Anda di halaman 1dari 13

83

BAB V

PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang telah diuraikan dalam BAB IV, dalam bab ini

akan membahas lebih lanjut hasil penelitian yang telah didapatkan

mengenai pengetahuan pasien tentang perawatan hipertensi dan terapi

komplementer obat tradisional di Puskesmas Pejeruk tahun 2019.

A. Pengetahuan Tentang Perawatan Hipertensi Di Puskesmas

Pejeruk.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan responden

tentang perawatan hipertensi yang paling banyak yaitu pada kategori

baik berjumlah 19 responden (57,6%), dan pengetahuan responden

yang paling sedikit yaitu pada kategori kurang berjumlah 2 responden

(6,1%).

Pengetahuan responden tentang perawatan hipertensi termasuk

dalam kategori baik, dimana sebagian besar responden mampu

melakukan modifikasi gaya hidup untuk mengatasi hipertensi.

Menurut Priscilla & Gerene (2015) perawatan dan usaha pencegahan

hipertensi sejak dini sangatlah penting. Perawatan hipertensi adalah

usaha yang dilakukan untuk mengontrol tekanan darah agar tetap

dalam batas normal. Dengan perawatan yang tepat, hipertensi dapat

diatasi secara tuntas.


84

Menurut Priscilla & Gerene (2015), adapun cara-cara perawatan

pasien hipertensi yaitu melakukan modifikasi gaya hidup dengan diet,

mengurangi asupan garam, melakukan aktivitas fisik, mengurangi

konsumsi alkohol, berhenti merokok, mengendalikan stress,

melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin dan dengan

medikasi.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Dedi Hartadi

(2017) tentang perawatan hipertensi, dengan judul “Pengetahuan dan

sikap lansia tentang perawatan Hipertensi di Puskesmas Karang

Taliwang Kota Mataram” yang menunjukkan bahwa dari 36 responden

terdapat 21 responden (58,3%) dikategorikan baik mengenai

pengetahuan perawatan hipertensi sedangkan yang 8 responden

memiliki pengetahuan yang kurang mengenai perawatan hipertensi.

Menurut peneliti sebagian besar responden mampu menjawab

dengan benar tentang pengetahuan perawatan hipertensi dengan

modifikasi gaya hidup, karena responden memiliki pengalaman

tentang gaya hidup sehat untuk mengatasi hipertensi dan sebagian

besar responden adalah tidak bekerja sehingga responden memiliki

banyak waktu luang untuk mendapatkan informasi terutama melalui

petugas kesehatan. Namun pengetahuan responden tentang medikasi

dan pemeriksaan tekanan darah sangatlah kurang karena sebagian

besar responden susah untuk menangkap informasi yang diterima

tentang nama obat, dosis obat serta kapan harus rutin melakukan
85

pemeriksaan tekanan darah. Ini disebabkan sebagian besar

responden dengan tingkat pendidikan sekolah dasar

keingintahuannya mengenai obat sangatlah rendah karena yang

hanya responden pikirkan bahwa jika sudah mengkonsumsi obat

maka akan sembuh dan semakin sering mengkonsumsi obat maka

semakin cepat sembuh serta tidak lagi memikirkan tentang apa saja

obat yang sudah dikonsumsi serta berapa dosis yang perlu

dikonsumsi. Dan hal ini didukung pula dari faktor usia, dimana

menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang, sehingga responden usia lanjut kurang

mengingat pengetahuan tentang medikasi. Pengetahuan responden

tentang pemeriksaan tekanan darah secara rutin juga kurang karena

responden tidak tahu kapan harus rutin melakukan pemeriksaan

tekanan darah walaupun kunjungan responden dalam penelitian ini

rutin. Responden rutin melakukan kunjungan ke puskesmas atau

mengikuti kegiatan puskesmas bukan dari pengetahuan yang

responden miliki untuk perawatan hipertensi namun karena ajakan

dari petugas kesehatan yang membuat responden rutin melakukan

kunjungan walau responden sendiri tidak mengetahui tentang berapa

kali harus melakukan kunjungan ke puskesmas secara rutin.

Banyak faktor yang mempengaruhi hasil penelitian ini. Menurut

Notoatmodjo (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

yaitu pendidikan, umur, pekerjaan dan faktor eksternal lainnya.


86

Karakteristik umur responden, didapatkan jumlah responden

tertinggi pada umur 46-55 tahun dan > 65 tahun masing-masing

sebanyak 11 (33,3%). Sesuai dengan pendapat Budiman (2013)

dikutip dari penelitian Marlita (2013) yang menyatakan bahwa usia

mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan

pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik. Namun menurut pendapat Cropton, J (1997) dikutip dari

penelitian Aulia (2013) yang menyatakan bahwa usia produktif

merupakan usia dewasa yang aktif dalam kegiatan sehingga

mendukung dalam belajar dan mengingat informasi yang diperoleh,

akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut

kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan

berkurang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Budiman (2013)

dikutip dari penelitian Marlita (2013) dimana semakin bertambah usia

pengalaman yang didapat semakin banyak dan berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya. Penelitian ini sebagian besar

responden yang memiliki pengetahuan baik berusia 46-55 tahun

sebanyak 8 (42,1%), namun pada masa ini juga tidak menutup

kemungkinan lansia awal memiliki pengetahuan baik karena

pengetahuan yang ia miliki bisa saja berasal dari pengetahuan yang

dimiliki sebelumnya yang berasal dari pengalaman atau sumber


87

informasi dari petugas kesehatan. Dan biasanya seorang lansia sudah

pensiun dalam pekerjaan atau sudah tidak bekerja sehingga hal ini

membuat lansia memiliki banyak waktu luang untuk bisa memperoleh

informasi. Selain itu juga dalam penelitian ini sebagian besar

responden rutin untuk melakukan kunjungan ke puskesmas selama

satu bulan dan rutin mengikuti kegiatan puskesmas seperti posyandu

lansia sehingga tidak menutup kemungkinan untuk lansia bisa

memiliki pengetahuan yang baik tentang perawatan hipertensi.

Hasil penelitian tentang karakteristik responden menurut

pendidikan tertinggi berada pada tingkat pendidikan dasar yaitu 12

responden (36,3%). Dimana responden dengan pengetahuan baik

sebagian besar berada pada tingkat pendidikan dasar sebanyak 6

(31,6%).

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2012) bahwa

pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan didalam dan diluar sekolah serta berlangsung

seumur hidup. Selain dari pendidikan formal, dapat diperoleh melalui

orang lain maupun media massa seperti televisi, surat kabar, majalah,

dan radio. Dan seseorang yang berpendidikan rendah bukan berarti

mutlak berpengetahuan rendah pula. Namun pendapat lain

mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan

semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula

pengetahuan yang dimilikinya (Carter, 2011).


88

Menurut pendapat peneliti, hasil penelitian ini sejalan dengan

pendapat Notoatmodjo (2012) dimana pengetahuan bisa didapat

selain melalui pendidikan formal dalam sekolah namun juga bisa

diperoleh dari pendidikan nonformal di luar sekolah dan melalui

pengalaman. Walaupun responden berada pada mayoritas

berpendidikan rendah maka bukan berarti mutlak berpengetahuan

rendah pula. Pendidikan tidak mempengaruhi pengetahuannya sebab

responden dengan pengetahuan baik dapat memperoleh informasi

dari pengalaman atau orang lain maupun media masa.

Karakteristik dari segi pekerjaan responden terbanyak adalah tidak

bekerja yaitu sejumlah 22 responden (66,7%), dan yang terendah

petani/buruh 1 (3,1%). Responden dengan pengetahuan baik

sebagian besar merupakan tidak bekerja sebanyak 12 (63,2%).

Notoatmodjo (2012) dengan adanya pekerjaan seseorang

memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang

dianggap penting memerlukan perhatian masyarakat, waktu yang

dibutuhkan sedikit untuk memperoleh informasi, sehingga

pengetahuan yang mereka miliki menjadi berkurang. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Pangesti (2012), menjelaskan bahwa

pekerjaan seseorang akan berpengaruh terhadap pengetahuan dan

pengalaman seseorang. Penjelasan mengapa pekerjaan berpengaruh

terhadap seseorang adalah ketika pekerjaan tersebut lebih sering

menggunakan otak daripada menggunakan otot. Kinerja dan


89

kemampuan otak seseorang dalam menyimpan (daya ingat)

bertambah atau meningkat ketika sering digunakan, hal ini berbanding

lurus ketika pekerjaan seseorang lebih banyak menggunakan otak

daripada otot.

Penelitian ini sebagian besar responden tidak bekerja atau hanya

sebagai ibu rumah tangga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

responden yang tidak bekerja mempunyai banyak waktu luang untuk

mendapatkan informasi, baik itu sumber informasi bisa diperoleh

melalui majalah, koran, televisi, radio, maupun internet sehingga

dapat menambah pengetahuannya tentang perawatan hipertensi.

Selain itu, beberapa penyuluhan yang pernah didapatkan oleh

mahasiswa atau petugas kesehatan lebih sering diikuti oleh warga

yang tidak bekerja. Hal ini dibuktikan dari pernyataan petugas

kesehatan di puskesmas Pejeruk ketika kegiatan penyuluhan itu

berlangsung.

Karakteristik sumber informasi, didapatkan responden tertinggi

yang mendapatkan sumber informasi melalui petugas kesehatan

sejumlah 22 responden (66,7%). Dengan sebagian besar responden

yang berpengetahuan baik dengan sumber informasi melalui petugas

kesehatan sebanyak 11 (57,9%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003)

dalam Titik (2015) mengatakan pengetahuan merupakan hasil tahu,

dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek


90

tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni

indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Sesuai juga dengan penelitian Hananditia & Nina (2016),

pengetahuan yang baik dapat dipengaruhi oleh banyka faktor seperti

pengalaman serta sarana informasi. Pengetahuan juga dapat melalui

sarana informasi yang tersedia di rumah seperti radio dan televisi.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga sehingga penggunaan panca indera terhadap suatu informasi

sangat penting.

Menurut peneliti, petugas kesehatan berperan dalam meningkatkan

pengetahuan pasien tentang perawatan hipertensi karena petugas

kesehatan merupakan tenaga kesehatan terakhir yang bertemu

langsung dengan pasien. Petugas kesehatan dapat meningkatkan

pengetahuan pasien tentang perawatan hipertensi terkait modifikasi

gaya hidup, cek tekanan darah secara rutin, serta medikasi. Kontribusi

petugas kesehatan tidak hanya memberikan pengetahuan tentang

perawatan hipertensi namun juga memberikan informasi mengenai

penyakit hipertensi dan komplikasi. Dalam penelitian ini, diperoleh

tingkat pengetahuan yang baik. Hal ini didukung dengan adanya

penyuluhan kesehatan, ketersediannya posyandu lansia, posbindu

dan prolanis, memberikan brosur tentang penyakit hipertensi serta

motivasi-motivasi lainnya yang diberikan petugas kesehatan kepada


91

responden. Hal ini dibuktikan dari pernyataan petugas kesehatan di

puskesmas Pejeruk ketika kegiatan penyuluhan itu berlangsung.

2. Pengetahuan Tentang Terapi Komplementer Obat Tradisional Di

Puskesmas Pejeruk.

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai

pengetahuan tentang terapi komplementer obat tradisional pada pasien

hipertensi pengguna terapi komplementer obat tradisional dengan

bantuan kuesioner, didapatkan hasil pengetahuan responden sebagian

besar baik tentang terapi komplementer obat tradisional yaitu sebanyak

19 responden (57,6%), sedangkan pengetahuan yang kurang tentang

terapi herbal obat tradisional sebanyak 5 responden (15 ,1%).

Menurut Priscilla & Gerene (2015), terapi komplementer adalah

cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung

kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan

pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Terapi

komplementer pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari

sistem-sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh,

sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis, serta lebih

berserah diri dan ikhlas menerima keadaan. Di Indonesia ada 3 jenis

teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh

Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan

konvensional yaitu terapi herbal, terapi akupuntur dan terapi hiperbarik.


92

Terapi herbal yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam,

dan juga termasuk kedalam pengobatan tradisional seperti jamu. Terapi

herbal banyak digunakan oleh masyarakat dalam menangani penyakit

hipertensi, dikarenakan memiliki efek samping yang sedikit. Jenis yang

digunakan dalam terapi herbal dapat berupa jamu Pengobatan herbal/

tardisional untuk penyakit hipertensi dapat menggunakan buah

belimbing, buah mentimun, air rebusan daun alpukat, mengkudu dan

seledri (Priscilla & Gerene, 2015).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Lora Marlita (2013)

tentang terapi herbal obat tradisional dengan judul “Gambaran

pengetahuan pasien hipertensi dalam mengkonsumsi obat tradisional di

UPT PSTY Khusnul Khotimah Pekan Baru” yang menunjukkan bahwa

dari 38 responden terdapat 22 responden (57,9%) dikategorikan baik

mengenai pengetahuan pasien hipertensi dalam mengkonsumsi obat

tradisional sedangkan yang 6 responden (15,8%) memiliki pengetahuan

yang kurang mengenai terapi herbal obat tradisional.

Sebagian besar pengetahuan responden termasuk kategori baik

dikarenakan beberapa faktor yaitu riwayat penggunaan terapi

komplementer, tanaman obat yang dikonsumsi, konsumsi obat medis

dan tradisional bersamaan, dan lama mengkonsumsi obat tradisional

hingga habis.
93

Karakteristik dari tanaman obat yang dikonsumsi, dimana mayoritas

responden menggunakan tanaman mentimun sebagai penurun tekanan

darah dengan jumlah 14 reponden (42,4%) dan tanaman lain yang

dikonsumsi selain buah mentimun yaitu buah belimbing, mengkudu,

dan daun alpukat. Dengan responden dengan pengetahuan baik

sebagian besar menggunakan tanaman belimbing sejumlah 7

responden (36,8%).

Menurut Titik (2015), cara memperoleh pengetahuan yang baik

yaitu melalui pengalaman pribadi yang dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan

yang dihadapi masa lalu. Dimana dalam penelitian ini, sebagian besar

responden mendapatkan pengetahuan untuk menggunakan tanaman

sebagai penurun tekanan darah seperti tanaman mentimun melalui

pengalaman pribadi.

Dengan rutin mengkonsumsi tanaman penurun tekanan darah

maka responden sudah mampu menerapkan perawatan hipertensi dan

terapi komplementer obat herbal. Hal ini berkaitan erat dengan

pengetahuan responden, karena dengan mencoba dan menekuni suatu

hal seperti rutin mengkonsumsi tanam penurun tekanan darah maka

dapat diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang cara

mengolah dan dosis tanaman obat yang dikonsumsi untuk menurunkan

tekanan darah.
94

Pengetahuan baik juga dipengaruhi oleh kepatuhan responden

untuk tidak mengkonsumsi obat tradisional dan obat medis secara

bersamaan berjumlah 33 responden (100%). Sesuai dengan

pernyataan Intan (2015), mengkonsumsi obat tradisional dan juga

mengkonsumsi obat-obatan medis (apotek) secara bersamaan

merupakan hal yang tidak benar dan berbahaya karena selain bisa

kelebihan dosis, beberapa jenis jamu memiliki efek negatif jika

dikombinasikan dengan obat medis atau obat tradisional lain. Tentunya

interaksi ini dapat mempengaruhi kesehatan dan efektivitas

pengobatan. Jadi semua responden memiliki pengetahuan yang baik

karena responden menyadari akan efek yang ditimbulkan apabila

mengkonsumsi obat tradisional dan obat medis secara bersamaan

Distribusi responden tertinggi didasarkan pada kepatuhan

responden dalam mengkonsumsi obat tradisional hingga habis selama

1 bulan yaitu sejumlah 28 responden (84,8%) dengan sebagian besar

pengetahuan baik sejumlah 15 responden (78,9%). Dan distribusi

responden tertinggi pada kunjungan ke puskesmas selama 1 bulan

dengan 1 kali kunjungan sejumlah 18 responden (54,6%) dengan

sebagian besar pengetahuan baik sejumlah 11 responden (57,9%).

Menurut Rahayu (2010), Minat merupakan suatu bentuk keinginan

dan ketertarikan terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk

mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya dapat diperoleh

pengetahuan yang lebih mendalam. Sesuai dengan pendapat Ronger


95

yang dikutip oleh Notoatmodjo, dalam Yasin S. (2012) sebelum

mengadopsi suatu perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, dimana salah satunya adalah proses adaptasi,

yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus yang diberikan atau didapat

sebelumnya melalui penginderaan.

Hasil penelitian ini mengindikasi bahwa responden akan

mendapatkan pengetahuan yang mendalam dengan minat untuk

mencoba atau menekuni suatu hal setelah mengalami proses adaptasi.

Hal ini berarti dengan minat atau proses adapatasi maka akan

mempengaruhi kepatuhan responden dalam mengkonsumsi obat

tradisional hingga habis serta kunjungan rutin ke puskesmas, dengan

patuh maka pengetahuan responden tentang terapi komplementer baik.

Anda mungkin juga menyukai