Anda di halaman 1dari 38

A.

PENGERTIAN KATALOG

Katalog berasal dari bahasa Indonesia berasal dari kata Catalog dalam bahasa Belanda, serta
Catalogue dari bahasa Inggris. Istilah katalog itu sendiri berasal dari frase Yunani Katalogos.
Kata bermakna sarana atau menurut, sedangkan logos memiliki berbagai arti seperti kata,
susunan, alasan dan nalar. Jadi katalog dari segi kata bermakna sebuah karya dengan isinya
disusun menuruit cara yang masuk akal. Menurut sebuah simpanan rencana atau hanya
berdasarkan kata demi kata.(strout 1957)

Beberapa definisi katalog menurut ilmu perpustakaan dapat disebutkan sebagai berikut :

 Katalog berarti daftar berbagai jenis koleksi perpustakaan yang disusun menurut sistem
tertentu.(Fathmi, 2004)
 A catalogue is a list of, an index to, a collection of books and/or other materials. It
enables the user to discover : what material is present in the collection, where this
material may be found. (Hunter)
 suatu daftar yang sistematis dari buku dan bahan-bahan lain dalam suatu perpustakaan
,dengan informasi deskriptif mengenai pengarang, judul, penerbit, tahun terbit, bentuk
fisik, subjek, ciri khas bahan dan tempatnya. (Gates)
 katalog perpustakaan adalah daftar buku atau koleksi pustaka dalam suatu perpustakaan
atau dalam suatu koleksi. (Sulistyo Basuki, 1991)
 Katalog perpustakaan merupakan suatu rekaman atau daftar bahan pustaka yang dimiliki
oleh suatu perpustakaan atau beberapa perpustakaan yang disusun menurut aturan dan
sistem tertentu. (Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan, 2003)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa katalog merupakan daftar dari koleksi
perpustakaan atau beberapa perpustakaan yang disusun secara sistematis, sehingga
memungkinkan pengguna perpustakaan dapat mengetahui dengan mudah koleksi apa yang
dimiliki oleh perpustakaan dan dimana koleksi tersebut dapat ditemukan.

B. TUJUAN DAN FUNGSI KATALOG

1. Tujuan Katalog

Menurut Sulistyo-Basuki (1991) tujuan dari Katalog adalah sebagai berikut:

 Memungkinkan seorang menemukan sebuah buku yang diketahui pengarangnya,


judulnya atau subjeknya.
 Menunjukan buku yang dimiliki perpustakann oleh pengarang tertentu, berdasarkan
subjek tertentu dan dalam jenis literatur tertentu.
 Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya dan berdasarkan karakternya
(sastra ataukah berdasarkan topik).

2. Fungsi Katalog

Charles Ammi Cutter menyebutkan tiga fungsi katalog yaitu :


 Memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui dari pengarang, judul
atau subyeknya.
 Menunjukkan apa yang dimiliki suatu perpustakaan oleh pengarang tertentu, pada subyek
tertentu, dalam jenis literatur tertentu.
 Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya atau berdasarkan karakternya
(bentuk sastra atau berdasarkan topik)

Fungsi tersebut dikemukakan oleh Cutter lebih dari 100 tahun yang lalu, namun sampai saat ini
masih sangat relevan tentunya dengan beberapa penyesuaian seperti istilah buku sebaiknya
diganti dengan istilah koleksi. Sedangkan untuk katalog induk mempunyai fungsi tambahan
antara lain mempermudah penyalinan katalog (copy cataloguing), mendukung pengawasan
bibliografi (bibliographic control), dan menopang silang layan (inter library loan).

Qalyubi dkk (2007) menyebutkan fungsi katalog adalah sebagai berikut :

 Mencatat karya seseorang pada tajuk yang sama.


 Menyusun entri pengarang secara tepat sehingga semua karya seseorang berada pada
tajuk yang sama.
 Mencatat semua judul bahan pustaka yang dimiliki suatu perpustakaan.
 Menunjukkan rujukan silang (cross reference) dari beberapa istilah atau nama-nama yang
sama yang digunakan sebagai tajuk.
 Memberikan petunjuk letak/lokasi bahan pustaka yang disusun pada perpustakaan.
memberikan uraian tentang setiap karya yang dimiliki suatu perpustakaan sehingga
pengguna perpustakaan (user) dapat memperoleh informasi yang lengkap tentag karya
itu.

Sedangkan Menurut Kao (2001), fungsi katalog adalah sebagai beikut:

 Memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui pengarangnya,


judulnya atau subyeknya.
 Menunjukkan buku yang dimiliki perpustakaan dari pengarang tertentu, berdasarkan
subyek tertentu, atau dalam jenis literature tertentu.
 Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya atau berdasarkan karakternya.
 Berfungsi sebagai sarana yang sangat diperlukan oleh staf perpustakaan di bagian
pengadaan, pengatalogan, kontrol inventarisasi dan pekerjaan-pekerjaan referensi

C. BENTUK FISIK KATALOG

Horgan mengatakan bahwa bentuk katalog yang digunakan di perpustakaan mengalami


perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan katalog perpustakaan nampak dari perubahan
bentuk fisiknya. Sebelum katalog terpasang (online) muncul, telah dikenal berbagai bentuk
katalog perpustakaan, dan bentuk yang paling umum digunakan ialah katalog kartu. Sedangkan
menurut Tylor, katalog perpustakaan yang ada pada saat ini terdiri dari berbagai bentuk fisik
antara lain, katalog berbentuk buku (book catalog), katalog berbentuk kartu (card catalog),
katalog berbentuk mikro (microform catalog), katalog komputer terpasang (online komputer
catalog).
1. Katalog bentuk buku merupakan katalog yang tersusun dalam 1 buku. Disebut juga
katalog tercetak dan merupakan bentuk katalog yang paling kuno. Katalog bentuk buku
memiliki beberapa keuntungan, seperti mudah digunakan, dapat di bawa ke mana-mana,
dan digandakan dengan mudah. Kerugiannya adalah, sekali dijilid, maka katalog buku
menjadi usang, karena tambahan buku tidak dapat disisipkan ke entri yang sudah ada.

katalog buku

2. Katalog Berkas atau album dalam bahasa inggris disebut sheaf catalogue merupakan
kumpulan kartu yang dijilid menjadi satu menjadi buku atau album.Keuntungannya
adalah mudah digunakan, pengguna dapat menggunakan katalog berkas yang berbeda-
beda. Sedangkan kerugiannya adalah sekali adanya penambahan harus membongkar
berkas, cenderung mudah hilang karena bentuknya lebih kecil dari pada katalog buku.

katalog berkas

3. Katalog Kartu adalah Katalog kartu adalah bentuk katalog perpustakaan yang semua
deskripsi bibliografisnya dicatat pada kartu berukuran 7.5 x 12.5 cm. Keuntungan katalog
berbentuk kartu ialah bersifat praktis, sehingga setiap kali penambahan buku baru di
perpustakaan tidak akan menimbulkan masalah, karena entri baru dapat disisipkan pada
jajaran kartu yang ada. Kelemahannya adalah satu laci katalog hanya menyimpan satu
jenis entri saja, sehingga pemustaka sering harus antri menggunakannya, terutama bila
melakukan penelusuran melalui entri yang sama.

katalog kartu

4. Katalog Cetak merupakan proses Setelah uraian-uraian katalog disusun menurut system
tertentu, kemudian dicetak menjadi semacam bibliografi sebanyak yang diperlukan.
Kelebihan bentuk ini ialah katalog dapat diperbanyak dan dibawa kemana-mana. Tetapi
kelemahannya tidak dapat menerima entri-entri baru.
katalog cetak

5. Katalog COM (Computer Output Microform) dibuat pada salah satu bentuk microfilm
atau microfishe. Katalog dalam bentuk mikro ini relative lebih murah jika dibandingkan
dengan katalog dalam bentuk buku, dan terbukti bahwa biaya pemeliharaannya lebih
murah daripada katalog kartu. Disisi lain, banyak pelanggan menemukan versi microfiche
yang tidak menyenangkan digunakan. (Taylor, 1992 dalam Hasugian, 2009).

katalog COM

6. Katalog CD-ROM (Compact Disk Read Only Memory) adalah katalog yang dikemas
dalam bentuk CD dan dioperasikan dengan menggunakan komputer.

katalog CD-ROM

7. OPAC (Online Public Access Catalog) adalah Katalog yang tersimpan di komputer,
dapat diakses dari berbagai titik atau lokasi selama titik/lokasi tersebut tergabung dalam
jaringan internet. Menurut Hermanto (2007) OPAC banyak di gunakan pada berbagai
perpustakaan karena memiliki berbagai keuntungan diantaranya :
1. Penelusuran informasi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
2. Penelusuran dapat dilakukan secara bersama-sama tanpa saling mengganggu
3. Jajaran tertentu tidak perlu di-file
4. Penelusuran dapat dilakukan dari berbagai pendekatan sekaligus
5. Rekaman bibliografi yang dimasukkan ke dalam entri katalog tidak terbatas
OPAC

D. SUSUNAN KATALOG PERPUSTAKAAN

a. Katalog Abjad terdiri dari

1. Katalog Pengarang

Memberikan informasi mengenai karya seorang pengarang yang dimiliki perpustakaan.


Pengertian pengarang mencangkup juga editor, complier, ilustrator, penerjemah dan lain-lain.

2. Katalog Judul

Merupakan entri judul disusun menurut abjad

3. Katalog Subjek

Entri subjek disusun menurut abjad, memungkinkan pengguna mengakses katalog menurut judul.

4. Katalog Susunan Kamus

Katalog yang mencakup semua entri dalam satu jajaran.

b. Katalog berkelas

1. Alphabetico-classed catalogue

Katalog dengan entri subjek disusun menurut sebuah bagan klasifikasi. Dalam susunan ini, mula-
mula entri katalog disusun menurut susunan klas, kemudian subdivisi dalam klas tersebut
disusun menurut abjad.

2. Katalog terbagi (divided catalogue)

Katalog terbagi sebenarnya merupakan sempalan dari katalog susunan kamus. Pada katalog
terbagi terdapat 2 jajaran utama, yaitu jajaran subjek disusun menurut abjad serta gabungan
pengarang dan judul, sisusun menurut abjad. Katalog ini merupakan katalog susunan kamus.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tujuan Katalog Perpustakaan

A. Pengertian Katalog Perpustakaan


Secara etimologis, katalog berasal dari bahasa latin “catalogus” yang berarti daftar barang atau
benda yang disusun untuk tujuan tertentu. Sedangkan menurut KBBI Offline, katalog adalah
carik kartu, daftar, atau buku yang memuat nama benda atau informasi tertentu yang ingin
disampaikan, disusun secara berurutan, teratur, dan alfabetis.
Menurut Sulistyo-Basuki (1993: 315), “katalog perpustakaan adalah daftar buku dalam sebuah
perpustakaan atau dalam sebuah koleksi. Daftar menunjukkan susunan menurut prinsip tertentu
dan sedangkan buku mencakup arti buku dalam arti luas”. Sejalan dengan pendapat tersebut,
menurut Listariono (2011) katalog perpustakaan merupakan daftar buku atau bahan pustaka
bentuk yang lain. Dalam katalog ini dimuat tentang nama pengarang, judul buku,edisi, cetakan,
kota terbit, penerbit dan tahun terbit. Dengan katalog perpustakaan ini pengguna perpustakaan
dapat memperoleh sumber informasi yang dimiliki oleh perpustakaan.
Dari beberapa perngertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa katalog perpustakaan adalah
daftar yang berisi seluruh berbagai koleksi di perpustakaan yang disusun menurut sistem tertentu
melalui cantuman bibliografis sehingga diharapkan para pemustaka dan pustakawan dapat
menemukan bahan perpustakaan yang dibutuhkan dengan cepat dan tepat.
B. Tujuan Katalog Perpustakaan
Menurut seorang pakar perpustakaan dari Amerika Serikat yang bernama Charles Ammi Cutter
dalam Sulistyo-Basuki (1993: 316), pada dasarnya tujuan katalog adalah sebagai berikut:
1. Memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui berdasarkan :
a) Pengarangnya;
b) Judulnya;
c) Subjeknya.
2. Menunjukkan buku yang dimiliki perpustakaan:
a) Oleh pengarang tertentu;
b) Berdasarkan subjek tertentu;
c) Dalam jenis literatur tertentu.
3. Membantu dalam pemilihan buku:
a) Berdasarkan edisinya; atau
b) Berdasarkan karakternya (bentuk sastra atau berdasarkan topik)
Tujuan pertama menekankan bahwa katalog perpustakaan bertindak selaku daftar temuan bagi
dokumen tertentu. Untuk menyusun daftar tersebut, tentunya diperlukan penyediaan data bagi
masing-masing koleksi perpustakaan dan memungkinkan suatu pendekatan berdasarkan
pengarang, judul dan subjek.
Tujuan kedua menekankan bahwa katalog perpustakaan harus bertindak sebagai daftar temuan
bagi sekelompok dokumen. Hal ini memerlukan penyediaan entri seragam bagi setiap kelompok.
Dalam penggunaan sehari-hari, biasanya dimaksudkan untuk :
a. Karya perseorangan
b. Judul diperlakukan sebagai kata benda
c. Judul mengandung kata benda
d. Untuk terbitan berseri serta karya anonim.
Tujuan ketiga berkaitan dengan deskripsi buku dalam katalog, sehingga pemakai dapat
membedakan berbagai edisi dari buku tertentu dan memungkinkan pemilihan buku dengan
menyediakan ciri khusus.

2.2 Perkembangan Katalog Perpustakaan

A. Sejarah Perkembangan Katalog Peprustakaan


Perpustakaan perlu mengelola kumpulan pengetahuan di perpustakaan yang merupakan tempat
penyimpanan buku yang berharga, berseri, koran, dokumen pemeritah, manuskrip, peta dan
mikrofilm dan lain sebagainya. Untuk menyediakan kecepatan dan kemudahan akses ke bahan
yang sangat luas, perpustakaan menawarkan alat dan teknik untuk menyeleksi, menempatkan
dan menemukan kebutuhan koleksi yang berupa katalog dan klasifikasi. Klasifikasi membantu
menata dokumen pada urutan rak yang sistematis, sedangkan katalog membantu pada saat
mengatur, mengidentifikasi, dan menempatkan dokumen yang diperlukan.
Perkembangan katalog dimulai pada zaman purbakala, dimana perpustakaan mengabadikan
pengadaan dan pemeliharaan bahan bacaan dan menggunakan aturan sistem bibliografi yang
primitif atau mengawasi untuk menempatkan materi yang disediakan berdasarkan kebutuhan.
Hal ini masih berbentuk sebuah daftar penyimpanan kasar yang hanya menyediakan sebuah
indeks untuk perpustakaan dan tidak ada aturan yang universal. Penggalian purbakala
Assurbanipal (1668-626 SM) mengungkapkan bahwa informasi bibliografi tercatat dalam
lembaran tanah liat yang disajikan secara sederhana meliputi (judul, jumlah eksemplar, subdivisi,
dan lokasi).
Kemudian pada tahun 250 SM, Pinakes ditemukan oleh Callimachus di Perpustakaan Alexandria
yang memiliki susunan alfabetik menurut nama pengarang dan disertai biografi setiap pengarang.
Selanjutnya pada tahun 1605 Thomas James pertama kali menemukan katalog buku/tercetak
dengan susunan klasifikasi. Pada akhir abad 19, berbagai macam kode katalog telah dirancang,
kemudian pola susunan katalog tersebut disempurnakan dengan penambahan tajuk subjek, entri
utama, klasifikasi, entri utama, entri tambahan dan bibliografi yang cukup lengkap. Setelah itu
muncul katalog kartu yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1743 oleh Abbi Rosier di
Prancis.
Perkembangan selanjutnya pada katalog datang dengan memuat rekod katalog pada bentuk
mikro dan membutuhkan sebuah pembaca mikroform untuk dilihat. Berbagai media ada dalam
katalog mikroform seperti mikrofillm dan mikrofis. Bentuk mikro katalog diproduksi dalam
database komputer melalui metode COM (Computer Output Microform). COM mengonvert
informasi digital menjadi bentuk mikro. Katalog mikrofis mulai digunakan sejak tahun 1960-an.
Mikrofis adalah lembaran film berisi citra miniatur.
Selanjutnya pada tahun 1975, katalog online publik dalam skala luas pertama kali dikembangkan
di Universitas Ohio, yang kemudian dinamakan OPAC (Online Public Access Catalog). OPAC
adalah komputerisasi katalog yang berisi dokumen dan semua bahan pustaka yang tersedia di
perpustakaan (Kumar: 2013). Keberadaan OPAC terus berkembang seiring majunya teknologi
sehingga muncullah katalog berbasis web yang kemudian dikenal dengan nama Web-PAC .
Menurut Harmsen dalam Kumar (2013: 52), Web-PAC adalah generasi lanjutan dari pelayanan
OPAC yang tradisional sebagai pintu gerbang menuju sumber yang tidak hanya disediakan di
perpustakaan tertentu, tapi juga yang disediakan di tautan-tautan lain yang menyajikan full-teks.
Secara umum, Web-PAC dapat dikatakan sebagai katalog perpustakaan yang ada di web atau
internet menggunakan protokol world wide web untuk menyajikan katalog perpustakaan.
Pendapat lain juga disampaikan oleh ODLIS (2009) bahwa Web-PAC menggunakan jangkauan
grafis antarmuka pengguna via www, yang berlainan dengan jangkauan berbasis teks antarmuka
via telnet.
Pada perpustakaan purba, peraturan pengatalogan tergantung pada praktik dan kebiasaan
perpustakaan masing-masing. Sehingga tidak ada keseragaman antara berbagai katalog.
Peraturan pengatalogan mula-mula disusun oleh pustakawan perorangan, tercatat sebagai berikut
ini:
1. (1797-1879) : Antonio Panizzi dari British Museum yang menyusun Rules for Compiling of
the Catalogue, populer dengan istilah 91 Rules.
2. (1837-1903) : Charles Ammi Cutter yang menyusun Rules for a Dictionary Catalogue (1903),
katalog sistem leksikal yaitu katalog 3 matra yaitu katalog pengarang, judul, dan subjek buku
dijadikan dalam 1 jajaran.
3. (1903) : Library of Congress: Rules of Printed Cards
4. (1949) : Library of Congress: Rules for Descriptive Cataloguing
5. (1908, 1941, 1949) : American Lib Association Rules
6. (1967) : ALA dan Library Association (Inggris): Anglo American Cataloguing Rules/AACR 1
yang disetujui 53 negara dan kemudian menjadi standardisasi data bibliografis internasional
7. (1978) : ALA, LA, LC, dan Canadian LA: AACR 2 sebagai tindak lanjut ke arah
penyeragaman peraturan pengkatalogan
8. Pada akhir 1960-an: The Library of Congress menciptakan format MARC yang menyediakan
mesin pembaca cantuman bibliografi. OCLC dikembangkan di Dubin, Ohio, dan mulai
menyajikan informasi katalog via kabel dan terminal kepada semua perpustakaan member.
Machine-Readable merupakan sebuah jenis mesin tertentu, sebuah komputer, yang mampu
membaca dan menginterpretasi data pada Cataloging-Record.(cantuman bibliografi atau
informasi yang ditunjukkan di kartu katalog, mencakup deskripsi item, tajuk utama dan tajuk
tambahan, tajuk subjek, nomor panggil). (Taylor: 2004). Indonesia (Perpustakaan Nasional
Indonesia) juga turut mengembangkan INDOMARC untuk kepentingan automasi pengatalogan
bahan pustaka di Indonesia. Adapun untuk menyeragamkan pertukaran satu negara dengan
negara yang lain digunakanlah UNIMARC yang berlaku secara universal.
B. Alasan Perkembangan Katalog Perpustakaan
Pada era abad ke-21 terdapat suatu era baru yang ditandai dengan derasnya arus perubahan baik
dalam hal teknologi serta perilaku masyarakat, pustakawan dihadapkan pada paradigma baru
yang berimbas pada perubahan atmosfir dan lingkungan kerja yang cukup menantang. Paradigma
tersebut secara lebih khusus meliputi perubahan antara lain: perkembangan teknologi yang
memberi peluang bagi penciptaan layanan-layanan baru, tuntutan peningkatan layanaan yang
diharapkan oleh pengguna demi kepuasan mereka, serta harapan para pustakawan sendiri dalam
meningkatkan kesejahteraan hidup mereka melalui peningkatan kinerja. Apalagi saat ini jabatan
fungsional ditentukan berdasarkan tingkat kompetensi yang dimiliki, yang dinilai berdasarkan
prestasi kerja yang dicapainya, dan diukur dengan sistem angka kredit kumulatif dari seluruh
pekerjaan yang dilaksanakannya.
Perubahan yang terjadi dalam ruang lingkup perpustakaan, salah satunya yaitu mengenai cara
pandang masyarakat akan kebutuhan informasi. Kebutuhan informasi masyarakat menjadi
beragam dan mutakhir yang dapat diakses secara tepat dan akurat. Hal ini merupakan suatu
tuntutan dari masyarakat yang harus dipenuhi perpustakaan yang kemudian mendorong adanya
paradigma baru yang mengubah pola kegiatan perpustakaan.
Jika dilihat dari bentuk koleksi yang dicatat yaitu koleksi digital dan koleksi fisik tentunya
memiliki karakteristik yang berbeda, untuk itu diperlukan pengganti katalog tradisional (kertas)
yang diantaranya terdapat alasan, yaitu:
1. Pengatalogan tradisional menghasilkan data deskriptif yang masih diperlukan, namun tidak
dapat menampung berbagai data lain.
2. Koleksi digital merupakan sumber yang intangible (tidak dapat disentuh) seperti koleksi fisik
yang tangible sehingga secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi metode pengumpulan
data, pengelolaan serta temu kembali, misalnya born digital (dokumen yang lahir dari teknologi
dalam bentuk digital).
2. Koleksi digital merupakan sumber informasi dinamis yang berbeda dengan koleksi fisik yang
statis, misalnya dalam kolom ISBN.
3. Koleksi digital berbeda dalam hal kepemilikan, bila koleksi fisik kepemilikannya adalah
perpustakaan sedangkan koleksi digital bisa saja yang memiliki adalah penyedia sumber
informasi dari tempat lain.
Dari aspek teknologi, juga terdapat aspek yang mendorong beralihnya format katalog menjadi
metadata, diantaranya yaitu:
1. Penemuan dunia internet menambah kekayaan media informasi dan komunikasi sehingga
dapat mempercepat ketersediaan dan pertukaran informasi di seluruh dunia.
2. Adanya paradigma lama tentang perpustakaan dengan berbagai kerumitannya, baik mengenai
pengelolaan koleksi, keanggotaan serta sirkulasi. Hal ini dapat diminimalkan bahkan dihapuskan
dengan pemanfaatan teknologi informasi di lingkungan perpustakaan, misalnya berupa
penerapan konsep katalog online.
3. Adanya parameter tingkat kemajuan perpustakaan dengan penerapan teknologi informasi yang
dimiliki.
4. Adanya jaringan kerjasama berbentuk Bibliographic Library Systems (Online Computer
Library Center) mengubah proses pengatalogan memasuki era komputerisasi.
5. Untuk mendukung terjadinya pertukaran data bibliografis antar perpustakaan.

