Bab I - Bab Vi
Bab I - Bab Vi
PENDAHULUAN
warna lain kehidupan yang tidak bisa dihapuskan dan selalu hadir dalam
kehidupan bermasyarakat.
Istilah konflik sendiri secara etimologi berasal dari bahasa latin “con”
yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan.
keinginan, pendapat, dan lain-lain yang melibatkan dua pihak atau lebih.
konflik yaitu:
1
“Konflik merupakan gejala sosial yang sering hadir dalam
kehidupan masyarakat yang bersifat inheren, artinya konflik akan
senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan
kapan saja. Dalam pandangan ini, masyarakat merupakan arena
konflik atau arena pertentangan dan integrasi yang senantiasa
berlangsung”.
Secara sederhana konflik dapat diartikan sebagai pertentangan
sebagai berikut:
politik,
3. Perubahan sosial,
4. Perbedaan kebudayaan.
2
berjalan tahun 2010 dengan alokasi dana Rp 20 Miliyar dari APBD Tana
udara. Hal ini terjadi karena tanah yang menjadi objek sengketa adalah
secara kolektif. Selain itu adanya pembagian ganti rugi tanah yang tidak
3
Tanah tongkonan pada umumnya tidak mengenal adanya sertifikat.
keluarga tersebut.
atas tanah, baik terhadap status tanah, batas-batas tanah yang tidak jelas
Hal inilah yang kadang memicu konflik ketika salah satu pihak
4
Proses pembayaran ganti rugi bagi masyarakat yang tanahnya
bertolak belakang.
bagi semua pihak sebagai akhir dari konflik, artinya tidak saja mencari
dimanapun dan kapanpun seperti kasus diatas. Untuk itulah konflik tidak
5
untuk mengatur dan memediasi pihak yang berkonflik. Perlunya seorang
6
Pada umumnya konflik yang terjadi dalam masyarakat diselesaikan
secara adat tanpa ada suatu keputusan menang kalah yang dapat
secara berkala.
sampai saat ini To parenge’ masih tetap ada dalam masyarakat Toraja.
7
Pentingnya peranan pemimpin tersebut tentunya diharapkan mampu
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
8
sengketa tanah pada pembangunan Bandar udara di
D. Kegunaan penelitian
masyarakat.
9
BAB II
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Peranan
orang-orang sekelompoknya.
10
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan
2. Pengertian Konflik
biasa terjadi begitu pula dengan konflik. Konflik adalah gejala sosial yang
ahli mengenai konflik itu sendiri. Salah satunya yang dikemukakan oleh
Soekanto bahwa
dua atau lebih kekuatan individu baik secara individu ataupun kelompok
yang kedua bela pihak memiliki keinginan untuk saling menjatuhkan atau
11
Menurut Coser, lama tidaknya suatu konflik dipengaruhi oleh 3 hal
yaitu:
tersebut.
yang terjadi pula merupakan konflik antar keluarga tongkonan yang saling
12
mengklaim tanah tongkonan demi untuk mendapatkan hak ganti rugi atas
yaitu:
a. Kemajemukan Horisontal
b. Kemajemukan Vertikal
13
Polarisasi masyarakat seperti ini merupakan benih subur akan
mewujudkan kepentingan.
keatas.
radikal.
14
4. Bentuk - Bentuk Konflik
bentuk konflik:
a. Pertentangan pribadi
Tidak jarang terjadi bahwa dua orang sejak mulai berkenalan sudah
b. Pertentangan rasial
Dalam hal ini pun para pihak akan menyadari betapa pentingnya
15
c. Pertentangan antar kelas-kelas sosial
buruh.
d. Pertentangan politik
a. Konflik tujuan yaitu konflik terjadi jika ada dua tujuan atau yang
memiliki lebih dari satu peranan dan tiap peranan tidak selalu
16
sehingga konflik dapat terjadi antar individu, individu dengan
lainnya.
sebagai berikut:
(Fisher,
d. 2001).
