Anda di halaman 1dari 13

UTS ELS

2018/2019
1. a.Jelaskan pengertian dan tujuan dilakukannya logging, serta jenis-jenis log
berdasarkan prinsip kerja dan kegunaannya.
 Pengertian
Kegiatan operasional untuk merekam karakteristik batuan yang telah ditembus oleh
pahat pemboran sebagai fungsi kedalaman.
 Tujuan :
a. Mengetahui letak/kedalaman (D) formasi porous permeable yang mengandung HC
(Reservoir).
b. Mengetahui ketebalan Reservoir (h)
c. Mengetahui jenis lithologi batuan reservoir (sandstone, limestone/ carbonat e,
dolomite, volkanik)
d. Mengetahui sifat fisik batuan reservoir (porositas, saturasi air)
e. Mengetahui geometri (luas) dan Kontinuitas reservoir (A), melalui korelasi batuan
antar sumur
f. Mengetahui jumlah minyak/gas mula-mula ditempat (OOIP/OGIP), Recocery
Factor (RF) dan Cadangan HC (reserve) dan produktivitas reservoir
 Jenis-jenis log, prinsip kerja, dan kegunaanya
a. Lithology Tools
Pada lithology tools ini mempunyai tujuan untuk menentukan reservoir,
mengidentifikasi lapisan porous dan permeable di suatu sumur, korelasi antar
sumur, mengetahui target pemboran, dan mengetahui besarnya volume lapisan
shale.
b. Porosity Tools
Merupakan log yang menunjukan besarnya densitas pada batuan (bulk density)
yang telah ditembus oleh lubang bor. Mempunyai fungsi untuk menentukan
besarnya porositas batuan, mengidentifikasi mineral batuan, mengevaluasi mineral
batuan, mengevaluasi shally sand dan lithology yang kompak, mendeteksi gas-
bearing zone, menentukan densitas hidrokarbon, dan mengevaluasi pasir serpih dan
lithology yang kompleks.
c. Resistivity Tools
Tujuan utama pengukuran menggunakan resistivity log :
 Mencari harga Rt, yaitu resistivity pada daerah yang tidak terinvasi.
 Untuk memperkirakan isi kandungan fluida.
b. Jelaskan dan gambarkan secara skematis kondisi lubang bor dihubungkan dengan invasi lumpur

1) Invasi filtrat lumpur : Air filtrat lumpur yang masuk ke dalam formasi batuan yang
porous dan permeable selama pembentukan mud cake
2) Banyaknya filtrat yang masuk tergantung pada jenis lumpur pemboran dan jenis
formasi batuan yang dibor
3) Jauh dekatnya invasi filtrat lumpur (filtrat loss) menginvasi zona porous permeable
tergantung pada harga porositas dan permeabilitasnya.
4) Jika Ф besar dan K kecil maka invasi filtrat lumpur dekat
5) Jika Ф dan K kecil maka invasi filtrat lumpur akan jauh
6) Diameter invasi filtrat lumpur fungsi dari porositas :
Ф > 20% Di = 2d
15% < Ф < 20% Di = 3d
10% < Ф < 15% Di = 5d
5% < Ф < 10% Di = 10d
Keterangan :
Di = Diameter Infasi filtrat Lumpur
d = Diameter Lubang Bor
Ф = Porositas Batuan (fraksi)
2. Jelaskan interpretasi:
a. Kualitatif
Didasarkan pada bentuk/defleksi kurva dari log yang tergambar/ terekam pada slip log
yang dipengaruhi oleh faktor lithologi dan kandungan fluida.
 Dapat menentukan lithologi/susunan perlapisan batuan.
 Dapat membedakan lapisan porous/permeabel
 Dapat memperkirakan kandungan fluida dalam batuan
- Memperkirakan lapisan minyak, gas dan air.
- Memperkirakan letak GOC/WOC
 Sebagai dasar dalam melakukan interpetasi kuantitatif
b. Kuantitatif
Dengan menggunakan persamaan/chart menghitung parameter-parameter reservoir dari
data logging (Rw, Rt, ρb, ρf, ρma, a, m, n ).
 Porositas
 Saturasi air
 Saturasi Hidrokarbon tersisa (Shr)
 Saturasi Hidrokarbon yang dapat brgerak (Shm)
 Cadangan Hidrokarbon mula-mula secara Volumetris (OOIP/IOIP)