2.3 Jenis-Jenis Katalog Perpustakaan

2.3.1 Katalog Kartu


1. Pengertian
Card Catalogue (katalog kartu) merupakan jenis katalog yang paling umum di perpustakaan
seluruh dunia, sebelum peran komputer menggantikannya. Setiap entri dituangkan dalam kartu
standar berukuran 7.5 X 12,5 cm. Kumpulan entri ini kemudian disusun secara sistematis
berdasarkan pengarang, subyek, judul dan call number ke dalam almari katalog. Katalog kartu
sangat fleksibel terhadap perubahan koleksi perpustakaan, karena jenis katalog ini akan dengan
mudah diadakan penambahan dan pengurangan/ penyusutan maupun perubahan terhadap
entrinya bisa dilakukan pada kartu itu sendiri, dan kemudian di-file kembali.
2. Sejarah (latar belakang)
Katalog Perpustakaan berasal sebagai daftar naskah, disusun menurut format (folio, kuarto, dll)
atau dalam susunan abjad kasar oleh penulis. Katalog cetak, terkadang disebut katalog kamus
diaktifkan sarjana di luar perpustakaan untuk mendapatkan gambaran tentang isinya. Ini kadang-
kadang akan disisipkan dengan daun kosong yang terbaru bisa dicatat, atau terikat sebagai
guardbooks di mana secarik kertas yang terikat di untuk entri baru. Tergelincir juga dapat
disimpan longgar dalam kardus atau kotak timah, disimpan di rak-rak. Katalog kartu pertama
muncul pada abad kesembilan belas, memungkinkan fleksibilitas yang lebih, dan menjelang
akhir abad kedua puluh OPAC yang dikembangkan (lihat di bawah).
* C. 800 : katalog Perpustakaan diperkenalkan di Rumah Kebijaksanaan dan lain perpustakaan
Islam Abad Pertengahan di mana buku tersebut akan disusun dalam genre dan kategori khusus.
* 1595: nomenklatur dari Universitas Leiden Perpustakaan muncul, katalog cetak pertama dari
sebuah perpustakaan kelembagaan.
* 1674: katalog Thomas Hyde untuk Perpustakaan Bodleian.
Lebih lanjut tentang sejarah awal katalog perpustakaan telah dikumpulkan pada tahun 1956 oleh
Strout yaitu seorang penulis catalog formal, disini katalog diurutkan sesuai abjad menurut
penulis ‘atau nama penyunting dari entri. Katalog Judul: katalog formal, diurutkan menurut abjad
judul entri. Kamus katalog: katalog di mana semua entri (penulis, judul, subjek, seri) adalah
interfiled dalam urutan abjad tunggal. Ini adalah bentuk katalog kartu utama di dunia Anglo-
Amerika hanya sebelum pengenalan katalog berbasis komputer. Katalog Kata Kunci: katalog
subjek, diurutkan sesuai abjad menurut beberapa sistem kata kunci. Bentuk katalog Campuran
abjad: kadang-kadang, orang menemukan penulis campuran/ judul, atau penulis/ judul/ katalog
kata kunci. Sistematis katalog: katalog subjek, diurutkan menurut beberapa subdivisi sistematis
mata pelajaran. Juga disebut katalog baris. Shelf daftar katalog: katalog formal dengan entri
diurutkan dalam urutan yang sama seperti item bibliografis yang disimpan. Katalog ini juga
dapat berfungsi sebagai persediaan utama untuk perpustakaan.
3. Kelebihan
1) Fleksibilitas :
a. Kartu katalog dapat disusun sesuai kebutuhan perpustakaan secara alfabetis atau call number.
b. Mudah ditambah dan dikurangi.
2) Mudah digunakan :
a. Relatif mudah digunakan bagi mereka yang sudah mengenal aturan file.
b. Disediakannya guide cross references dan konsisten dalam pembuatannya, hal ini akan
memudahkan bagi pengguna perpustakaan.
c. Mudah dibaca.
3) Mudah dalam pembuatan dan perawatan :
a. Tak ada pembuatan katalog yang tak memerlukan biaya tetapi perpustakaan tetap memerlukan
katalog yang uptodate. Pembuatan katalog kartu lebih sederhana jika dibandingkan dengan
bentuk katalog yang lain, dan katalog kartu tetap masih relevan dengan perkembangan komputer.
b. Banyak software yang mampu memproduksi kartu katalog, misalnya CDS ISIS dan Bibliofile.
c. Reproduksi katalog lebih mudah.
d. Dapat dengan mudah ditambah dan dikurangi.
e. Dapat dilakukan koreksi pada kartu katalog.
4. Kekurangan
a. Perolehan informasi terbatas dan lebih lama
b. Katalog mudah rusak karena vandalism
c. Harus selalu mengupdate
d. Biaya pengadaan kartu katalog tinggi
e. Pengguna harus antri, karena tidak mungkin menyediakan lebih banyak almari katalog
5. Sistem pengatalogan yang digunakan,
Sistem pengatalogan yang digunakan, dalam catalog kartu masih menggunakan system manual
atau kertas (kartu) sebagai hasil atau wakil bahan pustaka.
6. Aplikasi
CDS/ISIS (Computerized Documentation Services / Integrated Set of Information System)
merupakan perangkat lunak sistem penyimpanan dan temu kembali informasi (Information
Storage and Retrieval System) yang dirancang untuk komputerisasi pengelolaan database non
numerik yang terstruktur terutama yang berupa teks. yang dibangun, dikelola, dan disebarkan
oleh UNESCO. Program aplikasi ini pertama kali diluncurkan pada tahun 1985 dan sejak saat itu
juga sudah lebih dari 20.000 lisensi atas CDS/ISIS ini dikeluarkan oleh UNESCO dan oleh
sebuah jaringan distributor CDS/ISIS dunia.
Secara khusus, CDS/ISIS sangat cocok untuk aplikasi bibliografis atau digunakan sebagai basis
data katalog perpustakaan berukuran kecil maupun sedang. Beberapa versi program ini telah
dibuat dalam bahasa Arab, Tionghoa, Inggris, Perancis, Jerman, Rusia, dan Spanyol. UNESCO
menyatakan program ini gratis untuk tujuan non-komersial, kendati pun demikian
penyalur/distributor diperbolehkan memungut biaya sabagai ganti biaya pengiriman.
7. Gambar
Katalog kartu
2.3.2 Katalog Lembaran / berkas (Sheaf)
1. Pengertian Katalog Lembaran
Merupakan kumpulan kertas/ kartu berupa lembaran berukuran 7,5 x 12,5 cm atau 10 x 15 cm
ada juga yang 10 x 20cm. Masing-masing lembar berisi data katalog. Pada bagian kiri diberi
lubang. Kemudian diikat atau dijilid. Pada bagian depan dan belakang diberi karton tebal
berfungsi sebagai pelindung. Setiap berkas dapat memuat antara 500 hingga 600 lembar. Berkas
yang sudah terjilid kemudian disusun menurut nomor berkas. Contoh: katalog perpustakaan
museum nasional.
Katalog Berkas
2. Kelebihan
a) Mudah dibuat
b) Dapat diperbanyak dengan mudah, murah, dan cepat
c) Ekonomis, yaitu tidak memerlukan biaya tinggi dalam pembuatannya.
d) Ringkas, yaitu hemat tempat.
3. Kelemahan:
Katalog lembaran saat ini dinilai kurang praktis
2.3.3 Katalog Buku
1. Pengertian Katalog Buku
Katalog Buku adalah katalog tercetak dalam bentuk buku, yang masing-masing halamannya
memuat sejumlah entri. Contohnya adalah katalog penerbit yang biasanya dibuat oleh sebuah
perusahaan penerbitan, katalog ini biasa digunakan untuk membantu seleksi bahan pustaka bagi
petugas perpustakaan. Qalyubi (2007) menyebutkan bahwa katalog buku berupa daftar judul-
judul bahan pustakan yang ditulis atau dicetak pada lembaran-lembaran yang berbentuk buku.
Pada perkembangannya, katalog buku ditujukan agar katalog tidak berceceran, sehingga katalog
tersebut dijilid menjadi satu dan muncul yang namanya katalog buku atau katalog tercetak.
Katalog Buku
2. Kelebihan katalog buku:
a) Biaya pembuatannya murah
b) Mudah dicetak
c) Mudah dikirim ke berbagai perpustakaan atau instansi lain
d) Mudah dibawa kemana-mana
e) Tidak memerlukan filling seperti kartu katalog
3. Kelemahan katalog buku:
a. Tidak fleksibel karena penyisipan dan pengeluaran entri katalog tidak mudah dilakukan.
b) Jika terjadi penambahan koleksi akan sulit untuk dimasukkan ke dalam daftar yang telah
dibuat.
2.3.4 Katalog Mikrofis
1. Pengertian
Mikrofis adalah reproduksi dari lembar – lembar film negatif yang ditata dalam jaket film
berukuran 10 x 15 cm. Mikrofis merupakan media yang berisi dokumen yang dapat diperkecil
hingga 18 x 90 kali dari bentuk aslinya. Media ini dapat memuat 60- 80 halaman buku bahkan
bisa memuat 500 halaman buku lebih, tergantung berapa banyak bahan informasi yang dijadikan
mikrofis.
Katalog berasal dari bahasa latin “catalogus” yang berarti daftar, dalam pengertian umum
katalog diartikan sebagai daftar nama-nama, judul dan barang-barang. Dalam sejarah
kepustakawanan, katalogisasi atau pengkatalogan (cataloguing, catalogieseren) merupakan
keterampilan yang sudah dimiliki sejak berabad-abad lamanya, sebagai senarai inventaris.
(Sulistyo-Basuki, 1991)
Jadi katalog mikrofis adalah sebuah daftar koleksi dari sebuah organisasi yang disusun menurut
sistem tertentu dan berbentuk mikrofis.
Gambar katalog mikrofis
2. Sejarah katalog mikrofis
Mikrofis dan mikrofilm pada awalnya dikembangkan di Perancis dan Jerman sebelum Perang
Dunia II, dan sejak awal tahun 1960 pemerintah Amerika Serikat mulai menggunakannya
sebagai sarana penyimpan informasi baik berupa buku, majalah, brosur, dan materi komunikasi
lainnya.
Di Indonesia PDII-LIPI mempunyai koleksi mikrofis/film yang memuat informasi-informasi
penting dengan jumlah yang cukup banyak dan jumlahnya semakin bertambah dari tahun ke
tahun. Pada awal tahun 1998 jumlahnya mencapai 54.428 judul meliputi: buku, majalah, koran,
disertasi, thesis dll. Koleksi tersebut . merupakan aset berharga yang perlu didayagunakan untuk
kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan. dengan perkembangan koleksi mikrofis ini muncul
pula katalog mikrofis.
3. Kelebihan katalog mikrofis
a. Dalam segi biaya pemeliharaannya lebih murah dari pada katalog kartu.
b. Bentuknya ringkas dan mudah menyimpannya.
c. Mikrofis mudah diperbanyak dan disebarkan
4. Kekurangan katalog mikrofis
a. Untuk pengadaan, mikrofis membutuhkan banyak biaya.
b. Dalam penggunaan bagi pengguna awam akan kesulitan dari pada katalog kartu.

5. Cara penggunaan mikrofis


Mikrofis dapat digunakan dengan cara membacanya dengan alat khusus(micro reader).Hidupkan
micro reader, kemudian masukkan mikrofis yang telah dipilih, dengan heading area berada di
sebelah bawah. Diatur sinar cahaya agar bentuk tulisan dalam mikrofis dapat terbaca dengan
mudah.
Untuk memilih mikrofis yang akan dibaca dapat dilihat dari heading area yang tertulis pada tiap
fis. Misalnya penyusunan mikrofis majalah dikelompokkan dan dijajarkan menurut abjad judul
majalah, diikuti urutan volume,nomor dan tahun.Sedangkan untuk penyusunan mikrofis buku
dijajarkan dan dikelompokkan berdasarkan urutan nomor panggil, disesuaikan dengan nomor
pangil yang terdapat pada katalog di perpustakaan. Pengguna dapat memperoleh informasi sesuai
dengan kebutuhan yang diinginkannya dengan menggunakan alat bantu.
Gambar micro reader
OlDEMAN,LR
Technical report on a study of the agroclimatology
of humid tropics of Southeast Asia [Microform]/
by L.R Oldeman and M.Frere.—
Rome: Food and Agriculture Organization,1982
mikrofis:positif : 10x15 cm +lamp
Dokumen asli : 243 p.; ills
Incl. : Bibl
I Agroclimatology – Humid tropics – Southeast Asia
1 Ti. 2 Frere, M 3 Food and Agriculture Organization
Contoh isi katalog mikrofis
2.3.5 Katalog Terpasang (OPAC)
1. Pengertian
Katalog on-line atau OPAC (Online Public Access Catalog) merupakan sistem katalog
perpustakaan yang menggunakan komputer. Pangkalan datanya biasanya dirancang dan dibuat
sendiri oleh perpustakaan dengan menggunakan perangkat lunak komersial atau buatan sendiri.
Contoh Katalog OPAC
2. Keuntungan OPAC
Berikut ini adalah beberapa keuntungan menggunakan sebuah OPAC:
a) OPAC menawarkan lebih banyak titik akses untuk satu catatan (rekod);
b) Menyediakan akses ke jangkauan yang luas dan informasi siaga (cepat);
c) Menyediakan informasi yang mungkin tidak tersedia dalam bentuk cetak;
d) Menghubungkan ke informasi terkini (update) karena secara online database diperbarui secara
lebih cepat dan lebih sering;
e) Menghilangkan hal-hal yang membutuhkan pekerjaan klerikal yang membosankan seperti
mengetik dan menata kartu katalog;
f) Menawarkan fasilitas pencarian lebih cepat dan kemampuan
pencarian menggunakan operator Boolean.
g) Rekaman bibliografi yang dimasukkan ke dalam entri katalog tidak terbatas.
h) Penelusuran dilakukan dari beberapa tempat tanpa harus mengunjungi perpustakaan , yaitu
dengan menggunakan jaringan LAN (Local Area Network) atau WAN (Wide Are Network).
3. Kekurangan OPAC
a) Database OPAC perlu di update atau memiliki sistem yang terintegrasi dengan baik. Misalnya
informasi ketersediaan buku pada OPAC harus sesuai dengan yang ada di rak perpustakaan.
b) Dengan menggunkan sistem online, OPAC dapat memiliki kemungkinan untuk di hack pihak
lain. Akan tetapi hal ini tergantung dari sistem keamanan yang digunakan.
c) Terkait pencarian pada OPAC diperlukan sustu sistem yang memungkinkan kata kunci
ditelusur secara tepat, selain itu juga memungkinkan perbaikan jika ada kesalahan kecil yang
dimasukkan pengguna terkait kata kunci yang dicari.
d) Dengan penggunaan teknologi internet, tak jarang koneksi yang dimiliki pengguna merupakan
aspek penting dalam pencarian, misalnya ada gangguan sinyal dan sebagainya.
Banyak program aplikasi yang dapat digunakan perpustakaan, antara lain seperti : CDS/ISIS,
Inlis, Qalis, Inmagic, Virtua, Dynix, Tinlib, dan berbagai jenis aplikasi lain yang dikembangkan
oleh masing-masing perpustakaan.
2.3.6 Katalog Induk
1. Pengertian Katalog Induk
Menurut Magetsari (1992) mengemukakan bahwa catalog induk adalah catalog dari beberapa
bagian perpustakaan atau beberapa perpustakaan dengan penunjukan tempat, dapat dapat berupa
catalog pengarang, catalog subyek dari semua buku yang dimiliki, atau catalog buku-buku
pilihan yang terbatas pada subjek atau jenis bahan tertentu.
Katalog Induk Perpustakaan
Pembuatan katalog ini diawali dengan berawalnya kegiatan komputerisasi perpustakaan di
Indonesia tahun 1970-an berupa pembuatan daftar majalah dengan bantuan komputer oleh Pusat
Dokumentasi Informasi Nasional dengan menggunakan komputer yang terdapat di department
pekerjaan umum. Komputer yang digunakan adalah milik Departemen Pekerjaan, sementara
perangkat lunaknya disediakan oleh perpustakaan Asian Institute of Technology, Bangkok,
Thailand. Setelah berhasil menyusun senarai tersebut, PDII-LIPI kemudian meningkat
pembuatan katalog induk majalah dengan bantuan komputer. Katalog induk majalah tesebut
selesai pada tahun 1975 mencakup ratusan majalah yang dilanggani oleh 33 perpustakaan.
Komputerisasi katalog induk dipelopori oleh PDII-LIPI pada tahun 1974-an dengan penerbitan
katalog induk majalah yang terdiri atas 2 jilid.
Penyusunan katalog induk memiliki langkah-langkah sebagai berikut, yaitu: Dalam proses
penyusunaan ini sebaiknya ada satu perpustakaan yang ditunjuk untuk menjadi koordinator
kerjasama. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam penyusunan katalog induk adalah sebagai berikut
:
1) Penyusunan materi perpustakaan
Masing-masing peserta kerjasama ini menyusun dan menyempurnakan katalog masing-masing
perpustakaaan dengan aturan yang telah di sepakati bersama. Misalnya : mengunakan software
SLIMS (Senayan Library Management System), DDC edisi 23, AACR dll.
2) Penyusunan anggaran
Semua peserta mengadakan kesepakatan bersama mengenai berapa biaya yang harus dikeluarkan
dalam penyusunan, komunikasi, hingga pemeliharaan katalog induk ini. Sebaiknya anggaran ini
dimasukan dalam anggaran rutin perpustakaan karena kerjasama ini akan terus berlanjut.
3) Standarisasi
Penentuan aturan-aturan untuk semua peserta kerjasama agar tercipta kerasama yang sinergitas
antar perpustakaan. Untuk membuat keseragaman format pada katalg induk, yang perlu
distandarkan misalnya :
a) Seleksi bahan apa saja yang masuk katalog induk. Mungkin ada bahan pustaka yang dalam
kesepakatan tidak dimasukan dalam katalog induk karena tidak dimanfaatkan oleh perpustakaan
lain. Misalnya antar 2 perpustakaan perguruan tinggi yang salah satunya tidak ada fakultas
kedokteran maka tidak dimasukan dalam katalog induk.
b) Ukuran kartu. Untuk penerbitan katalog induk tercetak maka terlebih dahulu disepakati bahwa
masing-maing perpustakan kan membut kartu katalog dengan ukuran standar. Sehingga akan
mudah dalam menggabungkan katalog yang telah dibuat dan tidak perlu proses editing yang
lama.
c) Sistem penyusunan. Kemudian dilakuan kesepakatan mengenai sistem penyusunan katalog
induk ini. Apakah ditunjuk salah satu perpustakaan sebagai koordintor dan server pengimpun
dari masing-masing peserta kerjasama atau menggunakan sebuah aplikasi yang masing-masing
perpustakaan dapat menjdi server dan bisa mengunggah katalognya. Kemudian dimana peserta
mengumpulkan katalog ini melalui surat elektronik atau langsung bisa mengunggah melalui
database yang dipakai. Dan yang paling penting bagaimana sistem filter/penyaringan katalog
yang belum memenuhi syarat masuk katalog induk.
d) Kode perpustakaan. Masing-masing peserta harus mempunyai kode tertentu agar mudah
membedakan dimana letak bahan pustaka dengan hanya melihat katalog.
e) Tenaga (staf). Pendelegasian tugas secara khusus harus jelas dalam kerjasama ini. Masing-
masing petugas/tenaga yang melakukan kerjasama perlu melakukan komunikasi yang sinergi
antar perpustakaan.
2. Kelebihan
a) Mempermudah penyalinan katalog (copy cataloguing)
b) Mendukung pengawasan bibliografi (bibliographic control)
c) Menopang silang layan (interlibrary loan)
3. kekurangan
a) Tidak mudah untuk menggabungkan sistem perpustakaan yang bersifat individual
kedalam suatu sistem yang terintegrasi secara total. Untuk mengatasi hal tersebut,
perpustakaan yang bekerja sama perlu memiliki kesepakatan atau MOU (Memorandum of
Understanding) yang jelas.
b) Sistem berbasis komputer tidaklah murah.
Salah satu penerapan katalog induk yaitu dapat dilihat dari penggunaan perangkat lunak
CDS/ISIS yang dinyatakan sebagai perangakat lunak resmi untuk Perguruan Tinggi Negeri
(PTN) pada tahun 1986 dengan format resmi berupa Indomarc (Indonesian Machine Readable
Catalogue) maka tiap PTN berusaha menyusun katalog induk dan diwajibkan mengirimkan data
koleksi perpustakaan ke UKKP (Unit koordinasi Kegiatan Perpustakaan) yang dibiayai oleh
Bank dunia dan dikelola oleh UI.

2.3.7 Katalog Nasional


1. Pengertian Katalog Nasional
Menurut Wikipedia katalog nasional adalah katalog yang memuat informasi mengenai dokumen
yang diterbitkan oleh suatu Negara dan disimpan pada suatu lokasi atau perpustakaan tertentu.
Adapun tujuan dari katalog Nasional ini adalah dapat memudahkan pengguna dalam menemukan
informasi mengenai dokumen yang dimiliki lembaga-lembaga Negara sehingga semua dokumen
tersebut dapat terintegrasi penempatannya
Katalog Nasional
2. Kelebihan
a) Informasi dokumen menjadi lebih tersentralisasi
b) Bisa dijadikan sebagai arsip bukti bahwa sebuah lembaga pernah mengeluarkan suatu
dokumen tertentu
3. Kekurangan
a) Hanya terdapat pada lokasi tertentu saja
b) Akses peminjaman sulit
2.3.8 Katalog Penerbit
1. Pengertian Katalog Penerbit
Katalog penerbit merupakan daftar buku yang diterbitkan atau dijul oleh suatu penerbit atau
toko. Fungsi katalog ini adalah sebagai sarana promosi bagi penerbit/ toko buku. Dalam katalog
penerbit terdapat informasi mengenai judul, pengarang, tahun terbit, jumlah halaman, harga buku
dan sering pula menyertakan anotasi atau deskripsi cakupan isi buku.
Katalog Penerbit
2. Kelebihan
a) Menginformasikan harga buku yang ingin dibeli
b) Pihak yang ingin membeli buku tidak perlu datang langsung ke penerbit
c) Memudahkan pengguna dalam melakukan seleksi buku ketika ada pembelian atau pengadaan
buku
3. Kelemahan
a) Biaya mahal
b) Biasanya penerbit mengirim katalog penerbit pada perpustakaan tertentu, sehingga kurang
dapat menjaring konsumen yang lebih luas
c) Setelah digunakan biasanya katalog penerbit sudah tidak dapat difungsikan lagi
d) Ketika penerbit mengeluarkan koleksi terbaru, tidak dapat ditambahkan langsung pada
katalog, sehingga perlu menerbitkan katalog lagi
e) Tidak ramah tempat, dimana pada satu institusi perpustakaan menerima banyak katalog
penerbit sehingga penggunaan ruang akan memakan banyak tempat, apalagi jika dikumpulkan
dalam kurun waktu beberapa tahun.

2.3.9 Katalog Web Pac


1. Pengertian Katalog Web-OPAC
Web-OPAC atau katalog berbasis web adalah katalog perpustakaan yang memiliki versi di web
atau internet dan adalah generasi berikutnya dari OPAC. Web-OPAC menggunakan protokol
yang lebih luas dalam memberikan Katalog Perpustakaan. Hal ini diprogram untuk memfasilitasi
pengguna perpustakaan untuk mengakses OPAC walaupun dengan jarak jauh.
Konsep Web-OPAC dianggap sangat mampu memenui kebuuhan pengguna perpustakaan dan
juga dipraktekkan dan berhasil di negara maju, seperti Amerika Serikat dan Inggris. Di negara
berkembang, contohnya India, juga mulai menggunakan Web-OPAC.
Perbedaan OPAC dan Web-OPAC :
- Penggunaan OPAC tergolong terbatas dan hanya dapat diakses pada jaringan LAN, yang hanya
dapat menampung pengguna yang sedikit. Sedangkan Web-OPAC, bersifat global, dimana
pengguna dapat mengaksesnya di mana saja dan kapan saja.
- Pengguna harus mengikuti program perangkat lunak OPAC tertentu yang terdapat dalam
perpustakaan tersebut. Sedangkan Web-OPAC, menggunakan data HTML yang digunakan
dalam bentuk hyperlink
Berikut adalah karakterisik pada web Interface :
- Interface digunakan untuk memberikan akses dan fungsi sistem yang lengkap, efisien dan dapat
digunakan oleh pengguna
- Efektif dalam memberikan akses pada semua fungsi dan menampilkan pada bentuk yang dapat
diakses dengan mudah
- Secara estetika memuaskan, menggunakan bahasa yang dapat dimengerti, teknologi dan
perangkat keras yang dapat digunakan pengguna
- Dapat diakses oleh semua jenis penggun, baik dari segi tingkatan, kemampuan dan
pengetahuan.
Terdapat beberapa Web-OPAC interface yaitu Talis, INNOPAC, Webcat, Voyagar, GeoWeb dan
ALEPH, dan lain sebagainya.
Web-OPAC juga memiliki beberapa fitur utama seperti :
- Fitur biasa tradisional OPAC seperti, menyimpan dan menyediakan akses langsung ke database
bibliografi dan beberapa teks lengkap
- Menggunakan link hypertext untuk memfasilitasi melalui rekaman bibliografi
- Fitur pencarian yang mirip dengan search engine
- Link menuju teks yang lengkap, apabila tersedia
- Fitur untuk membantu membawa kemudahan dalam pencarian informasi elektronik semua
tersedia melalui satu antarmuka misalnya, Katalog, CD-ROM, sumber-sumber internet, dll
2. Kelebihan
- Penggunaannya yang bersifat global, dimana seseorang dapat mengaksesnya kapan saja dan di
mana saja.
- Status buku apapun dapat diketahui seperti apakah buku tersebut diterbitkan atau tidak, hilang
atau dipindahkan, dan lainnya
- Pengguna dapat mengirim permintaan cetak ulang segera melalui e-mail.
- Memiliki daftar koleksi yang dicetak ulang
3. Kekurangan
Untuk kekurangannya, menurut Hermanto (2007), karena penggunaannya yang menggunakan
teknologi mesin yang membutuhkan listrik/baterai dan juga internet, Web-OPAC tidak dapat
diakses tanpa bantuan dua elemen tersebut.
Contoh Katalog Perpustakaan di dunia yaitu WorldCat
WorldCat adalah jaringan konten dan layanan perpustakaan terbesar di dunia. Perpustakaan
WorldCat menyediakan akses ke sumber daya yang dimiliki di web, tempat dimana banyak
orang mencari informasi di internet. WorldCat memungkinkan pengguna untuk mencari koleksi
perpustakaan, baik di daerah sekitar pengguna, hingga perpustakaan lain di seluruh dunia.
WorldCat menyediakan fitur keanggotaan, dimana pengguna akan membutuhkannya, terutama
untuk melihat atau mengunduh material yang ada secara keseluruhan. Fungsi dari WorldCat ini
adalah mencari koleksi di beberapa perpustakaan dalam waktu yang bersamaan, mencari koleksi
seperti jenis buku, musik, ataupun video. Tidak hanya itu terdapat pula artikel penelitian, atau
item digital yang dapat dilihat maupun diunduh. WorldCat juga dilengkapi fitur Ask Librarian
apabila pengguna memiliki kesulitan dalam website perpustakaan. Situs ini juga memberikan
review mengenai suatu koleksi, atau kontribusi mengenai informasi faktual pada koleksi
tersebut.
Kelebihan dari WorldCat, memiliki fungsi yang dapat membantu user dalam mencari koleksi
yang terdapat di seluruh dunia, dan koleksi tersebut tidak terbatas hanya koleksi buku saja, tapi
koleksi digital lain. Selain itu, karena juga bersifat global, WorldCat dapat diakses di mana saja
dan kapan saja, selama masih ada jaringan internet.
Untuk kekurangannya, WorldCat memang memiliki data apabila terdapat koleksi yang ada di
suatu perpustakaan, tapi tidak mencantumkan nomor panggil yang ada pada perpustakaan
tersebut dan tidak mencantumkan status koleksi tersebut, apakah masih ada/tidak, sedang
dipinjam/tidak, hilang/tidak.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seiring bergulirnya waktu perkembangan dan inovasi berdampak di berbagai aspek kehidupan.
Begitupula dengan perpustakaan khususnya mengenai sistem temu kembali informasi, dalam hal
ini adalah katalog perpustakaan. Dari segi jenis-jenisnya katalog dapat dibagi menjadi delapan,
yaitu katalog kartu, katalog lembaran dan buku, katalog mikrofis, katalog terpasang, katalog web
OPAC, katalog induk, katalog nasional dan katalog penerbit. Setiap katalog berkembang dari
segi media maupun kandungan informasi yang dimiliki sehingga setiap katalog tersebut memiliki
keunggulan sekaligus kekurangan masing-masing.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis antara lain:


