Katanya Sastra
Bebas Ngintip, Nguping, Ngomong, asal Jangan Bengong
Dramatic Personae
Kabin Kapten, sebuah kamar yang dibangun sebagai tempat peninjauan di puncak rumah Kapten itu, yang terletak di tanah yang meninggi,
di salah satu tempat di sebelah utara pulau jawa. keadaan di dalam kamar ini diatur seperti di dalam sebuah cabin seorang Kapten di
sebuah perahu layar yang besar. di dinding kiri kedepan, terdapat sebuah jendela kapal yang bundar. lebih ke belakang, terdapat tangga
ke atas yang seolah-olah jalan menuju dek. jauh ke belakang lagi, terdapat dua buah jendela bundar, di kiri belakang terdapat ebuah buffet
yang mukanya dari pualam dan di atas buffet terdapat lentera kapal. di tengah belakang, di lantai, terdapat sebuah lubang pintu, di atas
tangga yang menuju ke ruang bawah. sebuah dipan rendah dan ringan membujur dari dinding sampai ke kanan pintu itu. di atas dipan
terdapat sebuah selimut, di dinding sebelah kanan terdapat dua buah jendela bundar. persis di bawah jendela itu, terdapat bangku kayu,
dan di depannya terdapat sebuah meja panjang dengan kursi bersandaran lurus., ke depan dan di kirinya permadani yang murah dan
berwarna gelap terhampar di lantai. di atas. di atap, tengah-tengah terdapat sebuah jendela yang membujur dari tempat lubang pintu
sampai ke sisi kiri meja. di sebelah kanan atap meja itu terdapat sebuah kompas kapal, lampu tempat kompas menyinari tempat ini dari
atas, sedang terus ke bawah ke kamar, sambil membuat bayangan bundar yang kabur dari kompas itu di atas lantai.
Waktu itu adalah jam-jam permulaan dari sebuah malam terang dan berangin, di musim kemarau cahaya bulan di saring oleh angin yang
meratap membentur pojok rumah yang kukuh. merambat pelan dengan lesu menembus kaca jendela-jendela bundar dan istirahat seperti
debu yang lelah, merupakan lingkaran-lingkaran terang di atas lantai dan meja. bunyi pukulan ombak yang tetap, menyergap dan menjauh
terbawa ke atas dari pantai di bawah.
REPORT THIS AD
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
Untuk mengetahui
Sesudah lebih pintu
layar dibuka, lanjut,ditermasuk
belakangcara mengontrol
terbuka cookie, dan
pelan-pelan lihat tampak
di sini: Kebijakan Cookiedan bahu Darpo. ia melemparkan pandang dengan
muncul kepala
cepat ke sekeliling kamar, dan setelah tidak melihat siapapun di situ, ia terus naik dan masuk. ia memberikan tanda pada seseorang di
tempat gelap, di bawah “mari Dokter”. Dokter itu mengikuti ke atas, ke kamar dan setelah menutupkan pintu ia berdiri, Tutup dan terima
menengok ke
sekeliling dengan penuh perhatian. ia sedikit kurus dan tingginya sedang, tampangnya tampang orang pandai dan umurnya kira-kira tiga
puluh lima, Darpo sangat tinggi dan rusak. lengan kanannya telah terpotong, hingga bahu dan lengan jaketnya yang tebal. tergantung lesu
atau melambai-lambai di samping badannya apabila ia bergerak. tampaknya ia lebih tua dari umur yang sebenarnya, pundaknya luruh
seolah-olah kecapaian mengangkat kepalanya yang berat oleh beban rambut hitam yang kusut. mukanya panjang. bertulang. pucat dengan
mata hitam yang dalam, mulut lebar tipis dengan diteduhi oleh seberkas kumis tebal yang tak terpelihara. suaranya rendah dan dalam,
kosong dan merasuk seperti suara logam, disamping itu ia memakai celana tebal dan kasar dengan bersepatu karet untu tenis.
DARPO
Tuan Dokter dapat melihat?
DOKTER (dengan suara dibikin-bikin biasa dan menyembunyikan tak enak yang dikandungnya).
Ya cukup terang, jangan susah. Bulan purnama sangat benderang.
DARPO
Untung juga, (berjalan pelan-pelan ke meja) Ia tidak suka terang akhir-akhir ini. Hanya sinar dari tempat kompas itu.
DOKTER
Ia? Oh… maksud saudara ayah saudara?
DARPO (kasar)
Siapa lagi?
DARPO
Ya, seperti yang sudah saya peringatkan sebelumnya.
