4 Nopember 2009
( dr. I Nyoman Mardana, Sp. B )
Nip. 140 087 600
Tabel Dosis dan Cara Pemberian VAR Sesudah Digigit (Post Exposure Treatment)
Jenis Dosis Cara & Lokasi
Vaksinasi Anak Dewas Pemberian Waktu Pemberian
a
Dasar 0,5 ml 0,5 ml IM regio Deltoideus 4 kali pemberian
kanan dan kiri Anak hari ke-0, 2x
usia < 1 thn, pemberian
pangkal paha (deltoideus kanan
dan kiri) Hari ke-7, 1
x pemberian Hari ke-
21, 1 x pemberian
Ulangan - - - -
2) Penderita yang sudah mendapatkan VAR
Kasus gigitan HPR yang sebelumnya telah
mendapat VAR lengkap dalam 3 bulan sebelumnya
tidak memerlukan pemberian VAR, bila lebih dari 3
bulan sampai 1 tahun diberikan VAR 1 kali dan bila
lebih dari 1 tahun dianggap penderita baru yang
harus diberikan VAR lengkap.
I. Pengertian : Penanganan yang dilakukan kepada penderita Gawat Darurat atau mengancam jiwa
di IRD
III. Kebijakan : Memberikan tindakan dan penanganan yang cepat dan tepat untuk penderita gawat
darurat
I. Pengertian : Pengawasan yang dilakukan kepada penderita sedang gawat atau mengancam
jiwanya
III. Kebijakan : Melakukan observasi secara terus-menerus agar dapat ditentukan diagnosanya dan
mengetahui perkembangan pasien yang mengalami kegawatan
IV. Prosedur : 1. Penderita diterima oleh paramedis juga untuk dibawa ke tempat yang telah
ditentukan
2. Paramedis memberikan pertolongan sesuai ABC tindakan gawat darurat
3. Pada saat bersamaan paramedis satunya melaksanakan anamnesa terhadap
pengantar /keluarganya
4. Dokter jaga menangani penderita sesuai dengan kegawatannya
5. Paramedis melakukan tindakan pertolongan sesuai dengan hasil pemeriksaan
dokter jaga
6. Observasi ketat terhadap kardinal IC.P Monitoring EKG
7. Lakukan sampai perkembangan penderita membaik dan selalu konsultasi
dengan dokter jaga
a. Lakukan observasi 2 jam I (pertama)
b. Bila ada kemajuan, bisa dirawat inap ke Ruangan
c. Bila ada kemajuan informasikan kepada keluarga untuk dirujuk
II. Tujuan : 1. Memberikan pelayanan yang sama dengan penderita yang lainnya
2. Agar pasien mendapatkan pertolongan cepat
III. Kebijakan : Pelayanan penderita tak dikenal/tidak ada keluarga diberikan pelayanan tidak
berbeda dengan penderita yang lainnya
I. Pengertian : Pasien yang telah dinyatakan meninggal setelah dilakukan observasi selama 2 jam
di ruangan
III. Kebijakan : Setiap pasien yang meninggal di ruangan harus di observasi selama 2 jam di
ruangan
I. Pengertian : Adalah pasien-pasien yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan antar satu bagian
ke bagian lainnya untuk dapat menegakkan diagnosa yang lebih tepat
II. Tujuan : Dengan melakukan konsul antar bagian selain mempunyai tujuan memberikan
kepuasan pelayanan kepada pasien juga akan lebih cepat menegakkan diagnosa
yang pasti sehingga pengobatannya menjadi lebih cepat
III. Kebijakan : Pelayanan pasien konsul antar bagian di RSUD Kabupaten Buleleng dilakukan
dalam rangka kerjasama tim dan juga menjaga citra Rumah Sakit
I. Pengertian : Adalah penderita yang mempunyai penyakit yang dapat menularkan kepada petugas
dan penderita yang lainnya
III. Kebijakan : Agar semua petugas melaksanakan perlindungan diri dalam merawat penyakit
menular dan merawat pasien sesuai prosedur
IV. Prosedur : 1. Penderita berpenyakit menular tetap dilayani dengan memperhatikan ketentuan-
ketentuan perawatan penderita penyakit menular guna melindungi petugas atau
penderita lainnya
2. Petugas harus menggunakan pelindung secukupnya
3. Alat-alat medis yang dipergunakan harus mendapatkan perlakuan khusus
dengan mengikuti persyaratan asepsis atau anti sepsis yang benar
4. Diharuskan menggunakan peralatan yang diposible
5. Melakukan pelaporan sesuai petunjuk tentang pelaporan penderita menular
kebagian instansi terkait
II. Tujuan : Sebagai acuan penerapan langkah dalam penanganan masalah etika kedokteran
III. Kebijakan : Masalah etika kedokteran diproses melalui Direktur, Komite Medik dan Panitia Etik
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng
IV. Prosedur : 1. Pengaduan dapat berasal dari keluarga, karyawan, paramedis, sejawat lain,
kotak saran dan Direksi (No Hp Direktur, dan ketiga Wadir)
2. Pengaduan diteruskan ke Direktur
3. Direktur menyampaikan ke Ketua Komite Medik untuk ditindak lanjuti
4. Ketua Komite Medik menyerahkan ke Panitia Etika Rumah Sakit untuk dipelajari
5. Panitia Etika Rumah Sakit meneliti
6. Panitia Etika Rumah Sakit membahas dengan SMF terkait, kalau perlu
mengundang Pakar dari luar melalui Komite Medik
7. Panitia Etika Rumah Sakit memberikan usulan ke Ketua Komite Medik untuk
dibicarakan bersama
8. Komite Medik menyampaikan saran final ke Direktur
9. Bila setuju, Direktur akan mengeluarkan surat keputusan
10. Langkah-langkah proaktif yang dapat dijalankan adalah antara lain :
a. Ceramah/penyuluhan etika profesi kedokteran, etika Rumah Sakit
b. Pemantauan penerapan standar pelayanan medik
II. Tujuan : Untuk lebih meyakinkan dalam memberikan pelayanan kepada penderita dan
pernyataan telah tiada
III. Kebijakan : Semua pasien yang datang mati harus diperiksa oleh dokter jaga dan dibuatkan
visum
I. Pengertian : Penderita yang datang ke IRD, setelah diberikan pertolongan kegawatan kemudian
meninggal
II. Tujuan : Agar petugas IRD dapat mempertanggung jawabkan atau dapat melakukan
pertolongan kepada pasien yang gawat
III. Kebijakan : Semua pasien yang meninggal di IRD harus dibuatkan surat keterangan sesuai
dengan sebab-sebabnya
I. Pengertian : Pasien yang kondisinya sangat kritis dan memerlukan perawatan yang lebih intensif
serta observasi yang lebih ketat dengan menggunakan peralatan yang lebih efisien
II. Tujuan : Agar pasien dengan cepat mendapatkan pertolongan dengan mengutamakan
peralatan yang lebih efisien serta dalam lingkungan dan suasana yang lebih nyaman
III. Kebijakan : Pelayanan pasien rujukan antar bidang atau antar unit, dilakukan guna memberikan
pelayanan kepada masyarakat ke arah yang lebih efisien
I. Pengertian : Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien-pasien yang
dirujuk dari puskesmas atau pelayanan kesehatan yang perlu dibahas serta
melayani pasien-pasien umum dan follow up
II. Kebijakan : 1. Pasien yang datang kepoliklinik harus membawa karcis poli.
2. Poliklinik dibuka 6 kali seminggu dimulai pukul 08.00 wita.
3. Loket karcis dibuka pukul 07.00 dan ditutup pukul 13.00 kecuali hari Jum’at tutup
pukul 11.00 dan hari Sabtu pukul 12.00 wita.
4. Setelah pukul 13.00 wita semua pasien yang datang ke poli diarahkan untuk
datang ke IRD ( Instalasi Rawat Darurat ).
5. Masing-masing poliklinik melayani pasien sampai pukul 13.00 wita .
6. Pasien diperiksa oleh dokter spesialis, kecuali bila dokter spesialis tidak ada
ditempat diperiksa oleh dokter umum di pol triage
7. Pasien-pasien VIP atau orang asing harus diperiksa dokter spesialis kecuali
yang berobat ke poliklinik gigi (diperiksa oleh dokter gigi).
III. Prosedur : A. Poliklinik
1. Pasien mencari karcis dan menyerahkan kartu identitas berobat (Nomor CM)
di Loket
2. Loket karcis menerima uang pembelian karcis dari pasien umum, rujukan
dari puskesmas, RS lain, Dokter keluarga dan surat keterangan tidak
mampu (kartu miskin).
3. Loket karcis :
- Memberi karcis kepada pasien.
- Membuat laporan sebaran kepada bendaharawan.
- Membuat jumlah karcis terjual tiap hari.
- Membuat laporan kegiatan dan pendapatan tiap bulan.
4. Petugas loket mencari kartu berobat, melengkapi identitas pasien
selanjutnya menyerahkan kepada pasien.
5. Pasien mendapat kartu berobat, selanjutnya ke poliklinik menyerahkan
kepada petugas poliklinik.
6. Dokter poliklinik melakukan pemeriksaan kepada pasien.
7. Dokter poliklinik dapat melakukan pemeriksaan penunjang Diagnostik
seperti Laboratorium, Rontgen dan lain-lain.
8. Dokter memberikan permintaan pemeriksaan penunjang Diagnostik
kemudian pasien membayar dikasir dan kasir melegalisirnya memberikan
kwitansi asli kpada pasien.
9. Pasien menuju ke bagian penunjang medis (Laboratorium, Rontgen) dengan
memperlihatkan kwitansi pembayaran.
10. Pasien membawa hasil (Laboratorium, Rontgen) kembali ke poliklinik untuk
diperlihatkan kepada dokter.
11. Dokter memeriksa hasil (Laboratorium, Rontgen) mendiagnosanya
selanjutnya memberikan terapi.
12. Perawat menyerahkan resep kepada pasien, selanjutnya pasien pulang.
13. Kalau pasiennya dipandang perlu masuk rumah sakit, dokter membuatkan
surat pengantar masuk rumah sakit
B. IRD
1. Pasien langsung masuk IRD
2. Perawat menerima pasien tersebut, melakukan pemeriksaan tanda vital (4
gejala kardial) pembebasan jalan nafas dan lain-lain lalu melaporkan ke
dokter IRD
3. Dokter memeriksa pasien, mendiagnosa dan memberikan terapi/tindakan
4. Keluarga pasien/pengantar membeli karcis diloket poliklinik
5. Keluarga pasien menyerahkan karcis kepada petugas IRD
6. Petugas IRD (CM) membuat kartu (les Pasien), mencatat identitas pasien,
membuat rincian pembayaran rawat jalan kepada pasien
7. Dokter mencatat hasil pemeriksaan pasien di les pasien membuat
permintaan penunjang (Laboratorium, Rontgen) bila diperlukan
8. Petugas (Laboratorium, Rontgen) mengerjakan permintaan pemeriksaan
hasilnya lalu diserahkan kepada yang merawat untuk disimpulkan dan
pemberian terapi
9. Perawat mencatat tindakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien
kedalam rincian pembayaran rawat jalan
10. Perawat mencatat bila ada rujukan pasien Askes/Astek, dll dan selanjutnya
untuk menyelesaikan administrasi di IRD
11. Keluarga pasien membayar ke loket pembayaran dan menyerahkan rincian
pembayaran kepada petugas IRD yang menangani administrasi dan
keuangan
12. Setelah administrasi dan pembayaran selesai, keluarga pasien menunjukan
kwitansi yang sah kepada petugas IRD/perawat
13. Perawat menyerahkan resep kepada pasien dan pasien boleh pulang
I. Pengertian : Suatu prosedur yang harus dilalui oleh pasien bila dirujuk di RSUD Kabuipaten
Buleleng
II. Tujuan : Mengatur tata tertib pelaksanaan rujukan penderita di RSUD Kabupaten Buleleng
III. Kebijakan : a. Setiap kasus rujukan penderita harus dilengkapi dengan surat pengantar rujukan
dan surat balasan rujukan
b. Setiap penderita yang dirujuk dari Pusat Kesehatan Masyarakat atau pelayanan
kesehatan lain harus dibalas
c. Diluar jam kerja, dokter jaga harus membuat surat balasan rujukan apabila
penderita yang dirujuk itu dipulangkan/dikembalikan ke tempat pelayanan yang
dirujuk atau pasien tersebut dapat pula dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih
tinggi apabila diperlukan
d. Urusan Rekam Medik (CM) bertanggung jawab atas pencatatan rujukan
penderita termasuk pengiriman surat balasan rujukan
IV. Prosedur : a. Penderita dirujuk ke RSUD Kabupaten Buleleng
1. Penderita Rawat Jalan/UGD
a. Penderita mencari karcis dan menyerahkan surat pengantar rujukan dari
Puskesmas / unit pelayanan lain
b. Petugas loket melampirkan surat pengantar rujukan dari Puskesmas/unit
pelayanan lain pada kartu berobat
c. Dokter ahli memeriksa penderita rujukan dan menegakan diagnosa
d. Setelah selesai memeriksa, membuat dan menandatangani surat
balasan tersebut kepada penderita untuk diberikan kepada dokter yang
mengirim dengan amplop.
