Anda di halaman 1dari 3

Pengembala yang Suka Berbohong

(The Boy Who Cried Wolf)

karya Aesop and Musaeus Grammaticus

Pada suatu masa di Yunani, hiduplah seorang gembala yang masih anak-anak bernama Stelios. Setiap
hari ia menggembalakan kambing-kambingnya di sebuah padang rumput yang luas.

Suatu hari, Stelios merasa bosan. Namun, ia tidak bisa pergi ke mana-mana karena harus menjaga
kambing-kambingnya yang sedang asyik merumput. Sebenarnya ia ingin pulang saja bersama kambing
gembalaannya. Tapi, kambing-kambing itu terlihat masih belum puas menyantap hamparan rumput di
tempat itu. Akhirnya muncul sebuah ide iseng di benak Stelios.

“Aku akan mengerjai para penduduk, hihihi…,” gumam Stelios.

Bocah penggembala itu menarik napas dalam-dalam, lalu berteriak keras ke arah rumah penduduk, “Ada
serigalaaaa! Tolong akuuuu! Serigala mau memakan kambing-kambingkuuuu!”

Teriakan Stelios didengar oleh penduduk kampung. Segera saja mereka menyiapkan senjata untuk
menangkap serigala, lalu berbondong-bondong datang ke tempat Stelios. Selama ini mereka memang
sudah lama mengincar serigala yang sering memangsa ternak mereka. Namun, mereka selalu gagal
menangkapnya.

Sesampainya di tempat Stelios, para penduduk merasa bingung. Bukan serigala yang mereka dapati,
melainkan seorang gembala anak yang sedang tertawa terbahak-bahak. Sadarlah mereka bahwa mereka
baru saja dikerjai.
“Huh, ternyata hanya perbuatan iseng bocah itu,” kata para penduduk, kesal. Mereka lantas
membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing sambil menggerutu.

“Dasar… padahal aku berharap bisa menangkap serigala yang sudah banyak memangsa hewan ternakku
itu,” ungkap salah satu penduduk dengan nada kesal.

“Hahaha… lucu sekali orang-orang itu…. Hahaha…,” Stelios masih tertawa terpingkal-pingkal meskipun
para penduduk sudah pergi semua. Hilang sudah rasa bosannya setelah mengerjai mereka. Ia benar-
benar terhibur. Sore harinya ia pun pulang sambil tersenyum senang. Ia tidak sadar bahwa keisengannya
itu telah membuat para penduduk kesal.

Keesokan harinya, Stelios pergi lagi ke padang rumput yang sama bersama dengan kambing-kambing
gembalaannya. Menjelang siang, lagi-lagi ia merasa bosan. Teringat dalam hatinya peristiwa kemarin
saat ia mengerjai penduduk. Ia tertawa-tawa sendiri saat mengingatnya. Terbayang di benaknya wajah
panik para penduduk yang datang tergopoh-gopoh menghampirinya dan mencari serigala.

“Hahaha… benar-benar lucu!” ujar Stelios.

Stelios ingin mengulang kejadian itu lagi. Sambil menahan tawa, ia pergi ke pinggiran padang rumput,
lalu berteriak keras ke arah rumah penduduk.

“Ada serigalaaaa! Ada serigalaaaaa! Tolong akuuu! Tolooong! Selamatkan kambing-kambingkuuuu!”

Teriakan Stelios menjangkau banyak rumah. Penduduk yang mendengarnya langsung mengambil
perlengkapan dan senjata mereka untuk menangkap serigala.

Kemudian mereka bergegas pergi ke padang rumput. Namun, sesampainya di sana, lagi-lagi mereka
harus menelan kecewa. Tidak ada serigala di sana. Yang ada hanya seorang bocah gembala yang sedang
tertawa-tawa.

“Lagi-lagi anak ini mengerjai kita,” ujar salah satu penduduk, geram. Setelah memperingatkan Stelios,
mereka pun pulang. Stelios tidak peduli dengan kekesalan mereka dan masih terus tertawa-tawa.

“Aduuuh… lucu sekali… hahaha….”

Keesokan harinya Stelios menggembalakan kambing di padang rumput yang biasanya. Menjelang siang,
tiba-tiba kambing-kambingnya berlarian dan mengembik keras. Olala… ternyata ada seekor serigala yang
menyerang kawanan kambing itu. Tentu saja Stelios sangat panik.

Namun, tidak ada yang bisa ia perbuat. Bagaimanapun, ia tidak akan bisa menang melawan serigala
sendirian. Karena itu, ia segera berlari ke arah rumah penduduk sambil berteriak-teriak.

“Tolooong…! Toloooong…! Ada serigalaaaa! Tolong selamatkan kambing-kambingkuuu!”


Stelios heran, sebab tidak ada penduduk yang ke luar rumah dan mendatanginya untuk menolongnya.
Padahal, kemarin mereka langsung sigap dan bisa tiba di padang rumput dengan cepat. Apakah mereka
semua sedang pergi? Apakah teriakan Stelios kurang keras sehingga para penduduk tidak bisa
mendengar mereka?

Olala… ternyata sebenarnya para penduduk mendengar teriakan Stelios. Namun, mereka enggan datang
ke padang rumput karena tidak ingin tertipu lagi.

“Pasti bocah itu hendak mempermainkan kami lagi,” ujar salah satu penduduk. Ia Iebih memilih
melanjutkan aktivitasnya di dalam rumah daripada pergi ke tempat Stelios.

Sementara itu, seluruh kambing Stelios sudah habis diserang oleh sekelompok serigala. Stelios menyesal
sekali karena telah membohongi dan mempermainkan para penduduk sehingga mereka tidak mau
mempercayainya lagi. Sejak saat itu, Stelios berjanji kepada dirinya sendiri untuk selalu berkata jujur dan
tidak akan mempermainkan siapapun lagi.

Pesan moral: Tidak ada orang yang menyukai orang yang suka berbohong. Karena itu, berusahalah
untuk selalu berkata jujur dalam kehidupan sehari-hari. Sekali saja kita berbohong, maka orang-
orang akan enggan percaya dengan kita lagi. Hal ini tentu saja sangat merugikan diri kita sendiri.

Anda mungkin juga menyukai