Anda di halaman 1dari 3

Menguap dengan Mulut Menganga

H ari minggu pagi, jalan kecil yang beraspal di sekitar rumah Delvin dan Sheira ramai
dilewdilewati orang jogging. Delvin dan Sheira tak menyia-nyiakan hari minggu yang cerah itu
untuk ikut jogging juga. Biasanya mereka jogging bersama keluarga, tetapi hari ini kedua orang
tua mereka tidak ikut.

Di jalan, mereka bertemu dengan Refal.

"Hail" sapa Delvin.

"Hai juga!" balas Refal,

Lalu, Delvin, Sheira, dan Refal lari-lari kecil beriringan.

"Huaaah!" Refal, menguap sambil mengeluarkan suara, mulutnya terbuka lebar.

"Pagi-pagi, kok, menguap? Ngantuk, ya? Tidak cukup tidur tadi malam?" tanya Delvin.

Refal menggeleng.

"Aku enggak ngantuk. Enggak tahu, nih, kenapa bisa menguap, padahal aku enggak
ngantuk," kata Refal. "Menguap, kok, bersuara? Mulutnya terbuka lebar begitu lagi...," omel
Sheira.

"Memangnya kenapa?" tanya Refal.

"Kamu tidak tahu, ya, kalau menguap jangan bersuara, mulut juga harus ditutup dengan
tangan?" ujar Sheira.

"Kenapa mesti begitu?" tanya Refal lagi.

Sheira menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, bingung harus menjawab apa. "Hmm...
kenapa, ya? Lupa. Kata Ibu, sih, mulut harus ditutup saat menguap, tapi lupa alasannya kenapa,"
kata Sheira sambil cengengesan.

"Pagi, Anak-Anak!"

Sapaan dari suara tak asing itu mengagetkan Delvin dan Sheira. Sontak mereka menoleh ke
sumber suara.

"Dokter Ozi?" ujar Delvin dan Sheira ber- barengan. Ada kesan terkejut dalam nada suara
mereka. Bagaimana tidak? Ini pertama kali mereka bertemu Dokter Ozi lagi. Sebelumnya hanya
pertemuan tak langsung melalui perantara handycam pemberian Dokter Ozi.
"Haha... jangan terkejut begitu, dong!" Dokter Ozi tertawa renyah.

"Habis... ini baru jumpa Dokter Ozi lagi setelah pertemuan tak sengaja kita tempo hari," ujar
Sheira.

Dokter Ozi tertawa lagi. "Hmm... maaf, Dokter agak sibuk akhir-akhir ini. Di rumah sakit
sedang banyak pasien. Padahal, niatnya Dokter mau mengajak kalian main ke rumah. Tapi
karena terlalu sibuk, niat itu belum kesampaian," ujar Dokter Ozi.

"Huuaauuaahem!"

Refal menguap lagi. Kali ini suaranya lebih keras dan mulutnya terbuka lebih lebar.

"Dokter, ini, nih, si Refal menguap terus dari tadi. Mulutnya dibuka lebar-lebar lagi. Kok,
bisa, ya, menguap? Padahal kata Refal dia tidak mengantuk," adu Delvin pada Dokter Ozi.

"Iya, Dok. Kami penasaran, bagaimana orang bisa menguap?" tambah Sheira.

"Wah, kebetulan sekali kalau begitu. Ayo, ke rumah Dokter.

Dokter punya peralatan bagus yang bisa membantu kita melihat bagaimana orang bisa
menguap!" ajak Dokter Ozi.

Di rumah Dokter Ozi, Dokter Ozi membimbing anak-anak menuju ke laboratoriumnya.


Anak-anak terkesima melihat peralatan yang ada di laboratorium tersebut.

Dokter Ozi menunjukkan sebuah mesin berbentuk lingkaran yang besar, cukup dimasuki
oleh orang dewasa dengan posisi berbaring.

"Ini namanya CT Scan. CT Scan adalah alat kedokteran yang digunakan untuk memeriksa
bagian dalam tubuh pasien, seperti kepala, paru-paru, jantung, rongga perut, dan tulang. Nah, CT
Scan milik Dokter ini lebih canggih daripada CT Scan pada umumnya karena dapat melihat
bagian tubuh yang terdalam, sampai ke dalam aliran darah, CT Scan yang ini juga dirancang
bebas dari radiasi berbahaya, sehingga aman digunakan anak- anak sebagai alat pembelajaran
mengenai tubuh manusia," jelas Dokter Ozi.

"Wow!" seru Refal takjub

"Nah, Refal, masih menguap-nguap? Ayo, kita lihat mengapa kita bisa menguap!" kata
Dokter Ozi.

Refal mengangguk. Dokter Ozi membimbing Refal untuk berbaring di alat canggih milik
Dokter Ozi itu. Dokter Ozi segera menjalankan mesin yang dinamakan CT Scan itu. Tubuh Refal
masuk dan keluar dari mesin itu setelah dipindai. Dokter Ozi memperlambat laju tubuh Refal
yang bergerak keluar dari mesin saat Refal sedang menguap. Hasil pemindaian terekam di
komputer yang terhubung dengan CT Scan.

"Sekarang, mari kita lihat hasilnya!" ujar Dokter Ozi setelah membantu Refal keluar dari CT
Scan.

Rekaman di komputer diputar. Kemudian diperbesar sehingga tampaklah pembuluh darah


Refal. Di dalam pembuluh darah itu, tampaklah semacam butiran-butiran halus yang melayang-
layang dalam aliran darah. Itulah karbondioksida, suatu zat yang kita keluarkan saat bernapas.
Karbondioksida terlalu banyak jumlahnya di dalam darah Refal. Dengan kata lain, darah
kekurangan oksigen. Salah satu saraf di otak memerintahkan refleks menguap untuk
menyeimbangkan kadar karbondioksida dalam darah. Karena perintah saraf di otaknya agar
menguap, Refal pun menguap.

Refal menghirup udara sebanyak-banyaknya sambil mem- buka mulut selebar-lebarnya.


Ups! Ternyata saat Refal membuka mulut lebar-lebar, butiran-butiran debu halus ikut masuk ke
dalam mulutnya, Butiran-butiran debu halus itu mencemari saluran pernapasan Refal. Untunglah
tak ada kuman yang bertebaran di udara di sekitar Refal. Kalau tidak, kuman-kuman itu pun akan
ikut masuk ke saluran pernapasan Refal.

"Lihat, Refal! Debu-debu halus yang tak tampak kita lihat dengan mata ikut masuk ke
mulutmu saat kamu menguap," kata Sheira.

"Itulah mengapa kita dianjurkan menutup mulut saat menguap," ujar Delvin.

"Benar. Kita tidak tahu apa saja yang masuk ke dalam mulut kita saat kita menguap dengan
membuka mulut lebar-lebar. Debu-debu halus, kuman-kuman yang beterbangan di udara, dan
semacamnya akan masuk ke dalam saluran pernapasan dan menyebabkan penyakit. Itulah
manfaat menutup mulut saat menguap bagi kesehatan," sambung Dokter Ozi.

Sheira, Delvin, dan Refal mengangguk-angguk tanda mengerti. Refal mengerti sekarang,
ternyata membuka mulut lebar-lebar saat menguap tanpa menutupnya dengan tangan adalah
tindakan yang salah, apalagi sampai mengeluarkan suara "Huaah!".

"Kita menguap bukan cuma karena mengantuk, tetapi saat merasa letih juga menguap. Itu
karena saat letih, pernapasan kita melambat, maka kita pun menguap. Kita juga bisa menguap
kalau berada di dalam ruangan pengap yang penuh sesak. Menguap bisa menular juga, lho," kata
Dokter Ozi.

"Delvin juga pernah membaca soal itu, Dok," kata Delvin. "Kenapa, ya, Dok?"

"Menurut ahli psikologi, sebagian besar perilaku manusia memang menular. Misalnya,
tertawa. Nah, menguap saat melihat orang lain menguap merupakan reaksi yang ditunjukkan
oleh tubuh kita untuk berempati pada orang lain," terang Dokter Ozi.

"Ooo... begitu," ujar Delvin, Sheira, dan Refal bersamaan.

Anda mungkin juga menyukai