17
b. Konflik sosial horisontal terjadi karena adanya konflik antar
sebagai berikut:
5. Dampak-Dampak konflik
positif. Menurut Coser (dalam Kolip, 2010: 381) konflik sosial memiliki
18
b. Konflik dengan kelompok tertentu akan menimbulkan hubungan
yang lainnya.
bersama tersebut.
diantaranya;
19
mengubah pola komunikasi berkaitan dengan persoalan
tersebut.
integritasnya.
20
c. Adanya kesediaan berbagai pihak untuk membuka pintu dialog,
a. Konsiliasi (Conciliation)
b. Mediasi (Mediation)
21
Maksud dari mediasi adalah dimana kedua belah pihak yang
penasehat.
c. Arbitration (Perwasitan)
22
jenis mekanisme pengendalian konflik-konflik sosial tersebut berkembang,
merusak.
lingkungan.
masyarakat
23
c. Kepemimpinan yang rasional dan legal, suatu bentuk
dari dua kata yaitu to yang berarti orang dan parenge’ berarti pangkat bagi
hal bagi rakyatnya. Jadi To parenge’ adalah orang yang memiliki pangkat
24
mencari daya upaya dalam memecahkan masalah tersebut. Jadi dapat
dipimpin oleh para To parenge’ serta para orang-orang yang dituakan dan
adat.
besi).
pemerintahan.
25
Kasta ini merupakan kasta orang banyak atau biasa disebut
apa.
Dalam hal ini To parenge berada pada strata teratas yaitu Tana
Bulaan. Adapun tugas dari To Parenge itu sendiri adalah sebagai berikut:
gotong-royong lainnya.
26
B. Kerangka Konseptual
benih-benih konflik yang lazim disebut konflik laten. Konflik sosial selalu
akan muncul jika permasalahan yang muncul di permukaan ini tidak dapat
Toraja adalah salah satu bentuk konflik yang terjadi antar individu. Konflik
individu lainnya. Seperti yang dijelaskan diawal bahwa konflik yang terjadi
27
Munculnya permasalahan karena masyarakat mulai memandang
oleh masyarakat karena tanahnya yang tandus dan hanya ditumbuhi oleh
pohon pinus. Namun karena tanah tersebut kemudian masuk dalam area
masyarakat Toraja, tanah tongkonan itu adalah tanah milik bersama dan
Oleh karena itu perlu adanya penyelesaian konflik agar tidak berlarut-larut
28
pemimpin tradisional dalam masyarakat Toraja. To parenge’ mempunyai
tugas dan tanggungjawab atas apa yang terjadi dalam masyarakat seperti
halnya konflik.
jalan keluar dari setiap masalah yang ada. Ada beberapa pendekatan
29
KETOKOHAN PENYELESAIAN KONFLIK
KEPIMIMPINAN PENGALAMAN 1. KONSILIASI
TO PARENGE PENGETAHUAN 2. MEDIASI
NILAI/NORMA 3. ARBITRASI
1. BURUK
TANGGAPAN 2. BIASA SAJA
MASYARAKAT 3. BAIK
30
BAB III
METODE PENELITIAN
kenyataan ganda,
31
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
kurang lebih dua bulan, yaitu mulai dari bulan Maret sampai dengan
1. Tipe Penelitian
sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam hal ini penelitian bertujuan
kepemimpinan To parenge’.
32
2. Dasar Penelitian
konflik”.
(mewakili).
sampel yang relatif kecil pada umumnya digunakan pada suatu penelitian
33
Penentuan informan dalam penelitian ini berdasarkan beberapa
telah memadai pada saat informasi yang didapat telah lengkap. Pada
informan.
E. Pengumpulan Data
cara mengambil data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan
34
1. Pengamatan (Observasi)
pengumpulan dokumen-dokumen.
35
2. Studi dokumentasi adalah sumber data yang dilakukan dengan
F. Analisis Data
berikut :
36
singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya
37
BAB IV
Sillanan
38
Desa Buntu Tangti
Desa Rantedada
Desa Gasing
Desa Simbuang
Desa Pa’tengko
Desa Lemo
Desa Ke’pe Tinoring
Desa Pakala
Rp.38.250.000.000 (Tiga puluh delapan milyar dua ratus limah puluh juta
rupiah) dari APBD Sulsel dan Rp.17.500.000.000 (Tujuh belas milyar lima
39
Adapun lokasi pembangunan bandar udara berada di Buntu Kuni
Mengkendek. Pada waktu itu nama yang lazim dipakai adalah kampung
toke’.
mengenai artinya itu sendiri. Ada ahli sejarah Toraja yang mengatakan
peraturan maka para undangan tersebut harus naik atau dalam bahasa
Toraja “Kendek”.
40
Sebagian pula berpendapat bahwa daerah Mengkendek dinamai
Nama Mengkendek berasal dari kata kendek yang berarti naik atau
4. Jumlah Penduduk
27.756 Jiwa yang terdiri dari 14.042 jiwa penduduk adalah laki-laki dan
penduduk terbanyak berasal dari kelompok umur 5-9 tahun yaitu sebesar
3.225 jiwa dan jumlah penduduk terkecil berasal dari kelompok umur 60-
64 yaitu 913 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padal tabel 1 dibawah
ini:
41
Tabel 1
Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Mengkendek
Tahun 2014
B. Mata Pencaharian
penduduk bekerja di sektor ini yang terdiri dari laki-laki sebanyak 3.609
42
urutan kedua sebagai penyerap tenaga kerja yaitu sebanyak 7.534 jiwa
lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2
Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Tahun 2014
Laki-Laki Perempuan
Pertanian 5.200 2.343 7.543
Pertambangan dan Penggalian 142 - 142
Industri Pengolahan 303 358 661
Listrik, Gas dan Air Bersih 18 15 33
Bangunan 637 - 637
Perdagangan, Resto dan Hotel 517 1.429 1.945
Angkutan dan Komunikasi 302 157 459
Keuangan, Perswaan, dan Jasa 32 45 76
Perusahaan
Jasa-Jasa 3.609 6.258 9.867
Jumlah Total 10.759 10.605 21.364
43
di sektor listrik, gas dan air cenderung lebih sedikit yaitu hanya terdapat
C. Pendidikan
Tabel 3
Potensi Kecamatan Mengkendek dalam sektor Pendidikan
Tahun 2014
1 SD 4.515 66.48
2 SMP 1.806 26.59
3 SMA 470 6.93
Jumlah 6.791 100
Sumber: Kantor BPS Kabupaten Tana Toraja Tahun 2014
44
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan
Sarana dan prasarana adalah salah satu faktor yang sangat penting
1. Sarana kesehatan
2. Sarana pendidikan
3. Sarana ibadah
4. Sarana transportasi
45
dengan kendaraan roda dua maupun dengan kendaraan roda
5. Sarana olahraga
6. Sarana penerangan
E. Sistem Kepercayaan
nilai yang lebih menekankan pada hal-hal yang normatif atau yang
46
penduduk di Kecamatan Mengkendek, dapat dilihat pada tabel 5 berikut
ini :
Tabel 4
Distribusi Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan
Tahun 2014
15.622 jiwa (56.28 %), agama Kristen Katholik berjumlah 4.433 jiwa
(15.97 %), yang beragama Islam berjumlah 6.575 jiwa (23.84 %) dan yang
47
BAB V
dari To parenge’ itu sendiri. Dengan demikian akan disajikan data dan
konflik.
A. Karakteristik Informan
48
melalui metode observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap
Kecamatan Mengkendek.
1. Informan “RK”
bandara.
2. Informan “KS”
49
3. Informan “LN”
pembangunan bandara.
4. Informan “MB”
5. Informan “YP”
6. Informan “AR”
7. Informan “HS”
50
HS adalah seorang to parenge’ dan berdomisili di Lembang
8. Informan “PT”
Tabel 5
Karakteristik Informan
2 KS L 53 S1 PNS/ / to
parenge
7. HS L 54 SMA Wiraswasta/to
parenge’
8. PT L 56 SMA Kepala Desa
51
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
dipisahkan, karena tak ada peranan tanpa kedudukan dan tak ada
pihak yang berkonflik. Untuk itulah setiap masalah yang terjadi dalam
52
Peran aktif dari To parenge’ dibutuhkan agar konflik dapat
masyarakat Toraja.
To parenge’ berasal dari dua kata yaitu “to” yang artinya orang
53
c. Memimpin dan mengatur serta bertanggung jawab atas
gotong-royong lainnya.
yang terdiri dari tiga orang yang bekerja sama dengan To parenge’
54
Untuk menyelesaikan konflik, To parenge’ sebagai seorang
mediasi itu dilakukan untuk mencari jalan keluar agar konflik yang
55
Seperti yang dikatakan informan RK dan LN bahwa penyelesaian
adat istiadat, serta dirasa mampu untuk memimpin keluarga. Hal yang
56
terpenting pula adalah seorang To parenge’ yang akan dipilih haruslah
konflik.
57
jabatannya apabila meninggal dunia atau melakukan suatu
diri dari jabatannya karena status ini melekat pada diri seorang to
tongkonan.
58
TABEL 6
patalo rante)
saruran
Tongkonan guali
Tongkonan Babangan
59
Kecamatan Mengkendek. Penguasaan atau kepemilikan atas tanah-
Sosang.
Sampe
parenge’ M.R.Patila
Malino
60
menyelesaikan setiap masalah yang terjadi didalam lingkup keluarga
yang disebut tanah tongkonan yang mirip dengan hak ulayat. Adapun
61
Dalam uraian dan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa To
keberatan dan tuntutan hak atas tanah, baik terhadap status tanah,
beragam selama ini sering terjadi karena tidak adanya bukti autentik
62
Demikian pula bahwa pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi,
63
Hasil kesepakatan antara pemerintah dan masyarakat mengenai
biaya ganti rugi adalah Lahan basah/ sawah yang berlum bersertifikat
Mengkendek.
2) Inventarisasi lahan
3) Sosialisasi harga
harga tanah.
64
masyarakat dan ada juga pemilik lahan yang diundang oleh
pemerintah. Tujuan pemanggilan ini adalah untuk membicarakan
rencana pembangunan bandara dan juga biaya ganti rugi bagi
masyarakat yang lahannya masuk dalam pembangunan bandara.”
(Wawancara 26 Maret 2015)
4) Pendataan lahan
masyarakat setempat.
5) Verifikasi data
akibat adanya masalah seperti kasus korupsi yang melibatkan tim 9 itu
sendiri.
pembagian hasil ganti rugi sesama keluarga tongkonan. Selain itu tidak
65
masalah semakin rumit. Proses pengalihan penguasaan tanah tanpa
(53 Tahun):
ganti rugi tanah ini harus dibagi rata antara pemilik dan penggarap atau
si pemilik ini mendapatkan uang ganti rugi yang lebih. Terkadang juga
66
memicu perdebatan mengenai tanah tongkonan dalam masyarakat
dan kemudian tanah tersebut dikelola secara turun temurun. Jadi ketika
67
Masalah lain yang dapat memicu persoalan adalah ketidakjelasan
berikut ini.
konflik sudah tidak patuh lagi akan norma-norma dan aturan yang
ada di dalam struktur sosial tidak lagi ditaati, pranata sosial, dan sistem
masyarakat terhadap nilai dan norma maka terjadilah konflik. Hal inilah
68
norma dan nilai-nilai sosial yang ada menyebabkan konflik terjadi
bersama yang sifatnya sakral kini tidak menjadi sesuatu yang sakral
membawa dampak buruk bagi masyarakat itu sendiri. Hal yang paling
jika dikelola dengan baik. Seperti yang dikemukakan oleh Coser bahwa
69
d. Peran To Parenge’ dalam Penyelesaian Konflik
bahwa yang terlibat dalam konflik itu sendiri juga masih ada hubungan
haruslah secara rukun dan damai. Inilah kemudian menjadi tugas dari
70
yaitu bahwa semua tanah yang termasuk wilayah tongkonan adalah
oleh To Parenge’.
71
pendekatan diantaranya konsoliasi, mediasi dan arbitration (Nasikun
1988).
ini dilakukan di kantor lembang pada bulan juli 2011. Pada rapat ini
pihak tersebut merasa berhak penuh untuk ganti rugi tanah tersebut.
72
dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah melalui jalur
oleh pihak ketiga. Begitu pula pihak ketiga tidak mempunyai wewenang
Pihak ketiga dalam hal ini adalah To parenge’ dimana fungsinya hanya
sebagai perantara.
secara adat berhak atas tanah tongkonan yang masuk dalam area
73
memperoleh tanah tongkonan tersebut melalui perkawinan dan ada
Jadi untuk memutuskan secara adat siapa yang berhak atas tanah
tongkonan tersebut tidak boleh diusir secara sepihak. Tetap harus ada
solusi yang diberikan agar semua pihak merasa tidak ada yang
74
ini dapat diselesaikan dengan baik agar pembangunan juga dapat
berjalan.
75
Upaya yang dilakukan oleh To parenge’ serta tokoh-tokoh adat
kepentingan bersama.
76
Beberapa kendala juga ditemui oleh To parenge’ dalam
melalui pengadilan secara tertutup. Jadi dalam hal ini To parenge’ tidak
konflik. Hal ini tentunya dirasa sulit untuk mempertemukan kedua belah
pihak yang berkonflik karena salah satu pihak memilih jalur hukum
(52 Tahun):
pada akhirnya menemui jalan buntu. Hal ini terjadi akibat adanya
yang menerima ganti rugi serta pemerintah dalam hal ini tim 9
77
nene’(menelusuri asal usul tanah) ditemukan bahwa kedua pihak
maupun tanah negara. Dalam hal ini sulit bagi para To parenge’
dijelaskan di awal akar dari masalah ini yang berujung pada terjadinya
78
perpecahan dalam keluarga tongkonan. Ini adalah salah satu dampak
setempat.
79
Berikut di jelaskan oleh PT ( 56 Tahun) di bawah ini :
80
Berikut di jelaskan di bawah ini :
81
“sulit untuk memediasi dikarenakan ini adalah masalah
perorangan dengan pemerintah. Kalau dalam hal konflik
antara anggota tongkonan, untuk mendamaikan kedua bela
pihak maka pihak-pihak yang berkonflik dipanggil untuk
dimintai keterangan mengenai masalah tersebut. Jadi peran
To Parenge’ itu sendiri harus berlaku adil dalam menentukan
keputusan dengan cara menelusuri siapa yang sebenarnya
mempunyai hak atas tanah yang dipersengketakan. Tapi
dalam beberapa kasus umumnya dapat diselesaikan secara
kekeluargaan”
(Wawancara 25 Maret 2015)
pengaruh yang positif bagi masyarakat. Namun dalam hal ini perlu ada
82
lembaga adat yang menjadi wadah dalam mempertemukan setiap
masyarakat sudah tidak patuh lagi akan norma-norma sosial yang ada
dalam masyarakat.
masyarakat tidak dapat dilihat dari satu aspek saja, sebab sifat
83
masyarakat sebagai suatu hal yang wajar, untuk itu harus disikapi
dengan bijak.
84
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
hukum.
85
konsekuensi dari kegagalan pada konflik yang terjadi sekarang.
B. Saran – Saran
86
DAFTAR PUSTAKA
Fisher, Simon dkk (2001). Mengelola Konflik : Keterampilan dan Strategi Untuk
Bertindak Cetakan Pertama, Alih Bahasa S.N. Kartikasari, dkk, The British
Counsil, Indonesia, Jakarta
87
Jurdi, Syarifuddin (2013). Sosiologi Nusantara Memahami Sosiologi Integralistik.
Jakarta: Kencana.
Sumber lain:
Dewi, Rahayu Sri (2003). Eksistensi Hak Ulayat (Tanah Tongkonan) Masyarakat
Tana Toraja di Kecamatan Rantepao Kabupaten Tana Toraja. Universitas
Diponegoro Semarang.
Anonim. Kasus Lahan Bandar Udara Mengkendek. Diakses tanggal 4 Mei 2015.
file:///C:/Users/Public/Documents/RERERENSI/Kasus%20Lahan%20Ban
dar%20Udara%20Mengkendek%20Berlanjut.htm
88