Anda di halaman 1dari 3

NAMA : RAZIQ HANAN ZANI

KELAS : VC

Kisah Penggembala

Pada suatu masa di Yunani, hiduplah seorang gembala yang masih anak-anak bernama
Stelios. Setiap hari ia menggembalakan kambing-kambingnya di sebuah padang rumput yang
luas.

Suatu hari, Stelios merasa bosan. Namun, ia tidak bisa pergi ke mana-mana karena harus
menjaga kambing-kambingnya yang sedang asyik merumput. Sebenarnya ia ingin pulang saja
bersama kambing gembalaannya. Tapi, kambing-kambing itu terlihat masih belum puas
menyantap hamparan rumput di tempat itu. Akhirnya muncul sebuah ide iseng di benak Stelios.

“Aku akan mengerjai para penduduk, hihihi…,” gumam Stelios.

Bocah penggembala itu menarik napas dalam-dalam, lalu berteriak keras ke arah rumah
penduduk, “Ada serigalaaaa! Tolong akuuuu! Serigala mau memakan kambing-kambingkuuuu!”

Teriakan Stelios didengar oleh penduduk kampung. Segera saja mereka menyiapkan senjata
untuk menangkap serigala, lalu berbondong-bondong datang ke tempat Stelios. Selama ini
mereka memang sudah lama mengincar serigala yang sering memangsa ternak mereka. Namun,
mereka selalu gagal menangkapnya.

Sesampainya di tempat Stelios, para penduduk merasa bingung. Bukan serigala yang mereka
dapati, melainkan seorang gembala anak yang sedang tertawa terbahak-bahak. Sadarlah mereka
bahwa mereka baru saja dikerjai.
“Huh, ternyata hanya perbuatan iseng bocah itu,” kata para penduduk, kesal. Mereka lantas
membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing sambil menggerutu.

“Dasar… padahal aku berharap bisa menangkap serigala yang sudah banyak memangsa
hewan ternakku itu,” ungkap salah satu penduduk dengan nada kesal.

“Hahaha… lucu sekali orang-orang itu…. Hahaha…,” Stelios masih tertawa terpingkal-
pingkal meskipun para penduduk sudah pergi semua. Hilang sudah rasa bosannya setelah
mengerjai mereka. Ia benar-benar terhibur. Sore harinya ia pun pulang sambil tersenyum senang.
Ia tidak sadar bahwa keisengannya itu telah membuat para penduduk kesal.

Keesokan harinya, Stelios pergi lagi ke padang rumput yang sama bersama dengan
kambing-kambing gembalaannya. Menjelang siang, lagi-lagi ia merasa bosan. Teringat dalam
hatinya peristiwa kemarin saat ia mengerjai penduduk. Ia tertawa-tawa sendiri saat
mengingatnya. Terbayang di benaknya wajah panik para penduduk yang datang tergopoh-gopoh
menghampirinya dan mencari serigala.

“Hahaha… benar-benar lucu!” ujar Stelios.

Stelios ingin mengulang kejadian itu lagi. Sambil menahan tawa, ia pergi ke pinggiran
padang rumput, lalu berteriak keras ke arah rumah penduduk.

“Ada serigalaaaa! Ada serigalaaaaa! Tolong akuuu! Tolooong! Selamatkan kambing-


kambingkuuuu!”

Teriakan Stelios menjangkau banyak rumah. Penduduk yang mendengarnya langsung


mengambil perlengkapan dan senjata mereka untuk menangkap serigala.

Kemudian mereka bergegas pergi ke padang rumput. Namun, sesampainya di sana, lagi-lagi
mereka harus menelan kecewa. Tidak ada serigala di sana. Yang ada hanya seorang bocah
gembala yang sedang tertawa-tawa.

“Lagi-lagi anak ini mengerjai kita,” ujar salah satu penduduk, geram. Setelah
memperingatkan Stelios, mereka pun pulang. Stelios tidak peduli dengan kekesalan mereka dan
masih terus tertawatawa.

“Aduuuh… lucu sekali… hahaha….”

Keesokan harinya Stelios menggembalakan kambing di padang rumput yang biasanya.


Menjelang siang, tiba-tiba kambing-kambingnya berlarian dan mengembik keras. Olala…
ternyata ada seekor serigala yang menyerang kawanan kambing itu. Tentu saja Stelios sangat
panik.
Namun, tidak ada yang bisa ia perbuat. Bagaimanapun, ia tidak akan bisa menang melawan
serigala sendirian. Karena itu, ia segera berlari ke arah rumah penduduk sambil berteriak-teriak.

“Tolooong…! Toloooong…! Ada serigalaaaa! Tolong selamatkan kambing-kambingkuuu!”

Stelios heran, sebab tidak ada penduduk yang ke luar rumah dan mendatanginya untuk
menolongnya. Padahal, kemarin mereka langsung sigap dan bisa tiba di padang rumput dengan
cepat. Apakah mereka semua sedang pergi? Apakah teriakan Stelios kurang keras sehingga para
penduduk tidak bisa mendengar mereka?

Olala… ternyata sebenarnya para penduduk mendengar teriakan Stelios. Namun, mereka
enggan datang ke padang rumput karena tidak ingin tertipu lagi.

“Pasti bocah itu hendak mempermainkan kami lagi,” ujar salah satu penduduk. Ia Iebih
memilih melanjutkan aktivitasnya di dalam rumah daripada pergi ke tempat Stelios.

Sementara itu, seluruh kambing Stelios sudah habis diserang oleh sekelompok serigala.
Stelios menyesal sekali karena telah membohongi dan mempermainkan para penduduk sehingga
mereka tidak mau mempercayainya lagi. Sejak saat itu, Stelios berjanji kepada dirinya sendiri
untuk selalu berkata jujur dan tidak akan mempermainkan siapapun lagi.

Anda mungkin juga menyukai