C O2 CO2
karbon (C)
1
H 2 O2 H 2 O
hidrogen (H) 2
1
H 2 O2 H 2 O
2
koefisien stoikiometri
Pembakaran Karbon Tidak Sempurna
1
C O 2 CO (1.4)
2
Karbonmonoksida dalam produk pembakaran
pemakaian energi yang tidak efisien
merupakan polutan di udara.
Energy Conversion Laboratory
Sanata Dharma University
Udara Teoritis
Komposisi Udara Kering
Udara yang dipergunakan dalam kebanyakan proses pembakaran
berasal dari udara bebas.
Dalam kebanyakan analisis teoritis/praktis, udara dianggap dalam
kondisi kering (dry air) yang tersusun dari komponen:
oksigen (O2)
nitrogen (N2)
argon (Ar)
karbondioksida (CO2)
helium (He)
neon (Ne), dsb.
Untuk perhitungan pembakaran, satu satuan volume (mol) udara
kering dapat diasumsikan terdiri dari:
21% oksigen
79 % nitrogen
Energy Conversion Laboratory
Sanata Dharma University
Udara Teoritis
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Dari Udara
Kebutuhan oksigen pada pembakaran, dapat dipenuhi oleh oksigen dari udara sbb:
Udara Teoritis
Contoh:
Tentukan reaksi stoikiometri pembakaran metana (CH4) dengan menggunakan udara
sebagai oksidatornya
Penyelesaian:
Pembakaran methana CH4 dengan udara kering:
Udara Lebih
Latar Belakang dan Tujuan Udara Lebih
Sulit mendapatkan pencampuran yang memuaskan antara
bahan bakar dengan udara pada proses pembakaran aktual
Udara perlu diberikan dalam jumlah berlebih untuk memastikan
terjadinya pembakaran secara sempurna seluruh bahan bakar
yang ada
Definisi Udara Lebih
Udara yang diberikan untuk pembakaran dalam jumlah yang lebih besar
dari jumlah teoritis yang dibutuhkan bahan bakar
mua N ua
% udara teoritis = 100 100
mus Nus (1.8a-b)
Udara Lebih
Contoh 1.3:
Tentukan reaksi pembakaran metana (CH4) dengan
menggunakan 10 % udara berlebih
Penyelesaian:
Metana (CH4) dibakar dengan 10 % udara berlebih
Persamaan pembakaran:
CH4 (1,1) 2 O2 + 3,76N2 CO2 2H2 O 0, 2O2 (1,1) (2)(3,76)N 2
Energy Conversion Laboratory
Sanata Dharma University
Udara Lebih
Penentuan Udara Lebih dari Komposisi Produk
Udara lebih dapat dideduksi dengan pengukuran komposisi produk
pembakaran dalam keadaan kering (dry basis). Jika produk merupakan
hasil pembakaran sempurna, maka persentase udara lebih dapat
dinyatakan sebagai:
N
% udara lebih = 100
O2
prod
(1.9)
NN / 3, 76 N O
2 prod 2 prod
% udara lebih = 100
O2
prod
(1.10)
N
2 prod
/ 3, 76 O 2 prod
pengukuran gas biasanya dinyatakan dalam fraksi mol (), maka
persamaan (1.10) lebih sering digunakan
Energy Conversion Laboratory
Sanata Dharma University
Udara Lebih
Contoh 1.4:
Pengukuran produk kering pembakaran dari sebuah alat pembakar (burner)
yang menggunakan gas alam dan udara menunjukkan kandungan
volumetric 5 % oksigen dan 9 % karbon dioksida. Tentukan udara lebih
pada proses pembakaran tersebut
Penyelesaian:
Dari pengukuran diketahui:
O 0, 05 ; CO 0, 09 ; dan N 0,86 (dari perbedaan)
2 2 2
0, 05
% udara lebih = 100 28
0,86 / 3, 76 0, 05
mu M u Nu
AF (1.11)
mbb M bb N bb
dimana M menunjukkan massa molekuler, sedangkan indeks u dan bb
menunjukkan udara dan bahan bakar.
mbb M bb N bb
FA
mu M u Nu
Rasio bahan bakar udara, FA sering juga disimbulkan dengan f.
Energy Conversion Laboratory
Sanata Dharma University
Rasio Ekivalen
Rasio Ekivalen (Equivalence Ratio)
Perbandingan antara rasio udara- bahan bakar stoikiometrik dengan
rasio udara-bahan bakar aktual atau perbandingan antara rasio
bahan bakar-udara aktual dengan rasio bahan bakar-udara
stoikiometrik
AFs FAa
AFa FAs
> 1 terdapat kelebihan bahan bakar dan campuran disebut
campuran kaya bahan bakar (fuel-rich mixture).
< 1 campurannya disebut campuran miskin bahan bakar (fuel-lean
mixture)
= 1 merupakan campuran stoikiometrik
Energy Conversion Laboratory
Sanata Dharma University
Rasio Ekivalen
Hubungan Rasio Ekivalen dengan Udara Lebih
Dengan menggunakan rasio ekivalen, persen udara teoritis atau
persen udara lebih dapat ditentukan sebagai berikut:
100
% udara teoritis =
100 1-
% udara lebih =
Energy Conversion Laboratory
Sanata Dharma University
Rasio Ekivalen
Contoh:
Sebuah alat pembakar (burner) turbin gas beroperasi pada beban penuh
dengan laju aliran massa udara 15,9 kg/s. Bahan bakarnya adalah gas
alam dengan komposisi ekivalen C1,16H4,32. Tentukan rasio udara-bahan
bakar dan laju aliran massa bahan bakar jika proses pembakaran hendak
dijaga pada kondisi campuran miskin bahan bakar (fuel-lean mixture)
dengan rasio ekivalen 0,286
Penyelesaian:
Diketahui:
pembakaran C1,16H4,32
rasio ekivalen, = 0,286
laju aliran udara aktual, mua 15,9 kg/s
Ditanya:
rasio udara-bahan bakar stoikiometris
AF dan laju aliran bahan-bakar, mbba
Energy Conversion Laboratory
Sanata Dharma University
Rasio Ekivalen
Penyelesaian (lanjutan):
Dari persamaan umum reaksi pembakaran (1.7), maka reaksi pembakaran
proses di atas adalah:
4,32 4,32 4,32
C1,16 H 4,32 1,16
2 O +3,76N 2 1,16CO2
2 2 H O 3, 76 1,16 N2
4 4
C1,16 H 4,32 2, 24 O 2 +3,76N 2 1,16CO2 2,16H 2 O 8, 42N 2
Rasio Ekivalen
Penyelesaian (lanjutan):
Rasio udara-bahan bakar aktual dengan rasio ekivalen, = 0,286 dapat
ditentukan dengan persamaan (1.13):
AFs 16,89
AFa 59, 06
0, 286
Karena rasio udara-bahan bakar juga menyatakan rasio laju aliran massa
udara-bahan bakar, maka dengan menggunakan persamaan (1.11) dengan
penyesuaian simbol maka laju aliran bahan bakar dapat ditentukan:
mua m 15,9 kg/s
AFa mbba ua 0, 269 kg/s
mbba AFa 59, 06
Energy Conversion Laboratory
Sanata Dharma University
Rasio Ekivalen
Kerjakan Soal Latihan Berikut :
1. Sebuah mesin diesel menggunakan bahan bakar diesel
C12H26 dicampur dengan ethanol C2H5OH sebesar 10%,
beroperasi dengan laju aliran massa udara sebesar 14,6
kg/s. Tentukan rasio udara bahan bakar, dan laju aliran
massa bahan bakar jika proses pada kondisi lean
combustion dengan rasio ekuivalensi 0,289.