TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
menyerang manusia melalui telur atau larva yang ditransmisikan melalui tanah.
STH juga mempengaruhi lebih dari 1 miliar orang, terutama keluarga miskin di
negara berkembang. Ada 3 jenis STH yang sering menginfeksi yaitu cacing
prasekolah, dengan alasan bahwa infeksi berat pada kelompok ini dapat
1. Epidemiologi
2012).
(50% -90%) yang paling sering adalah infeksi campuran (55.8%) (Hairani,
2 Morfologi
bagian kepala dan ekornya lancip, kutikulanya bergaris melintang, memiliki mulut
berbibir tiga, satu dorsal dan dua lateroventral. Cacing jantan dewasa memiliki
panjang 15-30 cm, lebar 0,5 cm, sedangkan cacing betina dewasa memiliki
panang 22-35 cm, lebar 0,5 cm. Cacing jantan memiliki dua spikula, ujung
posterior jantan melengkung. Letak vulva betina 1/3 anterior tubuh, uterus
3. Daur hidup
Seekor cacing dewasa betina dapat menghasilkan 200.000 butir setiap
harinya. Cacing dewasa dapat hidup dalam usus manusia selama setahun lebih.
Telur yang belum infektif keluar bersama tinja (feses). Setelah 20-24 hari maka
telur menjadi infektif dan jika tertelan, didalam usus halus, telur tersebut ke luar
menjadi larva dan menembus dinding usus halus mengikuti peredaran darah
melalui saluran vena hati, vena kava inferior menuju jantung kanan, terus ke paru
(Irianto, 2013).
ke dalam trakea. Kemudian larva melalui laring, faring, esofagus, dan ventrikulus
menuju ke dalam usus tempat larva menetap dan menjadi dewasa serta mengalami
pemeriksaan ada tidaknya telur melalui teknik Kato-Katz, teknik formalin, teknik
1. Epidemiologi
trikuriasis. Sekitar 5,307 juta populasi berisiko terinfeksi, 604-795 orang yang
sudah terinfeksi. Morbiditas pada infeksi Trichuris sekitar 220 orang dengan
angka kematian 3-10 orang meninggal tiap tahunnya (Greenland et al., 2015).
terjadi lebih berat pada anak-anak yang suka bermain di tanah tanpa alas kaki
2. Morfologi
benang, 2/5 bagian posterior lebih tebal, sehingga bentuk terlihat seperti cambuk
dindingnya hanya satu lapis sel, panjangnya hampir sama dengan panjang bagian
tubuh yang halus, tidak memiliki bulbus esofagus. Cacing dewasa jantan hanya
memiliki spikulum yang berbentuk lanset (pedang) yang terkurung dalam kantung
penis yang dibalikkan, ujung posterior cacing jantan melengkung. Kelamin cacing
betina tidak berpasangan, terdiri dari ovarium yang berbelit, sebuah uterus dan
sebuah vagina yang pendek dan bermuara pada vulva yang letaknya pada tempat
dimana tubuhnya mulai menebal. Untuk ukuran, cacing dewasa jantan memiliki
3. Daur hidup
dalam sehari. Telur yang terbawa bersama feses tidak berembrio dan tidak
menular. Telur tersebut baru menular setelah terjadi proses pematangan di tanah.
Bila telur yang menular tertelan oleh manusia maka setelah 20 jam di dalam tubuh
hospes tersebut tepatnya di duodenum, telur akan menetas menjadi larva. Larva
sedangkan bagian yang tebalnya menjulur bebas dalam lumen usus. Cacing
dengan memeriksa ada tidaknya telur melalui teknik Kato-Katz, teknik formalin,
1. Epidemiologi
Telur cacing memerlukan temperatur terendah sekitar 18ºC dan tanah yang
lembab. Telur akan rusak bila temperatur turun di bawah 10ºC. Cacing tambang
belahan bumi sebelah barat, Afrika tengah dan selatan, Asia selatan, Indonesia,
2. Morfologi
kapsul dengan dua pasang gigi ventral dan satu pasang gigi dorsal berbentuk
triangular. Cacing jantan memiliki panjang 1 cm dan lebar memiliki 500 mikron.
memiliki panjang 1,2 x 600 mikron. Vulva terdapat di batas sepertiga tengah dan
dari vulva, terdiri dari ovarium, oviduk, reseptakulum seminalis, uterus, dan
terdapat semilunar cutting plate (gigi lempeng berbentuk bulan sabit). Cacing
jantan memiliki bursa kopulatriks relatif lebar dan panjang berbentuk agak bulat
dengan sepasang spikula. Cacing betina memiliki vulva terdapat di anterior dari
3. Daur hidup
Telur berubah menjadi larva pada tanah yang lembab dan hangat serta
cukup oksigen dalam waktu 24-48 jam. Larva tersebut larva rhabditiform yang
memiliki esofagus yang lonjong dan globuler dengan ekornya yang runcing dan
berukuran 250 mikron. Perubahan yang pertama kali, terjadi dalam waktu 3 hari
dan ukurannya menjadi 500 mikron disertai perubahan esofagus menjadi larva
filariform. Setelah dua minggu larva menjadi aktif. Larva filariform mudah mati
karena pengaruh udara dingin, sinar matahari langsung atau bahan kimia tertentu
(Irianto, 2013).
Cacing dapat hidup pada permukaan tanah yang lembab. Bila menginfeksi
manusia cacing akan menembus kulit, migrasi ke dalam pembuluh darah atau
alveoli, naik ke trakea, epiglotis, turun ke esofagus, lambung dan akhirnya sampai
ke duodenum. Setelah 4-5 hari terjadi perubahan dalam duodenum dimana cacing
tersebut memiliki rongga mulut dengan 4 gigi kecil. Dalam 8 minggu sejak mulai
mengadakan penetrasi cacing akan menjadi cacing dewasa yang akan bertahan
hidup selama 5 tahun atau lebih (Indriyati, Hairani and Fakhrizal, 2015).
dengan memeriksa ada tidaknya telur melalui teknik Kato-Katz, teknik formalin,