Anda di halaman 1dari 10

3 Renungan Malam Tentang Belajar,

Dendam dan Nasib Hidup


Ditulis oleh Nopa Selasa, 27 November 2018 Tambah Komentar
Daftar Isi :

1. Renungan Malam 1 : Belajar dari Samuel


2. Renungan Malam 2: Untuk Apa Menyimpan Dendam dalam Hatimu?
3. Renungan Malam 3 : Apa Nasib Hidup Kita Berbeda?
4. Belajar dari Samuel
Bacaan: 1 Samuel 3:1-21

”Dan Samuel makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satu pun dari
firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur. Maka tahulah seluruh Israel dari Dan
sampai Bersyeba, bahwa kepada Samuel telah dipercayakan jabatan nabi TUHAN.”
1 Samuel 3:1-21
5. Samuel merupakan anak dari Hana dan Elkana. Hana merupakan seorang perempuan
yang saat taat kepada Tuhan. Ketika usianya semakin lanjut Hana belum dikaruniai
seorang anak pun. Hati Hana menjadi sedih dan sakit apalagi setaip pergi ke rumah
TUHAN, Penina istri Elkana yang lain menyakiti Hana. Setiap hari, baik pagi maupun
malam, Hana berdoa kepada Tuhan agar ia dapat memiliki seorang anak, bahkan
Hana bernazar kepada Tuhan, jika Tuhan mengaruniakannya seorang anak laki-laki,
ia akan mempersembahkan anak itu menjadi hamba Tuhan seumur hidupnya. Tuhan
pun mendengar doa Hana dan Hana dapat mengandung dan melahirkan seorang anak
laki-laki yang dinamainya Samuel yang berarti “Aku telah memintanya dari pada
TUHAN.”

Setelah Hana menyapih Samuel, dia menitipkan anaknya itu kepada imam Eli agar
iman Eli dapat mendidik Samuel menjadi seorang hamba dan pelayan yang setia
kepada Tuhan. Iman Eli memili dua orang anak yang bernama Hofni dan Pinehas.
Namun, kedua anak imam Eli memiliki sikap yang buruk sehingga mereka tidak
berkenan di hadapan Tuhan. Mereka tidak mengindahkan setiap korban bakaran yang
dibawa untuk Tuhan sehingga makin besarlah dosa mereka. Berbeda dengan Samuel.
Di bawah asuhan imam Eli, Samuel tumbuh menjadi seorang pelayan Tuhan. Pada
saat itu, firman mengenai Tuhan jarang disaksikan dan didengarkan serta penglihatan-
penglihatan jarang terjadi. Imam Eli pun semakin tua dan penglihatannya mulai
kabur. Saat Samuel tidur di dalam bait Suci Tuhan, Tuhan memanggil Samuel.
Namun, karena Samuel belum tahu bahwa yang memanggilnya adalah Tuhan ia
malah mendatangi imam Eli hingga Tuhan memanggil Samuel sebanyak tiga kali.
Karena terus didatangi oleh Samuel, imam Eli menjadi paham bahwa Samuel telah
dipanggil oleh Tuhan sehingga ia menyuruh Samuel menjawab “Berbicaralah,
TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar,” (1 Samuel 3:9). Lalu, Tuhan datang lagi
menghampiri dan memanggil Samuel dan Samuel menjawab seperti apa yang telah
imam Eli katakan. Tuhan juga berfirman kepada Samuel bahwa Tuhan akan
menghukum Israel dan keluarga imam Eli sebab dosa yang telah dilakukan oleh anak-
anaknya dan ia tidak memaharahi mereka (1 Samuel 3:11-14).

Ketika pagi hari Samuel bangun, Samuel enggan untuk memberitahukan apa yang
Tuhan katakan kepada imam Eli. Namun karena perkataan imam Eli kepadanya,
akhirnya Samuel memberitahukan apa yang dikatakan Tuhan kepadanya dan tidak
menyembunyikan apapun kepada imam Eli. Setelah berkata demikian, imam Eli tidak
memarahi Samuel justru ia menyembah Tuhan akan apa yang dikatakan Samuel
kepadanya. Karena itu juga, Samuel makin besar dan Tuhan menyertai Samuel dan
menemati janji-Nya (1 Samuel 3:19).

Dari cerita mengenai hidup Samuel, kita bisa lihat bahwa Samuel adalah seorang anak
muda yang taat kepada perintah Tuhan. Ia selalu mau belajar dan taat dengan apa
yang imam Eli katakan. Disini, imam Eli bisa kitalihat peranannya sebagai ayah
angkat dari Samuel. Meskipun bukan orang tua kandungnya sendiri, Samuel tetap
mengasihi dan taat dengan apa yang dikatakan oleh imam Eli. Kita juga dapat melihat
bahwa Samuel dapat menempatkan dirinya dan dapat mengetahui apa yang menjadi
prioritas hidupnya. Sebagai anak muda, kita pasti tahu bahwa hal yang paling
diinginkan adalah kesenangan duniawi sama seperti yang Hofni dan Pinehas lakukan.
Namun karena keinginan duniawi mereka inilah, mereka hidup dengan tidak berkenan
di hadapan Allah dan bahkan menjadi perbincangan banyak orang karena sikap buruk
yang mereka tunjukkan. Ini membuktikan bahwa baik tua maupun muda harus
memiliki prioritas dalam hidupnya. Manusia mana sih yang tidak mau hidup dalam
kesenangan? Namun, semua itu ada batasannya tersendiri. Tujuan hidup kita adalah
untuk menyenangkan hati Tuhan. Kita boleh saja mencari kesenangan dunia ini,
namun jangan sampai kita malah melakukan hal yang tidak berkenan di hadapan-Nya
dan justru malah merugikan orang lain karena sikap kita yang tidak baik. Tuhan
melihat setiap apa yang kita lakukan. Bahkan Tuhan pun mengetahui pikiran kita. Ia
sudah mengetahui terlebih dahulu isi hati kita dan apa yang akan kita perbuat
selanjutnya. Ia ingin agar kita hidup menjadi anak yang taat dan takut pada-Nya
dengan tidak selalu mendahulukan keinginan duniawi ini. Pada saat ini kita akan
belajar sikap yang dimiliki oleh Samuel.

Sikap-sikap yang dapat kita pelajari yaitu:

1. Menghormati orang tua


Sikap Samuel pertama yang dapat kita pelajari adalah menghormati orang tua atau
menghormati orang yang umurnya jauh lebih tua dibandingkan kita meskipun kita
belum mengenalnya. Seperti yang kita ketahui, imam Eli merupakan ayah angkat dari
Samuel, namun Samuel tetap menghormati imam Eli sebagaimana mestinya. Ini
terbukti ketika Tuhan memanggil Samuel, namun Samuel mengira yang
memanggilnya adalah imam Eli, Samuel dengan cepat menghampiri imam Eli yang
sedang terbaring bahkan Samuel sampai berlari. Samuel pun dengan sigap bertanya
“Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?” Ini tidak terjadi sekali namun sampai
tiga kali. Meskipun imam Eli mengatakan bahwa ia tidak memanggil Samuel, namun
ketika namanya dipanggil Samuel langsung berlari menghampirinya. Ini
membuktikan bahwa Samuel menghormati imam Eli.Apakah kita pada saat ini sudah
bertindak seperti apa yang telah Samuel lakukan. Mungkin tidak semua dianta kita
jarang untuk menghormati orang tua. Ketika orang tua kita memanggil, apakah kita
langsung datang menghampiri panggilan itu? Yang ada terkadang kita marah dan
kesal terlebih dahulu. Mari pada saat ini kita belajardari Samuel. Ia menghormati dan
taat kepada orang tuanya meskipun itu bukanlah orang tua kandungnya. Bahkan
dalam Keluaran 20:12 dikatakan demikian “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya
lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.”
2. Menentukan prioritas
Hal selanjutnya yang dapat kita pelajari dari Samuel yaitu, Samuel dapat mengetahu
prioritas mana yang lebih penting dalam hidupnya. Sebagai manusia terkadang kita
lupa apa sebenarnya prioritas utama dalam hidup kita. Sebagai seorang pelajar
terkadang kita lupa bahwa prioritas kita adalah belajar sehingga malah menggunakan
waktu yang dimiliki untuk bermain. Sebagai seorang pekerja, terkadang kita lupa
priorita kita dalam pekerjaan sehingga tidak bekerja secara maksimal. Dalam hidup,
hal yang harus kita miliki yaitu sebuah prioritas. Prioritas sangat penting dalam
kehidupan kita karena tanpa adanya prioritas manusia akan hidupseenaknya. Hal ini
juga sama seperti Hofni dan Pinehas yang tidak tahu apa prioritas utama dalam hidup
mereka. Karena inilah mereka hidup seenaknya dan malah berbuat dosa sehingga
hidupnya tidak lagi berkenan di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu, marilah mulai
sekarang kita mengetahui apa sebenarnya prioritas utama dalam hidup kita agar kita
dapat mengatur kehidupan yang kita miliki.

3. Mengerjakan tanggung jawab yang dimiliki dengan sepenuh hati


Setiap orang pasti memiliki tanggung jawab dalam hidupnya. Tanggung jawab yang
dimiliki setiap orang berbeda-beda tergantung dari apa yang ia kerjakan. Namun,
tidak semua orang dapat menyelesaikan tanggung jawab yang dimilikinya hingga
selesai dengan baik. Pada saat ini kita akan belajar dari Samuel yang mengerjakan
tanggung jawab yang ia miliki dengan sepenuh hati. Samuel merupakan pelayan
Tuhan yang disebutkan bahwa Samuel tidur di dalam bait suci Tuhan atau di dalam
rumah Tuhan. Dalam ayat 15 disebutkan bahwa Samuel tidur sampai pagi dan
kemudian dibukakannya pintu rumah Tuhan. Pada malam itu kita tahu bahwa Samuel
tidak dapat tidur karena ia terus dipanggil oleh Tuhan, bisa saja Samuel bangun
sampai siang karena ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Namun, Samuel tidak
melakukan itu. Ia tahu apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya dan apa yang
harus dilakukannya. Ia tetap bangun pagi dan membkakan pintu rumah Tuhan.
Apakah kita bisa seperti itu? Ketika kita memiliki sebuah tanggung jawab, maka
kerjakanlah tanggung jawab itu dengan sepenuh hati. Janganlah justru karena alasan
lelah atau masih mengantuk kita malah meninggalkan tanggung jawab yang dimiliki.

4. Berbicara apa adanya


Hal yang paling sering ditakuti oleh seseorang adalah berbicara apa adanya kepada
orang lain terlebih jika perkataan tersebut dianggap dapat menyakiti hati orang yang
bersangkutan. Seseorang juga akan takut berkata apa adanya tentang dirinya karena
takut orang lain menanggap dirinya rendah atau dapat meremehkannya. Namun,
pernahkan kita berpikir akan dampak yang akan ditimbulkan ke depannya terhadap
seseorang jika kita tidak mau berkata apa adanya atau berkata jujur? Misalnya ketika
orang tersebut melakukan kesalahan dan kita tidak mau berbicara tentang
kesalahannya tersebut. Orang itu pasti akan terus mengulangi kesalahan yang sama
malah dapat lebih parah dari sebelumnya. Oleh sebab itu, janganlah kita takut
berbicara apa adanya. Selagi itu memang benar dan dapat memperbaiki serta menegur
seseorang, lakukanlah itu.

Pada hari ini kita diajarkan untuk lebih serius mengerjakan tugas yang kita miliki.
Kita harus tahu sebenarnya apa prioritas utama dalam hidup kita. Kita tidak boleh
selalu mengejar kesenangan duniawi sebab itu adalah tindakan yang tidak
dikehendaki oleh Allah. Selain itu kita diajar untuk menyampaikan sesuatu apa
adanya. Jika memang pesan atau perkataan yang kita sampaikan dapat menyaiti hati
atau merupakaan perkataan yang tidak menyenangkan, kita tetap harus
menyampaikan pesan itu sebab itu merupakan suatu kebenaran yang harus
disampaikan apa adanya sehingga tidak boleh kita tambahi atau bahkan kurangi.
Janganlah justru kita takut untuk menyampaikan kebenaran. Selain itu, kita juga harus
hidup dan dengar-dengarnya akan panggilanNya. Untuk mengetahui makna
panggilanNya dalam hidup kita, kita harus membangun sebuah hubungan yang dekat
dengannya. Salah satu cara untuk dapat membangun hubungan yang dekat dengan
Tuhan yaitu dengan berdoa dan membaca firman. Kiranya hidup kita terbekati oleh
renungan ini. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Malam
6.

Renungan Malam 2
Untuk Apa Menyimpan Dendam dalam Hatimu?
Bacaan: Kejadian 45:1-15

”Lalu dipeluknyalah leher Benyamin, adiknya itu, dan menangislah ia, dan menagis
pulalah Benyamin pada bahu Yusuf. Yusuf mencium semua saudaranya itu dengan
mesra dan ia menangis sambil memeluk mereka. Sesudah itu barulah saudara-
saudaranya bercakap-cakap dengan dia.”
Kejadian 45:14-15

Pernahkah saudara merasa disakiti oleh seseorang bahkan oleh orang yang anda kasihi
atau bahkan oleh keluarga anda sendiri? Jika pernah, sudahkan malam ini saudara
mengampuni mereka yang telah menyakiti saudara? Jika belum, apa alasan anda
untuk tidak mengampuni orang yang telah menyakiti saudara? Jika jawaban saudara
adalah karena orang tersebut telah melakukan kesalahan yang sama secara berulang
dan selalu mengecewakan anada ketika anda telah memaafkannya sehingga pada saat
ini anda tidak dapat memaafkannya, bukankah anda justru menjadi orang yang saat
perhitungan pada saat ini? Memang manusia memiliki batas kesabaran masing-
masing namun bukankah dalam firman Tuhan sudah dikatakan bagi kita untuk selalu
memaafkan orang yang bersalah kepada kita. Dalam Matius 18:21-22 dikatakan
demikian “Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai
berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku?
Sampai tujuh kali? Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan
sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Dalam Injil Matius
ini sudah jelas dikatakan bagi kita bahwa kita harus selalu mengampuni orang yang
bersalah kepada kita.

Dalam praktiknya, memaafkan adalah sesuatu yang sangat sulit dilakukan.


Memaafkan orang yang sangat dekat dengan kita justru lebih sulit lagi. Ketika orang
terdekat kita menyakiti kita, hubungan kita dengannya justru menjadi rusak dan tidak
sedekat dulu. Mungkin saja sudah saling memaafkan, namun ketika berdekatan
menjadi canggung untuk menyapa dan dekat lagi. Perlu kita sadari, manusia
merupakan makhluk yang sering kali berbuat dosa dan kesalahan. Tanpa kita sadari
mungkin sikap perbuatan atau perkataan kita menyinggung orang lain dan orang lain
membenci kita. Bukankah ini merupakan hal yang seharusnya kita sadari juga? Bukan
hanya orang lain, mungkin saja sikap dan perbuatan kita juga menyinggung perasaan
Tuhan. Namun, apakah ketika kita melakukan kesalahan Tuhan marah terhadap kita
dan Ia meninggalkan kita begitu saja? Tidak. Tuhan tidak marah kepada kita, justru Ia
menunggu kita untuk datang kepadaNya dan memohon ampun atas segala kesalahan
yang telah kita perbuat. Ia adalah Allah yang panjang sabar dan Allah yang selalu
mengampuni dosa umat-Nya ketika kita datang dengan sungguh-sungguh ke
hadapannya.

Pada saat ini kita akan belajar dari kisah Yusuf. Kita pasti sudah sering mendengar
kisah tentang Yusuf, mulai dari Sekolah Minggu hingga saat Ibadah Minggu di
Gereja. Namun, pada saat ini kita akan belajar lagi tentang kisah Yusuf. Yusuf
merupakan anak dari Yakub dan isteri yang dikasihinya Rahel. Yakub sangatlah
menyayangi Yusuf sehingga seluruh saudara-saudaranya membenci Yusuf. Kebencian
saudara-saudaranya bertambah ketika Yusuf menceritakan mimpinya. Ketika saudara-
saudara Yusuf menggembalakan kambing domba, Yakub menyuruh Yusuf untuk
mengantarkan makanan kepada saudara-saudaranya. Namun, niat baik Yusuf dibalas
dengan kejahatan oleh saudara-saudara Yusuf. Mereka bermufakat untuk mencari cara
bagaimana membunuh Yusuf. Ketika Yusuf datang, mereka langsung menanggalkan
jubah Yusuf dan membuangnya ke dalam sumur kosong yang tidak berair. Yusuf
kemudian dijual oleh saudara-saudaranya sehingga Yusuf bekerja kepada Potifar
sebagai kepala pengawal raja. Penderitaan Yusuf tidak sampai disana saja. Ketika
Yusuf bekerja kepada Potifar, isterinya menjebak Yusuf sehingga Yusuf harus di
penjara. Di dalam penjara Yusuf bertemu dengan juru minuman dan juru roti. Karena
hikmat Tuhan, Yusuf pun dapat menafsirkan mimpi kedua orang itu dengan balasan
Yusuf juga akan dibebaskan dari dalam penjara. Setelah juru minum bebas, ia justru
melupakan Yusuf. Tak berapa lama, Firaun bermimpi dan tidak ada seorang pun yang
dapat menafsirkan mimpi Firaun kecuali Yusuf. Karena hikmat yang telah Tuhan
berikan kepada Yusuf, ia dapat menafsirkan mimpi Firaun dan akhirnya Firaun
melantik Yusuf menjadi penguasa atas seluruh Mesir. Ketika terjadi kelaparan di
seluruh negeri, saudara-saudara Yusuf pergi ke Mesir untuk membeli gandum kepada
Yusuf. Saudara-saudaranya tidak tahu bahwa Yusuf telah menjadi penguasa. Di Mesir
dan pada saat ini mereka sedang berbicara kepada Yusuf. Saat bertemu dengan
saudara-saudaranya lagi apa yang dilakukan oleh Yusuf? Apakah Yusuf membenci
dan menghukum saudara-saudaranya? Tentu tidak. Yusuf justru mengampuni
saudara-saudaranya bahkan Yusuf menangis dengan keras ketika melihat saudara-
saudaranya. Ini telah membuktikan bahwa Yusuf tetap mengasihi saudara-saudaranya
meskipun mereka telah menyakiti Yusuf.

Kita pada saat ini belajar mengampuni dari Yusuf. Ketiaka saudara-saudaranya
menyakiti dia, membencinya, membuangnya bahkan menjualnya, Yusuf sama sekali
tidak membenci saudar-saudaranya. Ia tetap mengasihi saudara-saudaranya dan terus
merindukan mereka. Apa yang dialami Yusuf sangat berat bahkan jauh lebih berat
daripada yang kita alami saat ini. Namun apakah kiat bisa seperti Yusuf yang mau
mengampuni saudara-saudara yang telah menyakitinya? Kita sering kali terpaku pada
perasaan kita saja. Kita sering lupa akan apa yang seharusnya kita perbuat ketika ada
orang yang menyakiti kita. Ketika ada seseorang yang menyakiti kita, kita justru
menyimpan dendam terhadapnya dan tidak mau mengampuni kesalahannya.
Meskipun kita berkata sudah memaafkan, namun kita tidak mau dekat dengan orang
itu lagi.

Adapun hal-hal yang dapat kita pelajari dari Yusuf yaitu;

1. Mengasihi orang yang membencinya


Hal yang paling sulit dilakukan adalah mengasihi orang yang sedang membenci kita.
Jika ada orang yang membenci kita justru kita malah ikut-ikutan membencinya. Pada
saat ini kita diajari oleh Yusuf bahwa kita harus selalu mengasihi sesama kita
meskipun orang itu membenci kita. Dari awal Yusuf sudah pasti tahu jika saudara-
saudaranya membenci dirinya. Ia pasi tahu jika sikap saudara-saudaranya tidak baik
terhadapnya. Namun, itu tidak membuat Yusuf membenci saudara-saudaranya,
bahkan Yusuf tetap mengasihi mereka dengan sepenuh hati. Apakah kita bisa seperti
Yusuf? Jika belum bisa, yang harus kita lakukan adalah datang kepadaNya dan berdoa
serta memohon penyertaanNya dalam hidup kita.

2. Memaafkan orang yang bersalah


Yang sangat sulit dilakukan adalah memaafkan orang yang bersalah kepada kita. Jika
sudah disakiti hati kita pasti seakan tertutup untuk orang tersebut. Ketika orang
tersebut mengalami kesusahan, kita tidak akan membantunya karena rasa peduli kita
telah hilang. Saat berpapasan dengannya seolah-olah kita melihat sesuatu yang harus
kita singkirkan dari hadapan kita. Bukankah jika kita seperti itu sikap kita
menunjukkan bahwa kita bukanlah anak-anak Allah. Apa yang kita alami saat ini
tidaklah seperti Yusuf dimana ia sampai dijual oleh saudara-saudaranya. Namun
apakah kita mampu seperti Yusuf yang tetap mengampuni saudara-saudaranya?
Renungkanlah dalam diri dan hati saudara masing-masing. Sudahkan kita
membukakan pintu maaf kepada orang-orang yang menyakiti hati anda?

3. Berdoa dan meminta penyertaan Tuhan selalu


Berdoa dan meminta penyertaan Tuhan adalah cara yang dapat anda lakukan agar
anda dapat mengampuni orang yang telah menyakiti hati anda. Ketika kita
menyerahkan seluruh hidup dan kehidupan ke dalam penyertaan Tuhan, Tuhan pasti
akan melembutkan hati kita dan memakai hidup kita seturut dengan kehendaknya.
Mengampuni tidaklah sulit untuk dilakukan jika kita mau meminta penyertaan dari
Tuhan. Tidak ada hati yang terlalu kuat untuk Tuhan lembutkan. Tidak ada hidup
yang terlalu sulit untuk Ia ubahkan. Semua itu kembali lagi kepada diri kita masing-
masing apakah kita mau diubahkan olehNya atau tidak.

Mengampuni bukan hanya sekedar mengucapkan aku memaafkan segala kesalahan


yang telah kamu lakukan kepadaku. Mengampuni berarti mau melupakan kesalahan
itu dan mau memulai suatu hubungan yang baru dari awal. Jika pada saat ini kita
belum bia memaafkan seseorang, hal yang perlu kita lakukan adalah berdoa dan
meminta hikmatNya. Kita harus berdoa kepada Tuhan agar Tuhan mau melembutkan
hati kita dan hati orang yang menyakiti kita. Tuhan melembutkan hati kita agar kita
dimampukan untuk memaafkan kesalahn orang yang menyakiti kita. Kita berdoa
kepada Tuhan untuk melembutkan hati orang yang menyakiti kita agar ia tahu
kesalahan apa yang telah ia perbuat sehingga ia tidak akan mengulangi kesalahannya
lagi dan mau berubah serta meminta maaf kepada orang-orang yang disakitinya.
Meminta hikmat Tuhan berarti kita minta tuntunan Tuhan agar tidak ada amarah
dalam diri kita sehingga kita bisa mengintropeksi diri. Berkata demikian memang
mudah namun hal yang paling sulit adalah melakukannya. Jika pada saat ini anda
masih merasa sulit untuk mengampuni, ingatlah bahwa Tuha telah mengampuni
kesalahan dan dosa saudara berapa kali pun keslahan yang anda lakukan. Ia tetap
mengasihi dan menyayangi saudara bahkan Ia tidak pernah meninggalkan saudara
sendirian. Mengampuni bukanlah masalah waktu melainkan masalah hati. Apakah
hati kita sudah siap untuk mengampuni atau belum. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Malam 3
Apa Nasib Hidup Kita Berbeda?
Bacaan: Pengkhotbah 9:1-12

”Inilah yang celaka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari; nasib
semua orang sama. Hati anak-anak manusia pun penuh dengan kejahatan, dan
kebebalan ada dalam hati mereka seumur hidup, dan kemudian mereka menuju alam
orang mati. Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena
anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati. Karena orang-orang yang
hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak
ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap.”
Pengkhotbah 9:3-5

Apa yang paling anda dalam hidup anda saat ini?

Kekayaan? Kepintaran? Kepopularitasan?

Keluarga yang bahagia? Atau mungkin jabatan yang tinggi?


Karena salah satu atau kesemuanya itu yang anda miliki, pernahkan anda merasa
bangga lalu menyombongkan diri terhahap yang lain? Atau mungkin ketika ada orang
di bawah anda, ingin berteman dengan anda, anda menolaknya dan berkata “kita tidak
sama”. Ukuran persamaan Allah dengan manusia sangatlah jauh berbeda. Persamaan
menurut manusia adalah ketika seseorang memiliki kekayaan, kepintaran atau jabatan
yang sama. Karena itulah, manusia sering kali melihat nasib orang berbeda-beda.
Karena apa yang dimilikinya pada saat ini ia menganggap bahwa nasib baik yang
telah Tuhan berikan. Ketika melihat orang lain memiliki sesuatu di bawahnya kita
justru mengatakan nasib orang itu buruk.

Pada saat ini, manusia menakar segala sesuatu yang terjadi pada dirinya atau apa yang
ia miliki telah diatur oleh nasib. Bahkan tak sedikit orang melihat peruntungan nasib
berdasarkan Shio atau Zodiak. Jika dalam ramalan mengatakan nasibnya akan buruk
pada hari ini, orang tersebut justru enggan untuk keluar rumah dan bekerja. Bahkan
selalu merasa was-was jika ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Lain halnya jika
dalam ramalan dikatakan bahwa orang tersebut akan mengalami nasib yang baik pada
hari ini mulai dari masalah kesehatan, keuangan, pekerjaan bahkan asmara semuanya
dikatakan baik. Orang tersebut akan semangat dalam menjalani harinya karena
percaya nasib baik akan terjadi padanya hari ini. Karena ramalan-ramalan yang belum
tentu benar ini menyebabkan seseorang menjadi lebih percaya kepada apa yang
dibacanya dalam ramalan dibandingkan percaya dan berserah kepada Tuha.

Namun, apakah benar semua yang terjadi dalam kehidupan kita tergantung dari nasib
yang kita alami?

Saya pernah mendengar keluhan tentang seorang ibu yang memiliki suami
penggangguran dan ia yang harus membanting tulang demi menghidupi anak-
anaknya. Ia terus mengeluh dan membandingkan kehidupannya dengan saya. Ada
nada kecewa bahkan marah dalam suaranya. Diakhir perbincangan bahkan ibu itu
menangis tersedu-sedu hingga anak yang digendongnya ikut menangis. Namun, ada
satu hal yang tidak dapat saya lupakan dari perkataan ibu tersebut. Ibu tersebut bekata
seperti ini “Kenapa nasib saya jelek seperti ini. Hidup saya dari dulu sampai sekarang
kok susah terus. Kasihan saya tiap pulang kerja harus melihat anak-anak saya yang
menunggu saya untuk dibuatkan makanan. Saya kerja banting tulang demi anak-anak
berharap nasib anak saya tidak seperti orang tuanya.” Setelah mendengar perkataan
ibu tersebut, saya terus berpikir apakah benar Tuhan menciptakan seseorang dengan
nasib yang berbeda-beda. Kegalauan saya tidak berhenti sampai disana. Beberapa kali
saya melihat bahkan mendengar seseorang berkata “ingin merubah nasib”.
Sebenarnya saya merasa perkataan Ibu tersebut atau orang-orang tentang ingin
merubah nasibnya adalah salah yang benar adalah ingin merubah kehidupan. Setelah
saya membaca Pengkhotbah saya menyadari bahwa nasib setiap orang yang Tuhan
ciptakan adalah sama sebab pada akhirnya kelak akan kembali lagi kepada sang
Pencipta.

Nasib hidup seseorang adalah kematian.


Memang sulit bagi kita untuk merubah paradigma yang sudah mengakar dalam
masyarakat jika pemikiran orang tersebut juga tidak turut diubah. Berbicara tentang
nasib tidak ada habisnya. Bahkan ada sesuatu yang baru yang akan kita temui jika kita
berbicara tentang nasib. Pada saat ini kita pasti bisa melihat banyak orang yang
bangga akan apa yang ia miliki pada saat ini bahkan orang tersebut merasa bangga
akan nasib yang dimilikinya hinga bicara kepada banyak orang. Orang yang
mendengarnya bahkan ada yang merasa nasibnya buruk sehingga menjadi malas
untuk bekerja karena merasa hidupnya sama saja. Padahal hal yang harus kita lakukan
pada saat ini adalah menikmati hidup yang telah Tuhan berikan bagi kita dan bekerja
sebaik mungkin. Dalam Pengkhotbah 9:9-10 dikatakan demikian “Nikmatilah hidup
dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan
TUHAN kepadamu di bawah matahari, karena itulah bahagianmu dalam hidup dan
dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari. Segala
sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga,
karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang
mati, ke mana engkau akan pergi.”

Nasib semua orang itu sama tidak ada yang berbeda sebab semua manusia akan mati
dan kembali kepada Bapa di Surga.

Dari pada terus berbicara mengenai nasib yang tiada habisnya, lebih baik kita pahami
dan mengerti terlebih dahulu apa sebenarnya kehidupan yang kita jalani itu.

1. Nasib semua orang sama


Seperti yang dikatakan sebelumnya, manusia pada saat ini terus berbicara mengenai
nasib hidup yang menimpanya. Nasib hidup semua orang itu sama. Yang
membuatnya terlihat berbeda adalah manusia. Manusia memakai takaran nasib baik
dan nasib buruk untuk menilai kehidupan seseorang. Padahal Tuhan telah
memberikan nasib yang baik bagi semua orang ketika seseorang merasa nasibnya
sangat buruk di dunia ini, berarti orang tersebut tidak mau berusaha dan bekerja untuk
membuat kehidupannya lebih baik. Seseorang seringkali terpaku pada ramalan ansib
harian. Tidak sedikit orang malah men-tuhankan ramalan karena lebih mempercayai
ramalan dibandingkan dengan mempercayai Tuhan. Jika terus berlanjut,
kepercayaannya akan adanya Tuhan akan semakin berkurang dan membuat seseorang
menjadi lupa kenapa Tuhan ada dalm hidupnya. Sekali lagi, nasib akhir hidup kita
adalah kematian. Jadi, janganlah lagi kita membanding-bandingkan nasib saya dengan
dia atau bahkan nasih dia dengan saya. Sebab jika kita terus membanding-
bandingkannya bagaimana kita tahu bahwa hidup kita ini adalah anugerah?

2. Menikmati hidup
Ketika kita diberikan kesempatan hidup oleh Tuhan, janganlah kita malah
menghabiskan hidup kita untuk membanding-bandingkan hidup kita dengan orang
lain. “Wah enak banget hidupnya gak kaya aku, nasib jelek aja terus yang aku
dapetin.” Jika terus berpikiran seperti itu bagaimana kita bisa menikmati dan
mensyukuri kehidupan yang telah Tuhan berikan bagi kita. Yang Tuhan inginkan
adalah kita mensyukuri segala hal yang terjadi dalam hidup kita dengan tidak menyia-
nyiakan kesempatan yang Ia berikan. Ia juga menginginkan agar setiap apa yang kita
kerjakan, kita kerjakan dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga jangan setengah-
setengah. Ketika seseorang dapat menikmati dan mensyukuri kehidupan yang
dimilikinya, orang tersebut pasti akan mengetahui bahwa hidup yang telah diberikan
Tuhan adalah indah adanya meskipun pada saat ini ia ada dalam kondisi sulit
sekalipun.

3. Kematian
Kematian merupakan fase akhir dalam kehidupan seorang manusia. Kematian yang
pasti akan terjadi merupakan nasib dari setiap orang yang ada di bumi ini. Ketika
seseorang telah mati, ia tidak dapat merasakan apa-apa lagi. Rasa sakit, amarah,
kesenangan dan kenangan telah dilupakannya. Ia tidak dapat merasakan kehangatan
ketika bersama dengan orang yang dikasihi. Ia juga tidak dapat bekerja seperti saat
semasa hidupnya. Kita tidak akan pernah tahu sampai kapan waktu yang diberikan
Tuhan untuk dirinya. Kematian itu seperti pencuri yang waktunya tidak dapat kita
tentukan. Hanya Tuhanlah yang dapat menentukannya. Ketika seseorang akan
mengalami kematian, ia harus mempertanggung jawabkan apa yang telah ia perbuat
semasa hidupnya kepada Tuhan baik itu merupakan perbuatan baik ataupun perbuatan
jahat.

Apapun yang terjadi dalam kehidupan kita saat ini, ingatlah bahwa bukan nasib yang
menentukannya melaikan Tuhan yang menentukan dan mengaturnya. Jangan
menyalahkan nasib bahkan berusaha untuk merubahnya sebab nasih yang kita miliki
tidak dapat kita ubah karena bagaimana caranya agar kita dapat mengubah kematian?
Serahkanlah seluruh hidup dan kehidupan anda kepada Allah sehingga anda lebih bisa
mensyukuri kehidupan yang telah Tuhan berikan. Jangan berhenti berharap dan
berdoa kepadaNya. Tuhan Yesus memberkati.

Anda mungkin juga menyukai