1. Kualitas katalog di perpustakaan harus senantiasa ditingkatkan.
2. Katalog kertas sebaiknya tetap dilestarikan.
3. Penggunaan katalog digital harus terstruktur dan memiliki nilai interoperabilitas.
4. Diperlukan peran aktif dari pemerintah, pustakawan, dan masyarakat demi meningkatnya
aksesibilitas informasi secara merata.
ATALOG PERPUSTAKAAN
Dari Katalog Manual Sampai Katalog Online (OPAC)
JONNER HASUGIAN

Staf Pengajar pada Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra USU

1. Pengantar

Sistem temu-balik informasi di perpustakaan merupakan unsur yang sangat


penting. Tanpa sistem temu-balik, pengguna akan mengalami kesulitan mengakses
sumber daya informasi yang tersedia di perpustakaan. Sebaliknya, perpustakaan akan
mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan sumber daya informasi yang tersedia
kepada pengguna, bila sistem temu-balik yang memadai tidak tersedia.
Salah satu sistem temu-balik yang umum dikenal di perpustakaan ialah katalog
perpustakaan. Melalui katalog perpustakaan, pengguna dapat melakukan akses ke
koleksi suatu perpustakaan. Perpustakaan menginformasikan keadaan sumber daya
koleksi yang dimilikinya kepada pengguna, melalui katalognya.
Katalog perpustakaan dari masa-kemasa telah mengalami inovasi. Inovasi
terhadap katalog perpustakaan ditujukan untuk memberi kemudahan kepada
pengguna perpustakaan dalam menemu-balikkan bahan pustaka yang diinginkannya
dari perpustakaan. Tulisan ini mencoba akan menguraikan pengertian, fungsi dan
historis singkat dari katalog perpustakaan. Diuraikan juga perbandingan keunggulan
dan kelemahan diantara katalog perpustakaan yang manual dengan katalog online.

2. Pengertian Katalog Perpustakaan

Perpustakaan memerlukan katalog adalah untuk menunjukkan ketersediaan


koleksi yang dimilikinya. Untuk itu, perpustakaan memerlukan suatu daftar yang
berisikan informasi bibliografis dari koleksi yang dimilikinya. Daftar tersebut biasanya
disebut katalog perpustakaan. Hunter (1991, 1) menyatakan bahwa katalog adalah
suatu daftar dari, dan indeks ke, suatu koleksi buku dan bahan lainnya. Katalog
memungkinkan pengguna untuk menemukan suatu bahan pustaka yang tersedia
dalam koleksi perpustakaan tertentu. Katalog juga memungkinkan pengguna untuk
mengetahui di mana suatu bahan pustaka bisa ditemukan. Dengan demikian, katalog
adalah suatu sarana untuk menemubalikkan suatu bahan pustaka dari koleksi suatu
perpustakaan.
Gates (1989, 62) menyatakan bahwa, katalog perpustakaan adalah suatu
daftar yang sistematis dari buku dan bahan-bahan lain dalam suatu perpustakaan,
dengan informasi deskriptif mengenai pengarang, judul, penerbit, tahun terbit, bentuk
fisik, subjek, ciri khas bahan dan tempatnya. Pendapat ini menjelaskan apa yang
menjadi entri dari suatu katalog. Katalog memuat informasi deskriptif mengenai
berbagai hal, seperti pengarang, judul, penerbit dan sebagainya. Dengan perkataan
lain, pada suatu katalog dicacat sejumlah informasi bibliografis dari suatu dokumen
atau bahan pustaka.
Pendapat lain menyatakan, katalog perpustakaan adalah susunan yang
sistematis dari seperangkat cantuman bibliografis yang merepresentasikan kumpulan
dari suatu ko leksi tertentu. Koleksi tersebut terdiri dari berbagai jenis bahan, seperti
buku, terbitan berkala, peta, rekaman suara, gambar, notasi musik, dan sebagainya
(Taylor 1992, 6). Uraian ini menekankan keberadaan katalog perpustakaan yang
merupakan representasi dari berbagai bahan pustaka yang ada di suatu perpustakaan.
Jika pengguna ingin mencari suatu dokumen di perpustakaan, maka ia dapat
menggunakan katalog yang tersedia, karena katalog tersebut adalah representasi dari
koleksi yang dimiliki.
Pendapat di atas menunjukkan pandangan yang sama terhadap pengertian
katalog perpustakaan. Katalog perpustakaan adalah daftar koleksi dari suatu
©2003 Digitized by USU digital library 2
perpustakaan tertentu yang disusun secara sistematis. Sulistyo-Basuki (1991, 317)
menyatakan hal yang senada yaitu, katalog perpustakaan adalah senarai dokumen
yang dimiliki sebuah perpustakaan atau kelompok perpustakaan.

3. Tujuan dan Fungsi Katalog Perpustakaan

Tujuan katalog perpustakaan pertama sekali dikemukakan oleh Cutter pada


tahun 1867 (Cutter 1904), yaitu:
1. “1. To enable a person to find a book about which one of the following is
known: the author, the title, the subject
2. To show what the library has by a given author, on a given subject, in a given
kind of literature.
3. To assist in the choice of a book, as to its edition, as to its character- literary or
topical” (Hartley 1993, 320)
Tujuan di atas memberi penekanan yang luas akan fungsi katalog
perpustakaan. Tujuan pertama menyatakan bahwa katalog perpustakaan dapat
digunakan oleh pengguna untuk menemukan bahan pustaka yang diinginkannya
berdasarkan pengarang, judul, maupun subjeknya. Pengertian ini menekankan fungsi
katalog perpustakaan sebagai sarana atau alat bantu dalam temu balik informasi
(information retrieval) di suatu perpustakaan. Tujuan kedua menyatakan bahwa
katalog dapat menunjukkan dokumen apa saja yang dimiliki oleh sebuah
perpustakaan. Katalog perpustakaan berfungsi sebagai suatu sistem komunikasi yang
dapat menunjukkan kekayaan koleksi yang dimilikinya. Artinya, suatu perpustakaan
melalui katalognya me ngkomunikasikan kepada pengguna, koleksi apa saja yang
dimilikinya, seberapa banyak koleksi tersebut dan sebagainya. Katalog perpustakaan
di satu sisi dapat berfungsi sebagai sistem komunikasi, dan di sisi lain berfungsi
sebagai daftar inventaris dari seluruh bahan pustaka yang dimilikinya. Tujuan ketiga
menyatakan bahwa katalog dapat membantu pada pemilihan sebuah buku
berdasarkan edisinya, atau berdasarkan karakternya - sastra atau topik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi katalog
perpustakaan adalah sebagai sarana temubalik informasi, sistem komunikasi dan
sebagai daftar inventaris koleksi di suatu perpustakaan. Katalog perpustakaan
berfungsi sebagai inventaris dokumen sebuah perpustakaan sekaligus berfungsi
sebagai sarana temu balik (Sulistyo-Basuki 1991, 317).

4. Bentuk Katalog Perpustakaan

Bentuk katalog yang digunakan di perpustakaan mengalami perkembangan


dari masa ke masa. Perkembangan katalog perpustakaan nampak dari perubahan
bentuk fisiknya. Sebelum katalog terpasang (online) muncul, telah dikenal berbagai
bentuk katalog perpustakaan, dan bentuk yang paling umum digunakan ialah katalog
kartu (Horgan 1994, 2). Katalog perpustakaan yang ada pada saat ini terdiri dari
berbagai bentuk fisik antara lain, katalog berbentuk buku (book catalog), katalog
berbentuk kartu (card catalog), katalog berbentuk mikro (microform catalog), katalog
komputer terpasang (online computer catalog) (Taylor 1992, 8).
Katalog berbentuk buku telah lama digunakan di perpustakaan, katalog
tersebut sering juga disebut katalog tercetak (printed catalog). Keuntungan dari
katalog berbentuk buku ialah dapat dicetak sesuai dengan kebutuhan, dapat
diletakkan pada berbagai tempat, dan mudah disebarluaskan ke perpustakaan lain.
Entri pada katalog berbentuk buku dapat ditemukan dengan cepat, mudah
menyimpannya, mudah menanganinya, bentuknya ringkas dan rapi. Kelemahan dari
katalog berbentuk buku ialah cepat usang atau ketinggalan jaman. Hal itu terjadi
karena setiap kali perpustakaan memperoleh buku baru, berart i katalog sebelumnya
harus diperbaharui kembali, atau setidak-tidaknya membuat suplemen. Dengan
©2003 Digitized by USU digital library 3
demikian, katalog berbentuk buku ini tidak luwes. Biaya pembuatan katalog berbentuk
buku cenderung lebih mahal, karena bentuk dan jumlah cantumannya sering berubah.
Karena biaya membuat katalog berbentuk buku cenderung mahal, dan cepat usang,
maka perpustakaan meninggalkannya dan kemudian secara bertahap beralih ke
bentuk katalog yang lain, terutama katalog kartu.
Katalog kartu adalah bentuk katalog perpustakaa n yang semua deskripsi
bibliografinya dicatat pada kartu berukuran 7.5 x 12.5 cm. Katalog kartu disusun
secara sistematis pada laci katalog. Katalog kartu masih banyak digunakan pada
berbagai jenis perpustakaan di Indonesia hingga saat ini. Keuntungan dari katalog
kartu ialah bersifat praktis, sehingga setiap kali penambahan buku baru di
perpustakaan tidak akan menimbulkan masalah, karena entri baru dapat disisipkan
pada jajaran kartu yang ada. Penggunaan katalog kartu tidak dipengaruhi faktor luar,
misalnya terputusnya aliran listrik, dan kemungkinan rusak sangat kecil terkecuali jika
perpustakaan terbakar. Kelemahannya ialah satu laci katalog hanya menyimpan satu
jenis entri saja, sehingga pengguna sering harus antri menggunakannya, terutama
bila melakukan penelusuran melalui entri yang sama. Sulit menggunakannya jika
berada pada jumlah yang besar, karena harus memilah-milah jajaran kartu sesuai
urutan indeksnya.
Bentuk fisik katalog perpustakaan lainnya ialah katalog berbentuk mikro.
Katalog berbentuk mikro semakin terkenal sejalan dengan pengembangan computeroutput
microform (COM). COM dibuat pada salah satu bentuk microfilm atau
microfiche. Katalog dalam bentuk mikro lebih murah dibanding dengan katalog
berbentuk buku, dan terbukti bahwa biaya pemeliharaannya lebih murah dari pada
katalog kartu. Bentuknya ringkas dan mudah menyimpannya. Namun di sisi lain,
banyak pelanggan menemukan versi microfiche yang tidak menyenangkan digunakan
(Taylor 1992, 11).
Katalog komputer terpasang (online computer catalog) sering disebut dengan
online public access catalogue (OPAC), adalah bentuk katalog terbaru yang telah
digunakan pada sejumlah perpustakaan tertentu. OPAC cepat menjadi pilihan katalog
yang digunakan di berbagai jenis perpustakaan. Dari berbagai bentuk fis ik katalog
yang telah digunakan di perpustakaan, ternyata OPAC dianggap paling luwes (flexible)
dan paling mutakhir (Taylor 1992, 11).

5. Online Public Access Catalogue

5.1. Pengertian Online Public Access Catalogue


Istilah baku untuk online public access catalogue (OPAC) dalam bahasa
Indonesia, hingga saat ini belum terumuskan dengan pasti. Ada perpustakaan yang
menyebutnya dengan istilah katalog online atau katalog terpasang, dan ada juga yang
tetap menyebutnya dengan OPAC. Selain itu, ada juga perpustakaan yang
menyebutnya dengan Katalog Akses Umum Talian, disingkat KAUT (Siregar 1999, 5).
Corbin (1985, 255) menyebutnya dengan online public catalog, yaitu suatu
katalog yang berisikan cantuman bibliografi dari koleksi satu atau beberapa
perpustakaan, disimpan pada magnetic disk atau media rekam lainnya, dan dibuat
tersedia secara online kepada pengguna. Katalog itu dapat ditelusur secara online
melalui titik akses yang ditentukan. Pendapat ini menekankan pengertian OPAC dari
segi penyimpanan dan penelusuran secara online.
Pendapat lain menyatakan bahwa OPAC adalah sistem katalog terpasang yang
dapat diakses secara umum, dan dapat dipakai pengguna untuk menelusur pangkalan
data katalog, untuk memastikan apakah perpustakaan menyimpan karya tertentu,
untuk mendapatkan informasi tentang lokasinya, dan jika sistem katalog dihubungkan
dengan sistem sirkulasi, maka pengguna dapat mengetahui apakah bahan pustaka
yang sedang dicari sedang tersedia di perpustakaan atau sedang dipinjam (Tedd
1993, 141). Pendapat ini menunjukkan fungsi dari OPAC sebagai sarana temu balik
©2003 Digitized by USU digital library 4
informasi yang dapat diintegrasikan dengan sistem sirkulasi. Selain sebagai alat bantu
penelusuran, OPAC dapat juga digunakan sebagai sarana untuk memeriksa status
suatu bahan pustaka. Melalui OPAC, pengguna dimungkinkan juga dapat mengetahui
lokasi atau tempat penyimpanannya.
Horgan (1994, 1) menyatakan, OPAC adalah suatu sistem temu balik
informasi, dengan satu sisi masukan (input) yang menggabungkan pembuatan file
cantuman dan indeks. Hal ini menghasilkan pangkalan data yang dapat ditelusur
sebagai sisi keluaran (output) dari sistem. OPAC menyediakan akses umum kepada
file pangkalan data yang dimiliki perpustakaan. Melalui OPAC pengguna berinteraksi
untuk memeriksa isi file yang ada.
Kebutuhan pengguna berkomunikasi dengan sistem komputer dalam rangka
memecahkan suatu pertanyaan atau permintaan (query), merupakan aspek paling
penting pada OPAC. Pengguna menggunakan OPAC adalah untuk menjawab query
tertentu. OPAC menjadi suatu sarana atau alat bantu bagi pengguna untuk melakukan
penelusuran informasi di perpustakaan. Melakukan penelusuran informasi melalui
OPAC, biasanya menggunakan suatu terminal yang tersambung ke sistem komputer.
Oleh karena itu, OPAC adalah sistem temu balik informasi yang merupakan bagian
dari sistem komputer perpustakaan.
Feather (1997, 330) menyatakan bahwa OPAC adalah suatu pangkalan data
cantuman bibliografi yang biasanya menggambarkan koleksi perpustakaan tertentu.
OPAC menawarkan akses secara online ke koleksi perpustakaan melalui terminal
komputer. Pengguna dapat melakukan penelusuran melalui pengarang, judul, subjek,
kata kunci dan sebagainya. Pendapat ini selain menunjukkan fungsi OPAC pada
penelusuran informasi, juga menekankan fungsi lain dari OPAC yaitu untuk
menunjukkan keberadaan atau kekayaan koleksi dari suatu perpustakaan tertentu.
Melalui OPAC, pengguna akan bisa mengetahui seberapa banyak judul, subjek,
eksemplar, dan sebagainya dari koleksi suatu perpustakaan tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa OPAC adalah suatu sistem
temu balik informasi berbasis komputer yang digunakan oleh pengguna untuk
menelusur koleksi suatu perpustakaan atau unit informasi lainnya.

5.2. Perkembangan Sistem OPAC dan Automasi Perpustakaan


Perkembangan sistem OPAC pada dasarnya tidak terpisahkan dari sejarah
automasi perpustakaan. The Kang Hai (1995, 2-4) menyatakan perkembangan sistem
automasi perpustakaan dapat dikategorikan kepada tiga tahap. Tahap pertama
dimulai pada awal tahun 1960-an, yaitu penggunaan teknologi komputer untuk
mengautomasi sejumlah proses kerja di perpustakaan untuk mencapai penyelesaian
yang cepat terhadap berbagai masalah yang mendesak. Tahap kedua, dimulai pada
permulaan tahun 1980-an yaitu tahap konsolidasi yang diikuti oleh pengembangan
sistem automasi perpustakaan yang terintegrasi; sedangkan tahap ketiga,
berlangsung pada akhir tahun 1980-an, yaitu untuk menyebarluaskan sumber daya
informasi perpustakaan melalui sistem automasi perpustakaan. Pernyataan di atas
menunjukkan bahwa pada kurun waktu tertentu, terjadi pengembangan dan
perluasan fungsi sistem automasi perpustakaan. Pengembangan dan perlusan fungsi
itu tentu akan berdampak kepada penemuan sistem yang lebih canggih dari
sebelumnya, termasuk perluasan fungsi OPAC.
Shiao-Feng Su (1994, 131) menyatakan, perkembangan sistem OPAC
dipengaruhi oleh visi Don Swanson. Pada tahun 1964 Swanson menerbitkan artikel
dengan judul Dialogues with Catalog, yang mempresentasikan pemikirannya tentang
bagaimana seharusnya sistem katalog perpustakaan di masa mendatang. Swanson
secara cemerlang menguraikan interaksi (dialogue) yang ideal diantara seorang
pengguna perpustakaan dengan console,(suatu jenis terminal yang dapat menemu
balikkan berbagai jenis informasi bibliografi, dan mungkin informasi lainnya). Melalui
©2003 Digitized by USU digital library 5
console, pengguna akan dapat berdialog dengan pangkalan data, dan melakukan
penelusuran informasi. Pengguna diharapkan akan merasa puas terhadap dialog
tersebut, karena informasi bibliografis yang dibutuhkan dapat diperoleh lebih cepat.
Kepuasan pengguna menjadi salah satu tujuan yang akan dicapai melalui
penyediaan OPAC di perpustakaan. Untuk itu, sistem OPAC dirancang bangun dan
dikembangkan dengan berorientasi kepada kebutuhan pengguna. Sejak
pemunculannya di perpustakaan sampai perkembangan selanjutnya, sistem OPAC
berkembang seiring dengan perkembangan automasi perpustakaan.
Tedd (1994, 27-37) menguraikan kronologis perkembangan sistem OPAC dan
automasi perpustakaan, yang disarikan sebagai berikut:

a. Tahun 1960-an dan Awal Tahun 1970-an.

Pada tahun 1960-an, komputer telah digunakan di berbagai perpustakaan


umum dan perguruan tinggi untuk membantu membuat katalog. Pada saat itu,
pengoperasian sistem komputer masih berada pada mode atau cara yang sangat
bervariasi, sehingga kemungkinan melakukan penelusuran informasi dengan katalog
terpasang (online) dianggab masih jauh dari kenyataan. Pada awal tahun 1970-an,
sejumlah perpustakaan mulai menggunakan sistem komputer induk untuk
mengembangkan sistem lokal. Sistem lokal ini umumnya didesain dan dirancang oleh
staf dari pusat komputer.

b. Pertengahan Tahun 1970-an

Pada masa ini, komputer mulai digunakan untuk proses pengawasan sirkulasi
di perpustakaan. Sistem komputer digunakan untuk tujuan pengumpulan data,
khususnya pencatatan peminjaman. COM (computer output on microfilm) menjadi
metode yang terkenal digunakan untuk menghasilkan katalog. Perkembangan pada
masa ini, juga ditandai dengan munculnya sistem kerjasama pengatalogan dan
pemanfaatan bersama, pada berbagai perpustakaan. Misalnya, di Inggris LASER
(London and South Eastern Library Region), dan di Amerika Utara OCLC (Ohio College
Library Centre). Sistem kerjasama ini menghasilkan cantuman katalog pada komputer
untuk sejumlah perpustakaan yang berpartisipasi, baik dalam bentuk COM, maupun
kartu katalog.

c. Akhir Tahun 1970-an dan Awal Tahun 1980-an

Pengenalan komputer mikro (microcomputer) di era ini, mendorong berbagai


perpustakaan semakin mandiri untuk menggunakan fasilitas komputer yang diperoleh
dari perusahaan yang dilanggan. Kemandirian ini mengarah kepada pengembangan
dan perancangan sistem sendiri (in-house system). Penggunaan komputer mikro
menjadi terkenal karena menyediakan fasilitas untuk melakukan akses secara
terpasang (online) terhadap berbagai simpanan (file) dalam sistem sirkulasi.
Perkembangan lain yang terjadi pada masa ini, ialah penyediaan paket
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) atau turnkey sistem
untuk perpustakaan oleh beberapa perusahaan. Sistem tersebut menggabungkan
sejumlah fasilitas, diantaranya fasilitas penelusuran dan sistem sirkulasi. Karena
sistem komputer yang digunakan pada masa itu di perpustakaan mampu menelusur
cantuman bibiliografi secara online, sehingga sistem itu disebut sebagai sistem OPAC.
Munculnya sistem OPAC di sejumlah perpustakaan tertentu, merupakan
perkembangan utama yang terjadi dalam automasi perpustakaan sampai awal tahun
1980-an.

d. Pertengahan Sampai Akhir Tahun 1980-an

Pada masa ini, perpustakaan yang menggunakan sistem OPAC semakin


meningkat. Pemasok mulai menyediakan sistem yang terintegrasi (integrated system)
©2003 Digitized by USU digital library 6
untuk manajemen perpustakaan, mencakup modul atau sub-sistem yang berbeda,
seperti pengatalogan, akuisisi, sirkulasi, pengawasan serial, layanan antar
perpustakaan dan juga OPAC. Keuntungan sistem yang terintegrasi bagi kegiatan
penelusuran ialah, sistem memperbolehkan pengguna mengakses modul OPAC untuk
mengetahui status pinjam dari semua bahan pustaka yang ada di perpustakaan
tertentu. Pengguna yang sedang mengakses OPAC dimungkinkan bisa mengetahui
status suatu bahan pustaka, apakah sedang tersedia atau sedang dipinjam, siapa
peminjamnya, berapa lama dipinjam, kapan dikembalikan dan sebagainya. Hal ini
dapat dilakukan, karena sistem menghubungkan file katalog dengan file sirkulasi.
Sistem OPAC menjadi sangat terkenal selama tahun 1980-an, sehingga banyak
perpustakaan mulai meninggalkan katalog kartu dan beralih ke sistem OPAC.
Sejumlah perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan umum telah
menggunakan sistem manajemen perpustakaan yang terintegrasi, lengkap dengan
modul OPAC. Beberapa sistem yang terkenal pada masa itu ialah URICA, Geac, DOBIS
/ LIBIS, dan sebagainya
Analisis terhadap sistem automasi perpustakaan berdasarkan keinginan pasar
muncul setiap tahun di Library Jurnal di Amerika Serikat, dan di majalah Program di
Inggris. Sistem OPAC mulai dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengguna sistem.
Penelitian untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna untuk pengembangan sistem
OPAC banyak dilakukan. Banyak perpustakaan atau institusi tertentu yang
menyediakan anggaran, khusus untuk pengembangan sistem OPAC. Misalnya, pada
tahun 1985 The British Library Research and Development menyediakan anggaran
sejumlah 300,000 found, untuk setiap proyek penelitian sistem OPAC.

e. Tahun 1990-an

Pada tahun 1990-an, terlihat perubahan besar pada sistem manajemen


perpustakaan, dengan menawarkan kecenderungan dari sistem milik sendiri
(proprietary systems) bergerak kearah sistem terbuka. Sejumlah permasalahan yang
ditemui pada pengoperasian sistem di masa sebelumnya diinventarisir. Ditemukan
bahwa sejumlah besar sistem yang ada di perpustakaan pada tahun 1980-an hanya
bisa dijalankan pada perangkat keras (hardware) tertentu, misalnya sistem seperti
DOBIS / LIBIS, Geac, LIBERTAS dan URICA, hanya dapat dijalankan pada hardware
atau perangkat keras buatan suatu perusahaan tertentu. Untuk mengatasi hal
tersebut, berbagai upaya dilakukan oleh pemasok sistem untuk perbaikannya.
Pemasok sistem mulai menawarkan produk sistem baru yang bisa dijalankan
pada sejumlah perangkat keras. Arsitektur dari beberapa sistem yang baru ini,
memisahkan perangkat lunak (software) menjadi client dan server. Perangkat lunak
untuk client menyediakan antarmuka (interface) kepada pengguna, dan biasanya
berjalan atau beroperasi pada PC (personal computer) atau terminal. Perangkat lunak
untuk server menyediakan pengelolaan pangkalan data, dan biasanya dioperasikan
pada komputer lain.
Agar client dan server dapat saling berhubungan tanpa hambatan, maka dalam
protokol komunikasi antar client dan server (client-server communication protocol)
ditetapkan aturan-aturan yang digunakan untuk keperluan tersebut. Contoh protokol
semacam itu adalah ISO standar untuk penelusuran dan temubalik (ISO
10162/10163) yang diimplementasikan di Amerika Serikat sebagai National
Information Standards Organization (NISO) Z39.50. Dengan protokol ini, maka
sejumlah pangkalan data katalog perpustakaan tertentu bisa diakses dari internet.
Selain itu, melalui protokol Z39.50, komunikasi bisa dilakukan antar server dengan
server dan antara client dengan server.
©2003 Digitized by USU digital library 7
5.3. OPAC dan Format MARC
Harrod (1990, 448) menyatakan bahwa OPAC adalah sistem katalog
terautomasi. Katalog itu disimpan dalam bentuk yang terbaca mesin (machinereadable),
dapat diakses secara online oleh pengguna perpustakaan me lalui terminal,
dan menggunakan perangkat lunak yang mudah dioperasikan. Pendapat ini
mengindikasikan bahwa OPAC dibuat dengan menggunakan format MARC (Machine
Readable Catalogue), yaitu berupa format katalog dimana data bibliografi disimpan
atau dimasukkan ke dalam tengara (tag) yang telah ditentukan (Sulistyo-Basuki 1991,
62). Penyimpanan itu berdampak terhadap proses temu balik dan pertukaran data
bibliografis.
Dampak utama automasi terhadap katalog perpustakaan ialah memberi
fasilitas penelusuran yang sangat cepat, dan akses yang efektif kepada koleksi
perpustakaan, terutama bila pengarang, judul atau tajuk subjek dari bahan itu
diketahui oleh penelusur (Larson 1996, 555). Salah satu keuntungan dari automasi
perpustakaan untuk kegiatan pengatalogan adalah bahwa sejumlah perpustakaan
dimungkinkan dapat saling bertukar data bibliografis. Agar pertukaran itu dapat
berlangsung dengan baik, dituntut adanya keseragaman format cantuman. Untuk itu,
telah dikembangkan suatu format yang diberi nama machine readable catalogue
disingkat MARC.
Format cantuman MARC dirancang bangun oleh Library of Congress bersama -
sama British Library dengan tujuan mengembangkan cantuman bibliografis dalam
bentuk yang dapat dibacakan oleh mesin untuk memudahkan reformat dalam
berbagai keperluan (Sulistyo-Basuki 1991, 322). MARC muncul di Amerika Serikat
pada tahun 1966 melalui suatu proyek perintis yang meliputi pendistribusian data dari
pita rekaman yang terbaca mesin setiap minggunya ke 16 perpustakaan terseleksi.
Masing-masing perpustakaan memprosesnya melalui fasilitas komputer yang mereka
miliki, dengan kebutuhan utama pada saat itu adalah untuk menghasilkan kartu
katalog (Hunter 1991, 136). Format yang digunakan untuk proyek itu selanjutnya
disebut MARC I.
Format MARC I dinilai masih memiliki sejumlah keterbatasan, sehingga
kemudian dikembangkan dengan menghasilkan MARC II. Format MARC II mulai
digunakan pada tahun 1967, yang selanjutnya disebut MARC. Format ini cocok dengan
edisi kedua dari Anglo-American Cataloguing Rules revisi tahun 1988 (AACR2) dan
edisi keduapuluh Dewey Decimal Classification dan diharapkan dapat dimodifikasi
untuk menampung edisi terbaru dari kedua peralatan tersebut (Rowley 1992, 76-77).
Format MARC ini kemudian dikembangkan oleh negara tertentu untuk kepentingan
nasionalnya.
Dalam perkembangannya, format MARC muncul di berbagai negara dengan
sebutan seperti, USMARC, UKMARC, MALMARC, INDOMARC dan sebagainya. Sekalipun
format MARC telah banyak dikembangkan oleh berbagai negara, namun prinsipnya
tetap sama, yaitu sebuah format komunikasi berdasarkan ISO 2709. INDOMARC
dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional Indonesia untuk kepentingan automasi
pengatalogan bahan pustaka di Indonesia. Dengan demikian, format INDOMARC juga
merupakan implementasi dari International Standard Organization (ISO) 2709 untuk
Indonesia, yang berupa sebuah format untuk tukar- menukar informasi bibliografi
melalui pita magnetik (magnetic tape) atau media yang terbacakan mesin (machinereadable
) lainnya (Perpustakaan Nasional 1994, 5-13).
Format MARC terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama, adalah bagian yang
memberikan informasi tentang deskripsi data bibliografis, dan bagian kedua adalah
bagian yang menyimpan data bibliografis tersebut. Data disimpan pada ruas data, dan
setiap ruas diawali dengan tag atau tengara yang terdiri dari tiga angka dengan
interval 000 – 999 (Rowley 1992, 77). Berikut diberi contoh format INDOMARC yang
©2003 Digitized by USU digital library 8
diadaptasi untuk pembuatan pangkalan data katalog di sejumlah perpustakaan
tertentu.

020 ISBN
035 No. Kendali Setempat
041 Kode Bahasa
080 No. Panggil UDC
082 No. Panggil DDC
099 No. Panggil Setempat
100 Entri Utama Nama Orang
110 Entri Utama Nama Badan Korporasi
111 Entri Utama Nama Pertemuan
245 Judul
250 Edisi
260 Penerbit dan Distribusi
300 Deskripsi Fisik
440 Seri
500 Catatan Umum
650 Entri Tambahan Subyek
695 Kata Kunci
700 Entri Tambahan Nama Orang
710 Entri Tambahan Badan Korporasi
711 Entri Tambahan Nama Pertemuan
850 Badan Pemilik
985 Jumlah Eksemplar
999 Nomor Identitas (Saleh 1999, 14-15)

Salah satu tujuan penggunaan format MARC pada kegiatan pengatalogan yang
terautomasi adalah untuk membangun pangkalan data bibliografi koleksi
perpustakaan. Sedangkan salah satu tujuan pembentukan pangkalan data koleksi,
ialah untuk menghasilkan katalog terpasang atau OPAC, yang dapat diakses pengguna
dari terminal komputer yang tersedia. Dengan demikian, OPAC adalah bentuk katalog
terpasang yang dirancang bangun dengan menggunakan format MARC. Pada 1960-an
MARC diperkenalkan, tahun 1970-an sistem pengatalogan terautomasi dikembangkan,
dan pada awal tahun 1980-an OPAC diperkenalkan dan digunakan pada sejumlah
perpustakan tertentu (Beheshti 1992, 222).

6. Keunggulan OPAC dari Katalog Kartu atau Katalog Manual

Sebelum OPAC muncul, telah ada berbagai bentuk katalog perpustakaan, dan
bentuk katalog yang paling luas digunakan ialah katalog kartu (Horgan 1994, 2). Akan
tetapi setelah OPAC muncul pada permulaan tahun 1980-an, sejumlah perpustakaan
tertentu telah mulai mengkonversi katalog kartu dan beralih ke bentuk OPAC.
Perpustakaan mempunyai berbagai pertimbangan dan alasan untuk beralih dari
katalog kartu ke OPAC.
Murphy (1995, 46) menyatakan bahwa OPAC adalah katalog yang paling cocok
saat ini digunakan di perpustakaan. OPAC jauh melebihi katalog kartu dan katalog
lainnya yang digantinya. Katalog kartu memiliki sejumlah keterbatasan dibanding
dengan OPAC. Sekalipun fungsi dasarnya sama yaitu sebagai sarana temu balik di
perpustakaan, namun diantara katalog kartu dan OPAC terdapat banyak perbedaan.
Selain bentuk fisik, ada sejumlah perbedaan diantara OPAC dengan katalog
kartu. Salah satu perbedaan penting diantara keduanya adalah, bahwa cantuman
bibliografi pada OPAC dapat ditelusur dalam berbagai cara dan dapat ditampilkan pada
berbagai bentuk format tampilan, sedangkan pada katalog kartu hal itu tidak mungkin
©2003 Digitized by USU digital library 9
dilakukan. Perbedaan lainnya dapat dilihat dari sisi kegiatan penelusuran yang
mencakup interaksi (interaction), bantuan pengguna (user assistance), kepuasan
pengguna (user satisfaction), kemampuan penelusuran (searching capabilities),
keluaran dan tampilan (output and display), serta ketersediaan dan akses (availability
and access) (Fattahi 1995, 49-53).
OPAC dinyatakan sebagai katalog yang interaktif. Disebut interaktif karena
sistem tersebut menyediakan komunikasi antara pengguna dengan komputer dalam
suatu mode atau cara yang bersifat dialog. Seal, dalam Fattahi (1995, 50)
menyatakan OPAC dapat memberi reaksi dan merespon pengguna dalam suatu cara
yang cerdas. Cara itu dapat digunakan untuk menunjukkan pilihan penelusuran yang
tersedia, mengoreksi pengoperasian yang salah, menunjukkan alternatif dokumen
yang cocok dengan kriteria penelusuran dan menuntun pengguna selama melakukan
penelusuran. Pendekatan penelusuran yang interaktif ini tidak mungkin bisa dilakukan
pada katalog kartu.
OPAC mempunyai kemampuan untuk menyediakan bantuan pengguna dalam
berbagai cara dan tingkatan, yang bisa langsung dibaca pengguna pada sistem. Mitev,
dalam Fattahi (1995, 51) menggolongkan empat kategori bantuan yaitu, bantuan
temu balik (retrieval aids), bantuan bahasa (linguistic aids), bantuan menjelajah
(navigational aids), dan bantuan arti kata (semantic aids). Bantuan penelusuran
seperti ini, tidaklah mungkin ditemukan pada penelusuran menggunakan katalog kartu
dan katalog manual lainnya.
Kepuasan pengguna merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan
perpustakaan. Umumnya, pengguna mengakui bahwa ada tingkat kepuasan yang
tinggi dengan OPAC, dimana pengguna lebih menyukai bentuk OPAC dari pada katalog
kartu (Lewis 1987, 152). Pengguna lebih menyukai OPAC karena: a) menelusur di
OPAC menyenangkan, b) menelusur di OPAC menghemat waktu, c) OPAC
menyediakan layanan baru, dan d) OPAC menyediakan ciri khas yang baru (Markey
1993, 88).
Salah satu keunggulan sistem OPAC dari katalog kartu dan katalog manual
lainnya, adalah kemudahan dalam penelusuran. Melalui OPAC, pengguna bisa
menelusur dokumen yang dibutuhkan dengan berbagai cara, yang tidak mungkin
dapat dilakukan pada katalog kartu atau katalog manual lainnya, misalnya menelusur
berdasarkan kata kunci ke semua ruas, menelusur menggunakan operator Boolean,
operator word adjacency dan sebagainya. Sistem OPAC biasanya menawarkan atau
menyediakan akses yang luas kepada seluruh cantuman bibliografi. Hasil penelusuran
melalui sistem OPAC dapat ditampilkan secara sistematis dan bervariasi.
Tampilan informasi bibliografi adalah hal lain yang utama yang membedakan
OPAC dengan katalog kartu. Bentuk dan isi cantuman bibliografi pada katalog kartu
selalu berada pada format yang sama, sedangkan pada OPAC dimungkinkan pada
format yang fleksibel, dengan kemungkinan tampilan informasi bilbiografi dalam
berbagai variasi dan pada level yang berbeda. Tingkat deskripsi bilbiografi pada OPAC
biasanya luwes dan bisa didesain sesuai dengan kebutuhan pengguna.
OPAC dapat diakses melalui terminal pada tempat yang berbeda dari dalam
atau dari luar gedung perpustakaan, melalui local area networks (LAN) dan wide area
networks (WAN), sedangkan pada katalog kartu dan katalog manual lainnya hal itu
tidak mungkin dilakukan. Pengguna yang berbeda, yang berada di dalam atau di luar
gedung perpustakaan dimungkinkan menggunakan sistem OPAC secara bersama,
sekalipun menelusur cantuman yang sama pada waktu yang bersamaan, sedangkan
bila menggunakan katalog kartu, hal itu tidak mungkin dapat dilakukan. Kelemahan
penggunaan sistem OPAC ialah dipengaruhi faktor luar seperti terputusnya aliran
listrik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Katalogisasi

Katalog berasal dari bahasa latin “catalogus” yang berarti daftar, dalam pengertian umum
katalog diartikan sebagai daftar nama-nama, judul dan barang-barang. Dalam sejarah
kepustakawanan, katalogisasi atau pengkatalogan (cataloguing, catalogieseren) merupakan
keterampilan yang sudah dimiliki sejak berabad-abad lamanya, sebagai senarai inventaris.

Dalam dunia perpustakaan katalog diartikan sebagai daftar berbagai jenis koleksi, dapat berupa
buku yang dibuat menurut sistem atau cara tertentu, secara alfabetis maupun secara sistematis
untuk memudahkan penemuan kembali bahan pustaka yang dibutuhkan pemustaka (user)
maupun oleh petugas perpustakaan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001) : katalog merupakan secarik kartu, daftar atau
buku yang memuat nama benda atau informasi tertentu yang ingin disampaikan, disusun secara
berurutan, teratur dan alfabetis: kartu membantu memudahkan orang mencari buku di
perpustakaan; berkas katalog yang dibuat pada slip kertas yang diikat di jilid berkas untuk
memungkinkan adanya penyisipan bahan baru yang tepat susunannya. Katalog juga merupakan
gambaran dari fisik sebuah dokumen. Hasil pokok dari kegiatan katalogisasi adalah penyusunan
dari bahan pustaka dan pemeliharaan katalog yang memberikan akses utama kepada koleksi

Katalog perpustakaan adalah daftar semua bahan pustaka (buku, majalah, kartografi, kaset,
keping CD dan lain-lain) yang ada di perpustakaan dengan dilengkapi oleh semua cantuman
bibliografis sesuai dengan sistem yang telah ditentukan pada katalog untuk semua jenis bahan
pustaka yang dimiliki perpustakaan. Hal ini diharapkan dapat membantu Pemustaka (user)
maupun Pengelola (Pustakawan) untuk menemukan kembali bahan pustaka yang diperlukan
dengan cepat dan tepat.
Katalogisasi atau pengatalogan adalah proses pembuatan katalog dimana dalam katalog
dicantumkan data penting yang terkandung dalam bahan pustaka, baik ciri fisik maupun isi
intelektual, seperti nama pengarang, judul buku, penerbit dan subyek. Jadi katalogisasi adalah
proses pengambilan keputusan yang menuntut kemampuan mengintepretasikan dan menerapkan
berbagai standar sehingga hal-hal penting dari bahan pustaka terekam menjadi katalog.
Pengatalogan adalah kegiatan menyiapkan pembuatan wakil ringkas dokumen (condensed
representations) atau katalog, untuk digunakan sebagai sarana temu kembali, agar dokumen
yang dicari dapat ditemukan dengan cepat dan tepat.

2.2.Tujuan Dan Fungsi Katalogisai

a.Tujuan Katalogisasi

Memungkinkan seorang menemukan sebuah buku yang diketahui pengarangnya,

judulnya atau subjeknya.

Menunjukan buku yang dimiliki perpustakann oleh pengarang tertentu, berdasarkan subjek

tertentu dan dalam jenis literatur tertentu.

Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya dan berdasarkan karakternya (sastra

ataukah berdasarkan topik).

b. Fungsi Katalogisasi

Katalog berfungsi sebagai alat komunikasi yang menginformasikan koleksi yang dimiliki oleh

suatu perpustakaan.Katalog berfungsi sebagai wakil koleksi.

2.3.Bentuk Fisik Katalog


Bentuk katalog yang digunakan di perpustakaan mengalami perubahan-perubahan atau
perkembangan-perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan katalog terlihat dari bentuk
fisiknya yang dapat dikelompokkan :

1. Katalog berbentuk buku (book catalog)

Katalog berbentuk buku, katalog tersebut sering juga disebut katalog tercetak (printed catalog).
Keuntungan dari katalog berbentuk buku adalah dapat dicetak sesuai dengan kebutuhan, dapat
diletakkan pada berbagai tempat, dan mudah disebarluaskan ke perpustakaan lain.

Kelebihan dari katalog buku ini adalah entri pada katalog berbentuk buku dapat ditemukan
dengan cepat, mudah menyimpannya, mudah menanganinya, bentuknya ringkas dan rapi.

Kelemahan dari katalog/indeks berbentuk buku adalah cepat usang atau ketinggalan jaman. Hal
itu terjadi karena setiap kali perpustakaan memperoleh buku baru, berarti katalog sebelumnya
harus diperbaharui kembali, atau setidak-tidaknya membuat suplemen. Dengan demikian,
katalog berbentuk buku ini tidak luwes. Biaya pembuatan berbentuk buku cenderung lebih
mahal, karena bentuk dan jumlah cantumannya sering berubah, katalog berbentuk buku
cenderung ditinggalkan oleh perpustakaan dan beralih ke katalog kartu.

2. Katalog Kartu (card catalog)

Bentuk katalog kartu masih banyak digunakan di perpustakaan hingga saat ini. Keuntungan dari
katalog kartu ialah bersifat praktis, sehingga setiap kali penambahan buku baru di perpustakaan
tidak akan menimbulkan masalah, karena entri baru dapat disisipkan pada jajaran kartu yang ada.

Penggunaan katalog kartu tidak dipengaruhi faktor luar, misalnya terputusnya aliran listrik, dan
kemungkinan rusak sangat kecil terkecuali jika perpustakaan terbakar. Kelemahannya ialah satu
laci katalog hanya menyimpan satu jenis entri saja, sehingga Pemustaka (user) sering harus antri
menggunakannya jika berada pada jumlah yang besar, karena harus memilah-milah jajaran kartu
sesuai urutan indeksnya
Katalog berbentuk kartu telah lama digunakan di perpustakaan, katalog tersebut disimpan pada
laci-laci katalog, katalog tersebut terbagi dengan berbagai susunan yang digolongkan dalam 3
golongan besar yaitu :

a. Katalog abjad.

Yaitu katalog yang disusun berdasarkan urutan abjad dari nama pengarang, subjek dan judul
dalam satu urutan secara alfabetis.

Katalog terdiri dari beberapa jenis, yaitu

1.Katalog Pengarang

Digunakan jika buku yang akan kita cari hanya diketahui nama pengarangnya. Atau ingin
mengetahui pengarang tertentu telah mengarang buku apa saja. Katalog pengarang disusun
sistematis berdasarkan nama pengarang suatu karya di dalam kabinet katalog. Penulisan nama
pengarang adalah dengan cara menuliskan terlebih dahulu nama keluarga.

2.Katalog Judul

Digunakan jika buku yang akan kita cari hanya diketahui judul bukunya. Atau ingin mengetahui
judul buku tertentu yang sama telah dikarang oleh pengarang mana saja. Katalog judul disusun
secara sistematis berdasarkan judul dalam kabinet katalog. Melalui katalog judul dapat diketahui
judul-judul buku yang sama, yang dikarang oleh pengarang yang berbeda.

b. Katalog leksikal (directionary catalogue)

Digunakan bila kita ingin mengetahui berbagai buku yang membahas subyek yang sama,
biasanya sering digunakan dalam mengumpulkan bahan pustaka untuk kepentingan pembuatan
penelitian, makalah dsb. yang membahas suatu subyek tertentu. Melalui katalog subyek akan
diketahui karya-karya yang dikarang oleh berbagai pengarang dengan judul yang berbeda-beda
tetapi memiliki pokok bahsan yang sama.

c. Katalog terbagi atau susunan terpisah (divided catalogue).

Yaitu katalog yang sebelumnya dibagi berdasarkan : Subjek, Pengarang, dan Judul. Masing-
masing kelompok kemudian disusun berdasarkan abjad (secara alfabetis).

d. Katalog (Classed catalog atau classified catalogue)

Yaitu katalog subjek yang disusun menurut suatu urutan nomor klasifikasi.

3. Katalog berbentuk mikro (microform catalog)

Katalog bentuk mikro atau computer output microform (COM). COM dibuat pada salah satu
bentuk mikrofilm atau mikrofis. Katalog mikro lebih murah dibanding dengan katalog
berbentuk buku dan terbukti bahwa biaya pemeliharaannya lebih murah dari pada katalog kartu.
Bentuknya ringkas dan mudah menyimpannya.

4. Katalog komputer terpasang (online computer catalog)

Katalog komputer terpasang (online computer catalog) sering disebut dengan Online Public
Access Catalogue (OPAC), yaitu bentuk katalog terbaru yang telah digunakan pada sejumlah
perpustakaan tertentu. OPAC menjadi pilihan bentuk katalog yang digunakan diberbagai
perpustakaan. Dari berbagai bentuk fisik katalog yang telah digunakan di perpustakaan, OPAC
dianggap paling luwes (flexible) dan paling mutakhir (Taylor 1992). Program aplikasi yang
digunakan di perpustakaan, seperti CDS/ISIS, Inmagic, VTLS, Dynix, Tinlib, dan lain-lain.

Katalog OPAC mempunyai banyak keuntungan, diantaranya adalah :

 Penelusuran informasi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

 Penelusuran dapat dilakukan secara bersama-sama tanpa saling mengganggu


 Jajaran tertentu tidak perlu di-file

 Penelusuran dapat dilakukan dari berbagai pendekatan sekaligus

 Rekaman bibliografi yang dimasukkan ke dalam entri katalog tidak terbatas

2.4.Prosedur Pengkatalogisasi

Kegiatan pengatalogan secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kegiatan:
1. Pengatalogan deskriptif, yang bertumpu pada fisik bahan pustaka (judul, pengarang, jumlah
halaman, dll), kegiatannya berupa membuat deskripsi bibliografi, menentukan tajuk entri utama
dan tambahan, pedomannya antara lain AACR dan ISBD.

2. Pengindeksan subyek, yang berdasar pada isi bahan pustaka (subyek atau topik yang dibahas),
mengadakan analisis subyek dan menentukan notasi klasifikasi, pedomannya antara lain bagan
klasifikasi, daftar tajuk subyek dan tesaurus. Kedua kegiatan ini menghasilkan cantuman
bibliografi atau sering disebut katalog yang merupakan wakil ringkas bahan pustaka.

Sistem katalog dibedakan dari susunannya dalam laci katalog, yang terdiri dari:

1) Sistem katalog abjad,

- Katalog susunan abjad terpisah

a. Katalog pengarang (author catalog)

b. Katalog judul (title catalog)

c. Katalog subyek (subject catalog)

d. Katalog susunan ensiklopedi atau kamus (dictionary catalog)

yaitu catalog yang disusun menurut abjad pengarang, judul dan subyek dalam satu susunan.
2) Sistem katalog klasifikasi (classified catalog)

Merupakan suatu sistem katalog yang disusun menurut suatu bagian klasifikasi tertentu., terdiri
dari tiga susunan yaitu:

a. Katalog pengarang judul disusun menurut abjad.

b. Katalog subyek disusun menurut urutan nomor-nomor klasifikasi tertentu.

Indek subyek yang menunjukkan notasi klasifikasi tertentu untuk suatu subyek, umumnya
disusun menurut abjad.

Unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah catalog Nama pengarang atau yang dianggap sebagai
pengarang Judul buku Judul tambahan Imprint (impressum) untuk menyatakan kota penerbit,
penerbit dan tahun terbit;Kolasi untuk menyatakan jumlah halaman keterangan lain dan ukuran
buku; Nomor seri bila buku itu mempunyai nomor seri; Anotasi yang merupakan catatan; Tanda
buku (call number).

Sebelum menentukan macam dan bentuk katalog yang akan digunakan, terlebih dahulu
diperhatikan tentang ciri- ciri katalog antara lain :

Katalog harus fleksibel

Katalog harus mengandung entri yang mudah dikenali.

Katalog harus mudah dibuat dan relatif murah dalam perawatannya.

Katalog harus kompak, dalam pengertian jika main entri menyebutkan adanya added entri,
misalnya : pengarang tambahan dan subyek maka katalog pengarang dan subyek tambahan
tersebut harus tersedia.

A. Macam katalog menurut jenisnya :


1. katalog pengarang ( yang digunakan sebagai main entri nya:pengarang)

2. katalog judul ( yang digunakan sebagai main entri nya : judul buku )

3. katalog subyek ( yang digunaka sebagai main entri nya : subyek buku )

4. katalog self list / katalog induk (katalog yang disimpan oleh pustakawan)

B. Macam katalog menurut bentuknya ;

1. Book catalogue / printed catalogue adalah bentuk katalog yang paling tua digunakan di
perpustakaan Amerika. Pembuatannya mahal dan tidak fleksibel.

2. Sheaf catalogue jenis ini terbuat dari kertas karton yang berukuran 20×30 cm. katalog ini kurang
fleksibel.

3. Microform catalogue (COM =Computer Output Microform ) jenis katalog ini menjadi populer
dengan adanya perkembangan komputer.

4.Card catalogue ( katalog kartu) jenis ini paling umum digunakan. Berukuran 7.5×12.5 cm.
ciri- cirinya :

Fleksibilitas

Mudah digunakan

Mudah dalam pembuatan dan perawatan

5.OPAC (Online Public Acces Catalogue )adalah jenis katalog yang peling sering digunakan
dengan memanfaatkan kecanggihan komputer. Bentuk ini adalah yang paling fleksibel dan
Ppaling modern. Beberapa keunggulannya : filing tidak diperlukan lagi, database dapat di update
secara online atau remote, tersedianya menu help dan cross reference : dapat diproduksi dalam
bentuk katalog lain, dapat dihubungkan dengan database lain.
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Dalam dunia perpustakaan katalog diartikan sebagai daftar berbagai jenis koleksi, dapat
berupa buku yang dibuat menurut sistem atau cara tertentu, secara alfabetis maupun secara
sistematis untuk memudahkan penemuan kembali bahan pustaka yang dibutuhkan pemustaka
(user) maupun oleh petugas perpustakaan.

Katalogisasi atau pengatalogan adalah proses pembuatan katalog dimana dalam katalog
dicantumkan data penting yang terkandung dalam bahan pustaka, baik ciri fisik maupun isi
intelektual, seperti nama pengarang, judul buku, penerbit dan subyek. Jadi katalogisasi adalah
proses pengambilan keputusan yang menuntut kemampuan mengintepretasikan dan menerapkan
berbagai standar sehingga hal-hal penting dari bahan pustaka terekam menjadi katalog.
Pengatalogan adalah kegiatan menyiapkan pembuatan wakil ringkas dokumen (condensed
representations) atau katalog, untuk digunakan sebagai sarana temu kembali, agar dokumen
yang dicari dapat ditemukan dengan cepat dan tepat.

Anda mungkin juga menyukai