3. Sebutkan Log
a. Log Lithology
 Spontaneous Potential Log (SP Log)
Merupakan alat log yang digunakan untuk :
1) mengukur beda potensial antara potensial di permukaan dengan potensial natural
karena pergerakan elektroda dalam sumur. Pada SP log,
2) menghitung harga Rw,
3) Ketebalan lapisan porous, korelasi batuan, dan evaluasi Vclay
 Gamma Ray Log
Merupakan alat log yang digunakan untuk menghitung besaran intensitas radioaktif
pada batuan, dimana dalam batuan yang mengandung (pottasium, uranium, thorium).
Yang mana banyak terdapat pada shale. Pada GR log digunakan untuk identifikasi
reservoir, korelasi sumur, evaluasi shale, Untuk korelasibatuan, Untuk mengetahui
prosentase kandungan shale pada lapisanpermeabel, Untuk menentukan kedalaman
perforasi yang telah diinjeksi air.
 Caliper log
Caliper log digunakan untuk mengukur diameter lubang bor dan untuk mengetahui
batuan permeable atau impermeable dalam sumur bor dengan adanya mud cake atau
swelling pada lapisan impermeable, untuk mengetahui terjadinya sloughing atau
caving, Menentukan Seting packer yang tepat pada DST, Estimasi ketebalan mud cake,
Perhitungan kecepatan lumpur di anulus untuk pengangkatan cutting, Interpretasi log
listrik, memberi ukuran diameter lubang, Mendeteksi batas lapisan permeable,
Menentukan resistivitas air formasi (Rw), Menentukan volume shale
b. Log Porosity
 Density log
Merupakan log yang menunjukkan besarnya densitas pada batuan (bulk density) yang
telah ditembus oleh lubang bor
 Neutron log
Merupakan alat log yang digunakan untuk menentukan porositas total batuan, yang
diisi oleh hidrokarbon atau air formasi. Dilakukan dengan mengukur kosentrasi ion
hidrogen dalam formasi. Berfungsi untuk menentukan porositas total, penentuan
korelasi batuan.
 Sonic log
Merupakan log porositas yang mengukur interval transite time dari gelombang suara
yang melewati setiap feet dari formasi. Alat ini menggunakan transmitter dan receiver
yang dipisahkan pada jarak tertentu. Berfungsi untuk mendapatkan besaran porositas
batuan dan membantu didalam interpretasi seismic records, terutama untuk kalibrasi
kedalaman formasi,
c. Log Resistivity
 Normal log
 Induction log
Alat inidikembangkan untuk mengukur resistivity pada lubang bor yang berisi oil base
mud dan juga air- drilled. Pada kondisi diatas, alat resistivity log yang menggunakan
electrode tidak bisa digunakan.
 Lateral log
Alat ini memiliki 3 elektroda yang berfungsi untuk mendeteksi tahanan formasi yang
tidak terinvasi oleh lumpur bor (Rt).
 Microresistivity log
Microresistivity adalah alat yang digunakan untuk mengukur Rxo (resistivity pada
daerah Flushed Zone) dan menggambarkan daerah permeable dengan mendeteksi
adanya mudcake Microresistivity membaca banyak atau sedikitnya pengaruh mudcake,
tergantung pada resitivitynya (Rmc) dan ketebalannya (hmc). Microresistivity terdiri
dari penggabungan dua Caliper yang berfungsi untuk mengetahui kondisi dan ukuran
lubang bor.

4. Jelaskan prinsip kerja dan kondisi optimum


a. SP Log
 Prinsip Kerja :
Defleksi SP terjadi karena adanya perbedaan potensial antara electrode di
permukaan dengan electrode yang bergerak di dalam sumur. Beda potensial terjadi
pada daerah :
1) Lubang sumur yang diisi lumpur
2) Daerah lapisan non-permeable
3) Reservoir yang tidak tersentuhlumpur (uninvaded zone)
4) Reservoir yang terkena pengaruh lumpur (invaded zone)

5) Dengan menghitung beda potential antara elektroda yang ada di permukaan dengan
elektroda yang ada pada sumur. Pengukurannya berdasarkan adanya perbedaan
salinitas antara lumpur pemboran (Rmf) dengan fluida formasi (Rw), dimana pada
dasarnya nilai salinitas berbanding terbalik dengan resistivitas.
6) Interpretasi log : Apabila data log SP menunjukkan kurva lurus (tidak ada
perubahan nilai) maka mengindikasikan salinitas fluida formasi = salinitas lumpur
pemboran, atau dapat juga sebagai indikasi lapisan batuan yang pejal (tight) atau
impermeable). Sedangkan apabila terdapat defleksi grafik/perubahan nilai log SP,
maka menunjukkan adanya perbedaan salinitas, adanya lapisan batuan permeable,
dan dapat diasumsikan sebagai reservoar. Dan apabila lapisan permable tersebut
mengandung saline water maka nilai Rw < Rmf, dan akan terjadi defleksi (-),
sedangkan lapisan yang mengandung fresh water memiliki nilai Rw >> Rmf,
mengakibatkan defleksi (+)

 Kondisi Optimum SP log :


1) Lumpur jenis water base mud
2) Rm ≠Rw
3) Pada clean sand formation
4) Porositas yang cukup besar
5) Open hole
6) Invasi lumpur dangkal
7) Pada invasi yang cukup tebal
8) hanya bisa digunakan pada openhole
9) tidak dapat berfungsi/digunakan pada lumpur non-conductive

b. Microresistivity Log
 Prinsip kerja
Alat ini dilengkapi dengan pad yang dapat mengembang atau menyusut sesuai
dengan ukuran diameter lubang bor, dimana pada pad ini menempel pada dinding
lubang bor. Pada permukaan pad dipasang 3 buah elektroda yang terletak dalam
satu garis, dengan jarak masing masing elektroda 1 inch.
 Kondisi optimum
1) Jenis lumpur water based mud
2) Porositas batuan > 15%
3) Rxo/Rmc < 15
4) Ketebalan mud cake < 0.5 inch
5) Kedalaman invasi lumpur 4 inch atau lebih besar

c. Neutron Log
 Priinsip kerja
Prinsip kerja dari Neutron log dengan menghitung Index hydrogen dengan
memancarkan neutron secara kontinyu dari sebuah sumber radioaktif. Neutron-
neutron ini akan bertabrakan dengan atom-atom material formasi yang
mengakibatkan neutron akan kehilangan sebagian energinya. Karena massa atom
hidrogen hampir sama dengan neutron, kehilangan energi terbesar akan terjadi bila
keduanya bertabrakan. Banyaknya hidrogen dalam suatu formasi, menandakan
bahwa terdapat fluida dalam suatu formasi tersebut. Sehingga kehilangan energi
akan berhubungan dengan porositas formasi. Bila pori-pori terisi oleh gas, maka
porositas neutronnya akan lebih kecil daripada minyak atau air. Karena kosentrasi
hidrogen pada gas lebih sedikit dibandingkan dengan minyak dan air. Maka pada
alat log ini akan menghitung kehilangan energi.
1) Jika kehilangan energinya besar maka energi yang diterima detektor kecil
(velocitynya kecil) artinya High Porosity
2) Jika kehilangan energinya kecil maka energi yang diterima detektor besar
(velocitynya besar) artinya Low Porosity
 Kondisi optimum
1) Semua jenis lumpur
2) Formasi batuan non- shaly
3) Open Hole
4) Porositas rendah < 20%
5) Diameter lubang antara 6” – 10”

d. Sonic Log
 Prinsip kerja
Prinsip kerja dari alat ini menggunakan kecepatan rambat suara yang dipancarkan
ke dalam formasi, oleh bagian pemancar (transmitter) dan pantulan akan ditangkap
oleh receiver. Dalam sonic log ini kita menghitung transite time untuk mengetahui
batuan dalam formasi itu porositas efektifnya besar atau kecil. Jika transite timenya
besar maka porositas efektifnya semakin besar dan kebalikannya. Atau dapat
dikatakan jika interval transite timenya besar maka prospek. Langkah kerja sonic
log ini yang pertama menentukan prospek, kemudian menentukan Δtf. Setelah itu
membaca besarnya interval transite time (Δt log) dan defleksi kurva pada
kedalaman yang dianalisa dan terakhir menghitung besarnya porositas dengan
menggunakan persamaan.
 Kondisi optimum
1) Dapat dilakukan pada semua jenis lumpur, tetapi tidak baik untuk kondisi gas
filled hole
2) Open Hole
3) Unconsolidated sand formation
4) Porositas antara 15% - 25%

5. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan kombinasi logging:
a. Jenis fluida (lumpur) pemoran yang digunakan
Jenis fluida pemboran akan berpengaruh terhadap pemilihan log listrik, khususnya
pemilihan resistivity log. Pemilihan resistivity log berdasarkan atas kadar garam dari
lumpur pemboran. Induction log lebih optimum untuk sumur dengan lumpur air tawar,
sedangkan laterolog optimum untuk lumpur air asin.

b. Jenis formasi batuan yang ditembus lubang bor


Terdapat 3 jenis formasi batuan yang sering terkait dengan evaluasi log ini :
1) Formasi Lunak (Soft Formation)
 Yaitu formasi yang tidak kompak atau mudah runtuh (Unconsolidated)
 Batuan Pasir (Sand ) and Batuan Shale
 Tahanan batuan kecil sampai dengan menengah (Low moderate Resistivty)
 Mempunyai porositas besar
Clean Sand Ф > 25%
Shaly Sand Ф > 20%
Ф > 20%, diameter invasi lumpur (Di) sekitar 2d (d = diameter lubang bor)

2) Formasi Sedang (Intermediate Formation)


 Yaitu formasi cukup kompak (Moderately Consolodated)
 Golongan formasi adalah batu pasir
 Tahanan formasi batuan sedang (Intermediate Resistivty)
 Mempunyai Porositas antara 15% - 20%
 Diameter invasi lumpur diperkirakan (Di) = 3d

3) Formasi Keras (Hard Formation)


 Jenis batuan ini lebih kompak dari formasi lunak dan sedang
 Jenis batuan keras : Limestone dan Dolomite
 Tahanan batuan sangat tinggi (high resistivty)
 Ф < 15%, maka diameter invasi lumpur (Di = 10d)

c. Karakteristik Invasi filtrat lumpur


7) Invasi filtrat lumpur : Air filtrat lumpur yang masuk ke dalam formasi batuan yang
porous dan permeable selama pembentukan mud cake
8) Banyaknya filtrat yang masuk tergantung pada jenis lumpur pemboran dan jenis
formasi batuan yang dibor
9) Jauh dekatnya invasi filtrat lumpur (filtrat loss) menginvasi zona porous permeable
tergantung pada harga porositas dan permeabilitasnya.
10) Jika Ф besar dan K kecil maka invasi filtrat lumpur dekat
11) Jika Ф dan K kecil maka invasi filtrat lumpur akan jauh
12) Diameter invasi filtrat lumpur fungsi dari porositas :
Ф > 20% Di = 2d
15% < Ф < 20% Di = 3d
10% < Ф < 15% Di = 5d
5% < Ф < 10% Di = 10d
Keterangan :
Di = Diameter Infasi filtrat Lumpur
d = Diameter Lubang Bor
Ф = Porositas Batuan (fraksi)

d. Kondisi lubang bor (diameter lubang bor, Cased hole, dsb)


1) Mengetahui perkiraan kondisi lubang bor yang akan di log sangat penting dalam
rangka pemilihan setiap jenis log yang akan digunakan dalam rangka pengukuran
karakteristik formasi
2) Data kondisi lubang bor (seperti diameter lubang bor) akan menjadi acuan dalam
pemilihan jenis log yang akan dikombinasikan dan acuan dalam interprentasinya
3) Pada prinsipnya, hasil pengukuran setiap alat log akan semakin akurat bilamana
diameter lubang bor nya kecil dalam arti sesuai dengan kapasitas alat log, sehingga,
target pengukurannya sesuai dengan apa yang akan diukur. Jika lubang bornya
terlalu besar dari kapasitas alat lognya, maka hasil pengukurannya tidak akurat dan
jangkauan pengukurannya tidak sampai pada zona yang diinginkan.
4) Kondisi lubang bor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan kombinasi log :
 Variasi diameter lubang bor setelah proses pemboran selesai, kondisi ini dapat
diperkirakan berdasarkan data caliper log dari sumur sebelumnya (sumur
eksplorasi)
 Apakah lubang bor dalam kondisi open hole atau cased hole

e. Ketebalan lapisan batuan yang akan diukur logging


1) Pada prinsipnya, setiap jenis log akan mengukur karakteristik formasi porous
dengan akurat apabila ketebalan lapisan yang diukur lebih besar dari jarak (spasi)
antara elektrodanya (transmiter – receiver)
2) Mengetahui perkiraan ketebalan dari setiap porous yang akan diukur oleh alat log
sangat penting, karena data variasi ketebalan lapisan akan menjadi acuan dalam
pemilihan setiap jenis log, khususnya untuk jenis log resistivity
3) Jika ketebalan lapisan porous tipis-tipis disarankan menggunakan jenis alat log
yang mempunyai system difokuskan (micro spherical focus log, MSFL, induction
log, dan laterolog)

f. Distribusi porositas dan resestivitas batuan


1) Pada dasarnya semua logging dirancang dengan batasan pengukuran tertentu. Oleh
arena itu, memilih porosity tool maupun resistivity tool yang sesuai perlu
memperhatikan distribusi porositas dan resistivitas batuannya. Dengan mengetahui
variasi harga ini, maka dapat ditentukan porosity tool dan resistivity tool yang
sesuai.
2) Batuan unconsolidated untuk,
 formasi yang bersih dari clay (clean sands) porositasnya lebih besar dari 25%
 shaly sand mempunyai porositas lebih dari 20%, biasanya mempunyai tahanan batuan
antara kecil sampai menengah (low resistivity-moderate resistivity).
 Moderately consolidated memiliki porositas antara 15% - 20% , biasanya mempunyai
tahanan formasi batuan sedang (intermediate resistivity).
 Batuan yang tight mempunyai porositas batuan yang kecil atau dibawah 15%, sehingga
mempunyai tahanan batuan sangat tinggi (high resistivity).
3) Untuk mengetahui distribusi porositas dan resistivitas batuan, dapat dilakukan
pendekatan dengan mengolah data porositas dan resistivitas hasil pengukuran logging
dari sumur eksplorasi dengan metode statistik. Hasil analisa stastistik ini biasanya
disajikan dalam bentuk grafik frekuensi, seperti grafik histogram dan grafik polygon.

g. Kondisi optimum dari setiap peralatan logging sumur yang ada.

ALAT LOGGING KONDISI OPTIMUM


SP log • Lumpur jenis water base mud
• Rm ≠Rw
• Pada clean sand formation
• Porositas yang cukup besar
• Open hole
• Invasi lumpur dangkal
• Pada invasi yang cukup tebal
Conventional Resistivity Log • Lumpur jenis fresh water base mud
• Rmf > 2Rw
• Open Hole
• Porositas cukup besar
• Invasi dangkal
• Ketebalan Lapisan > 1,5 spaci alat
• Harga resistivty 1 – 50 ohm-m
Induction Log • Jenis fresh water base mud
• Porositas batuan antara medium – high
(>15%)
• Open Hole
• Invasi Lumpur > 40 inch
• Resistivitas formasi < 200 ohm-m
Microlateralog •• Rmf
Jenis>lumpur
2Rw salt water base mud
•• Ketebalan
Open HoleLapisan > 60 inch
• Pada batuan karbonat terinvasi
• Porositas batuan medium (< 15%)
• Tahanan batuan 0,5 – 100 ohm-m
• Ketebalan mud cake ≤ 3/8 inch
• Rxo/Rmc > 15
• Kedalaman Invasi filtrat >= 3”
Gamma Ray Log • Tidak ada batasan dalam pemakaian dan
merupakan pengganti SP Log, jika SP log
tidak berfungsi dengan baik
Microlog • Jenis lumpur fresh water base mud
• Porositas >15%
• Open Hole
• Tebal mud cake < 0,5”
• Kedalaman invasi lumpur < 4”
• Tahanan batuan 0,5 – 100 Ω-m
• Rxo / Rcm > 25
Proximity Log • Pada batuan karbonat/ sand terinvasi
• Porositas batuan medium (<15%)
• Jenis lumpur water base mud
• Tahanan batuan 0,5 – 100 Ω-m
• Invasi lumpurnya dalam > 40”
• Open Hole
• Ketebalan mud cake 3/4” – 3/8”
Neutron Log • Semua jenis lumpur
• Formasi batuan non- shaly
• Open Hole
• Porositas rendah < 20%
• Diameter lubang antara 6” – 10”
Micro Spherical Focused Log • Jenis lumpur salt water base mud
(MSFL) • Open Hole
• Porositas >15%
• Kedalaman invasi lumpur > 4”
• Ketebalan mud cake < 3/4”
• Rang tahanan batuan 0,5 - 100Ω-m
Density Log • Densitas batuan formasi yang rendah
• Unconsolidated sand formation
• Porositas antara 20% - 40%
• Open Hole
Sonic Log • Dapat dilakukan pada semua jenis lumpur,
tetapi tidak baik untuk kondisi gas filled
hole
• Open Hole
• Unconsolidated sand formation
• Porositas antara 15% - 25%
6. Jelaskan yang dimaksud dengan pemilihan kombinasi log yang optimum
Kombinasi logging optimum adalah kombinasi logging sumuran yang mampu menghasilkan
data petrofisik yang diinginkan dengan tingkat keakuratan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai