MATERI SEJARAH 2 Proklamasi Dan Setelah Kemerdekaan
MATERI SEJARAH 2 Proklamasi Dan Setelah Kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi atau 17 Agustus 2605
tahun Jepang dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Moh. Hatta di Jalan
Pegangsaan Timur 56, Jakarta pusat. Setelah melalui berbagai proses panjang dan penuh sejarah,
Indonesia akhirnya menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Sejak tahun 1942,
Indonesia menjadi bagian dari daerah jajahan Jepang. Pada tahun 1944-1945, Jepang yang saat itu
sedang perang melawan sekutu, mulai terdesak dan mengumumkan akan membentuk badan
untuk menyelidiki kemungkinan Indonesia merdeka pada 1 maret 1945. Kemudian ada 29 april
1945, dibentuklah Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
Dokuritsu Junbi Coosakai yang diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat. BPUPKI bersidang dua
kali yaitu pada 29 Mei – 1 Juni 1945 dan 10 – 17 Juli 1945.
Usulan-usulan dasar Negara dalam sidang BPUPKI pertama tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 antara lain:
a. Moh. Yamin mengusulkan rancangan dasar Negara pada sidang 29 Mei 1945
1) Peri kebangsaan
2) Peri kemanusiaan
3) Peri ketuhanan
4) Peri kerakyatan
5) Kesejahteraan rakyat
b. Dr. Supomo mengusulkan rancangan dasar Negara pada sidang 31 Mei 1945
1) Persatuan
2) Kekeluargaan
3) Mufakat dan demokrasi
4) Musyawarah
5) Keadilan sosial
c. Ir. Soekarno mengusulkan rancangan dasar Negara pada sidang 1 Juni 1945
1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3) Mufakat atau demokrasi
4) Kesejahteraan sosial
5) Ketuhanan Yang Maha Esa
Pada tanggal 22 Juli 1945 terbentuk panitia Sembilan yang menghasilkan dokumen yang berisi asas
dan tujuan Negara Indonesia. Dokumen tersebut dikenal dengan nama Piagam Jakarta, yang isinya:
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat-syariat islam bagi pemeluknya.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
e. Keadilan sosial baagi seluruh rakyat Indonesia
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan diatas kota Hirosima Jepang oleh
Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara jepang di seluruh dunia. Sehari
kemudian, tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI atau Dokuritsu Junbi Cosakai berganti nama menjadi
PPKI atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan
mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan
diatas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya.
Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno Hata selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI
diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal
Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang tengah diambang kekalahan dan akan
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu,di Indonesia pada tanggal 10 agustus
1945 Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada
Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI dan menolak
bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, jepang melalui Marsekal terauchi di Dalat, Vietnam mengatakan
kepada Soekarno Hata dan radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa
hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian, Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 24 Agustus 1945.
Dua hari kemudian, saat Soekarno Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air. Sutan Syahrir
mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil
pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah
kepada sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro
Jepang. Hata menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum
yakin bahwa Jepang telah menyerah dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat berakibat
sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir
tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan Indonesia karena itu adalah hak PPKI. Sementara
itu, Syahrir menganggap bahwa PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan
oleh PPKI hanya merupakan hadiah dari Jepang.
Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang
masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di
Indonesia ketangan Sekutu. Sutan Syahrir, Wikana, Darwis dan Chaerul Saleh medengar kabar ini
melalui radio BBC. Setelah mendengar desas desus Jepang akan bertekuk lutut, golongan muda
mendesak golongan tua untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua
tidak inggin terburu-buru, karena tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat
proklamasi. Konsultasipun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui
rapat itu, mengingat PPKI adlah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan
kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno Hata mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi
dikantornya di koningsolein (Medan Merdeka), tetapi kantor tersebut kosong. Soekarno dan Hatta
bersama Soebardjo kemudian kekantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda di Jalan Medan Merdeka
Utara (Rumah Maeda di Jl. Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan
selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sepulang dari Maeda, Soekarno Hata segera
mempersiapan pertemuan PPKI. Sehari kemudian, gejolak tekanan yang mendekati
pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia semakin memuncak dilancarkan para pemuda dari
beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno
dan Hata tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rangasdengklok.
Peristiwa Rangasdengklok
Tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Hal ini didengar oleh
golongan muda sehingga golongan muda mendesak golongan tua untuk memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia sesegera mungkin apalagi melihat status quo saat itu. Golongan tua
menolak karena ingin memastikan hal tersebut, dan ingin menuruti tanggal yang telah disepakati
dengan Jepang sebelumnya untuk menghindari pertumpahan darah dengan pihak manapun.
Namun, golongan muda ingin kemerdekaan Indonesia sebagai sesuatu yang diperjuangkan oleh
bangsa bukan hadiah pemberian Jepang atau pihak lain.
Perdebatan itu berujung pada sebuah peristiwa yang dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok.
Pada 15 Agustus 1945 terjadi perdebatan serius antara Chaerul Saleh, Wikana, dan Sukarni dengan
Ir. Soekarno dan Moh. Hata. Tidak puas dengan hasil perdebatan tersebut, golongan muda pun
menculik Ir. Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok, kota kecil dekat Karawang, dengan
tujuan supaya kedua tokoh ini terlepas dari pengaruh Jepang pada 16 Agustus 1945.
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni dan Wikana yang konon kabarnya
terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka yang
tergabung dalam gerakan bawah tanah menjadi hilang kesabaran dan pada dini hari tanggal 16
Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA dan pemuda lain, mereka
membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta ke
Rangasdengklok yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rangasdengklok. Tujuannya adalah
agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hata tidak terpengaruh oleh Jepang.
Rombongan Soekarno-Hata tiba di Jakarta sekitar pukul 23.00 dan langsung menuju kediaman
Laksana Muda Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol nomor 1. Teks proklamasi disusun oleh Ir.
Soekarno, Moh. Hata dan Mr. Ahmad Soebardjo dan disaksikan oleh Miyoshi (orang kepercayaan
Nishimura), Sukarni, B.M Diah, dan Sudiro. Kalimat pertama merupakan usulan Mr. Ahmad
Soebardjo dan kalimat kedua merupakan usulan M. Hatta. Hasil rumusan teks proklamasi diketik
oleh Sajuti Melik dan atas usul Sukarni teks proklamasi ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan M.
Hata atas nama Bangsa Indonesia.
Pagi harinya, 17 Agustus 1945 dikediaman Soekarno telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo,
Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10.00 dengan pembacaan
proklamasi oleh Soekarno dan dilanjutkan pidato singkat tanpa teks kemudian bendera Merah
putih yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo,
wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi , pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya, Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan
pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu, ditunjuklah Latief
Hendraningrat, seorang prajurit PETA dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang
pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah
Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin
menyanyikan Lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di
Museum Tugu Monumen Nasional.
Proklamasi dilaksanakan tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 di Jalan Pengangsaan Timur no 56
yg merupakan rumah Soekarno.Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI melaksanakan rapat dan
menghasilkan dua keputusan penting. Pertama mengesahkan dan menetapkan UUD 1945 dan
yang kedua mengangkat Soekarno sebagai Presiden dan M. Hata sebagai wakil presiden. Dengan
demikian terbentuklah Pemerintah Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI)
dengan kedaulatan ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR yang akan dibentuk
kemudian.
Setelah itu soekarno dan Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI
sebagai presiden dan wakil presiden RI yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu
oleh sebuah Komite Nasional.
Disini ditulis tahun 05 karena sesuai dengan tahun jepang yang kala itu adalah tahun 2605.
Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada 18 Agustus 1945.
Atas usul Drs. Moh. Hatta dilakukan penyempurnaan sila pertama Pancasila dan Rancangan UUD
1945. Sila pertama Pancasila yang semula berbunyi “Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”
diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Pada siding PPKI tersebut, Oto Iskandardinata menyarankan memilih presiden dan wakil presiden
kemudian mengusulkan Bung Karno sebagai presiden dan Bung Hata sebagai wakil presiden.
Usulan tersebut diterima sehingga presiden wakil presiden langsung dilantik saat itu juga. Dalam
sidang hari kedua pada tanggal 19 Agustus 1945, PPKI mengambil dua buah keputusan lagi:
1. Penetapan 12 Kementerian dalam lingkungan Pemerintah, yaitu Kementerian-kementerian
Dalam Negeri, Luar Negeri, Kehakiman, Keuangan, Kemakmuran, Kesehatan, Pengajaran,
Sosial, Pertahanan, Penerangan, Perhubungan, dan PekerjaanUmum.
2. Pembagian daerah Republik Indonesia dalam 8 propinsi dan gubernurnya sebagai berikut:
Sumatera : Mr. Teuku Mohammad Hasan
Jawa Barat : Sutardjo Kartohadikusumo Jawa Tengah : Raden Pandji Suroso
Jawa Timur : R. A. Suryo
Sunda Kecil : Mr. I Gusti Ketut Pudja
Maluku : Mr. J. Latuharhary
Sulawesi : Dr. G. S.J. Ratulangi
Kalimantan : Ir. Pangeran Mohamad Nur
Pada 22 Agustus 1945, PPKI mengambil keputusan membentuk Komite Nasional, Partai Nasional
Indonesia, dan Badan Keamanan Rakyat. KNIP diresmikan dan angota-anggotanya dilantik tanggal
29 Agustus 1945.
Partai Nasional Indonesia pada waktu itu dimaksudkan sebagai satu-satunya partai politik di
Indonesia. Namun dengan maklumat tanggal 31 Agustus diputuskan bahwa gerakan Partai
Nasional Indonesia ditunda dan segala kegiatan dicurahkan ke dalam Komite Nasional. Semenjak
itu gagasan satu partai ini tidak pernah dihidupkan lagi.
Badan Kemanan Rakyat (BKR) ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban
Perang yang merupakan induk organisasi yang ditunjukkan untuk memelihara keselamatan
masyarakat. Pembentukan BKR dan bukan tentara dimaksudkan agar tidak
membangkitkanpermusuhan dari kekuatan-kekuatan asing yang pada waktu itu ada di Indonesia.
Ke dalam BKR itulah terhimpun bekas anggota-anggota PETA, Heiho, Keisatsutai, Seinendan,
Keibodan, dan lain- lain.
Pada tanggal 16 Oktober 1945, Wakil Presiden mengeluarkan Maklumat Wakil Presiden X yang
menyatakan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar
Haluan Negara sebelum MPR dan DPR terbentuk. Pada 3 November 1945, keluarlah maklumat
pemerintah yang ditandatangani wakil presiden yang berisi tentang pembentukan partai-partai
politik. Partai politik ini bertujuan untuk mengatur semua aliran paham yang ada di dalam
masyarakat.
Menjelang akhir perang tahun 1945, sebagian wilayah Indonesia telah dikuasai oleh tentara
sekutu. Satuan tentara Australia telah mendaratkan pasukannya di Makassar dan Banjarmasin,
sedangkan Balikpapan telah dikuasai oleh Australia sebelum Jepang menyatakan menyerah kalah.
Sementara pulau Morotai dan Irian Barat bersama-sama dikuasai oleh satuan tentara Australia
dan Amerika Serikat dibawah pimpinan Jenderal Douglas MacArthur, panglima Komando kawasan
Asia Barat daya (South West Pasific Area Command/SWPAC).
Setelah perang usai, tentara Australia bertanggung jawab terhadap Kalimantan dan Indonesia
bagian Timur, Amerika Serikat menguasai Filipina dan tentara Inggris dalam bentuk komando
SEAC (South East Asian West) bertanggung jawab atas India, Burma, Srilanka, Malaya, Sumatera,
Jawa dan Indocina. SEAC dengan panglima Lord Mountbatten sebagai Komando Tertinggi Sekutu
di Asia Tenggara bertugas melucuti bala tentara Jepang dan mengurus pengembalian tawanan
perang dan tawanan warga sipil sekutu (Recovered Allied Prisoners of War and Internees/RAPWI)
Kedatangan sekutu semula disambut dengan sikap terbuka oleh pihak Indonesia. Akan tetapi
setelah diketahui bahwa pasukan Sekutu datang dengan membawa orang-orang NICA yang
hendak menegakkan kembali kekuasaan kolonial Hindia-Belanda, sikap Indonesia berubah menjadi
curiga dan kemudian bermusuhan. Apalagi setelah NICA mempersenjatai bekas KNIL yang
dilepaskan dari tahanan Jepang dan mulai memancing kerusuhan dan melakukan provokasi.
Pendaratan sekutu yang disertai NICA disertai bentrokan-bentrokan yang tak terhindarkan
membuat suasana menjadi genting sehingga Pemerintah pada 5 Oktober 1945 mengeluarkan
maklumat untuk membuat Tentara Keamanan Rakyat dengan Soeprijadi (pemimpin perlawanan
PETA di Blitar) sebagai pimpinannya. Namun Soeprijadi tidak pernah datang, dan tidak diketahui
kabar dan nasibnya sehingga pada 18 Desember 1945 jabatan Pemimpin Tertinggi TKR diiisi oleh
Jenderal Soedirman.
Terdapat beberapa pertempuran yang terjadi pada saat masuknya sekutu dan NICA ke Indonesia,
yang saat itu baru menyatakan kemerdekaan. Pertempuran yang terjadi diantaranya adalah :
• Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober 1945), terjadi yaitu pemberontakan kurang
lebih 400 orang veteran Angkatan Laut Jepang yang akan dipekerjakan untuk mengubah
pabrik gula Cepiring menjadi pabrik senjata. Pertempuran terjadi selama lima hari dan
berhenti setelah pimpinan TKR berunding dengan pimpinan pasukan Jepang.
• Pertempuran di kota Surabaya (10 November 1945) di daerah Surabaya dan sekitarnya,
disebabkan oleh terbunuhnya Brigadir Jenderal A. W. S. Mallaby. Pasa 25 Oktober 1945,
tentara AFNEI dibawah komando Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby mendarat di Surabaya dan
pada 27 Oktober 1945 mereka menyerbu penjara Republik untuk membebaskan perwira
sekutu yang ditawan Republik. Pada tanggal 28 Oktober 1945, pos sekutu di seluruh Surabaya
diserang Indonesia. Dalam sebuah insiden yang belum terungkapkan dengan jelas, Brigadir
Jenderal Mallaby ditemukan tewas. Sekutu kemudian mengeluarkan ultimatum supaya semua
orang Indonesia harus melapor dan meletakkan senjata paling lambat tanggal 10 November
1945. Ultimatum ini tidak dihiraukan sehingga pecahlah perang Surabaya pada 10 November
1945. Bung Tomo adalah salah satu pemimpin perjuangan rakyat Surabaya. Untuk
memperingati perjuangan rakyat Surabaya, tanggal 10 November diperingati sebagai Hari
Pahlawan.
• Pertempuran Medan Area (10 Desember 1945) yang disebabkan oleh pemasangan tanda
batas kekuasaan sekutu. Pasukan sekutu yang diboncengi oleh serdadu Belanda dan NICA
dibawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di Medan pada 9 Oktober 1945.
Pada tanggal 13 Oktober 1945 terjadi pertempuran pertama antara para pemuda dan
pasukan Belanda yang merupakan awal perjuangan bersenjata yang dikenal sebagai
pertempuran Medan Area. Tanggal 10 Desember 1945 tentara sekutu melancarkan gerakan
besar-besaran dengan mengikutsertakan pesawat tempurnya. Pertempuran ini memakan
banyak korban dari kedua belah pihak.
• Pertempuran Ambarawa (20 November – 15 Desember 1945) di daerah Ambarawa,
semarang dan sekitarnya. Pertempuran ini terjadi antara pasukan TKR bersama rakyat
Indonesia melawan pasukan Sekutu Inggris. Pertempuran Ambarawa diawali dengan
mendaratnya tentara Sekutu dibawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel di Semarang pada 20
Oktober 1945. Pada 21 November 1945, sekutu mundur ke Ambarawa. Insiden bersenjata
antara rakyat dan tentara Ambarawa meluas menjadi pertempuran. Setelah pertempuran
sengit berlangsung, pada 12 Desember 1945, pasukan Indonesia melancarkan serangan
serentak. Setelah betempur selama empat hari akhirnya pasukan Indonesia berhasil
menghalau tentara Inggris dari Ambarawa.
• Perjuangan Gerilya Jenderal Soedirman, meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bandung
Lautan Api (23 Maret 1946), di daerah Bandung dan sekitarnya. Peristiwa ini dilatarbelakangi
tuntutan sekutu untuk mengosongkan wilayah Bandung Utara sejauh 11 km. akhirnya rakyat
Bandung yang marah akan tindakan Sekutu, membumihanguskan Bandung. Pada waktu
tentara sekutu memasuki kota Bandung pada Oktober 1945, para pemuda sedang dalam
perjuangan melaksanakan pemindahan kekuasaan dan perebutan senjata serta peralatan
perang dari tangan tentara Jepang. Tanggal 21 November 1945, sekutu mengeluarkan
ultimatum agar kota Bandung bagian utara selambat-lambatnya dikosongkan oleh pihak
Indonesia pada 29 November 1945, namun ultimatum ini tidak dipedulikan oleh Indonesia.
Pada 23 Maret 1946, sekutu kembali mengeluarkan ultimatum agar TRI mengosongkan
seluruh kota Bandung. Pemerintah Republik Indonesia memerintahkan TRI mengosongkan
kota Bandung, namun markas TRI di Yogya menginstruksikan agar Bandung tidak
dikosongkan. Akhirnya TRI Bandung mematuhi perintah dari Pemerintah RI namun sambil
menyerang kedudukan sekutu dan membumihanguskan kota Bandung bagian Selatan.
2. Perjuangan Diplomasi
• Perjanjian Linggarjati
• Agresi Militer Belanda I
• Perjanjian Renville
• Agresi Militer Belanda II
• Perjanjian Roem-Royen
• Konferensi Meja Bundar (KMB)
1946
Perubahan Sistem Pemerintahan
Pernyataan Van Mook untuk tidak berunding dengan Soekarno adalah salah satu faktor yang
memicu perubahan system pemerintahan dari Presidensiil menjadi Parlementer. Gelagat ini sudah
terbaca oleh pihak RI. Karena itu, sehari sebelum kedatangan sekutu, tanggal 14 November 1945
Soekarno sebagai kepala pemerintahan Republik diganti oleh Sutan Syahrir yang seorang sosialis
dianggap sebagai figure yang tepat untuk dijadikan ujung tombak diplomatic, bertepatan dengan
naik daunnya partai sosialis di Belanda.
Terjadinya perubahan besar dalam system pemerintahan RI memungkinkan perundingan antara
pihak RI dan Belanda. Dalam pandangan Inggris dan Belanda, Sutan Syahrir dinilai sebagai seorang
moderat, seorang intelek, dan seorang yang telah berperang selama pemerintahan Jepang.
Diplomasi Syahrir
• Tanggal 17 Juni 1946 Sjahrir mengirim surat rahasia kepada Van Mook, menganjurkan bahwa
perundingan yang sungguh-sungguh dapat di mulai kembali. Van Mook membocorkan surat itu
kepada pers melalui surat kabar di Negari Belanda dan mengirim kawat ke Den Haag :
“menurut sumber-sumber yang dapat dipercaya, usul balasan (surat Sjahrir) tidak disetujui
oleh Soekarno.”
• Pada tanggal 27 Juni 1946 malam, terjadi peristiwa penculikan terhadap Perdana Menteri
Sjahrir karena dianggap sebagai “penjahat yang menjual tanah airnya sendiri.” Sjahrir di culik di
Surakarta dan dibawa ke Paras, kota dekat Solo, dirumah peristirahatan seorang pangeran Solo
dan ditahan disana dengan pengawasan komandan Batalyon setempat.
• Pada malam tanggal 28 Juni 1946, Soekarno mengumumkan mengambil alih semua kekuasaan
pemerintah sebagai Presiden RI, dengan persetujuan Kabinet dalam sidang tanggal 28 Juni
1946.
• Tanggal 3 Juli 1946, Sjahrir dibebaskan dari penculikan dan diminta kembali untuk membentuk
kabinet pada tanggal 14 Agustus 1946. Tanggal 2 Oktober 1946, Sjahrir kembali menjadi
Perdana Menteri.
Konferensi Malino
Bulan Juni 1946, suatu krisis terjadi dalam pemerinahan RI. Keadaan ini dimanfaatkan oleh pihak
Belanda yang telah menguasai sebelah Timur Nusantara. Dalam bulan Juni diadakan konfensi
wakil-wakil daerah di Malino, Sulawesi, dibawah Dr. Van Mook dan meminta organisasi-organisai
diseluruh Indonesia masuk federasi dengan 4 bagian; Jawa, Sumatera, Kalimanan dan Timur Raya.
1946-1947
Peristiwa Westerling
Pembantaian Westerling adalah sebutan untuk peristiwa pembunuhan ribuan rakyat sipil di
Sulawesi Selatan yang dilakukan oleh pasukan Belanda Depot Speciale Troepen pimpinan
Westerling. Peristiwa ini terjadi pada Desember 1946 – Februari 1947 selama operasi milier
Counter Insurgency (penumpasan pemberintakan).
Van Mook sebagai kepala NICA yang kemudian diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia
Belanda, dengan gigih memecah RI yang tersisa 3 pulau sebagai hasil dari perundingan Linggarjati.
Bahkan sebelum naskah tersebut ditanda tangani, ia telah memaksa erwujudnya Negara Indonesia
Timur, dengan presiden Sukowati, lewat Konferensi Denpasar tanggal 18 – 24 Desember 1946.
Pada tanggal 25 Maret 1947, hasil perjanjian Linggarjati ditandatangani di Batavia Partai Masyumi.
Perdana Menteri Sjahrir menyatakan kesediaan untuk mengakui kedaulatan Belanda tetapi
menolak gendarmerie bersama. Karena tidak menerima jawaban yang memuaskan, Belanda mulai
menyerang kota-kota Besar, yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, Padang, Palembang dan lainnya.
Tindakan Belanda ini mendapatkan kecaman dari dunia Internasional, dengan dibentuknya KTN
(Komisi Tiga Negara) oleh PBB, beranggotakan:
a. Amerika Serikat (Dr. Frank Graham)
b. Ausralia (Richard Kirby)
c. Balgia (Paul Van Zeeland)
Setelah terjadinya Agresi Militer Belanda Ipada bulan Juli, Amir Syarifuddin naik sebagai Perdana
Menteri menggantikan Sjahrir.
1948
Perjanjian Renville (17 Januari 1948)
Tanggal 17 Januari 1948, berlangsung konferensi diatas Kapal Perang Amerika Serikat, Renville yang
menghasilkan isi perjanjian:
• Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia dan berakhir setelah kedaulatannya
diserahkan kepada RIS.
• RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan nagara Belanda dalam Uni Indonesia-Belanda.
• RI merupakan bagian dari RIS.
• Daerah RI yang diduduki Belanda sebagai hasil Agresi Militer I harus diakui sebagai daerah
pendudukan Belanda.
• Pasukan Indonesia yang berada didaerah kantong (daerah pendudukan Belanda) harus ditarik
kedaerah Republik Indonesia.
Dengan adanya Agresi Militer I dengan hasil diadakanna Perjanjian Renville menyebabkan jatuhnya
Kebinet Amir Syarifuddin. Semua anggota yang tergabung dalam kabinetnya yang terdiri dari
anggota PNI dan Masyumi meletakkan jabatannya ketika Perjanjian Renville ditandatangani, disusul
kemudian oleh Amir sendiri meletakkan jabatannya sebagai Perdana Meneri pada tanggal 23
Januari 1948.
1948-1949
Agresi Militer Belanda II (19 Desember 1948)
• Belanda melancarkan Agresi Militernya yang kedua di lapangan Maguwo Yogyakarta.
• Dengan menggunakan taktik blitzkrieg atau serangan kilat akhirnya kota Yogyakarta dapat
dikuasai dan pemimpin RI dapat ditawan.
• 19 Desember 1948 terbentuklah Pemerintahan Darurat RI (PDRI) yang berpusat di Bukittinggi,
Sumatera Barat yang dipimpin oleh M. Syafruddin Prawiranegara.
• 24 Januari 1949, PBB mengeluarkan resolusi agar RI dan Belanda segera menghentikan
permusuhan.
Kabinet-kabinet
Pada masa ini terjadi banyak pergantian cabinet diakibatkan situasi politik yang tidak stabil.
Tercatat 7 kabinet pada masa ini:
• 1950-1951 : kabinet Natsir (6 September 1950-21 Maret 1951)
a. Merupakan kabinet merupakan cabinet koalisi yang dipimpin Masyumi
b. Pada masa ini terjadipemberontakan hamper diseluruh wilayah Indonesia
c. Pada 21 Maret 1951, perdana menteri Natsir mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
• 1951-1952 : kabinet Sukiman-Suwirjo (27 April 1951-3 April 1952)
a. Pada kabinet ini terjadi krisis moral, yaitu dengan adanya tindak korupsi di lembaga-
lembaga pemerintahan
b. Pada masa cabinet Sukiman terjadi pertukaran nota antara Meneri Luar Negeri Subardjo
dengan duta besar Amerika Serikat Merle Cochran mengenai bantuan ekonomi dan militer
berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA) atau Undang-undang kerja sama yang
mengakibatkan hubungan Kabinet Sukiman dengan militer kurang baik.
• 1952-1953 : kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)
a. Program kerja ini ada 6 pasal dan yang paling penting adalah mempersiapkan pelaksanaan
pemilihan umum
b. Cabinet Wilopo dalam pemerintahannya banyak mengalami masalah, seperti peristiwa 17
Oktober 1952, Tanjung Morawa dan munculnya separatis di Sulawesi dan Sumatera.
• 1953-1955 : kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli 1953-12 Agustus 1955)
a. terjadi penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika
b. selain itu, juga terjadi persiapan pemilu
c. kegagalan yang menyebabkan jauhnya cabinet Ali adalah masalah Angkatan Darat, dimana
pergantian KSAD dari Bambang Sugeng pada Bambang Oeoyo ditolak oleh Zulkifli Lubis
yang merupakan KSAD.
• 1955-1956 : kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956)
a. Pemilihan umum untuk pertama kalinya bagi bangsa Indonesia, yaitu pada tanggal 29
September 1955 untuk memilih anggota DPR
b. Pemilu pada 15 Desember 1955 unuk memilih anggota konstituante
c. Pada cabinet inilah posisi Nasution sebagai KSAD dikembalikan
d. Pada masa cabinet Burhanuddi Harahap, Uni Indonesia-Belanda dibubarkan
• 1956-1957 : kabinet Ali Sastroamidjojo II (20 Maret 1956-14 Maret 1957)
Pada masa ini muncul gerakan separatism di daerah, yaitu PRRI/Permesta, gerakan ini
menganggap bahwa pemerintah pusat mengabaikan pembangunan daerah-daerah.
• 1957-1959 : kabinet Djuanda (9 April 1957-10 Juli 1959)
a. Cabinet Karya merupakan sebuah zaken cabinet (cabinet kerja), yaitu cabinet yang tidak
berdasarkan atas dukungan dari parlemen karena kondisi Negara dalam keadaan darurat,
etapi lebih berdasarkan keahliannya.
b. Kabine Karya menyusun 5 pasal yang disebut Pancakarya.
c. Prestasi gemilang yang dicatat cabinet ini adalah keberhasilan mengatur kembali batas
perairan Indonesia, dengan keluarnya Dekrit Djuanda, 13 Desember 1957.
d. Kabine karya jatuh karena Badan Konstituante tidak bisa membuat UUD yang baru
pengganti UUDS sehingga presiden mengeluarkan dekritnya tanggal 5 Juli 1959 dan
mengumumkan berlakunya Demokrasi Terpimpin.
Upaya Militer
Pada 19 Desember 1961 dikeluarkan TRIKORA (Tiga Komando Rakyat) yang berisi:
• Gagalkan pembentukan Negara Papua buatan Kolonial Belanda
• Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia
• Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air
Indonesia
Pemberontakan DI/TII
a. Pemberontakan ini dilatar belakangi oleh:
• Kekecewaan Kartosuwirjo terhadap hasil Perjanjian Renville yang salah sauisinya adalah
kewajiban para pengikut RI untuk mengosongkan serah gerilya Jawa Barat dan JAwa
Tengah.
• Keinginan Karosueirjo untuk membentuk Negara Islam Indonesia (NII).
• Kondisi vacum of power di Jawa Barat.
b. Pembentukan Negara Islam Indonesia dan munculnya DI/TII diberbagai daerah. Hasil kongres
DI/TII di Cipeundeuy-Tasikmalaya 1948 menunjukkan bahwa NII akan dibentuk pada 7 Agustus
1949 di CIsayong Tasikmalaya,pada tanggal itulah DI/TII memproklamasikan berdirinya NII.
c. Penumpasan DI/TII
Untuk menumpas pemberontakan, pemerintah RI melakukan beberapa operasi militer, antara
lain :
• Operasi Pagar Betis untuk menunpas DI/TII Jabar.
• Operasi gerakan Benteng Negara (GBN) untuk menumpas DI/TII Jateng.
• Operasi militer TNI untuk menumpas DI/TII Kalimantan Selatan.
• Operasi militer TNI untuk menumpas DI/TII Sulawesi Selatan.
• Musyawarah kerukunan Rakyat Aceh untuk menumpas DI/TII di Aceh.
PRRI/Permesta
a. Latar belakang
• Ketidakpuasan beberapa daerah terhadap alokasi biaya pembangunan dari pemerintah
pusat.
• Ketidakpuasan beberapa daerah terhadap pembangunan yang dirasakan hanya erjadi di
Jawa.
• Pertentangan politik dimana setiap partai politik berusaha saling menjauhkan.
b. Kronologi peristiwa
• 20 September 1956, Dewan Benteng mengambil alih pemerintah daerah Sumatera
engah dan pada 10 Februari 1958 pimpinan dewan Benteng mengultimatum pemerinah
pusat.
• 2 Maret 1957, pemimpin Dewan Manguni Letkol Ventje Sumual memproklamasikan
Piagam Permesta yang isinya menyatakan bahwa daerah Indonesia bagian Timur dalam
keadaan bahaya dan pemerintah daerah diambil alih oleh militer pemberontak.
• 15 Februari 1958, Letkol Ahmad Husein memproklamasikan berdirinya PRRI.
c. Penumpasan PRRI/Permesta
• Operasi Tegas dipimpin oleh Letkol Kaharudin Nasuion.
• Operasi 17 Agustus dipimpin dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani.
• Operasi Sapta Marga dipimpin oleh Brigjen Djatikusumo.
• Operasi Sadar dipimpin oleh Lekol Dr. Ibnu Sutowo.
• Operasi Merdeka dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat.
Reformasi
Reformasi merupakan suatu perubahan yang radikal dan menyeluruh pada tatanan perikehidupan
lama dengan tatanan perikehidupan yang baru dan secara hukum menuju ke arah perbaikan.
Kronologi reformasi dapat dilihat yaitu sebagai berikut:
a. Awal Maret 1998, Soeharto terpilik lagi menjadi presiden untuk ketujuh kalinya.
b. Memasuki bulan Mei 1998, mahasiswa mulai menggelar demonstrasi dan aksi keprihatinan
yang menuntut turunnya harga sembako, penghapusan KKN dan turunnya Soeharto dari kursi
kekuasaannya.
c. 12 Mei 1998, terjadi aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti yang berlanjut dengan
terjadinya benrokan antara aparat dengan mahasiswa yang menyebabkan gugurnya empat
mahasiswa Trisakti, yaitu:
• Elang Mulia Lesmana
• Heri Hertanto
• Hendriawan Sie
• Hafidhin Royan
d. 13 dan 14 Mei 1998, di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan missal dan penjarahan yang
mengakibatkan lumpuhnya kegiatan masyarakat.
e. 19 Mei 1998, Puluhan ribu mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya
berhasil menduduki gedung DPR/MPR. Sedangkan di Yogyakarta hamper sejuta umat
berkumpul di alun-alun uara kraton Yogyakarta menghadiri pisowanan ageng yang dihadiri Sri
Sultan Hamengkubuwono dan Sri Paku Alam VIII.
f. 20 Mei 1998, Soeharto mengundang tokoh-tokoh bangsa Indonesia untuk dimintai
pertimbangannya untuk membentuk Dewan Reformasi yang akan diketuai Presiden Soeharto
namun gagal.
g. 21 Mei 1998, pukul 10.00 di istana presiden Soeharto meletakkan jabatanya sebgai presiden
dihadapan ketua dan beberapa anggota Mahkamah Agung dan menunjuk B. J. Habibie menjadi
Presiden RI ke-3.
Dalam sejarah bangsa Indonesia MPR sudah melaksanakan dua kali sidang umum, yaitu:
• Pada tahun 1967 digelar sidang Istimewa MPRS yang kemudian memberhentikan Presiden
Soekarno dan mengangkat Presiden Soekarno menjadi presiden RI.
• Pada tanggal 10-13 November 1998 Sidang Istimewa mengharapkan MPR benar-benar
menyuarakan aspirasi rakyat.
Pemilihan umum yang dilaksanakan tahun 1999 menjadi sangat penting artinya bagi Indonesia.
Pemilu 1999 ini bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Lima partai yang mendapat
suara paling banyak pada pemilu 1999 adalah PDI Perjuangan, Partai Golkar, PPP, PKB, dan PAN.
Sidang umum MPR tahun 1999 dilaksanakan sejak tanggal 1-2 Oktober 1999.dalam sidang umum
ini Amien Rais dikukuhkan menjadi ketua MPR dan Akbar Tanjung menjadi ketua DPR. Dalam Sidang
Paripurna MPR XII, pidato pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie ditolak oleh MPR melalui
mekanisme voting, dengan adanya penolakan ini maka presiden B. J. Habibie mengundurkan diri
dari jabatannya sebagai presiden.
Dari hasil pemilu secara voting, maka terpilihlah Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI yang ke-4
dan pada 21 Oktober 1999 dan Megawati Soekarno Putri terpilih sebagai wakil presiden. Pada
tahun 2001 Abdurrahman Wahid lengser dari kursi kepresidenan, hal ini Karena muncul
ketidakpercayaan parlemen pada Presiden. Selanjutnya DPR/MPR memilih Megawati Soekarno
Putri sebagai Presiden dan Hamzah Haz sebagai wakil Presiden RI.
Tahun 2004 merupakan tahun bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena untuk pertama kalinya
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI dilakukan secara langsung oleh rakyat Indonesia. Pada
pemilu 2004, Susilo Bambang Yudhoyono terpilih menjadi presiden dan Jusuf Kalla sebagai
wakilnya. Dan pada pemilu 2009, Susilo Bambang Yudhoyono terpilih kembali menjadi presiden RI
dan Budiono sebagai wakil presiden RI untuk masa jabatan 2009-2014.
Disintegrasi Nasional
Peristiwa 3 Juli
Pada 3 Juli 1946, Mr. Achmad Soebardjo, Mr. Iwa Koesoema Soemantri dan Jenderal Mayor
Soedarsono mencoba memaksa presiden menandatangani konsep susunan Pemerintahan baru.
Presiden menolak permintaan dan paksaan tersebut dan tokoh-tokoh yang terlibat dalam
peristiwa tersebut ditangkap.
Konferensi Malino
Konferensi Malino diselenggarakan tanggal 15-25 Juli 1946 atas prakasa Dr. H. J. Van Mook.
Konferensi ini membahas rencana pembentukan negara-negara di wilayah Indonesia yang
akanmenjadi bagian-bagian dari suatu negara federal.
DI/TII di Aceh
Gerakan ini dipimpin oleh Daud Beureuh. Gerakan ini berawal dari kekecewaan diubahnya Daerah
Istimewa Aceh menjadi keresidenan dibawah provinsi Sumatra Utara. Pada 20 September 1953,
Daud Beureuh menyatakan Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan
Kartosuwiryo. Penumpasan gerakan ini dilakukan melalui pendekatan sosial budaya.