Pulpitis PDF
Pulpitis PDF
PENDAHULUAN
Pulpa gigi adalah suatu jaringan lunak yang terletak di daerah tengah
pulpa. Jaringan pulpa membentuk, mendukung, dan dikelilingi oleh dentin. Fungsi
utama pulpa adalah formatif, yaitu membentuk odontoblast yang akan membentuk
dentin pada tahap awal perkembangan gigi. Selain itu, odontoblast juga
berinteraksi dengan sel-sel dari epitel dentin dan membentuk email. Setelah gigi
selama perkembangan gigi, dentin sekunder setelah erupsi, dan dentin reparative
sebagai respon terhadap stimulasi selama odontoblas masih utuh. Pulpa bereaksi
terhadap stimuli panas dan dingin yang hanya dirasakan sebagai rasa sakit. Pulpa
jaringan tubuh. Oleh karena itu, jika ada penyakit pada pulpa, jaringan
periodontium juga akan terlibat. Demikian juga perawatan pulpa yang dilakukan,
restorative, kedalaman kavitas yang harus dibuat ditentukan oleh ukuran dan
bentuk jaringan pulpanya. Ukuran dan bentuk ini, kelak akan dipengaruhi pula
oleh usia pasien dan tahap perkembangan gigi. Prosedur yang biasa dilakukan
1
terhadap gigi yang telah selesai perkembangannya tidak selalu dapat diterapkan
dentin dan menghasilkan cairan yang terdapat pada tubulus dentin. Cairan
makanan pada dentin, cairan dentin ini miskin protein, tetapi kaya fosfat, dan
C. Pada fungsi pulpa yang normal setelah pertumbuhan gigi terhenti, odontoblas
D. Jika terjadi kerusakan odontoblas, sel pulpa dapat membentuk sel yang
yang rusak.
E. Jika ada rangsangan yang kuat baik termis, mekanis, toksin, maupun bakteri,
akan terjadi reaksi radang akut atau radang kronis pada pulpa.
pada lesi dini dentin dapat menyebabkan reaksi pulpa. Pada saat berlanjutnya
mengadakan penetrasi ke pulpa melalui tubulus dentin yang terbuka sehingga jika
karies sudah meluas mengenai pulpa, maka terjadilah inflamasi kronis. Selain plak
2
bakteri, diet juga sangat berperan sebagai faktor penyebab karies. Komponen diet
yang sangat kariogenik adalah sukrosa, yang dimetabolisme oleh bakteri dalam
Pembuluh darah dan saraf masuk ke pulpa melalui foramen apikal dan
kadang melalui saluran akar lateral. Pulpa gigi sulung dan gigi permanen muda
dengan apeks yang belum menutup sempurna, sangat kaya akan persediaan darah.
Oleh karena itu, pulpa gigi permanen yang belum matang ini mempunyai potensi
penyembuhan yang besar dan umumnya memberikan respon baik sekali terhadap
juga sangat penting untuk pertahanan, gizi, dan pembentukan yang terus-menerus
dari dentin, yang mengelilingi dan melindungi pulpa. Saraf akan memastikan
sensitivitas gigi. Seumur hidup gigi, terjadi kalsifikasi yang lambat dan progresif
dimana volume ruang pulpa juga akan berkurang. Jika pulpa hancur, gigi menjadi
lebih lemah dan rapuh, serta jaringan pulpa akan mati dan gigi cenderung lebih
Deposisi dentin pada gigi sulung dimulai beberapa bulan sebelum erupsi
dan pada gigi permanen beberapa tahun sebelum erupsi. Meskipun mahkota gigi
yang baru erupsi mempunyai bentuk eksternal yang matang, pulpa di dalamnya
masih harus bekerja keras untuk menyelesaikan perkembangan gigi. Bila pulpa
tetap sehat, deposisi dentin akan berlanjut selama setahun pascaerupsi untuk gigi
sulung dan dua sampai tiga tahun untuk gigi permanen, yang mengubah gigi ke
bentuk yang matang. Oleh sebab itu, salah satu tujuan perawatan kesehatan gigi
3
anak adalah melindungi dan mempertahankan pulpa gigi dalam keadaan sehat,
penyakit karies gigi masih tertinggal oleh negara-negara lain. Meskipun telah
banyak yang dicapai, prevalensi karies gigi masih tinggi dan tidak menurun
keadaan sehat dan nonpatologis adalah suatu hal yang penting dan harus
tingginya tingkat karies dan penyakit pulpa pada gigi anak menyebabkan perlunya
Perawatan pulpa pada gigi sulung dapat dianggap sebagai upaya preventif
karena gigi yang telah dirawat dapat dipertahankan dalam keadaan nonpatologis
sampai saat tanggalnya yang normal. Dengan demikian, lengkung geligi dapat
Terdapat dua golongan perawatan pulpa pada gigi sulung yaitu perawatan pulpa
konservatif yang berupa perlindungan pulpa indirect, direct, dan pulpotomi. Yang
kedua ialah perawatan pulpa radikal yaitu pulpektomi diikuti dengan pengisian
4
saluran akar. Sedangkan perawatan pulpa pada gigi permanen muda hampir sama
dengan perawatan pada gigi sulung. Namun hal lain yang perlu diperhatikan pada
gigi permanen muda dengan kalainan pulpa atau pulpa yang mengalami trauma
A. Mengetahui anatomi dan fisiologi dari gigi sulung dan permanen muda.
C. Mengetahui penyakit dan kelainan yang dapat terjadi pada pulpa gigi
pada perawatan pulpa gigi sulung dan permanen muda pada anak-anak.
E. Mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam perawatan pulpa pada
dan kelainan pulpa gigi sulung dan permanen muda pada anak-anak.
5
I.3 Metodologi Penulisan
jurnal dan text book serta berbagai referensi yang diperoleh melalui pencarian di
internet.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Anatomi dan Fisiologi Pulpa Gigi Sulung dan Permanen Muda
Pulpa gigi merupakan struktur jaringan lunak hidup yang terletak dalam
kamar pulpa dan saluran akar gigi sulung dan gigi permanen. Pulpa gigi berasal
dari jaringan mesenkim dan mempunyai banyak fungsi. Fungsi permulaan dari
pulpa gigi ialah untuk meletakkan dentin yang membentuk struktur dasar gigi,
kekerasan mekanis. Sistem sensori yang kompleks dari pulpa gigi ialah
Sumber: http://www.@StudioDentaire2011/585St-Charles#230,Vaudreul-
Dorion.QC,J7V8P9,450-510-1717,CE.html
7
Gigi-gigi sulung berbeda morfologinya dengan gigi permanen
cembung dan lebih pendek, serta jauh lebih kecil di bagian cementoenamel
junction (CEJ) dibandingkan gigi permanen. Molar sulung mempunyai akar kecil
dan runcing, yang datar di mesiodistal dan saluran akar seperti pita. Daerah
kontak gigi molar sulung sangat luas dan datar. Mahkota molar lebih lebar arah
oklusal molar sulung sangat sempit karena dinding bukal dan lingualnya
konvergen ke oklusal. Sempitnya dataran oklusal ini lebih menonjol pada molar
Dentin dan email gigi sulung lebih tipis sedangkan kandungan mineral
pada gigi sulung dan permanen hampir sama. Email gigi sulung hanya setengah
tebal email gigi permanen. Warna gigi sulung lebih terang. Tanduk pulpa bagian
mesial mendekati oklusal, lebih tinggi dari pada gigi permanen. Ruang pulpa lebih
besar dan tanduk pulpanya lebih dekat dengan permukaan luar gigi dibandingkan
gigi permanen. Ruang pulpa gigi molar bawah lebih besar daripada gigi molar atas
Pulpa gigi sulung menua sama seperti pulpa gigi permanen, dengan
demikian saluran akar molar sulung pada usia tiga tahun terlihat sangat luas pada
gambaran radiografik, sementara pada usia delapan tahun pada anak yang sama
terlihat sangat kecil atau hilang. Selain itu, pulpa gigi sulung mampu mengadakan
8
perubahan fisiologi dan patologi seperti gigi permanen misalnya pembentukan
Akar gigi sulung lebih panjang dan lebih tipis dalam arah mesiodistal dari
pada gigi permanen penggantinya. Akar gigi molar sulung menyebar untuk
setelah resorbsi fisiologi atau pencabutan biasanya disebabkan oleh akar sempit
dan bengkok. Akar gigi-gigi anterior pada gigi sulung lebih sempit pada bagian
sulung lebih ramping. Pulpa gigi molar sulung mengikuti alur yang pipih, berbelit
dan bercabang. Daerah kontak diantara gigi-gigi molar sulung lebih luas, lebih
rata dan terletak lebih jauh ke arah gingiva dari pada kontak antara molar
permanen.(8,9)
Sumber: http://www.pdi705_slide_restorasi_gigi_anak1_1-pdf.
9
1. Insisivus Rahang Bawah (9)
Dari 20 gigi sulung, yang pertama erupsi adalah gigi insisivus sentral
rahang bawah, biasanya pada usia enam sampai delapan bulan. Insisivus
lateral secara keseluruhan lebih panjang namun lebih kecil daripada insisivus
Gigi insisivus sentral dan lateral sulung rahang atas erupsi pada umur
besar dari ketinggian mahkota. Sama dengan insisivus bawah, insisivus sentral
rahang atas juga memiliki permukaan labial yang datar. Cingulum lingualis
terlihat jelas. Akarnya berbentuk kerucut dengan panjang sekitar dua kali lebih
tinggi mahkota. Gigi insisivus sentral memiliki dua atau tiga proyeksi kecil
tanduk pulpa, dimana tanduk pulpa mesial yang paling menonjol. Gigi
insisivus sulung umumnya lebih kerucut, baik mahkota maupun akarn, dan
pertama sulung terlihat seperti gigi premolar. Cuspnya ada tiga, masing-
masing pada bagian mesiobukal, distobukal, dan satu pada permukaan lingual
atau palatal. Akarnya juga ada tiga, masing-masing satu di bawah setiap ujung
cusp. Ciri khas dari semua gigi molar sulung tersebut adalah pencabangan dari
10
akar dimulai di cementoenamel junction (CEJ). Sedangkan pada molar
permanen tidak jelas. Garis servikal bagian bukal sangat menonjol. Tanduk
pulpa sesuai dengan masing-masing cusp, dan tanduk pulpa mesiobukal yang
paling menonjol.
Gigi molar sulung rahang bawah mempunyai empat cusp, dua pada
bagian bukal dan dua pada bagian lingual. Cusp mesiolingual dan mesiobukal
memiliki empat tanduk pulpa dan dua akar, yaitu pada aspek mesial dan distal.
5. Kaninus Sulung
Gigi kaninus biasanya erupsi pada umur 20 bulan. Kaninus atas lebih
panjang dan tajam. Marginal ridge pada gigi kaninus sulung kurang menonjol,
tiga kali panjang mahkota. Ruang pulpanya seperti gigi insisivus, mengikuti
kontur umum gigi. Gigi kaninus sulung rahang bawah lebih sempit dan
panjang, jauh lebih kecil daripada kaninus atas. Marjinal ridge bagian distal
jauh lebih rendah dari bagian mesial. Panjang akar kaninus bawah dua kali
11
6. Molar Kedua Sulung Rahang Atas
Gigi molar kedua sulung merupakan gigi yang terakhir erupsi, yaitu
pada usia 28 bulan. Molar kedua sulung rahang atas menyerupai molar
pertama permanen rahang atas dari penampilannya, tetapi lebih kecil. Ada
empat cusp, dua di bagian bukal dan dua di bagian lingual. Seringkali ada cusp
kelima, yang disebut cusp “Carabelli”. Gigi ini berbentuk belah ketupat dan
dengan cusp mesiolingual. Terdapat lima atau bahkan empat tanduk pulpa.
Tanduk pulpa mesiobukal paling besar dan paling dekat dengan DEJ.
Molar kedua sulung rahang bawah juga hampir sama dengan gigi
molar pertama permanen rahang bawah, tapi ukurannya lebih kecil. Ada lima
cusp, tiga di permukaan bukal dan dua dibagian lingual. Akar gigi molar
kedua sulung rahang bawah ada dua yaitu, akar mesial dan distal yang
keduanya sangat sempit tapi luas dibagian bukolingual. Ada lima tanduk pulpa
Morfologi gigi sulung menyebabkan resiko karies yang besar. Hal ini
disebabkan karena emailnya lebih tipis, sehingga karies gigi lebih aktif pada gigi
12
B. Fisiologi Pulpa Gigi Sulung dan Permanen Muda
dalam dinding dentin yang keras. Meskipun sama dengan jaringan penghubung
lainnya dalam tubuh manusia, jaringan ini khusus, karena fungsi dan
Sangat berhubungan dengan fungsi formatif dan protektif, sehingga hal ini
elemen selular.(3)
1. Induktif
2. Formatif
juga membentuk suatu tipe dentin yang unik sebagai respon terhadap cedera.
13
Proses formatif ini terbatas pada daerah cedera dan disebut sebagai
dentinogenesis tersier.
3. Nutritif
4. Defensif
dentinnya telah putus, namun kualitas dentin yang dihasilkan tidak sama
5. Sensatif
oleh email atau dentin ke pusat-pusat saraf yang lebih tinggi. Pulpa juga
14
II.2 Histologi Pulpa Pada Gigi Sulung dan Permanen Muda
Sumber : http://www.dentiadental.com/home/dentist-team.html.
ini disebut sebagai pulpa gigi setelah sel-selnya matang dan dentin telah
terbentuk. Dimulai dari perifer, pulpa dibagi dalam daerah odontoblas, yang
mengelilingi perifer pulpa, daerah bebas sel, daerah kaya sel dan daerah sentral.
menjadi jaringan pulpa. Pembentukan ini dimulai dengan peletakan matriks yang
belum mengalami mineralisasi di puncak cusp dan akar bergerak cepat ke arah
15
Secara histologi, pulpa gigi sulung sama dengan permanen, yaitu terdiri
atas jaringan ikat longgar yang batas luarnya dikelilingi oleh lapisan sel sekresi
sitoplasmanya masuk ke dalam tubuli dentin, sel-sel ini merupakan bagian utama
kompleks pulpa dentin. Jika kompleks ini cedera oleh karena penyakit atau atrisi
atau prosedur operatif, odontoblas akan bereaksi dalam upaya melindungi pulpa.(4)
Pulpa orang muda terutama bentuk dari jaringan ikat pulpa yang longgar,
prokolagen, dan jaringan ikat saraf, serta berbagai macam sel, seperti fobroblas
1. Odontoblas
odontoblas terdiri dari dua komponen struktural dan fungsional utama, yakni
badan sel dan prosesus sitoplasmiknya. Badan sel terletak persis di bawah
16
odontoblastik. Sedangkan prosesus meluas ke dentin dan predentin melalui
tubulus. Pada daerah odontoblas ini, saraf kapiler dan saraf sensori tidak
dentin.(1,3)
pada sepertiga apikal, dan susunannya berubah dari lapisan enam menjadi
delapan sel pada tanduk pulpa dan menjadi lapisan satu sel pada pulpa
apikal.(3)
dari transudat kapiler dan memainkan peran penting dalam transmisi sensori.
Saraf tidak bermielin untuk persepsi sensori juga ditemukan pada ujung pulpa
17
Pada bagian perifer pulpa, terdapat pembentuk odontoblas yang pada
bentuk rongga pulpa. Sel-sel ini berbentuk tiang yang berdampingan dengan
predentin, berisi inti sel, serta mempunyai ekor tambahan yang mengisi masuk
ke tubulus dentin. Sel inilah yang disebut odontoblas. Pada saluran akar pulpa,
dijumpai daerah yang miskin sel, disebut zona Weil. Di sini dijumpai jaringan-
2. Fibroblas
mesenkim pulpa yang tidak berkembang atau dari bagian fibroblas yang ada.
Bila bertambah tua, menjadi lebih bulat, dengan nuklei bulat dan prosesus
18
3. Sel Tak Terdiferensiasi
papilla gigi. Sel-sel ini merupakan cadangan sel yang menghasilkan sel-sel
jaringan ikat pulpa. Karena fungsinya dalam perbaikan dan regenerasi, sel
zona kaya akan sel dan di dalam inti pulpa yang mengandung banyak
pulpa yang normal. Sel-sel ini adalah bagian dari mekanisme pengawasan dan
respons awal dari pulpa. Sel-sel ini ada dan menghancurkan antigen seperti
sel-sel mati dan benda-benda asing. Limfosit dan sel plasma, bila terdapat
C. Daerah Sentral
Daerah sentral atau pulpa yang sebenarnya berisi pembuluh darah dan
saraf yang tertanam di dalam matriks pulpa bersama dengan fibroblast. Dari lokasi
Bundel neurovaskular memasuki pulpa melalui foramen apikal. Terdiri dari satu
atau dua arteriola dengan serabut saraf simpatetiknya dan saraf sensorinya
bermielin dan tidak bermielin memasuki pulpa, dua atau tiga venula dan
19
D. Komponen Ekstrasel Pulpa (1)
1. Serabut
dentin, sedangkan di dalam pulpa dapat ditemukan baik kolagen tipe I maupun
tipe III. Kolagen tipe I disintesa dan disekresi oleh odontoblas untuk kemudian
kolagen tipe I dan tipe III di dalam pulpa. Ditemukan pula kolagen tipe V
dalam jumlah yang tidak begitu banyak. Serabut retikulum halus juga dapat
2. Bahan Dasar
Bahan dasar pulpa serupa dengan bahan dasar jaringan ikat jarang
bahan dasar yang disebabkan oleh usia atau penyakit dapat mengganggu
keaktifan sel-sel dan dapat menyebabkan ketidak teraturan fungsi sel dan
deposisi mineral.
3. Kalsifikasi
batu pulpa asli atau palsu, bergantung kepada ada atau tidaknya struktur
20
terdapat tiga tipe yaitu: batu bebas yang dikelilingi oleh jaringan pulpa; batu
lekat yang menyambung dengan dentin, dan; batu terbenam yang seluruhnya
dikelilingi oleh dentin, kebanyakan dentin tersier. Batu pulpa yang besar
secara klinis akan jelas terlihat dan bisa menghalangi akses ke saluran akar
selama perawatan.
dalam inti pulpa. Macam kalsifikasi ini paling banyak dijumpai pada pulpa
diperiksa melalui berbagai teknis misalnya teknis perfusi tinta India, dengan
mikroradiografi.
pembuluh arteriola yang merupakan cabang kecil dari arteri dental. Arteri
dental adalah cabang dari arteri alveolaris inferior, arteri alveolaris posterior
21
dan shunt vena arteri memiliki mekanisme neuromuskuler untuk
Venula merupakan sisi eferen (keluar) dari sirkulasi pulpa dan sedikit
oleh otot halus. Karena pembuluh ini bersifat pasif dan tidak mengalami
konstriksi.
Mekanisme sensori pulpa tersusun dari system aferen sensori dan system
eferen otonomik. System aferen menyalurkan impuls yang dirasakan oleh pulpa
dari berbagai rangsangan pada korteks otak, yang diinterpretasikan sebagai rasa
dari system sentral ke otot halus pembuluh arterial untuk mengatur volume dan
Impuls aferen sensori dimulai pada bagian ujung saraf tak bermielin. Pada
lapisan odontoblas predentin, ujung saraf ini berjalan baik lurus atau sebagai
spiral, berakhir pada pembesaran seperti ujung multipel dan mungkin menembus
22
dentin beberapa micron. Hanya 10 sampai 20% tubuli dentin pada dentin koronal
mengandung ujung saraf, dan pada dentin radikular hampir tidak ada.
Sekitar 80% saraf pulpa adalah serabut tipe-C, dan sisanya adalah serabut
karena itu, serabut-serabut tersebut menyalurkan rasa sakit berdenyut dan rasa
sakit yang tidak tajam yang ada hubungannya dengan kerusakan jaringan pulpa.
Batang saraf di susun dari serabut A-delta bermielin pada perifer dan
serabut C yang tidak bermielin di pusat. Pada daerah periapikal, batang saraf
bergabung dengan bagian maksila atau mandibula saraf kranial kelima atau
dentin yang dipotong atau terbuka dapat merusak bentuk tubuli dan menyebabkan
gerakan cairan. Semua rangsangan ini mengakibatkan gerakan cairan dentin dan
G. Sistem Limfatik
korona yang kemudian memasuki daerah tengah dan daerah apeks untuk keluar
melalui satu atau dua pembuluh yang lebih besar di foramen apikal. Dinding
23
pembuluh limfatik terbentuk dari suatu endothelium yang kaya akan organel dan
granula. Ada celah-celah pada dinding pembuluh limfatik seperti juga pada
dinding pembuluh kapiler. Namun, tidak seperti pada pembuluh darah, celah ini
halus membuat pembuluh tersebut sukar untuk dilihat. Fungsi pembuluh limfatik
ini adalah menghilangkan cairan celah dan produk pembuangan metabolik, untuk
keluar dari pulpa, sejumlah pembuluh bergabung dengan pembuluh yang datang
vena subklavia dan vena jugularis interna. Pembuluh limfatik ini mengikuti jalan
Cairan interstisial yang mengisi tubuli dentin di sebut cairan dentin. Adanya
cairan ini dalam kavitas pulpa menghasilkan suatu tekanan rata-rata interpulpa
24
dasar yang diperkuat oleh serabut kolagen, pulpa kelihatannya mampu membatasi
I. Mineralisasi Pulpa
Struktur histologi lain yang ditemukan pada pulpa gigi adalah mineralisasi.
ditemukan juga pada pulpa gigi muda dan normal. Dijumpai sebagai nodulus yang
disebut dentikel atau batu pulpa, dan kalsifikasi difus secara menonjol ditemukan
terjadinya penyakit pulpa dan periapeks. Reaksi pulpa terhadap cedera sangat
bervariasi sehingga sukar untuk meramalkan akibat yang akan timbul. Misalnya
karena iritasi ringan sehingga gigi yang seharusnya membentuk dentin reparative,
malah menjurus ke pulpitis. Sebaliknya, pada kasus cedera yang parah yang dapat
Pulpa dan dentin dapat dianggap sebagai jaringan ikat, kompleks dentin
pulpa. Ini biasanya terlindungi dari iritasi melalui lapisan email yang utuh. Bila
email rusak, pulpa terancam bahaya. Pada pasien muda, usia tubula lebih lebar
25
dan pulpa terletak lebih dekat ke permukaan, sehingga cacat email dapat
berpengaruh besar terhadap pulpa. Makin banyak daerah dentin yang terbuka,
Jaringan pulpa dan periapeks normal adalah keadaan saat pulpa dan daerah
periapeks bebas dari keadaan sakit. Hal ini dapat dilihat dari variasi struktur
histologi yang bergantung pada umur dan fungsi gigi tersebut. Tidak adanya
gejala tidak menjamin bahwa pulpa itu sehat. Bahkan pulpa yang mati pada
karena proses karies cepat menyebar pada gigi sulung. Akibatnya, jaringan pulpa
sering terkena dan pilihan pengobatan untuk gigi sulung sangat sedikit. Dalam
A. Hiperemia pulpa
bahwa pulpa tidak dapat dibebani iritasi lagi untuk dapat bertahan sebagai suatu
26
Hiperemia dapat disebabkan oleh:
2. Kimiawi, seperti: makanan yang asam atau manis; iritasi terhadap bahan
tumpatan silikat atau akrilik, dan; bahan sterilisasi dentin (fenol, H2O2,
alkohol, kloroform).
3. Bakteri yang dapat menyebar melalui lesi karies atau tubuli dentin ke
pulpa, dalam hal ini baru toksin bakteri yang masuk ke jaringan pulpa.
Hiperemia pulpa ditandai dengan rasa sakit yang tajam dan pendek.
Umumnya rasa sakit timbul karena rangsangan air, makanan, atau udara dingin,
juga karena makanan yang manis atau asin. Rasa sakit ini tidak spontan dan tidak
gejalanya dan pemeriksaan klinis. Rasa sakit tajam dan berdurasi pendek,
berlangsung beberapa detik sampai kira-kira satu menit, umumnya hilang jika
fraktur pada mahkota gigi, atau traumatik oklusi. Pada pemeriksaan perkusi, gigi
tidak peka walaupun kadang-kadang ada respon ringan. Hal ini disebabkan oleh
27
kepekaan yang sedikit lebih tinggi dari pada pulpa normal. Gambaran radiografi
menunjukkan ligamen periodontal dan lamina dura yang normal dan dapat dilihat
B. Pulpitis
Pulpitis adalah peradangan pada pulpa gigi yang menimbulkan rasa nyeri.
terbanyak dibanding bagian lain pada pulpa. Secara hematogen, pulpitis juga
Berdasarkan sifat eksudat yang keluar dari pulpa, pulpitis terbagi atas
a. Pulpitis Akut
sel-selnya masih terlihat jelas. Pulpitis akut dibagi menjadi pulpitis akut
serosa parsialis yang hanya mengenai jaringan pulpa dibagian kamar pulpa
saja, dan pulpitis akut serosa totalis yang telah mengenai saluran akar.
ditemukan fibrinogen.
28
c. Pulpitis Akut Hemoragi
jaringan pulpa.
2. Berdasarkan Gejala
Berdasarkan ada atau tidak adanya gejala, pulpitis terbagi atas: (2)
a. Pulpitis Simtomatis
1) Pulpitis akut
pulpitis kronis.
29
Gambaran radiografi memperlihatkan adanya karies yang luas dan
b. Pulpitis Asimtomatis
intrapulpa.
karena adanya iritasi ringan dalam waktu lama. Pulpitis ini terjadi
akibat pembukaan karies luas pada pulpa yang masih muda yang
dimana keadaan ini disebut pulpa polip. Pada waktu menelan akan
30
tampak sebagai benjolan jaringan ikat berwarna kemerah-merahan
a. Pulpitis Reversibel
dentin.(1,3,14)
yang tajam. Stimulus panas dan dingin menimbulkan nyeri yang berbeda
intrapulpa. Pulpa akan kembali normal dan inflamasi akan pulih kembali
jika iritasi pulpa terus berlanjut, akan timbul inflamasi moderat sampai
31
Yang termasuk pulpitis reversibel adalah: (2)
2) Atrofi pulpa
3) Pulpitis akut.
b. Pulpitis Ireversibel
yang berlangsung lama seperti karies. Kerusakan pulpa yang parah akibat
dalam aliran darah dalam pulpa akibat trauma atau gerakan gigi pada
karena adanya stimulus panas atau dingin, dan bisa timbul secara spontan.
Pada keadaan ini, vitalitas jaringan pulpa tidak dapat dipertahankan, tetapi gigi
ke dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi, dan;
32
Yang termasuk pulpitis ireversibel adalah: (2)
C. Degenerasi Pulpa
dewasa. Penyebabnya adalah iritasi ringan yang persisten sewaktu muda, seperti
pada degenerasi kalsifik pulpa. Tingkat awal degenerasi pulpa biasanya tidak
menyebabkan gejala klinis nyata, dimana gigi tidak berubah warna, dan pulpa
bereaksi secara normal terhadap tes listrik dan tes termal. Namun, bila terjadi
degenerasi pulpa total, gigi dapat berubah warna dan tidak memberikan respon
terhadap rangsangan.(2,3)
pulpa sehingga dapat terbentuk dentikel atau batu pulpa. Mineralisasi ini
dapat terjadi pada jaringan saraf, jaringan ikat, terutama pada saluran akar.
Dentikel terbagi dua yaitu: dentikel asli yang biasa terbentuk pada saluran
33
akar pada masa pembentukan gigi, dan dentikel palsu yang terbentuk pada
sempurna.(2,3)
4. Degenerasi atrofik, dimana dijumpai lebih sedikit sel-sel stelat, dan cairan
D. Nekrosis Pulpa
dari radang pulpa akut maupun kronis atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-
tiba akibat trauma. Terbukanya pulpa karena karies akhirnya diikuti oleh infeksi
pulpa, sedangkan terbukanya pulpa karena trauma diikuti oleh infeksi, jika pulpa
terjadilah nekrosis pulpa, gigi permanen yang sedang berkembang dapat terkena.
Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf, dan sel odontoblas,
untuk mengadakan pemulihan jika terjadi peradangan. Akan tetapi apabila terjadi
inflamasi kronis pada jaringan pulpa atau merupakan proses lanjut dari radang
jaringan pulpa maka akan menyebabkan kematian pulpa atau nekrosis pulpa. Hal
ini sebagai akibat kegagalan jaringan pulpa dalam mengusahakan pemulihan atau
34
Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali adanya infeksi bakteri pada
jaringan pulpa. Ini bisa terjadi akibat adanya kontak antara jaringan pulpa dengan
lingkungan oral akibat terbentuknya tubula dentinalis dan direct pulpal exposure,
hal ini memudahkan infeksi bakteri ke jaringan pulpa yang menyebabkan radang
pada jaringan pulpa. Apabila tidak dilakukan penanganan, maka inflamasi pada
pulpa akan bertambah parah dan dapat terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam
pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Tubula dentinalis dapat
terbentuk sebagai hasil dari prosedur restorasi yang kurang baik atau akibat
restorasi material yang bersifat iritatif. Bisa juga diakibatkan karena fraktur pada
email, fraktur dentin, proses erosi, atrisi dan abrasi. Dari tubula dentinalis inilah
Sedangkan direct pulpal exposure bisa disebabkan karena proses trauma, prosedur
restorasi, dan yang paling umum adalah karena adanya karies. Hal ini
jaringan pulpa.
sama yaitu terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya
dilatasi pembuluh darah kapiler pada pulpa. Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti
dengan degenerasi kapiler dan terjadi edema pulpa. Karena kekurangan sirkulasi
kolateral pada pulpa, maka dapat terjadi ischemia infark sebagian atau total pada
35
pulpa dan menyebabkan respon pulpa terhadap inflamasi rendah. Hal ini
1. Nekrosis Koagulasi
larut, mengendap, dan berubah menjadi bahan yang padat. Pengejuan adalah
seperti keju, yang terdiri atas protein yang mengental, lemak, dan air.
2. Nekrosis Liquefaction
mengubah jaringan menjadi bahan yang lunak, cair, atau debris amorfus.
Pulpa terkurung oleh dinding yang kaku, tidak mempunyai sirkulasi daerah
36
Gambar 4. Nekrosis Pulpa
Sumber: http://www.infogigi.com/wp-content/uploads/2010/04/Patofisiologi-
Nekrosis-Pulpa.jpg
restorasi silikat dan akrilik, atau radang pulpa yang berlanjut. Nekrosis pulpa juga
dapat terjadi pada aplikasi bahan devitalisasi, seperti arsen dan paraformaldehid.
Gigi yang nekrosis tidak terasa sakit, terjadi perubahan warna, bau mulut, dan
tidak peka terhadap preparasi kavitas yang dilakukan sampai ke kamar pulpa.
Kadang-kadang gigi terasa sakit jika ada rangsangan panas karena terjadi
perubahan gas yang akan menekan ujung saraf jaringan vital yang ada
disekitarnya.(2,3,14)
akar yang terbuka dan penebalan ligamen periodontal. Kadang-kadang gigi tidak
mempunyai kavitas maupun karies, tetapi pulpa telah nekrosis akibat trauma.(2)
37
BAB III
PADA ANAK-ANAK
Diagnose patologi pulpa sangat sulit ditentukan pada pasien muda karena
tidak jarang mereka tidak mengajukan gejala yang jelas. Penilaian sebelum
Penilaian status pulpa yang dapat dilakukan yaitu riwayat pasien, pemeriksaan
klinis untuk melihat adanya pembengkakan dan mobilitas, perkusi, dan tes
vitalitas pulpa. Tes dilakukan dengan tester pulpa elektrik yang memberikan hasil
sebanding bila digunakan untuk gigi sulung atau permanen muda. Pemeriksaan
histologi dari gigi geligi sulung yang sudah dicabut membuktikan bahwa
penyebaran radang yang cepat dapat dianggap sebagai respon umum terhadap
perawatan pulpa pada gigi sulung dan permanen muda. Radiografi praoperatif
seperti kerusakan koronal yang besar, resorbsi akar internal atau eksternal tahap
lanjut, dan kerusakan tulang alveolar yang besar, yang berhubungan dengan
goyangnya gigi.(10)
38
Kontraindikasi umum dari perawatan pulpa mancakup kooperatif pasien
yang buruk, kurangnya kerja sama pihak orangtua, dan riwayat gangguan jantung
atau ginjal, untuk menghindari infeksi, pada pasien dengan gangguan kapasitas
pemberi respons terhadap infeksi seperti pada penderita gangguan sistem imun.(10)
1. Jarum miller
melintang, yaitu bulat dan segitiga, terbuat dari baja yang halus dan runcing.
2. Jarum Eksterpasi
39
a. Instrumen pengait dalam pengambilan jaringan pulpa dan jaringan
3. Reamer
runcing. Berguna untuk melebarkan saluran akar dan untuk pengisian saluran
putar searah dengan jarum jam, seperempat sampai setengan putaran dengan
Jika panjang kerja sudah dicapai, ganti instrumen dengan ukuran berikutnya,
demikian seterusnya. Instrumen ini terdiri dari ukuran yang sangat kecil, yaitu
nomor satu sampai yang terbesar, yaitu nomor 12. Dibuat dalam dua tipe,
yaitu tipe D, dengan pegangan yang panjang dan tipe B, dengan pegangan
yang pendek. Tipe D didesain untuk gigi anterior dan tipe B untuk gigi
posterior.
40
4. File
a. File Hedstrom
akar yang sempit dan bengkok dengan gerakan naik turun, dan membawa
Bentuk file rat tail hampir sama dengan barbed broaches, tetapi
41
1. Root Canal Spreader (Penguak Endodonti)
Instrumen ini mempunyai ujung yang tumpul dan rata, yang terdiri atas
pegangan pendek yang berguna untuk menekan bahan pengisi saluran akar di
kemudian ditekan ke dalam saluran akar yang sebelumnya telah diisi dengan
42
3. Lentulo
sama seperti file atau reamer. Penggunaannya dapat dilakukan dengan tangan
arah jarum jam, kemudian dikeluarkan searah dengan jarum jam. Apabila
III.2 Bahan Pengisi Saluran Akar dan Fiksasi Jaringan Pada Gigi Sulung
A. Bahan Pengisi Saluran Akar Pada Gigi Sulung dan Permanen Muda
Bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung berbeda dengan gigi
perbedaan anatomi dan fisiologi gigi, adanya resorbsi akar, dan kesulitan
memperoleh gambaran radiologi yang memadai di sekitar apeks gigi sulung. (7,11)
Kriteria ideal untuk bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung
adalah:(7,11)
3. Melekat dengan baik pada dinding saluran akar dan tidak mengkerut;
43
5. Memiliki sifat antiseptik, radioopak serta tidak menyebabkan perubahan
warna gigi;
6. Bahan tersebut juga harus dapat diresorbsi dengan cepat bila terdorong
Akan tetapi, hingga saat ini masih belum ditemukan bahan pengisi saluran
akar gigi sulung yang memenuhi persyaratan. Beberapa bahan pengisi saluran
akar untuk gigi sulung dan permanen muda yang umum digunakan adalah zinc
Bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Pasta zinc oksida eugenol merupakan bahan pengisi saluran akar yang
paling banyak digunakan. Menurut Camp, pasta ini diberikan untuk pengisian
pada gigi yang tidak memperlihatkan gejala klinis atau simptom infeksi.
Tingkat keberhasilan bahan ini cukup tinggi, baik digunakan sendiri atau
tersebut diaduk hingga mencapai konsistensi yang cukup encer untuk bisa
masuk ke dalam saluran akar, namun harus berhati-hati agar tidak terjadi
menyebabkan underfilling.
Campuran bahan zinc oksida eugenol untuk pengisian saluran akar telah
44
perubahan arah pada gigi permanen pengganti, dan dapat pula terjadi
keterlambatan erupsi atau bahkan erupsi yang lebih dini. Barker dan Locket
juga mensinyalir bahwa apabila bahan tersebut ditekan terlalu dalam dan keluar
melampaui akar gigi, maka bahan tersebut tidak akan diresorbsi dan
menimbulkan reaksi tubuh terhadap adanya benda asing. Namun Woods dan
Kildea menyatakan bahwa bahan tersebut masih dapat diresorbsi hanya saja
kecuali bila dicampur dengan bahan lain misalnya formokresol. Namun efek
2. Iodoform
Walkhoff atau pasta KRI 1. Pemakaian pasta tersebut dianjurkan oleh Rifkin
45
karena secara klinis dan radiografis perawatan pulpektomi dengan bahan
bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung yang terinfeksi dan disertai dengan
pembentukan abses.
Pasta iodiform memiliki efek bakterisid yang cukup baik dan mampu
bahkan dikatakan hanya hilang sebesar 20% selama 10 tahun. Kemampuan ini
dari akar gigi sulung. Oleh karena itu, efek tersebut dapat mengkompensasi
Iodoform diresorbsi dengan baik dan cepat oleh tubuh. Keuntungan lain
adalah pasta tersebut tidak mengeras sehingga mudah untuk dibersihkan bila
warna gigi pada beberapa kasus. Perubahan warna tersebut berupa bercak putih
kecil hingga kuning kecoklatan. Mengatasi hal tersebut, maka dianjurkan untuk
melakukan pengisian hanya sampai saluran akar, terutama untuk gigi anterior.
46
meningkatkan cytotoxicity. Belakangan dikenal pula pasta Maisto yang
thymol dan lanonin. Pasta ini terbukti memberikan keberhasilan dalam merawat
tidak sukses sebagai bahan pengisi saluran akar gigi sulung. Hal ini karena
kalsium hidroksida merupakan bahan pengisi saluran akar gigi sulung yang
dengan baik pada dentin maupun permukaan guttap point. Kelebihan lain
permukaan fraktur pada kasus injuri traumatik pada gigi vital. Oleh karena itu
47
terkontaminasi oleh bakteri terutama pada fase kritis penyembuhan. Pasta ini
juga tidak terlihat secara radiografi dan tidak tahan lama, namun hal tersebut
tidak menjadi masalah, mengingat masa retensi gigi sulung yang relative
pendek. Selain itu harganya relative mahal dan pemakaiannya yang kurang
juga mempunyai sifat alkalin yang dapat berperan sebagai iritan, dengan
merusak sel pada daerah yang berkontak kemudian menstimulasi sel-sel yang
kalsium hidroksida adalah daya larutnya yang tinggi di dalam air dan gliserol,
tidak larut dalam alkohol, dan tidak berbau. Mekanisme kerja kalsium
hidroksida di dalam saluran akar belum diketahui secara pasti, tetapi difusi ion
pada sebagian besar kasus perawatan saluran akar baik pada gigi vital maupun
pada gigi dengan pembersihan dan pembentukan saluran akar yang belum
penghambatan inflamasi atau inflamasi resorbsi akar aktif, atau bila ada rasa
48
sakit. Karena pada keadaan tersebut pasta ini dapat merupakan iritan yang
sudah ada.(18)
lebih cepat dari resorbsi fisiologis akar gigi. Campuran ini juga lebih mudah
diaplikasikan, tidak memiliki efek toksik bagi gigi permanen penggantinya dan
radioopak. Bahan ini dijual dalam siringe yang dilengkapi dengan ujung untuk
Permanen Muda
1. Formokresol
formaldehid, 35% kresol dalam larutan gliserin / air, yang nantinya akan
yang dibasahi dengan obat dan diletakkan ke potongan pulpa setelah pulpa
49
lima menit, sehingga potongan jaringan pulpa berwarna hitam. Dresing
diencerkan dengan satu tetes eugenol dan zinc oksida eugenol, lalu diulaskan
daerah yang diamputasi. Ini mempunyai efek aksi hialurondasi, sehingga sifat
pengikatan dari protein dan hambatan enzim dapat memutuskan jaringan pulpa
gigi dan menghasilkan fiksasi dari jaringan pulpa. Pasley dkk, mendapatkan
bahwa formokresol dapat diresorbsi lebih cepat kedalam tubuh sebagai akibat
pengikatan jaringan.(6)
2. Glutaraldehid
alkalin 2 % glutaraldehid sebagai bahan yang baik. Secara teori bahan ini
50
mempunyai bahan fiksasi yang lebih baik dan ringan, tetapi daya toksik
kurang, karena mempunyai dua kelompok aldehid yang berfungsi aktif. Sifat
sebesar 45% mengalami lebih cepat dari yang dikontrol Fuks dan Bimstein.
alergi, dan menimbulkan iritasi mata. Oleh karena itu, bahan ini masih banyak
pulpotomi pada gigi sulung ini belum banyak diterima dan dipakai oleh dokter
yang lebih baik dan dapat dipakai dengan konsentrasi lebih rendah.(6)
penelitian Hannah dan Rowe, 1971 yang dilakukan dalam waktu lima tahun,
yang menunjukkan bahwa bahan kimia untuk fiksasi pulpa sudah terresorbsi
51
III.3 Perawatan Pulpa Pada Gigi Sulung
Oleh karena itu, keberadaan pulpa yang sehat merupakan pertimbangan penting
yaitu pengambilan jaringan pulpa dalam ruang pulpa dan saluran akar, diikuti
dengan cara memberikan selapis tipis material proteksi pada pulpa yang hampir
terbuka. Obat yang digunakan adalah kalsium hidroksida dan formokresol yang
keberhasilan 90%.
capingnya, dan bisa juga karena adanya inflamasi pulpa sebelum perawatan yang
pulpa dan pembentukan jembatan dentin. Teknik perawatan pulp capping dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu: perawatan indirect pulp capping dan direct pulp
capping.
52
1. Indirect Pulp Capping
dengan lesi karies yang luas dan hampir mendekati pulpa, tanpa ada gejala
meremineralisasi dentin yang terkena karies. Dua bahan yang paling umum
degenerasi pulpa.(4,21,22)
Indikasi perawatan indirect pulp capping pada gigi sulung adalah: (4,22)
a. Lesi karies yang dalam yang tidak menimbulkan gejala pada gigi
syndrome).
53
Kontraindikasi perawatan indirect pulp capping ialah: (4,23)
b. Pembengkakan;
c. Fistula;
e. Mobilitas patologis;
h. Kalsifikasi pulpa.
aquades steril;
54
Gambar 5. Indirect pulp capping
Sumber: http://www.topic57pulptherapy.html.
terbuka secara mekanis tanpa kontaminasi bakteri dan tidak boleh dilakukan
pada perforasi pulpa gigi sulung karena karies. Dengan demikian pulpa dapat
bertahan dalam keadaan sehat dan bahkan dapat menyembuhkan diri sebagai
respon terhadap bahan atau obat pelindung pulpa. Direct pulp caping adalah
prosedur yang dilakukan ketika pulpa sehat telah terpapar selama prosedur
operasi. Gigi harus asimptomatik dan situs eksposur harus tepat dengan
vitalitas pulpa.(4,8,21)
55
Indikasi direct pulp capping pada gigi sulung adalah: (4,8,23)
b. Pada gigi yang sebelumnya vital dan tanpa tanda dan gejala patologis;
sempurna.
a. Nyeri spontan;
b. Mobilitas patologis;
Perawatan direct pulp caping kurang berhasil pada gigi sulung karena
penjalaran proses peradangan pada pulpa bagian mahkota gigi sulung berjalan
cepat.(4,8)
a. Rontgen foto;
56
b. Pemberian anestesi lokal, kemudian gigi diisolasi dengan rubber dam,
pulpa;
sementara, dan;
e. Setelah 6 minggu, bila reaksi pulpa terhadap panas dan dingin normal
B. Pulpotomi
yang telah mengalami infeksi, sedangkan jaringan pulpa yang terdapat dalam
pulpa radikular dan membebaskan rasa sakit pada pasien dengan pulpagia akut.
Kalsium hidroksida pada pulpotomi vital gigi sulung dapat menyebabkan resorpsi
interna. Metode pulpotomi untuk gigi-gigi molar sulung yaitu vital pulpotomi
pulpotomi.(3,15,20)
57
Gambar 6. Pulpotomi pada gigi sulung
Sumber: http://dentalresource.org/topic58pulpotomypulpectomy.html.
1. Pulpotomi Vital
agar pulpa bagian radikular tetap vital. Pulpotomi vital dapat dilakukan pada
gigi sulung dan permanen muda. Pulpotomi gigi sulung tidak menggunakan
membentuk area yang terfiksasi dan pulpa di bawahnya tetap dalam keadaan
vital. Pulpotomi vital dengan formokresol dilakukan pada gigi sulung dengan
singkat dan bertujuan untuk mendapat sterilisasi yang baik pada kamar
pulpa.(23)
58
Indikasi pulpotomi vital pada gigi sulung adalah: (6,20)
a. Gigi tanpa rasa sakit spontan atau persistensi, bebas dari pulpitis
b. Karies yang luas dan masih tertinggal 2/3 panjang akar gigi sulung,
kurang hati-hati, atau pulpa terbuka karena trauma tetapi tidak lebih
59
g. Mobilitas patologik;
i. Rasa sakit spontan atau rasa sakit bila diperkusi maupun palpasi.
j. Keadaan umum yang kurang baik, di mana daya tahan tubuh terhadap
diselesaikan dalam waktu singkat, hanya satu sampai dua kali kunjungan;
dapat dihindari, dan; bila perawatan pulpotomi gagal, maka dapat dilakukan
60
c) Membuka atap pulpa bagian mahkota dan menghapus semua
dan;
61
Gambar 7. Langkah-langkah perawatan pulpotomi vital formokresol satu kali
kunjungan. (1). Ekskavasi karies, (2). Buang atap kamar pulpa, (3). Buang pulpa
di kamar pulpa dengan ekskavator, (4). Pemotongan pulpa di orifis dengan bur
Pengisian kamar pulpa dengan campuran zinc oksida dengan formokresol dan
Sumber: http://www.pdi705_slide_perawatan_pulpa_gigi_anak_1_pdf.
itu diperlukan 2 kali kunjungan. Teknik perawatan pulpotomi vital dua kali
62
a) Sebagai lanjutan perdarahan yang terus menerus, pulpa ditekan
kamar pulpa;
tambalan permanen.
pulpa. Minimal dilakukan dua kali penggantian obat untuk sterilisasi, bila pada
kunjungan berikut sudah tidak ada rasa sakit, maka ruang pulpa diberi obat
63
(20)
Indikasi untuk perawatan pulpotomi devital yaitu:
a. Gigi sulung dengan pulpa vital yang terbuka karena karies atau trauma;
e. Gigi yang akarnya bengkok, atau lokasi gigi sukar untuk dilakukan
pulpektomi.
mungkin dilakukan;
Kunjungan pertama :
a. Rontgen foto;
64
Kunjungan kedua (setelah 7 – 10 hari) :
Sumber: http://www.dentiadental.com/home/dentist-team.html
65
C. Pulpektomi
saluran akar gigi sulung yang pulpanya nonvital atau mengalami radang kronis.
sulung hingga waktunya tanggal tanpa membahayakan benih gigi permanen dan
kesehatan anak.(4,7)
1. Gigi sulung dengan pulpitis ireversibel, atau gigi yang semula akan
dilakukan pulpektomi);
1. Pada gigi dengan kerusakan yang luas dan tidak dapat direstorasi;
2. Panjang akar kurang dari 2/4 disertai resorbsi internal atau eksternal;
furkasi;
66
Ada dua macam pulpektomi gigi sulung yaitu: pulpektomi parsial dan
pulpektomi menyeluruh.
1. Pulpektomi parsial
bagian koronal dan dalam saluran akar masih vital tetapi menunjukkan gejala
klinis hiperemia, atau bila perdarahan pada pemotongan pulpa yang tidak
dapat dikontrol. Prosedur ini dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan.(4)
a. Rontgen foto;
c. Membuang semua jaringan karies dan seluruh atap pulpa, lalu jaringan
g. Saluran akar dikeringkan dengan paper point, dan diisi dengan bahan
67
h. Di atas bahan pengisi saluran akar diletakkan dasar semen, lalu gigi
direstorasi permanen.
2. Pulpektomi Lengkap
sulung nonvital, dan dilakukan dalam beberapa kali kunjungan. Bila gigi
goyang, terdapat pembengkakan atau fistula, terdapat pus pada saluran akar,
pertama.(4)
perkusi, pulpa segera harus dibuka untuk drainase dan meredakan rasa
sakit;
dibersihkan,
68
dengan pasta seperti pada pulpektomi parsial, untuk mengetahui
g. Di atas bahan pengisi saluran akar diletakkan lapisan dasar semen, lalu
direstorasi permanen.
Perawatan pulpa yang dapat dilakukan pada gigi permanen muda antara
lain: pulp capping yang terdiri dari indirect pulp caping, direct pulp caping,
A. Pulp Caping
menempatkan selapis material terapeutik yang sesuai, baik secara langsung pada
pulpa yang terbuka berdiameter kurang lebih 1 mm atau di atas lapisan dentin
harus dibersihkan. Namun, pada gigi vital dengan karies dalam yang
yang lunak pada dasar kavitas dapat mengakibatkan pulpa terbuka. Lesi karies
pada dasar kavitas umumnya berisi sedikit sekali bakteri kariogenik. Asal
membahayakan pulpa.
69
Teknik perawatan indirect pulp capping pada gigi permanen muda
a. Rontgen foto;
b. Isolasi daerah kerja dengan rubber dam, lalu membuka daerah karies;
tertutup rapat.
direct pulp capping pada gigi permanen muda sama dengan perawatan pada
gigi sulung. Perawatan direck pulp capping yang berhasil, pulpa yang
tertinggal akan tetap sehat dan dapat memacu deposisi jembatan dentin
bila timbul keluhan, misalnya gigi sensitif terhadap rangsangan panas atau
dingin.(4)
B. Pulpotomi
direck pulp capping. Jaringan pulpa pada bagian mahkota yang terinfeksi, yang
70
mengalami inflamasi ireversibel, dibersihkan agar vitalitas pulpa radikular dapat
dan terbentuk jembatan dentin. Pada gigi permanen muda dipakai kalsium
1. dapat diselesaikan dalam waktu singkat, yaitu dengan satu atau dua kali
kunjungan;
karena pengambilan pulpa di bagian radikular sulit dan sempit, serta penuh
C. Apeksifikasi
apeks gigi yang belum tumbuh sempurna, yang disebabkan trauma dan biasanya
pada pulpa yang mengalami nekrosis. Kebanyakan kasus trauma terjadi pada gigi
hidroksida sebagai bahan pengisian saluran akar yang bersifat sementara pada gigi
non vital dengan apeks gigi yang terbuka. Setelah dilakukan apeksifikasi
71
diperolehnya keadaan tersebut, selanjutnya dapat dicapai pengisian saluran akar
yang sempurna dengan bahan pengisian saluran akar yang tetap yaitu gutta-
periapikal.(19,30)
kalsium hidroksida menjadi kurang efektif pada lingkungan jaringan yang tidak
steril, maka perawatan apeksifikasi dilakukan dengan dua kali kunjungan atau
spontan demikian pula rasa sakit pada waktu perkusi dan palpasi, pemeriksaan
rotgen foto terlihat pembentukan jaringan keras yang nampak radioopak pada
kalsium hidroksida menjadi kurang efektif pada lingkungan jaringan yang tidak
steril, maka pada perawatan apeksifikasi dilakukan dengan dua kali kunjungan
atau lebih. Pengisian saluran akar yang digunakan pada perawatan apeksifikasi ini
adalah kalsium hidroksida. Hal ini disebabkan karena pH yang tinggi dari kalsium
daerah apikal.(30)
72
1. Perawatan Apeksifikasi Satu Kali Kunjungan
berikut: (30,31)
ruang pulpa;
dengan cotton pellet yang ditetesi dengan cresyl acetat (crestatin) atau
ini mempunyai daya antiseptik yang kuat dan iritasi yang ringan
73
2. Perawatan Apeksifikasi Dua Kali Kunjungan
berikut:(30,31)
kunjungan;
b. Pada kunjungan kedua, yaitu setelah satu sampai dua minggu, rubber
disini adalah perkusi pada gigi tersebut tidak menimbulkan rasa sakit.
74
kalsium hidroksida, perlu juga dilakukan pengecekan secara
secara radiografis, dapat juga diperiksa dengan reamer atau file yang
kecil, dan;
i. Bila sudah terjadi kalsifikasi akan terasa ada tahanan di daerah apeks,
namun bila tidak ada perubahan baik secara klinik maupun radiografis
diulang seperti pada kunjungan kedua, dan pasien disuruh kembali tiga
bulan kemudian.
penyembuhan mulai berlangsung, pasien akan terbebas dari rasa sakit spontan,
demikian pula rasa sakit waktu perkusi dan palpasi, dan penutupan apeks akan
75
gambaran radioopak di sepanjang bagian saluran akar yang berarti telah terjadi
penutupan pada bagian apeks gigi dan tidak dijumpai adanya gambaran radiolusen
76
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Pulpa gigi merupakan struktur jaringan lunak hidup yang berasal dari
Pulpa gigi sulung berbeda dengan gigi permanen. Ruang pulpa gigi sulung
lebih besar dan tanduk pulpanya lebih dekat dengan permukaan luar gigi
kelainan pulpa pada gigi sulung dan permanen muda, maka harus dilakukan
pulpa yang dapat dilakukan pada gigi sulung antara lain pulp caping, pulpotomi,
dan pulpektomi. Pada gigi permanen muda dapat dilakukan pulp caping,
Instrumen yang digunakan untuk preparasi saluran akar antara lain jarum
miller, jarum eksterpasi, reamer, dan file. Sedangkan instrumen untuk pengisian
saluran akar yaitu root canal spreader, root canal plugger, dan lentulo.
77
Bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung dan permanen muda yang
sering digunakan adalah zinc oksida eugenol, iodoform, kalsium hidroksida, dan
formaldehid.
IV.2 Saran
Orang tua harus berperan aktif dalam menjaga oral higyene anaknya. Hal
ini dapat dilakukan dengan mengajarkan cara menyikat gigi dan mengunjungi
dokter gigi setiap enam bulan sekali, untuk mencegah terjadinya karies dini.
Bila sudah terjadi karies yang melibatkan pulpa, maka dapat dilakukan
Namun, jika kerusakan sudah sangat parah dan sulit untuk dipertahankan, maka
78