Sistem Proteksi Pada Trafo

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

SISTEM PROTEKSI

PADA TRANSFORMATOR

DISUSUN OLEH :
SADEWA AJI WASKITHA (11501241027)
TRIYOGO (11501241028)
SUBKHAN PRASETYO (11501241029)

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Transformator merupakan suatu perangkat listrik yang berfungsi untuk
memindahkan daya dari sisi rangkaian primer ke sisi sekunder dengan frekuensi yang
sama. Dengan mengatur tegangan dan arus pada transformator, akan diperoleh suatu
tegangan dan arus sistem sesuai yang direncanakan.
Pada umumnya transformator dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
transformator ukur dan transformator daya. Transformator ukur masih dapat
dibedakan lagi menjadi dua, yaitu transformator arus dan transformator tegangan.
Transformator ukur terutama berfungsi untuk menurunkan arus atau
tegangan, yang mana besaran arus atau tegangan tersebut digunakan sebagai besaran
masukan, misalnya untuk masukan relai-relai pengaman atau untuk pengukuran
besaran yang mempunyai kapasitas tinggi (KV,KA).
Transformator daya merupakan transformator dengan kapasitas pemindahan
daya yang besar, misalnya transformator daya pada saluran distribusi dengan rating
150KV/20KV, 20MVA. Pada sistem tenaga listrik, transformator daya bisa
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu transformator daya untuk sistem transmisi dan
transformator daya untuk saluran distribusi.
Transformator adalah unsur utama dan merupakan mata rantai terpenting
dalam penyaluran dan distribusi tenaga listrik. Seiring dengan semakin
meningkatnya permintaan energi listik maka keperluan akan transformator dengan
sendirinya meningkat mengikuti bertambah besarnya daya listrik yang
dibangkitkan. Oleh karena transformator merupakan unsur utama dari sistem
penyaluran dan distribusi energi listrik dan merupakan peralatan yang paling mahal
harganya, maka sistem proteksi atau pengamanan terhadap sebuah transformator
baik terhadap gangguan-gangguan yang terjadi dari dalam transformator itu sendiri
maupun dari luar transformator tersebut sangat perlu diperhatikan.
Listrik memiliki peran vital dan strategis, ketersediannya harus memenuhi
aspek andal, aman dan akrab dengan lingkungan. Keandalan sistem tenaga listrik
ditentukan oleh sistem dan konstruksi instalasi listrik yang memenihi ketentuan dan
persyaratan yang berlaku. Keamanan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem
pengaman (protection system) yang baik, benar, andal atau tepat sesuai dengan
kebutuhan sistem yang ada. Proteksi sistem tenaga listrik merupakan perlindungan
atau pengaman pemabangkitan (pembangkit tenaga listrik), penyalur (transmisi),
pendistribusian (distribusi) dan instalasi pemanfaatan.

B. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan mata kuliah sistem proteksi.
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mempelajari lebih dalam
mengenai sistem proteksi pada transformator serta mempelajari bagaimana teknik
pemasangan dan fungsinya pada peralatan listrik.
C. Batasan Masalah
Dalam makalah ini kami akan membatasi topik permasalahan yang akan kami
bahas yaitu, mengenai Sistem Proteksi Pada Transformator.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Proteksi
Pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi adalah perlindungan atau isolasi
pada bagian yang memungkinkan akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama
proteksi adalah untuk mencegah terjadinya gangguan atau memadamkan gangguan
yang telah terjadi dan melokalisirnya, dan membatasi pengaruh-pengaruhnya,
biasanya dengan mengisolir bagian-bagian yang terganggu tanpa mengganggu
bagian-bagian yang lain.
Sistem proteksi ini mendeteksi kondisi abnormal dalam suatu rangkaian
listrik dengan mengukur besaran-besaran listrik yang berbeda antara kondisi normal
dengan kondisi abnormal. Ada beberapa kriteria yang perlu diketahui pada
pemasangan suatu sistem proteksi dalam suatu rangkaian sistem tenaga listrik yaitu :
1. Sensitifitas (kepekaan)
Sensitifitas adalah kepekaan rele proteksi terhadap segala macam gangguan
dengan tepat yakni gangguan yang terjadi di daerah perlindungannya.
Sensitifitas suatu sistem proteksi ditentukan oleh nilai terkecil dari besaran
penggerak saat peralatan proteksi mulai beroperasi. Nilai terkecil besaran
penggerak berhubungan dengan nilai minimum arus gangguan dalam daerah
yang dilindunginya.
2. Selektifitas dan diskriminatif
Selektif berarti suatu sistem proteksi harus dapat memilih bagian sistem yang
harus diisolir apabila rele proteksi mendeteksi gangguan. Bagian yang
dipisahkan dari sistem yang sehat sebisanya adalah bagian yang terganggu saja.
Diskriminatif berarti suatu sistem proteksi harus mampu membedakan antara
kondisi normal dan kondisi abnormal. Ataupun membedakan apakah kondisi
abnormal tersebut terjadi di dalam atau di luar daerah proteksinya.
3. Kecepatan
Sistem proteksi perlu memiliki tingkat kecepatan sebagaimana ditentukan
sehingga meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia, peralatan dan
stabilitas operasi.

