Anda di halaman 1dari 18

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK

KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

Nama Mahasiswa : Wahyu Pratomo Wibowo


NRP : 3108 100 643
Jurusan : Teknik Sipil, FTSP-ITS
Dosen Pembimbing : Ir. Isdarmanu, Msc
: Ir. Soewardojo R., Msc

ABSTRAK

Bentuk gedung mengalami perubahan dari masa ke masa. Dahulu pembangunan gedung direncanakan
dengan bentuk melebar, namun dengan keadaan lahan kosong yang semakin sempit dan didukung oleh
kemajuan teknologi terutama bidang konstruksi, gedung direncanakan dengan bentuk bertingkat. Untuk
membangun suatu gedung bertingkat dibutuhkan waktu cukup lama. Dengan adanya teknologi yang ada saat
ini, pemilik gedung (Owner) hanya memilih bahan mana yang lebih cepat penyelesaiannya, ekonomis, dan kuat
untuk struktur utama gedung tersebut. Karena semakin tinggi gedung tersebut semakin lama pengerjaannya dan
mahal.
Salah satu alternatif bahan struktur utama yang paling sering digunakan untuk gedung tingkat tinggi
adalah struktur baja. Keuntungan dari struktur baja adalah mempunyai kekuatan tinggi, keseragaman dan
keawetan yang tinggi, elastis, daktilitas tinggi, dan lebih mudah dalam pengerjaan. Namun material ini juga
memiliki keterbatasan yaitu pada perawatan secara periodik, penurunan kekuatan akibat kenaikan temperatur
yang tinggi, dan masalah tekuk yang merupakan fungsi dari kelangsingan suatu penampang.
Penggunaan komponen beton masih diperlukan dalam pembangunan gedung bertingkat, contohnya
sebagai pelat lantai. Pelat lantai yang dihubungkan dengan balok baja dengan menggunakan penghubung geser
akan menghasilkan struktur komposit. Dengan menggunakan konstruksi komposit dalam desain suatu komponen
struktur ternyata dapat diperoleh beberapa keuntungan antara lain, dapat mereduksi berat profil baja yang
dipakai, tinggi profil baja yang dipakai dapat dikurangi, meningkatkan kekakuan lantai, dan dapat menambah
bentang layan.
Peraturan yang digunakan pada modifikasi perencanaan ini menggunakan peraturan yang terbaru yaitu
SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja, SNI-03-1726-2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, SNI-03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan
Beton Untuk Bangunan Gedung, dan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.

Kata kunci : struktur baja, SNI, balok komposit

BAB I Salah satu alternatif dari sekian banyak


1. PENDAHULUAN material struktur bangunan adalah baja. Material baja
sebagai bahan konstruksi telah digunakan sejak lama
1.1 Latar Belakang mengingat beberapa keunggulannya dibandingkan
Bentuk gedung mengalami perubahan dari material yang lain. Beberapa keunggulan baja sebagai
masa ke masa. Dahulu pembangunan gedung material konstruksi, antara lain adalah:
direncanakan dengan bentuk melebar, namun dengan 1. Mempunyai kekuatan yang tinggi,
keadaan lahan kosong yang semakin sempit dan sehingga dapat mengurangi ukuran
didukung oleh kemajuan teknologi terutama bidang struktur serta mengurangi pula berat
konstruksi, gedung direncanakan dengan bentuk sendiri dari struktur. Hal ini cukup
bertingkat. Untuk membangun suatu gedung menguntungkan bagi struktur-struktur
bertingkat dibutuhkan waktu cukup lama dan juga. jembatan yang panjang, gedung yang
Dengan adanya teknologi yang ada saat ini, pemilik tinggi atau juga bangunan-bangunan
gedung (Owner) hanya memilih bahan mana yang yang berada pada kondisi tanah yang
lebih cepat penyelesaiannya, ekonomis, dan kuat buruk.
untuk struktur utama gedung tersebut. Karena 2. Keseragaman dan keawetan yang
semakin tinggi gedung tersebut semakin lama tinggi, tidak seperti halnya material
pengerjaannya dan mahal. beton bertulang yang terdiri dari
berbagai macam bahan penyusun,
material baja jauh lebih daripada beban yang dapat dipikul oleh balok baja
seragam/homogen serta mempunyai saja tanpa adanya perilaku komposit. Dengan
tingkat keawetan yang jauh lebih tinggi menggunakan konstruksi komposit dalam desain suatu
jika prosedur perawatan dilakukan komponen struktur ternyata dapat diperoleh beberapa
secara semestinya. keuntungan sebagai berikut:
3. Sifat elastis, baja mempunyai perilaku 1. Dapat mereduksi berat profil baja yang
yang cukup dekat dengan asumsi- dipakai
asumsi yang digunakan untuk 2. Tinggi profil baja yang dipakai dapat
melakukan analisa, sebab baja dapat dikurangi
berperilaku elastis hingga tegangan 3. Meningkatkan kekakuan lantai
yang cukup tinggi mengikuti Hukum 4. Dapat menambah panjang bentang
Hooke. Momen Inersia dari suatu profil layan. (Setyawan, 2008)
baja juga dapat dihitung dengan pasti Sebagai bahan studi perancangan akan
sehingga memudahkan dalam proses dilakukan modifikasi pada struktur 8 lantai dan
analisa struktur. struktur atap pada Gedung Pemerintah Kabupaten
4. Daktilitas baja cukup tinggi, karena Ponorogo dan juga diperhitungkan beban akibat
suatu batang baja yang menerima gempa yang terletak pada wilayah zone gempa tiga.
tegangan tarik yang tinggi akan Gedung ini pada awalnya didesain dengan
mengalami regangan tarik cukup besar menggunakan struktur beton bertulang yang akan
sebelum terjadi keruntuhan. dimodifikasi menjadi struktur baja dengan balok
5. Beberapa keuntungan lain pemakaian komposit, sedangkan jumlah lantai yang semula 8
baja sebagai material konstruksi adalah lantai menjadi 10 lantai. Selain itu juga akan
kemudahan penyambungan antar direncanakan penggunaan pondasi yang sesuai dengan
elemen yang satu dengan lainnya besarnya beban yang akan dipikul dan kondisi tanah
menggunakan alat sambung las atau di lapangan.
baut. Pembuatan baja melalui proses Peraturan yang digunakan pada modifikasi
gilas panas mengakibatkan baja perencanaan ini menggunakan peraturan yang terbaru
menjadi mudah dibentuk menjadi yaitu SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara
penampang-penampang yang Perencanaan Struktur Baja, SNI-03-1726-2002
diinginkan. Kecepatan pelaksanaan tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
konstruksi baja juga menjadi suatu Untuk Bangunan Gedung, SNI-03-2847-2002 tentang
keunggulan material baja.(Setiawan, Tata Cara Perhitungan Beton Untuk Bangunan
2008) Gedung, dan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Selain keuntungan-keuntungan yang Gedung 1983.
disebutkan tersebut, material baja juga memiliki Tujuan akhir dari Tugas Akhir ini adalah
beberapa kekurangan, terutama dari sisi pemeliharaan. menghasilkan perencanaan struktur gedung baja
Konstruksi baja yang berhubungan langsung dengan komposit yang rasional yang memenuhi persyaratan
udara atau air, secara periodik harus dicat. keamanan struktur berdasarkan peraturan yang
Perlindungan terhadap bahaya kebakaran juga harus berlaku.
menjadi perhatian yang serius, sebab material baja
1.2 Permasalahan
akan mengalami penurunan kekuatan secara drastic
Permasalahan yang timbul dalam modifikasi
akibat kenaikan temperatur yang cukup tinggi, di
perencanaan ini, antara lain :
samping itu baja juga merupakan konduktor panas
1. Bagaimana menentukan Preliminary
yang baik, sehingga nyala api dalam suatu bangunan
design penampang profil baja.
justru dapat menyebar dengan lebih cepat. Kelemahan
2. Bagaimana merencanakan struktur
dari struktur baja adalah masalah tekuk yang
sekunder yang meliputi struktur atap,
merupakan fungsi dari kelangsingan suatu
pelat lantai, balok anak dan tangga.
penampang. (Setiawan, 2008)
3. Bagaimana menghitung pembebanan
Penggunaan komponen beton masih tetap
setelah adanya modifikasi.
diperlukan dalam pembangunan gedung bertingkat,
4. Bagaimana memodelkan dan
contohnya sebagai pelat lantai. Pelat lantai yang
menganalisa struktur dengan
dihubungkan dengan balok baja dengan menggunakan
menggunakan program bantu SAP2000
penghubung geser akan menghasilkan struktur
v14.2 dan ETABS v9.7.
komposit. Komponen struktur komposit ini dapat
menahan beban sekitar 33 hingga 50 % lebih besar
5. Bagaimana merencanakan struktur 1.5 Manfaat
utama yang meliputi balok komposit Manfaat yang bisa didapatkan dari
dan kolom baja. modifikasi perencanaan ini, adalah:
6. Bagaimana merencanakan sambungan 1. Hasil perencanaan ini dapat dijadikan
yang memenuhi kriteria perancangan acuan untuk perencanaan gedung
struktur. meggunakan struktur baja.
7. Bagaimana merencanakan struktur 2. Dari perencanaan ini bisa diketahui hal-
bawah yang meliputi tiang pancang dan hal yang harus diperhatikan pada saat
poer. perancangan sehingga kegagalan
8. Bagaimana menuangkan hasil struktur bisa diminimalisi.
perhitungan dan perencanaan dalam
bentuk gambar teknik. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.3 Tujuan
2.

Tujuan yang ditinjau dalam modifikasi


2.1 Sejarah penggunaan struktur baja dan
perencanaan ini, antara lain :
balok komposit
1. Dapat menentukan Preliminary design
Pada abad ke-19 muncul material baru yang
penampang profil baja.
dinamakan dengan baja yang merupakan logam
2. Dapat merencanakan struktur sekunder
paduan antara besi dan karbon. Material baja
yang meliputi struktur atap, pelat lantai,
mengandung kadar karbon yang lebih sedikit daripada
balok anak dan tangga.
besi tuang, dan mulai digunakan dalam konstruksi-
3. Dapat menghitung pembebanan setelah
konstruksi berat. Pembuatan baja dalam volume besar
adanya modifikasi.
dilakukan pertama kali oleh Sir Henry Bessemer dari
4. Dapat memodelkan dan menganalisa
Inggris. Sir Henry menerima hak paten dari
struktur dengan menggunakan program
pemerintah Inggris pada tahun 1855 atas temuannya
bantu SAP2000 v14.2 dan ETABS
tersebut.(Setiawan, 2008)
v9.7.
Kerangka baja yang menyanggah konstruksi
5. Dapat merencanakan struktur utama
pelat beton bertulang yang di cor ditempat dahulu
yang meliputi balok komposit dan
biasanya direncanakan dengan anggapan bahwa pelat
kolom baja.
beton dan baja bekerja secara terpisah dalam menahan
6. Dapat merencanakan sambungan yang
beban. Pengaruh komposit dari baja dan beton yang
memenuhi kriteria perancangan
bekerja sama dahulu tidak diperhitungkan. Pengabaian
struktur.
ini didasarkan pada alasan bahwa lekatan (bond)
7. Dapat merencanakan struktur bawah
antara lantai atau pelat beton dan puncak balok baja
yang meliputi tiang pancang dan poer.
tidak dapat diandalkan. Namun dengan
8. Dapat menuangkan hasil perhitungan
berkembangnya teknik pengelasan, pemakaian alat
dan perencanaan dalam bentuk gambar
penyambung geser (shear connector) mekanis menjadi
teknik.
praktis untuk menahan gaya geser horizontal yang
1.4 Batasan Masalah timbul ketika batang terlentur.(Salmon & Johnson,
Batasan masalah dalam modifikasi 1991)
perencanaan ini, antara lain :
2.2 Struktur Balok Komposit
1. Desain dan evaluasi struktur mengacu
pada SNI-03-1729-2002 untuk 2.2.1 Aksi Komposit
komponen struktur baja dan baja Aksi komposit timbul bila dua batang
komposit, dan SNI 03-2847-2002 untuk struktural pemikul beban seperti konstruksi lantai
komponen struktur beton. beton dan balok baja penyanggah disambung secara
2. Pembebanan dihitung berdasarkan integral dan melendut secara satu kesatuan. Besarnya
PPIUG 1983 dan beban gempa dihitung aksi komposit yang timbul bergantung pada penataan
berdasarkan SNI-03-1726-2002. yang dibuat untuk menjamin regangan linear tunggal
3. Perencanaan gedung ini dimaksudkan dari atas pelat beton sampai muka bawah penampang
sebagai bahan studi dan tidak baja. (Salmon & Johnson, 1991)
mempertimbangkan aspek ekonomi
gedung.
4. Tidak membahas detail metode
pelaksanaan.
diagram regangannya diperlihatkan pada gambar
2.2.c. Pada keadaan ini timbul garis netral gabungan
yang terletak di bawah garis netral pelat dan di atas
garis netral balok. Juga, gaya tekan dan tarik (C” dan
T”) lebih besar dari C’ dan T’ yang timbul pada
interaksi parsial. Jadi, momen penahan dari
penampang komposit penuh adalah
ΣM = T " e " atau C " e "

Gambar 2.1 Perbandingan antara balok yang mengalami


defleksi dengan dan tanpa aksi komposit.(Salmon &
Johnson, 1991)
Untuk memahami konsep kelakuan
komposit, pertama tinjaulah balok yang tidak
komposit dalam gambar 2.1.a; pada keadaan ini, jika
gesekan antara pelat dan balok diabaikan, balok dan
pelat masing-masing memikul suatu bagian beban
secara terpisah, yang diperjelas dalam gambar 2.2.a.
Bila pelat mengalami deformasi akibat beban vertikal,
permukaan bawahnya akan tertarik dan memanjang;
sedang permukaan atas balok tertekan dan memendek.
Jadi, diskontinuitas akan terjadi pada bidang kontak.
Karena gesekan diabaikan, maka hanya gaya dalam
vertikal yang bekerja antara pelat dan balok. (Salmon
& Johnson, 1991) Gambar 2.2 Variasi tegangan pada balok-balok
Bila suatu sistem bekerja secara komposit komposit.( Salmon & Johnson, 1991)
(gambar 2.2.b dan 2.2.c), pelat dan balok tidak akan
tergelincir relatif satu dengan yang lainnya. Gaya 2.2.2 Keuntungan struktur komposit
horisontal (geser) timbul dan bekerja pada permukaan Keuntungan utama dari perencanaan
bawah pelat sehingga pelat tertekan dan memendek, komposit yaitu penghematan berat baja, penampang
dan pada saat yang sama gaya horisontal bekerja di balok baja dapat lebih rendah, kekakuan lantai
atas permukaan balok sehingga balok memanjang. meningkat, panjang bentang untuk batang tertentu
(Salmon & Johnson, 1991) dapat lebih besar, kapasitas pemikul beban meningkat.
Dengan memperhatikan distribusi regangan Penghematan berat baja sebesar 20 % sampai 30 %
yang terjadi bila tidak ada interaksi antara pelat beton seringkali dapat diperoleh dengan memanfaatkan
dan balok baja (gambar 2.2.a), terlihat bahwa momen semua keuntungan dari sistem komposit. Pengurangan
perlawanan total sama dengan berat pada balok baja ini biasanya memungkinkan
ΣM = M pelat + M balok pemakaian penampang yang lebih rendah dan juga
lebih ringan. Keuntungan ini bisa banyak mengurangi
Perhatikan bahwa untuk kasus ini ada dua tinggi bangunan bertingkat banyak sehingga diperoleh
garis netral; satu di titik berat pelat dan lainnya di titik penghematan bahan bangunan yang lain seperti
berat balok. Pergelinciran horisontal akibat tarikan dinding luar dan tangga (Salmon & Johnson, 1991)
pada dasar pelat dan tekanan pada puncak balok juga Kekakuan lantai komposit jelas lebih besar
terjadi. dari kekakuan lantai beton yang balok penyanggahnya
Selanjutnya, tinjaulah keadaan yang hanya bekerja secara terpisah. Umumnya plat beton bekerja
memiliki interaksi parsial, gambar 2.2.b. Garis netral sebagai pelat satu arah yang membentang antara
plat lebih dekat ke balok dan garis netral balok lebih balok-balok penyanggah. Dalam perencanaan
dekat ke pelat. Akibat interaksi parsial, pergelinciran komposit, aksi plat beton dalam arah sejajar
horisontal sekarang berkurang. Interaksi parsial juga dimanfaatkan dan digabungkan dengan balok baja
menimbulkan gaya tekan dan tarik parsial C’ dan T’, penyanggah. Akibatnya, momen inersia konstruksi
yakni masing-masing kapasitas maksimum pelat beton lantai dalam arah balok baja meningkat. Kekakuan
dan balok baja. Momen penahan pada penampang yang meningkat ini banyak mengurangi lendutan
sekarang meningkat sebesar T’e’ atau C’e’. (Salmon beban hidup dan jika penunjang (shoring) diberikan
& Johnson, 1991) selama pembangunan, lendutan akibat beban mati
Bila interaksi penuh antara pelat dan balok juga akan berkurang. Pada aksi komposit penuh,
bisa dikembangkan, pergelinciran tidak terjadi dan
kekuatan batas penampang jauh melampaui jumlah Tujuan desain bangunan tahan gempa adalah
dari kekuatan plat dan balok secara terpisah sehingga untuk mencegah terjadinya kegagalan struktur dan
timbul kapasitas cadangan yang tinggi. (Salmon & kehilangan korban jiwa, dengan tiga kriteria standar
Johnson, 1991) sebagai berikut:
1. Gempa ringan  Bangunan tidak boleh
2.2.3 Kekurangan struktur komposit
rusak secara struktural dan arsitektural
Walaupun konstruksi komposit tidak
(komponen arsitektural diperbolehkan
memiliki kerugian utama, konstruksi ini memiliki
terjadi kerusakan seminimum mungkin)
beberapa batasan yang sebaiknya disadari, yakni:
2. Gempa sedang Komponen struktural
1. Pengaruh kontinuitas,
(balok dan kolom) tidak diperbolehkan
2. Lendutan jangka panjang. (Salmon &
rusak sama sekali tetapi komponen
Johnson, 1991)
arsiektural diperbolehkan terjadi
Aksi komposit hanya bagian pelat beton
kerusakan (seperti : kaca)
yang tertekan dianggap efektif. Pada kasus balok
3. Gempa Berat  Boleh terjadi
menerus, keuntungan aksi komposit berkurang di
kerusakan pada komponen struktural
daerah momen lentur negatif, dengan hanya batang
tetapi tidak menyebabkan keruntuhan
tulangan yang memberikan kontinuitas aksi komposit.
bangunan.
(Salmon & Johnson, 1991)
SNI 03-1729-2002 mengklasifikasikan
Lendutan jangka panjang dapat menjadi
beberapa macam sistem struktur untuk bangunan baja
masalah jika aksi penampang komposit menahan
tahan gempa, yang meliputi:
sebagian besar beban hidup atau jika beban hidup
1. Sistem Rangka Pemikul Momen
terus bekerja dalam waktu yang lama. Lendutan
Khusus (SRPMK)
jangka panjang yang terjadi pada komponen struktur
2. Sistem Rangka Pemikul Momen
komposit dapat diperkirakan dengan cara mengurangi
Terbatas (SRPMT)
luas pelat beton sehingga momen inersia mengecil.
3. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa
Luasan pelat beton biasanya direduksi dengan cara
(SRPMB)
membagi lebar pelat dengan angka 2n atau 3n, dengan
4. Sistem Rangka Batang Pemikul Momen
n adalah rasio modulus. (Setiawan, 2008)
Khusus (SRBPMK)
2.3 Konsep perencanaan struktur baja 5. Sistem Rangka Bresing Konsentris
Pada SNI-03-1729-2002 pasal 6.3, dimana Khusus (SRBKK)
suatu struktur baja dikatakan aman apabila memenuhi 6. Sistem Rangka Bresing Konsentris
persyaratan sebagai berikut: Biasa (SRBKB)
7. Sistem Rangka Bresing Eksentrik
φ .Rn ≥ ∑ γ i .Qi (SRBE)
Bagian kiri dari persamaan di atas
merepresentasikan tahanan atau kekuatan dari sebuah
komponen atau sistem struktur. Bagian kanan
persamaan menyatakan beban yang harus dipikul
struktur tersebut. Jika tahanan nominal Rn dikalikan
dengan faktor tahanan φ maka akan diperoleh
tahanan rencana. Berbagai macam beban pada bagian
kanan persamaan di atas harus dikalikan dengan suatu
faktor beban γ i untuk mendapatkan jumlah beban
berfaktor ∑ γ .Q .(Setiawan, 2008)
i i

2.4 Syarat bangunan baja gedung bertingkat


tahan gempa
Struktur suatu bangunan bertingkat tinggi
harus dapat memikul beban-beban yang bekerja pada
struktur tersebut, di antaranya beban gravitasional dan
beban lateral. Beban gravitasi adalah beban mati
struktur dan beban hidup, sedangkan yang termasuk
beban lateral adalah beban angin dan beban gempa.
BAB III
3. METODOLOGI BAB IV
4. PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER

4.1 Perencanaan Tangga


4.1.1 Data perencanaan tangga lantai 1-10
Ketinggian antar lantai : 400 cm
Tinggi bordes : 208 cm
Tinggi injakan (t) : 16 cm
Lebar injakan (i) : 30 cm
208
Jumlah tanjakan (Σt) : = 13 buah
16
Jumlah injakan (Σi) : (Σt) - 1 = 13 - 1 =
12 buah
Lebar bordes : 210 cm
Panjang bordes : 425 cm
Lebar tangga : 200 cm
16
Sudut Kemiringan (α) : atg = 28,0720
30
2100
300
PELAT BORDES
2000

4250
ANAK TANGGA
NAIK
2000

a a

BALOK TANGGA

Gambar 4.1 Denah tangga


4.1.2 Perencanaan pelat anak tangga
4.1.2.1 Data perencanaan pelat beton anak
tangga
Struktur pelat beton anak tangga
direncanakan dengan bantuan tabel perencanaan
praktis berdasarkan brosur bondek merk ”Lysaight
Bondek”.
- Tebal dek baja = 0,75 mm
- Mutu Beton (f’c) = 30 Mpa
- Mutu baja U-48 = 4800 kg/cm2
- Berat jenis beton = 2400 kg/m3
- Tipe pelat = bentang tunggal
- Tulangan susut = Wiremesh M-5
(diletakkan 2 cm di bawah tepi atas pelat
beton)

Gambar 3.1 Flowchart alur pengerjaan tugas akhir


4.1.2.2 Perencanaan tebal pelat beton anak Nu  M ux M uy 
tangga Maka, + +  ≤1
Pada tabel perencanaan praktis bondek 2.φ .N n  φb .M nx φb .M ny 
dengan bentang 2 m dan beban berguna sebesar 750 1755,54 540238
kg/m2 (>725,88 kg/m2), diperoleh tebal pelat sebesar 9 + = 0,72 < 1
2.0,85.82370,95 0,9.880000
cm.
TULANGAN SUSUT (OK)

90
4.1.5 Perencanaan balok tumpuan tangga

BALOK WF
4.1.5.1Data perencanaan balok tumpuan tangga
Balok tumpuan tangga direncanakan dengan
Gambar 4.2 Pelat anak tangga menggunakan profil WF 350.175.7.11.
4.1.3 Perencanaan pelat bordes 4.1.5.2 Kontrol penampang profil terhadap gaya
4.1.3.1 Data perencanaan pelat beton bordes lentur pada balok tumpuan tangga
Struktur pelat beton bordes direncanakan - Cek kemampuan penampang
dengan bantuan tabel perencanaan praktis berdasarkan φb . Mn ≥ Mu
brosur bondek merk ”Lysaight Bondek”. φb . Mn = 0,9 . 1835214,84
- Tebal dek baja = 0,75 mm = 1651693,36 kg.cm > Mu =
- Mutu Beton (f’c) = 30 Mpa 1200556 kg.cm
- Mutu baja U-48 = 4800 kg/cm2 (Profil memenuhi syarat)
- Berat jenis beton = 2400 kg/m3 4.2 Perencanaan Pelat Lantai Gedung
- Tipe pelat = bentang menerus
- Tulangan susut = Wiremesh M-5 4.2.1 Perencanaan pelat lantai atap
(diletakkan 2 cm di bawah tepi atas pelat 4.2.1.1 Data perencanaan pelat lantai atap
beton) Struktur pelat beton lantai atap direncanakan
4.1.3.2 Perencanaan tebal pelat bordes dengan bantuan tabel perencanaan praktis berdasarkan
Pada tabel perencanaan praktis bondek brosur bondek merk ”Lysaight Bondek”.
dengan bentang 2,25 m (>2,125 m) dan beban berguna - Tebal dek baja = 0,75 mm
sebesar 400 kg/m2 (>387 kg/m2), diperoleh tebal pelat - Mutu Beton (f’c) = 30 Mpa
sebesar 9 cm. - Mutu baja U-48 = 4800 kg/cm2
- Berat jenis beton = 2400 kg/m3
TULANGAN SUSUT
Wiremesh M-5
Ø 10 - 150 - Tipe pelat = bentang menerus
- Tulangan susut = Wiremesh M-5
90
60

(diletakkan 2 cm di bawah tepi atas pelat


beton)
BALOK WF
4.2.1.2 Perencanaan tebal pelat lantai atap
Pada tabel perencanaan praktis bondek
Gambar 4.3 Pelat bordes
dengan bentang 2 m dan beban berguna sebesar 200
- Dipasang tulangan negatif Ø 10 – 150 kg/m2 (>142 kg/m2), diperoleh tebal pelat sebesar 9
cm.
4.1.4 Perencanaan balok tangga Wiremesh M-5
Balok tangga menggunakan 2 buah balok Ø 10 - 150
WF pada sisi kanan dan kiri tangga
90
60

4.1.4.1Data perencanaan balok tangga


Balok tangga direncanakan dengan
menggunakan profil WF 250.125.6.9. Gambar 4.4 Pelat lantai atap

4.1.4.2 Kontrol penampang profil terhadap gaya 4.2.2 Perencanaan pelat lantai ruangan
tekan dan lentur pada balok tangga 4.2.2.1 Data perencanaan pelat lantai ruangan
Nu 1755,54 perkantoran
= = 0,025 < 0,2
φ .N n 0,85.82370,95 Struktur pelat beton lantai ruangan
perkantoran direncanakan dengan bantuan tabel
perencanaan praktis berdasarkan brosur bondek merk BALOK PENGGANTUNG LIFT
”Lysaight Bondek”. BALOK PENUMPU LIFT

- Tebal dek baja = 0,75 mm 6000


- Mutu Beton (f’c) = 30 Mpa BALOK INDUK

- Mutu baja U-48 = 4800 kg/cm2


- Berat jenis beton = 2400 kg/m3
- Tipe pelat = bentang menerus

2500
- Tulangan susut = Wiremesh M-5
(diletakkan 2 cm di bawah tepi atas pelat
beton)
4.2.2.2 Perencanaan tebal pelat lantai BALOK ANAK
perkantoran
Pada tabel perencanaan praktis bondek
dengan bentang 2 m dan beban berguna sebesar 400 Gambar 4.6 Denah perencanaan struktur lift
kg/m2 (>365 kg/m2), diperoleh tebal pelat sebesar 9
4.3.1 Perencanaan balok penggantung lift
cm.
Wiremesh M-5 4.3.1.1Data perencanaan balok penggantung lift
Ø 10 - 150
Balok penggantung lift direncanakan dengan
menggunakan profil WF 300.150.6,5.9.
90
60

