Anda di halaman 1dari 24

Sejarah Proklamasi

Proklamasi kemerdekaan Indonesia Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi atau 17 Agustus 2605
tahun Jepang dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Moh. Hatta di Jalan
Pegangsaan Timur 56, Jakarta pusat. Setelah melalui berbagai proses panjang dan penuh sejarah,
Indonesia akhirnya menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Sejak tahun 1942,
Indonesia menjadi bagian dari daerah jajahan Jepang. Pada tahun 1944-1945, Jepang yang saat itu
sedang perang melawan sekutu, mulai terdesak dan mengumumkan akan membentuk badan
untuk menyelidiki kemungkinan Indonesia merdeka pada 1 maret 1945. Kemudian ada 29 april
1945, dibentuklah Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
Dokuritsu Junbi Coosakai yang diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat. BPUPKI bersidang dua
kali yaitu pada 29 Mei – 1 Juni 1945 dan 10 – 17 Juli 1945.

Usulan-usulan dasar Negara dalam sidang BPUPKI pertama tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 antara lain:
a. Moh. Yamin mengusulkan rancangan dasar Negara pada sidang 29 Mei 1945
1) Peri kebangsaan
2) Peri kemanusiaan
3) Peri ketuhanan
4) Peri kerakyatan
5) Kesejahteraan rakyat
b. Dr. Supomo mengusulkan rancangan dasar Negara pada sidang 31 Mei 1945
1) Persatuan
2) Kekeluargaan
3) Mufakat dan demokrasi
4) Musyawarah
5) Keadilan sosial
c. Ir. Soekarno mengusulkan rancangan dasar Negara pada sidang 1 Juni 1945
1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3) Mufakat atau demokrasi
4) Kesejahteraan sosial
5) Ketuhanan Yang Maha Esa

Pada tanggal 22 Juli 1945 terbentuk panitia Sembilan yang menghasilkan dokumen yang berisi asas
dan tujuan Negara Indonesia. Dokumen tersebut dikenal dengan nama Piagam Jakarta, yang isinya:
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat-syariat islam bagi pemeluknya.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
e. Keadilan sosial baagi seluruh rakyat Indonesia

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan diatas kota Hirosima Jepang oleh
Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara jepang di seluruh dunia. Sehari
kemudian, tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI atau Dokuritsu Junbi Cosakai berganti nama menjadi
PPKI atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan
mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan
diatas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya.
Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Soekarno Hata selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI
diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal
Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang tengah diambang kekalahan dan akan
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu,di Indonesia pada tanggal 10 agustus
1945 Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada
Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI dan menolak
bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, jepang melalui Marsekal terauchi di Dalat, Vietnam mengatakan
kepada Soekarno Hata dan radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa
hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian, Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 24 Agustus 1945.

Dua hari kemudian, saat Soekarno Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air. Sutan Syahrir
mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil
pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah
kepada sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro
Jepang. Hata menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum
yakin bahwa Jepang telah menyerah dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat berakibat
sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir
tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan Indonesia karena itu adalah hak PPKI. Sementara
itu, Syahrir menganggap bahwa PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan
oleh PPKI hanya merupakan hadiah dari Jepang.

Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang
masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di
Indonesia ketangan Sekutu. Sutan Syahrir, Wikana, Darwis dan Chaerul Saleh medengar kabar ini
melalui radio BBC. Setelah mendengar desas desus Jepang akan bertekuk lutut, golongan muda
mendesak golongan tua untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua
tidak inggin terburu-buru, karena tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat
proklamasi. Konsultasipun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui
rapat itu, mengingat PPKI adlah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan
kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno Hata mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi
dikantornya di koningsolein (Medan Merdeka), tetapi kantor tersebut kosong. Soekarno dan Hatta
bersama Soebardjo kemudian kekantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda di Jalan Medan Merdeka
Utara (Rumah Maeda di Jl. Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan
selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sepulang dari Maeda, Soekarno Hata segera
mempersiapan pertemuan PPKI. Sehari kemudian, gejolak tekanan yang mendekati
pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia semakin memuncak dilancarkan para pemuda dari
beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno
dan Hata tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rangasdengklok.

Peristiwa Rangasdengklok
Tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Hal ini didengar oleh
golongan muda sehingga golongan muda mendesak golongan tua untuk memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia sesegera mungkin apalagi melihat status quo saat itu. Golongan tua
menolak karena ingin memastikan hal tersebut, dan ingin menuruti tanggal yang telah disepakati
dengan Jepang sebelumnya untuk menghindari pertumpahan darah dengan pihak manapun.
Namun, golongan muda ingin kemerdekaan Indonesia sebagai sesuatu yang diperjuangkan oleh
bangsa bukan hadiah pemberian Jepang atau pihak lain.

Perdebatan itu berujung pada sebuah peristiwa yang dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok.
Pada 15 Agustus 1945 terjadi perdebatan serius antara Chaerul Saleh, Wikana, dan Sukarni dengan
Ir. Soekarno dan Moh. Hata. Tidak puas dengan hasil perdebatan tersebut, golongan muda pun
menculik Ir. Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok, kota kecil dekat Karawang, dengan
tujuan supaya kedua tokoh ini terlepas dari pengaruh Jepang pada 16 Agustus 1945.
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni dan Wikana yang konon kabarnya
terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka yang
tergabung dalam gerakan bawah tanah menjadi hilang kesabaran dan pada dini hari tanggal 16
Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA dan pemuda lain, mereka
membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta ke
Rangasdengklok yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rangasdengklok. Tujuannya adalah
agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hata tidak terpengaruh oleh Jepang.

Pertemuan dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda


Sementara itu di Jakarta, Mr. Ahmad Soebardjo dari golongan tua berunding dengan Wikana dari
golongan muda. Mr. Ahmad Soebardjo kemudian menjemput Ir. Soekarno dan Moh. Hata setelah
sebelumnya memberikan Jaminan bahwa kemerdekaan paling lambat akan diproklamasikan
tanggal 17 Agustus 1945 jam 12 siang.

Rombongan Soekarno-Hata tiba di Jakarta sekitar pukul 23.00 dan langsung menuju kediaman
Laksana Muda Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol nomor 1. Teks proklamasi disusun oleh Ir.
Soekarno, Moh. Hata dan Mr. Ahmad Soebardjo dan disaksikan oleh Miyoshi (orang kepercayaan
Nishimura), Sukarni, B.M Diah, dan Sudiro. Kalimat pertama merupakan usulan Mr. Ahmad
Soebardjo dan kalimat kedua merupakan usulan M. Hatta. Hasil rumusan teks proklamasi diketik
oleh Sajuti Melik dan atas usul Sukarni teks proklamasi ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan M.
Hata atas nama Bangsa Indonesia.

Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi


Perundingan antara golongan tua dan golongan muda dalam penyusunan teks Proklamasi
kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 – 04.00 dini hari. Pada awalnya pembacaan teks
Proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung karena alasan keamanan maka
dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 (sekarang menjadi Jl. Proklamasi no.
1).

Pagi harinya, 17 Agustus 1945 dikediaman Soekarno telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo,
Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10.00 dengan pembacaan
proklamasi oleh Soekarno dan dilanjutkan pidato singkat tanpa teks kemudian bendera Merah
putih yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo,
wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi , pimpinan Barisan Pelopor.

Pada awalnya, Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan
pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu, ditunjuklah Latief
Hendraningrat, seorang prajurit PETA dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang
pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah
Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin
menyanyikan Lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di
Museum Tugu Monumen Nasional.

Proklamasi dilaksanakan tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 di Jalan Pengangsaan Timur no 56
yg merupakan rumah Soekarno.Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI melaksanakan rapat dan
menghasilkan dua keputusan penting. Pertama mengesahkan dan menetapkan UUD 1945 dan
yang kedua mengangkat Soekarno sebagai Presiden dan M. Hata sebagai wakil presiden. Dengan
demikian terbentuklah Pemerintah Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI)
dengan kedaulatan ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR yang akan dibentuk
kemudian.

Setelah itu soekarno dan Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI
sebagai presiden dan wakil presiden RI yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu
oleh sebuah Komite Nasional.

Isi Teks Proklamasi


Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.


Hal-hal yang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan
dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hata

Disini ditulis tahun 05 karena sesuai dengan tahun jepang yang kala itu adalah tahun 2605.

Pembentukan Kelengkapan kenegaraan


PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 mengadakan sidang dan mengambil tiga keputusan penting,
yaitu:
1. Menetapkan dan mengesahkan UUD1945;
2. Mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden dan Moh. Hatta sebagai wakilpresiden;
3. Membentuk Komite Nasional untuk membantu pekerjaan Presiden sebelum terbentuknya
Majelis PermusyawaratanRakyat.

Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada 18 Agustus 1945.
Atas usul Drs. Moh. Hatta dilakukan penyempurnaan sila pertama Pancasila dan Rancangan UUD
1945. Sila pertama Pancasila yang semula berbunyi “Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”
diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Pada siding PPKI tersebut, Oto Iskandardinata menyarankan memilih presiden dan wakil presiden
kemudian mengusulkan Bung Karno sebagai presiden dan Bung Hata sebagai wakil presiden.
Usulan tersebut diterima sehingga presiden wakil presiden langsung dilantik saat itu juga. Dalam
sidang hari kedua pada tanggal 19 Agustus 1945, PPKI mengambil dua buah keputusan lagi:
1. Penetapan 12 Kementerian dalam lingkungan Pemerintah, yaitu Kementerian-kementerian
Dalam Negeri, Luar Negeri, Kehakiman, Keuangan, Kemakmuran, Kesehatan, Pengajaran,
Sosial, Pertahanan, Penerangan, Perhubungan, dan PekerjaanUmum.
2. Pembagian daerah Republik Indonesia dalam 8 propinsi dan gubernurnya sebagai berikut:
Sumatera : Mr. Teuku Mohammad Hasan
Jawa Barat : Sutardjo Kartohadikusumo Jawa Tengah : Raden Pandji Suroso
Jawa Timur : R. A. Suryo
Sunda Kecil : Mr. I Gusti Ketut Pudja
Maluku : Mr. J. Latuharhary
Sulawesi : Dr. G. S.J. Ratulangi
Kalimantan : Ir. Pangeran Mohamad Nur
Pada 22 Agustus 1945, PPKI mengambil keputusan membentuk Komite Nasional, Partai Nasional
Indonesia, dan Badan Keamanan Rakyat. KNIP diresmikan dan angota-anggotanya dilantik tanggal
29 Agustus 1945.

Partai Nasional Indonesia pada waktu itu dimaksudkan sebagai satu-satunya partai politik di
Indonesia. Namun dengan maklumat tanggal 31 Agustus diputuskan bahwa gerakan Partai
Nasional Indonesia ditunda dan segala kegiatan dicurahkan ke dalam Komite Nasional. Semenjak
itu gagasan satu partai ini tidak pernah dihidupkan lagi.

Badan Kemanan Rakyat (BKR) ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban
Perang yang merupakan induk organisasi yang ditunjukkan untuk memelihara keselamatan
masyarakat. Pembentukan BKR dan bukan tentara dimaksudkan agar tidak
membangkitkanpermusuhan dari kekuatan-kekuatan asing yang pada waktu itu ada di Indonesia.
Ke dalam BKR itulah terhimpun bekas anggota-anggota PETA, Heiho, Keisatsutai, Seinendan,
Keibodan, dan lain- lain.

Pada tanggal 16 Oktober 1945, Wakil Presiden mengeluarkan Maklumat Wakil Presiden X yang
menyatakan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar
Haluan Negara sebelum MPR dan DPR terbentuk. Pada 3 November 1945, keluarlah maklumat
pemerintah yang ditandatangani wakil presiden yang berisi tentang pembentukan partai-partai
politik. Partai politik ini bertujuan untuk mengatur semua aliran paham yang ada di dalam
masyarakat.

Sejarah Indonesia (1945-1949)


Indonesia era 1945-1949 dimulai dengan masuknya sekutu diboncengi oleh Belanda (NICA)
keberbagai wilayah Indonesia setelah kekalahan Jepang dan diakhiri dengan penyelahan
kedaulatan kepada Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Terdapat banyak sekali peristiwa
sejarah pada masa itu, pergantian berbagai posisi kabinet, aksi polisionil oleh Belanda, berbagain
perundingan dan peristiwa-peristiwa lainnya.

Penyimpangan konsttusi (1945-1949)


1. Maklumat wakil presiden Nomor X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP diserahi kekuasaan
legislative karena MPR dan DPR tidak ada.
2. Tanggal 14 November 1945dibentuk cabinet parlementer yang pertama.
3. Penyimpangan terhadapUUD 1945 pada periode 1959-1966, presiden membubarkan DPR
karena DPR tidak menyetujui RAPBN yang diajukan presiden/pemerintah.
4. MPRS menetapkan pidato presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul “penemuan
kembali revolusi kita” sebagai GBHN yang bersifat tetap.
5. Melalui TAP MPRS Nomor III/MPRS/1963 MPRS mengangkat presiden seumur hidup.
6. Prinsip lembaga-lembaga Negara diangkat sebagai menteri-menteri Negara.
1945
Kembalinya Belanda bersama Sekutu
Sesuai dengan perjanjian Wina pada tahun 1942, bahwa Negara-negara sekutu bersepakat untuk
mengembalikan wilayah-wilayah yang kini diduduki Jepang pada pemilik koloninya masing-masing
bila Jepang berhasil diusir dari daerah pendudukannya.

Menjelang akhir perang tahun 1945, sebagian wilayah Indonesia telah dikuasai oleh tentara
sekutu. Satuan tentara Australia telah mendaratkan pasukannya di Makassar dan Banjarmasin,
sedangkan Balikpapan telah dikuasai oleh Australia sebelum Jepang menyatakan menyerah kalah.
Sementara pulau Morotai dan Irian Barat bersama-sama dikuasai oleh satuan tentara Australia
dan Amerika Serikat dibawah pimpinan Jenderal Douglas MacArthur, panglima Komando kawasan
Asia Barat daya (South West Pasific Area Command/SWPAC).

Setelah perang usai, tentara Australia bertanggung jawab terhadap Kalimantan dan Indonesia
bagian Timur, Amerika Serikat menguasai Filipina dan tentara Inggris dalam bentuk komando
SEAC (South East Asian West) bertanggung jawab atas India, Burma, Srilanka, Malaya, Sumatera,
Jawa dan Indocina. SEAC dengan panglima Lord Mountbatten sebagai Komando Tertinggi Sekutu
di Asia Tenggara bertugas melucuti bala tentara Jepang dan mengurus pengembalian tawanan
perang dan tawanan warga sipil sekutu (Recovered Allied Prisoners of War and Internees/RAPWI)

Mendaratnya Belanda diwakili NICA


Berdasarkan Civil Affairs Agreement pada 23 Agustus 1945 Inggris bersama tentara Belanda
mendarat di Sabang, Aceh. 15 September 1945 tentara Inggris selaku wakil sekutu tiiba di Jakarta
dengan di damping Dr. Charles Van Der Plas, wakil belanda pada sekutu. Kehadiran tentara sekutu
ini dibarengi oleh NICA yang dipimpin oleh Dr. Hubertus J Van Mook, ia dipersiapkan untuk
membuka perundingan atas dasar pidato siaran radio Ratu Wilhelmina tahun1942 (statkundige
concepti atau konsepsi kenegaraan), tetapi ia mengumumkan bahwa ia tidak akan berbicara
dengan Soekarno yang dianggapnya telah bekerja sama dengan Jepang, pidato Ratu Wilhelmina
itu menegaskan bahwa dikemudian hari akan dibentuk sebuah pemakmuran yang diantara
anggotanya ialah Kerajaan Belanda dan Hindia Belanda, dibawah pimpinan Ratu Belanda.

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan


1. Pertempuran melawan Sekutu dan NICA ( Perjuangan Fisik )
Kekuatan asing berikutnya yang harus dihadapi oleh Republik Indonesia adalah pasukan- pasukan
sekutu yang ditugaskan untuk menduduki wilayah Indonesia dan melucuti tentara Jepang. Yang
melaksanakan tugas ini adalah Komando Asia Tenggara dibawah pimpinan Laksaman Lord Louis
Mountbatten. Untuk melaksanakan tugas ini, Mountbatten membentuk suatu komando khusus
yangdiberi nama Allied Forces Netherlands East Indones (AFNEI) dibawah Letnan Jenderal Sir Philip
Christison.

Kedatangan sekutu semula disambut dengan sikap terbuka oleh pihak Indonesia. Akan tetapi
setelah diketahui bahwa pasukan Sekutu datang dengan membawa orang-orang NICA yang
hendak menegakkan kembali kekuasaan kolonial Hindia-Belanda, sikap Indonesia berubah menjadi
curiga dan kemudian bermusuhan. Apalagi setelah NICA mempersenjatai bekas KNIL yang
dilepaskan dari tahanan Jepang dan mulai memancing kerusuhan dan melakukan provokasi.

Pendaratan sekutu yang disertai NICA disertai bentrokan-bentrokan yang tak terhindarkan
membuat suasana menjadi genting sehingga Pemerintah pada 5 Oktober 1945 mengeluarkan
maklumat untuk membuat Tentara Keamanan Rakyat dengan Soeprijadi (pemimpin perlawanan
PETA di Blitar) sebagai pimpinannya. Namun Soeprijadi tidak pernah datang, dan tidak diketahui
kabar dan nasibnya sehingga pada 18 Desember 1945 jabatan Pemimpin Tertinggi TKR diiisi oleh
Jenderal Soedirman.

Terdapat beberapa pertempuran yang terjadi pada saat masuknya sekutu dan NICA ke Indonesia,
yang saat itu baru menyatakan kemerdekaan. Pertempuran yang terjadi diantaranya adalah :
• Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober 1945), terjadi yaitu pemberontakan kurang
lebih 400 orang veteran Angkatan Laut Jepang yang akan dipekerjakan untuk mengubah
pabrik gula Cepiring menjadi pabrik senjata. Pertempuran terjadi selama lima hari dan
berhenti setelah pimpinan TKR berunding dengan pimpinan pasukan Jepang.
• Pertempuran di kota Surabaya (10 November 1945) di daerah Surabaya dan sekitarnya,
disebabkan oleh terbunuhnya Brigadir Jenderal A. W. S. Mallaby. Pasa 25 Oktober 1945,
tentara AFNEI dibawah komando Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby mendarat di Surabaya dan
pada 27 Oktober 1945 mereka menyerbu penjara Republik untuk membebaskan perwira
sekutu yang ditawan Republik. Pada tanggal 28 Oktober 1945, pos sekutu di seluruh Surabaya
diserang Indonesia. Dalam sebuah insiden yang belum terungkapkan dengan jelas, Brigadir
Jenderal Mallaby ditemukan tewas. Sekutu kemudian mengeluarkan ultimatum supaya semua
orang Indonesia harus melapor dan meletakkan senjata paling lambat tanggal 10 November
1945. Ultimatum ini tidak dihiraukan sehingga pecahlah perang Surabaya pada 10 November
1945. Bung Tomo adalah salah satu pemimpin perjuangan rakyat Surabaya. Untuk
memperingati perjuangan rakyat Surabaya, tanggal 10 November diperingati sebagai Hari
Pahlawan.
• Pertempuran Medan Area (10 Desember 1945) yang disebabkan oleh pemasangan tanda
batas kekuasaan sekutu. Pasukan sekutu yang diboncengi oleh serdadu Belanda dan NICA
dibawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di Medan pada 9 Oktober 1945.
Pada tanggal 13 Oktober 1945 terjadi pertempuran pertama antara para pemuda dan
pasukan Belanda yang merupakan awal perjuangan bersenjata yang dikenal sebagai
pertempuran Medan Area. Tanggal 10 Desember 1945 tentara sekutu melancarkan gerakan
besar-besaran dengan mengikutsertakan pesawat tempurnya. Pertempuran ini memakan
banyak korban dari kedua belah pihak.
• Pertempuran Ambarawa (20 November – 15 Desember 1945) di daerah Ambarawa,
semarang dan sekitarnya. Pertempuran ini terjadi antara pasukan TKR bersama rakyat
Indonesia melawan pasukan Sekutu Inggris. Pertempuran Ambarawa diawali dengan
mendaratnya tentara Sekutu dibawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel di Semarang pada 20
Oktober 1945. Pada 21 November 1945, sekutu mundur ke Ambarawa. Insiden bersenjata
antara rakyat dan tentara Ambarawa meluas menjadi pertempuran. Setelah pertempuran
sengit berlangsung, pada 12 Desember 1945, pasukan Indonesia melancarkan serangan
serentak. Setelah betempur selama empat hari akhirnya pasukan Indonesia berhasil
menghalau tentara Inggris dari Ambarawa.
• Perjuangan Gerilya Jenderal Soedirman, meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bandung
Lautan Api (23 Maret 1946), di daerah Bandung dan sekitarnya. Peristiwa ini dilatarbelakangi
tuntutan sekutu untuk mengosongkan wilayah Bandung Utara sejauh 11 km. akhirnya rakyat
Bandung yang marah akan tindakan Sekutu, membumihanguskan Bandung. Pada waktu
tentara sekutu memasuki kota Bandung pada Oktober 1945, para pemuda sedang dalam
perjuangan melaksanakan pemindahan kekuasaan dan perebutan senjata serta peralatan
perang dari tangan tentara Jepang. Tanggal 21 November 1945, sekutu mengeluarkan
ultimatum agar kota Bandung bagian utara selambat-lambatnya dikosongkan oleh pihak
Indonesia pada 29 November 1945, namun ultimatum ini tidak dipedulikan oleh Indonesia.
Pada 23 Maret 1946, sekutu kembali mengeluarkan ultimatum agar TRI mengosongkan
seluruh kota Bandung. Pemerintah Republik Indonesia memerintahkan TRI mengosongkan
kota Bandung, namun markas TRI di Yogya menginstruksikan agar Bandung tidak
dikosongkan. Akhirnya TRI Bandung mematuhi perintah dari Pemerintah RI namun sambil
menyerang kedudukan sekutu dan membumihanguskan kota Bandung bagian Selatan.

2. Perjuangan Diplomasi
• Perjanjian Linggarjati
• Agresi Militer Belanda I
• Perjanjian Renville
• Agresi Militer Belanda II
• Perjanjian Roem-Royen
• Konferensi Meja Bundar (KMB)

Ibu kota pindah ke Yogyakarta


Karena situasi keamanan Ibukota Jakarta (Batavia) yang makin memburuk, maka pada tanggal 4
Januari 1946, Soekarno dan Hata dengan menggunakan kereta api, pindah ke Yogyakarta
sekaligus pula memindahkan Ibukota. Meninggalkan Sutan Syahrir dan kelompok yang pro-
negosiasi dengan Belanda di Jakarta.
Pemindahan ke Yogyakarta dilakukan dengan menggunakan kereta api, yang disebut dengan
singkatan KLB (Kereta Luar Biasa). Orang lantas berasumsi bahwa rangkaian kereta api yang
digunakan adalah rangkaian yang terdiri dari gerbong-gerbong luar biasa. Padahal yang luar biasa
adalah jadwal perjalanannya, yang diselenggarakan diluar jadwal yang ada, karena kereta dengan
perjalanan luar biasa ini mengangkut Presiden beserta Wakil Presiden dengan keluarga dan staf.
Gerbong-gerbong dipilihkan yang istimewa, yang disediakan oleh Djawatan Kereta Api (DKA)
untuk VVIP.

1946
Perubahan Sistem Pemerintahan
Pernyataan Van Mook untuk tidak berunding dengan Soekarno adalah salah satu faktor yang
memicu perubahan system pemerintahan dari Presidensiil menjadi Parlementer. Gelagat ini sudah
terbaca oleh pihak RI. Karena itu, sehari sebelum kedatangan sekutu, tanggal 14 November 1945
Soekarno sebagai kepala pemerintahan Republik diganti oleh Sutan Syahrir yang seorang sosialis
dianggap sebagai figure yang tepat untuk dijadikan ujung tombak diplomatic, bertepatan dengan
naik daunnya partai sosialis di Belanda.
Terjadinya perubahan besar dalam system pemerintahan RI memungkinkan perundingan antara
pihak RI dan Belanda. Dalam pandangan Inggris dan Belanda, Sutan Syahrir dinilai sebagai seorang
moderat, seorang intelek, dan seorang yang telah berperang selama pemerintahan Jepang.

Diplomasi Syahrir
• Tanggal 17 Juni 1946 Sjahrir mengirim surat rahasia kepada Van Mook, menganjurkan bahwa
perundingan yang sungguh-sungguh dapat di mulai kembali. Van Mook membocorkan surat itu
kepada pers melalui surat kabar di Negari Belanda dan mengirim kawat ke Den Haag :
“menurut sumber-sumber yang dapat dipercaya, usul balasan (surat Sjahrir) tidak disetujui
oleh Soekarno.”
• Pada tanggal 27 Juni 1946 malam, terjadi peristiwa penculikan terhadap Perdana Menteri
Sjahrir karena dianggap sebagai “penjahat yang menjual tanah airnya sendiri.” Sjahrir di culik di
Surakarta dan dibawa ke Paras, kota dekat Solo, dirumah peristirahatan seorang pangeran Solo
dan ditahan disana dengan pengawasan komandan Batalyon setempat.
• Pada malam tanggal 28 Juni 1946, Soekarno mengumumkan mengambil alih semua kekuasaan
pemerintah sebagai Presiden RI, dengan persetujuan Kabinet dalam sidang tanggal 28 Juni
1946.
• Tanggal 3 Juli 1946, Sjahrir dibebaskan dari penculikan dan diminta kembali untuk membentuk
kabinet pada tanggal 14 Agustus 1946. Tanggal 2 Oktober 1946, Sjahrir kembali menjadi
Perdana Menteri.

Konferensi Malino
Bulan Juni 1946, suatu krisis terjadi dalam pemerinahan RI. Keadaan ini dimanfaatkan oleh pihak
Belanda yang telah menguasai sebelah Timur Nusantara. Dalam bulan Juni diadakan konfensi
wakil-wakil daerah di Malino, Sulawesi, dibawah Dr. Van Mook dan meminta organisasi-organisai
diseluruh Indonesia masuk federasi dengan 4 bagian; Jawa, Sumatera, Kalimanan dan Timur Raya.

1946-1947
Peristiwa Westerling
Pembantaian Westerling adalah sebutan untuk peristiwa pembunuhan ribuan rakyat sipil di
Sulawesi Selatan yang dilakukan oleh pasukan Belanda Depot Speciale Troepen pimpinan
Westerling. Peristiwa ini terjadi pada Desember 1946 – Februari 1947 selama operasi milier
Counter Insurgency (penumpasan pemberintakan).

Perjanjian Linggarjat (10 November 1946)


Setelah mengalami tekanan berat dari luar negeri, terutama Inggris, dicapailah suatu persetujuan
pada bulan November 1946 dimana pihak Indonesia diwakili oleh dr. Sudarso, Jenderal Soedirman
dan Jenderal Oerip Soemohardjo, sedangkan Inggris mengirim Lord Killearn. Isi perjanjian:
a. Belanda mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto atas wilayah Jawa, Sumatera, Madura
dan harus meninggalkan daerah de facto paling lambat 1 Januari 1949.
b. Pemerintah RI dan Belanda bersama-sama membentuk Negara federasi bernama Republik
Indonesia Serikat (RIS).
c. RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia – Belanda dengan Ratu belanda sebagai
ketuanya.

Van Mook sebagai kepala NICA yang kemudian diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia
Belanda, dengan gigih memecah RI yang tersisa 3 pulau sebagai hasil dari perundingan Linggarjati.
Bahkan sebelum naskah tersebut ditanda tangani, ia telah memaksa erwujudnya Negara Indonesia
Timur, dengan presiden Sukowati, lewat Konferensi Denpasar tanggal 18 – 24 Desember 1946.
Pada tanggal 25 Maret 1947, hasil perjanjian Linggarjati ditandatangani di Batavia Partai Masyumi.

Proklamasi Negara Pasundan


Usaha Belanda tidak berakhir sampai Negara Indonesia Timur. Dua bulan setelah itu, Belanda
berhasil membujuk Ketua Partai Rakyat Pasundan, Soeria Kartalegawa untuk memproklamasikan
Negara Pasundan pada tanggal 4 Mei 1947. Secara militer, Negara baru ini sangat lemah. Ia benar-
benar sangat tergantung pada Belanda, terbukti ia baru eksis ketika Balanda melakukan Agresi dan
kekuatan RI hengkang dari Jawa Barat.

Agresi Militer Belanda I (21 Juli 1947)


Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengirimkan Nota Ultimatum yang ahrus dijawab dalam 14
hari, yang berisi:
• Membentuk pemerintahan ad interim bersama
• Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan lembaga devisa bersama
• RI harus mengirimkan beras untuk rakyat di daerah-daerah yang diduduki Belanda
• Menyelenggarakan keamanan dan keertiban bersama, termasuk daerah-daerah Republik
yang memerlukan bantuan Belanda (Gendarmerie bersama)
• Menyelenggarakan penilikan bersama atas impor dan ekspor.

Perdana Menteri Sjahrir menyatakan kesediaan untuk mengakui kedaulatan Belanda tetapi
menolak gendarmerie bersama. Karena tidak menerima jawaban yang memuaskan, Belanda mulai
menyerang kota-kota Besar, yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, Padang, Palembang dan lainnya.
Tindakan Belanda ini mendapatkan kecaman dari dunia Internasional, dengan dibentuknya KTN
(Komisi Tiga Negara) oleh PBB, beranggotakan:
a. Amerika Serikat (Dr. Frank Graham)
b. Ausralia (Richard Kirby)
c. Balgia (Paul Van Zeeland)

Setelah terjadinya Agresi Militer Belanda Ipada bulan Juli, Amir Syarifuddin naik sebagai Perdana
Menteri menggantikan Sjahrir.

1948
Perjanjian Renville (17 Januari 1948)
Tanggal 17 Januari 1948, berlangsung konferensi diatas Kapal Perang Amerika Serikat, Renville yang
menghasilkan isi perjanjian:
• Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia dan berakhir setelah kedaulatannya
diserahkan kepada RIS.
• RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan nagara Belanda dalam Uni Indonesia-Belanda.
• RI merupakan bagian dari RIS.
• Daerah RI yang diduduki Belanda sebagai hasil Agresi Militer I harus diakui sebagai daerah
pendudukan Belanda.
• Pasukan Indonesia yang berada didaerah kantong (daerah pendudukan Belanda) harus ditarik
kedaerah Republik Indonesia.

Dengan adanya Agresi Militer I dengan hasil diadakanna Perjanjian Renville menyebabkan jatuhnya
Kebinet Amir Syarifuddin. Semua anggota yang tergabung dalam kabinetnya yang terdiri dari
anggota PNI dan Masyumi meletakkan jabatannya ketika Perjanjian Renville ditandatangani, disusul
kemudian oleh Amir sendiri meletakkan jabatannya sebagai Perdana Meneri pada tanggal 23
Januari 1948.

1948-1949
Agresi Militer Belanda II (19 Desember 1948)
• Belanda melancarkan Agresi Militernya yang kedua di lapangan Maguwo Yogyakarta.
• Dengan menggunakan taktik blitzkrieg atau serangan kilat akhirnya kota Yogyakarta dapat
dikuasai dan pemimpin RI dapat ditawan.
• 19 Desember 1948 terbentuklah Pemerintahan Darurat RI (PDRI) yang berpusat di Bukittinggi,
Sumatera Barat yang dipimpin oleh M. Syafruddin Prawiranegara.
• 24 Januari 1949, PBB mengeluarkan resolusi agar RI dan Belanda segera menghentikan
permusuhan.

Perjanjian Roem Royen (7 Mei 1949)


• Penghentian embak menembak antara Indonesia-Belanda
• Pengembalian pemerintahan RI ke Yogyakarta
• Pembebasan para Pimpinan RI yang ditahan Belanda
• Segera diadakan KMB di Den Haag, Belanda

Konferensi Meja Bundar (KMB) (23 Agustus – 2 November 1949)


Perundingan antara RI dan BFO (Negara-negara bagian) dan diadakan di Den Haag, Belanda.
Perundingan ini menghasilkan:
• Kerajaan Belanda menyerahkan kedaulatan sepenuhnya atas Indonesia tanpa syarat dan
tanpa dicabut kembali kepada RIS.
• Penyerahan kedaulatan itu akan dilakukan pada 30 Desember 1949.
• Status Irian Barat akan ditentukan pada perundingan selanjutnya dalam waktu 1 tahun
setelah penyerahan kedaulatan kepada RIS.
• Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonsia Nederland yang
dikepalai Ratu Belanda.
• Kapal-kapal perang akan ditarik kembali dari Indonesia.

RIS (Republik Indonesia Serikat)


RIS terdiri dari 16 negara bagian, yang terpenting adalah:
a. Republik Indonesia yang memiliki daerah paling luas dan jumlah penduduk yang paling
banyak.
b. Negara Sumatera Timur
c. Negara Sumatera Selatan
d. Negara Pasundan
e. Negara Indonesia Timur

Penyerahan kedaulatan oleh Belanda


Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949, selang 4 tahun setelah
proklamasi kemerdekaan RI. Pengakuan ini dilakukan ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan
kedaulatan), ditandatangani diIstana Dam, Amsterdam.

Sejarah Indonesia (1950-1959)


Era 1950-1959 adalah era dimana Presiden Soekarno memerintah menggunakan konstitusi UUDS
RI 1950 yang menganut sistem kabinet Parlementer. Periode ini berlangsung mulai dari 17 Agustus
1950 – 6 juli 1959.

Kabinet-kabinet
Pada masa ini terjadi banyak pergantian cabinet diakibatkan situasi politik yang tidak stabil.
Tercatat 7 kabinet pada masa ini:
• 1950-1951 : kabinet Natsir (6 September 1950-21 Maret 1951)
a. Merupakan kabinet merupakan cabinet koalisi yang dipimpin Masyumi
b. Pada masa ini terjadipemberontakan hamper diseluruh wilayah Indonesia
c. Pada 21 Maret 1951, perdana menteri Natsir mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
• 1951-1952 : kabinet Sukiman-Suwirjo (27 April 1951-3 April 1952)
a. Pada kabinet ini terjadi krisis moral, yaitu dengan adanya tindak korupsi di lembaga-
lembaga pemerintahan
b. Pada masa cabinet Sukiman terjadi pertukaran nota antara Meneri Luar Negeri Subardjo
dengan duta besar Amerika Serikat Merle Cochran mengenai bantuan ekonomi dan militer
berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA) atau Undang-undang kerja sama yang
mengakibatkan hubungan Kabinet Sukiman dengan militer kurang baik.
• 1952-1953 : kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)
a. Program kerja ini ada 6 pasal dan yang paling penting adalah mempersiapkan pelaksanaan
pemilihan umum
b. Cabinet Wilopo dalam pemerintahannya banyak mengalami masalah, seperti peristiwa 17
Oktober 1952, Tanjung Morawa dan munculnya separatis di Sulawesi dan Sumatera.
• 1953-1955 : kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli 1953-12 Agustus 1955)
a. terjadi penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika
b. selain itu, juga terjadi persiapan pemilu
c. kegagalan yang menyebabkan jauhnya cabinet Ali adalah masalah Angkatan Darat, dimana
pergantian KSAD dari Bambang Sugeng pada Bambang Oeoyo ditolak oleh Zulkifli Lubis
yang merupakan KSAD.
• 1955-1956 : kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956)
a. Pemilihan umum untuk pertama kalinya bagi bangsa Indonesia, yaitu pada tanggal 29
September 1955 untuk memilih anggota DPR
b. Pemilu pada 15 Desember 1955 unuk memilih anggota konstituante
c. Pada cabinet inilah posisi Nasution sebagai KSAD dikembalikan
d. Pada masa cabinet Burhanuddi Harahap, Uni Indonesia-Belanda dibubarkan
• 1956-1957 : kabinet Ali Sastroamidjojo II (20 Maret 1956-14 Maret 1957)
Pada masa ini muncul gerakan separatism di daerah, yaitu PRRI/Permesta, gerakan ini
menganggap bahwa pemerintah pusat mengabaikan pembangunan daerah-daerah.
• 1957-1959 : kabinet Djuanda (9 April 1957-10 Juli 1959)
a. Cabinet Karya merupakan sebuah zaken cabinet (cabinet kerja), yaitu cabinet yang tidak
berdasarkan atas dukungan dari parlemen karena kondisi Negara dalam keadaan darurat,
etapi lebih berdasarkan keahliannya.
b. Kabine Karya menyusun 5 pasal yang disebut Pancakarya.
c. Prestasi gemilang yang dicatat cabinet ini adalah keberhasilan mengatur kembali batas
perairan Indonesia, dengan keluarnya Dekrit Djuanda, 13 Desember 1957.
d. Kabine karya jatuh karena Badan Konstituante tidak bisa membuat UUD yang baru
pengganti UUDS sehingga presiden mengeluarkan dekritnya tanggal 5 Juli 1959 dan
mengumumkan berlakunya Demokrasi Terpimpin.

Konflik Irian Barat


Perjuangan Diplomasi
• Kabinet Ali Sastroamidjojo I : membawa masalah Irian Barat ke forum PBB namun belum
berhasil.
• Kabinet Burhanuddin Harahap : membawa masalah Irian Barat dalam Sidang Majelis Umum
PBB namun juga gagal. Alasannya : Belanda menyatakan masalah Irian Barat adalah masalah
bilateral Indonesia Belanda sehingga harus diselesaikan melalui Uni Indonesia-Belanda.
• Kabinet Ali Sastroamidjojo II : membatalkan seluruh isi persetujuan dalam KMB yang diikuti
dengan pembentukan Irian Barat (17 Agustus 1956) dengan ibukota di Soa Siu, Tidore serta
mengangkat Zainal Abidin Syah sebagai gubernur.

Upaya Militer
Pada 19 Desember 1961 dikeluarkan TRIKORA (Tiga Komando Rakyat) yang berisi:
• Gagalkan pembentukan Negara Papua buatan Kolonial Belanda
• Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia
• Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air
Indonesia

Penyelesaian Masalah Irian Barat


Diselesaikan melalui Persetujuan New York (15 Agustus 1962) atas ide dari Ellsworth Bunker
(Diplomat AS) yang antara lain berisi :
a. Belanda akan menyerahkan irian Barat kepada Penguasa Pelaksana Sementara PBB atau
UNTEA (United Nation Temporary Executive Authority) pada 1 Oktober 1962.
b. Pada 1 Oktober 1962 akan berkibar bendera PBB dengan Belanda dan kemudian diturunkan
pada 31 Desember 1962 untuk digantikan bendera RI dan PBB.
c. Pemeritah UNTEA berakhir pada 1 Mei 1963 yang kemudian diserahkan pada pihak Indonesia.
d. Selama masa UNTEA, pegawai Indonesia akan digunakan sebanyak-banayaknya dan pegawai
serta tentara Belanda dipulangkan selambat-lambatnya 1 Mei 1962.
e. Tahun 1969, rakyat Irian Barat akan diberi kesempatan untuk menentukan nasibnya sendiri,
yaitu bergabung dengan NKRI atau memisahkan diri.

PEPERA (Penentuan Pendapat Rakyat)


a. Tahap pertama dimulai pada 24 maret 1969, bentuk kegiatan konsultasi dengan Dewan
Kabupaten di kota Jayapura mengenai tata cara penyelenggaraan Pepera.
b. Tahap kedua berupa pemilihan Dewan Musyawarah Pepera yang berakhir pada bulan Juni
1969.
c. Tahap ketiga dilaksanakan Pepera dari Kabupaten Merauke dan berakhir pada 4 Agustus 1969
di Jayapura.

Dekrit Presiden 5 Juli 1959


Dekrit ini mengakhiri masa Parlementer dan digunakan kembali UUD 1945. Masa setelah ini lazim
disebut masa Demokrasi Terpimpin. Isi dekrit presiden ialah :
• Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
• Pembubaran konstituante
• Pembentukan MPRS dan DPAS

Disinegrasi dalam Negeri


Pemberontakan PKI Madiun
a. Tanggal 23 Januari 1948 Kabinet Amir Syarifudin dibubarkan dan digantikan oleh cabinet yang
dibentuk oleh Moh. Hatta.
b. Pembenukan Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang merupakan gabungan dari parpol-parpol
sosialis dan parpol-parpol buruh oleh Amir Syarifudin.
c. Kedatangan Muso (Suripno) dan pembentukan Partai Komunis Indonesia (PKI).
d. Pelaksanaan politik “jalan baru” Muso.
e. Proklamasi berdirinya Negara “Soviet Republik Indonesia” pada 18 Sepember 1948.
f. Tindakan-tindakan provokatif serta penyerangan antara lain:
• Serangan terhadap seluruh keresidenan Paid an pembunuhan besar-besaran (Peristiwa
Kanigoro).
• Serangan terhadap pasukan Siliwangi.
• Penguasaan RRI Madiun yang kemudian dijadikan pusat propaganda PKI.
g. Penumpasan pemberontakan PKI dilakukan oleh TNI melalui operasi penumpasan yang
dilakukan dari 3 arah, yaitu dari sebelah timur, barat dan selatan.

Pemberontakan DI/TII
a. Pemberontakan ini dilatar belakangi oleh:
• Kekecewaan Kartosuwirjo terhadap hasil Perjanjian Renville yang salah sauisinya adalah
kewajiban para pengikut RI untuk mengosongkan serah gerilya Jawa Barat dan JAwa
Tengah.
• Keinginan Karosueirjo untuk membentuk Negara Islam Indonesia (NII).
• Kondisi vacum of power di Jawa Barat.
b. Pembentukan Negara Islam Indonesia dan munculnya DI/TII diberbagai daerah. Hasil kongres
DI/TII di Cipeundeuy-Tasikmalaya 1948 menunjukkan bahwa NII akan dibentuk pada 7 Agustus
1949 di CIsayong Tasikmalaya,pada tanggal itulah DI/TII memproklamasikan berdirinya NII.
c. Penumpasan DI/TII
Untuk menumpas pemberontakan, pemerintah RI melakukan beberapa operasi militer, antara
lain :
• Operasi Pagar Betis untuk menunpas DI/TII Jabar.
• Operasi gerakan Benteng Negara (GBN) untuk menumpas DI/TII Jateng.
• Operasi militer TNI untuk menumpas DI/TII Kalimantan Selatan.
• Operasi militer TNI untuk menumpas DI/TII Sulawesi Selatan.
• Musyawarah kerukunan Rakyat Aceh untuk menumpas DI/TII di Aceh.

Pertempuran Andi Aziz


a. Latar belakang
• Adanya kekacauan di Sulawesi Selatan karena perbedaan keinginan antara mayarakat
yang ant-federal (anti-RIS) dengan masyarakat yang pro-federal (setuju RIS).
• Kedatangan pasukan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) dari TNI yang
berasal dari Jawa.
• Penolakan Kapten Andi Aziz terhadap kedatangan pasukan APRIS dan TNI yang berasal
dari Jawa Timur.
• Tuntutan agar pasukan APRIS mantan KNIL dan Koninklijke Leger (KL) untuk menjadi
tentara di NIT (Negara Indonesia Timur).
b. Kronologi pemberontakan Andi Aziz
• 30 Maret 1950, Andi Aziz dan pasukannya bergabung dengan APRIS.
• 5 April 1950, pasukan Andi Aziz menyerang markas TNI di Makassar.
• 8 April 1950, pemerintah mengultimatum pemberontakan Andi Aziz.
• 21 April, TNI berhasil menguasai Makassar dan NIT bersedia bergabung dengan NKRI.
• 5 Agustus 1950, erjadi pertempuran antara APRIS-TNI dengan KL-KNIL.
• 8 Agustus 1950, dilakukan perundingan dan hasilnya pasukan KL-KNIL harus
meniggalkan Makassar.

PRRI/Permesta
a. Latar belakang
• Ketidakpuasan beberapa daerah terhadap alokasi biaya pembangunan dari pemerintah
pusat.
• Ketidakpuasan beberapa daerah terhadap pembangunan yang dirasakan hanya erjadi di
Jawa.
• Pertentangan politik dimana setiap partai politik berusaha saling menjauhkan.
b. Kronologi peristiwa
• 20 September 1956, Dewan Benteng mengambil alih pemerintah daerah Sumatera
engah dan pada 10 Februari 1958 pimpinan dewan Benteng mengultimatum pemerinah
pusat.
• 2 Maret 1957, pemimpin Dewan Manguni Letkol Ventje Sumual memproklamasikan
Piagam Permesta yang isinya menyatakan bahwa daerah Indonesia bagian Timur dalam
keadaan bahaya dan pemerintah daerah diambil alih oleh militer pemberontak.
• 15 Februari 1958, Letkol Ahmad Husein memproklamasikan berdirinya PRRI.
c. Penumpasan PRRI/Permesta
• Operasi Tegas dipimpin oleh Letkol Kaharudin Nasuion.
• Operasi 17 Agustus dipimpin dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani.
• Operasi Sapta Marga dipimpin oleh Brigjen Djatikusumo.
• Operasi Sadar dipimpin oleh Lekol Dr. Ibnu Sutowo.
• Operasi Merdeka dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat.

Gerakan 30 September 1965 (G-30S PKI)


a. 30 September 1965, pukul 30.00 dini hari PKI melancarkan pemberontakan yang dipimpin D.N
Aidit.
b. Pemberontakan ini menewaskan tujuh perwira tinggi, yaitu:
• Letjen Ahmad Yani
• Maijen R. Soeprapto
• Maijen HARYONO Mas Tirtodarmo
• Maijen Suwondo Parman
• Brigadier DI Panjaitan
• Brigjen Sutoyo S.
• Lettu Pierre Tendean
c. Penumpasan PKI
• Menyadarkan kesatuan-kesatuan yang dimanfaatkan PKI.
• Merebut studio RRI dan kantor besar Telkom yang dipimpin Kolonel Sarwo Edhy
Wibowo dari RPKAD.
• Pembentukan gerakan pemberantasan PKI dan tokoh-tokoh yang terlibat didalamnya.
• Akhirnya, PKI dinyatakan sebagai partai terlarang dan berdasarkan SK presiden yang
ditandatangani pengemban Supersemar Letjen Soeharto yang menetapkan
pembubaran PKI dan ormas-ormasnya tanggal 12 Maret 1966.

1966-1998 (Orde Baru)


Orde baru adalah sebutan untuk masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde baru
menggantikan orde lama yang merujuk pada era pemerintahan Soekarno. Selama periode Orde
baru, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik
korupsi yang merajalela. selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin
melebar.

Masa Jabatan Presiden Suharto


• Secara resmi Presiden Soekarno mengakhiri kekuasaan san menyerahkan kepada Letjen
Soeharto pada tanggal 20 Februari 1967 yang dikukuhkan dalam sidang Istimewa MPRS
dengan ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967.
• Orde baru berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.
• Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharo unuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden,
dan dia kemudian dilantik kembali secara berurut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988,
1993, dan 1998.
• Salah satu kebijakan pertama yang dilakukan adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota
PBB lagi. Pata tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia bermaksud untuk
melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasinya dalam kegiatan-kegiatan
PBB. Akhirnya, Indonesia menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966,
tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.
• Sanksi nonkriminal diberlakukan dengan pengecualian politik melalui pembuatan aturan
adminisratif. Instrumen penelitian khusus diterapkan untuk menyeleksi kekuatan lama ikut
dalam gerbong orde baru, KTP ditandai ET (eks tapol).
• Beberapa ketetapan MPRS pada masa orde baru:
a. TAP MPRS No. IV/MPRS/1966 dan TAP MPRS No. IX/MPRS/1966 tentang pengukuhan
tindakan pengemban Supersemar yang membubar PKI beserta organisasi massanya.
b. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pelanggaran faham dan ajaran
Komunisme/Marxieme-Leninisme di Indonesia
c. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang pelurusan kembali tertib konstitusional
berdasarkan pancasila dan tertib hukum.
• DPR dan MPR tidak berfungsi secara efektf. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari
kalangan militer khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan
aspirasi rakyat seringkali kurang didengar oleh pusat. Pembagian PAD juga kurang adil karena
70% dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan
jurang pembangunan antara pusat dan daerah.
• Eksploitasi sumber daya secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang
besar namun tidak merata di Indonesia.
• Warga Tionghoa dan keturunannya dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967, warga keturunan
dianggap sebagai warga Negara asing di Indonesia dan kedudukannya berada dibawah warga
pribumi, yang secara tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi manusia. Kesenian
barongsai secara terbuka, perayaan hari Imlek, dan pemakaian bahasa Mandarin dilarang.
• Konflik perpecahan Pasca Orde Baru dimasa Orde Baru pemerintah sangat mengutamakan
persatuan bangsa. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan
transmigrasi dari daerah yang padat penduduknya seperti Jawa, Bali dan Madura ke Luar
Jawa, terutama ke Kalimantan, Sulawesi, Timor Timur dan Irian Jaya. Namun dampak negatif
yang tidak diperhitungkan dari program ini adalah terjadinya marjinalisasi terhadap penduduk
setempat dan kecemburuan terhadap penduduk pendatang yang banyak mendapatkan
bantuan dari pemerintah sehingga muncul tuduhan bahwa program transmigrasi sama
dengan jawanisasi yang sentiment anti-jawa diberbagai daerah, meskipun tidak semua
transmigran itu adalah orang Jawa.
• Runtuhnya orde baru:
Adanya ketidakadilan di bidang perekonomian dan hukum selama pemerintahan Orde Baru
(selama 32 tahun) menimbulkan beberapa permasalahan, yaitu:
a. Krisis politik, pembaharuan yang dituntut terutama ditunjukkan pada terbitnya lima paket
undang-undang politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan yaitu:
• UU No. 1 tahun 1985 tentang pemilihan umum.
• UU No. 2 tahun 1985 entang susunan, kedudukan, tugas dan wewenang DPR/MPR.
• UU No. 3 tahun 1985 tentang Parpol dan Golongan Karya.
• UU No. 5 tahun 1985 tentang referendum.
• UU No. 8 tahun 1985 tentang organisasi massa.
b. Pelaksanaan hukum pada masa ini terdapat banyak ketidakadilan terutama yang
menyangkut hukum bagi keluarga pejabat.
c. Terjadinya krisis ekonomiyang disebabkan oleh:
• Utang luar negeri Indonesia
• Penyimpangan pasal 33 UUD 1945
• Pola pemerintahan sentralistis
d. Krisis multidimensi yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi kepercayaan rakyat
kepada kepemimpinan Soeharto.
• Pada awal era Reformasi, konflik laten ini meledakkan menjadi terbuka antara lain dalam
benuk konflik Ambon dan konflik Madura-Dayak di Kalimantan. sementara itu gejolak di
Papua yang dipicu oleh ras diperlakukan tidak adil dalam pembagian keuntungan
pengelolahan sumber alamnya, juga diperkuat oleh ketidaksukaan terhadap transmigran.

Krisis Finansial Asia


Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia, disertai kemarau
erburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang
semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal dipercepat. Para
demonstran yang awalnya dipimpin oleh mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto.
Akhirnya, Soeharto mengundurkan diri pada 21 MEI 1998, 3 bulan setelah MPR melatiknya untuk
masabakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih wakil presiden B. J. Habibie untuk menjadi
presiden ketiga Indonesia.

Reformasi
Reformasi merupakan suatu perubahan yang radikal dan menyeluruh pada tatanan perikehidupan
lama dengan tatanan perikehidupan yang baru dan secara hukum menuju ke arah perbaikan.
Kronologi reformasi dapat dilihat yaitu sebagai berikut:
a. Awal Maret 1998, Soeharto terpilik lagi menjadi presiden untuk ketujuh kalinya.
b. Memasuki bulan Mei 1998, mahasiswa mulai menggelar demonstrasi dan aksi keprihatinan
yang menuntut turunnya harga sembako, penghapusan KKN dan turunnya Soeharto dari kursi
kekuasaannya.
c. 12 Mei 1998, terjadi aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti yang berlanjut dengan
terjadinya benrokan antara aparat dengan mahasiswa yang menyebabkan gugurnya empat
mahasiswa Trisakti, yaitu:
• Elang Mulia Lesmana
• Heri Hertanto
• Hendriawan Sie
• Hafidhin Royan
d. 13 dan 14 Mei 1998, di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan missal dan penjarahan yang
mengakibatkan lumpuhnya kegiatan masyarakat.
e. 19 Mei 1998, Puluhan ribu mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya
berhasil menduduki gedung DPR/MPR. Sedangkan di Yogyakarta hamper sejuta umat
berkumpul di alun-alun uara kraton Yogyakarta menghadiri pisowanan ageng yang dihadiri Sri
Sultan Hamengkubuwono dan Sri Paku Alam VIII.
f. 20 Mei 1998, Soeharto mengundang tokoh-tokoh bangsa Indonesia untuk dimintai
pertimbangannya untuk membentuk Dewan Reformasi yang akan diketuai Presiden Soeharto
namun gagal.
g. 21 Mei 1998, pukul 10.00 di istana presiden Soeharto meletakkan jabatanya sebgai presiden
dihadapan ketua dan beberapa anggota Mahkamah Agung dan menunjuk B. J. Habibie menjadi
Presiden RI ke-3.

Setelah resmi menjadi presiden menggantikan Soeharto, selanjutkan B. J Habibie membentuk


cabinet yang diberi nama Kabinet Reformasi Pembangunan yang erdiri atas 16 orang menteri dari
unsure ABRI, PDI, Golkar, dan PPP pada 22 Mei 1998.
Upaya-upaya yang dilakukan B. J Habibie dalam menjalankan tugasnya sebagai presiden RI:
• Bidang ekonomi
1. Merekapitulasi perbankan
2. Merekonstruksi perekonomian Indonesia
3. Melikuidasi beberapa bank bermasalah
4. Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp. 10.000,00
5. Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF
• Bidang politk : Habibie mulai memberikan kebebasan bagi rakyat unuk berbicara dengan
dikeluarkannya UU No. 9 tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat
dimuka umum.
• Reformasi dibidang militer dilakukan dengan mengurangi anggota ABRI di DPR dari 75
menjadi 75 menjadi 38 orang. Langkah berikutnya adalah memisahkan antara ABRI dan
Polri pada 5 Mei 1999.

Dalam sejarah bangsa Indonesia MPR sudah melaksanakan dua kali sidang umum, yaitu:
• Pada tahun 1967 digelar sidang Istimewa MPRS yang kemudian memberhentikan Presiden
Soekarno dan mengangkat Presiden Soekarno menjadi presiden RI.
• Pada tanggal 10-13 November 1998 Sidang Istimewa mengharapkan MPR benar-benar
menyuarakan aspirasi rakyat.

Pemilihan umum yang dilaksanakan tahun 1999 menjadi sangat penting artinya bagi Indonesia.
Pemilu 1999 ini bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Lima partai yang mendapat
suara paling banyak pada pemilu 1999 adalah PDI Perjuangan, Partai Golkar, PPP, PKB, dan PAN.

Sidang umum MPR tahun 1999 dilaksanakan sejak tanggal 1-2 Oktober 1999.dalam sidang umum
ini Amien Rais dikukuhkan menjadi ketua MPR dan Akbar Tanjung menjadi ketua DPR. Dalam Sidang
Paripurna MPR XII, pidato pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie ditolak oleh MPR melalui
mekanisme voting, dengan adanya penolakan ini maka presiden B. J. Habibie mengundurkan diri
dari jabatannya sebagai presiden.

Dari hasil pemilu secara voting, maka terpilihlah Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI yang ke-4
dan pada 21 Oktober 1999 dan Megawati Soekarno Putri terpilih sebagai wakil presiden. Pada
tahun 2001 Abdurrahman Wahid lengser dari kursi kepresidenan, hal ini Karena muncul
ketidakpercayaan parlemen pada Presiden. Selanjutnya DPR/MPR memilih Megawati Soekarno
Putri sebagai Presiden dan Hamzah Haz sebagai wakil Presiden RI.

Tahun 2004 merupakan tahun bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena untuk pertama kalinya
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI dilakukan secara langsung oleh rakyat Indonesia. Pada
pemilu 2004, Susilo Bambang Yudhoyono terpilih menjadi presiden dan Jusuf Kalla sebagai
wakilnya. Dan pada pemilu 2009, Susilo Bambang Yudhoyono terpilih kembali menjadi presiden RI
dan Budiono sebagai wakil presiden RI untuk masa jabatan 2009-2014.

Disintegrasi Nasional
Peristiwa 3 Juli
Pada 3 Juli 1946, Mr. Achmad Soebardjo, Mr. Iwa Koesoema Soemantri dan Jenderal Mayor
Soedarsono mencoba memaksa presiden menandatangani konsep susunan Pemerintahan baru.
Presiden menolak permintaan dan paksaan tersebut dan tokoh-tokoh yang terlibat dalam
peristiwa tersebut ditangkap.

Konferensi Malino
Konferensi Malino diselenggarakan tanggal 15-25 Juli 1946 atas prakasa Dr. H. J. Van Mook.
Konferensi ini membahas rencana pembentukan negara-negara di wilayah Indonesia yang
akanmenjadi bagian-bagian dari suatu negara federal.

Pemberontakan PKI/ Peristiwa Madiun


PKI/FDR melakukan pengkhianatan dan pemberontakan terhadap Republik Indonesia. Sejak
kedatangan Musso, tokoh komunis yang lama berada di Moskow, PKI mendaptkan jalan baru dan
melakukan terror. Pada 18 September 1948, PKI merebut kota Madiun dan memproklamasikan
berdirinya “Soviet Republik Indonesia”. Selain di Madiun, PKI juga berhasil membentuk
pemerintahan baru di Pati. Untuk mengatasi pemberontakan ini, Pemerintah bertindak cepat.
Operasi penumpasan dipimpin oleh Kolonel A.H. Nasution. Dalam operasi ini, Musso berhasil
ditembak mati sedangkan Amir Sjarifuddin dan tokoh lainnya dapat ditangkap dan dijatuhi
hukuman mati.

Proklamasi Negara Islam Indonesia


Pada 7 agustus 1949, Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara
Islam Indonesia di suatu desa di kabupaten Tasikmalaya. Ketika Divisi Siliwangi hijrah ke Jawa
Tengah akibat pelaksanaan perjanjian Renville, Kartosuwiryo lebih leluasa melaksanakan geraknya.
Pada waktu pasukan Siliwangi kembali dari Jawa Tengah untuk melakukan perang gerilya Agresi
Militer Belanda II, mereka menjumpai kesatuan bersenjata yang menamakan dirinya Darul Islam/
Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang menghalangi TNI kembali ke Jawa Barat. Pertempuran antara
TNI divisi Siliwangi dan DI/TII pun tak dapat dihindarkan. Gerakan ini ditumpas dengan operasi
pagar betis.
DI/ TII di Jawa Tengah
Pemimpinnya adalah Amir Fatah. Gerakan ini bergabung dengan gerakan DI/TII Kartosuwiryo di
Jawa Barat. Proklamasi Negara Islam Indonesia di Jawa Tengah berlangsung pada 23 Agustus 1949
di Tegal. Untuk menumpas gerakan ini, pada Januari 1950, pemerintah membentuk komando
operasi yang disebut Gerakan Benteng Negara.

DI/TII di Kalimantan Selatan


Gerakan ini dipimpin oleh Ibnu Hadjar. Melalui operasi militer yang dimulai tahun 1959, gerakan
ini berhasil ditumpas.

DI/TII di Sulawesi Selatan


Pimpinan gerakan ini adalah Kahar Mudzakar. Pada tahun 1951, ia menyatakan Sulawesi Selatan
adalah bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Kartosuwiryo. Pemberontakan ini
berakhir setelah Kahar Mudzakar tertembak mati pada Februari 1965.

DI/TII di Aceh
Gerakan ini dipimpin oleh Daud Beureuh. Gerakan ini berawal dari kekecewaan diubahnya Daerah
Istimewa Aceh menjadi keresidenan dibawah provinsi Sumatra Utara. Pada 20 September 1953,
Daud Beureuh menyatakan Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan
Kartosuwiryo. Penumpasan gerakan ini dilakukan melalui pendekatan sosial budaya.

Peristiwa APRA di Bandung


Pembentukan APRIS menimbulkan ketegangan-ketegangan yang mengakibatkan pertumpahan
darah. Di Bandung, suatu kelompok menamakan dirinya ‘Angkatan Perang Ratu Adil’ dan
memberikan ultimatum pada pemerintah RIS dan Negara Pasundan agar mereka diakui sebagai
Tentara Pasundan. Pagi hari 23 Januari 1950, APRA dibawah pimpinan Kapten Raymond
Westerling melakukan serangan terhadap kota Bandung. Operasi penumpasan terhadap APRA
segera dilakukan oleh TNI.

Peristiwa Andi Azis di Makassar


Pemberontakan Andi Azis terjadi tanggal 5 April 1950 di Makassar. Andi Azis menuntut pasukan
APRIS bekas KNIL saja lah yang bertanggung jawab atas keamanan di daerah Negara Indonesia
Timur. Penumpasan pemberontakan ini dilakukan pasukan ekspedisi dibawah pimpinan Kolonel
Alex Kawilarang. Meskipun Andi Azis telah menyerahkan diri bulan April namun pertempuran
masih terjadi hinggaAgustus.

Peristiwa Republik Maluku Selatan


Di Ambon tanggal 25 April 1950 diumumkan berdirinya Republik Maluku Selatan yang terlepas dari
NIT dan RIS dibawah pimpinan Soumokil. Pemerintah pusat berusaha menyelesaikan
pemberontakan ini secara damai namun tidak membuahkan hasil sehingga dibentuklah pasukan
ekspedisi dibawah pimpinan Kolonel Kawilarang untuk menumpasnya.
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia/ Perjuaangan Rakyat Semesta (PRRI/
Permesta)
Gerakan separatisme ini bermula dari ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat dan anggapan
pembangunan hanya terjadi di pulau Jawa. Pada 15 Februari 1958, Ahmad Husein
mempermaklumkan berdirinya PRRI dengan Sjarifuddin Prawiranegara sebagai Perdana
Menterinya. Setelah jalan perundingan tidak berhasil, pemerintah menjalankan beberapa operasi
militer: Operasi Tegas, Operasi 17 Agustus, Operasi Sapta Marga, Operasi Sadar, dan Operasi
Merdeka. Pada 29 Mei 1946 akhirnya gerakan ini menyerahkan diri.

Anda mungkin juga menyukai