4. Keandalan
Suatu sistem proteksi dapat dikatakan andal jika selalu berfungsi sebagaimana
yang diharapkan. Sistem proteksi disebut tidak andal bila gagal bekerja pada
saat dibutuhkan dan bekerja pada saat proteksi itu tidak seharusnya bekerja.
5. Ekonomis
Suatu perencanaan teknik yang baik tidak terlepas tentunya dari pertimbangan
nilai ekonomisnya. Suatu rele proteksi yang digunakan hendaknya ekonomis
mungkin dengan tidak mengesampingkan fungsi dan keandalannya.

B. Tipe Proteksi
Ada dua kategori proteksi yang dikenal yaitu proteksi utama (main
protection) dan proteksi pembantu (back up protection). Proteksi utama dalah
pertahanan utama dan akan membebaskan gangguan pada bagian yang akan
diproteksi secepat mungkin. Mengingat keandalan 100 % tidak hanya dari
perlindungan tetapi juga dari trafo arus, trafo tegangan dan pemutus rangkaian yang
tidak dapat dijamin, untuk itu diperlukan perlindungan pembantu (auxiliary
protection) pada alat proteksi tersebut. Proteksi pembantu bekerja bila rele utama
gagal dan tidak hanya melindungi daerah berikutnya dengan perlambatan waktu
yang lebih lama dari pada relay utamanya.

C. Pertimbangan Pemilihan
Perencanaan sistem pengaman transformator harus mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut ini :
1. Jenis transformator yang diamankan
Jenis transformator sangat menentukan sistem pengaman yang harus
diterapkan. Jenis yang dimaksud disini adalah transformator daya untuk
transmisi atau saluran distribusi. Transformator saluran distribusi sekunder
tidak memerlukan sistem pengaman yang serumit atau selengkap seperti pada
transformator distribusi primer. Biasanya pada transformator distribusi
sekunder cukup diamankan dengan sekring cutout dan arrester atau surge
diverter saja. Namun untuk transformator distribusi primer dan saluran
transmisi harus dilengkapi dengan relai-relai pengaman.

2. Ukuran transformator
Rating atau kemampuan transformator merupakan dasar pertimbangan yang
penting dalam perencanaan sistem pengaman. Ukuran transformator biasanya
diberikan dalam besaran rating tegangan dan daya, misalnya 15KV/150KV
dengan daya 100 MVA. Pertimbangan dari segi teknis, misalnya panas dan arus
gangguan hubung singkat yang timbul pada transformator. Gangguan itu bisa
merupakan hubung singkat antara kumparan maupun kumparan dengan tangki
atau penghantar dengan bodi. Hubung singkat tersebut tergantung juga pada
rating transformator, baik tegangan, daya maupun reaktansi-reaktansinya.
Dilihat dari segi ekonomis, biaya relai-relai pengaman tidaklah murah. Oleh
karena itu, biaya pengaman harus sebanding dengan kapasitas transformator
yang diamankan.
3. Jenis pendinginan
Ada beberapa jenis pendinginan yang digunakan pada transformator tenaga,
antara lain pendingin dengan kipas untuk minyak bersirkulasi secara alamiah
atau secara paksa, pendinginan dengan air dan sejenisnya. Sistem pendinginan
berfungsi untuk menjaga agar suhu transformator, baik minyak transformator
maupun kumparan dapat dikendalikan pada suatu nilai tertentu. Panas yang
berlebihan pada transformator akan merusak isolasi kumparan dan bisa
mengakibatkan hubung singkat. Sistem pendingin yang digunakan pada
transformator erat kaitannya dengan pemakaian relai-relai suhu.
4. Lokasi pemakaian
Sistem jaringan tenaga listrik dimana transformator dipasang merupakan faktor
yang juga dipertimbangkan. Hal ini terutama berkaitan dengan kemungkinan
gangguan yang terjadi pada transformator. Pada daerah-daerah tertentu dimana
sering turun hujan yang disertai dengan sambaran petir perlu dilengkapi dengan
piranti pengaman pengalih surja/penangkal petir (arrester). Disamping itu
pemakaian pengaman transformator di daerah pedesaan tidak selengkap
pemakaian transformator di perkotaan, karena di perkotaan jaringan listriknya
sudah demikian luas dan kompleks sehinggan memerlukan selektivitas yang
lebih tinggi.
5. Prioritas pelayanan
Untuk transformator yang melayani lokasi-lokasi strategis dan vital, misalnya
rumah sakit, gedung-gedung negara dan sebagainya, diperlukan sistem
pengaman yang sangat andal sehingga kemungkinan pemadamannya sangat
kecil.

D. Gangguan pada Transformator


1. Gangguan Dalam
Gangguan dalam (internal faults) adalah gangguan yang disebabkan karena
adanya gangguan yang terjadi di dalam transformator, gangguan itu antara lain:
a) Terjadi busur api yang kecil dan pemanasan lokal yang dapat disebabkan
oleh:
 Cara penyambungan konduktor yang tidak baik
 Kontak-kontak listrik yang tidak baik
 Kerusakan isolasi antara inti baut
b) Gangguan pada sistem pendingin Sebagaimana diketahui, banyak
transformator daya mempergunakan minyak transformator sebagai isolasi
yang sekaligus merupakan bahan pendingin. Suatu kenyataan adalah
bahwa terjadinya suatu gangguan atau kerusakan di dalam transformator,
maka dalam minyak itu akan terbentuk sejumlah gas.
c) Gangguan hubung singkat
Pada umumnya gangguan ini dapat dideteksi karena akan selalu timbul
arus maupun tegangan yang tidak normal/tidak seimbang. Jenis gangguan
ini antara lain, hubung singkat antar belitan, yaitu:
 Hubung singkat antara kumparan dengan tanah
 Hubung singkat dua fasa
 Kerusakan pada isolator transformator
2. Gangguan Luar
Jenis gangguan luar (external faults) ini dapat dibedakan atas dua macam,
yaitu :
a) Hubung singkat luar
Hubung singkat jenis ini terjadi di luar transformator daya, misalnya:
hubung singkat di bus, hubung singkat di feeder dan gangguan hubung
singkat di sistem yang merupakan sumber bagi transformator daya
tersebut. Gangguan ini dapat dideteksi karena timbulnya arus yang sangat
besar, mencapai beberapa ratus kali arus nominalnya.

b) Beban lebih (overload)


Transformator daya dapat beroperasi secara terus menerus pada beban
nominalnya. Apabila beban yang dilayani lebih besar 100 %, transformator
daya akan mendapat pemanasan lebih. Kondisi ini memungkinkan tidak
segera menimbulkan kerusakan pada transformator daya, tetapi apabila
berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan umur isolasi
bertambah pendek.
c) Keadaan beban lebih berbeda dengan keadaan arus lebih. Pada beban
lebih, besar arushanya kira-kira 10 % di atas nominal dan dapat diputuskan
setelah berlangsung beberapa puluh menit. Sedangkan pada arus lebih,
besar arus mencapai beberapa kali arus nominal dan harus secepat
mungkin diputuskan.

E. Piranti Pengaman Transformator


Sebagaimana diuraikan diawal bahwa sistem pengaman transformator akan
berbeda dari transformator yang satu dengan lainnya. Saat ini penulis akan
membahas relai-relai pengaman transformator tersebut, dapat kita pelajari sebagai
berikut ini :
1. Relai Bucholz

Relai bucholz dipasang pada pipa dari maintank ke konservator ataupun


dari OLTC ke konservator tergantung design trafonya apakah dikedua pipa
tersebut dipasang relai bucholz. Relai bucholz berfungsi untuk mendeteksi
dan mengamankan gangguan di dalam transformator yang menimbulkan gas.
Selama transformator beroperasi normal, relai akan terisi penuh dengan
minyak. Pelampung akan berada pada posisi awal.
Bila terjadi gangguan yang kecil didalam tangki transformator, misalnya
hubung singkat dalam kumparan, maka akan menimbulkan gas. Gas yang
terbentuk akan berkumpul dalam relai pada saat perjalanan menuju tangki
konservator, sehingga level minyak dalam relai turun dan akan mengerjakan
kontak alarm (kontak pelampung atas). Bila level minyak transformator turun
secara perlahan-lahan akibat dari suatu kebocoran, maka pelampung atas akan
memberikan sinyal alarm dan bila penurunan minyak tersebut terus berlanjut,
maka pelampung bawah akan memberikan sinyal trip. Bila terjadi busur api
yang besar, kerusakan minyak akan terjadi dengan cepat dan timbul surja
tekanan pada minyak yang bergerak melalui pipa menuju ke relai Bucholz.
Pada dasarnya relai bucholz termasuk dalam kategori relai termis. Relai ini
digunakan untuk mendeteksi dan mengamankan transformator terhadap
gangguan didalam transformator yang menimbulkan gas. Gas yang timbul ini
diakibatkan oleh :
a) Hubung singkat pada kumparan
b) Busur listrik antar laminasi
c) Busur listrik akibat kontak yang kurang baik

2. Relai Suhu

a. Relay HV/LV Winding Temperature bekerja apabila suhu kumparan trafo


melebihi setting dari pada relai HV/LV Winding, besarnya kenaikan suhu
adalah sebanding dengan faktor pembebanan dan suhu udara luar trafo.
Urutan kerja relai suhu kumparan/ winding ini dibagi 2 tahap:
 Mengerjakan alarm (winding temperature alarm)
 Mengerjakan perintah trip ke PMT (winding temperature trip)
b. Relai HV/LV Oil temperature bekerja apabila suhu minyak trafo melebihi
setting dari pada relai HV/LV oil. Besarnya kenaikan suhu adalah
sebanding dengan faktor pembebanan dan suhu udara luar trafo. Urutan
kerja relai suhu minyak/ oil ini dibagi 2 tahap:
 Mengerjakan alarm (oil temperatur alarm)
 Mengerjakan perintah trip ke PMT (oil temperature trip)

3. Relai Hubung Tanah


Relai gangguan tanah terbatas atau Restricted Earth Fault (REF) untuk
mengamankan transformator bila ada gangguan satu fasa ketanah didekat titik
netral transformator yang tidak dirasakan oleh rele diferensial.

4. Relay Jansen
Tap changer adalah alat yang terpasang pada transformator yang
berfungsi untuk mengatur tegangan keluaran (sekunder) akibat beban maupun
variasi tegangan pada sistem masukannya (input). Tap changer umumnya
dipasang pada ruang terpisah dengan ruang untuk tempat kumparan,
dimaksudkan agar minyak tap changer tidak bercampur dengan minyak tangki
utama. Untuk mengamankan ruang diverter switch apabila terjadi gangguan
pada sistem tap changer, digunakan pengaman yang biasa disebut rele jansen
(buchholtnya tap changer). Rele jansen dipasang antara tangki tap changer
dengan konservator minyak tap changer.

Prinsip kerja rele jansen, yaitu :


a. Rele buchholz tap changer (jansen) untuk mengamankan ruangan
beserta isinya dari diverter switch.
b. Rele jansen akan bekerja apabila ada desakan tekanan yang terjadi
akibat flash over antar bagian bertegangan atau bagian bertegangan
dengan body atau ada desakan aliran minyak karena gangguan
eksternal.
c. Prinsipnya ada aliran minyak yang deras, ada tekanan minyak sehingga
ada minyak mengalir ke konservator, goncangan minyak yang cukup
besar, dan semua itu menyebabkan katup akan berayun dan megerjakan
kontak triping, akhirnya melepas gangguan.

5. Relai Arus Lebih


Relai arus lebih bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi
suatu nilai pengaman yang telah ditentukan dan dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan. Relai arus lebih akan pick up jika besar arus melebihi nilai
setting. Pada proteksi transformator daya, relai arus lebih digunakan sebagai
tambahan bagi relai differensial untuk memberikan tanggapan terhadap
gangguan luar. Relai ini digunakan untuk mengamankan peralatan terhadap
gangguan hubung singkat antar fasa, hubung singkat satu fasa ke tanah dan
beberapa hal dapat digunakan sebagai pengaman beban lebih.

6. Relai Diferensial

Relai diferensial berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap


gangguan hubung singkat yang terjadi di dalam daerah pengaman
transformator. Relai ini merupakan pengaman utama (main protection) yang
sangat selektif dan cepat sehingga tidak perlu dikoordinir dengan relai lain
dan tidak memerlukan time delay. Prinsip dari relai ini yaitu membandingkan
arus yang masuk keperalatan dengan arus yang keluar dari peralatan tersebut.
a. Relai deferensial dalam keadaan normal
Diferensial sebagai pengaman trafo
 Dalam keadaan normal arah Ip dan Is seperti pada gambar
 Disisi sekunder masing-masing CT, arus keluar dari terminal DOT
 Ip sama besar Is tapi arah berlawanan maka diferensial relai tidak
dialiri arus.
b. Gambar relai deferensial dalam keadaan gangguan
 Dalam keadaan gangguan arah Ip seperti pada dan hanya Ip.
 Disisi sekunder CTp, arus Ip keluar dari terminal DOT, dan
mengerjakan DIFF RY (Differensial Relai).
 Perhatikan terminal sekunder CTp dan Cts terhubung ke DIFF. RY
difasa yang berlawanan atau beda sudut 1800.

7. Relai Tekanan Lebih

Relai tekanan lebih berfungsi hampir sama seperti relai buchollz yaitu
mengamankan transformator dari gangguan internal. Bedanya relai ini hanya
bekerja apabila terjadi kenaikan tekanan gas tiba-tiba yang disebabkan oleh
hubung singkat.
 Tipe Membran
Plat tipis yag didesain sedemikian rupa yang akan pecah bila
menerima tekanan melebihi disainnya. Membran ini hanya sekali pakai
sehingga bila pecah harus diganti baru.
 Pressure Relief Valve
Suatu katup yang ditekan oleh sebuah pegas yang didesain
sedemikian rupa sehingga apabila terjadi tekanan didalam transformator
melebihi tekanan pegas maka akan membuka dan membuang tekanan
keluar bersama-sama sebagian minyak. Katup akan menutup kembali
apabila tekanan didalam transformator turun atau lebih kecil dari
tekanan pegas.

8. Pengaman Tangki Tanah


Berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap hubung singkat antara fasa
dengan tangki trafo dan titik netral trafo yang ditanahkan.

Relai 51G yang terpasang, mendeteksi arus gangguan dari tangki trafo
ketanah, kalu terjadi kebocoran isolasi dari belitan trafo ke tangki, arus yang
mengalir ketanah akan dideteksi relai arus lebih melalui CT. Relai akan
mentripkan PMT di kedua sisi (TT dan TM). Jadi arus gangguan kembali
kesistem melalui pembumian trafo.

9. Arrester

Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi
peralatan system tenaga listrik terhadap surya petir. Alat pelindung terhadap
gangguan surya ini berfungsi melindungi peralatan system tenaga listrik
dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya
ke tanah.
Berhubung dengan fungsinya itu ia harus dapat menahan tegangan
system 50 Hz untuk waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan surja
arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan. Ia berlaku sebagai jalan pintas
sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah untuk dilalui oleh kilat
atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan.
Selain melindungi perlatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh
tegangan lebih external, arrester juga melindungi peralatan yang diakibatkan
oleh tegangan lebih internal seperti surja hubung, selain itu arrester juga
merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu system tenagan listrik. Bila
surja dating ke gardu induk arrester bekerja melepaskan muatan listrik serta
mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai peralatan dalam gardu
induk.

F. Tujuan pemasangan Relai proteksi Trafo Tenaga.


Maksud dan tujuan pemasangan relai proteksi pada transformator daya adalah
untuk mengamankan peralatan/system sehingga kerugian akibat gangguan dapat
dihindariatau dikurangi menjadi sekecil mungkin dengan cara :
1. Mencegah kerusakan transformator akibat adanya gangguan/ ketidak normalan
yang terjadi pada transformator atau gangguan pada bay transformator.
2. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat
membahayakan peralatan atau sistem.
3. Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang mengalami
keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan instalasi yang
terganggu atau yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau dibatasi
seminimum mungkin dan bagian sistem lainnya tetap dapat beroperasi.
4. Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya.
5. Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang terbaik kepada
konsumen.
6. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan ole listrik.

G. Bagan Satu Garis Pengaman Transformator


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Sistem proteksi adalah perlindungan atau isolasi pada bagian yang memungkinkan
akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama proteksi adalah untuk mencegah
terjadinya gangguan atau memadamkan gangguan yang telah terjadi dan melokalisirnya, dan
membatasi pengaruh-pengaruhnya, biasanya dengan mengisolir bagian-bagian yang
terganggu tanpa mengganggu bagian-bagian yang lain.
Relay proteksi yang baik adalah relay yang telah memenuhi beberapa syarat relay
proteksi, adapun syarat itu diantaranya adalah, sesnsitif, selektif, handal, cepat, lebih
ekonomis, sederhana.
Adapaun jenis-jenis dari relay proteksi ini diantaranya:
1. Relai Buchollz
2. Relai Jansen
3. Relai Tekanan Lebih (Sudden Pressure Relay)
4. Relay HV/ LV Winding Temperature
5. Relai Arus Lebih (Over Current Relay)
6. Relai Tangki Tanah
7. Restricted Earth Fault (REF)
8. Relai Diferensial (Differential Relay)
9. Arester

Prinsip kerja rele proteksi yang digunakan adalah jika rele tersebut mendeteksi
gangguan baik berupa gas, suhu, tekanan, dan arus gangguan hubung singkat, terlebih
dahulu diawali dengan bunyi alarm atau lampu indikator menyala sebelum rele tersebut
bekerja, kemudian memerintahkan PMT untuk trip.

B. Saran
Makalah ini merupakan salah satu dari sekian banyak bahan bacaan mengenai relay
proteksi ini, untuk itu penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat membaca atau
menambah pengetahuan mengenai relay proteksi ini dengan membaca referensi lain
mengenai relay proteksi ini, baik di buku cetak maupun secara online di internet.

DAFTAR PUSTAKA

Supriyadi, Edy. (1999). “Sistem Pengaman Tenaga Listrik”. Yogyakarta: Adicita


Karya Nusa.

Relay Proteksi Pada Transformator, Oleh Alief Rahman. Diambil Pada tanggal 4 Mei
2014 dari http://rakhman.net/2013/09/relay-proteksi-pada-transformator.html

Arester, Oleh Rafiq Saimuri. Diambil Pada Tanggal 4 Mei 2014 dari
http://rangpisang.wordpress.com/2011/10/31/arrester/

Sistem Proteksi Pada Transformator, Oleh Rinaldi Aldi. Diambil Pada Tanggal 28
April 2014 dari http://tekniklistrikumum.blogspot.com/2013/11/sistem-proteksi-
pada-transformator.html

Anda mungkin juga menyukai