4.3.1.2 Kontrol penampang profil terhadap gaya


Gambar 4.5 Pelat lantai perkantoran lentur pada balok penggantung lift
- Cek kemampuan penampang
4.3 Perencanaan Struktur Lift φb . Mn ≥ Mu
Pada bangunan ini menggunakan lift φb . Mn = 0,9 . 1305000
penumpang dengan data-data sebagai berikut: = 1174500 kg.cm > Mu = 1066850
• Tipe lift kg.cm
: Passenger (Profil memenuhi syarat)
• Kapasitas
4.3.2 Perencanaan balok penumpu lift
: 15 orang (1000 kg)
• Lebar pintu (opening width) 4.3.2.1Data perencanaan balok penumpu lift
: 900 mm Balok penumpu lift direncanakan dengan
- Dimensi sangkar (car size) menggunakan profil WF 300.150.6,5.9.
Internal : 1600 x 1500 mm2 4.3.2.2 Kontrol penampang profil terhadap gaya
Eksternal : 1660 x 1665 mm2 lentur pada balok penumpu lift
- Dimensi hoistway minimum - Cek kemampuan penampang
2 buah sangkar : 4200 x 2130 mm2
φb . Mn ≥ Mu
- Dimensi ruang mesin minimum
φb . Mn = 0,9 . 1305000
2 buah sangkar : 4400 x 3850 mm2
= 1174500 kg.cm > Mu = 934867
- Beban reaksi ruang mesin
kg.cm
R1 = 5450 kg
(Profil memenuhi syarat)
R2 = 4300 kg
4.4 Perencanaan Balok Anak Lantai - Lendutan yang terjadi
Ruangan 5 (qD + qL ).L4
BALOK INDUK fo = .
384 E.I tr
5 (6,528 + 5).6004
= .
2000

384 2000000.14982,97
BALOK ANAK
= 0,65 cm
- Jadi, f o < f ijin → 0,57 < 1,67 (OK)
2000

BALOK ANAK
4.4.3 Penghubung geser jenis paku yang
diperlukan pada balok anak komposit
lantai ruangan
- Jadi digunakan 60 buah penghubung geser
2000

BALOK INDUK
dengan jarak memanjang 200 mm dan
jarak melintang 60 mm
60 2Ø13-200

BALOK INDUK
BALOK ANAK

70
PELAT BETON

2000 2000 2000

Gambar 4.7 Denah balok anak lantai ruangan


4.4.1 Data perencanaan balok anak lantai
ruangan
Balok anak lantai ruangan direncanakan
dengan menggunakan profil WF 300.150.6,5.9. Gambar 4.8 Penghubung geser pada balok anak lantai
ruangan
4.4.1.1 Kontrol penampang profil terhadap gaya BAB V
lentur pada balok anak lantai ruangan 5. PERENCANAAN STRUKTUR ATAP
dalam kondisi sebelum komposit
- Cek kemampuan penampang 4.5 Perencanaan Gording
φb . Mn ≥ Mu 4.5.1 Data perencanaan gording
φb . Mn = 0,9 . 586502,15 Gording direncanakan dengan menggunakan
= 527851,94 kg.cm > Mu = 434250 profil WF 125.60.6.8.
kg.cm
(Profil memenuhi syarat) 4.5.2 Kontrol penampang profil terhadap gaya
lentur pada gording
4.4.2 Kondisi balok anak lantai ruangan - Cek kemampuan penampang
setelah komposit
 M ux M uy 
4.4.2.1 Kontrol penampang profil terhadap gaya  +  ≤ 1
lentur pada balok anak lantai ruangan  φb .M nx φb .M ny 
dalam kondisi setelah komposit 64973 8969
+ = 0,656 < 1 (OK)
- Cek kemampuan penampang 0,9.185000 0,9.37500
φb . Mn ≥ Mu
φb . Mn = 0,85 . 2628451,25 4.6 Perencanaan Penggantung Gording
= 2234183,35 kg.cm > Mu = 4.6.1 Data perencanaan penggantung gording
774450 kg.cm
(Profil memenuhi syarat)
4.4.2.2 Kontrol lendutan jangka panjang pada
balok anak lantai ruangan dalam kondisi
setelah komposit
3954, 44 1063625,77
+ = 0,59 < 1
β β 2.0,85.83518,52 0,9.2102500
(OK)

BAB VI
Gambar 5.1 Sketsa rencana penggantung gording (paling 6. ANALISA STRUKTUR UTAMA
atas)
- Dipasang penggantung gording dengan 5.1 Perhitungan eksentrisitas desain (ed)
Eksentrisitas desain (ed) harus ditinjau
ukuran ∅16 mm (Ag = 2,011 cm2)
menurut persyaratan pada SNI 03-1736-2002 pasal
4.7 Perencanaan Profil Balok Kuda-Kuda 5.4 sebagai berikut;
untuk 0 < e < 0,3 . b:
4.7.1 Data perencanaan balok kuda-kuda ed = 1,5 . e + 0,05 . b
atau
BALOK KUDA2 WF 9 0
0
15
40
ed = e - 0,05 . b
GORDING WF 15
4 0 untuk e > 0,3 . b:
PENGGANTUNG GORDING 15
40

15
40
ed = 1,33 . e + 0,1 . b
15
40

15
atau
4 0
15
40 ed = 1,17 . e - 0,1 . b
15
40°

40
10
00
Tabel 6.1 Koordinat pusat massa dan pusat kekakuan
2750

hasil perhitungan dari ETABS v9.7


KOLOM KUDA2 WF
Pusat Massa Pusat Kekakuan
2000 18000 2000
x y x y
Lantai1 15,000 14,550 15,000 14,634
Gambar 5.2 Rencana struktur kuda-kuda Lantai2 15,000 15,116 15,000 14,768
Lantai3 15,000 15,116 15,000 14,853
Kuda-kuda direncanakan dengan Lantai4 15,000 15,116 15,000 14,897
menggunakan profil WF 350.175.7.11. Lantai5 15,000 15,116 15,000 14,922
4.7.2 Kontrol penampang profil terhadap gaya Lantai6 15,000 15,116 15,000 14,937
Lantai7 15,000 15,116 15,000 14,947
tekan dan lentur pada balok kuda-kuda
Lantai8 15,000 15,116 15,000 14,954
Nu 7010,32 Lantai9 15,000 15,116 15,000 14,960
= = 0,062 < 0,2
φ .N n 0,85.133657,92 Lantai10 15,000 15,147 15,000 14,965

Nu  M ux M uy 
Maka, + +  ≤ 1

2.φ .N n  φb .M nx φb .M ny
Tabel 6.2 Perhitungan eksentrisitas desain (ed) untuk
 sumbu x
7010,32 1246976,97
+ = 0,68 < 1 P.M.x P.K.x ex b 0,3.b
SNI 1726 edx
2.0,85.133657,92 0,9.2102500 ps 5.4 1,5e + 0,05b e - 0,05b
Lantai1 15,000 15,000 0,000 36,000 10,800 0<e<0,3.b 1,800 -1,800
(OK) Lantai2 15,000 15,000 0,000 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,500 -1,500
Lantai3 15,000 15,000 0,000 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,500 -1,500
4.8 Perencanaan Profil Kolom Kuda-Kuda Lantai4 15,000 15,000 0,000 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,500 -1,500
Lantai5 15,000 15,000 0,000 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,500 -1,500
4.8.1 Data perencanaan kolom kuda-kuda Lantai6 15,000 15,000 0,000 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,500 -1,500
Kolom kuda-kuda direncanakan dengan Lantai7 15,000 15,000 0,000 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,500 -1,500
menggunakan profil WF 350.175.7.11. Lantai8 15,000 15,000 0,000 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,500 -1,500
Lantai9 15,000 15,000 0,000 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,500 -1,500
4.8.2 Kontrol penampang profil terhadap gaya Lantai10 15,000 15,000 0,000 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,500 -1,500
tekan dan lentur pada kuda-kuda
Nu 3954, 44
= = 0,056 < 0,2 Tabel 6.3 Perhitungan eksentrisitas desain (ed) untuk
φ .N n 0,85.83518,52 sumbu y
Nu  M ux M uy  SNI 1726 edy
Maka, + +  ≤ 1 P.M.y P.K.y ey b 0,3 .b
2.φ .N n  φb .M nx φb .M ny
ps 5.4 1,5e + 0,05b e - 0,05b
 Lantai1 14,550 14,634 0,084 36,000 10,800 0<e<0,3.b 1,926 -1,716
Lantai2 15,116 14,768 0,348 30,000 9,000 0<e<0,3.b 2,022 -1,152
Lantai3 15,116 14,853 0,263 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,895 -1,237
Lantai4 15,116 14,897 0,219 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,829 -1,281
Lantai5 15,116 14,922 0,194 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,791 -1,306
Lantai6 15,116 14,937 0,179 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,769 -1,321 C1 y .I
Lantai7 15,116 14,947 0,169 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,754 -1,331 V1y = .Wt
Lantai8 15,116 14,954 0,162 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,743 -1,338 R
Lantai9 15,116 14,960 0,156 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,734 -1,344
0,1986.1
Lantai10 15,147 14,965 0,182 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,773 -1,318 = .5510477,54
6,0
= 184866,15 kg
Tabel 6.4 Panjang eksentrisitas desain
5.3 Beban Gempa Dinamis
edx edy Didapatkan output untuk nilai gaya geser
Lantai1 1,800 1,926 dasar dinamis (base shear) dari software ETABS v9.7
Lantai2 1,500 2,022
sebagai berikut,
Lantai3 1,500 1,895
Vx = 62505,76 kg
Lantai4 1,500 1,829
Lantai5 1,500 1,791 Vy = 62482,86 kg
Lantai6 1,500 1,769 Persyaratan gaya geser dinamis sesuai SNI
Lantai7 1,500 1,754 03-1726-2002 Pasal 7.1.3 adalah;
Lantai8 1,500 1,743 V ≥ 0,8 . V1
Lantai9 1,500 1,734 • Arah x
Lantai10 1,500 1,773 Vx ≥ 0,8 . V1x
62505,76 kg ≥ 0,8 . 184400,73 kg
5.2 Pembebanan Gempa Dinamis 62505,76 kg < 147520,58 kg (Tidak
Memenuhi)
Tabel 6.5 Nilai waktu gempa alami dan partisipasi • Arah y
masa hasil dari ETABS v9.7.
Vy ≥ 0,8 . V1y
Mode
T
UX UY SumUX SumUY
62482,86 kg ≥ 0,8 . 184866,15 kg
(detik) 62482,86 kg < 147892,92 kg (Tidak
1 1,666 79,021 0,000 79,021 0,000 Sumbu x Memenuhi)
2 1,662 0,000 79,178 79,021 79,178 Sumbu y
Untuk memenuhi persyaratan SNI 03-1726-
3 1,484 0,234 0,000 79,255 79,178
4 0,523 9,952 0,000 89,206 79,178
2002 Pasal 7.1.3, maka menurut SNI 03-1726-2002
5 0,521 0,000 10,004 89,206 89,182 pasal 7.2.3 gaya geser tingkat nominal akibat
6 0,467 0,033 0,000 89,239 89,182 pengaruh gempa rencana harus dikalikan nilainya
7 0,288 4,116 0,000 93,355 89,182 dengan suatu faktor skala sebagai berikut;
8 0,287 0,000 4,152 93,355 93,335 0,8 .V
9 0,258 0,016 0,000 93,371 93,335 ≥ 1
V1
Sesuai SNI 03-1726-
10 0,187 2,397 0,000 95,768 93,335 Untuk arah x
2002 pasal 7.2.1
Pada tabel dapat dilihat nilai : 0,8 .Vx 147520,58
= = 2,3602
Tx = 1,666 detik V1x 62505,76
Ty = 1,662 detik Untuk arah y
Sehingga untuk didapatkan nilai C1
0,8 .Vy 147892,92
Untuk arah x = = 2,3670
0,33 0,33 V1 y 62482,86
C1x = = = 0,1981
Tx 1,666 Dilakukan running program ulang sehingga
Untuk arah y didapatkan output sebagai berikut;
Vx = 147526,09 kg
0,33 0,33
C1y = = = 0,1986 Vy = 147896,92 kg
Ty 1,662 Persyaratan gaya geser dinamis sesuai SNI
• Gaya geser dasar nominal statik 03-1726-2002 Pasal 7.1.3 adalah;
ekuivalen untuk arah x V ≥ 0,8 . V1
C .I • Arah x
V1x = 1x .Wt Vx ≥ 0,8 . V1x
R
0,1981.1 147526,09 kg ≥ 0,8 . 184400,73 kg
= .5585080,08 147526,09 kg > 147520,58 kg (Memenuhi)
6,0 • Arah y
= 184400,73 kg Vy ≥ 0,8 . V1y
• Gaya geser dasar nominal statik 147896,92 kg ≥ 0,8 . 184866,15 kg
ekuivalen untuk arah y 147896,92 kg > 147892,92 kg (Memenuhi)
5.4 Kontrol Waktu Getar Alami Lantai 8 4 75,58 6,09 20 OK
Fundamental Lantai 7 4 69,48 7,73 20 OK
T<ζ.n Lantai 6 4 61,75 9,26 20 OK
Dimana Lantai 5 4 52,49 10,65 20 OK
ζ 0,18 (Tabel 8 SNI 03-1726-2002 untuk
Lantai 4 4 41,84 11,83 20 OK
zona gempa 3)
Lantai 3 4 30,01 12,46 20 OK
n jumlah tingkat 10
Lantai 2 4 17,56 11,47 20 OK
- Kontrol T arah x, Lantai 1 4 6,09 6,09 20 OK
Tx = 1,666 detik < 0,18 . 10 = 1,8 detik
(OK) 5.5.2 Kinerja Batas Ultimate
- Kontrol T arah y, Tabel 6.9 Analisa nilai ∆m arah x
Ty = 1,662 detik < 0,18 . 10 = 1,8 detik
(OK) ∆s ∆m Batas ∆m
hi Keterangan
(mm) (mm) (mm)
5.5 Kontrol Batasan Simpangan (drift) Lantai 10 4 2,71 11,40 80 OK
SNI 03-1726-2002 pasal 8.1.2 Lantai 9 4 4,38 18,39 80 OK
5.5.1 Kinerja Batas Layan Lantai 8 4 6,14 25,81 80 OK
Tabel 6.6 Simpangan antar lantai dari ETABS v9.7 Lantai 7 4 7,80 32,76 80 OK
(dalam mm). Lantai 6 4 9,33 39,18 80 OK
Lantai 5 4 10,73 45,06 80 OK
Arah x Arah y
Lantai 10 83,56 82,62
Lantai 4 4 11,91 50,03 80 OK
Lantai 9 80,85 79,92 Lantai 3 4 12,55 52,73 80 OK
Lantai 8 76,47 75,58 Lantai 2 4 11,67 49,02 80 OK
Lantai 7 70,33 69,48 Lantai 1 4 6,33 26,59 80 OK
Lantai 6 62,52 61,75
Lantai 5 53,20 52,49 Tabel 6.10 Analisa nilai ∆m arah y
Lantai 4 42,47 41,84
Lantai 3 30,56 30,01 ∆s ∆m Batas ∆m
hi Keterangan
Lantai 2 18,00 17,56 (mm) (mm) (mm)
Lantai 1 6,33 6,09 Lantai 10 4 2,70 11,33 80 OK
Lantai 9 4 4,35 18,25 80 OK
Tabel 6.7 Analisa nilai ∆s arah x Lantai 8 4 6,09 25,59 80 OK
Lantai 7 4 7,73 32,49 80 OK
s ∆s syarat ∆s Lantai 6 4 9,26 38,88 80 OK
hi keterangan
(mm) (mm) (mm) Lantai 5 4 10,65 44,73 80 OK
Lantai 10 4 83,56 2,71 20 OK Lantai 4 4 11,83 49,69 80 OK
Lantai 9 4 80,85 4,38 20 OK Lantai 3 4 12,46 52,31 80 OK
Lantai 8 4 76,47 6,14 20 OK Lantai 2 4 11,47 48,18 80 OK
Lantai 7 4 70,33 7,80 20 OK Lantai 1 4 6,09 25,56 80 OK
Lantai 6 4 62,52 9,33 20 OK
Lantai 5 4 53,20 10,73 20 OK BAB VII
Lantai 4 4 42,47 11,91 20 OK 7. KONTROL STRUKTUR UTAMA
Lantai 3 4 30,56 12,55 20 OK
Lantai 2 4 18,00 11,67 20 OK
Lantai 1 4 6,33 6,33 20 OK 7.1 Kontrol Struktur Balok Induk Melintang
Bagian Interior
7.1.1 Data perencanaan balok induk melintang
Tabel 6.8 Analisa nilai ∆s arah y
bagian interior
s ∆s syarat ∆s Balok induk melintang bagian interior
hi keterangan direncanakan dengan menggunakan profil WF
(mm) (mm) (mm)
Lantai 10 4 82,62 2,70 20 OK 400.200.7.11.
Lantai 9 4 79,92 4,35 20 OK
7.1.1.1 Kontrol penampang profil terhadap gaya 100 2Ø16-200
lentur pada balok induk melintang bagian
interior dalam kondisi sebelum komposit

70
- Cek kemampuan penampang
φb . Mn ≥ Mu
φb . Mn = 0,9 . 2722500
= 2450250 kg.cm > Mu =
508591,733 kg.cm
(Profil memenuhi syarat)
7.1.2 Kondisi balok induk melintang bagian
interior setelah komposit
7.1.2.1 Kontrol penampang profil terhadap gaya
lentur pada balok induk melintang bagian
interior dalam kondisi setelah komposit Gambar 7.1 Penghubung geser pada balok induk
(momen positif) melintang bagian interior
- Cek kemampuan penampang 7.1.4 Syarat SRPMT untuk pengekang lateral
φb . Mn ≥ Mu pada balok induk melintang bagian
φb . Mn = 0,85 . 4576437,5 interior
= 3889971,88 kg.cm > Mu = Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 15.8.4,
792020,41 kg.cm panjang daerah yang tak terkekang secara lateral tidak
(Profil memenuhi syarat) boleh melampaui 25250 . ry / fy .
25250 . ry / fy = 25250 . 44,8 / 250 = 4524,4
7.1.2.2 Kontrol penampang profil terhadap gaya
mm
lentur pada balok induk melintang bagian
Karena balok induk melintang bagian
interior dalam kondisi setelah komposit
interior adalah balok komposit maka jarak antar
(momen negatif)
penghubung geser sebesar 200 mm dianggap sebagai
- Cek kemampuan penampang
jarak pengekang lateral.
φb . Mn ≥ Mu 4524,4 mm > 200 mm (OK)
φb . Mn = 0,85 . 3633636,80
= 3088591,28 kg.cm>Mu = 7.2 Kontrol Struktur Kolom
1180928,80 kg.cm 7.2.1 Data perencanaan struktur kolom
(Profil memenuhi syarat) Struktur kolom direncanakan dengan
menggunakan profil king cross 600.200.11.17.
7.1.3 Penghubung geser jenis paku yang
diperlukan pada balok induk melintang 7.2.2 Kontrol penampang profil terhadap gaya
bagian interior komposit tekan dan lentur pada kolom
Nu 263730,61
7.1.3.1 Jumlah dan jarak antar penghubung = = 0,51 > 0,2
geser yang diperlukan untuk balok induk φ .N n 0,85.605405, 41
melintang bagian interior Nu 8  M ux M uy 
- Digunakan 60 buah penghubung geser Maka, +  +  ≤ 1

φ .N n 9  φb .M nx φb .M ny
dengan jarak memanjang 200 mm dan 
jarak melintang 100 mm
263730,61
+
0,85.605405, 41
8  1753388,132 756389,976 
+
9  0,9.8050750 0,9.8229850 
= 0,818 < 1 (OK)
7.3 Syarat SRPMT untuk struktur kolom
dan balok
7.3.1 Perbandingan momen kolom terhadap
momen balok
Hubungan balok ke kolom harus memenuhi Nu 263730,61
= = 0,44 >
syarat di bawah ini; φb .N f 0,9.2500.268,8
- Sumbu x
0,125
∑ M *pcx > 1 550  Nu 
∑ M *pbx Maka, λp = .  2,33 −  ≥
f y  φb .N f 
(7923970,77 + 7923970,77)
= 2,91 > 1 665
(2722500 + 2722500)
(ok) fy
- Sumbu y 550  263730,61 
λp = .  2,33 − =
∑ M *pcy > 1 250  0,9.2500.268,8 
∑ M *pby 65,89
(8100730,82 + 8100730,82) λp =
665
=
665
= 42,06
= 2,98 > 1
(2722500 + 2722500) fy 250
(ok) (Memenuhi)
7.3.2 Batasan-batasan terhadap balok dan λ < λp (ok)
kolom
- Rasio Lebar terhadap Tebal: Balok-balok
harus memenuhi persyaratan λp pada SNI- • Sumbu y
03-1729-2002 Tabel 7.5-1. ∑ M *pcy = 3,05 > 1,25, maka kolom
λ =
b
=
199
= 9,05 ∑M *
pby
2.t f 2.11 harus memenuhi persyaratan λp pada
170 170 SNI-03-1729-2002 Tabel 7.5-1.
λp = = = 10,75 Bagian sayap
fy 250
b 200
λ < λp (ok) λ = = = 5,88
2.t f 2.17
- Apabila perbandingan pada persamaan
170 170
∑ M *pc lebih kecil atau sama dengan 1,25, λp = = = 10,752
fy 250
∑ M *pb
kolom-kolom harus memenuhi persyaratan λ < λp (ok)
λp pada SNI-03-1729-2002 Tabel 15.7-1.
Bila hal-hal tersebut tidak dipenuhi maka Bagian badan
kolom-kolom harus memenuhi persyaratan h 533
λ = = = 48,45
λp pada SNI-03-1729-2002 Tabel 7.5-1. tw 11
• Sumbu x Nu 263730,61
= = 0,44 >
∑ M *pcx = 2,91 > 1,25, maka kolom φb .N f 0,9.2500.268,8
∑ M *pbx 0,125
harus memenuhi persyaratan λp pada 550  Nu 
SNI-03-1729-2002 Tabel 7.5-1. Maka, λp = . 2,33 −  ≥
Bagian sayap f y  φb .N f 
b 200 665
λ = = = 5,88
2.t f 2.17 fy
170 170 550  263730,61 
λp = = = 10,752 λp = . 2,33 − =
fy 250 250  0,9.2500.268,8 
λ < λp (ok) 65,89
665 665
Bagian badan λp = = = 42,06
fy 250
h 522
λ = = = 47,45 (memenuhi)
tw 11 λ < λp (ok)
WF 350x175x7x11
BAB VIII
8. PERENCANAAN SAMBUNGAN

PELAT t= 1 CM PELAT t= 1 CM

WF 350x175x7x11
KC 600x300x12x20

PELAT t= 1 CM

Gambar 8.1 Perencanaan sambungan baut antar kuda-


kuda Gambar 8.3 Perencanaan sambungan kolom kuda-kuda
dengan kolom utama
KC 600.200.11.17

WF 400.200.7.11
BAUT Ø 3/4"
WF 350x175x7x11
PELAT t= 1 CM

BAUT Ø 3/4"

L 80.80.8

WF 400.200.7.11

BAUT Ø 3/4"
BAUT Ø 3/4"
Gambar 8.2 Perencanaan sambungan balok kuda-kuda WF 350.350.12.19

dengan kolom kuda-kuda


Gambar 8.4 Perencanaan sambungan balok induk
dengan kolom eksterior
KC 600.200.11.17 KC 600.200.11.17

WF 400.200.7.11 WF 400.200.7.11
BAUT Ø 3/4" BAUT Ø 3/4"

BAUT Ø 3/4" BAUT Ø 3/4"

L 80.80.8 L 80.80.8

WF 400.200.7.11
WF 400.200.7.11

BAUT Ø 3/4" BAUT Ø 3/4"


BAUT Ø 3/4" BAUT Ø 3/4"
WF 350.350.12.19 WF 350.350.12.19

Gambar 8.5 Perencanaan sambungan balok induk


dengan kolom interior
BAUT Ø 1"
BAB IX
KC 600.200.11.17 9. PERENCANAAN STRUKTUR PONDASI
B B
2
PELAT t=10 mm

800
POT. A−A

2800
1200
D22 − 100
D16 − 100
KC 600.200.11.17 KC 600.200.11.17
PELAT t=10 mm
D16 − 100
PELAT t=10 mm
1 1

800
D22 − 100

A A
BAUT Ø 1"
600 1200 1200 600
BAUT Ø 1" 3600
2

900 900
SF K3 SF

800 500

800 500
400
D16 − 100

400
D16 − 100
D22 − 100 D22 − 100

Ø 40 CM Ø 40 CM

14000

14000
POT. B−B

Gambar 8.6 Detail sambungan antar kolom

600 1200 1200 600 800 1200 800


KC 600.200.11.17 3600 2800

POT 1 − 1 POT 2 − 2
skala 1 : 100 skala 1 : 100
PELAT PENGAKU t = 1,5 cm
100 100

DETAIL PONDASI P1
ANGKUR skala 1 : 100
1” x 36” x 4” x 7” 45
PLAT LANDAS t = 4,5 cm
Gambar 9.1 Pondasi P1

2
600

D16 − 100
900
2100
900
D22 − 100
D16 − 100

D22 − 100
800
690 1 1
600

KC 600.200.11.17
PLAT LANDAS t = 4,5 cm 600 900 600
2100
PEDESTAL BETON 2
690
800
900

SF
700 SF
700
800 500

800 500

D16 − 100 D16 − 100


400

ANGKUR
D22 − 100 D22 − 100
1” x 36” x 4” x 7”

Ø 30 CM Ø 30 CM
Gambar 8.7 Detail sambungan kolom dengan plat landas
13000

13000

600 900 600 600 900 600


2100 2100

POT 1 − 1 POT 2 − 2
skala 1 : 100 skala 1 : 100

DETAIL PONDASI P1
skala 1 : 100
Gambar 9.2 Pondasi P2
• Struktur Atap
a. Gording :
WF 125.60.6.8
b. Balok Kuda-kuda :
WF 350.175.7.11
c. Kolom Kuda-kuda :
WF 350.175.7.11
• Balok Anak
a. Untuk lantai atap :
WF 300.150.6,5.9
b. Untuk lantai ruangan :
WF 300.150.6,5.9
• Balok Induk Eksterior :
Gambar 9.3 Penulangan kolom pendek 0,9 x 0,9 m
a. Untuk Lantai Atap :
WF 400.200.7.11
b. Untuk lantai Ruangan :
WF 400.200.7.11
• Balok Induk Interior :
a. Untuk Lantai Atap :
WF 400.200.7.11
b. Untuk lantai Ruangan :
WF 400.200.7.11
• Kolom :
King cross 600.200.11.17
• Balok Kanopi :
WF 350.175.7.11
• Kolom Kanopi :
Gambar 9.4 Penulangan kolom pendek 0,7 x 0,7 m King cross 400.200.8.13
• Poer Pondasi :
a. Arah x :
- Tulangan Tarik : D22
– 100 mm
- Tulangan Tekan : D16
– 100 mm
b. Arah y :
- Tulangan Tarik : D22
– 100 mm
- Tulangan Tekan : D16
– 100 mm
10.2 Saran
Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam
Gambar 9.5 Penulangan sloof untuk menghasilkan perencanaan struktur dengan
mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi, dan
estetika. Sehingga diharapkan perencanaan dapat
BAB X dilaksanakan mendekati kondisi sesungguhnya di
10. KESIMPULAN DAN SARAN lapangan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan
tujuan perencanaan yaitu kuat, ekonomi, dan tepat
10.1 Kesimpulan waktu dalam pelaksanaannya.
Dari hasil perhitungan dan analisis yang
telah dilakukan pada struktur gedung,
didapatkan hasil sebagai berikut :
• Tebal Pelat :
Tebal pelat atap : 9 cm
Tebal pelat lantai : 9 cm
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2002. SNI 03 –1726


2002. Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Bangunan Gedung. Bandung:
Departemen Pekerjaan Umum
Badan Standardisasi Nasional. 2002. SNI 03 –1729
2002.Tata Cara Perencaaan Struktur Baja
Untuk Bangunan Gedung. Bandung :
Departemen Pekerjaan Umum
Badan Standartisasi Nasional. 2002. SNI 03 –2847
2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung. Bandung:
Departemen Pekerjaan Umum
Davis, E. H. dan Poulos, H. G. 1980. Pile Foundation
Analysis and Design. Kanada : Rainbow-Bridge
Book.
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. 1981.
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung 1983. Bandung: Yayasan Penyelidikan
Masalah Bangunan
Fisher, James M. and Kloiber, Lawrence A. 2006.
Base Plate and Anchor Rod Design. Amerika :
American Institute of Steel Construction, Inc
G. Salmon, Charles & E. Johnson, Jhon. 1991.
Struktur Baja Desain dan Prilaku Jilid 2 Edisi
Kedua. Jakarta : Erlangga
Moody, W. T. 1978. Moments and Reactions for
Rectangular Plates. Washington : U.S.
Government Printing Office
Setiawan, Agus. 2008. Perencanaan Struktur Baja
dengan Metode LRFD. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai