Anda di halaman 1dari 61

By

Hadi Kusuma A.
Anatomi Kepala
 Scalp
 Tulang tenkorak
 Selaput yang membungkus otak (meningens)
 Jaringan otak
 Cairan serebrospinal
 Kompartemen vascular
 Tulang temporal lebih tipis dan mudah mengalami
fraktur
 Selaput yang membungkus keseluruhan otak, lapisan
lebih tipis berupa pia arachnoid yang terletak dibawah
duramater dan merupakan tempat arteri dan vena
 Lapisan yang paling tipis piamater yang terletak
dibawah arachnoid dan langsung melapisi permukaan
otak
 Cairan cerebrospinal ditemukan dibawah lapisan
piamater dan arachnoid
 Otak mengisi keseluruhan rongga tengkorak
 Cairan serebrospinal (CSF) merupakan cairan nutrisi
yang menyeliputi otak dan spinal cord
 CSF terus menerus diproduksi dalam ventrikel otak
dengan kecepatan 1/3 ml/menit
 CSF diserap kembali oleh membran arachnoid yang
menyelimuti otak dan spinal cord
 Segala sesuatu yang menghambat aliran CSF akan
menyebabkan penumpukan cairan ini dalam otak dan
akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
SUATU INJURI YANG DAPAT MELIBATKAN
SELURUH STRUKTUR KEPALA MULAI DARI
LAPISAN KULIT KEPALA ATAU TINGKAT
YANG PALING RINGAN, TULANG
TENGKORAK, DURAMATER, VASKULER OTAK
SAMPAI DENGAN JARINGAN OTAK SENDIRI
BAIK BERUPA LUKA TERTUTUP MAUPUN
TEMBUS
A. PENGERTIAN
 Trauma kepala atau cedera kepala adalah suatu
injuri yang dapat melibatkan seluruh struktur
kepala mulai dari lapisan kulit kepala atau tingkat
yang paling ringan, tulang tengkorak, duramater,
vaskuler otak sampai dengan jaringan otak sendiri
baik berupa luka tertutup maupun tembus

 Injuri otak traumatik sering disinonimkan dengan


trauma kepala

 Injuri otak traumatik mrpk insufisiensi otak


nondegeneratif, nonkongenital, akibat kekuatan
mekanik eksternal yang dapat menyebabkan
gangguan kognitif, fisik, psikologis baik permanen
maupun temporal yang di hubungkan dengan
gangguan tingkat kesadaran

 Cedera dapat terjadi pada daerah benturan (coup) atau


pada sisi sebaliknya (contra coup)
B. MEKANISME CEDERA KEPALA
Mekanisme cedera kepala secara garis besar
merupakan salah satu atau gabungan dari ketiga
mekanisme cedera kepala yaitu :
 Akselerasi
Terjadi jika benda yang sedang
bergerak membentur kepala yang diam
 Deselerasi
Terjadi jika kepala membentur objek yang
diam
 Kompresi atau penekanan
 Respon awal otak yang mengalami cedera “Swelling :
vasodilatasi dengan peningkatan aliran darah ke daerah
tersebut
 Peningkatan kandungan cairan otak (edema) tidak segera
terjadi tetapi mulai berkembang setelah 24 jam hingga 48
jam
 Level normal CO2 adalah 35-40 mmHg. Peningkatan kadar
CO2 (HIPOVENTILASI) menyebabkan vasodilatasi dan
bengkak otak
 Penurunan kadar CO2 (HIPERVENTILASI) menyebabkan
vasokontruksi dan serebral iskemia
 Tekanan intra kranial dinilai berbahaya jika meningkat
hingga 15mmHg
 Herniasi dapat terjadi pada tekanan di atas 25 mmHg
Sindroma Herniasi
 Peningkatan Tekanan Intrakranial

 Menyumbat aliran CSF dan menimbulkan tekanan besar


terhadap batang otak

 Penurunan tingkat kesadaran yang secara progresif


menjadi koma
 Dilatasi pupil dan deviasi mata ke arah bawah dan lateral
pada mata sisi kepala yang mengalami cedera
 Kelemahan pada tungkai dan lengan sisi tubuh berlawanan
terhadap sisi yang mengalami cedera, dan postur
deserebrasi
Kematian akibat trauma kepala
 Segera setelah injury
 Dalam waktu 2 jam setelah injury
 rata-rata 3 minggu setelah injury.
Faktor 2 yang diperkirakan
prognosa yang jelek
 Intracranial hematoma
 Peningkatan usia klien
 Abnormal respon motorik
 Menghilangnya gerakan bola mata dan refleks pupil
terhadap cahaya
 Hipotensi yang terjadi secara awal
 Hipoksemia dan hiperkapnea
 Peningkatan ICP
Jenis Trauma Kepala
 Robekan kulit kepala
 Fraktur tulang tengkorak
 Commotio serebral
 Contusio serebral
 Diffuse axonal injury
 Injury Batang Otak
Fraktur tulang tengkorak
 Garis patahan atau tekanan
 Sederhana, remuk atau compound
 Terbuka atau tertutup
Fraktur linear
 Rhinorrhea (keluarnya CSF dari hidung)
 Otorrhea (CSF keluar dari mata).
 Tes :
 Test glukosa pada cairan yang keluar yang biasanya
positif
 Perhatikan gumpalan darah (Holo/Ring Sign)
Komplikasi
 Infeksi intracranial
 Hematoma
Commotio serebral
 Keadaan dimana berhentinya sementara
fungsi otak, dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran, sehubungan dengan aliran darah
keotak.
 Disebut Minor Head Trauma
Concussion yang berat
 Kejang-kejang dan henti nafas
 Pucat
 Bradikardia
 Hipotensi
 Penurunan tingkat kesadaran
 Amnesia
 Nyeri kepala
 Mengantuk, bingung, pusing
 Kekaburan penglihatan
Contusio serebral
 Kerusakan dari jaringan otak
 Terjadi perdarahan vena
 Terjadi penurunan pH asam laktat
 Dpt terjadi Peningkatan tekanan ICP
Manifestasi contusio
 Penurunan kesadaran
 Hemiparese
 Peningkatan ICP bila terjadi edema serebral
Diffuse axonal injury
 Injury pada otak dimana akselerasi-deselerasi injury
dengan kecepatan tinggi
 Berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor
 Kehilangan kesadaran
 Prognosis jelek
 Banyak klien meninggal dunia
Injury Batang Otak
 Pembuluh Darah Pada Sekitar Midbrain Akan
Mengalami Perdarahan
 Mengalami Coma Yang Dalam
 Tidak Ada Reaksi Pupil
 Gangguan Respon Okulomotorik
 Abnormal pola nafas.
British Society
of Rehabilitation Medicine

CEDERA KEPALA RINGAN (GCS 13-15)


CEDERA KEPALA SEDANG (GCS 9-12)
CEDERA KEPALA BERAT (GCS < 9)
Cedera Kepala Ringan (CKR)
 Termasuk didalamnya Laseratio dan Commotio
Cerebri
 Skor GCS 13-15
 Tidak ada kehilangan kesadaran, atau jika ada tidak
lebih dari 10 menit
 Pasien mengeluh pusing, sakit kepala
 Ada muntah, ada amnesia retrogad dan tidak ditemukan
kelainan pada pemeriksaan neurologist.
Cedera Kepala Sedang (CKS)
 Skor GCS 9-12
 Ada pingsan lebih dari 10 menit
 Ada sakit kepala, muntah, kejang dan amnesia retrogad
 Pemeriksaan neurologis terdapat lelumpuhan saraf dan
anggota gerak.
Cedera Kepala Berat (CKB)
 Skor GCS <8
 Gejalnya serupa dengan CKS, hanya dalam tingkat yang
lebih berat
 Terjadinya penurunan kesadaran secara progesif
 Adanya fraktur tulang tengkorak dan jaringan otak
yang terlepas
Komplikasi
 Epidural hematoma
 Subdural Hematoma.
 Intracerebral Hematoma
Hematom subdural
 Letak : di bawah duramater
 Etiologi : pecahnya bridging vein, gabungan robekan
bridging veins dan laserasi piamater serta arachnoid
dari kortex cerebri
 Gejala subakut : mirip epidural hematom, timbul
dalam 3 hari pertama
Hematom Epidural
 Letak : antara tulang tengkorak dan duramater
 Etiologi : pecahnya A. Meningea media atau cabang-
cabangnya
 Gejala :
 Penderita pingsan atau hanya nyeri kepala
 Pusing, kesadaran menurun, nadi melambat, tekanan
darah meninggi
 Pupil pada sisi perdarahan mula-mula sempit, lalu
menjadi lebar, dan akhirnya tidak bereaksi terhadap
refleks cahaya(herniasi tentorial)
Perdarahan Intraserebral
 Perdarahan dalam cortex cerebri yang berasal dari
arteri kortikal, terbanyak pada lobus temporalis
Komplikasi Jangka Panjang
 Gangguan neurologis : gangguan visus, strabismus,
parese N.VII dan gangguan N. VIII, disartria, disfagia,
kadang ada hemiparese
 Sindrom pasca trauma : palpitasi, hidrosis, cape,
konsentrasi berkurang, libido menurun, mudah
tersinggung, sakit kepala, kesulitan belajar, mudah
lupa, gangguan tingkah laku, misalnya: menjadi
kekanak-kanakan, penurunan intelegensia, menarik
diri, dan depresi.
EVALUASI PENDERITA CEDERA
KEPALA
 Lakukan pengamatan awal secara menyeluruh terhadap
situasi penderita sebagai awal pemeriksaan anda
 Bebaskan jalan nafas sejalan dengan stabilisasi servikal
spinal dan lakukan penilaian awal terhadap tingkat
kesadaran
 Penilaian pernafasan
 Penilaian sirkulasi dan pengendalian perdarahan utama
 Tentukan keputusan transportasi penderita dan intervensi
kritikal
 Lakukan penilaian sekunder
 Tanda vital
SAMPLE
 Symptoms (gejala)
 Allergies
 Medications (obat-obatan)
 Past medical history (penyakit lain)
 Last oral intake (waktu makan atau minum yang
terakhir)
 Events preceding the accidents (kejadian atau keadaan
sebelum kecelakaan)
 Pemeriksaan dari kepala sampai kaki
 Pembalutan dan pembidaian lebih lanjut
 Monitor lebih lanjut
PENATALAKSANAAN
PASIEN SADAR [ GCS 15 ]
CEDERA CRANIO-CEREBRAL TANPA DEFISIT NEUROLOGIK,HANYA
DILAKUKAN PERWATAN LUKA.

PASIEN DIPULANGKAN DAN KELUARGA DIMINTA


MENGOBSERVASI KESADARAN.

BILA CURIGA ADA PENURUNAN KESADARAN


SEGERA KEMBALI KE RUMAH SAKIT
CKR
 Perawatan selama 3-5 hari
 Mobilisasi bertahap
 Terapi simptomatik
 Observasi tanda vital
CKS
 Perawatan selama 7-10 hari
 Anti cerebral edem
 Anti perdarahan
 Simptomatik
 Neurotropik
 Operasi jika ada komplikasi
CKB
 Seperti pada CKS
 Antibiotik dosis tinggi
 Konsultasi bedah saraf
TEKANAN INTRA CRANIAL MENINGGI
 HIPERVENTILASI
 TERAPI DIURETIK
 -. DIURETIK OSMOTIK ( MANNITOL).
 DOSIS ; 0,5 – 1 g / kg.BB DIBERIKAN DALAM 30 MENIT .
 UNTUK MENCEGAH REBOUND, DIULANG SETELAH 6 JAM
 0,25-0,5 g/kg BB WAKTU 20 MENIT. ( MONITOR OSMOLALITAS
 TIDAK MELEBIHI 310 mOsm.

 -. FURASAMID, PEMBERIAN BERSAMA MANNITOL.


 DDSIS ; 40mg / HARI IV

 .POSISI
TIDUR
 BAGIAN KEPALA DITINGGIKAN 20 – 30 DERAJAT DENGAN
DADA PADA SATU BIDANG
KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT
 PEMBERIAN CAIRAN DIBATASI 1000 ML
PADA HARI PERTAMA , 1500 – 2000 ML
PADA HARI KE-3 DAN SELANJUTNYA.
 PEMBERIAN NUTRISI, PEMASANGAN
SONDE BILA BISING USUS SDH
TERDENGAR.
HARI I : GLUCOSE 10 % SEBANYAK 100 ML / 2 JAM
HARI II ; SUSU DGN DOSIS SEPERTI GLUCOSE
HARI III : MAKANAN CAIR 2000 – 3000 KAL.
DISESUAIKAN DGN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT.
D. MANAJEMEN CEDERA KEPALA
MANAJEMEN CEDERA KEPALA PADA PASIEN
TIDAK SADAR
1. Lakukan pengkajian lengkap airway, breathing dan
sirkulasi (A,B,C)
Lakukan resusitasi jika perlu. Perlu diingat
resusitasi yang tidak adekuat menyebabkan injuri
otak sekunder yang lenih berat.
- Panggil bantuan
- Pasang cervical collar
- Bersihkan jalan napas (keluarkan debris, dan
pasang orofaringeal)
- Berikan oksigen aliran tinggi
- Lakukan intubasi jika gag refleks
menurun/hilang
- Pastikan pernapasan adekuat
- Pasang monitor jantung, catat HR, TD, RR dan
temperatur
Apakah sirkulasi adekuat atau pasien dalam
keadaan syok?
- Atasi hipotensi dengan pemberian cairan kristaloid.
Tapi perlu diinget terlalu banyak cairan
menyebabkan edema otak berat. Hentikan
pemberian jika ps normotensive
- Berikan darah bila perlu, periksa gula darah dg
glukostik dan berikan glukosa jika kadar GDA
menurun
- Periksa BGA

2. Hiperkapnia menyebabkan vasodilatasi cerebral dan


meningkatkan TIK.Koreksi Ventilasi
3. Periksa adanya bradikardia dan hipertensi
merupakan tanda peningkatan TIK

4. Kurangi faktor-faktor sistemik yang menyebabkan


cedera otak sekunder

5. Kaji riwayat trauma dengan menanyakan pada crew


ambulance, saksi, keluarga.
Apakah pasien mengalami perubahan kesadaran setelah
trauma?
Adakah riwayat obstruksi jalan napas?
Bagaimana mekanisme injuri dan kecepatan saat
terjadi benturan?
Kaji secara lengkap riwayat penyakit dan pengobatan
6. Catat GCS dan periksa ulang secara teratur ( tiap 15
manit )
Periksa respon pupil

7. Periksa muka, kulit kepala, laserasi, memar dan


deformitas
Jangan lupa pemberian tetanus profilaksis

8. Periksa telinga adakah darah, cairan cerebrospinal


atau hemotimpanum, mrp tanda fraktur basis cranii.
Tanda lain fr basis cranii adanya racoon eyes, battle
sign, rhinorrhoea.

9. Cek ulang jalan napas, hindari retensi pada pasien


lepaskan baju
10. Lakukan pemeriksaan foto Ro, CT scan
MANAJEMEN TRAUMA KEPALA PADA PASIEN
SADAR
1. Kaji riwayat trauma, lakukan pemeriksaan dan
investigasi untuk mengidentifikasi pasien

2. Kaji apakah pasien dapat mengingat kejadian.apakah


terjadi amnesia retrograd atau aterograd?
Pd orang tua cedera kepala akan menyebabkan
gangguan jantung atau cerebrovaskuler yang
memerlukan perhatian khusus.

3. Lakukan pemeriksaan sama dengan pasien yang


mengalami cedera kepala berat
4. Hati-hati pada pasien intoksikasi karena alkohol atau
obat.
Jika ragu lakukan observasi
5. Lakukan foto Ro/ CT Scan
Indikasi Pasien yang harus di CT Scan :
- Koma setelah resusitasi
- Mamburuknya GCS
- Adanya Fraktur tengkorak yang disertai
dengan :
1. Gangguan kesadaran
2. Kejang
3. Gangguan neurologis
- Fraktur tulang kepala terbuka (Termasuk Basis
cranii)
Pemeriksaan diagnostik yang perlu dilakukan
pada pasien cedera kepala :

1.CT Scan ( tanpa/dengan kontras) untuk


mengidentifikasi adanya hemoragik, keadan
ventrikel, pergeseran jaringan otak. Pemeriksaan
berulang mengkuin diperlukan karena pd iskemia/
infark mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam.

2.Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur


tulang (fraktur),pergeseran struktur dari garis
tengah (karena perdarahan, edema) adanya
fragmen tulang.

3.Gas Darah Arteri ; mengetahui adanya masalah


ventilasi atau oksigenasi yang dapat meningkatkan TIK
4. Kimia/ elektrolit darah

5. Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang


mungkin bertanggung jawab terhadap penurunan
kesadaran

6. Pungsi lumbal,CSS : Dapat menduga kemungkinan


adanya perdarahan sudarakhnoid

7. MRI : sama dengan CT Scan dengan/tanpa kontras

8. Angiografi Serebral : Menunjukkan kelainan sirkulasi


serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat
edema, perdarahan, trauma

9. EEG : Untuk memperlihatkan keberadaan atau


berkembangnya gelombang patologis
10. BAER ( Brain Auditory Evoked Respons) :
Menentukan fungsi korteks dan batang otak

11. PET (Positron Emission Tomografi) : menunjukkan


perubahan aktivitas metabolisme pada otak.
E. PENGKAJIAN PASIEN CEDERA KEPALA
A. DATA SUBJEKTIF :
Keluahan pasien ?
Tanyakan mekanisme kejadian kepada saksi, crew
ambulance, keluarga
muntah ? Amnesia ? Riw penyakit ?
B. DATA OBJEKTIF
A : Airway
Periksa kepatenan jalan napas pasien
B : Breathing
Frekuensi pernapasan ?
Kualitas pernapasan ?
C : Circulation
Frekuensi nadi ?
Kualitas ?
Tekanan darah ?
Warna kulit?
Akral dingin / hangat?
D : Disability
GCS
Pupil
E : Eksposure
Laserasi, hematom ?
Luka pemyerta ?
F : Full Vital Signs
TD, N, R, S ?
G : Give Confort
Apakah pasien memerlukan pengaman, bidai,
selimut ?
H : Head to Toe Assesment
I : Inspeksi
Adakah trauma Tulang belakang ?
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN
MUNCUL
1. Inefektif bersihan Jalan napas berhubungan
dengan penurunan tingkat kesadaran

Tujuan :
Pasien dapat mempertahankan kepatenan
jalan napas dengan kriteria :
- Tidak ada tanda dan gejala obstruksi jalan
napas al stridor, dyspnoea, suara serak
- Pernapasan; irama, kedalaman, pola napas
reguler
- Ekaspansi dada bilateral
- pasien mampu mengeluarkan sekret
Intervensi
- Buka jalan napas
- Pasang cervical colar
- Pasang oropharingeal tube atau nasopharingeal
tube
- Pasang Endotracheal Tube
- Suction
2. Resiko terjadinya aspirasi berhubungan dengan :
- Penurunan tingkat kesadaran
- Gang refleks menurun
- Adanya sekret dan debris pada jalan napas

Tujuan :
Tidak terjadi aspirasi pada pasien :
- Jalan napas paten
- Suara napas normal, bilateral
- Nilai Analisa Gas Darah
PaO2 80-100 mmHg
SaO2 >95%
PaCo2 35-45 mmHg
Ph darah 7,35-7,45
- Ro Foto bersih tanpa infiltrat
- Pasien mampu mengeluarkan skret
Intervensi ;
- Buka jalan napas
- Stabilisasi dengan cervical colar
- Pasang oropharingeal
tube/nasopharingeal tube
- Pasang Nasogastric tube
- Suction
- ambil darah untuk analisa gas darah
arteri
3. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan
dengan :
- Edema cerebral, hematom
- hipoksia cerebral, hipotensi
- Hipovolemia

Tujuan :
Perfusi jaringan cerebral optimal dengan kriteria:
- GCS 14-15
- VS normal sesuai umur
- Ukuran pupil normal, refleks cahaya positif
- Tidak ada tanda dan gejala kenaikan tekanan
intrakranial al ; pusing, muntah, letargi,perubahan
orientasi atau kesadaran
- Analisa Gas darah Arteri dalam batas normal
- Urine ortput 1 ml/kgBB/hr
Intervensi :
- Tentukan faktor-faktor penyebab penurunan perfusi
jaringan otak dan potensial kenaikan TIK
- Monitor dan catan status neurologi
- Evaluasi respon pupil
- Kaji respon verbal
- Pantau tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu
- Pantau Frekuensi jantung
- Pertahankan posisi kepala
S E K I A N

Anda mungkin juga menyukai