DOKTER (heran)
Diperingatkan? Mengapa diperingatkan? Saya kira rekaan ini tidak mengejutkan, malah cukup menarik.
REPORT THIS AD
DOKTER
Dan ia tinggal di sini, seperti kata saudara, tidak pernah turun.
DARPO
Tidak, tidak pernah turun, sudah hampir tiga tahun. Adik perempuan saya yang membawakan makanan ke atas. (ia duduk di kursi kiri
meja) Ada lentera-lentera di atas buffet itu dokter. Tolong bawakan ke sini dan silahkan duduk. Kita terangi saja kamar ini. Saya minta
maaf karena telah membawa tuan ke kamar di atap ini, tapi percayalah, takkan seorangpun bisa mendengar kita di sini. Dan dengan
melihat cara hidupnya yang gila dengan mata kepala tuan sendiri, tuan akan mengerti bahwa saya ingin tuan tahu hal yang sebenarnya,
tidak lebih dari itu, kebenaran dan untuk itu lentera sangat penting. Tanpa itu di kamar ini semua hanya menjadi impian-impian, Dokter.
DARPO
Ya, seperti yang sudah saya ceritakan pada tuan, seperti dek. Ada kemudi, kompas, tempat kompas berlampu, tangga ke dek sana (ia
menuding), jembatan yang bisa dibuat jalan-jalan hilir mudik semalam suntuk. (dengan keras yang mendadak) Sudah saya katakan bukan,
kalau dia gila?
REPORT THIS AD
DARPO
Ya, hanya di malam hari. (penuh kebencian) Barang yang ingin dilihatnya tak bisa dibayangkan siang hari-impian dan semacam itu.
DOKTER
Tapi apa yang ia coba untuk dilihatnya? Apa ada orang yang tahu?
DARPO (kasar)
Apa? Semua orang tahu apa yang dicari bapak, tuan. Tentu saja kapal.
DOKTER
Kapal apa?
DARPO
Kapal bapak, Marlini – yang diberi nama seperti nama ibu saya almarhum.
DOKTER
Tapi saya tidak mengerti, apa kapalnya terlambat pulang atau bagaimana?
DARPO
Tenggelam dalam badai di sekitar kepulauan Sampa dengan segala muatan dan penumpangnya. Tiga tahun yang lalu.
DOKTER (terpesona)
Ah.. (sesudah berhenti sejenak) Tapi ayah saudara masih tetap meragukan?
DARPO
Seorang kapten kapal pencari mutiara melihat kapal bapak nungging, hancur seluruhnya. Itu terjadi dua pekan sesudah badai. Mereka
menghampirinya dengan perahu untuk memastikan kapal siapa yang hancur itu.
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie
DOKTER
Dan ayah saudara telah mendengarnya?
Tutup dan terima
DARPO
Tentu saja, ia orang pertama yang mendengar berita itu. Oh… apabila tuan ingin tahu, ia tahu betul tentang apa yang terjadi pada
kapalnya. (menjulur ke arah Dokter, dengan tajam) Ia tahu dokter, ia tahu, tapi ia tidak mau percaya… Ia tak bisa percaya dan terus hidup
begitu.
REPORT THIS AD
DOKTER
Dua puluh menit setelah saya meninggalkan tempat ini, saya akan balik lagi dengan mobil. Saya janji itu.
DARPO
Dan tuan tahu jalan ke rumah kami bukan ?
DOKTER
Tentu saja saya tahu, tapi….
DARPO
Pintu depan akan dibiarkan terbuka untuk tuan, tuan harus langsung naik ke atas Adik perempuan saya dan saya akan sudah berada di sini
nanti. Dengan dia. Dan tuan tahu, tak seorangpun diantara kita tahu menahu dalam soal ini. Maksud saya seolah-olah ini bukan atas anjuran
saya. Hal ini bukan kemauan saya, tapi kemauan orang lain. Ia sama sekali jangan sampai tahu, bahwa…
DOKTER
Ya,,, ya,,,, Tapi saya masih belum tahu, apakah ia berhaya?
DARPO
Tidak, tidak… ia selalu sangat tenang, tapi mungkin ia berbuat sesuatu apa saja, bila ia tahu bahwa…
DOKTER
Percayalah, saya takkan membuka mulut tentang itu, tapi saya akan membawa 2 orang pembantu untuk menjaga kalau-kalau…. (ia
merubah lagu suaranya dan kemudian melanjutkan dengan terang-terangan). Dan saudara tahu kebenaran cerita ini, mudah-mudahan
saudara tidak keberatan menceritakannya.
REPORT THIS AD
DOKTER
Tapi bagaimana halnya dengan ketiga orang lainnya di pulau itu?
DARPO (ganas).
Kita berbicara tentang kebenaran Dokter. (tertawa). Dan ini ada beberapa kebenaran lagi untuk tuan. Ayah membawa ketiga orang itu
kemari, ke rumah ini ; Ilyas, Karto, dan Kanaka. Kami hampir-hampir tak mengenal ayah lagi. Ia telah pergi ke neraka dimana kami
menyaksikannya. Rambutnya telah putih, tapi tuan akan segera melihatnya sendiri, segera. Dan yang lain, mereka sedikit sinting juga, –
– katakan saja edan. (tertawa lagi). Kebenaran yang sangat terlalu, Dokter. Mereka meninggalkan tempat itu dan impianpun dimulai.
DOKTER (bimbang).
Tampaknya, cukup sekian kebenaran cerita itu.
DARPO
Tunggu (dengan sengaja memulai lagi). Pada suatu hari ayah memanggil saya didepan orang-orang itu menceritakan impiannya. Saya
menjadi ahli waris dari rahasia itu. Pada hari kedua mereka tinggal di pulau itu, katanya, mereka menemukan sebuah perahu tersembunyi
di dalam sebuah teluk, perahu itu kepunyaan bangsa bumi putra yang telah hancur, rapuk dan penuh air. Sebuah perahu perang yang biasa
digunakan oleh para perompak. Tuhan juga yang tahu, berapa lama sudah perahu itu membusuk. Tuhan juga yang tahu apakah anak
buahnya telah musnah, karena di pulau itu tak ada tanda orang pernah menginjaknya. Lalu Kanaka pergi ke perahu itu, ia sangat betah
menyelam, seperti orang telah tahu dan di dalam dua buah peti ia menemukan….. (ia menyandarkan badannya ke kursi dan tersenyum
dengan penuh ironi). Coba terka ; apa Dokter?
REPORT THIS AD
DOKTER
Menanam harta itu?
DOKTER
Dan ini tanda tangan- tanda tangannya, o… begitu? Dan gambar ini?
DARPO
Tanda tangan Kanaka, ia tidak bisa menulis.
REPORT THIS AD
DOKTER
Dan yang terbawah ini tanda tangan saudara bukan?
DARPO
Ya, sebagai ahli waris dari rahasia. Kami semua menandatanganinya, pada pagi-pagi hari, ketika kapal Marlini yang diperbaiki ayah
dengan cara menggadaikan rumah ini. Pergi berlayar untuk mengambil harta itu. Hahahaha….
DOKTER
Kapal yang masih dinantikannya, yang sudah tenggelam tiga tahun yang lalu?
DARPO
Ya, Marlini…. Ketiga orang lainnya itu ikut berlayar. Hanya ayah dan Ilyas yang tahu agak tepat tentang perjalanan di pulau itu, dan juga
saya sebagai ahli waris. Kira-kira…. (bimbang, lalu mengerutkan dahinya). Tak apa, saya akan menyimpan rahasia edan itu. Ayah pada
waktu itu ingin pergi bersama mereka, namun ibu sakit keras. Dan saya tak berani pergi sendirian.
DOKTER
Jadi saudara ingin pergi? Kalau begitu saudara percaya akan adanya harta itu?
DARPO
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
Tentu
Untuk saja. Hahaha…
mengetahui lebihbagaimana mungkin
lanjut, termasuk carasaya mencegahnya?
mengontrol cookie, lihatSaya percaya
di sini: sampai
Kebijakan saat kematian ibu. Lalu ayah menjadi gila, ia
Cookie
membangun kabin kapal ini untuk menanti dan ia curiga karena saya semakin bimbang. Akhirnya, sebagai bukti terakhir, supaya saya tidak
bimbang lagi, ia berikan kepada saya sebuah benda yang telah lama ia sembunyikan terhadap anak buahnya. Sebuah contoh Tutup kekayaan
dan terima
dari harta itu. Hahahaha… lihatlah Dokter (dari sakunya mengambil sebuah gelang yang berat, tebal bertahtakan batu-batuan dan
melemparkannya ke atas meja di depan lentera).
DOKTER (memungutnya dengan rasa ingin tahu dan berkata seolah-olah pada dirinya sendiri).
Permata tulen?
DARPO
Hahaha…. Tuan ingin percaya juga, bukan. Batu murah dan logamnya pun kuningan perhiasan orang-orang Samoa.
DOKTER
Saudara sudah menelitinya?
REPORT THIS AD
DARPO
Yah, seperti orang tolol. (menyimpan kembali gelang, kemudian menggelangkan kepala seolah hendak melemparkan sesuatu
beban).sekarang tuan tahu, kenapa ia menjadi gila. Ya, karena menunggu kapal itu. Dan kenapa pada akhirnya saya minta pada tuan untuk
membawanya pergi ke tempat yang aman baginya. Rumah ini, yang dulu digadikan untuk memperbaiki kapal itu, sekarang sudah sampai
pada batas waktunya. Kami harus segera pindah. Adik perempuan saya dan saya. Kami tak bisa membawa ayah, adik perempuan saya
akan segera menikah. Mungkin dengan jauh dari pemandangan laut ayah akan….
DARPO (muram)
Ia selalu tenang, terlalu tenang. Ia hanya berjalan hilir mudik saja menanti…
DOKTER
Nah, aya harus pergi. Apakah menurut pertimbangan saudara betul-betul tepat mengambil ayah saudara malam ini juga?
DARPO (membujuk)
Ya, Dokter. Para tetangga itu, mereka memang jauh, tapi… demi kebaikan adik perempuan saya, ah… Tuan tentu mengerti.
DOKTER
Saya mengerti. Tentu sangat berat bagi adik perempuan saudara. Hal macam begini… Nach… (ia pergi ke pintu yang telah lebih dahulu
dibukakan Darpo) Saya akansegera kembali. (ia mulai turun keluar)
DARPO (sungguh-sungguh)
Jangan ampai gagal, Dokter, dan datanglah langsung ke atas ia akan ada di sini. (ia menutup pintu dan bersijingkat denga hati-hati ke
tangga dek. ia naik beberapa tapak dan mendengarkan satu suara dari atas. lalu pergi ke meja. meredupkan lampu lentera hingga sangat
redup dan duduk. memperistirahatkan sikutnya, dagunya diletakkan di atas tangannya dan menatap ke muka dengan pandangan yang
muram. pintu di belakang terbuka perlahan-lahan, pintu berdenyit dan Darpo terloncat dari duduknya. dengan suara ketakutan yang
tertelan) siapa itu? (pintu terbuka lebar-lebar, kelihatan Nanti. ia naik ke kamar dan menutupkan pintu itu kembali. Nanti, tinggi semampai,
berumur dua puluh lima. bermuka pucat dan sedih, muka ini diteduhi oleh rambut yang hitam pekat an lebat. hanya rambut yang hitam
inilah, satu-atunya warna yang menghiasi dirinya. bibirnya yang penuh itu pucat, warna matanyayang lebar dan cerdik itu, sudah mengabur
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
antara hitam dan coklat. suaranya rendah dan melakoli. ia memakai gaun putih dan sandal).
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie
REPORT THIS AD
DARPO (membuang pandang dan kembali terbenam ke kursinya) Tidak apa-apa. Saya tidak tahu, saya kira ada tamu di dalam kamarmu.
DARPO
Bukan. Ia ada di atas, menanti,seperti biasa kerjanya.
DARPO (menghindar)
Lelaki. Kenalan saya!
NANI
Lelaki bagaimana? Orang apa dia? Kau menyembunyikan sesuatu,katakan.
NANI (terkejut)
Ohh.. (dengan terkaan yang cepat) Kau bawa ke sini supaya saya tidak tahu.
DARPO(bersikeras)
Tidak. Saya bawa kemari supaya dapat melihat kebenaran, untuk saya tanyai sesuatu tentang ayah.
NANI
Ini adalah…, adalah kengerian yang terakhir.
DARPO (menantang)
Kenapa? Kau selalu bilang begitu. Apalagi yang lebih ngeri kalau hal ini terus di diamkan? Saya percaya, akan lebih baik bagi dia, apabila
dia pergi dimana dia tidak melihat laut lagi. Dia akan melupakan pikirannya yang gila; menunggu kapal yang telah tenggelam dan harta
yang tidak pernah ada. (seolah menyakitkan dirinya sendiri dengan bernafsu) Saya percaya ini…
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie
REPORT THIS AD
NANI (menyerang)
Tidak, kamu tidak percaya Darpo. Kau tahu bahwa ia akan mati jika tidak hidup di dekat laut lagi.
DARPO (pahit)
Dan kau tahu Umar akan menuntut uangnya? Apa itu bukan apa-apa? Kita tak bisa bayar. Ia kemarin datang dan berunding dengan saya,
ia sadar bahwa rumah ini sudah dapat disitanya,dari sudut apapun. Caranya bicara kita ini seakan-akan penyewa saja, laknat dia itu. Dan
dia bersumpah akan segera menyita rumah ini, kecuali kalau…
NANI (sedih)
Oh… Tapi mengapa, mengapa? Baginya ayah itu apa?
DARPO
Harga barang miliknya, rumah kita ini, yang sebenarnya sudah jadi milik umar. Para tetangga takut, mereka balik ke perumahan mereka
dari kota, melewati jalan itu di waktu malam. Mereka melihat ayah di atas atap berjalan hilir mudik melambai-lambaikan tangannya ke
langit. Mereka takut, mereka mengeluh, mereka bilang, untuk kebaikan ayah sendiri, ia harrus dibawa pergi. Bahkan mereka mulai berbisik
kalau rumah ini berhantu. Si Umar takut akan barang miliknya, rumahnya ini. Ia kawatir, ayah akan membakar rumah ini, atau melakukan
hal-hal yang membahayakan…
DARPO
Apa gunanya mengatakan, apabila mereka percaya, apabila mereka takut? (Nanti menutup muka dengan tangannya, berhenti sejenak,
Darpo bergumam dngan serak) Saya sendiri juga takut, berulang kali takut…
NANI
Oh.. Darpo, takut apa?
DARPO (kejam)
Takut dia dan laut yang selalu diteriakinya. Takut pada laut yang laknat, yang selalu dipaksakan kepadaku ketika aku masih bocah, laut
yang merampas tanganku dan menjadikan aku barang rusak tak berharga.
DARPO
Kenapa tak bisa? Ia keluarkan saya dari sekolah dan memaksa saya untuk ikut dengan kapalnya, buka? Apa akan jadinya saya sekarang,
kecuali pelaut sombong macam dia, bila dia berhasil memaksa saya? Tidak, saya tidak bisa menyalahkan laut yang menggagalkan maksud
ayah dengan merampas tanganku dan mendamparkan saya kedaratan sebagai tambahan korbannya lagi.
DARPO (pahit)
Lupa? Asal omong saja. Kalau Tomo sudah pulang dari berlayar kau akankawin dengan dia dan meninggalkan kehidupanmu yang biasa. Lalu
menjadi istri kapten seperti halnya ibu kita. Saya harap saja kau bahagia.
NANI (memohon)
Dan kau akan tinggal bersama kami, Darpo dan ayah, lalu…
DARPO
Apa? Apa kau akan membebani suamimu yang muda itu dengan orang gila dan orang buntung macam saya? (keras dan kejam) Tidak,
saya tidak (penuh dendam) Dan ia juga tidak (tiba-tiba ada maksud lain, berkata dengan sadar) Saya harus tinggal di sini. Bukuku sudah
tiga perempat jadi, buku yang akan membebaskan saya. Tapi saya tahu, saya merasa seyakin saya hidup dan berdiri di depanmu ini,
bahwa saya harus menyelesaikannya di sini. Tak bisa kelihatan hidup bagiku di luar rumah ini, di mana saya di lahirkan. (menatap adiknya
dengan tajam) Jadi saya akan tetap di sinimenjauhi neraka. (Nanti tersedu putus asa; sesudah diam sebentar Darpo meneruskan) Si
umar, mengatakan saya boleh tinggal di sini, menumpang tanpa membayar, sebagai penjaga rumah, bila…
REPORT THIS AD
NANI
Darpo, jangan. Demi ibu kita almarhum.
DARPO (kacau)
Diamlah, diam… Ibu telah mati dan telah damai. Apakah nyawanya yang telah akan kau panggil lagi padanya untuk diremuki dan dilukai?
NANI
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
Darpo…
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie
DARPO (mencengkram tenggorokkannya seolah menahan sesuatu dalam dirinya, bersuara serak) Tutup dan terima
Nani… Nani… Ampuni saya (adiknya menatap dengan firasat yang tak enak. sementara Darpo menenangkan dirinya dengan susah payah.
kemudian melanjutkan omongannya dengan sadar) Si Umar bilang, ia akan memberikan uang 20.000, bila saya mau sekalian menjual
rumah ini kepadanya dan ia akan membolehkan saya tinggal, bebas sewa sebagai penjaga.
NANI (menghina)
Dua puluh ribu? Itu kan malah jumlah yang lebih besar dari gadai rumah ini.
DARPO
Soalnya bukan perbandingan. Solanya, apa yang bisa saya dapat kontan, untuk bukuku, untuk kemerdekaanku.
NANI
Jadi itulah sebabnya ia menginginkan ayah pergi? Bangsat dia… Ia tentu tahu surat warisan ayah…
DARPO
Ya, bahwa rumah diwariskan pada saya. Ia tahu, saya ceritakan kepadanya.
NANI (sedih)
Betapa kejinya lelaki itu.
DARPO (membujuk)
Seandainya hal itu terjadi, seandainya… saya akan berikan separohnya buat kau, untuk biaya kawinmu dan itu sudah cukup adil.
REPORT THIS AD
NANI (kalap)
Uang haram… Kau kira saya mau menyentuhnya?
DARPO (membujuk)
Itu kulakukan untuk adilnya, saya akan mau membaginya pada kau.
NANI
Ya, Allah, Darpo… Apa kau mencoba menyuap saya?
DARPO
Tidak. Itu bagianmu dengan segala kejujuran (dengan senyum yang aneh) Kau lupa bahwa saya juga ahli waris dari harta yang terpendam
itu dan saya akan cukup kaya untuk bermurah hati. Ha.. ha..ha..
NANI (kuatir)
Darpo, kau ganjil, kau sakit, mas. Kau tak pernah bicara begitu jika sadar. Oh… kita harus pergi dari sini, kau dan ayah juga saya. Biar
Umar menyita rumah ini. Akan ada yang lebih baik dari rumah ini dan kita akan pindah ke sebuah pondok kecil, di tepi laut, supaya ayah
bisa…
DARPO
Bisa bermain gila-gilaan dengan saya, membisikkan impian-impiannya pada saya, memandangi laut dan mengejek seperti ini? (ia
mengambil gelang dari sakunya, Nanti memandangnya, membuat ia mundur ke sudut dan bicara ngeri) Tidak… Tidak… SUdah terlambat
untuk bermimpi. Sangat terlambat… Akan ku tenggelamkan mimpi-mimpi itu di malam ini juga, untuk selama-lamanya.
NANI (memandangnya dan sadar apa yang ditakutinya selama ini, menjadi kenyataan, ia mengeluh hampir pingsan)
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
Jadi kau telah melakukannya? Oh.. Darpo… terkutuklah kau… Kau telah menjual ayah.
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie
DARPO
Ssstt. Apa katamu? Dia lebih baik lenyap dari laut.
Tutup dan terima
NANI
Kau telah menjual dia.
DARPO
Tidak. Tidak (mengambil peta dari saku) Dengar kau, Nani. Demi Allah dengarkan saya. Lihat peta pulau itu dan tanda silang di mana harta
itu terpendam. Aku telah membawanya bertahun-tahun. Tak ada gunanya. Kau tak mengerti, apa artinya. Peta ini terbeber antara diriku
dan buku-bukuku, antara diriku dengan kehidupan dan menderaku menjadi gila. Ayah mengajariku untuk menunggu dan berharap,
menunggu dan berharap hari demi hari. Ayah membuatku ragu terhadap daya otakku dan menipu mataku. Ketika harapan lenyap. Maka
aku baru sadar bahwa segalanya itu Cuma mimpi. Dan aku tak kuaa membunuhnya. Namun aku selalu tetap yakin kalau Tuhan
mengampuniku. Dan ini namanya gila-gila. Dengar kau?
REPORT THIS AD
NANI
Dan itu sebabnya kau membenci ayah?
DARPO
Bukan… Tidak begitu (gila) Ya… Memang aku membenci dia, yang telah mencuri otakku. Akuharus membebakan diri dari kegilaannya.
NANI
Darpo, jangan. Kau bicara seolah-olah…
DARPO
Seolah-olah saya gila? Kau memang benar, tapi aku tidak mau gila lagi. Lihat (ia membakar peta dan keduanya memandangi peta
terbakar) lihatlah, bagaimana aku membebaskan diri dan untuk fakta-fakta itu, seperti kata dokter. Dokter dari rumah sakit jiwa. Lihat…
betapa peta itu hangus terbakar, lenyap… Berkas terakhir peta itu dan satu-satunya salinan dibawa oleh Ilyas di dasar laut. Musnah..
akhirnya aku bebas darinya. Ya, aku telah jual dia untuk menyelamatkan jiwaku. Mereka telah berangkat dari rumah sakit gila, kemari,
untuk mengambil ayah. (tiba-tiba terdengar teriakan “ahoyyyyyyy” di atas dan derap sepatu, terdengar pintu di tutup kembali dengan
keras. Nanti dan Darpo terkejut dan membantu Kapten menuruni tangga, menuju ruangan)
NANI
Yaa Allah dengarkah dia?
DARPO
Ssstttt. (Kapten masuk)
KAPTEN
Sedang berpikir bahwa saya gila,bukan? Berpikir bahwa selama tiga tahun ini kapal “MARLINI” telah tenggelam?
DARPO
Tidak. Ayah . Saya…
KAPTEN
Jangan dusta. Engkau yang telah kuputuskan untuk menjadi ahli warisku, merencanakan untuk menyingkirkan diriku. Merencanakan untuk
menjebloskan ayahmu ke dalam penjara.
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
NANI
Untukayah.
Tidak mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie
REPORT THIS AD
DARPO
Ayah berpikir bahwa saya…
KAPTEN
Ada dusta di matamu, aku baca di sana. Kukutuk kau…
NANI
Ayah jangan.
KAPTEN
Biarkan ayahmu, anak manis. Dia percaya bukan? Dan ayah tidak mau dia jadi penghianat, mengejekku dan mengatakan bahwa semua ini
hanya suatu kebohongan belaka. Ia telah mengejek dirinya sendirinya, telah menganggap dirinya bodoh untuk mempercayai bahwa semua
ini Cuma impian.
DARPO
Ayah keliru, aku mempercayainya.
KAPTEN
Ya, sekarang kau akui. Siapa yang tidak mempercayai matanya sendiri?
DARPO
Mataku?
KAPTEN
Engkau tidak melihat kapal itu? Engkau tidak mendengar aku memanggilmu?
DARPO
Panggilan? Aku mendengar teriakan. Tapi panggilan apa? Melihat apa?
KAPTEN
Yah, kini hukumanmu pengkhianat. Kapal “MARLINI” telah kembali dari laut Jawa, kapal itu kembali seperti pernah kujanjikan.
NANI
Ayah, tenanglah. Tidak terlihat apapun.
REPORT THIS AD
Tutup dan terima
DARPO (terhipnotis dan nyalang memandang ayahnya)
Marlini ? Tapi bagaimana ayah tahu?
KAPTEN
Tidak mengenal kapalku sendiri? Kau sudah gila…
DARPO
Tapi pada suatu malam seorang kelasi telah…
KAPTEN
Tidak benar, kataku. Kapal “Marlini” jelas kulihat di malam terang bulan purnama seperti sekaran. Dan perhatikan, masih ingatkah kau
sinyal yang aku berikan kepada Ilyas bila merapat pelabuhan di waktu malam?
DARPO (pelan-pelan)
Cahaya merah hijau di puncak layar…
KAPTEN (menang)
Kalau begitu, lihatlah keluar. Engkau dapat melihatnya dengan jelas dari sini. Kau sudah mempercayai matamu sendiri? Lihatlah sendiri dan
sebutlah bahwa saya gila. (Darpo melihat dari jendela dan terhenyak-terkejut)
DARPO (pelan-pelan)
Cahaya merah dan hijau di puncak layar. Ya, amat jelas seperti siang hari.
NANI
Malam ini keadaan sangat buruk, Darpo. Kau harus menghiburnya, itulah obat yang paling penting dan baik.
REPORT THIS AD
DARPO (liar)
Menghiburnya? Persetan apa yang kau maksudkan?
NANI
(menunjuk dari jendela) Tak tampak apa-apa di sana, Darpo. Tak ada kapal apapun di pelabuhan sana.
DARPO
Goblok kau atau buta? Kapal “Marlini” ada di sana di mata siapapun dengan cahaya merah dan hijau di puncak layarnya. Orang-orang
yang goblok
Privasi telahSitus
& Cookie: menyebarkan beritacookie.
ini menggunakan bahwaDengan
“Marlini” tenggelammenggunakan
melanjutkan dan aku telah dibodohi.
situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie
NANI
Tapi Darpo, tak ada apa-apa di sana (ke jendela) Tidak ada kapal di sana. Tutup dan terima
DARPO
Aku melihatnya. Aku melihat kapal itu. Dari atas sini semuanya kelihatan sangat jelas. (Darpo duduk dan Nanti mengikutinya)
NANI
Darpo, kau tidak boleh membiarkan hal ini, kau berdua pada menggigil dan kesurupan, Darpo. (Nanti meletakkan tangan di dahi Darpo,
memeriksa panas badan)
DARPO (mengelak)
Kau si buta yang tolol (Kapten masuk, wajahnya telah kembali seperti telah mengalami mimpi yang menjadi kenyataan)
KAPTEN
Mereka telah menemukan sekoci, Ilyas, Kanaka dan Karto. Mereka sedang berlabuh ke pantai. Akumendengar desah dayung mereka.
Dengar… (hening)
DARPO (gembira)
Aku mendengarnya.
KAPTEN (tiba-tiba)
Dengar. Mereka telah mendarat. Mereka telah kembali seperti aku janjikan, mereka akan segera ke kamar ini… (Kapten berdiri tegang,
Darpo berdiri dari kursi. suara angin dan ombak laut tiba-tiba berhenti, cahaya hijau memasuki ruangan seolah-olah melukiskan kedalaman
laut)
REPORT THIS AD
KAPTEN
Mereka berjalan perlahan-lahan, sangat perlahan-lahan. Beban mereka berat dua peti. Dengar mereka sudah ada di bawah, kalian dengar?
DARPO(beranjak ke pintu)
Ya, saya mendengarnya. Pintu telah saya biarkan terbuka.
KAPTEN
Untuk mereka.
DARPO
Ya, untuk mereka.
NANI
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
Ssttt… (terdengar suara pintu dibanting di ruangan bawah)
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie
DARPO (pada Nanti, gembira)
Itu mereka, Engkau dengar?
Tutup dan terima
NANI
Hanya hempasan angin Darpo….
KAPTEN
Mereka telah naik (berteriak) Naiklah anak-anak. Mereka keberatan membawa peti itu. (terdengar kaki-kaki telanjang menaiki tangga)
DARPO
Sekarang kau dengr mereka?
NANI
Hanya tikus-tikus berlarian, tidak ada apa-apa Darpo…
REPORT THIS AD
DARPO
(menyongsong mereka) Lihat … (gila) selamat datang anak-anak.
NANI
Duduklah, Darpo… Tidak ada apa-apa. Tak seorangpun ada di sini. Ayah, duduklah.
DARPO (gila)
Tunggu … (bergerak menuju mereka, Nanti menariknya)
NANI
Darpo, jangan… ayah, kembalilah…
DOKTER
Tunggu nona… Apa yang terjadi…
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
NANI
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie
Ayah di atas sana.
Tutup dan terima
DOKTER
Aku tidak melihat, di mana senterku… (Dokter menyenter wajah Nanti yang kena teror. kemudian menyenter seluruh ruangan. cahaya
hijau lenyap. suara angin dan laut terdengar kembali. cahaya bulan mauk melalui lubang-lubang jendela-jendela bundar, Darpo mengetuk-
ngetuk daun pintu dia di atas tangga) Kesini Darpo… coba saya tolong.
REPORT THIS AD
NANI
Meninggal?
DOKTER (mengangguk)
Serangan jantung saya kira. Saya kira akan lebih baik…
NANI
Oh.. Darpo… Diamlah ayah telah meninggal (memohon kepada Dokter) Silahkan meninggalkan kami, Dokter.
DOKTER
Apakah tidak ada yang dapat kubantu lagi…?
NANI
Maaf, Dokter. Silahkan, silahkan Dokter, meninggalkan kami Dokter…
DARPO
Tidakkah engkau melihat Ilyas memberikan sesuatu padanya?
Privasi
NANI & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
(menangis)
Untuk mengetahui lebih lanjut,
Darpo pergilah, pergi… Jangantermasuk caraayah…
kau sentuh mengontrol
Darpo.cookie,
(Darpolihattidak
di sini: Kebijakan
ambil peduli Cookie
matanya menatap tangan Kapten yang tergantung di
samping tempat tidur, Darpo dengan terpaksa membuka jari-jari tangan Kapten untukmengambil secarik kertas yang digenggamnya).
Tutup dan terima
DARPO (melambaikan kertas tersebut dan berteriak dengan penuh kemenangan)
Lihat …(MENUJU KE LENTERA UNTUK DAPAT MELIHAT APA YANG TERTERA DALAM KERTAS TERSEBUT) Peta pulau itu,… lihat… Peta ini
tidak akan lepas dariku selama-lamanya. Masih ada kesempatan, yaitu kesempatanku… (DENGAN KEGILAAN) Jika rumah ini telah terjual
aku akan pergi dan aku akan mendapatkan harta itu. Bacalah di sini tertulis dengan tulisan tangan ayah “Harta karun terpendam di
tempat tanda silang”…
SELESAI
Iklan
Share this:
Twitter Facebook
Suka
Terkait
« Sebelumnya Berikutnya »
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
Tinggalkan
Untuk mengetahuiBalasan
lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie
Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Tutup dan terima
Komentar
Nama
*
Surel
*
Situs Web
Kirim Komentar
Kategori
BERITA SASTRA
CATATAN RINGAN
CERPEN
CERPEN KOMPAS
MONOLOG
NASKAH TEATER
PUISI
Arsip
Pilih Bulan
Masukkan alamat surat elektronik Anda untuk mengikuti blog ini dan menerima pemberitahuan tentang tulisan baru melalui surat elektronik.
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie
Bergabunglah dengan 331 pengikut lainnya
Iklan
REPORT THIS AD
Blog di WordPress.com.
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie