Anda di halaman 1dari 6

PERANG ACEH

Perang Aceh adalah perang Kesultanan Aceh melawan Belanda dimulai pada 1873-1904. Perang ini di latar
belakangi oleh beberapa hal yaitu,

1. Aceh Merupakan Wilayah Strategis

Pada awal abad 19, Pulau Sumatera memang menjadi wilayah yang sangat strategis. Wilayah ini
merupakan tempat singgah pelayaran dan perdagangan internasional. Ini membuat pihak belanda ingin
menguasai aceh dan sumber daya yang ada disana.

Kohler : “Saya lihat,kesultanan aceh sangat strategis.”

Penasehat : “Benar,Jendral.Sepertinya kita harus melakukan sesuatu”

Kohler : “Apa itu?”

Penasehat :”Bagaimana jika kita menyerang kesultanan Aceh,Saya dengar,seluruh wilayah Aceh ada
ditangan kesultanan Aceh.”

Kohler : “Bagus juga,segera siapkan meriam untuk menyerang mereka”

Belanda mulai menyiapkan strategi perlawanan

2. Belanda melanggar Perjanjian london

Belanda berhasil menguasai daerah Sibolga dan Tapanuli. Terakhir, Sultan Ismail menyerahkan wilayah
Deli, Langkat, Asahan, dan Serdang kepada Belanda. Padahal wilayah tersebut sejak Sultan Iskandar Muda
berkuasa di Aceh menjadi wilayah kekuasaan Aceh. Dengan demikian rakyat Aceh menganggap
Belanda telah melanggar Perjanjian London.

Rakyat : “BELANDA TELAH MELANGGAR TRAKTAT LONDON,USIR BELANDA DARI SINI!!!!

Sultan Mahmud : “ Tenang rakyatku,kesultanan sudah memutuskan bahwa SETIAP KAPAL BELANDA
YANG MELEWATI PERAIRAN ACEH,AKAN DITENGGELAMKAN.

Rakyat :”Baiklah kami pegang janji tuan.”

3. Dibukanya Terusan Suez

Pada tahun 1869, Terusan Suez yang menghubungkan dua benua, Asia dan Afrika resmi dibuka oleh negara
Mesir. Pembukaan jembatan penghubung tersebut membuat dunia perdagangan dan pelayaran menjadi
semakin ramai. khususnya Aceh menjadi gerbang pembuka menuju Selat Malaka dan terusan Suez. Aceh
menjadi satu-satunya wilayah di Sumatera yang belum dikuasai secara penuh oleh Belanda. Tentu saja
dengan pembukaan Terusan Suez, posisi Aceh menjadi semakin strategis. Keinginan Belanda bertambah
besar untuk menyerang Aceh dan menjadikan wilayahnya sebagai tanah jajahan.
Kohler sedang duduk

Prajurit : “Lapor jendral!ada kabar baik.Terusan Suez telah dibuka untuk jalur perdagangan dunia.”

Kohler : “Benarkah?!!(berdiri dari kursi)itu semakin membuat kita yakin untuk menyerang Aceh.”

Prajurit : “Benar Jendral.”

4.Belanda Ingin Membentuk Pax Nederlandica

Belanda melaksanakan dan ingin membentuk Pax Nederkandica, yaitu sebuah wadah yang mewujudkan
seluruh wilayah Indonesia menjadi satu kesatuan di bawah Belanda dan ratunya. Pembentukan Pax inilah
yang mendorong Belanda ingin juga menguasai Kesultanan Aceh dengan seluruh wilayah kerajaannya.

. Perang Periode Pertama (1873 – 1874)

Periode pertama Perang Aceh dipimpin langsung oleh Sultan Mahmud Sah sebagai penguasa Kesultanan
Aceh saat itu. Sultan Mahmud Sah bahu membahu memimpin perlawanan rakyat Aceh bersama dengan
Panglima Polim. Belanda pada saat itu dipimpin oleh Jendral Kohler. Awal pecahnya Perang adalah adanya
Traktat Sumatera, Trakta Sumatrat yang ditandatangani Inggris dan Belanda ini berisi sebuah pengumuman
yang menyatakan bahwa Inggris yang saat itu menguasai Belanda tidak akan menghalangi jika Belanda
menginginkan perluasan wilayahnya sampai ke Sumatera bagian paling Barat atau Aceh. Dengan
adanya Traktat Sumatera, Bangsa Belanda beranggapan mereka bebas bergerak. Sudah lama mereka
mengincar kesultanan

Pada 26 maret 1873 Belanda menyatakan perang kepada aceh dan mulai melepaskan tembakan merian dari
kapal CITADEL VAN ANTWERPEN ke daratan aceh.

Pihak Belanda (melepaskan meriam)

Kohler:”SERANG...!!!”

Panglima polim&Sultan Mahmud:”LAWAN MEREKA..!!!”

(ADEGAN PERANG)

Dalam pertempuran dimasjid Raya Baiturohman Kohler tewas,digantikan oleh jendral Van Swieten dan
berhasil merebut masjid tersebut. Akhirnya pasukan Aceh pun mundur dan memkindahkan pusat
kekuasaannya ke Istana Sultan Aceh di Kutaraja.

(adegan perang):Kohler dibunuh. Hal itu membuat Belanda semakin marah dan melipatgandakan
penyerangan. Serangan terutama ditujukan kepada Kesultanan Aceh yang dianggap menolak kedatangan
Belanda sekaligus menjadi penyebab tewasnya Jendral Kohler. Namun pertahanan aceh di kesultanan cukup
kuat untuk memukul mundur belanda dan dapat menguasai kembali Masjid Raya Baiturrahman.

(Swieten dan pasukannya menyerang kesultanan tetapi dihalang oleh rakyat dan pasukan aceh)

Perang Aceh dengan Belanda Kedua dan Ketiga (1874-1896)


Pada Perang Aceh Kedua [1874-1880], di bawah Jend. Jan van Swieten, Belanda berhasil menduduki
Keraton Sultan, 26 Januari 1874, & dijadikan sebagai pusat pertahanan Belanda. Belanda mengira sudah
menang tapi Perang ketiga (1881-1896), perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fi
sabilillah. Di mana sistem perang gerilya ini dilangsungkan sampai tahun 1903. Dalam perang gerilya ini
pasukan Aceh di bawah Teuku Umar bersama Panglima Polim . Teuku Umar beserta istrinya Cut Nyak
Dien merencanakan sebuah cara yang menyatakan bahwa teuku umar dan tentara aceh menyerah dan
berpura-pura tunduk kepada belanda semata mata untuk mengambil persenjataan belanda untuk menyerang
belanda itu sendiri.

Cut Nyak Dhien : “Itu taktik yang cukup bodoh, suamiku.”


Teuku Umar : “Tidak, ini taktik yang sudah kupikirkan sejak lama. Aku melakukan ini untuk Aceh.
Percayalah padaku. Aku takkan menghianati Aceh.
Cut Nyak Dhien : “Tapi Teuku Umar…”
Teuku Umar : “Lihatlah sekarang. Aku berhasil sedekat ini dengan Belanda. Aku bisa membodohi
mereka. Percayalah padaku.”
Cut Nyak Dhien : “Aku percaya padamu. Lakukanlah apa yang harus kau lakukan.”

Keesokannya, Teuku Umar dan pasukannya yang berjumlah 250 orang pergi ke Kutaraja
dan menyerahkan diri kepada Belanda.
Sampai disana,

Jan van Swieten : “Teuku Umar, Teuku Umar. Suatu kehormatan bagiku kau datang kesini.
Teuku Umar : “Aku datang kesini bersama 250 pasukanku.”
Penasehat : “Apa maksudmu? Apa yang ingin kau lakukan?”
Teuku Umar : “Aku ingin menyerahkan diriku, dan menyerahkan pasukanku.”
Jan van Swieten : “Akan kuterima dirimu, dan pasukanmu dengan penuh kehormatan, Teuku Umar. Bloem
suruh mereka pergi ke aula. Aku akan menemuinya. Setelah itu, kau ikut denganku.”
Penasehat : “Pergilah ke aula, Teuku Umar. Kami akan menemuimu.”

(Teuku Umar pergi)

Jan van Swieten : “Hahaha, musuh yang sangat mudah. Kukira akan lebih sulit menaklukkan mereka.”
Penasehat : “Benar Jenderal. Kita harus membuat rakyat Aceh terbakar amarahnya.”
Jan van Swieten : “Apa maksudmu, Bloem?”
Penasehat : “Kita harus membuat Teuku Umar sangat terhormat disini. Itu akan membakar amarah
rakyat Aceh.”
Jan van Swieten : ‘Baiklah, berikan aku idemu.”
Penasehat : “Angkatlah Teuku Umar sebagai komandan unit pasukan Belanda dengan kekuasaan
penuh.”
Jan van Swieten : “Kekuasaan penuh… Sungguh ide yang luar biasa.”

Belanda sangat senang karena musuh yang berbahaya mau membantu mereka, sehingga
mereka memberikan Teuku Umar gelar Teuku Umar Johan Pahlawan dan menjadikannya
komandan unit pasukan Belanda dengan kekuasaan penuh.

Teuku Umar, masih terus berhubungan dengan Belanda. Umar lalu mencoba untuk mempelajari
taktikBelanda. Sementara pelan-pelan mengganti sebanyak mungkin orang Belanda di unit yang dia kuasai.
Teuku Umar melakukan rencana palsunya pada belanda

Teuku Umar : (menemui belanda) “Hari ini aku akan menyerang basis Aceh”
Jan van Swieten : “Apa kau sudah yakin dengan ucapanmu, Teuku Umar.”
Teuku Umar : “Saya sudah yakin, Jenderal”
Penasehati : “Kau sudah mempersiapkan dengan matang? Tentu kami tak akan mendengar kekalahan
kan?”
Teuku Umar : “Saya tidak akan berani bertindak jika semuanya belum siap”
Jan van Swieten : “Baiklah, lakukan penyerangan ini dengan sebaik mungkin”

Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien pergi dengan semua pasukan dan perlengkapan berat,
Senjata, dan amunisi belanda. Lalu, tidak pernah kembali.

Jan van Swieten : “KURANG AJAR!” (memukul meja) “Bisa-bisanya aku ditipu oleh Teuku Umar!, aku
tak bisa membiarkan ini Bloem!”
Penasehat : “Tentu, kita harus melakukan pembalasan, Jenderal. Kita jangan mau dikatakan lebih
bodoh dari rakyat aceh.”
Jan van Swieten : “Benar, kita tidak bisa dibodohi mereka! Bloem, cepat lakukan operasi besar-besaran
untuk menangkap Teuku Umar dan istrinya. (senyum licik)”

Pada tahun 1899 ketika terjadi serangan mendadak dari pihak Van der Dussen di Meulaboh, Teuku Umar
gugur. Tetapi Cut Nyak Dhien istri Teuku Umar kemudian tampil menjadi komandan perang gerilya.

Kepergian Teuku Umar sangat memukul perasaan Cut Gambang, anak Cut Nyak Dien dari pernikahannya
dengan Teuku Umar.
Di tengah kesedihan Cut Gambang, Cut Nyak Dien sempat berkata, "Sebagai perempuan Aceh, kita tidak
boleh menumpahkan air mata kepada orang yang sudah syahid."

Kendati kembali harus kehilangan suami, hal itu tak membuat Cut Nyak Dien gamang dan mengerutkan
naluri perjuangannya. Ia memimpin pertempuran melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh
bersama pasukan kecilnya.

AKHIR PERANG ACEH

Untuk mengalahkan pertahanan & perlawan Aceh, Belanda memakai tenaga ahli Dr. Christiaan Snouck
Hurgronje yang menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh untuk meneliti kemasyarakatan dan
ketatanegaraan Aceh. Hasil kerjanya itu dibukukan dengan judul Rakyat Aceh [De Acehers]. Dalam buku
itu disebutkan strategi bagaimana untuk menaklukkan Aceh. Usulan strategi Snouck Hurgronje kepada
Gubernur Militer Belanda Joannes Benedictus van Heutsz adalah, supaya golongan kesultanan dengan
pengikutnya dikesampingkan dahulu.Tetapi menyerang & menghantam terus kaum ulama. Jangan mau
berunding dengan pimpinan-pimpinan gerilya.

Snouck : “selama 2 tahun aku mengamati ketatanegaraan Aceh, Menurutku lebih baik kita menyerang kaum
ulama daripada kesultanan aceh”

Van heutz : “ Mengapa demikian?!”

Snouck : “Mereka akan lebih tunduk pada siapa yang menghormati agamanya”

Van heutz: “Lalu kita harus bagaimana?!”

Snouck : “ Kita harus bersandiwara dengan menunjukkan niat baik kita kepada rakyat Aceh, dengan cara
mendirikan langgar, masjid dan memperbaiki jalan-jalan irigasi.”

Van Heutz : “ Ide bagus

Belanda mengirim Jenderal Van Heutsz untuk mengadakan serangan umum di Aceh Besar, Pidie dan
Samalanga. Serangan umum di Aceh itu dikenal dengan Serangan Sapurata dari pasukan Marchausse.

Pasukan inilah yang benar-benar telah mematahkan semangat juang para pejuang Sambil memberi
perlawanan yang sengit, rakyat Aceh mundur ke pedalaman. Untuk menyerbu ke pedalaman, Belanda
mengirim pasukannya di bawah pimpinan Jendral Van Daalen. Rakyat Aceh ternyata tidak siap dan kurang
perlengkapan sehingga laskar menjadi kocar-kacir dan terpaksa lari mengundurkan diri dari Medan
pertempuran Gerilya.

(Adegan Perang antara Van heutz, dan rakyat aceh_)

(pihak Aceh kewalahan dan dikalahkan oleh belanda)

Dalam waktu singkat Belanda merasa berhasil menguasai Aceh. Kemudian Belanda membuat Perjanjian
Pendek,

Van Heutz : “Kami telah membuat perjanjian yang harus ditaati oleh kalian semua,
1. Mengakui daerahnya sebagai bagian dari kekuasaan Belanda
2. Berjanji tidak akan berhubungan dengan suatu pemerintahan asing
3. Berjanji akan menaati perintah-perintah yang diberikan oleh pemerintah Belanda
4. Perjanjian pendek juga bertujuan untuk mengikat raja-raja kecil atau mengikat kepala-kepala
daerah. Pemerintahan Belanda juga mengikat raja-raja yang besar kekuasaannya, diantaranya Deli
Serdang, Asahan, langkat, Siak, dan sebagainya dengan suatu perjanjian. “

Meskipun Belanda telah menguasai aceh ,mereka masih ingin mengetahui keberadaan Cut Nyak Dhien.
Disisi lain kondisi Cut Nyak Dien memang semakin renta. Matanya pun mulai rabun. Melihat kondisi
demikan, sisa pasukan yang dipimpinnya merasa sangat iba dan tak tega padanya. Karena perasaan iba dan
tak tega itu, salah satu pasukan Cut Nyak Dien, yakni Pang Laot Ali, akhirnya memberikan informasi
terkait keberadaan markasnya bersama Cut Nyak Dien kepada Belanda.

Prajurit : “Apa yang kau lakukan disini!!”


Pang Laot : “Tenang, aku hanya ingin menemui jendral Van der dussen”
Prajurit : “Jangan bohong kau! Cepat kau katakan apa maksud kedatanganmu!”
Jendral : “ Ada keributan apa inii?!”
Prajurit : “Permisi jendral, ada seseorang yang mengaku ingin menemui jendral”
Jendral : “Sipa kau!? Ada perlu apa kau menemuiku?!”
Pang Laot : “Maksud kedatanganku kesini untuk memberi tahu keberadaan Cut Nyak Dhien”

Cut Nyak Dien akhirnya berhasil ditangkap Belanda dan dibawa ke Banda Aceh, sebelum akhirnya dibuang
ke Sumedang Jawa Barat pada akhir 1906. Kendati demikian, Cut Gambang, berhasil melarikan diri ke
tengah hutan ketika ibunya dikepung Belanda. Hingga dua tahun kemudian, Cut Nyak Dien wafat di
pengasingan.

(Pemakaman Cut Nyak Dien)

Anda mungkin juga menyukai