Disusun Oleh:
Umi Salam Ade 1820206025
Inge Velysta Resly 1820206004
Sandra Puspita Ningrum 1820206005
Nia Wahyu Marlina 1820206021
A. Latar Belakang
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik dan tidak tergantikan
oleh apapun untuk tumbuh kembang bayi, menunjang kesehatan bayi secara
optimal, serta mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya
(Kemenkes RI, 2010). Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain ASI tidak segera keluar pada hari pertama paska
melahirkan, ibu merasa ASI keluar sedikit, kesulitan bayi dalam menghisap,
keadaan putting susu ibu dan pengaruh promosi susu pengganti ASI. Hal ini
dapat juga terjadi disebabkan beberapa hal misalnya, kondisi post sectio
caesarea membuat ibu merasa nyeri dan menjadi sulit untuk menyusui
bayinya, keterlambatan untuk melakukan inisiasi menyusui dini dapat
menurunkan sekresi prolaktin (Karlstrom A, dkk, 2007)
Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa keberhasilan menyusui
secara dini juga dipengaruhi oleh kondisi ibu dan bayi. Ibu pasca seksio
sesarea membutuhkan waktu pemulihan akibat efek anestesi dan adanya
rasa nyeri akibat luka seksio. Kebijakan beberapa rumah sakit yang tidak
menerapkan rawat gabung (rooming in) dengan alasan ibu masih
membutuhkan pengawasan, masih lemah dan tidak bisa merawat bayinya,
akan mengakibatkan proses menyusu akan mengalami penundaan. Proses
menyusui yang tertunda akan menyebabkan ibu berhenti menyusui.
Terdapat beberpa alternatif yang dapat digunakan untuk mempercepat
menyusui pada pasien post operasi selain payudara perawatan, menyusui
dini dan Nutrisi ada juga yaitu memberikan stimulasi pijat. Pijat rolling
adalah pijatan tulang belakang (costae 5-6 ke skapula dalam lingkaran)
gerak) dilakukan pada ibu setelah persalinan yang dapat membantu
hormone oksitosin bekerja dalam ASI, mempercepat saraf parasimpatis
memberikan sinyal ke bagian belakang otak untuk merangsang oksitosin
untuk mengeluarkan ASI, pijatan rolling diberikan lebih awal dari 12 jsm
setelah operasi sesar.
Salah satu metode perawatan payudara yang tidak menyebabkan rasa
sakit dan populer di Jepang adalah pijat oketani. Pijatan ini merangsang
pectoralis kekuatan otot untuk meningkatkan produksi ASI dan membuat
payudara menjadi lebih lembut dan elastis sehingga memudahkan bayi
untuk mengisap susu. Pijat oketani telah terbukti sangat efektif dalam
mengurangi nyeri payudara dan meningkatkan pH ASI dan kecepatan
reflek menghisap bayi. Selain itu, pijatan ini juga dapat meningkatkan
kualitas kolostrum. Namun, sedikit yang diketahui tentang kombinasi pijat
rolling dan pijat oketani.
B. Relevansi Masalah
Judul jurnal yang dipilih berdasarkan kejadian yang ditemukan di lahan
praktek ,sebagian besar ibu post SC belum optimal dalam memberikan ASI
eksklusif di karenakan Ibu paska seksio sesarea membutuhkan waktu
pemulihan akibat efek anestesi dan adanya rasa nyeri akibat luka seksio.
Serta Kebijakan Rumah Sakit yang dimana bayi tdak rawat gabung dengan
ibunya karena alasan tertentu serta ASi yang belum keluar. Namun, sedikit
yang diketahui tentang kombinasi pijat rolling dan pijat oketani.
C. Tujuan
Untuk menguji pengaruh kombinasi pijat rolling dan oketani pada
kadar prolaktin dan produksi ASI pada ibu pasca sesar.
D. Tingkat Kejadian
Hasil observasi di lahan ditemukan bahwa terdapat pasien dengan yang
pernah dan sedang menjalani Post SC mengeluh nyeri dan takut bergerak
karena adanya luka post operasi, ASI yang belum keluar, pusing dan bayi
tidak rawat digabung dengan ibu karena adanya indikasi tertentu dan
melakukan perawatan payudara (memerah ASI) pada saat ibu sudah dapat
bergerak.
BAB II
ANALISIS JURNAL
A. Nama Peneliti
Nia Dwi Yuliati, Hadi, Sri Rahayu, Noor Pramono dan Donny Kristanto
Mulyantoro
C. Tujuan Penelitian
Penelitian saat ini dilakukan untuk mengetahui mengetahui pengaruh
kombinasi pijat rolling dan oketani pada kadar prolaktin dan produksi ASI
pada ibu pasca sesar.
2. Intervention
Sampel penelitian 36 pasien dengan 18 kelompok kontrol dan 18
kelompok intervensi. Intervensi diberikan kepada ibu dengan Post SC
dalam 12 jam selama 3 hari di pagi dan sore hari. Setiap intervensi
dilakukan selama 45 menit. Pijat dilakukan bergantian pertama dilakukan
pijat rolling, kemudian dilanjukan dengan pijat oketani. Untuk kelompok
kontrol, perawatan payudara dilakukan diberikan setiap pagi selama 3
hari, selama 15 menit dalam setiap intervensi. Intervensi disediakan oleh
peneliti dan asisten penelitian bersertifikat. Intervensi diberikan pada
setiap pasien di kamar.
Kadar prolaktin diukur dengan ELISA (Enzym-Linked
Immunosobent Assay). Peneliti mengambil darah vena masing-masing
responden sebanyak tiga kali yaitu
a. Sebelum intervensi
b. Setelah perawatan tiga hari pada dua belas jam pasca operasi caesar,
c. Hari ketiga sore hari sebelum pasien kembali.
Produksi ASI diukur berdasarkan perbedaan berat bayi sebelum
dan sesudah menyusui setiap 24 jam.
a. 24 jam pertama atau sebelum perawatan (pretest)
b. 24 jam pada hari ke-2 (post test 1)
c. 24 jam di hari ke-3 (post test 2).
Perbedaan berat diukur dengan timbangan bayi digital dengan
presisi 5 gram yang telah dikalibrasi.
3. Compare
Penelitian pada jurnal ini menggunakan menggunakan metode quasi
eksperiment (eksperiment semu), dengan rancangan penelitian
membandingkan 2 grup dengan pretest-posttest. Penelitian ini
membandingkan antara kelompok yang diberikan intervensi kombinasi
dari pijatan rolling dan pijatan oketani dan kelompok control yang
diberikan perawatan payudara tanpa pijatan kombinasi pijatan rolling
dan pijatan oketani.
4. Output
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan kombinasi pijat rolling dan oketani pada peningkatan kadar
prolaktin dan produksi ASI di bandingan dengan kelompok control. Pijat
rolling dapat merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphin
penghilang rasa sakit alami Untuk post SC pada ibu yang menyusui,
pijatan membantu ibu merasa lebih rileks dan nyaman. Bagian tubuh
yang bisa dipijat adalah mulai dari kepala, leher, punggung dan kaki. Di
sisi lain, pinjatan oketani bisa merangsang pectoralis kekuatan otot untuk
meningkatkan produksi ASI dan membuat payudara lunak dan elastis,
sehingga memudahkan bayi untuk melakukannya mengisap susu. Pijat
oketani juga akan memberikan rasa lega dan menyeluruh kenyamanan
kepada responden, meningkatkan kualitas ASI, mencegah puting susu
dan mastitis, dan dapat meningkatkan / mengurangi masalah laktasi yang
disebabkan oleh puting pipih dan puting terbalik. Selain itu, pijat oketani
bisa juga menyebabkan kelenjar mamae menjadi matang dan lebih luas,
menghasilkan lebih banyak susu diproduksi.
Pijat rolling dan oketani adalah kombinasi yang bagus untuk
meningkatkan produksi ASI dan prolaktin, menyediakan stimulasi
refleks pembentukan ASI dan biarkan refleks. Kombinasi ini bisa
memberikan sensasi rileks pada ibu dan memperlancar aliran saraf dan
payudara saluran ASI di keduanya payudara.
E. Implikasi Keperawatan
Berdasarkan observasi yang dilakukan, pasien post operasi SC pada ibu
yang menyusui dilakukan parawatan payudara tanpa pijatan kombinasi pijat
rolling dan oketani. Selain itu, pada pasein Post SC dalam pemberian ASI
belum optimal di karenakan ASI belum keluar, nyeri dan masih takut bergerak
karena adanya luka post operasi.
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan
implementasi sebagai alternatif non farmakologi dalam mengurangi masalah
pada ibu post SC dalam pemberian ASI eksklusif setelah operasi dan dapat
memberikan informasi dan mengajarkan kepada pasien dan keluarga agar
dapat melakukannya secara mandiri.
A. Kesimpulan
Pemberian asi ASI pada bayi bisa terhambat pada Ibu Post SC
diakrenakan masalah dalam inisiasi awal menyusui karena faktor rooming-
in, kelemahan sebagai efek anestesi, dan sayatan pada perut ibu Karena itu,
penderita caesar dapat berhasil menyusui setelah beberapa jam
pascapersalinan.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mempercepat
menyusui pada pasien post operasi SC adalah salah satunya kombinasi. Pijat
rolling dan pijat oketani, teknik ini adalah kombinasi yang bagus untuk
meningkatkan produksi ASI dan prolaktin, menyediakan stimulasi refleks
pembentukan ASI dan biarkan refleks. Kombinasi ini bisa memberikan
sensasi rileks pada ibu dan memperlancar aliran saraf dan payudara saluran
susu (sistem saluran) di keduanya payudara.
B. Saran
Harapan kami dengan diketahuinya hasil dari penelitian jurnal ini,
dapat membantu tenaga kesehatan dapat menggunakan teknik kombinasi pijat
rolling dan oketani yang dapat memproduksi ASI dan meningkatkan hormone
prolaktin pada ibu Post SC yang mengalami hambtan dalam pemberian ASI
eksklusif. Seain itu, dapat memberikan informasi dan mengajarkan kepada
pasien dan keluarga agar dapat melakukanya secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. (2010). Keputusan menteri Kesehatan RI No.230/ MENKES/ SK/ II/
2010 tentang pedoman rawat gabung ibu dan bayi. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
*Correspondence:
Nia Dwi Yuliati
Magister Terapan Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Semarang
Jl. Tirto Agung, Pedalangan, Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia (50268)
E-mail: niia.dwiyuliati@yahoo.com
ABSTRACT
Background: Normal childbirth or cesarean section has an effect on the initiation of early breastfeeding. Thus,
rolling massage and oketani massage are considered helpful for milk production. However, little is known about
the combination of rolling and oketani massage.
Objective: To examine the effect of combination of rolling and oketani massage on the levels of prolactin and
milk production in post-cesarian section mothers.
Methods: A quasy-experimental study with pretest-posttest control group design. Thirty six samples were
selected using consecutive sampling, with 18 each assigned to an experiment and control group. Breast milk
production was measured based on the baby's weight, while prolactin levels were measured using ELISA
method. Data were analyzed using univariate and bivariate analysis.
Results: Results showed that there was a statistically significant difference of prolactin levels after intervention
in the experiment and control group with p-value 0.035 (<0.005), and significant difference in breast milk
production in both groups in posttest 1 and posttest 2 with p-value 0.000 (<0.05).
Conclusion: There was statistically significant effect of the combination of rolling and oketani massage on the
increase of prolactin levels and breast milk production. It is suggested that this intervention can be applied in
midwifery care in post-cesarean section mothers.
Key words: Rolling massage, oketani massage, milk production, prolactin, post-cesarion section mother
METHODS Instruments
Design Prolactin levels were measured by the
This research was a quasy experiment ELISA (Enzym-Linked Immunosobent
with pretest and posttest control group Assay). Researchers took venous blood of
design. each respondent for three times: 1) before
intervention, 2) after three days treatment
Setting at twelve hours post-caesarean sections,
This research was conducted in the and 3) the third day of the afternoon
General Hospital of Ambarawa Semarang before the patient returned. Breastmilk
Regency from 16 September to 30 production was measured based on the
October 2016. baby's weight difference before and after
breastfeeding in every 24 hours; in the
Population and sample first 24 hours or before treatment (pretest),
The population in this study was all post- in 24 hours in the 2nd day (posttest 1), and
caesarion section mothers. Thirty six in 24 hours in the 3rd day (posttest 2). The
samples were selected using consecutive difference in weight was measured by a
sampling, with 18 each assigned to an digital baby scales with a precision of 5
experiment and control group. The grams that have been calibrated.
inclusion criteria of the samples were: 1)
Table 2. Difference of prolactin level and milk production in the intervention and
control group
Variable Treatment Group N Mean ± SD P value
Prolactin Pretest Intervention 18 214.11 ± 23.449
0.114b
level (ng/ml) Control 18 211.62 ± 41.426
Posttest Intervention 18 235.64 ± 20.874
Control 18 225.89 ± 20.050 0.035b
Mean Intervention 18 21.56 (14.920)
0.000c
difference Control 18 2.08 (38.248)
Breast milk Pretest Intervention 18 46.06 ± 17.881
0.071c
production Control 18 36.05 ± 13.909
(gr) Posttest1 Intervention 18 189.12 ± 46.056
0.000c
Control 18 89.84 ± 25.551
Posttest2 Intervention 18 339.33 ± 62.849
0.000c
Control 18 173.67 ± 48.723
b
Independent T-test, cMann Whitney Test
Table 2 shows that there was no control group with p-value 0.114 (>0.05).
difference of prolactin levels before However, there was a statistically
intervention between the intervention and significant difference of prolactin levels
Table 3. Mean difference of breast milk production between intervention and control
group using Friedman test
Variable Group Treatment N Mean ± SD p-value
Pre-test 18 46.06 ± 17.881)
Breat milk Intervention Posttest 1 18 189.12 ± 46.056) 0.000
production Posttest 2 18 339.33 ± 62.849)
(gr) Pre-test 18 36.05 ± 13.909)
Posttest 1 18 89.84 ± 25.551) 0.000
Control
Posttetst 2 18 173.67 ± 48.723)
Friedman test as shown in table 3 Similar result with the wilcoxon test in the
indicated that there was a statisticaly table 4 shows that there was significant
significant difference of breast milk differences in all times of the treatment
production in the intervention and control between the intervention and control
group between pretest, postest 1, and group with p-value 0.000 (<0.05).
postetst 2 with p-value 0.000 (<0.05).
Table 4. Breast milk production in the intervention and control group using Wilcoxon
test
Variabel Group Treatment p-value
Pretest – Postest 1 0.000
Intervention Pretest – Posttest 2 0.000
Breast milk
Postest 1– Posttest 2 0.000
production (gr)
Pretest – Postest 1 0.000
Control Pretest – Posttest 2 0.000
Postest 1– Posttest 2 0.000
400 339.33
300
189.12
gram
173.67
200
89.84
100
46.06
Intervention
36.05
Control
0
Pretest
Posttest
1
Posttest
2
Figure 1. Graphic of mean difference of breast milk production in the intervention and
control group before and after the treatment