Anda di halaman 1dari 9

Teknik Tegangan Tinggi

Gas Breakdown (Continyu)

I Komang Widi Astawa (1705542024)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
GAS BREAKDOWN (CONTINYU)

Kerusakan listrik terjadi dalam gas ketika kekuatan dielektrik gas terlampaui.
Daerah gradien tegangan yang kuat dapat menyebabkan gas di dekatnya terionisasi sebagian
dan mulai melakukan. Ini dilakukan dengan sengaja dalam pelepasan tekanan rendah seperti
pada lampu neon. Tegangan yang mengarah ke gangguan listrik gas diperkirakan oleh
Hukum Paschen.Pelepasan sebagian di udara menyebabkan bau "udara segar" ozon selama
badai petir atau di sekitar peralatan bertegangan tinggi. Meskipun udara biasanya merupakan
isolator yang sangat baik, ketika ditekan oleh tegangan yang cukup tinggi (medan listrik
sekitar 3 x 106 V / m atau 3 kV / mm [2]), udara dapat mulai rusak, menjadi sebagian
konduktif. Di seluruh celah yang relatif kecil, tegangan tembus di udara adalah fungsi dari
panjang jeda tekanan. Jika tegangannya cukup tinggi, gangguan listrik total udara akan
berujung pada percikan listrik atau busur listrik yang menjembatani seluruh celah.Warna
percikan tergantung pada gas yang membentuk media gas. Sementara percikan kecil yang
dihasilkan oleh listrik statis mungkin hampir tidak dapat didengar, percikan yang lebih besar
sering disertai dengan bunyi atau bunyi keras. Petir adalah contoh percikan luar biasa yang
bisa bermil-mil panjangnya.
Hukum Paschen merupakan persamaan tegangan breakdown (tegangan yang
dibutuhkan untuk memulai discharge) antara 2 elektroda dengan fungsi tekanan dan jarak
antar elektroda. Paschen mempelajari tegangan breakdown dari berbagai jenis gas antara
pelat logam paralel sebagai fungsi tekanan gas dan variasi jarak. Persamaan tersebut bisa
divisualisasikan dengan grafik berikut. Grafik ini penting untuk mengetahui tegangan
breakdown untuk menciptakan plasma discharge dengan gas tertentu. Pada grafik terlihat gas
yang paling rendah tegangan dischargenya pada tekanan tinggi yaitu Helium. Hukum ini
penting diketahui kenapa biasanya gas helium digunakan pada plasma bertekanan tinggi atau
plasma tekanan atmosfer.
V = f(pd) dimana,

p = tekanan; dan

d = jarak antar elektroda

persamaan ini juga bisa direpresentasikan dengan

V = f(Nd) dimana,

N = densitas molekul gas; dan

\d = jarak antar elektroda

dengan konversi pV = nRT atau n/V = p/RT

1. Proses ionisasi
• Proses kegagalan isolasi sangat ditentukan oleh pembawa muatan yaitu: ION dan
ELEKTRON
• Pembangkitan pembawa muatan secara umum terjadi melalui proses IONISASI dan
EMISI
• Ionisasi merupakan suatu proses mengubah molekul atau atom menjadi ion dengan
mengurangi atau menambah partikel bermuatan seperti elektron adat lainnya. Proses
ionisasi kemuatan negatif atau positif sedikit berbeda. Ion yang bermuatan positif
diperoleh saat elektron yang terikat pada molekul atau atom menyerap engergi cukup
agar bisa lepas dari potensial listrik yang mengikatnya. Energi yang dibutuhkan itu
disebut juga potensial ionisasi.Ion bermuatan negatif diperoleh saat elektron bebas
bertebaran dengan atom serta terperangkap didalam kulit atom dengan potensial listrik
tertentu. Ionisasi terdiri dari dua tipe yakitu Ionisasi sekuensial dan Ionisasi non-
sekuensial. Pada fisika klasik, cuma ionisasi sekuensial yang bisa terjadi sehingga
disebut ionisasi klasik. Ionisasi non-sekuensial melawan beberapa hukum fisika klasik
serta akan dijelaskan pada bagian ionisasi kuantum.

Ionisasi klasik
Berpacu pada fisika klasik serta model atom Bohs, memuat ionisasi atomik dan
molekuler sangat ditentukan. Menurut fisika klasik, energi elektron yang melebihi
energi potensial listrik kulit dimana elektron itu berbeda, elektron itu akan berpindah.
Hal tersebut dapat diperumpamakan dengan orang yang tidak akan dapat melompati
pagar satu meter bila ia tidak bisa melompat setinggi satu meter.
Elektron tidak akan dapat melewati kulit berpotensial listrik 13,6 eV bila tidak
mempunyai setidaknya 13,6 eV energi. Menurut Perinsip tersebut, elektron bebas
harus mempunyai energi yang lebih besar lagi dari kulit potensial.

Bila elektron itu mempunyai energi cukup untuk melakukan hal tersebut, maka
elektron itu akan mengarah ke tingkat engerti yang terendah, dan sisa energi tersebut
akan diradiasikan. Ionisasi sekuensial pada dasarnya mendeskripsikan bahwa bilangan
mautan ion hanya bisa diperoleh dari bilangan muatan terdekatnya saja dan itu
sebanyak satu bilangan. Contohnya, ion bermuatan +2 hanya bisa diperoleh dari ion
bermuatan +1 atau +3 saja.
Ionisasi tipe 1: mengalami ionisasi langsung tanpa harus lawan bentur mengalami
kondisi eksitasi (pertukaran energi potensial)

Tipe1:Elektron membentur molekul

Tipe1:Elektron membentur molekul


Ionisasi tipe2: terjadi pertukaran energi potensial Tipe1:Elektron membentur molekul

Tipe2:Elektron membentur molekul

Tipe 2:Molekul membentur molekul

Agar pada saat benturan elektron dapat mengionisasi atau mengeksitasi sebuah
molekul maka elektron harus mempunyai energi dari medan listrik yang lebih besar
dari energi ionisasi atau eksitasi molekul.

Pada benturan tak elastis, sebagian energi kinetyik berubah menjadi energi potensial
sehingga berlaku:

Sebuah eketron dengan massa jauh lebih kecil dari massa molekul sehingga saat
terjadi benturan dengan molekul elektron akan memberikan semua energi kinetiknya,
sedangkan untuk ion hanya kehilangan sekitar 50% energi kinetiknya
2. Korona
Korona merupakan salah satu jenis peluahan parsial yang terjadi pada bahan dielektrik
peralatan listrik, dimana peluahan yang terjadi tidak menjembatani ruang antara elektroda-elektroda
yang didiami dielektrik tersebut (peluahan yang tidak mengakibatkan terjadinya tembus listrik).
Dalam pengoperasian peralatan listrik, fakta dilapangan menunjukkan bahwa korona dapat
memperpendek usia sistem isolasi peralatan dan dapat mengganggu hubungan, kendali, dan
pengukuran kelistrikan. Oleh karena itu, korona dapat menjadi sumber rugi-rugi ekonomis, antara
lain: perbaikan dan penggantian peralatan listrik, keamanan yang berkurang, efisiensi pengoperasian
sistem komunikasi, dan gangguan pelayanan kepada konsumen. Rugi-rugi ekonomis ini dapat dicegah
dengan menguji peralatan dan sistem yang bertujuan untuk membuktikan korona tidak akan
menghasilkan pengaruh yang dapat mengganggu operasional peralatan, dimana pengujian ini
dilakukan sesuai dengan spesifikasi peralatan.
Pengukuran dan pengujian korona digunakan sebagai bagian pengujian isolasi
material dan peralatan listrik. Pengukuran dan pengujian korona juga dimaksudkan untuk
tujuan lain, antara lain untuk untuk mengetahui sifat alami korona, pengaruhnya pada
material dan kinerja peralatan listrik. Penerbitan dan ulasan mengenai pengujian korona
menyimpulkan, keuntungan yang lebih dapat diperoleh dari pengujian ini jika tersedia
pengetahuan yang memadai mengenai korona, teknik pengujian korona, dan juga peralatan
pengujian yang modern.
Rugi –Rugi Daya Korona Ion dan elektron yang bergerak pada udara dapat bergerak
dan memiliki percepatan karena energi kinetik yang diberikan. Energi kinetik tersebut didapat
dari sistem dan dikatakan energi yang hilang. Energi yang hilang ini terdisipasi dalam bentuk
panas, suara, dan cahaya. Energi yang terdisipasi dalam bentuk panas, suara, dan cahaya
inilah yang dimaksud dengan rugi daya korona.
Menurut formula Peek, rugi –rugi daya korona perphasa dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :

keterangan :
δ= Faktor kerapatan udara
f = frekuensi (Hz)
r= Jari-jari kawat (cm)
D = Jarak antara kawat (cm)
V = Tegangan fasa ke netral (kVrms)
Vd= Tegangan disruptif kritis (kVrms)
Resume Kualitas Daya
Power Quality
(GAMBARAN UMUM TENTANG KUALITAS DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK II)

I Komang Widi Astawa (1705542024)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
1. Pengertian Kualitas Daya
Istilah kualitas daya listrik merupakan suatu konsep yang memberikan gambaran
tentang baik atau buruknya mutu daya listrik akibat adanya gangguan yang terjadi pada
sistem kelistrikan.
Ada empat alasan utama yang menyebabkan kualitas daya semakin menjadi perhatian
saat ini yaitu :
• Pertumbuhan beban-beban listrik dewasa ini bersifat lebih peka terhadap kualitas
daya listrik seperti sistem kendali dengan berbasis pada mikroprosesor
dan perangkat elektronika daya.
• Meningkatnya perhatian yang ditekankan pada efisiensi sistem daya listrik secara
menyeluruh, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan penggunaan
peralatan yang mempunyai efisiensi tinggi, seperti pengaturan kecepatan motor
listrik dan penggunaan kapasitor untuk perbaikan faktor daya.
• Meningkatnya kesadaran bagi para pengguna energi listrik terhadap masalah
kualitas daya listrik.
• Sistem tenaga listrik yang saling berhubungan dalam suatu jaringan
interkoneksi, dimana sistem tersebut memberikan suatu konsekuensi bahwa
kegagalan dari setiap komponen dapat mengakibatkan kegagalan pada
komponen lainnya.

2. Harmonisa
Harmonisa adalah bentuk tegangan atau arus sinusoidal yang memiliki frekuensi
ganda, di mana frekuensi tersebut merupakan kelipatan bilangan bulat dari frekuensi dasar.
Frekuensi dasar suatu sistem biasanya dirancang untuk beroperasi pada 50 atau 60 Hz,
di Indonesia frekuensi dasar yang digunakan adalah 50 Hz.
Bentuk gelombang yang terdistorsi dapat didekomposisi menjadi jumlah dari
frekuensi dasar dan frekuensi harmonisa. Distorsi harmonisa berasal dari peralatan yang
mempunyai karakteristik nonlinier perangkat dan beban pada sistem tenaga listrik. Akibat
Terjadinya Harmonisa
• Temperatur pada tranformator lebih meningkat dari normalnya.
• Terlalu panasnya motor-motor yang dioperasikan.
• Terjadinya kesalahan pada penunjukan alat ukur.
• Putusnya pengaman (fuse) pada kapasitor bank atau isolasi kapasitor menjadi lebih
panas, sehingga bila terlalu melampaui batas dapat mengalami kerusakan pada
kapasitor itu sendiri.
• Terjadinya kesalahan operasi pada peralatan-peralatan kontrol dan pemutus yang
terhubung dengan bus yang telah terganggu.

3. Flukstuasi Tegangan
Fluktuasi tegangan adalah suatu perubahan tegangan yang sistematis atau serangkaian
perubahan tegangan secara acak, di mana magnitud dari tegangan mempunyai nilai yang
tidak semestinya, yaitu di luar rentang tegangan ditentukan oleh ANSI C84.1 sebesar 0,9
sampai 1,1 pu. Beban yang berubah sangat cepat dan terjadi terus-menerus, dan
menghasilkan arus beban yang besar dapat menyebabkan variasi tegangan yang sering
disebut sebagai flicker atau kedip tegangan.

4. Power Outages
Power outages adalah dimana dalam suatu keadaan menghilangnya daya listrik dari
penyuplai listrik (PLN) ataupun karena korsleting dan hubung singkat yang disebabkan oleh
banyak faktor salah satunya adalah sumber listrik kelebihan beban, peralatan listrik ada yang
rusak sehingga breaker /MCB PLN turun. Bisa juga karena adanya bencana alam. Hal ini
dapat menyebabkan kerusakan pada hardware computer atau peralatan elektroniknya yang
tidak dilengkapi dengan system pengaman seperti UPS, hal ini dapat menyebabkan
kehilangan data, system computer menjadi crash.

5. Power Frekuensi Variation


Power Frekuensi Varation adalah tidak stabilnya frekuensi listrik yang dimana di
Indonesia standarnya adalah 50 Hz, dimana bias mengalami peningkatan maupun penurunan
secara tiba-tiba. Sehingga yang sering terjadi di Indonesia adalah penurunan frekuensi yang
mengakibatkan menurunnya tegangan dari 220V menjadi berkurang sehingga berakibat
rusaknya peralatan elektronik.

Anda mungkin juga menyukai