Sistem Proteksi Pada Trafo
Sistem Proteksi Pada Trafo
Sistem Proteksi Pada Trafo
PADA TRANSFORMATOR
DISUSUN OLEH :
SADEWA AJI WASKITHA (11501241027)
TRIYOGO (11501241028)
SUBKHAN PRASETYO (11501241029)
A. Latar Belakang
Transformator merupakan suatu perangkat listrik yang berfungsi untuk
memindahkan daya dari sisi rangkaian primer ke sisi sekunder dengan frekuensi yang
sama. Dengan mengatur tegangan dan arus pada transformator, akan diperoleh suatu
tegangan dan arus sistem sesuai yang direncanakan.
Pada umumnya transformator dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
transformator ukur dan transformator daya. Transformator ukur masih dapat
dibedakan lagi menjadi dua, yaitu transformator arus dan transformator tegangan.
Transformator ukur terutama berfungsi untuk menurunkan arus atau
tegangan, yang mana besaran arus atau tegangan tersebut digunakan sebagai besaran
masukan, misalnya untuk masukan relai-relai pengaman atau untuk pengukuran
besaran yang mempunyai kapasitas tinggi (KV,KA).
Transformator daya merupakan transformator dengan kapasitas pemindahan
daya yang besar, misalnya transformator daya pada saluran distribusi dengan rating
150KV/20KV, 20MVA. Pada sistem tenaga listrik, transformator daya bisa
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu transformator daya untuk sistem transmisi dan
transformator daya untuk saluran distribusi.
Transformator adalah unsur utama dan merupakan mata rantai terpenting
dalam penyaluran dan distribusi tenaga listrik. Seiring dengan semakin
meningkatnya permintaan energi listik maka keperluan akan transformator dengan
sendirinya meningkat mengikuti bertambah besarnya daya listrik yang
dibangkitkan. Oleh karena transformator merupakan unsur utama dari sistem
penyaluran dan distribusi energi listrik dan merupakan peralatan yang paling mahal
harganya, maka sistem proteksi atau pengamanan terhadap sebuah transformator
baik terhadap gangguan-gangguan yang terjadi dari dalam transformator itu sendiri
maupun dari luar transformator tersebut sangat perlu diperhatikan.
Listrik memiliki peran vital dan strategis, ketersediannya harus memenuhi
aspek andal, aman dan akrab dengan lingkungan. Keandalan sistem tenaga listrik
ditentukan oleh sistem dan konstruksi instalasi listrik yang memenihi ketentuan dan
persyaratan yang berlaku. Keamanan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem
pengaman (protection system) yang baik, benar, andal atau tepat sesuai dengan
kebutuhan sistem yang ada. Proteksi sistem tenaga listrik merupakan perlindungan
atau pengaman pemabangkitan (pembangkit tenaga listrik), penyalur (transmisi),
pendistribusian (distribusi) dan instalasi pemanfaatan.
B. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan mata kuliah sistem proteksi.
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mempelajari lebih dalam
mengenai sistem proteksi pada transformator serta mempelajari bagaimana teknik
pemasangan dan fungsinya pada peralatan listrik.
C. Batasan Masalah
Dalam makalah ini kami akan membatasi topik permasalahan yang akan kami
bahas yaitu, mengenai Sistem Proteksi Pada Transformator.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proteksi
Pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi adalah perlindungan atau isolasi
pada bagian yang memungkinkan akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama
proteksi adalah untuk mencegah terjadinya gangguan atau memadamkan gangguan
yang telah terjadi dan melokalisirnya, dan membatasi pengaruh-pengaruhnya,
biasanya dengan mengisolir bagian-bagian yang terganggu tanpa mengganggu
bagian-bagian yang lain.
Sistem proteksi ini mendeteksi kondisi abnormal dalam suatu rangkaian
listrik dengan mengukur besaran-besaran listrik yang berbeda antara kondisi normal
dengan kondisi abnormal. Ada beberapa kriteria yang perlu diketahui pada
pemasangan suatu sistem proteksi dalam suatu rangkaian sistem tenaga listrik yaitu :
1. Sensitifitas (kepekaan)
Sensitifitas adalah kepekaan rele proteksi terhadap segala macam gangguan
dengan tepat yakni gangguan yang terjadi di daerah perlindungannya.
Sensitifitas suatu sistem proteksi ditentukan oleh nilai terkecil dari besaran
penggerak saat peralatan proteksi mulai beroperasi. Nilai terkecil besaran
penggerak berhubungan dengan nilai minimum arus gangguan dalam daerah
yang dilindunginya.
2. Selektifitas dan diskriminatif
Selektif berarti suatu sistem proteksi harus dapat memilih bagian sistem yang
harus diisolir apabila rele proteksi mendeteksi gangguan. Bagian yang
dipisahkan dari sistem yang sehat sebisanya adalah bagian yang terganggu saja.
Diskriminatif berarti suatu sistem proteksi harus mampu membedakan antara
kondisi normal dan kondisi abnormal. Ataupun membedakan apakah kondisi
abnormal tersebut terjadi di dalam atau di luar daerah proteksinya.
3. Kecepatan
Sistem proteksi perlu memiliki tingkat kecepatan sebagaimana ditentukan
sehingga meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia, peralatan dan
stabilitas operasi.
4. Keandalan
Suatu sistem proteksi dapat dikatakan andal jika selalu berfungsi sebagaimana
yang diharapkan. Sistem proteksi disebut tidak andal bila gagal bekerja pada
saat dibutuhkan dan bekerja pada saat proteksi itu tidak seharusnya bekerja.
5. Ekonomis
Suatu perencanaan teknik yang baik tidak terlepas tentunya dari pertimbangan
nilai ekonomisnya. Suatu rele proteksi yang digunakan hendaknya ekonomis
mungkin dengan tidak mengesampingkan fungsi dan keandalannya.
B. Tipe Proteksi
Ada dua kategori proteksi yang dikenal yaitu proteksi utama (main
protection) dan proteksi pembantu (back up protection). Proteksi utama dalah
pertahanan utama dan akan membebaskan gangguan pada bagian yang akan
diproteksi secepat mungkin. Mengingat keandalan 100 % tidak hanya dari
perlindungan tetapi juga dari trafo arus, trafo tegangan dan pemutus rangkaian yang
tidak dapat dijamin, untuk itu diperlukan perlindungan pembantu (auxiliary
protection) pada alat proteksi tersebut. Proteksi pembantu bekerja bila rele utama
gagal dan tidak hanya melindungi daerah berikutnya dengan perlambatan waktu
yang lebih lama dari pada relay utamanya.
C. Pertimbangan Pemilihan
Perencanaan sistem pengaman transformator harus mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut ini :
1. Jenis transformator yang diamankan
Jenis transformator sangat menentukan sistem pengaman yang harus
diterapkan. Jenis yang dimaksud disini adalah transformator daya untuk
transmisi atau saluran distribusi. Transformator saluran distribusi sekunder
tidak memerlukan sistem pengaman yang serumit atau selengkap seperti pada
transformator distribusi primer. Biasanya pada transformator distribusi
sekunder cukup diamankan dengan sekring cutout dan arrester atau surge
diverter saja. Namun untuk transformator distribusi primer dan saluran
transmisi harus dilengkapi dengan relai-relai pengaman.
2. Ukuran transformator
Rating atau kemampuan transformator merupakan dasar pertimbangan yang
penting dalam perencanaan sistem pengaman. Ukuran transformator biasanya
diberikan dalam besaran rating tegangan dan daya, misalnya 15KV/150KV
dengan daya 100 MVA. Pertimbangan dari segi teknis, misalnya panas dan arus
gangguan hubung singkat yang timbul pada transformator. Gangguan itu bisa
merupakan hubung singkat antara kumparan maupun kumparan dengan tangki
atau penghantar dengan bodi. Hubung singkat tersebut tergantung juga pada
rating transformator, baik tegangan, daya maupun reaktansi-reaktansinya.
Dilihat dari segi ekonomis, biaya relai-relai pengaman tidaklah murah. Oleh
karena itu, biaya pengaman harus sebanding dengan kapasitas transformator
yang diamankan.
3. Jenis pendinginan
Ada beberapa jenis pendinginan yang digunakan pada transformator tenaga,
antara lain pendingin dengan kipas untuk minyak bersirkulasi secara alamiah
atau secara paksa, pendinginan dengan air dan sejenisnya. Sistem pendinginan
berfungsi untuk menjaga agar suhu transformator, baik minyak transformator
maupun kumparan dapat dikendalikan pada suatu nilai tertentu. Panas yang
berlebihan pada transformator akan merusak isolasi kumparan dan bisa
mengakibatkan hubung singkat. Sistem pendingin yang digunakan pada
transformator erat kaitannya dengan pemakaian relai-relai suhu.
4. Lokasi pemakaian
Sistem jaringan tenaga listrik dimana transformator dipasang merupakan faktor
yang juga dipertimbangkan. Hal ini terutama berkaitan dengan kemungkinan
gangguan yang terjadi pada transformator. Pada daerah-daerah tertentu dimana
sering turun hujan yang disertai dengan sambaran petir perlu dilengkapi dengan
piranti pengaman pengalih surja/penangkal petir (arrester). Disamping itu
pemakaian pengaman transformator di daerah pedesaan tidak selengkap
pemakaian transformator di perkotaan, karena di perkotaan jaringan listriknya
sudah demikian luas dan kompleks sehinggan memerlukan selektivitas yang
lebih tinggi.
5. Prioritas pelayanan
Untuk transformator yang melayani lokasi-lokasi strategis dan vital, misalnya
rumah sakit, gedung-gedung negara dan sebagainya, diperlukan sistem
pengaman yang sangat andal sehingga kemungkinan pemadamannya sangat
kecil.
2. Relai Suhu
4. Relay Jansen
Tap changer adalah alat yang terpasang pada transformator yang
berfungsi untuk mengatur tegangan keluaran (sekunder) akibat beban maupun
variasi tegangan pada sistem masukannya (input). Tap changer umumnya
dipasang pada ruang terpisah dengan ruang untuk tempat kumparan,
dimaksudkan agar minyak tap changer tidak bercampur dengan minyak tangki
utama. Untuk mengamankan ruang diverter switch apabila terjadi gangguan
pada sistem tap changer, digunakan pengaman yang biasa disebut rele jansen
(buchholtnya tap changer). Rele jansen dipasang antara tangki tap changer
dengan konservator minyak tap changer.
6. Relai Diferensial
Relai tekanan lebih berfungsi hampir sama seperti relai buchollz yaitu
mengamankan transformator dari gangguan internal. Bedanya relai ini hanya
bekerja apabila terjadi kenaikan tekanan gas tiba-tiba yang disebabkan oleh
hubung singkat.
Tipe Membran
Plat tipis yag didesain sedemikian rupa yang akan pecah bila
menerima tekanan melebihi disainnya. Membran ini hanya sekali pakai
sehingga bila pecah harus diganti baru.
Pressure Relief Valve
Suatu katup yang ditekan oleh sebuah pegas yang didesain
sedemikian rupa sehingga apabila terjadi tekanan didalam transformator
melebihi tekanan pegas maka akan membuka dan membuang tekanan
keluar bersama-sama sebagian minyak. Katup akan menutup kembali
apabila tekanan didalam transformator turun atau lebih kecil dari
tekanan pegas.
Relai 51G yang terpasang, mendeteksi arus gangguan dari tangki trafo
ketanah, kalu terjadi kebocoran isolasi dari belitan trafo ke tangki, arus yang
mengalir ketanah akan dideteksi relai arus lebih melalui CT. Relai akan
mentripkan PMT di kedua sisi (TT dan TM). Jadi arus gangguan kembali
kesistem melalui pembumian trafo.
9. Arrester
Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi
peralatan system tenaga listrik terhadap surya petir. Alat pelindung terhadap
gangguan surya ini berfungsi melindungi peralatan system tenaga listrik
dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya
ke tanah.
Berhubung dengan fungsinya itu ia harus dapat menahan tegangan
system 50 Hz untuk waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan surja
arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan. Ia berlaku sebagai jalan pintas
sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah untuk dilalui oleh kilat
atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan.
Selain melindungi perlatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh
tegangan lebih external, arrester juga melindungi peralatan yang diakibatkan
oleh tegangan lebih internal seperti surja hubung, selain itu arrester juga
merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu system tenagan listrik. Bila
surja dating ke gardu induk arrester bekerja melepaskan muatan listrik serta
mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai peralatan dalam gardu
induk.
A. Kesimpulan
Sistem proteksi adalah perlindungan atau isolasi pada bagian yang memungkinkan
akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama proteksi adalah untuk mencegah
terjadinya gangguan atau memadamkan gangguan yang telah terjadi dan melokalisirnya, dan
membatasi pengaruh-pengaruhnya, biasanya dengan mengisolir bagian-bagian yang
terganggu tanpa mengganggu bagian-bagian yang lain.
Relay proteksi yang baik adalah relay yang telah memenuhi beberapa syarat relay
proteksi, adapun syarat itu diantaranya adalah, sesnsitif, selektif, handal, cepat, lebih
ekonomis, sederhana.
Adapaun jenis-jenis dari relay proteksi ini diantaranya:
1. Relai Buchollz
2. Relai Jansen
3. Relai Tekanan Lebih (Sudden Pressure Relay)
4. Relay HV/ LV Winding Temperature
5. Relai Arus Lebih (Over Current Relay)
6. Relai Tangki Tanah
7. Restricted Earth Fault (REF)
8. Relai Diferensial (Differential Relay)
9. Arester
Prinsip kerja rele proteksi yang digunakan adalah jika rele tersebut mendeteksi
gangguan baik berupa gas, suhu, tekanan, dan arus gangguan hubung singkat, terlebih
dahulu diawali dengan bunyi alarm atau lampu indikator menyala sebelum rele tersebut
bekerja, kemudian memerintahkan PMT untuk trip.
B. Saran
Makalah ini merupakan salah satu dari sekian banyak bahan bacaan mengenai relay
proteksi ini, untuk itu penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat membaca atau
menambah pengetahuan mengenai relay proteksi ini dengan membaca referensi lain
mengenai relay proteksi ini, baik di buku cetak maupun secara online di internet.
DAFTAR PUSTAKA
Relay Proteksi Pada Transformator, Oleh Alief Rahman. Diambil Pada tanggal 4 Mei
2014 dari http://rakhman.net/2013/09/relay-proteksi-pada-transformator.html
Arester, Oleh Rafiq Saimuri. Diambil Pada Tanggal 4 Mei 2014 dari
http://rangpisang.wordpress.com/2011/10/31/arrester/
Sistem Proteksi Pada Transformator, Oleh Rinaldi Aldi. Diambil Pada Tanggal 28
April 2014 dari http://tekniklistrikumum.blogspot.com/2013/11/sistem-proteksi-
pada-transformator.html