2. Penderita Rawat Inap
a. Petugas loket/UGD melampirkan surat pengantar rujukan pada buku
status penderita rawat inap
b. Penderita diperiksa oleh dokter bangsal / ahli
c. Setelah perawatan selesai dibangsal dan pasien boleh pulang, dokter
bangsal yang merawat membuat surat balasan rujukan dan ditanda
tangani oleh dokter spesialis yang bersangkutan
d. Petugas rekam medis bertanggung jawab atas pengiriman surat balasan
rujukan
b. Penderita yang dirujuk ke rumah sakit yang lebih tinggi
1. Penderita Rawat Jalan
a. Penderita diperiksa oleh dokter ahli
b. Dokter ahli membuat surat pengantar rujukan ke rumah sakit yang lebih
tinggi
c. Petugas rekam medik mendata penderita yang dirujuk serta menyajikan
data rujukan berupa laporan bulanan tentang kegiatan sistem rujukan di
RSUD kabupaten Buleleng dan dilaporkan kepada Direktur dengan
tembusan kepada kepala SMF dan kepala bidang yang terkait.
2. Pendertia Rawat Inap
a. Setelah merawat penderita rawat inap dan dipandang perlu untuk dirujuk
maka dokter ahli membuat surat pengantar rujukan dan ditanda tangani
oleh dokter tersebut
b. Penderita diantar oleh perawat yang bertugas ke rumah sakit rujukan
c. Untuk penderita efektif diantar/dirujuk pada jam kerja
d. Untuk penderita emergency diantar setiap saat/sewaktu-waktu
e. Diluar jam kerja, dokter jaga dapat membuat surat balasan rujukan atau
merujuk ke rumah sakit yang lebih tinggi
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BULELENG
Jalan Ngurah Rai No. 30 Singaraja 81112 Telp. (0362) 22046 Fax. 29629
I. Pengertian : Pasien pulang paksa adalah pasien yang menolak untuk melanjutkan menjalani
perawatan di RSUD Kabupaten Buleleng
II. Tujuan : 1. Meningkatkan pengertian dari pasien atau keluarga pasien tentang arti
pentingnya suatu kesehatan
2. Mencari masukan kenapa pasien menolak untuk menjalani perawatan lebih
lanjut
3. Mencegah pasien sampai terputus menjalani perawatan
III. Kebijakan : 1. Perawat diruangan wajib mengetahui segala keluhan pasien, baik keluhan akan
penyakitnya, masalah biaya, masalah sosial
2. Perawat ruangan memberikan pengertian terhadap pasien + keluarga pasien
akan pentingnya untuk menjalani perawatan terhadap penyakitnya
3. Perawat ruangan berkewajiban untuk membantu mencarikan jalan keluar
keluhan pasien
4. Perawat ruangan melaporkan kepada dokter ruangan apabila ada masalah
terhadap pasien tersebut baik masalah terhadap penyakitnya atau masalah
sosial ekonomi
5. Dokter ruangan berkewajiban membantu memberikan jalan keluar atas keluhan
dari pasien/ keluarga pasien agar pasien dapat melanjutkan menjalani
perawatan penyakitnya
IV. Prosedur
N Unit Kegiatan
o
1 Pasien + Keluarga Melaporkan kepada perawat ingin pulang paksa
2 Perawat Ruangan Menerima laporan pasien/keluarganya tentang arti pentingnya perawatan
agar mau melanjutkan perawatan
Mencarikan jalan keluar dengan memberikan petunjuk apabila ada
masalah sosial ekonomi
Melaporkan kepada dokter ruangan terhadap keluhan dari
pasien/keluarganya
3 Dokter Ruangan Menerima laporan perawat ruangan
Memberikan pengertian kepada pasien/keluarganya agar jangan terputus
menjalani perawatan
Membantu mencarikan jalan keluar, misal dengan mencarikan bantuan
dana, sponsor, dll
Apabila pasien masih menolak maka pasien/keluarganya disuruh untuk
menanda tangani surat menolak untuk menjalani perawatan
I. Pengertian : Pasien menolak di rawat di rumah sakit adalah semua pasien yang datang ke rumah
sakit yang tidak mau untuk menjalani perawatan lebih lanjut dengan berbagai alasan
tertentu
II. Tujuan : 1. Memberikan pengertian terhadap pasien/keluarga pasien tentang arti pentingnya
menjalani perawatan rawat inap
2. Untuk menurunkan angka kesakitan ataupun angka kematian
3. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan antara pasien/keluarga arti
pentingnya untuk menjalani perawatan di rumah sakit
III. Kebijakan : 1. Perawat di Poliklinik atau UGD wajib mengetahui keluhan baik sosial ekonomi
2. Perawat Poliklinik, UGD memberikan pengertian kepada pasien/keluarga arti
pentingnya untuk menjalani perawatan di rumah sakit
3. Perawat melaporkan kepada dokter yang memeriksa pasien tersebut bahwa
pasien tersebut menolak untuk menjalani rawat inap
I. Pengertian : Suatu kejadian yang dialami oleh pasien sehingga meninggal dan penyebabnya
belum diketahui
IV. Prosedur : 1. Dokter ruangan melaporkan pasien yang meninggal kepada dokter spesialis
yang bersangkutan
2. Dokter spesialis membahas bersama dokter ruangan tentang sebab kematian
pasien
3. Dokter spesialis mengusulkan kepada kepala SMF untuk membahas
4. Jika kepala SMF menyetujui maka dokter ruangan membuat laporan pasien
yang meninggal selengkap-lengkapnya
5. Kepala SMF melaporkan kepada ketua panitia audit medik/komite medik untuk
menyelenggarakan audit medik/death case
III. Kebijakan : Dipandang perlu melaksanakan agar lebih mengacu kepada profesionalisme
IV. Prosedur : 1. Seminggu sekali secara teratur kepala SMF melakukan ronde bedside minimal
2. Dokter umum yang tugas diruangan menyiapkan ronde bedside sebagai berikut :
a. Dokter umum melakukan visite seluruh pasien dahulu
b. Setelah selesai visite, membuat laporan tertulis secara singkat kondisi tiap
pasien yang dirawat
c. Kemudian dokter umum memberitahu kepada kepala SMF bahwa ronde
bedside siap dimulai
d. Kepala SMF mendiskusikan satu persatu pasien bersama dokter umum
diruangan
e. Saran-saran dari kepala SMF ditulis distatus pasien
f. Setelah selesai ronde bedside, kepala SMF memberikan tanda tangan pada
laporan dokter umum tersebut
3. Kepala SMF menulis kasus-kasus yang akan dibahas dalam pertemuan dokter
II. Tujuan : 1. Agar semua bagian mengetahui kasus-kasus yang langka dan sulit dengan
demikian akan lebih banyak mendapatkan masukan dari bidang-bidang/unit
yang lain
2. Apabila ada kasus yang sama dikemudian hari akan lebih mudah menanganinya
karena telah memiliki pedoman
III. Kebijakan : Presentasi kasus sulit agar dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan
IV. Prosedur : 1. Pada waktu ronde bedside kepala SMF menulis kasus-kasus yang sulit
2. Kepala SMF memerintahkan kepada dokter umum/dokter residen yang bertugas
diruangan untuk membuat laporan tertulis kasus sulit tersebut
3. Kasus sulit diajukan ke pertemuan komite medik untuk dibahas bersama
4. Apabila kasus sulit diperkirakan menyangkut SMF lain, maka kepala SMF
memberitahukan dahulu kepada SMF yang bersangkutan bahwa kasus tersebut
akan dibahas dipertemuan komite medik dan dimohon kehadirannya
5. Kasus sulit laporannya diedarkan dahulu kepada dokter-dokter sebelum dibahas
dianjurkan 1 (satu) hari sebelum pertemuan
II. Tujuan : 1. Agar semua bagian mengetahui kasus terbanyak yang telah ditangani Instalasi
Rawat Inap
2. Agar dapat memberikan penanganan yang cepat dan tepat pada kasus 5 (lima)
kasus ancaman terbanyak di Instalasi Rawat Inap
3. Agar dapat menurunkan angka kematian pada 5 (lima) kasus terbanyak
III. Kebijakan : Melakukan penanganan yang cepat dan tepat sesuai dengan diagnosanya dan
mengetahui perkembangan pasien yang mengalami kegawatan secara terus
menerus
IV. Prosedur : 1. Menerima pasien di Instalasi gawat darurat kurang dari 5 (lima) menit
2. Dokter jaga menegakkan diagnosa dan melakukan koordinasi dengan Tim
Kegawat daruratan
3. Dokter jaga juga melengkapi diagnosanya dengan melaksanakan penunjang
sesuai dengan kasusnya (Laboratorium, Rontgen, EKG)
4. Setelah dokter menegakkan diagnosa dengan Tim Kegawat daruratan pasien
masuk di ruangan sesuai dengan kasusnya
5. Selama dirawat penderita diberikan pengobatan kemudian diobservasi dengan
Tim perawat jaga
6. Apabila dalam masa observasi ditemukan tanda-tanda kegawatan, maka pasien
dikonsulkan ke dokter spesialis dibidangnya
7. Setelah sembuh pasien dipulangkan, mengenai kasusnya dilaporkan ke Dinas
Kesehatan oleh bagian informasi RSUD kabupaten Buleleng
I. Pengertian : Memberikan penanganan kegawat daruratan dengan jumlah pasien yang melebihi
kemampuan tenaga medis
II. Tujuan : Mengidentifikasi (melaksanakan triage system) pasien untuk menghindari jatuhnya
korban lebih banyak
III. Kebijakan : Memberikan penanganan secara cepat dan tepat untuk mencegah korban lebih
banyak
I. Pengertian : Memberikan penanganan kegawat daruratan dengan jumlah pasien yang melebihi
kemampuan tenaga medis
II. Tujuan : Mengidentifikasi (melaksanakan triage system) pasien untuk menghindari jatuhnya
korban lebih banyak
III. Kebijakan : Memberikan penanganan secara cepat dan tepat untuk mencegah korban lebih
banyak
I. Pengertian : Memberikan penanganan kegawat daruratan dengan jumlah pasien yang melebihi
kemampuan tenaga medis
II. Tujuan : Mengidentifikasi (melaksanakan triage system) pasien untuk menghindari jatuhnya
korban lebih banyak
III. Kebijakan : Memberikan penanganan secara cepat dan tepat untuk mencegah korban lebih
banyak
II. Tujuan : Memberikan penanganan agar jiwa pasien dapat ditolong dan tidak mengalami
komplikasi lebih lanjut
III. Kebijakan : Memberikan penanganan secara cepat dan tepat di IRD untuk pasien dengan
kegawat daruratan jantung
I. Pengertian : Melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit melalui kegiatan
pengendalian infeksi Nosokomial yang ada di rumah sakit baik untuk pengunjung,
petugas dan penderita
II. Kebijakan : Melakukan kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi melalui pengawasan
observasi langsung pada pasien yang dioperasi dan yang dipasang infus
IV. Prosedur : 1. Menyiapkan alat pelindung diri (APD) dimasing-masing unit pelayanan
2. Menyediakan bahan /obat pembersih ruangan
3. Menyediakan alat –alat kebersihan
4. Menyediakan jumlah linen yang sesuai dengan kebutuhan dimasing-masing unit
pelayanan
5. Menyediakan fasilitas CSSD untuk dimanfaatkan oleh masing-masing unit
pelayanan
6. Melaksanakan program pengendalian infeksi berupa pengawasan infeksi luka
operasi bersih dan pemasangan jarum infus
I. Pengertian : Pengelolaan kamar operasi yang baik akan menyebabkan penggunaan kamar
operasi yang efektif dan efisien
II. Tujuan : Memberikan pelayanan optimal untuk pasien yang menggunakan IBS yang efektif
dan efisien
III. Kebijakan : Kamar operasi agar dapat memberikan pelayanan yang optimal yang efektif dan
efisien
IV. Prosedur : 1. Menyebarkan kebijakan, tata cara pengelolaan dan pelayanan kamar operasi
2. Memberi batasan apa yang boleh dan tidak boleh dikerjakan dimasing-masing
kamar operasi
3. Setiap petugas IBS melaksanakan aturan-aturan kamar operasi
4. Memberikan informasi yang lengkap tentang prosedur kerja di IBS
5. Membuat Job discription (pembagian tugas) kepada seluruh petugas IBS
I. Pengertian : Pelayanan yang diberikan di Instalasi Intensive Care Unit disesuaikan dengan indikasi
pasien
II. Tujuan : Untuk memberikan pelayanan yang optimal pada pasien-pasien yang dirawat di Instalasi
Care Unit
III. Kebijakan : Memberikan Pelayanan sesuai dengan indikasi pasien secara optimal efektif dan efisien
IV. Prosedur : 1. Pasien-pasien yang masuk diruangan ICU bisa dari UGD/dari ruangan lain yang
dikonsulkan dan dipandang perlu untuk mendapatkan perawat intensive
2. Pasien yang masuk diruangan ICU diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Kasus Penyakit Dalam
1. Keracunan Akut
2. Hematemesis Melena
3. Gagal Ginjal Akut
4. Krisis Tiroid
5. Reaksi Anafilaksis / Syok Anafilaksis
b. Kardiologi
1. Infark Miokard Akut
2. Angina Pektoris Tak Stabil
3. Hipertensi Berat
4. Edema Paru Akut
Klausa :
- Infark Miokard Akut Luas
- Hipertensi Berat
- Kelainan Katup (stenosis mitral/aorta)
5. Gangguan irama yang mengganggu hemodinamik/potensial mengganggu
hemodinamik
6. Miokarditis Akut
c. Paru
1. Status Asmatikus
2. PPOM Eksaserbasi Akut
3. Pneumothorax Ventile
4. Hemaptoe Massive + Sesak
5. Pneumonia + Sepsis
d. Neurologi
1. Stroke Non Heromagik /Heromagik
2. Status epileptikus
3. Sindroma Guillain-Barre
3. Apabila penderiat yang dirawat diruangan Intensive Care Unit sudah dianggap stabil
maka penderita tersebut dikembalikan ke ruangan masing-masing (sesuai dengan
kasusnya)
V. Unit Terkait : 1. Petugas di ICU
2. Dokter Jaga
3. Dokter Spesialis dimasing-masing ruangan
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BULELENG
Jalan Ngurah Rai No. 30 Singaraja 81112 Telp. (0362) 22046 Fax. 29629
I. Pengertian : Memberikan pertolongan kepada pasien dalam jumlah banyak dalam suatu kejadian
yang tidak bisa di tetentukan kapan, dimana terjadinya (bencana)
III. Kebijakan : Memberikan pertolongan kepada penderita dengan cepat, tepat dan konfrenhensif
kepada penderita sehingga mampu menyelamatkan pasien sebanyak-banyaknya
IV. Prosedur : 1. Pasien diterima di ruang IRD / diruang yang telah ditentukan apabila jumlah
korban banyak
2. Dokter / Tim Bencana I (yang terdiri dari dokter dan petugas IRD) memeriksa
pasien, melaksanakan triage system kepada penderita
3. Setelah triage system pasien dikategorikan menjadi empat terdiri dari :
a. Label Hijau yaitu pasien bisa rawat jalan
b. Label Kuning yaitu pasien bisa observasi selanjutnya masuk rumah sakit
c. Label Merah yaitu pasien bisa masuk kamar operasi atau masuk ruangan
intensif
d. Label Hitam yaitu pasien dibawa keruang pemulasaran jenazah
4. Apabila pasien dikategorikan Kuning atau Merah dokter /tim bencana I
mengkonsultasikan dengan dokter spesialis jaga I yang membidanginya
5. Apabila dokter spesialis jaga I tidak ada, maka konsultasi dilanjutkan ke dokter
spesialis jaga II
6. Selanjutnya menindak lanjuti instruksi atau hasil jawaban konsul dari dokter jaga
spesialis
7. Pasien selanjutnya dirawat di instalasi rawat inap, diberikan terapi, dilakukan
observasi oleh tim jaga ruangan
8. Apabila keadaan sudah dianggap sembuh, maka pasien dipulangkan oleh dokter
yang merawat
I. Pengertian : Adalah penanganan Influensa kepada penderita yang mempunyai penyakit yang
dapat menularkan kepada petugas dan penderita yang lainnya
III. Kebijakan : Agar semua petugas melaksanakan perlindungan diri dalam merawat penyakit
menular influensa dan merawat pasien sesuai prosedur
IV. Prosedur : 1. Penderita berpenyakit menular influensa tetap dilayani dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan perawatan penderita penyakit menular guna melindungi
petugas atau penderita lainnya
2. Petugas harus menggunakan pelindung secukupnya
3. Alat-alat medis yang dipergunakan harus mendapatkan perlakuan khusus
dengan mengikuti persyaratan asepsis atau anti sepsis yang benar
4. Diharuskan menggunakan peralatan yang diposible
5. Untuk penderita influensa khususnya kasus-kasus Flu Burung/Flu Babi,
penderita langsung diterima dan selanjutnya ditangani diruangan isolasi (Ruang
Padma)
6. Untuk kasus Flu Burung/Flu Babi setelah dilakukan pemeriksaan dengan teliti
dan lengkap oleh tim dan telah diputusakn diagnosanya secara pasti
/terkonfirmasi, maka penderitra dirujuk ke rumah sakit rujukan khusus Flu
Burung/Flu Babi
7. Sebelum dirujuk oleh Tim Flu Burung/Flu Babi kepada penderita diberikan
penanganan
a. Penderita ditangani di ruang isolasi (Ruang Padma)
b. Pemberian cairan intravena (diinfus)
c. Oksigenasi
d. Obat Simptomastik
e. Oseltamivir dengan perincian sebagai berikut : ( menurut DITJEN PP dan PL
tentang kewaspadaan Swine Flu)
- Untuk dewasa dan anak ≥ 13 tahunh : 2 kali 75 mg per hari, selama 5
hari
- Untuk anak ≤ 1 tahun : 2 mg/kg BB, 2 kali sehari selama 5 hari
- Dosis oseltamavir dapat diberikan sesuai dengan berat badan sebagai
berikut :
a. > 40 kg : 75 mg, 2 kali sehari
b. > 15-23 kg : 45 mg, 2 kali sehari
c. > 23-40 kg : 60 mg, 2 kali sehari
d. ≤ 15 kg : 30 mg, 2 kali sehari
I. Pengertian : Adalah memberikan pelayanan/penanganan pada pasien secara optimal sehingga pasien merasa
puas, aman dan nyaman
II. Tujuan : 1. Memberikan pelayanan yang cepat dan tepat pada pasien
2. Mengurangi keluhan ketidak puasan pasien akan pelayanan
III. Kebijakan : Memberikan pelayanan yang prima kepada pasien sesuai dengan standar pelayanan minimal
sehingga pasien merasa aman, nyaman dan puas
I. Pengertian : Memberikan pelayanan prima pada pasien yang datang ke ruang VIP
II. Tujuan : 1. Memberikan pelayanan yang cepat dan tepat pada pasien
2. Mengurangi keluhan ketidak puasan pasien akan pelayanan
III. Kebijakan : Memberikan pelayanan yang prima kepada pasien sesuai dengan standar pelayanan
minimal sehingga pasien merasa aman, nyaman dan puas
I. Pengertian : Penanganan yang dilakukan kepada penderita Gawat Darurat atau mengancam jiwa
di VK Obsgyn
III. Kebijakan : Memberikan tindakan dan penanganan yang cepat dan tepat untuk penderita gawat
darurat
IV. Prosedur : 1. Penderita yang datang membawa surat rujukan dari Puskesmas/Bidan langsung
menuju ke VK Obsgyn diterima oleh Tim Jaga (Bidan Jaga)
2. Penderita yang datang tanpa membawa surat rujukan (datang sendiri) maka
petugas IRD menghubungi Tim Jaga di VK Obsgyn bahwa ada pasien Obsgyn
yang menuju VK
3. Administrasi pada keadaan point 1 dan 2 diatas tetap diselesaikan di IRD
4. Setelah pasien tiba di VK pasien diperiksa oleh Tim Jaga (Bidan Jaga) dan
selanjutnya dikonsulkan ke dokter resident
5. Dokter resident memeriksa pasien tersebut dan selanjutnya kalau dipandang
perlu mengkonsultasikan dengan dokter jaga spesialis
6. Apabila tidak ada dokter resident maka setelah pasien di VK diperiksa oleh
Bidan Jaga, dokter jaga IRD segera memeriksa pasien tersebut ke VK Obsgyn
7. Selanjutnya dokter jaga IRD mengkonsulkan ke dokter jaga spesialis Obsgyn
I. Pengertian : Satu unit fungsional untuk melaksanakan kegiatan agar fasilitas yang menunjang pelayanan
kesehatan di rumah sakit yaitu sarana bangunan/gedung/pagar/jalanan, instalasi listrik, sanitasi
lingkungan, mesin mekanik/peralatan dan elektromedis selalu berada dalam keadaan baik dan siap
pakai
II. Tujuan : 1. Terciptanya kebijakan instalasi pemeliharaan sarana bangunan/gedung/pagar/ jalanan, instalasi
listrik, sanitasi lingkungan, mesin mekanik/peralatan dan elektromedis secara berkelanjutan
sehingga dalam keadaan siap pakai
2. Terwujudnya sarana bangunan/gedung/pagar/jalanan, instalasi listrik, sanitasi lingkungan, mesin
mekanik/peralatan dan elektromedis yang berumur panjang, efisien dan efektif
3. Terciptanya pembinaan teknis rumah sakit melalui bimbingan bengkel rujukan maupun dari pihak
ketiga
III. Kebijakan : Agar semua petugas UPSRS melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana
rumah sakit sesuai dengan prosedur
IV. Prosedur : 1. Surat atau order dari ruangan/bagian/supervisi ditujukan kepada kepala UPSRS
2. Secara administrasi di proses oleh sub administrasi untuk di teruskan ke masing-masing sub
instalasi di antaranya :
a. Sub bangunan/gedung/pagar/jalanan
b. Sub instalasi listrik
c. Sub sanitasi kesehatan lingkungan
d. Sub mesin/mekanik/peralatan
e. Sub elektromedis dan alat kesehatan
3. Pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan di bengkel/bagian/ruangan/SMF setempat dengan
prosedur sebagi berikut :
a. Proses I
Untuk kegiatan yang dilaksanakan di bengkel/bagian/ruangan/SMF tanpa membutuhkan
suku cadang, pekerjaan yang sudah dikerjakan dikembalikan ke bagian/ruangan yang
bersangkutan
b. Proses II
Untuk kegiatan yang dapat dilaksanakan di bengkel/bagian/ruangan/SMF namun
membutuhkan suku cadang, suku cadang dimintakan ke gudang materiil, pekerjaan yang
sudah selesai dikerjakan di kembalikan ke bagian/ruangan yang bersangkutan
c. Proses III
Kegiatan yang sudah dilakukan oleh UPSRS disebabkan keterbatasan keterampilan alat
kerja atau suku cadang khusus, maka kepala UPSRS membuat perencanaan bersama sub
instalasi untuk perbaikan yang nantinya dilaksanakan oleh pihak ketiga
I. Pengertian : Penanganan yang dilakukan kepada penderita Gawat Darurat atau mengancam jiwa
di Rawat Inap
III. Kebijakan : Memberikan tindakan dan penanganan yang cepat dan tepat untuk penderita gawat
darurat di Ruang Rawat Inap
IV. Prosedur : 1. Pasien yang mengeluh oleh karena kegawatannya diperiksa oleh perawat jaga
2. Selanjutnya perawat jaga melaporkan keadaan pasien tersebut ke dokter jaga
3. Dokter jaga wajib datang memeriksa pasien tersebut memberikan penanganan
kegawat daruratan pada pasien
4. Setelah memberikan pertolongan kegawat daruratan dokter jaga mengkonsulkan
kondisi pasien tersebut ke dokter spesialis yang merawatnya
5. Dokter jaga menindak lanjuti instruksi terapi dari dokter spesialis yang
merawatnya
6. Dokter spesialis yang merawat pasien tersebut segera datang memeriksa pasien
tersebut
V. Yang Terkait : 1. Dokter Jaga
2. Dokter Spesialis Jaga
3. Semua Ruang Rawat Inap
I. Pengertian : Vena Secti adalah tindakan darurat yang harus secepatnya diberikan agar dapat
menyelamatkan jiwa pasien
II. Kebijakan : Memberikan pelayanan kedaruratan secara cepat dan tepat sesuai dengan teknis
operasional sehingga dapat memusakan pasien dan menyelamatkan jiwa pasien
IV. Prosedur : 1. Penderita yang memerlukan tindakan Vena Secti sesuai dengan indikasinya di
tempat rawat inapnya dikonsulkan oleh dokter spesialis yang merawatnya ke
dokter SMF Bedah
2. Dokter SMF Bedah wajib datang memeriksa pasien yang dikonsultasikan dan
melaksanakan tindakan Vena Secti di ruangan tempat pasien yang
dikonsultasikan
3. Apabila tindakan Vena Secti itu tidak memungkinkan dikerjakan di ruangan dan
melihat kondisi pasien masih memungkinkan dibawa ke IRD, maka tindakan
Vena Secti dapat dikerjakan di IRD
4. Alat-alat Vena Secti untuk tindakan Vena Secti diruangan disiapkan/diambil dari
IRD
V. Unit Terakait : 1. Instalasi VIP
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi IRD
4. SMF Bedah
I. Pengertian : 5 (lima) kasus terbanyak yang ditangani di Instalasi Rawat Darurat adalah
1. Infark Miokard Akut (IMA)
2. Cedera Kepala
3. Stroke
4. Fraktur Femur Tertutup
5. Hipertensi
II. Tujuan : 1. Agar semua bagian mengetahui kasus terbanyak yang telah ditangani Instalasi
Rawat Darurat
2. Agar dapat memberikan penanganan yang cepat dan tepat pada kasus 5 (lima)
kasus ancaman kematian terbanyak di Instalasi Rawat Darurat
3. Agar dapat menurunkan angka kematian pada 5 (lima) kasus terbanyak
III. Kebijakan : Melakukan penanganan yang cepat dan tepat sesuai dengan diagnosanya dan
mengetahui perkembangan pasien yang mengalami kegawatan secara terus
menerus
I. Pengertian : Flu Burung merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus influenza A Subtype H5
N1 yang pada umumnya menyerang unggas
II. Kebijakan : 1. Agar mempunyai pedoman penatalaksanaan Flu Burung di RSUD Kabupaten
Buleleng
2. Agar dapat dipakai acuan oleh petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan medis kepada pasien Flu Burung
IV. Prosedur : 1. Penderita yang datang sendiri, rujukan dari puskesmas/swasta diperiksa diruang
Padma oleh perawat jaga di ruang Padma dan dokter jaga IRD lengkap dengan
alat pelindung diri (perawat jaga melengkapi rekam medis dan melaporkan
gejala kardinal dari pasien ke dokter jaga selanjutnya dokter jaga memeriksa
pasien)
2. Dokter jaga melengkapi pemeriksaan penunjang (Lab, Rontgen)
3. Dokter jaga melaporkan pemeriksaan ke Tim Flu Burung (sesuai dengan
kasusnya)
4. Tim Flu Burung menegakan diagnosa suspek Flu Burung (sesuai kriteria suspek)
5. Setelah ditegakan diagnosa suspek Flu Burung pasien selanjutnya disiapkan
untuk dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar (Rumah Sakit Rujukan Flu Burung)
6. Sebelum dirujuk penderita diberikan penangan di ruang Padma
a. Intra Venous Fluid Drip
b. Oksigenasi
c. Pemeberian obat Oseltamivir (sesuai dengan petunjuk)
d. Obat-obat Simptomatis
7. Saat merujuk penderita diantar dengan ambulance, perawat dari Tim Flu Burung
Seseorang yang menderita demam dengan suhu ≥ 38˚C disertai satu atau lebih gejala dibawah ini :
1. Batuk
2. Pilek
3. Sesak Nafas
4. Sakit Tenggorokan
Dan disertai : satu atau lebih dari pajanan dibawah ini dalam 7 hari sebelum mulainya gejala :
1. Kontak erat dalam jarak 1 meter seperti merawat, berbicara atau bersentuhan dengan pasien
suspek, probable atau kasus H5N1 yang sudah konfirmasi
2. Terpajan (misalnya memegang, menyembelih, mencabuti bulu, memotong, mempersiapkan untuk
konsumsi) dengan ternak ayam, unggas liar, bangkai unggas atau terhadap lingkungan yang
tercemar oleh kotoran unggas itu dalam wilayah dimana infeksi dengan H5N1 pada hewan atau
manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam bulan terakhir
3. Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna diwilayah yang
dicurigai atau dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi H5N1 dalam satu bulan
terakhir
4. Kontak erat dengan binatang lain (dalam ternak unggas atau unggas liar) misalnya kucing atau
babi yang telah di konfirmasi terinfeksi H5N1
5. Memegang/menangani sampel (hewan atau manusia) yang dicurigai mengandung virus H5N1
dalam suatu Lab atau tempat lainnya
6. Ditemukan Leukopeni (nilai hitung leukosit dibawah nilai normal)
7. Ditemukan adanya titer antibody terhadap H5 dengan pemeriksaan uji Hi menggunakan eritrosit
kuda atau uji Eliswa untuk influenza A tanpa subtype
8. Foto torak menggambarkan pneumesia yang cepat memburuk pada serial foto
TTD
I. Pengertian : Influenza pada babi merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang sangat
menular, disebabkan oleh virus influenza type A serotype H1N1 yang termasuk
dalam Orthomyxovirus
II. Kebijakan : 1. Agar mempunyai pedoman penatalaksanaan Flu Babi di RSUD Kabupaten
Buleleng
2. Agar dapat dipakai acuan oleh petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan medis kepada pasien Flu Babi
IV. Prosedur : 1. Penderita yang datang sendiri, rujukan dari puskesmas/swasta diperiksa diruang
Padma oleh perawat jaga di ruang Padma dan dokter jaga IRD lengkap dengan
alat pelindung diri (perawat jaga melengkapi rekam medis dan melaporkan
gejala kardinal dari pasien ke dokter jaga selanjutnya dokter jaga memeriksa
pasien)
2. Dokter jaga melengkapi pemeriksaan penunjang (Lab, Rontgen)
3. Dokter jaga melaporkan hasil pemeriksaan ke Tim Flu Burung/Flu Babi
4. Tim Flu Burung/Flu Babi menegakan diagnosa suspek Flu Babi (sesuai kriteria
suspek)
5. Setelah ditegakan diagnosa suspek Flu Babi pasien selanjutnya disiapkan untuk
dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar (Rumah Sakit Rujukan Flu Burung)
6. Sebelum dirujuk penderita diberikan penangan di ruang Padma
a. Intra Venous Fluid Drip
b. Oksigenasi
c. Pemeberian obat Oseltamivir (sesuai dengan petunjuk)
d. Obat-obat Simptomatis
7. Saat merujuk penderita diantar dengan ambulance, perawat dari Tim Flu
Burung/Flu Babi
Seseorang dengan gejala infeksi pernafasan akut (demam ≥ 38˚C) mulai dari yang ringan (influenza like
Ilness) sampai dengan pneumonia, ditambah salah satu keadaan dibawah ini :
1. Dalam 7 hari sebelum sakit, pernah kontak dengan kasus konfirmasi swine influenza (H1N1 /Flu
Meksiko)
2. Dalam 7 hari sebelum sakit pernah berkunjung ke area yang terdapat satu atau lebih kasus
konfirmasi swine influenza (H1N1 /Flu Meksiko)
Keterangan :
1. Yang dimaksud kontak adalah merawat, tinggal serumah atau berhubungan langsung dengan
secret pernafasan atau cairan tubuh dalam kasus probable atau konfirmasi swine influenza
(H1N1 /Flu Meksiko)
2. Yang dimaksud ”area terjangkit ” adalah area /negara yang mempunyai satu atau lebih kasus
konfirmasi yang ditetapkan oleh WHO, area negara ini setiap hari bisa bertambah, sehingga harus
selalu diikuti perkembangan melalui website : www.who.
3. Berkaitan dengan daftar negara /area terjangkit, sampai tanggal 29 April 2009 negara yang
terjangkit adalah Meksiko, Amerika serikat (California, Texas, New York, Kansas dan Ohio) Canada,
New Zealand, United Kingdom, Israel dan Spanyol. Informasi ini harus selalu di updite setiap hari
melalui website : www.who.
TTD
KONTAK PERSON
Seseorang yang menderita demam dengan suhu ≥ 38˚C disertai satu atau lebih gejala
dibawah ini :
1. Batuk
2. Pilek
3. Sesak Nafas
4. Sakit Tenggorokan
Dan disertai : satu atau lebih dari pajanan dibawah ini dalam 7 hari sebelum mulainya
gejala :
1. Kontak erat dalam jarak 1 meter seperti merawat, berbicara atau bersentuhan
dengan pasien suspek, probable atau kasus H5N1 yang sudah konfirmasi
2. Terpajan (misalnya memegang, menyembelih, mencabuti bulu, memotong,
mempersiapkan untuk konsumsi) dengan ternak ayam, unggas liar, bangkai
unggas atau terhadap lingkungan yang tercemar oleh kotoran unggas itu dalam
wilayah dimana infeksi dengan H5N1 pada hewan atau manusia telah dicurigai
atau dikonfirmasi dalam bulan terakhir
3. Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna
diwilayah yang dicurigai atau dipastikan terdapat hewan atau manusia yang
terinfeksi H5N1 dalam satu bulan terakhir
4. Kontak erat dengan binatang lain (dalam ternak unggas atau unggas liar) misalnya
kucing atau babi yang telah di konfirmasi terinfeksi H5N1
5. Memegang/menangani sampel (hewan atau manusia) yang dicurigai mengandung
virus H5N1 dalam suatu Lab atau tempat lainnya
6. Ditemukan Leukopeni (nilai hitung leukosit dibawah nilai normal)
7. Ditemukan adanya titer antibody terhadap H5 dengan pemeriksaan uji Hi
menggunakan eritrosit kuda atau uji Eliswa untuk influenza A tanpa subtype
8. Foto torak menggambarkan pneumesia yang cepat memburuk pada serial foto
Seseorang dengan gejala infeksi pernafasan akut (demam ≥ 38˚C) mulai dari yang
ringan (influenza like Ilness) sampai dengan pneumonia, ditambah salah satu keadaan
dibawah ini :
1. Dalam 7 hari sebelum sakit, pernah kontak dengan kasus konfirmasi swine
influenza (H1N1 /Flu Meksiko)
2. Dalam 7 hari sebelum sakit pernah berkunjung ke area yang terdapat satu atau
lebih kasus konfirmasi swine influenza (H1N1 /Flu Meksiko)
Keterangan :
1. Yang dimaksud kontak adalah merawat, tinggal serumah atau berhubungan
langsung dengan secret pernafasan atau cairan tubuh dalam kasus probable atau
konfirmasi swine influenza (H1N1 /Flu Meksiko)
2. Yang dimaksud ”area terjangkit ” adalah area /negara yang mempunyai satu atau
lebih kasus konfirmasi yang ditetapkan oleh WHO, area negara ini setiap hari bisa
bertambah, sehingga harus selalu diikuti perkembangan melalui website :
www.who.
3. Berkaitan dengan daftar negara /area terjangkit, sampai tanggal 29 April 2009
negara yang terjangkit adalah Meksiko, Amerika serikat (California, Texas, New
York, Kansas dan Ohio) Canada, New Zealand, United Kingdom, Israel dan
Spanyol. Informasi ini harus selalu di updite setiap hari melalui website : www.who.
TTD