96 287 1 PB
96 287 1 PB
ABSTRAK
Gerakan tanah merupakan salah satu jenis bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, yang mengakibakan
rusaknya bentang alam, hilangnya harta, bahkan korban jiwa. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik
batuan atau tanah dan pengaruhnya terhadap potensi bencana gerakan tanah. Hasil penelitian ini dapat
memprediksi pergerakan batuan menggunakan korelasi data seismik refraksi dan pemodelan numerik. Metode ini
dipilih karena cukup akurat, relatif mudah dalam pelaksanaan pengukurannya serta mampu memprediksi kondisi
lapisan pembentuk batuan secara cepat. Jumlah lapisan batuan yang berhasil dideteksi sebanyak 3 lapisan.
Lapisan pertama diinterpretasikan sebagai lapisan tanah permukaan berupa lapukan lempung pasiran dengan
ketebalan antara 1,24 - 3,18 m. Lapisan kedua adalah lapisan batulempung yang kedap dan berperan sebagai
bidang luncur longsoran dengan ketebalan antara 2,57 - 7,50 m. Lapisan ketiga mempunyai kecepatan
gelombang 1143 - 2190 meter/detik, diprediksi sebagai lapisan batupasiran. Hasil pengamatan pertama dan
kedua hampir tidak terjadi perubahan kecepatan rambat gelombang, sehingga diprediksi pada lapisan ini kondisi
batuan relatif stabil. Hasil pengamatan lapangan dan pemodelan pergerakan tanah pada lokasi I diperkirakan 0,6
mm/hari atau 21,9 cm/tahun, sehingga bila tidak dilakukan penanganan yang benar dikhawatirkan akan terjadi
kelongsoran. Pada lokasi II, kondisinya relatif stabil, tidak terjadi perubahan bentang alam yang ekstrem dan tidak
akan terjadi pergerakan tanah yang menyebabkan kerusakan fatal.
ABSTRACT
Soil movement is one of the natural disasters that frequently occur in Indonesia and resulted in catastrophic
damage to the landscape, loss of property also cause casualties. This study aims to analyze the nature and
characteristics of the rock or soil and their effects on the potential of soil movements. This research has been
conducted to predict the movement of rocks/soil using correlation data of seismic refraction and numerical
modeling. This method was chosen because of its accurate, relatively easy to be implemented and could
predict the layers of soil/rock quickly. The layers of rock detected were 3 layers. The first layer is interpreted
as a layer of top soil with a weather sandy clay with thickness variations between 1,24 - 3,18 m. The second
layer is claystone which is impermeable and acts as an sliding plane with a thickness variation between 2,57 -
7,50 m. While the third layer has a sesimic of 0,6 velocity wave 1143 - 2190 m/s which is predicted as
sandstone layer. At the second study site, the first and second observations show that there is almost no
changes in seismic wave velocity so it can be predicted that the condition of the rock layer is relatively stable,
although a very small deceleration was found at several points. Based on the results of field observations and
modeling, the soil movement at location one is expected to be 0.6 mm/day or 21,9 cm / year, so it needs a
Naskah masuk : 03 Maret 2015, revisi pertama : 24 February 2016, revisi kedua : 11 April 2016, revisi terakhir : Mei 2016. 81
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 2, Mei 2016 : 81 - 92
proper treatment to avoid failure again. The conditions of the second location is relatively stable and by
assuming no change in the extreme landscape around the site, it can be concluded that there will be no soil
movement which brings fatal damage.
Besarnya jumlah kejadian gerakan tanah terse- Terjadinya retakan-retakan di sepanjang lintas-
but tidak terlepas dari kondisi lapisan batuan an di sekitar lokasi penelitian merupakan salah
dan bentuk morfologi di sebagian wilayah satu indikasi telah terjadinya kerusakan struktur
Indonesia yang cenderung mempunyai kontur bawah permukan. Menurut Sato (2000), peru-
yang curam. Di samping itu, penggunaan bahan struktur tersebut akan memunculkan
lahan, struktur geologi, curah hujan dan gempa kerusakan yang lebih parah akibat adanya
turut mendukung terjadinya pergerakan (Kusu- faktor eksternal dengan terbentuknya retakan-
mosubroto, 2013). Menurut Karnawati (2005), retakan baru atau melebarnya retakan awal
terjadinya pergerakan batuan atau tanah dise- yang sudah ada. Untuk membuktikan terjadi-
babkan oleh aktivitas manusia yang merubah nya perubahan struktur bawah permukaan
bentang alam sehingga terjadi ketidak stabilan tersebut, telah dilakukan dua kali pengukuran
di daerah tersebut, seperti kegiatan penam- dengan selang waktu tertentu pada lokasi yang
bangan, pertanian, perumahan dan pembuatan sama. Hipotesis dari penelitian ini adalah ter-
jalan. Berbagai tipe pergerakan batuan, seperti dapat hubungan antara kerusakan struktur dan
runtuh (fall), roboh (topple), meluncur (slide), perubahan kecepatan rambat gelombang seis-
mengembang (spread) dan hanyut (flow) dapat mik pada batuan dari waktu ke waktu. Adapun
terjadi tergantung pada sudut kemiringan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mem-
lereng dan jenis materialnya (Wieczorek dan prediksi pergerakan tanah secara dini berda-
Snyder, 2009). sarkan perbedaan kecepatan rambat gelom-
bang pada selang waktu tertentu di tempat
Banyak metode yang digunakan untuk menge- yang sama.
tahui secara dini proses pergerakan batuan
tersebut, misalnya dengan menggunakan pre-
diksi spasial menggunakan regresi logistik dan METODE
receiver operating characteristic (Gorsevski
dkk., 2006), instrumentasi elektronik (Dennis Untuk mengevaluasi perkembangan penelitian
dkk., 2006; Zulfahmi, dkk, 2009), mengguna- pergerakan tanah sebelumnya, telah dilakukan
kan peralatan survey topografi (Lateha dkk., studi literatur. Selanjutnya dari studi ini dibuat
2010), remote sensing (Tofani dkk., 2013), simpulan sementara dalam bentuk hipotesis
permodelan numerik dan seismik (Narwold sebagai acuan dalam penelitian yang dila-
and Owen, 2003; Henryk dkk., 2003). Berba- kukan. Data sekunder berupa struktur geologi,
gai macam metode tersebut mempunyai kele- parameter geoteknik dan kondisi struktur batu-
bihan dan kekurangan tergantung pada kon- an setempat sebagai pelengkap data dalam
disi lokasi yang dijadikan target pengamatan. mengevaluasi kondisi lokasi penelitian. Selan-
jutnya dilakukan pengambilan data seismik di
82
Prediksi Gerakan Tanah Menggunakan Seismik Refraksi dan ... Zulkifli Pulungan dan Zulfahmi
daerah yang diteliti sebanyak masing-masing rakteristik massa batuan, kondisi heterogenitas
10 kali dengan selang waktu tertentu pada dua dan diskontinuitas serta gaya luar, sehing-ga
lokasi yang berbeda. Kemudian terhadap data dapat disimulasikan kondisi lereng dengan
seismik yang diperoleh, dilakukan pengolahan melakukan perubahan terhadap parameter-
menggunakan software WinSism dengan meto- parameter tersebut. Namun demikian penggu-
de intercept time dan generalized reciprocal naan pemodelan numerik bukanlah proses
method (GRM). Metode ini fungsinya untuk yang mudah. Banyak faktor yang dipertim-
mendapatkan nilai kecepatan rambat gelom- bangkan, terutama dari aspek akurasi data yang
bang dan memprediksi kedalaman masing- menjadi parameter penentu. Interpretasi seis-
masing lapisan batuan. Selanjutnya dengan mik juga sebaiknya diverifikasi oleh beberapa
menggunakan model perhitungan SIRT (simul- metode lain, seperti dengan lobang bor atau
taneous iterative reconstruction technique) dan pembuatan paritan. Pemodelan numerik me-
Gauss-Seidel, dilakukan pengolahan data mungkinkan untuk menentukan faktor kesela-
tomografi. Dari pengolahan ini dapat diketahui matan dan menunjukkan kondisi-kondisi yang
perubahan struktur masing-masing lapisan me- memiliki potensi longsor. Sedangkan survei
lalui perubahan kecepatan rambat gelombang. seismik dapat digunakan sebagai konfirmasi
Data tersebut kemudian divisualisasikan dalam lokalisasi areal yang akan mengalami kondisi
bentuk grafik dan dibuat persamaan garis untuk yang tak stabil. Analisis terhadap kestabilan
mengetahui besaran pergerakannya. lereng ini akan dapat membantu mencegah,
meminimalisir atau mengatasi terjadinya ben-
cana longsor akibat pergerakan tanah atau
Analisis Stabilitas Lereng batuan. Untuk menentukan kondisi kestabilan
dan tingkat kerawanan suatu lereng dapat
Umumnya pergerakan tanah terjadi pada dae- dilakukan beberapa hal seperti: memperkirakan
rah yang mempunyai perbedaan kontur yang bentuk keruntuhan kritis yang mungkin terjadi;
ekstrim seperti di lereng gunung, perbukitan menganalisis penyebab terjadinya longsor;
atau areal penambangan. Gangguan terhadap mempelajari pengaruh gaya-gaya luar pada
kestabilan lereng bisa menyebabkan terjadinya lereng; mendesain lereng galian atau timbunan
pergerakan tanah atau kelongsoran yang akan yang optimal dan memenuhi kriteri keamanan
berakibat fatal terhadap keselamatan, kerusak- dengan biaya yang ekonomis; memperkirakan
an lingkungan serta harta benda. Oleh karena kestabilan lereng; dan menentukan metode
itu, analisis kestabilan lereng sangat diperlukan penguatan atau perbaikan lereng yang sesuai.
dalam mencegah terjadinya gangguan akibat
bahaya pergerakan tanah tersebut. Persoalan Perkiraan Sifat dan Perilaku Tanah/Batuan
kestabilan lereng tergantung pada banyak
faktor, baik eksternal maupun internal seperti Beberapa sifat batuan yang penting untuk dike-
berat massa batuan, karakteristik batuan, keje- tahui dalam memperkirakan kekuatan batuan
nuhan air tanah dan tekanan yang ditimbul- adalah poisson ratio (γ), modulus young (Ε),
kannya memiliki dampak pada hilangnya stabi- Bulk Modulus (Κ), Rigidity (G) dan konstanta
litas lereng. Dalam keadaan seperti itu, prediksi Lame (λ dan μ). Parameter ini dapat diketahui
dari setiap gerakan lereng harus melibatkan dengan memberikan beban dinamik ke dalam
analisis kekuatan yang memengaruhi kekuatan lapisan kulit bumi yang salah satunya menggu-
massa batuan (Henryk dkk., 2003). Prediksi nakan seismik refraksi. Li, dkk., (2009); Ohta
terhadap potensi kelongsoran lereng seringkali dan Aydan (2009); Aydan dkk., (2009) dan
sangat sulit dilakukan, beberapa prosedur yang Ferrero dkk., (2010) telah mengembangkan
sering digunakan yaitu dengan kombinasi anta- beberapa konsep perhitungan dinamik dan
ra penyelidikan lapangan dengan permodelan sepakat untuk menyatakan bahwa:
(Zulfahmi, dkk., 2009). Teknik deteksi dini a). Poisson ratio (γ) adalah perbandingan re-
kondisi lereng yang diperkirakan rawan longsor gangan transversal (transverse strain) de-
dapat pula dilakukan secara langsung dengan ngan regangan longitudinal (longitudinal
melakukan pengukuran lapangan mengguna- strain).
kan instrumentasi misalnya dengan seismik b) Modulus young (Ε) merupakan perban-
refraksi. Sedangkan dengan cara tak langsung dingan antara tegangan dan regangan.
menggunakan permodelan numerik dengan c) Bulk Modulus (Κ) merupakan perbandingan
mempertimbangkan data geometri lereng, ka- tegangan dan perubahan volume material.
83
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 2, Mei 2016 : 81 - 92
d) Kebalikan dari persamaan ini (1/K) menya- spasi antara geophone yang ditempatkan di
takan kompressibilitas material. Rigidity permukaan.
(G) atau modulus geser (shear modulus) • Penjalaran gelombang seismik pada bidang
merupakan perbandingan tegangan geser batas lapisan menggunakan gelombang
(shearing stress) dengan regangan geser yang lebih besar di lapisan bagian bawah-
(shearing strain). nya.
e) Sedangkan konstanta Lame (λ dan μ) • Untuk ketelitian hasil pengukuran, jarak
merupakan tetapan yang diturunkan dari horizontal dan waktu harus diukur secara
besaran yang telah disebutkan sebelumnya. teliti.
Sementara itu secara empirik dengan menggu- Prinsip penyelidikan seismik refraksi dapat di-
nakan klasifikasi massa batuan, parameter- jelaskan melalui Gambar 1, yang menunjuk-
parameter yang penting untuk menentukan kan kondisi dua lapisan sederhana dengan
kekuatan massa batuan dapat menggunakan kecepatan gelombang berbeda (V2 > V1).
modulus deformasi (Em), Mohr-Coulomb, ge- Diasumsikan, sumber getar berada pada titik
sekan (Ø) dan kohesi (c). Modulus deformasi sumber (source) dan waktu datang gelombang
massa batuan dapat diturunkan dengan meng- ditangkap oleh Geophone jarak X.
gunakan sistem klasifikasi umum seperti Q,
Rock Mass Rating (RMR), Geological Strength Melihat kenyataan tersebut di atas, cukup sulit
Index (GSI), dan lain-lain. Menurut Hoek dan untuk merumuskan dan mengevaluasi kondisi
Brown (1997) dan Hoek dkk, (2002), data perlapisan di bawah permukaan, namun bila
yang dibutuhkan untuk memperkirakan mo- sudah diketahui masing-masing gelombang
dulus deformasi (Em) adalah kuat tekan batu- yang bekerja dan memilahnya, maka kondisi
an intak (σci), rating GSI atau RMR dan dan kedalaman perlapisan dapat dengan mu-
konstanta Hoek-Brown (mi). dah diketahui. Persamaan perambatan gelom-
bang bias ditunjukkan oleh garis lurus dengan
Pengukuran Dinamik dengan Seismik Refraksi slope 1/V2. Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa
gelombang langsung akan tiba lebih dahulu
Teknik penyelidikan dan interpretasi seismik dari pada gelombang bias. Dari perbedaan
refraksi telah banyak dikembangkan oleh para penerimaan ini, maka dapat ditemukan perte-
ahli, seperti Hagiwara, Matsuda dan Hawkins muan antara gelombang langsung dan gelom-
(Iyer dan Hirahara, 1993; Watanabe dan Sassa, bang refraksi. Jarak antara sumber getar dengan
1996). Mereka mempunyai prinsip yang sama pertemuan kedua gelombang ini disebut
dalam mengembangkan teknik pengukuran de- crossover distance (X cross). Demikian pula de-
ngan mempertimbangkan beberapa hal sebagai ngan gelombang refleksi, gelombang langsung
berikut: selalu datang lebih cepat dibandingkan dengan
• Kecepatan gelombang selalu diasumsikan gelombang refleksi. Gelombang yang paling
akan bertambah besar seiring dengan cepat adalah gelombang refraksi, disusul ge-
bertambahnya kedalaman (V1 < V2 < V3); lombang refleksi, kemudian gelombang udara
• Kondisi lapisan batuan di bawah permu- dan terakhir gelombang permukaan.
kaan terbentuk dari beberapa lapisan
batuan dengan kecepatan gelombang yang Gelombang langsung (direct wave), waktu
berbeda. penjalarannya dapat dihitung berdasarkan per-
• Panjang gelombang seismik selalu lebih samaan (Iyer dan Hirahara, 1993):
kecil dibandingkan dengan ketebalan la-
𝑋𝑋
pisan batuan yang akan diselidiki. 𝑡𝑡𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 = ................................................ (1)
𝑉𝑉1
• Jarak antara sumber getar (shoot point) de-
ngan geophone terjauh selalu lebih besar Untuk gelombang bias (refraction wave),
dibandingkan dengan ketebalan lapisan. waktu penjalarannya dapat dihitung dengan
• Ketelitian penafsiran tentang bentuk permu- menggunakan persamaan (Iyer dan Hirahara,
kaan bidang batas antara lapisan batuan di 1993):
bawah permukaan tergantung kepada jarak 1
𝑋𝑋 2𝑍𝑍(𝑉𝑉2 2 − 𝑉𝑉12 )2
𝑡𝑡𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = + ........................... (2)
𝑉𝑉2 𝑉𝑉1𝑉𝑉2
84
Prediksi Gerakan Tanah Menggunakan Seismik Refraksi dan ... Zulkifli Pulungan dan Zulfahmi
Sedangkan untuk gelombang pantul (reflected Berdasarkan ketiga persamaan tersebut di atas,
wave), waktu penjalarannya dapat dihitung maka dapat dilakukan plotting dengan meng-
dengan menggunakan persamaan (Iyer dan gunakan prediksi penjalaran waktu tempuh
Hirahara, 1993): gelombang dan jarak. Hasil plotting ini dise-
but dengan kurva waktu jarak (time distance
1
�𝑋𝑋 2 + 4 𝑍𝑍 2 �2
curve). Untuk gelombang langsung (direct
𝑡𝑡𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = ....................................... (3) wave) dapat ditunjukkan oleh suatu garis lurus
𝑉𝑉1
dengan slope 1/V1 yang dimulai dari pusat
kurva waktu – jarak.
85
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 2, Mei 2016 : 81 - 92
86
Prediksi Gerakan Tanah Menggunakan Seismik Refraksi dan ... Zulkifli Pulungan dan Zulfahmi
Berdasarkan Tabel 3 hasil perhitungan dan gelombang 173 – 248 m/s diinterpre-
pengamatan di lapangan dapat ditafsirkan tasikan sebagai lapisan tanah bagian atas.
jenis lapisan batuan pada lokasi penelitian : • Lapisan kedua dengan ketebalan berva-
riasi antara 0.89 – 3.30 dan kecepatan
Lokasi I. gelombang 2051 – 2580 m/s diinter-
• Lapisan pertama dengan ketebalan berva- pretasikan sebagai lapisan batu lempung
riasi antara 0.74 – 3.91 m dan kecepatan (claystone).
gelombang 400 – 712 m/s diinterpre- • Lapisan ketiga dengan kecepatan gelom-
tasikan sebagai lapisan tanah bagian atas bang 1143 – 2580 m/s diinterpretasikan
berupa tanah lapukan lempung pasiran sebagai lapisan pasir (sandstone).
(sandy clay).
• Lapisan kedua dengan ketebalan berva- Berdasarkan data lobang bor dari Koning
riasi antara 1.9 – 9.0 m dan kecepatan (1985), menunjukkan bahwa pada formasi
gelombang 870 – 2223 m/s diinterpre- Sawahlunto dan Ombilin terdapat lapisan
tasikan sebagai lapisan batulempung batuan yang umumnya terdiri dari Sandstone,
(claystone). siltstone, claystone dan batubara. Melihat
• Lapisan ketiga dengan kecepatan gelom- dari interpretasi ini, daerah telitian berada
bang 2025 – 4705 m/s diinterpretasikan pada dua lapisan batuan yang rentan akan
sebagai lapisan pasir (sandstone). pergerakan, karena lapisan batulempung
berada di atas lapisan batupasir yang akan
Lokasi II bergerak bila ada perubahan kondisi lapisan
• Lapisan pertama dengan ketebalan berva- batuan seperti pengaruh perubahan air tanah
riasi antara 0.9 – 1.5 m dan kecepatan atau infiltrasi air permukaan.
87
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 2, Mei 2016 : 81 - 92
Tabel 3. Kecepatan gelombang P pada beberapa medium (Bonner and Shock, 1981)
88
Prediksi Gerakan Tanah Menggunakan Seismik Refraksi dan ... Zulkifli Pulungan dan Zulfahmi
menyatakan intensitas bahan di dalam sel ke pada lokasi yang sama, sehingga dapat
j pada sinar ke i. Perbedaan masing-masing diketahui seberapa besar kecepatan lapisan
iterasi diperhitungkan antara data pengukur- tanah atau batuan mangalami pergerakan.
an dan hasil rekonstruksi sejumlah elemen Hasil pemodelan dengan software tomografi
sepanjang sinar ke i yaitu ∑𝑁𝑁
𝑖𝑖=1 𝑓𝑓𝑖𝑖𝑖𝑖 . Bila jalur dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8.
rambatan gelombang seismik ‘i’ dinyatakan
dengan Li dan τi sebagai waktu tempuh Pada Gambar 7 memperlihatkan salah satu
(travel time), maka (Qifeng Yin, dkk., 2014) : model pergeseran lapisan batuan pada titik di
geophone 8 yang menunjukkan angka persa-
𝜏𝜏𝑖𝑖 = ∫𝐿𝐿
𝑑𝑑𝑑𝑑
= ∫𝐿𝐿 𝑓𝑓(𝑥𝑥, 𝑦𝑦)𝑑𝑑𝑑𝑑 ...................... (4) maan y = 0.567009 + 4.7404 E-04 x dalam
𝑖𝑖 𝑣𝑣(𝑥𝑥,𝑦𝑦) 𝑖𝑖 satuan 10-2 meter untuk pergerakan (Y) dan
bulan (30 hari) untuk periode pengamatan
(X). Berdasarkan pengolahan tomografi terse-
but pada pengamatan di lokasi I, persamaan
deformasi batuan terbesar adalah y = 1.7593
+ 3.077.E-03 x, dimana y adalah nilai
perkiraan pergerakan batuan di masa datang
dengan x sebagai input nilai bulan (30 hari).
Sehingga dalam satu bulan (30 hari) nilai y =
1.7593 + 3.077 x 10-3 x 30 hari atau sebesar
1,85 cm/30 hari pengamatan. Sehingga untuk
1 hari sebesar 0.6 mm/hari (0,06 cm/hari),
maka dalam 1 tahun mengalami deformasi
sebesar 22 cm. Pada Lokasi I besarnya
deformasi batuan cukup signifikan, mengi-
Gambar 6. Sketsa daerah rekonstruksi diskrit ngat daerah pengamatan merupakan daerah
bekas longsoran dan bagian atas pengamatan
sudah menjadi daerah bukaan, dan diperkira-
Sedangkan Metode Gauss-Seidel digunakan kan masih mengalami pergerakan untuk
untuk menyelesaikan sistem persamaan menuju kondisi keseimbangan. Selain itu
linear (SPL) berukuran besar dan proporsi pengamatan juga dilakukan pada saat bulan
koefisien nolnya besar, seperti sistem-sistem dengan curah hujan lebih tinggi dibanding
yang banyak ditemukan dalam persamaan bulan-bulan sebelumnya.
diferensial. Metode iterasi Gauss-Seidel
dikembangkan dari gagasan metode iterasi Adapun pengolahan tomografi pada lokasi
pada solusi persamaan tak linier. Metode dua didapatkan persamaan deformasi batuan
eliminasi ini dilakukan untuk menyelesaikan terbesar adalah y =0.637 + 4.023E-03x
suatu persamaan linier dengan mencari nilai- sehingga nilai y = 0.637 + 4.023 x 10-3 x 30
nilai variabel yang belum diketahui dengan hari atau sebesar 0,76 cm/30 hari peng-
menggunakan rumus iterasi (seperti pada amatan. Karenanya, untuk 1 hari sebesar 0.25
Persamaan 5). Rumus iterasi untuk hampiran mm/hari (0.025 cm/hari). Deformasi lokasi II
ke-k dengan nilai i = 1, 2, …, n dan k = 1, lebih rendah karena berupa lapangan datar di
2, 3, …, adalah sebagai berikut (Qifeng Yin, daerah pemukiman yang relatif stabil dan
dkk., 2014): belum terjadi perubahan bentang alam.
Meskipun pada lokasi I telah terjadi kerusakan
(𝑘𝑘) 1 (𝑘𝑘−1) yang cukup parah dengan kecepatan perge-
𝑥𝑥𝑖𝑖 = �𝑏𝑏𝑖𝑖 − ∑𝑗𝑗 =1 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑥𝑥𝑗𝑗 � .................... (5)
𝑎𝑎 𝑖𝑖𝑖𝑖 rakan sebesar 0.6 mm/hari, namun berdasar-
kan acuan “Standarisasi rekayasa penanganan
Software dirancang berbasis visual basic keruntuhan lereng jalan pada tanah residual
dengan memasukkan fungsi numerik SIRT dan batuan, Pedoman Teknis, Puslitbang Jalan
dan Gauss-Seidel dengan parameter peru- dan Jembatan (Pd T-09-2005-B), kondisi
bahan dari kedudukan refraktor di setiap tersebut masih dikategorikan sebagai pergerak-
lapisan batuan hasil dari pemrosesan pengu- an lambat (0.3 m/5 tahun – 1.5 m/tahun)
kuran seismic di lokasi penelitian. Dengan dengan pola gerakan berupa aliran.
software ini kemudian dilakukan pemodelan
data (data series) hasil pengolahan seismik
89
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 2, Mei 2016 : 81 - 92
90
Prediksi Gerakan Tanah Menggunakan Seismik Refraksi dan ... Zulkifli Pulungan dan Zulfahmi
91
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 12, Nomor 2, Mei 2016 : 81 - 92
Henryk, M., Zenon, P., Elzbieta, P., Jerzy, K., Ohta, Y., Aydan, O, 2009. The Dynamic
2003. Prediction of slope failure using responses of geo-Materials during fracturing
seismic refraction and modelling, University and slippage, Rock Mechanic Rock
of Mining and Metallurgy and Polish Engineering, DOI 10.1007/s00603-010-
Academy of Sciences, Poland. 0095-4.
Hoek, E., Carranza, T. C. and Corkum, B., 2002. Pedoman Teknis No. Pd T-09-2005-B, 2005.
Hoek Brown failure criterion – 2002 edition, Standarisasi rekayasa penanganan keruntuhan
Proc. 5th. North American Rock Mechanics lereng jalan pada tanah residual dan batuan,
Symposium and 17th Tunneling Association Puslitbang Jalan dan Jembatan.
of Canada Conference. ATM TAC 2002.
University of Toronto, University of Toronto, Qifeng Yin, Dongming Pan, Jingcun Yu, 2014.
pp. 267 271. Application of well-ground seismic compu-
terized tomography technology in under-
Iyer H.M., and Hirahara K., 1993. Seismic ground structure detection, EJGE, Vol. 19.
tomography: Theory and practice. New
York: Chapman & Hall. Sato, T., T. Kikuchi, dan K. Sugihara, 2000. In situ
experiments on an excavation disturbed
Karnawati, D., 2005. Bencana alam gerakan zone induced by mechanical excavation in
massa tanah di Indonesia dan upaya Neogene sedimentary rock at Tono mine,
penanggulangannya, Jurusan Teknik Geologi central Japan. Engineering Geology, hal. 97-
Fakultas Teknik Geologi Universitas Gadjah 108.
Mada, Yogyakarta.
Tofani, V, Segoni, S, Agostini, A, Catani, F and
Koning, T., 1985. Petroleum geology of the Ombilin Casagli, N, 2013. Technical note: Use of
Intermonate Basin, West Sumatera, remote sensing for landslide studies in
Proceedings Indonesian Petroleum Association Europe, Department of Earth Sciences,
5th Annual Convetion. University of Firenze, Florence, Italy.
Kusumosubroto, H., 2013. Aliran debris dan Watanabe T., and Sassa K., 1996. Seismic
lahar, pembentukan, pengaliran dan attenuation tomography and its application
pengendaliannya. Graha Ilmu, Yogyakarta. to rock mass evaluation. International
Journal Rock Mechanics and Mining
Lateha, H, Jefriza, M.W.M, Taiba, B, Khan, Y.A, Sciences 33:467–77.
2010. Monitoring of hill-slope movement
due to rainfall at Gunung Pass of Cameron Wieczorek, G.F., and Snyder, J.B., 2009.
Highland District of Peninsular Malaysia, Monitoring slope movements, in Young, R.,
International Journal of Earth Sciences and and Norby, L., Geological Monitoring:
Engineering, ISSN 0974-5904, Vol. 03, No. Boulder, Colorado, Geological Society of
01. America, p. 245–271, doi: 10.1130/2009.
Li, J., Ma, G., Xing, H., 2009. Analysis of wave Zulfahmi, Astika, H, Mujahidin, S, 2009.
propagation through a filled rock joint, Rock Pengembangan sistem dan alat pemantauan
Mechanic Rock Engineering, DOI 10.1007/s sederhana untuk mendeteksi keruntuhan
00603-009-003-5. batuan atap (roof failure) pada tambang
bawah tanah, Kolokium Pertambangan
Narwold, C.F and Owen, W.P, 2003. Seismic 2009, Puslitbang Teknologi Mineral dan
refraction analysis of landslide, Geophysics Batubara - tekMIRA, Bandung.
92