervisi klinik merupakan proses formal dari perawat profesional
(RN’s) untuk memberikan dukungan dan pmbelajaran pada perawat pelaksana
sehingga pengetahuan dan kompetensi perawat dapat dipertanggung jawabkan. Hal
ini akan memberikan perlindungan dan perasaan aman pada pasien selama proses
keperawatan.
Kegiatan proses supervisi klinik model akademik menurut Farington meliputi
tiga kegiatan, yaitu pendidikan, dukungan, manajemen. Kegiatan pendidikan
dilakukan dengan 1) mengajarkan keterampilan dan kemampuan perawat seperti
diajarkan cara membaca hasil EKG 2) membangun pemahaman tentang raksi dan
reflksi setiap intervensi keperawatab seperti supervisor mengajarkan perawat dan
melibatkan pasien Diabetes Melitus dalam demontrasi injeksi subcutan 3)
supervisor melatih perawat untuk mengembangkan strategi, teknik-teknik lain
dalam bekerja seperti supervisor mengajarkan merawat luka dekubitus dengan obat-
obat jenis baru yang lebih baik.
Kegiatan dukungan dilakukan dengan cara memberikan pelatihan perawat
untuk mengendalikan emosi ketika bekerja (contoh: meredak konflik antar perawat,
pekerja yang banyak agar mengurangi kebosanan selama bertugas). Sedangkan
kegiatan managerial dilakukan dengan cara melibatkan perawat dalam peningkatan
standar(contoh: SOP yang sudah ada dikaji bersama kemudian diperbaiki hal-hal
yang perlu).
3. Model eksperimental
Model eksperimental dierkenalkan oleh Milne dan James di Newcastel university
Uk dan Departemen of Health US tahun 2005. Kegiatan supervisi klinik
keperawatan meliputi training dan mentoring. Kegiatan training, supervisor
mengajarkan teknik-teknik keperawatan tertentu yang belum dipahami perawat
pelaksana seperti pemasagan infus pada bayi, melakukan vena sectie, teknik life
dukungan. Training biasanya dilakukan secara berjenjang kepada setiap perawat,
misalnya training pada perawat pemula, perawat pemula-lanjut.
Supervisor pada kegiatan mentoring berperan sebagai penasihat. Tugasnya
memberikan bimbingan atau nasihat yang berhubungan dengan masalah rutin
sehari-hari misalnya mencari perawat pengganti yang tidak masuk, menengahi
konflik, mengambil keputusan secara tepat dan etis. Kegiata supervisor dalam
mentoring mirip dengan kegiatan dukungan modek akademik.
4. Model 4s
Model ini diperkenalkan oleh Page dan Wosket dari hasil penelitian di Greater
Manchester Uk dan New York tahun1995. Model supervisor ini dikembangkan
dengan empat (4) strategi yaitu Structure, Skills, Dukungan, Sustainability.
Kegiatan struktur dilakukan perawat dalam melakukan pengkajian dan asuhan
pasien dimana perawat yang dibina sekitar 6-8 orang. Tujuan kegiatan ini untuk
mengembangkan pengalaman perawat dalam hal memberikan konstultasi,
fasilitator, dan melakukan pengkajian. Kegiatan skills dilakukan supervisor untuk
meningkatkan keterampilan praktis seperti menjahit luka, interpretasi EKG.
Kegitan dukungan dilakukan dengan tujuan untuk penyegaran praktis, diskusi,
kebutuhan-kebutuhan training tertentu yang terbaru seperti pelatihan emergency
pada keadaan bencana. Kegiatan sustainability bertujuan untuk tetap
mempertahankan pengalaman, keterampilan dan nilai-nilai yang telah dianut
perawat. Kegiatan ini dilakukan secara kontinyu dengan caea menstransfer
pengalaman supervisor pada perawat pelaksana seperti supervisor membuat model
tentang berbagai keterampilan teknik yang dibagikan pada semua perawat
pelaksana.
H. Teknik Supervisi

Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber


yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan
dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuahan
keperawatan di ruang yang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif
bersama-sama dengan anggota perawat secara efektif dan efesien. Melalui kegiatan
supervisi seharusnya kualitas dan mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus dan
menjadi tujuan utama, bukan malah menyibukkan diri mencari kesalahan atau
penyimpangan (Arwani, 2006).
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak
langsung.
a. Teknik Supervisi Secara Langsung
Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang dilaksanakan.
Pada waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar
pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah Bittel, 1987
(dalam Wiyana, 2008). Cara memberikan supervisi efektif adalah :
1) Pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami
2) Menggunakan kata-kata yang tepat
3) Berbicara dengan jelas dan lambat
4) Berikan arahan yang logis
5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu
6) Pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami
7) Pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakan atau perlu tindak lanjut.
Supervisi lansung dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan pengisian
formulir dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja
pendokumentasian dengan mendampingi perawat dalam pengisian setiap
komponen dalam proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi.
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008):
1) Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa
pendokumentasiannya akan disupervisi.
2) Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan
pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara
langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan.
3) Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan
keperawatan pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005.
4) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang
disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang
menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai form A dari
Depkes.
5) Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.
b. Teknik Secara Tidak Langsung
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik
tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi
di lapangan sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta. Umpan balik
dapat diberikan secara tertulis (Bittel, 1987) dalam Wiyana, 2008.
Langkah-langkah Supervisi tak langsung.
1) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada
buku rekam medik perawat.
2) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
3) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes.
4) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan memberikan
tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat
yang mendokumentasikan.
5) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai
standar.

Nursalam.(2007). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Salemba Medika. Jakarta.

Swansburg.(2000). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk perawat klinis.EGC.


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai